PSIKOLOGI KONSELING
Tentang
Psychoanality Counseling
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Alfaiz, S.Psi., M.Pd
Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Psychoanality Counseling” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Konseling.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penyusun menyadari masih banyak
sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda
baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga kami secara terbuka menerima segala kritik dan
saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk pembaca, dan untuk penyusun sendiri khususnya.
Pemakalah
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan
hasratnya. Intinya, Id adalah bagian jahat dari manusia
yang beresiko merugikan orang lain dan diri sendiri. Id
sebenarnya adalah yang menguasai manusia pada umur 0-
2 tahun.
2. Ego
Ego sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Id. Ego juga
ditafsirkan sebagai nafsu untuk memanuhi nafsu. Hanya
saja telah ada kontrol dari manusia itu sendiri. Sudah ada
pertimbangan, dan telah memikirkan akibat dari yang telah
dilakukannya. Tepatnya, Ego adalah pengontrol Id. Contoh
nyata dari Ego adalah peraturan. Semua rule yang dibuat
adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak
terkontrol. Freud menyatakan bahwa Ego banyak
mendominasi manusia pada umur 2-3th.
3. Superego
Superego, atau yang lebih sering di sebut dengan hati
nurani. Pembentukan dan perkembangan super ego sangat
ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan lingkungan
sejak usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan
yang serba cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan,
Superego atau nuraninya tumpul. sedangkan Superego ada
dan muncul pada diri manusia pada umur 3 tahun ke atas.
Tapi jangan salah, walaupun telah dikelompokkan ke dalam tahun-
tahun munculnya, Id, Ego dan Superego mutlak ada pada diri manusia.
Mereka memang muncul pada umur sekian dan sekian, tapi bukan berarti
tidak akan pernah muncul lagi. ke tiga bagian jiwa ini akan terus menghiasi
keseharian manusia. Tergantung, bagaimana mereka memanajemen
bagian jiwa tersebut. Manusia dewasa yang Idnya lebih dominan akan
menjadi cikal bakal psikopat, tidak berperi kemanusiaan seperti Hitler, dan
mereka adalah tikus-tikus kotor yang mencuru uang-uang rakyat. Yang
mereka adalah orang-orang kejam. Tapi perlu kita ketahui, betapapun
5
kejamnya, mereka tak lebih dari anak kecil yang berumur tak sampai 3
tahun.
Sedangkan bila Idnya telah dikuasai Ego, ia akan menjadi orang
yang mulai memikirkan. Benar atau salah, Tapi pemikiran seringkali
tumpul dan sangan tergantung dengan suasana di sekitarnya. Itulah
lemahnya Id. Sangat beruntung bila seseorang bisa mengoptimalkan
fungsi Superegonya. Dia memikirkan dan dia merasakan. Dia
mempertimbangkan dan lebih berpikir objektif dalam menghadapi
masalah. Dengan Superego manusia belajar memengerti dan menindak
lanjuti dengan kepala dingin. Berusaha seoptimal mungkin untuk tidak
merugikan siapapun, karena ia tahu betapa sakit dan sedihnya bila
dirugikan, apalagi dirugikan secara moral, sosial dan psikologi.
6
dan mengembangkanrasanya. Energy yang bertanggung jawab bagi
instink hidup adalah libido. Libidoini bersumber dari erotogenic zones
yaitu bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadaprangasangan
seperti: bibir/mulut, dubur dan organ seks). Instink mati (death instink
: thanatos). Instink ini merupakan motifasi dasar manusia yang
mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negative
ataudestruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan
mambawa doronganuntuk mati (keadaan tak barnyawa = inanimate
state). Pendapat ini didasarkan kepadaprinsip konstansi dari Fechner
yaitu bahwa proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia
yang anorganis. Kenyataan manusia akhirnya mati, oleh karena
itutujuan hidup adalah mati. Hidup itu sendiri tiada lain hanya
perjalanan kea rah mati. Dia beranggapan bahwa instink ini merupakan
sisi gelap dari kehidupan manusia.
b. Pendistribusian dan penggunaan Energi Psikis.
Dinamika kepribadian merujuk kepada cara kepribadian berubah
atauberkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi
psikis, baik oleh id, ego, maupun superegoengha. Id menggunakan
energi ini untuk memperoleh kenikmatan.
2.3 Kasus
Seorang klien pernah mengalami trauma dimana klien ini diperkosa oleh
pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha melupakannya,
dan terapis mencoba menggali informasi agar klien mengingatnya dan
memancing emosi klien sehingga klien diberikan katarsis atau pelampiasan
dengan sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan kemarahannya itu
seperti berteriak sekeras-kerasnya di dalam suatu ruangan yang katarsis, dan ini
adalah salah satu contoh kasus dari asosiasi bebas yang mana klien ini dibiarkan
yang tujuannya agar memunculkan ketidaksadarannya, yang disebut juga
berkaitan dengan suatu proses katarsis.
Salah satu cerita lainnya, ada seorang teman , yang mana seorang teman
ini adalah anak yang penakut akan hal hal yang gaib, sehingga sewaktu kecil dia
7
takut untuk menonton flim horror atau flim yang seram, dan mendengarkan serita-
cerita yang seram dari orang-orang lain dan terdekatnya, namun pernah dia
lakukan untuk hal itu yang mengakibatkan dia ngompol di celana akan rasa
ketakutannya, namun dia juga sangat aktif dalam beraktifitas , yang mana ketika
pulang sekolah dia bermain dengan teman-temannya, tapi hal iu membuat sang
ayah marah, dikarenakan terlalu sering main yang membuat waktu tidur siangnya
menjadi waktu main, namun jika ayahnya di rumah dia tidak boleh sering keluar
rumah, dan ini adalah kasus umur 6-10 tahun, sehingga pada tahun-tahun
selanjutnya perkembangan kepribadiannya itu mengalami gangguan yang dirinya
itu berperilaku sama pada tahun sebelumnya yaitu terjadinya regresi.
Pembahasan:
Kasus yang dialami seorang teman ini ialah mengompol sewaktu usia 6-
10 tahun akibat rasa takut akan hal hala yang berbaur gaib dan tertundanya
melakukan aktivitas yang aktif sehingga terbawa mimpi, dan kasus ini
dihubungkan dengan teori psikoanalisis oleh Sigmund freud khususnya itu
tentang analisis mimpi, yang bukunya the interpretation of dream (die
traumdeutung ) pertama kali diterbitkan pada tahun 1899, yang mana ia
menjelaskan bahwa mimpi sering dikaitkan dengan keinginan-pemenuhan.
Yang mana ia menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan
suatu peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam kehidupan nyata, yang terutama
untuk peritiwa yang terjadi pada hari sebelumnya, yang sebagian besarnya
mencerminkan interpretasi mimpinya ketakutan , keinginan dan emosi yang ada
dalam pikiran bawah sadar kita, dan mimpi negative dapat ditafsirkan sbagai suatu
peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi, yang hal ini terjadi pada
seorang teman ini yang mana disetiap menonton dan mendengar hal yang gaib
yang membuat dirinya ini ketakutan hingga terbawa ke dalam mimpi dan
mengompol yang mana dia berharap tidak akan terjadi.
Pengertian mimpi pendapat freud ialah suatu penghubung antara kondisi
bangun dan tidur, yang baginya mimpi itu suatu ekspresi yang terdistorsi atau
yang sebenarnya dari yang keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan
dalam keadaan terjaga , jika freud sering seringkali mengidentifikasi mimpi itu
sbagai hambatan aktivitas mental yang tak sadar dalam mengungkapkan sesuatu
8
yang dipikirkan individu , dan beriringan dengan tindakan psikis yag salah , selip
bicara maupun lelucon.
Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk
pemenuhan keingian terlarang semata.yang mana dikatakan oleh freud dalam
calvin S.Hal dan Gardner linzaey, 1998 bahwa dengan mimpi itu, seseorang
secara tidak sadar berusaha memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan
dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam
nyata sulit bagi seseorang dalam mengungkapkan kekesalan, kemarahan, dendam
dan hal lainnya yang maka dari itu muncullah dalam bentuk mimpi ( yang
tertundanya pemenuhan suatu keinginan seseorang teman ini yang ingin bermain
dengan teman-temannya).
Dan analisis mimpi, digunakan oleh freud yang mana dari pemahamannya
bahwa mimpi itu ialah suatu pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam
sadar , yang mana pesan pesan ini berisikan keinginan, ketakutan dan berbagai
macam lainnya, dalam hal aktivitas emosi, dan sehingga dalam metode analisis
mimpi ini dapat digunaan untuk mengungkapkan pesan alam bawah sadar atau
suatu permasalahan yang terpendam baik berupa hasrat, ketakutan, kemarahan,
khawatir yang tidak disadari karena ada tekanan dri seseorang, dan jika masalah-
masalah ini sudah berhasil di ungkap dalam alam bawah sadar maka dalam hal
penyelesain lainnya itu akan lebih mudah untuk diselesaikan dan dipecahkan
dalam masalahnya itu.
9
Terapis berusaha semaksimal mungkin agar konseli dapat mencapai
kesadaran diri, bertindak jujur, mampu menangani kecemasan secara realistis dan
bisa mengendalikan tingkah lakunya yang tidak rasional. Terapi berusaha untuk
membuat penafsiran-penafsiran untuk mengajari konseling tentang makna
tingkah lakunya sekarang sambil menghubungkannya dengan masa lalu.
10
Mimpi bisa muncul karena luapan perasaan yang lama ditekan, dan
menurut freud dalam (hjelle dan Ziegler,1944) bahwa mimpi-mimpi itu
sebagai jalan istimewa yang menuju ketidaksadaran, karena melalui
mimpi-mimpi itu hasrat-hastrat , kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-
ketakutan yang tak disadari akan muncul.
c. Asosiasi Bebas
Teknik ini dilakukan ketika sering terjadinya kegagalan pada saat terapis
berusaha untuk menghipnotis konseli, yang mana teknik ini adalah salah
satu teknik utama dalam pendekatan psikoanalisis, dan dalam tahapan
pertama bahwa si konseli untuk rileks dan duduk di sebuah kursi, dan
disuruh untuk mengkosongkan pikirannya dari kegiatan sehari-hari dan
diminta untuk mengungkapkan apa saya yang ada pada benaknya pada
saat itu, dan respon yang dipikirannya itu harus dikatakan, baik
menyakitkan, tidak logis dan sebagainya (hjelle & Ziegler, 1944), dan
melalui teknik asosiasi bebas ini, konseli dapat memanggil pengalaman-
pengalamannya sehingga bisa melepaskan emosi yang berkaitan dengan
traumatisnya, sehingga tekik ini bisa saja menjadi katarsis bagi konseli
walau hanya bersifat sementara , tapi jika si konseli merasa nyaman maka
secara tidak langsung bisa memudahkan jalan terapinya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikianlah penulisan makalah ini jika terdapat kesalahan baik dari segi
penulisan, kalimat, nama orang, dan susunannya pemakalah mohon maaf dan
apabila pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan sarannya agar untuk
kedepannya pemakalah lebih baik lagi. Terima kasih.
12
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerlad. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT
Refika Aditama
Hartono, Soedarmadji. 2014. Psikologi Konseling. Jakarta : KENCANA
13