Anda di halaman 1dari 25

TEORI BEHAVIORAL

Dosen pengampu: Anggi Jatmiko, M.A.

Disusun oleh:

Kelompok 3
Muhammad Irfan Gunawan 20102020067
Mutiara Salsabila Ochtaviani 20102020087
Muhammad Nur Ali Ridho 20102020078
Windi Nabila Febriani 20102020072
Putri Setia Ningsih 20102020087

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah “Teori BKI”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan
kepada nabi besar Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teori BKI di program studi
Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Teori BKI bapak Anggi Jatmiko, M.A.
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses perkuliahan mata kuliah
ini. Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i


Kata Pengantar ....................................................................................................................
.............................................................................................................................................
002
Daftar Isi .............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
003
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................................
.................................................................................................................................
004
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
.................................................................................................................................
004
C. Tujuan .....................................................................................................................
.................................................................................................................................
005
BAB II Pembahasan
A. Pengertian dan Sejarah Konseling Behavioral .......................................................
.................................................................................................................................
006
B. Karakteristik dan Konsep Dasar Teori Behavioral .................................................
.................................................................................................................................
011
C. Hakikat manusia dan kepribadian menurut Teori Behavioral.................................
.................................................................................................................................
012
D. Hakikat Manusia dan Bimbingan Konseling Islam menurut Teori Behavioral......
.................................................................................................................................
013
3
E. Kepribadian Menurut Teori Behavioral dalam Bimbingan Konseling Islam …….
.................................................................................................................................
014
F. Tujuan Teori Behavioral..........................................................................................
.................................................................................................................................
015
G. Teknik-Teknik Konseling Behavioral ....................................................................
.................................................................................................................................
016
H. Metode Konseling Behavioral ……………………………………………………
.................................................................................................................................
017
I. Langkah-Langkah Konseling Behavioral ………………………………………...
.................................................................................................................................
018
J. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral ……………………………………...
.................................................................................................................................
020
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................................
................................................................................................................................
021
B. Saran ......................................................................................................................
................................................................................................................................
022
Daftar Pustaka

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang ada pada
saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi
behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Pada
hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang
konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu
orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang
dialami dalam kehidupannya.

Hakikat manusia dalam pandangan teori behavioral umum memiliki sedikit


perbedaan dengan pandangan bimbingan dan konseling islam begitu pula dengan
kepribadian manusia.

Untuk melakukan kegiatan konseling para konselor harus memahami teknik-


teknik maupun metode-metode konseling, sehingga tidak terdapat kesalahan ketika
melakukan konseling kepada konseli. Para konselor juga harus memahami bagaimana
kondisi konseli, dan memikirkan teori apa yang dapat dipakai kepada konselor tersebut
karena setiap teori memiliki teknik, langkah, serta metode yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa konsep dasar Teori Behavioral ?
2. Bagaimana Hakikat manusia dan kepribadian menurut Teori Behavioral ?
3. Bagaimana Hakikat Manusia dan kepribadian menurut Teori Behavioral dalam
Bimbingan dan Konseling Islam ?
4. Bagaimanakah teknik-teknik Konseling Behavioral serta metode-metode dan
langkah-langkah konseling behavioral ?

5
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari maksud dari
konseling teori behavioral, dan untuk mengetahui cara memahami dan menyelesaikan
masalah seorang konseli memlalui tingkah laku (behavioral).

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Teori Behavioral


1. Pengertian Konseling Behavioral
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena
keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Konseling merupakan bagian inti dari
kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah
individu secara Pribadi. Menurut ASCA (American School Conselor Assosiation )
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli, konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu konseli dalam
mengatasi masalah-masalahnya. Sedangkan pengertian behavioral atau
behaviorisme adalah satu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa persoalan
psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai
kesadaran dan mentalitas.
Konseling behavioral adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang
diberikan oleh konselor kepada konseli dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh konseli serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin
dicapai oleh diri konseli sendiri. Konseling behavioral merupakan suatu proses
membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan
keputusan tertentu.
Konseling behavioral merupakan suatu teknik terapi dalam konseling yang
berlandaskan teori belajar yang berfokus pada tingkah laku individu untuk
membantu konseli mempelajari tingkah laku baru dalam memecahkan masalahnya
melalui teknik-teknik yang berorientasi pada tindakan. Pada hakikatnya kepribadian
manusia adalah perilaku. Dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari bentukan
pengalaman interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
2. Sejarah Teori Behavioral

Konseling berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh


Jesse B. Davis tahun 1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit.

7
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya adalah
perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis.

Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.


Watson pada tahun 1913, khususnya melalui publikasi Psychology From The
Standpint Of A Behaviourist pada tahun 1919 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic
Skinner. Perkembangan Behavioral diawali tahun 1950-an dan awal 1960-an
sebagai awal radikal perspektif psikoanalisis yang dominan. Teori ini memiliki
perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga
eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan behavioral
terdiri dari tiga trend utama, yaitu :

 Trend I      : Clasical Conditioning → Tokohnya : Ivan Petrovich Pavlov


 Trend II    : Operant Conditioning → Tokohnya : B. F. Skinner
 Trend III   : Kognitif → Tokohnya : Albert Bandura

Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran


yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup
dalam. Sejumlah filusuf dan ilmuwan sebelum Watson, telah mengajukan gagasan-
gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan
pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi ciri
utama dari behaviorisme.

Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran


strukturalisme dengan sebuah keyakinan, menurut para behaviorist metode
introspeksi tidak dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut
para behaviorist adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat
diobservasi secara langsung, secara nyata. Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi
fokus perhatian adalah perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi adalah
tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan
mentalitas.

Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov,


namun pada saat yang hampir bersamaan di Amerika behaviorisme muncul dengan
salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan kami kupas
beberapa tokoh behaviorisme :
8
a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan
teori pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang
menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini
menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta
dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi.

Menurut Pavlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas :

1. Aktivitas yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari
oleh organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari
sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
2. Aktivitas yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang
bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi
terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima
oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu
respons. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan
respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan
stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif).
Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek
(psychoreflexiologi), karena Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas
yang bersifat reflek.

b. Edward Lee Thorndike (1874-1949)


Edward Lee Thorndike (psikolog amerika) lahir di Williamsburg pada
tahun 1874. Karya-karyanya yang paling dikenal adalah penelitian mengenai
animal psychology serta teori belajar Trial and error learning.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan


respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkret, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkret yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran

9
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike
ini disebut pula dengan teori koneksionisme

Thorndike menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional


perilaku yaitu ; bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian
diri organisme terhadap lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka
Thorndike diklasifikasikan sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan
Pavlov yang behaviorist asosiatif.

dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada tiga macam


hukum yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar, tiga hukum
tersebut adalah :

1. Hukum Kesiapsediaan the law of readiness

2. Hukum Latihan The Law of exercise

3. Hukum efek The Law of effect


The law of readiness atau Hukum Kesiapsediaan, adalah salah satu
faktor penting, karena dalam proses belajar yang baik organisme harus mempunyai
kesiapsediaan, karena tanpa adanya kesiapsediaan dari organisme yang
bersangkutan maka hasil belajarnya tidak akan baik.

Sedangkan hukum latihan atau the law of exercise Thorndike


mengemukakan dua aspek yang terkandung di dalamnya yaitu :

1. The law of use, The law of use adalah hukum yang menyatakan bahwa
hubungan atau koneksi antara stimulus-respons akan menjadi kuat apabila
sering digunakan.
2. The law of disuse,The law of disuse adalah hukum yang menyatakan bahwa
koneksi antara stimulus-respons akan menjadi lemah apabila tidak latihan.

Mengenai hukum efek, Thorndike berpendapat bahwa memperkuat atau


memperlemah hubungan stimulus-respons, tergantung pada bagaimana hasil dari
respons yang bersangkutan.

10
c. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
BF.Skinner dikenal sebagai tokoh dalam bidang pengondisian operan
(operant condisioning). Untuk memahami konsep ini, kita harus memahami dengan
apa yang dimaksud perilaku operan dan perilaku respons.

Perilaku respons: perilaku respons adalah perilaku alami, perilaku ini


merupakan respons langsung atas stimulus, perilaku ini bersifat reflektif. Perilaku
ini sama halnya dengan istilah aktivitas reflektif dalam kondisioning klasik dari
Pavlov.

Perilaku operan; perilaku ini lebih bersifat spontan, perilaku yang


muncul bukan ditimbulkan oleh stimulus, melainkan ditimbulkan oleh organisme
itu sendiri.

Terdapat dua prinsip umum dalam teori pengkondisian operan yang


dipaparkan olegh Skinner, dua prinsip tersebut adalah :

1. Setiap respons yang disertai dengan Reward (sebagai reinforcement stimuli)


akan cenderung diulangi.
2. Reward atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan atau rate
terjadinya respons.

JP.Chaplin memaparkan bahwa hukum dasar pengkondisian operan


adalah apabila ada satu operan yang diikuti dengan satu penguatan perangsang,
maka kecepatan mereaksi akan bertambah pula. Percepatan mereaksi tadi secara
khas diukur selama satu pelaksanaan sampai terjadinya pengakhiran. Penguatan
perangsang reinforcement stimuli dapat bersifat positif atau negative.

d. John Broadus Watson (1878-1958)


Watson mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang
tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari satu
pengenalan mengenai kondisi perangsang, dan sebaliknya juga mengenali reaksi,
agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya. Inti dari
behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku.
11
Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist
views it pada tahun 1913. Didalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan
pandangan behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan
fungsionalisme tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang
dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran, karena kesadaran
adalah sesuatu yang dubios.

Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi


mengenai binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam
pengkondisian rasa takut pada anak-anak.

B. Karakteristik dan Konsep Dasar Teori Behavioral

Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-
faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan
macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah laku dipelajari
ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar :

a. pembiasaan klasik
b. pembiasaan operan
c. peniruan.

` Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak
puasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar
melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi
dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Karakteristik konseling
behavioral adalah :

a. berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik,


b. memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling,
c. mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien,
dan
d. penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

12
Salah satu studi yang paling perkembangan pendekatan behavioral adalah
studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) yang menggunakan anak sebagai
subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned).Teori behavioral didasari oleh
pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan
terstruktur dalam konseling. Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi
perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah
perilaku.

Konsep dasar konseling adalah membantu, sedangkan konsep dasar dari


behaviorisme adalah prediksi dan control atas perilaku manusia yang tampak.
Muhamad Surya memaparkan bahwa dalam konsep behavioral, perilaku manusia
merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan
suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu untuk
mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Hal yang paling mendasar dalam konseling behavioral adalah penggunaan
konsep-konsep behaviorisme dalam pelaksanaan konseling, seperti konsep
reinforcement , yang merupakan bentuk adaptasi dari teori pengkondisian klasik
Pavlov, dan pengkondisiaan operan dari Skinner. Tiga macam hal yang dapat
memberi penguatan yaitu : 1). Positive reinforcer, 2).Negative reinforcer, 3).no
consequence and natural stimuli.\

C. Hakikat manusia dan kepribadian menurut Teori Behavioral


1. Hakikat Manusia Menurut Teori Behavioral

Hakikat manusia berdasarkan Teori Behavioral merupakan mahluk


hereditas yang netral (tidak baik dan tidak jahat) yang membawa seperangkat
kebutuhan yang akan diakomodasikannya dalam lingkungan dimana mereka
berada. Karenanya, keberadaan manusia akan sangat bergantung pada situasi
lingkungan (internal dan eksternal) sebagai pembentuk kepribadian. Interaksi
terhadap lingkungan sebagai suatu proses pembelajaran dan kematangan juga
merupakan intervensi yang menempatkan manusia sebagai produsen sekaligus
sebagai hasil lingkungan.

13
2. Kepribadian Menurut Teori Behavioral

Pribadi manusia menurut Sujanto dalam pemahaman tingkah laku tumbuh


dari dua kekuatan, yaitu: 1) kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir,
berwujud benih, bibit yang sering disebut kemampuan-kemampuan dasar, 2)
kekuatan dari luar, faktor lingkungan.
Hakekat dari kepribadian manusia menurut behavioral adalah perilakunya
yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman. Pengalaman tersebut diperoleh dari
interaksi individu dengan lingkungannya. Kepribadian dapat dipahami dengan
mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannnya yang terus
menerus dengan lingkungannya. Karena manusia tidak pernah lepas dari
lingkungan sekitarnya sejak manusia lahir.
Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya
adalah prilaku. Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya
berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada manusia yang
sama, karena kenyataannya manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam
kehidupannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman,
yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya.

D. Hakikat Manusia dalam Teori Behavioral menurut Bimbingan dan Konseling


Islam

Hakikat manusia berdasarkan pandangan teori behavioral merupakan


mahluk hereditas yang netral (tidak baik dan tidak jahat) yang membawa seperangkat
kebutuhan yang akan diakomodasikannya dalam lingkungan dimana mereka berada.
Yang mana makhluk yang tidak baik dan juga tidak buruk.

Sedangkan islam memandang bahwa manusia merupakan makhluk yang


memiliki fitrah, yang dibawanya sejak lahir. Hakikatnya manusia sejak lahir adalah
suci, bersih dan cenderung pada agama Allah. Jadi, manusia itu cenderung kepada
kebaikan, bukan baik atau buruk. Namun, manusia bisa menyimpang dari fitrahnya
(berperilaku negatif) jika dipengaruhi oleh lingkungan dan budayanya. Jadi,
pandangan bimbingan konseling Islam tentang manusia berbeda dengan teori
behavioral.

14
Konseling Islami merupakan suatu usaha membantu individu dalam
menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya
sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan
berfungsi untuk menyembah/ mengabdi kepada Allah Swt., sehingga akhirnya
tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan alam
semesta.

E. Kepribadian Menurut Teori Behavioral dalam Bimbingan Konseling Islam

Hakekat dari kepribadian manusia menurut behavioral adalah perilakunya


yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman. Pengalaman tersebut diperoleh dari
interaksi individu dengan lingkungannya. Kepribadian merupakan suatu sistem sifat
atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainya seperti kecakapan, minat, sikap,
dan temperamen.

Dalam pandangan Islam, kepribadian merupakan interaksi dari kualitas-


kualitas nafs, qalb, akal dan bashirah, interaksi antara jiwa, hati, akal dan hati nurani.
Kepribadian, disamping bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak lahir dari warisan
genetika orang tuanya, ia terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya, proses
internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya.

Dalam konsep behavioral tipe kepribadian dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pribadi Sehat

Pada dasarnya manusia lahir dalam kondisi netral, tidak baik dan tidak
buruk, kepribadian orang akan menjadi baik atau buruk sangat ditentukan bagaimana
individu berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu proses belajarnya. Karena tingkah
laku manusia yang membentuk kepribadian tersebut diperoleh dari belajar, maka
perkembangan pribadi yang sehat adalah pribadi yang bisa belajar dengan tepat, atau
dengan kata lain, pribadi yang memiliki kemampuan belajar yang benar dari interaksi
dengan lingkungannya, baik ketika mendapatkan reinforcement, mendapatka
punishment,mmenggeneralisasikan dan mendeskriminasi respons, dan sebagainya.

2. Pribadi Tidak Sehat

15
Tingkah laku yang tidak tepat juga diperoleh dari belajar individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, tetapi dalam proses belajar individu untuk
memperoleh berbagai kebutuhannya terjadi kesalahan, baik ketika menerima
reinforcement, punishment, menggeneralisasikan, dan mendeskreminasi, dan
sebagainya, akibatnya individu mengalami berbagai kesulitan baik terhadap dirinya
sendiri juga bagi orang lain atau lingkungannya.

Berbeda dengan pandangan islam, Pribadi yang sehat ialah pribadi yang
memiliki hati nurani dan akal yang berfungsi dengan baik dan seimbang
sehingga dapat mengendalikan nafsu, memiliki keimanan dan mempunyai
tujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan konsep konseling bahwa pribadi yang sehat adalah pribadi
yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain
dan lingkungan sosial. Di dalam kajian Alqur’an tidak hanya itu saja, namun
juga membahas hubungan pribadi yang mengatur dirinya dalam hubungannya
dengan Allah SWT.
a. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri
b. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Orang Lain
c. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Lingkungan
d. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Allah Swt.

Kepribadian manusia itu bukan hanya jiwa tetapi merupakan perpaduan


antara hati, sifat, pemikiran, fisik, yang kemudian membentuk perilaku tertentu
yang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan sekitar. Setiap manusia
memiliki dua hal yang nampak pada dirinya yang pertama, berkaitan dengan
penampilan fisiknya, seperti bentuk tubuh, wajah dan pakaian.

F. Tujuan Teori Behavioral

Konseling behavior bekerja dengan memusatkan perhatian perilaku manusia


pada yang nampak dan dapat dipelajari, tujuan yang ingin dicapai pada saat proses
konseling harus jelas dan sesuai dengan prosedur yang ada, memusatkan perhatian
pada masalah klien dan membantu dalam memecahkan masalah klien. Tujuan
konseling behavior adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku
16
simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku,
yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang atau mengalami konflik
dengan kehidupan sosial.

Menurut Latipun, tujuan konseling behavior adalah menciptakan suatu


kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku yang negatif
dapat dihilangkan serta mengubah tingkah laku adaptif dengan cara memperkuat
tingkah laku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta
berusaha menemukan cara-cara bertingkah laku yang baru.

G. Teknik-Teknik Konseling Behavioral

Lesmana membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian yaitu :

1. Teknik-teknik Tingkah Laku Umum


 Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika
tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Misalnya : klien
yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus –
menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian
pujian harus dikurangi
 Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah
laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tingkah laku yang
ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit –
unit kecil.
 Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah
laku maladaptive tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa
individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan
keuntungan.
2. Teknik – teknik Spesifik
 Desensitiasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik
ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respon yang tidak konsisten
dengan kecemasan. Desensitiasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di
mana klien diminta untuk meggambarkan situasi yang paling menimbulkan
kecemasan sampai titik dimana klien tidak merasa cemas.
17
 Pelatihan asetivitas adalah teknik yang mengajarkan klien untuk membedakan
tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Teknik ini dapat membantu klien yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan
orang lain.
 Time Out merupakan teknik averszif yang sangat ringan. Apabila tingkah
laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari
penguatan positif. Time out akan lebih efektif bila dilakukan dalam waktu
singkat.
 Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk
membayangkan situasi stimulus yang mengancam  secara berulang – ulang.
Sementara flooding , menurut Corey (2009) merupakan teknik dimana terjadi
pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang – ulang
tanpa pemberian penguatan.

H. Metode Konseling Behavioral

Terdapat beberapa pendekatan atau metode yang diterapkan dalam koneling


behavioral. Krumboltz memberikan empat kategori pendekatan konseling
behavioral : 1). operant learning, 2).social modeling, 3). Cognitive leraning, 4).
emotional learning. Yaitu :

 Operant Learning : pendekatan ini merupakan adaptasi dari dua teori


kondisioning dari Pavlov dan Skinner, pendekatan ini memfokuskan pada
penguatan (Reinforcement), dalam pembentukan perilaku klien yang
dikehendaki.
 Social Modeling : Pendekatan belajar social bertolak dari pendapat Bandura
tentang tiga sistem terpisah namun merupakan system pengatur yang saling
berkaitan, tiga aspek tersebut adalah : 1). peristiwa stimulus eksternal, 2).
penguat eksternal, dan yang paling penting adalah proses perantara kognitif.
Dalam pelaksanaanya pendekatan ini diterapkan oleh konselor dengan cara
merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien
 Cognitive learning : metode ini merupakan metode pengajaran secara verbal,
kontak antara konselor dengan klien dan bermain peran. Pendekatan ini terdiri
18
atas persuasi dan argumentasi yang diarahkan kepada perubahan-perubahan
ide yang tidak rasional.
 Emotional Learning : emotional learning diterapkan pada individu yang
mengalami kecemasan. pelaksanaannya dilakukan dalam situasi rileks dengan
menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu
rangsangan byang menyenangkan.
I. Langkah-Langkah Konseling Behavioral

Tingkah laku yang bermasalah dalam Konseling Behavioral adalah tingkah


laku yang berlebih (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Contoh
tingkah laku yang berlebihan seperti merokok, terlalu banyak main game, sering
memberikan komentar dikelas. Adapun tingkah laku yang deficit adalah terlambat
masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas, dan membolos sekolah.

Tingkah laku excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling


menghilangkan atau mengurangi tingkah laku, sedangkan tingkah laku deficit
dikonseling dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku. Menurut
Komalasari (2011), tahapan dalam konseling berhavioral adalah sebagai berikut :

a. Melakukan asesmen (assessment)

Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli
pada saat ini. Assessment yang dilakukan, adalah aktifitas nyata, perasaan dan
pikiran konseli. Terdapat enam informasi yang digali dalam assessment yaitu :

1. Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami oleh konseli saat ini.
Tingkah laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang khusus.
2. Analisis tingkah laku yang didalamnya terdapat maslah konseli. Analisis
ini mencoba untuk mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah
laku dan mengikutinya sehubungan dengan masalah konseli.
3. Analisisi motivasional.
4. Analisisi self kontrol, tingkatkan kontrol diri konseli terhadap tingkah
laku yang bermasalah, ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih
atas dasar kejadian-kejadian yang menentukan self kontrol.
5. Analisisi hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan
konseli juga diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan
19
konseli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan hubungan ini
dianalisis juga.
6. Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-
norma dan keterbatasan lingkungan.
b. Menentukan tujuan (goal setting)

Konselor dan konseli menentukan tujuan dari konseling sesuai dengan


kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis.
Fase goal setting disusun atas tiga langkah yaitu :

1. Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-


tujuan yang diinginkan.
2. Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-
hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat
diukur.
3. Memecahkan tujuan kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi
susunan yang berurutan
c. Mengimplementasikan teknik (technique implementation)

Setelah tujuan konseling dirumuskan. Konselor dan konseli menentukan


strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan
tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan konseli mengimplementasikan
teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami konseli (tingkah
laku excessive atau deficit).

d. Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination)

Evaluasi konseling behavioristik merupakan proses yang


berkesenambungan. Evaluasi dibuat atas apa yang konseli perbuat. Tingkah laku
konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan
efektifitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar
mengakhiri konseling. Terminasi meliputi :

1. Menguji apa yang dilakukan konseli terakhir kali.


2. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan.

20
3. Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling
ke tingkah laku konseli.
4. Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku
konseli.

J. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral


Konseling teori behavioral juga memiliki beberapa prinsip kerja, yaitu :
1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong
untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai
daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata
ditampilkan melalui tingkah laku klien.
2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan
terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
3. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau
model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung).
4. Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang
diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran
yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa Konseling behavioral
adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor kepada
konseli dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral),
dalam hal memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli serta dalam
penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri konseli sendiri.
Hakikat manusia menurut teori behavioral umum dan dalam pandangan
bimbingan dan konseling itu berbeda, ketika teori behavioral menganggap
manusia merupak makhluk yang netral tidak buruk juga tidak baik, tetapi didalam
pandangan islam manusia merupakan makhluk yang memiliki fitrah, yang
dibawanya sejak lahir. Hakikatnya manusia sejak lahir adalah suci, bersih dan
cenderung pada agama Allah. Jadi, manusia itu cenderung kepada kebaikan,
bukan baik atau buruk. Namun, manusia bisa menyimpang dari fitrahnya
(berperilaku negatif) jika dipengaruhi oleh lingkungan dan budayanya.
Begitu pula tentang kepribadian, menurut teori behavioral umum
kepribadian adalah perilakunya yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman.
Pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya.
Sedangkan dalam pandangan konseling islam kepribadian merupakan interaksi
dari kualitas-kualitas nafs, qalb, akal dan bashirah, interaksi antara jiwa, hati, akal
dan hati nurani.
Terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat kita pakai sebagai seorang
konselor dan juga metode-metode agar kita dapat menyelesaikan masalah konseli,
yaitu :
a) Melakukan asesmen (assessment)
b) Menentukan tujuan (goal setting)
c) Mengimplementasikan teknik (technique implementation)
d) Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination)

22
B. Saran
Untuk para Konselor ataupun kepada calon konselor agar sebaiknya betul-betul
memahami konsep, teknik-teknik, serta metode-metode konseling behavioral ini,
agar kita dapat menyelesaikan masalah konseli dengan baik dan benar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Konseling Behavior https://www.kajianpustaka.com/2020/07/konseling-behavior.html?


m=1#:~:text=Konseling%20behavior%20merupakan%20suatu%20teknik,teknik%20yang
%20berorientasi%20pada%20tindakan diakses tanggal 15 November 2020
Auliya, Ulfa Rahmatul. 2018. Teori Behavioral dalam Perspektif Bimbingan Konseling
Islam. Padang : Jurnal Al-Taujih BINGKAI Vol 4, No 1
Teori Behavioral – Bimbingan dan Konseling
http://pembelajaranbimbingandankonseling.blogspot.com/2016/11/teori-behavioral.html?
m=1 diakses tanggal 15 November 2020
Pendekatan dan Teknik Konseling Behavioral
http://www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23pendekatan-
konseling-behavioral/amp/ diakses tanggal 15 November 2020
Makalah Konseling Behavioral FIX.rtf – Direktori file UPI http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direktori/FIP/
JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195901101984032-EUIS_FARIDA/
MAKALAH_konseling_Behavioral_FIX.pdf&ved=2ahUKEwjhjuXIx8rtAhVH4XMBH
R1lAncQFjAJegQIGRA&usg=AOvVaw2nnCKxs66cdvAVjf6vHkqm diakses tanggal 15
November 2020

24
25

Anda mungkin juga menyukai