SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2021 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera otak merupakan kerusakan jaringan otak mendadak yang disebabkan oleh proses traumatik dan tidak terdapat proses degeneratif maupun kongenital. Gangguan memori sering terjadi pasca cedera otak akibat adanya kerusakan struktur otak. Pada kondisi akut, pasien cedera otak sering mengalami amnesia pasca trauma. Amnesia pasca trauma merupakan kesulitan dalam mempelajari atau mengingat informasi baru maupun mengingat kejadian masa lalu yang terjadi setelah adanya cedera. Perawatan pasien cedera otak yang mengalami amnesia pasca trauma diantaranya yaitu terapi okupasi dengan metode Activities of Daily Living (ADL), terapi okupasi dengan metode Perceive, Recall, Plan, and Perform (PRPP), terapi kognitif perilaku, dan terapi musik (Lalu Wahyu Alfian,dkk 2021). Tatalaksana pada kasus dengan ceera otak berat dengan trauma kepala yang datang harus segera dilakukan penilaian dan manajemen untuk patensi jalan nafas, stabilisasi untuk kecurigaan pada trauma servikal dengan imobilisasi manual, manajemen pernafasan agar oksigenasi tetap adekuat dan memonitor saturasi oksigen, evaluasi sirkulasi dengan cara kontrol perdarahan, kemudian dilakukan pembatasan kecacatan dengan cara evaluasi status neurologis pasien, dan exposure atau kontrol pada lingkungan sekitar untuk mencegah hipotermi (Rani Tiara dan Bambang Eko Subekti, 2020). Menurut Fitri Sepviyanti S,2020 penatalaksanaan yang harus dilakukan pada kasus Cedera Otak Berat (COB) mengalami perubahan berkesinambungan selama 30 tahun terakhir. Tatalaksana yang diarahkan di unit perawatan intensif (intensive care unit/ICU) mengacu pada tatalaksana klinis sebagai titik akhir terapi utama, bertujuan untuk mempertahankan variabel fisiologis tertentu secara ketat dalam rentang target yang telah ditentukan. Secara global tercatat sebanyak 69 juta orang mengalami cedera otak dengan angka kejadian sebesar 939 per 100.000 orang 2. Pada tahun 2018, di Indonesia prevalensi cedera otak sebesar 11.9% dari semua penduduk yang mengalami cedera dalam satu tahun terakhir 3. Amnesia pasca trauma tidak selalu terjadi setelah adanya cedera otak terutama pada cedera otak ringan angka kejadian amnesia pasca trauma berkisar antara 43% hingga 70% dengan durasi yang bervariasi antara 1 jam hingga 7 hari (Lalu Wahyu Alfian,dkk 2021). Kronologi terjadinya kasus cedera otak berat dapat disebabkan oleh gangguan aliran darah, cedera endotel vaskular, dan gangguan pembentukan darah. Stasis dapat disebabkan obstruksi ataupun imobilisasi. Adanya stasis akan menghambat klirens dan dilusi dari faktor-faktor pembekuan yang sudah teraktivasi. Cedera pada endotel vaskular mencegah inhibisi koagulasi dan mengaktivasi jaras pembekuan darah. Kecenderungan pembekuan darah juga dapat terjadi akibat kondisi hiperkoagulabilitas yang bersifat diturunkan (Nency Martaria dkk, 2019). Penyebab terjadinya kasus cedera otak berat dapat menyebabkan tekanan darah cenderung tinggi, hipertensi dapat terjadi akibat pelepasan katekolamin karena trauma serta kompensasi tubuh utuk mempertahankan perfusi otak akibat peningkatan TIK, namun belum memerlukan terapi tambahan untuk menurunkan tekanan darah secara agresif (Dini Handayani Putri dkk 2020). Kasus cedera otak berat adalah kondisi saat seseorang mengalami benturan atau tekanan keras pada kepala yang menyebabkan cedera pada otak kasus ini merupakan kasus darurat dalam tim medis dan harus segera ditangani. Penanagan yang harus dilakukan pada kasus ini pertolongan pertam memeriksa pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah, kemudian melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) ketika pasien mengalami henti nafas atau henti jantung, menstabilkan leher dan tulang Pungung serta menghentikan perdarahan dengan memberikan perban pada area yang cedera. Ketika penanganan ini terlambat akan berakibat fatal bagi penderita. Tingkat masyarakat yang kurang paham terhadap bagaimana cara penanganan pertama pada pasien penderita cedera otak berat sangat mempengaruhi angka kematian. Oleh karena itu penulis mempunyai ide untuk meneliti dengan tema bagaimana penanganan manajemen perawatan dan tata laksana cedera otak berat di masyarakat sebelum dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah manajemen perawatan dan tata laksana pada kasus cedera otak berat? 1.3 Tujuan Untuk megetahui perawatan dan tata laksana kasus cedera otak. DAFTAR PUSTAKA 1. Lalu Wahyu Alfian dkk, 2021. Manajemen Terkini Amnesia Pasca Cedera Otak. Jurnal Kedokteran Unram. 10(3). Hal 572-580. http://jku.unram.ac.id/article/view/596. (Diakses pada tanggal 1 januari 2022 pada pukul 19:30 WIB) 2. Dini Handayani Putri dkk, 2020. Ventilasi Mekanik yang Memanjang Pada Pasien Cedera Otak Traumatuk Berat Dengan Subdural Hematoma. 9(2). Hal 92-101. http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/253. (Diakses pada tanggal 1 januari 2022 pada pukul 22:50 WIB) 3. Fitri Sepviyanti dkk, 2020. Kajian Konsep Rosner Untuk Tatalaksana Cedera Otak Traumatik Berat. 9(2). Hal 126-140. https://scholar.archive.org/work/pysszgk3lvamxo6qwl3sw4lncu/access/wayback/ http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/download/248/pdf. (Diakses pada tanggal 2 januari 2022 pada pukul 08:40 WIB) 4. Rani Tiara dan Bambang Eko Subekti 2020. Tata Laksana Anastesi Pada Pasien Cedera Otak Traumatik Berat. Jurnal Fakultas Kedokteran. 9(4). http://journalofmedula.com/index.php/medula/article/view/245. (Diakses pada tanggal 2 januari 2022 pada pukul 22:40 WIB) 5. Nency Martaria dkk, 2019. Deep Vein Thrombosis (DVT) Pasca Cedera Otak Traumatik Berat. 8 (3). Hal 217–25. http://inasnacc.org/ojs2/index.php/jni/article/view/236. (Diakses pada tanggal 3 januari 2022 pada pukul 10:20 WIB)
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis