PENELITI :
NIM. A1E115044
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai organ yang membentuk suatu sistem di
umum jika semua penyusun sistem tubuh dalam keadaan normal, tubuh akan
sehat. Akan tetapi, jika terjadi gangguan pada salah satu sistem, maka tubuh tidak
sehat atau sakit. Sehingga tentu saja jika sistem tersebut terganggu, maka akan
Salah satu penyebab terganggunya sistem dalam tubuh juga dikarekan oleh
gangguan psikis. Seperti yang telah disarikan dari buku You Can Heal Your Life
karya Louise L. Hay 1. Gangguan psikis yang dibiarkan menahun akan berdampak
pada kesehatan fisik. Fobia yang merupakan salah satu gangguan psikis. Fobia
ditakutinya, maka akan terjadi sebuah gejolak jiwa yang sangat mendalam.
Gejolak jiwa tersebut terjadi karena peristiwa traumatik pada masa lalu.
Berdasarkan mitologi, Fobia berasal dari Dewa Phobos sebagai dewa yang
para musuh Yunani. Teror berarti suatu keadaan yang mengancam dan dorongan
kecemasan muncul dan memicu rasa takut dalam diri manusia, menjadi batasan
kondisi pikiran dan aktifitasnya. Fobia yang diawali dari rasa cemas dan takut
1
Ahmad Faiz Zainuddin, SEFT Total Solution SEFTer Handbook, t.k. t.p. 2013, hlm. 28-30
mulai membawa manusia pada keadaan terbatas, cukup jelas terlihat dari tindakan
yang dilakukan2.
Fobia sederhana biasanya sejak kecil, dan sering hilang pada saat orang
tersebut beranjak remaja. Fobia biasanya dimulai setelah itu. Hal tersebut dapat
mendalam.
Pada saat peneliti turun kelapangan ada beberapa siswa yang takut dengan
jangkrik, ia berbicara kalau dia jijik atau geli melihat jangkrik tersebut berada di
dekatnya dan hanya melihatnya aja sudah membayangkan dengan serangga yang
lainnya. Salah satu cara untuk mengatasi perihal takut/fobia dengan salah satu
perlu dengan menerapkan metode khusus atau teknik-teknik khusus dalam rangka
pemecahan masalah klien), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Salah satu teknik
2
Demikian yang disampaikan Fathiah Chaerany dalam skripsinya yang berjudul Analisis Phobia
sebagai Pemahaman Kesadaran Manusia dalam Pemusatan Perhatian pada Pengalaman Subjektif
(Universitas Indonesia, 2010).
Menurut Sutja (2016:88) mengungkapkan Fobia terbagi menjadi tiga
macam yang dominan, yaitu : Fobia sosial; seperti takut kepada orang, lawan
jenis, keramaian atau takut berbicara bicara di depan umum. Fobia kondisi;
seperti fobia ketinggian, petir, hujan, gelap atau warna tertentu, serta fobia pada
objek tertentu seperti fobia dengan cecak, kucing, cacing, tikus dan objek lainnya.
Hal ini terlihat sewaktu peneliti banyak menemukan siswa yang takut dengan
tau siapa-siapa saja yang memiliki fobia terhadap serangga yaitu jangkrik,
b. Batasan Masalah
1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang takut pada Jangkrik.
3. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghilangkan fobia
terhadap jangkrik.
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan Penelitian
e. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
seperti yang di bayangkan dan tidak takut lagi ketika berpapasan kembali
Sebagai bahan masukan agar anak tidak takut lagi ketika berjumpa
dengan hewan yang anaknya takuti dan tidak lagi merasa terancam lagi.
f. Pengertian Istilah
1. Fobia adalah adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau
mengidapnya.
(www.emofree.com).
Tinjauan Kepustakaan
kelompok.
perkembangan.
Dari uraian di atas maka dapat dimaknai bahwa konseling kelompok adalah
perasaan, berfikir, kesadaran dan perkembangan individu yang sehat dalam format
dengan interaksi yang intensif dari anggota kelompok dan pemimpin kelompok
agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui
kelompok terbagi atas 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari
asas yang harus diperhatikan oleh para anggota, menurut Prayitno (2004: 13-15)
konseling kelompok dan tidak layakdiketahui oleh orang lain selain orang-
Karena jika keterbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-
konseling kelompok, dapat dikatakan bahwa tidak ada anggota yang tidak
e. Tahap Penyelenggaran
Tahapan akhir kegiatan ini bertujuan untuk melihat kembali apa yang
selanjutnya.
2. Kajian Teknik Emotional Freedom Technique (EFT)
EFT adalah tehnik menghapus emosi negative yang jadi sumber energy
negative itu , EFT ini terapi yang unik, semula diarahkan untuk mengatasi
persoalan emosional, tetapi dapat mengatasi gangguan yang bersipat fisik, dan
dapat membantu klien yang mengeluh rasa sakit pada fisiknya maupun pada klien
Cara kerja teknik EFT ini dengan mengetuk titik tertentu pada bagian tubuh
dan HP yang di pasang pasword yang hanya bisa dibuka dengan simbol
paswordnya. Tubuh manusia juga demikian blokir aliran energi positif yang hanya
dapat dibuka melalui ketukan pada titik meridian yang terkoneksi dalam sirkuit
meridiannya. Mengetok titik meridian energi yang terpilih yang dapat menghapus
dirinya yang menjadi penyebab munculnya masalah emosi dan fisiknya selama ini
Cukup mengetok titik meridian tertentu saja oleh sebab itu sangat mudah
5) Lebih ekonomis.
diagnitik lain.
7) Lebih komphrehensif.
EFT dapat dilakukan secara khusus atau bersama dan tidak berpantangan
10) revolusional
Kelebihan EFT diatas telah terbukti oleh banyak bukti lapangan yang tidak
terlalu keras dapat membuat terapi EFT menjadi terhambat .jika ketukan
iklas atau masih khawatir untuk menghapus emosi atau perilaku negatif
speaker ,dll.
Dari berbagai pengalaman praktisi EFT, ternyata EFT dapat digunakan untuk
stress disorder), depresi, pelecehan seksual, cemas dan marah, fobia, insomia,
dan berbagai kasus penyakit diabetes, darah tinggi, asam urat, keseleo, serta
permasalahan wanita, pria dan anak. EFT juga baik untuk masalah-masalah fisik
seperti: sakit punggung, sakit kepala, sakit gigi, sakit hati. Persoalan addiction;
a. Pengertian Fobia
Fobia adalah salah rasa takut berlebihan tidak normal dan irasionalterhadap
suatu (baik benda maupun situasi) secara berlebihan kata fobia berasal dari bahasa
Yunani “Phobos” yang artinya fear (ketakutan). Kata fobia pertama kali
hidup dalam abad pertama S.M, namun kata fobia sendiri baru muncul dalam
dan penulis asal inggris menganjurkan untuk memberikan nama khusus untuk
Phobia berbeda dengan ketakutan biasa. Fobia adalah rasa takut atau cemas
berlebihan yang dapat menimbulkan reaksi juga terhadap jasmani seperti merasa
gemetar, mengeluarkan keringat dingin, otot lemas, pucat, tubuh kaku dan
sebagainya. Fobia dapat diderita oleh siapa saja tanpa batasan usia dan jenis
berlebihan, namun ia sendiri tidak mampu untuk mengatasi rasa takutnya tersebut.
Reaksi paling umum yang diberikan oleh penderita Fobia adalah dengan
menghindar (avoid) objekatau situasi yang mereka takuti. Namun dapat juga
seseorang yang mengalami Fobia untuk melawan, seperti seseorang yang
memiliki Fobia terhadap kucing ia akan melempar atau memukul kucing tersebut
sampai menjauh atau mati. Akan tetapi reaksi ini jarang terjadi pada pendarita
Fobia mereka akan cenderung menjauh atau menghindari objek fobianya itu.
super ego. Namun, tindakan merepresi ini menimbulkan rasa cemas. Untuk
situasi, atau peristiwa yang secara simbolik tidak jauh berbeda dengan
alarm, yaitu alarm yang sebenarnya (true alarm). Tidak hanya melalui
dapat diperoleh dengan mengalamai alarm yang salah (false alarm) berupa
serangan panik/stres dalam situasi yang spesifik (stress due to live even).
Bahkan fobia juga dapat dipelajari melalui instruksi verbal atau deskripsi dari
4. Faktor genetik
2006:193)
takut dan cemas yang berlebihan terhadap situasi atau suatu objek yang juga
memberikan respon kepada jasmani seperti merasa meriang, keringat dingin dan
lain sebagainya. Fobia dapat terjadi kepada siapa saja tanpa melihat batasan usia
dan jenis kelamin. Fobia dapat terjadi dikarenakan beberapa factor yang
Konseling Kelompok
Prinsip utama teknik EFT ini adalah menghilangkan rasa takut, dengan cara
mengasih individu secara langsung dihadapkan dengan sumber ketakutannya
tersebut.
Maka dari itu, peneliti berasumsi bahwa teknik EFT dapat menghilangkan
Phobia yang akan dilaksanakan dalam layanan Konseling Kelompok.
Mempertimbangkan proses siklus pelaksanaan tindak layanan yang akan
dilaksanakan, peneliti memilih layanan konseling kelompok agar dapat
mempermudah pelaksanaan layanan yang akan dilaksanakan melalui beberapa
siklus sesuai yang telah direncanakan.
Adapun posisi peneliti ini ialah untuk membantu guru BK dalam menyusun
bimbingan kelompok .
Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan Guru BK dalam
phobia siswa terkhusus sebagaimana dengan isi proposal peneliti yaitu Phobia
sisiwa di .
g. Kerangka Konseptual
Fobia Konseling
Sekolah
Jangkrik Kelompok
Teratasnya Fobia
Teknik EFT
terhadap Jangkrik
h. Kerangka Konseptual
konseptual yang akan memberikan arahan tentang hal-hal yang akan diteliti.
1. Setting PTL
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Layanan (PTL). Menurut Sutja, dkk
sistematis, berdaur ulang (siklus) dan bersifat reflektif yang dilakukan oleh
praktisi BK secara mandiri atau kolaboratif dengan setting kelas, kelompok atau
individual.
Pada penelitian ini peneliti melakukan kolaborasi dengan salah satu guru
pembimbing yang ada di SMP Negeri 19 Kota Jambi yaitu ibu Arnita Liana, S.Pd.
Pada pelaksanaan layanan yang akan diberikan nantinya, ibuk Arnita akan
1) Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 19 Kota Jambi. Sekolah ini beralamat
di Jl. Dr. Tazar Rt.14 No.45, Buluran Kenali, Kec. Telanai Pura Kota Jambi. Sebagian
sekitar sekolah. Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VII F yang
berjumlah 32 siswa.
2) Waktu Penelitian
direncanakan akan dilaksanakan dalam satu (1) kali penyebaran angket, dan tiga
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 19 Kota Jambi.
Subjek yang diambil yaitu 8 orang siswa dengan penyebaran angket. Angket adalah alat
yang menjadi subyek penelitian, dalam penelitian ini, angket digunakan untuk
pelaksanan layanan.
3. Instrument Penelitian
1) Observasi
menjadi bagian dari layanan itu, tidak memperlihatkan diri sebagai pengamat
tetapi melaksanakan layanan sekaligus juga mengamati proses layanan itu (Sutja,
dkk, 2017:152)
Alat pengumpul data pada observasi ini menggunakan Catatan Lapangan, yaitu
berupa rekaman data lapangan yang dicatat peneliti dalam suatu buku catatan,
format bersifat bebas dan tidak kaku, dengan syarat bahwa peneliti mudah
memahaminya.
2) Angket
Angket/Kuesioner adalah alat yang sering digunakan dalam PTL. Biasanya angket
atau kuosioner digunakan untuk mengukur hasil, terutama tang berkenaan dengan
melalui pos atau email tanpa menemui responden satu persatu, sehingga lebih
ekonomis dari pada harus menjumpai dan tatapan muka seperti wawancara
formal.
No Item
Variabel Indikator Deskriptor
- +
Phobia 1. Takut 1. Merasa takut 1 2
Jangkrik
terhadap ketika melihat
Jangkrik jangrik 3 4
2. Takut melihat
bertemu
jangkrik 5 6
2. Panik
1. Merasa panik
ketika 7 8
membicarakan
tentang
jangkrik
2. Panik ketika 9 10
orang
3. Jantung menakut-
nakuti ada 11 12
berdegup
kencang jangkrik di
bahu
1. Merasa tidak
tenang
mendengar
nama jangkrik
2. Berkeringat
dingin ketika
melihat video
jangkrik
Nama :
Kelas :
Tanggal pengisian :
Sekolah :
Petunjuk Pengisian
PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN JR
SL SR KD TP
3) Wawancara
Hari/ Tanggal:
No ITEM TALLY
FREKUENSI
AKTIVITAS
KEGIATAN
4) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan hasil
diabadikan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud seperti Photo saat
4. Prosedur
1) Tahap Persiapan
EFT.
2) Tahap kegiatan
Konselor mencoba menanyakan kembali kepada klien apakah masih ada yang
Konselor mencoba memperbaiki apabila ada tapping atau afirmasi yang salah
dan membenarkannya.
3) Tahap Pengakhiran
a. RPL
A. SIKLUS I
rencana tindakan PTL. Rencana PTL adalah pilihan tindakan yang diambil untuk
penelitian. Sedangkan tindakan PTL disamping berisi rencana layanan juga berisi
1. Pembentukan Kelompok
a. Penjelasan tentang tujuan, azas, dan kode etik konseling kelompok dari
konselor
b. Perkenalan dengan permainan “Perkenalan Berantai”
3. Kegiatan inti :
jangkrik dengan menggali lebih dalam apa penyebabnya, mengapa itu bisa
terjadi, apa yang anggota rasakan pada saat itu terjadi sehingga masing-
Jangkrik.
d. Dari hasil menghadirkan sumber atau objek secara nyata tersebut konselor
jijik lagi.
hilangkan.
konselor berikan dan apakah ada perubahan atau tidak terhadap dirinya.
mendatang.
a. Pelaksanaan Siklus I
1) Tahap Pembentukan
yaitu tentang “Phobia terhadap Jangkrik” yang akan dilalui dengan serangkaian
tersebut.
lalu dalam akhir tahap pembentukan, konselor meminta klien untuk mengikuti
2) Tahap Peralihan
3) Tahap Kegiatan
masalah yang akan dibahas. Dimulai dari pengertian Phobia Jangkrik faktor
penyebab siswa Phobia terhadap Jangkrik, dan cara mengatasinya. Dari semua
apa yang menjadi ketakutan siswa terhadap jangkrik dengan menanyakan lebih
dalam apa penyebabnya, mengapa bisa terjadi, mengapa itu bisa terjadi, apa yang
penyebabnya.
mencoba menghadirkan sumber atau objek phobianya secara nyata yaitu Jangkrik.
1. EB = Meskipun selama ini saya sangat jijik dengan Jangkrik, tetapi saya
memegangnya (perilaku).
6. CB = Meskipun dulu saya ingin lari saat melihat Jangkrik, sekarang saya
7. UA = Meskipun dulu saya jijik dengan Jangkrik, sekarang saya tidak jijik
lagi.
hilangkan.
dapat merasakan teknik yang telah konselor berikan dan apakah ada perubahan
konselor dan klien melakukan tanya jawab berkaitan dengan Teknik EFT dalam
dilakukan.
4) Tahap Pengakhiran
b. Evaluasi Siklus
terkumpul pada tahap pelaksanaan penelitian, baik data tentang proses maupun
hasil. Kedua data ini saling ketergantungan sehingga perlu dianalisis sekaligus.
Ketetapan atau efektivitas suatu proses diukur dari kualitas hasil yang dicapainya,
sebaliknya hasil yang berkualitas menandakan proses sudah berjalan secara baik.
c. Refleksi Siklus
Setelah mengkaji ulang melalui teknik yang telah diterapkan berikut adalah
peneliti dan siswa ini mana penerapan teknik yang diadakan dapat
a) Lingkungan : Faktor hambatan yang ada pada penerapan layanan ini yaitu
b) Siswa : dari 8 siswi yang mengikuti kegiatan ini ada 3 siswa yang masih
membuat 3 klien ini kurang konsen dan kurang mengikuti arahan dari
melakukannya pada tempat yang lebih kondusif lagi supaya klien dapat
I. Jadwal Penelitian
Prayitno. 2004. Dasar Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar Dasar Bimbingan Dan Konseling.