Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PSIKOLOGI KONSELING
Tentang
Psychoanality Counseling

Disusun oleh Kelompok 2 :

1915040088 Tania Septia Putri


1915040091 Nur Anisa Fitri Rahmani
1915040102 Rodya Fitri

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Alfaiz, S.Psi., M.Pd

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1442 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Psychoanality Counseling” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Konseling.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penyusun menyadari masih banyak
sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda
baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga kami secara terbuka menerima segala kritik dan
saran positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk pembaca, dan untuk penyusun sendiri khususnya.

Padang, April 2022

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. 1

Daftar Isi........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Tentang Manusia .................................................................... 4

2.2 Kepribadian .............................................................................................. 6

2.3 Kasus ........................................................................................................ 7

2.4 Tujuan Konseling ..................................................................................... 9

2.5 Teknik Konseling ................................................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12

3.2 Saran ....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikoanalisis dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang


psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga
menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok
psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh
motif-motif tidak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan
pembuat peta ketidaksadaran manusia. Psikologi Freudian atau lebih dikenal dengan
psikoanalisa diperkenalkan oleh Sigismund (Sigmund) Sholomo Freud 91856-1939).
Freud merupakan tokoh yang paling berpengaruh terhadap perkembangan psikologi
ilmiah. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Mowrer dalam Goeble (1987), bahwa
setiap orang yang menginjak dewasa sebelum tahun 1950-an tentu tahu betapa
meresep pengaruh teori dan praktek freudian bukan hanya khusu di bidang
psikoterapi, melainkan juga di bidang pendidikan, ilmu hukum, agama, pendidikan
anak, seni, kesusastraan, dan filsafat sosial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pandangan Psikoanalisa Tentang Manusia?


2. Bagaimana Struktur Dan Perkembangan Kepribadian?
3. Apa Saja Contoh Kasus Klien?
4. Apakah Tujuan Dari Konseling?
5. Apa Saja Teknik Dasar Dalam Konseling?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pandangan Psikoanalisa Tentang Manusia.


2. Untuk Mengetahui Struktur Dan Perkembangan Kepribadian.
3. Untuk Mengetahui Contoh Kasus Klien.
4. Untuk Mengetahui Tujuan Dari Konseling.
5. Untuk Mengetahui Teknik Dasar Dalam Konseling.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Psikoanalisa Tentang Manusia


Freud memandang manusia secara deterministik. Hal ini
mengartikan bahwa manusia sangat ditentukan oleh tekanan-tekanan
irasional, motivasi yang tidak disadari, dorongan biologis, dorongan naluri
serta kejadian psikoseksual pada usia enam tahun pertama dalam
kehidupan (Corey, 1986).
Dalam teori Freud, insting atau naluri merupakan hal yang sangat
penting. Insting ini dibedakan menjadi dua, yaitu insting hidup dan insting
mati. Insting hidup merupakan kemampuan manusia untuk
mempertahankan hidupnya yang mengakibatkan mereka terus tumbuh,
berkembang dan lebih kreatif. Insting mati merupakan dorongan-
dorongan agresif negatif yang dapat mencelakakan diri sendiri atau orang
lain.
Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang
dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu.
Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya
dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah.
Sigmund Freud, seorang Jerman keturunan Yahudi yang lahir 6 Mei 1856
di Freiberg (Austria) ini telah membangkitkan semangat manusia untuk
berpikir mengenai psikologi. Freud, adalah mahasiswa yang jago di
kampusnya. Meraih gelar sarjana dari Universitas Wina pada tahun 1881.
Selain itu, Freud juga menguasai 8 bahasa!! Bayangkan, dan dalam umur
30 tahun, telah berhasil menaklukkan sekolah kedokteran. Teorinya dalam
ilmu psikodinamika yang membuatku tertarik adalah mengenai Id, Ego
dan Superego.
1. Id
Id merupakan bagian jiwa paling liar, berpotensi jahat. Ada
yang menafsirkan Id sebagai nafsu manusia yang
mementingkan kebutuhan perut ke bawah. Di sisi lain, Id,

4
tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan
hasratnya. Intinya, Id adalah bagian jahat dari manusia
yang beresiko merugikan orang lain dan diri sendiri. Id
sebenarnya adalah yang menguasai manusia pada umur 0-
2 tahun.
2. Ego
Ego sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Id. Ego juga
ditafsirkan sebagai nafsu untuk memanuhi nafsu. Hanya
saja telah ada kontrol dari manusia itu sendiri. Sudah ada
pertimbangan, dan telah memikirkan akibat dari yang telah
dilakukannya. Tepatnya, Ego adalah pengontrol Id. Contoh
nyata dari Ego adalah peraturan. Semua rule yang dibuat
adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak
terkontrol. Freud menyatakan bahwa Ego banyak
mendominasi manusia pada umur 2-3th.
3. Superego
Superego, atau yang lebih sering di sebut dengan hati
nurani. Pembentukan dan perkembangan super ego sangat
ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan lingkungan
sejak usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan
yang serba cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan,
Superego atau nuraninya tumpul. sedangkan Superego ada
dan muncul pada diri manusia pada umur 3 tahun ke atas.
Tapi jangan salah, walaupun telah dikelompokkan ke dalam tahun-
tahun munculnya, Id, Ego dan Superego mutlak ada pada diri manusia.
Mereka memang muncul pada umur sekian dan sekian, tapi bukan berarti
tidak akan pernah muncul lagi. ke tiga bagian jiwa ini akan terus menghiasi
keseharian manusia. Tergantung, bagaimana mereka memanajemen
bagian jiwa tersebut. Manusia dewasa yang Idnya lebih dominan akan
menjadi cikal bakal psikopat, tidak berperi kemanusiaan seperti Hitler, dan
mereka adalah tikus-tikus kotor yang mencuru uang-uang rakyat. Yang
mereka adalah orang-orang kejam. Tapi perlu kita ketahui, betapapun

5
kejamnya, mereka tak lebih dari anak kecil yang berumur tak sampai 3
tahun.
Sedangkan bila Idnya telah dikuasai Ego, ia akan menjadi orang
yang mulai memikirkan. Benar atau salah, Tapi pemikiran seringkali
tumpul dan sangan tergantung dengan suasana di sekitarnya. Itulah
lemahnya Id. Sangat beruntung bila seseorang bisa mengoptimalkan
fungsi Superegonya. Dia memikirkan dan dia merasakan. Dia
mempertimbangkan dan lebih berpikir objektif dalam menghadapi
masalah. Dengan Superego manusia belajar memengerti dan menindak
lanjuti dengan kepala dingin. Berusaha seoptimal mungkin untuk tidak
merugikan siapapun, karena ia tahu betapa sakit dan sedihnya bila
dirugikan, apalagi dirugikan secara moral, sosial dan psikologi.

2.2 Struktur Dan Perkembangan Kepribadian


Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang
kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa energi berubah dari
energy fisiologis keenergi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa
apabila energy digunakandalam kegiatan psikologis seperti berfikir, maka energi
itu merupakan energi psikis. Titik tumpu atau jembatan antara energi jasmaniah
dengan energi kepribadian adalahid dan instink-instinknya. Instink-instink ini
meliputi seluruh energy yang digunakanoleh ketiga struktur kepribadian (id, ego,
dan superego) untuk menjalankan fungsinya. Dinamika kepribadian terkait
dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energypsikis dan dampak dari
ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan
dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).
a. Instink Instink merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes).
Tujuan dari instink-instink adalah mereduksi ketegangan (tension
reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan. Freud
mengklasifikasikan instink ke dalam dua kelompok, yaitu: •Instink
hidup (life instink : eros). Instink hidup merupakan motif dasar
manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau
konstruktif, berfungsi untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup

6
dan mengembangkanrasanya. Energy yang bertanggung jawab bagi
instink hidup adalah libido. Libidoini bersumber dari erotogenic zones
yaitu bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadaprangasangan
seperti: bibir/mulut, dubur dan organ seks). Instink mati (death instink
: thanatos). Instink ini merupakan motifasi dasar manusia yang
mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negative
ataudestruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan
mambawa doronganuntuk mati (keadaan tak barnyawa = inanimate
state). Pendapat ini didasarkan kepadaprinsip konstansi dari Fechner
yaitu bahwa proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia
yang anorganis. Kenyataan manusia akhirnya mati, oleh karena
itutujuan hidup adalah mati. Hidup itu sendiri tiada lain hanya
perjalanan kea rah mati. Dia beranggapan bahwa instink ini merupakan
sisi gelap dari kehidupan manusia.
b. Pendistribusian dan penggunaan Energi Psikis.
Dinamika kepribadian merujuk kepada cara kepribadian berubah
atauberkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi
psikis, baik oleh id, ego, maupun superegoengha. Id menggunakan
energi ini untuk memperoleh kenikmatan.

2.3 Kasus
Seorang klien pernah mengalami trauma dimana klien ini diperkosa oleh
pamannya sehingga sangat membenci pamannya dan berusaha melupakannya,
dan terapis mencoba menggali informasi agar klien mengingatnya dan
memancing emosi klien sehingga klien diberikan katarsis atau pelampiasan
dengan sebuah ruangan dimana klien dapat mengekspresikan kemarahannya itu
seperti berteriak sekeras-kerasnya di dalam suatu ruangan yang katarsis, dan ini
adalah salah satu contoh kasus dari asosiasi bebas yang mana klien ini dibiarkan
yang tujuannya agar memunculkan ketidaksadarannya, yang disebut juga
berkaitan dengan suatu proses katarsis.
Salah satu cerita lainnya, ada seorang teman , yang mana seorang teman
ini adalah anak yang penakut akan hal hal yang gaib, sehingga sewaktu kecil dia

7
takut untuk menonton flim horror atau flim yang seram, dan mendengarkan serita-
cerita yang seram dari orang-orang lain dan terdekatnya, namun pernah dia
lakukan untuk hal itu yang mengakibatkan dia ngompol di celana akan rasa
ketakutannya, namun dia juga sangat aktif dalam beraktifitas , yang mana ketika
pulang sekolah dia bermain dengan teman-temannya, tapi hal iu membuat sang
ayah marah, dikarenakan terlalu sering main yang membuat waktu tidur siangnya
menjadi waktu main, namun jika ayahnya di rumah dia tidak boleh sering keluar
rumah, dan ini adalah kasus umur 6-10 tahun, sehingga pada tahun-tahun
selanjutnya perkembangan kepribadiannya itu mengalami gangguan yang dirinya
itu berperilaku sama pada tahun sebelumnya yaitu terjadinya regresi.
Pembahasan:
Kasus yang dialami seorang teman ini ialah mengompol sewaktu usia 6-
10 tahun akibat rasa takut akan hal hala yang berbaur gaib dan tertundanya
melakukan aktivitas yang aktif sehingga terbawa mimpi, dan kasus ini
dihubungkan dengan teori psikoanalisis oleh Sigmund freud khususnya itu
tentang analisis mimpi, yang bukunya the interpretation of dream (die
traumdeutung ) pertama kali diterbitkan pada tahun 1899, yang mana ia
menjelaskan bahwa mimpi sering dikaitkan dengan keinginan-pemenuhan.
Yang mana ia menjelaskan bahwa analisis mimpi perlu dikaitkan dengan
suatu peristiwa yang terjadi pada pemimpi dalam kehidupan nyata, yang terutama
untuk peritiwa yang terjadi pada hari sebelumnya, yang sebagian besarnya
mencerminkan interpretasi mimpinya ketakutan , keinginan dan emosi yang ada
dalam pikiran bawah sadar kita, dan mimpi negative dapat ditafsirkan sbagai suatu
peristiwa yang pemimpi berharap tidak akan terjadi, yang hal ini terjadi pada
seorang teman ini yang mana disetiap menonton dan mendengar hal yang gaib
yang membuat dirinya ini ketakutan hingga terbawa ke dalam mimpi dan
mengompol yang mana dia berharap tidak akan terjadi.
Pengertian mimpi pendapat freud ialah suatu penghubung antara kondisi
bangun dan tidur, yang baginya mimpi itu suatu ekspresi yang terdistorsi atau
yang sebenarnya dari yang keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan
dalam keadaan terjaga , jika freud sering seringkali mengidentifikasi mimpi itu
sbagai hambatan aktivitas mental yang tak sadar dalam mengungkapkan sesuatu

8
yang dipikirkan individu , dan beriringan dengan tindakan psikis yag salah , selip
bicara maupun lelucon.
Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk
pemenuhan keingian terlarang semata.yang mana dikatakan oleh freud dalam
calvin S.Hal dan Gardner linzaey, 1998 bahwa dengan mimpi itu, seseorang
secara tidak sadar berusaha memenuhi hasrat dan menghilangkan ketegangan
dengan menciptakan gambaran tentang tujuan yang diinginkan, karena di alam
nyata sulit bagi seseorang dalam mengungkapkan kekesalan, kemarahan, dendam
dan hal lainnya yang maka dari itu muncullah dalam bentuk mimpi ( yang
tertundanya pemenuhan suatu keinginan seseorang teman ini yang ingin bermain
dengan teman-temannya).
Dan analisis mimpi, digunakan oleh freud yang mana dari pemahamannya
bahwa mimpi itu ialah suatu pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam
sadar , yang mana pesan pesan ini berisikan keinginan, ketakutan dan berbagai
macam lainnya, dalam hal aktivitas emosi, dan sehingga dalam metode analisis
mimpi ini dapat digunaan untuk mengungkapkan pesan alam bawah sadar atau
suatu permasalahan yang terpendam baik berupa hasrat, ketakutan, kemarahan,
khawatir yang tidak disadari karena ada tekanan dri seseorang, dan jika masalah-
masalah ini sudah berhasil di ungkap dalam alam bawah sadar maka dalam hal
penyelesain lainnya itu akan lebih mudah untuk diselesaikan dan dipecahkan
dalam masalahnya itu.

2.4 Tujuan Konseling


Tujuan umum terapi psikoanalisis adalah mengembalikan fungsi ego agar
dapat lebih kuat (Cottone, 1992) atau membuat hal-hal yang tidak disadari oleh
konseli menjadi hal yang disadari sepenuhnya. Proses terapeutik difokuskan pada
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman pada masalalu
direkonstruksi kembali, dianalisis dan ditafsirkan. Dengan demikian konseli
diajak untuk bisa menyadari apa yang telah dilakukan dahulu dan drasakannya,
dengan kata lain perasaan dan ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri
menjadi hal yang lebih penting.

9
Terapis berusaha semaksimal mungkin agar konseli dapat mencapai
kesadaran diri, bertindak jujur, mampu menangani kecemasan secara realistis dan
bisa mengendalikan tingkah lakunya yang tidak rasional. Terapi berusaha untuk
membuat penafsiran-penafsiran untuk mengajari konseling tentang makna
tingkah lakunya sekarang sambil menghubungkannya dengan masa lalu.

2.5 Teknik Konseling


. Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi psikoanalisis sebagai
berikut, diantaranya:
a. Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar yang mana digunakan untuk
mengadakan analisis terhadap teknik asosiasi bebas, mimpi-mimpi ,
hambatan-hambatan dan transferensi, dan dalam penafsiran ini, terapis
mencoba untuk menerangkan suatu tentang kejadian ataupun tingkah laku
yang diwujudkan kedalam mimpi, hambatan-hambatan dan yang
ditunjukkan kepadaa terapis itu sendiri atau disebut dengan tranferensi.
Menurut corey (1986) berpendapat bahwa penafsiran ini sebaiknya
dimulai pada hal hal yang bersifat yang tidak penting disebut dengan
surface dan juga pada saatnya konseli itu sudah siap membicarakan hal
yang lebih dalam, maka disini konselor boleh untuk menggali atau
eksplorasi permasalahan konseli yang secara detail, maka dari itu hal ini
berkaitan dengan waktu konselor yang sebaiknya juga memahami
kesiapan konseli agar bisa dapat masuk ke dalam suatu permasalahaannya.
b. Analisis Mimpi
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membuat si konseli ini tidur dan
bermimpi, yang mana teknik ini merupakan sebuah prosedur yang penting
dalam menyingkap hal hal yang berada pada alam bawah sadar konseli
dan selama prosedur tidur, pertahanan diri konseli itu biasanya mulai
melemah dan perasaan perasaan yang telah lama ditekan akan dapat juga
muncul dengan sendirinya, dan hal ini dikarenakan menurut freud bahwa
dia meyakini kalau mimpi itu ialah refleksi dari suatu tekanan-tekanan
dalam kepribadian manusia (corey, dalam koswara, 1988, cottone, 1992).

10
Mimpi bisa muncul karena luapan perasaan yang lama ditekan, dan
menurut freud dalam (hjelle dan Ziegler,1944) bahwa mimpi-mimpi itu
sebagai jalan istimewa yang menuju ketidaksadaran, karena melalui
mimpi-mimpi itu hasrat-hastrat , kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-
ketakutan yang tak disadari akan muncul.
c. Asosiasi Bebas
Teknik ini dilakukan ketika sering terjadinya kegagalan pada saat terapis
berusaha untuk menghipnotis konseli, yang mana teknik ini adalah salah
satu teknik utama dalam pendekatan psikoanalisis, dan dalam tahapan
pertama bahwa si konseli untuk rileks dan duduk di sebuah kursi, dan
disuruh untuk mengkosongkan pikirannya dari kegiatan sehari-hari dan
diminta untuk mengungkapkan apa saya yang ada pada benaknya pada
saat itu, dan respon yang dipikirannya itu harus dikatakan, baik
menyakitkan, tidak logis dan sebagainya (hjelle & Ziegler, 1944), dan
melalui teknik asosiasi bebas ini, konseli dapat memanggil pengalaman-
pengalamannya sehingga bisa melepaskan emosi yang berkaitan dengan
traumatisnya, sehingga tekik ini bisa saja menjadi katarsis bagi konseli
walau hanya bersifat sementara , tapi jika si konseli merasa nyaman maka
secara tidak langsung bisa memudahkan jalan terapinya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis


dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis merupakan suatu pandanganbaru tentang
manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis
ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasienhisteria. Baru
kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang
praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannyakemudian lahir asumsi-asumsi
tentang perilaku manusia. Corey (2009: 61) Freud memandang manusia pada
dasarnyadeterministik. Menurut Freud, perilaku manusia ditentukan oleh
kekuatan- kekuatan irasional, motivasi bawah sadar, dan dorongan biologis dan
insting. Dalam pandangan Freud, kedua dorongan seksual dan agresif adalah
penentukuat mengapa orang bertindak seperti yang mereka lakukan. Freud
percayabahwa konflik yang tidak terpecahkan, represi, dan kecemasan
biasanyaberjalan bersamaan

3.2 Saran

Demikianlah penulisan makalah ini jika terdapat kesalahan baik dari segi
penulisan, kalimat, nama orang, dan susunannya pemakalah mohon maaf dan
apabila pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan sarannya agar untuk
kedepannya pemakalah lebih baik lagi. Terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerlad. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT
Refika Aditama
Hartono, Soedarmadji. 2014. Psikologi Konseling. Jakarta : KENCANA

13

Anda mungkin juga menyukai