Anda di halaman 1dari 11

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAM KEMANGI (Ocinum sanctum L.

)
TERHADAP PUPUK POC (NPK) YANG BERBAHAN DASAR DARI KULIT
PISANG, BONGGOL PISANG DAN DAUN LAMTORO DENGAN MOL TAPE
SEBAGAI MEDIA DEKOMPOSERNYA

Astari Rukmana1 dan Gesti Lestari2


1,2
Mahasiswa Program Studi Tadris Biologi
Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung
email: rukmanaastari@gmail.com

ABSTRAK
Permasalahan yang sering muncul dalam budidaya kemangi adalah kurangnya
pemberian nutrisi sehingga kemangi sulit tumbuh dengan baik. Pemberian nutrisis pada
kemangi dapat dilakukan dengan pemberian pupuk. Salah satu jenis pupuk yang digunakan
dalam budidaya tanaman pertanian adalah Pupuk Organik Cair (POC), sehingga dalam
penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana respon pertumbuhan dan hasil tanam
kemangi (Ocinum sanctum L.) Terhadap pupuk POC (NPK) yang berbahan dasar dari kulit
pisang, bonggol pisang dan daun lamtoro dengan mol tape sebagai media dekomposernya
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk POC (NPK) berdampak
posistif bagi pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi presentase pupuk yang diberikan maka
akan semakin efektif pertumbuhan pada tanaman kemangi.

Kata kunci: Kemangi, MOL tape, POC NPK


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman yang tergolong
hemafrodit dan tumbuh di daerah tropis, tanaman ini termasuk family lamiaceae dan banyak
tumbuh di Indonesia. (Safwan, dkk, 2016). Sejalan dengan peningkatan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, masyarakat telah menggunakan tanaman kemangi sebagai
tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, kemangi dapat dijadikan bahan obat-obatan
karena mengandung minyak esensial. Ekstrak daun kemangi digunakan sebagai stimulan dan
karminatif (agen yang mencegah dan mengurangi perut kembung atau flatulen), untuk
mengobati muntah, batuk, disentri kronis dan diare. Kandungan senyawa bioaktif daun
kemangi dapat membantu mengoptimalkan kesehatan dan mengurangi resiko penyakit kronis
seperti kanker, jantung koroner, stroke dan Alzheimer. (Fitri Oviyanti, dan Nurul Hidayah,
2016). Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam budidaya kemangi adalah
kurangnya pemberian nutrisi sehingga kemangi sulit tumbuh dengan baik. Pemberian pupuk
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh untuk budidaya tanaman kemangi. Pemberian
pupuk akan memasok unsur hara yang dibutuhkan untuk reaksi pertumbuhan dan

1
produksinya dan dapat menambah nutrisi bagi tanaman. Penggunaan pupuk organik menjadi
salah satu solusi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu jenis pupuk organik yang
digunakan dalam budidaya pertanian adalah Pupuk Organik Cair (POC) . POC mempunyai
kandungan unsur hara makro dan mikro, protein, lemak, asam-asam organik dan zat stimulus
tumbuhan seperti Gibberelin, auksin, dan Sitokinin. (Susana Neli, dkk, 2016). Pupuk
Organik Cair dapat berasal dari kulit dan bonggol tanaman pisang. Tanaman pisang
memiliki berbagai manfaat, namuan beberapa bahan pada pisang hanya dibuang begitu saja
menjadi limbah pisang, sedangkan pada bonggol pisang terdapat mikroorganisme local
(MOL) yang dapat mengurai bahan organik yang dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk
organic cair, mikroba terdapat pada bagian luar maupun dalam bonggol pisang. Bonggol
pisang di fermentasi menggunakan bahan campuran seperti daun lamtoro dan tape.
Berdasarkan pada uraian tersebut penulis melakukan penelitian dengan judul “Respon
Pertumbuhan dan Hasil Tanam Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap Pupuk POC
(NPK) yang Berbahan Dasar dari Kulit Pisang, Bonggol Pisang dan Daun Lamtoro dengan
Tape sebagai Media Dekomposernya.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang akan diteliti yaitu
“Bagaimana respon pertumbuhan dan hasil tanam kemangi (Ocimum sactum L.) terhadap
pupuk POC (NPK) yang berbahan dasar dari kulit pisang, bonggol pisang dan daun lamtoro
dengan MOL tape sebagai media dekomposernya?”
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan
hasil tanam kemangi (Ocimum sactum L.) terhadap pupuk POC (NPK) yang berbahan dasar
dari kulit pisang, bonggol pisang dan daun lamtoro dengan MOL tape sebagai media
dekomposernya. Manfaat dari penulisan paper ini adalah untuk menambah wawasan
khazanah keilmuan tentang pertumbuhan dan hasil tanam kemangi (Ocimum sactum L.)
terhadap pupuk POC (NPK) yang berbahan dasar dari kulit pisang, bonggol pisang dan daun
lamtoro dengan tape sebagai media dekomposernya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KEMANGI
1. Pengertian Kemangi
Kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh liar yang
dapat ditemukan di tepi jalan dan kebun. Tanaman ini tumbuh di tempat tanah terbuka

2
maupun agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan. Tumbuh kurang lebih 300 m di
atas permukaan laut. (Zainal, dkk. 2016). Tanaman kemangi merupakan tanaman yang
mudah didapatkan, tanaman kemangi adalah sejenis tanaman hemafrodit yang tumbuh di
daerah tropis, tanaman ini termasuk family lamiaceae yang banyak tumbuh di Indonesia.
(Safwan, dkk, 2016).
2. Klasifikasi Kemangi (Ocimum Sanctum L.)
Kemangi diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantea
Devinision : Spermatophyte
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum sanctum L.
3. Marfologi Kemangi (Ocimum sanctum L.)
Tanaman kemangi memiliki morfologi tajuk membulat, herba tegak atau semak,
sangat harum, bercabang banyak dengan tinggi 0,3-1,5 cm batang pokoknya tidak jelas,
daun berwarna hijau keunguan dan berambut maupun tidak, daun berhadapan tunggal,
tersusun dari bawah ke atas. Memiliki panjang tangkai daun 0,25-3 cm dan setiap helaian
dan berbentuk elips hingga bulat telur, memanjang, ujung tumpul atau meruncing.
Bergelombang, tepi bergerigi lemah atau rata (Kusuma, 2010).
Bunga tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Jenis bunga hemofrodit,
berwarna putih dan berbau wangi. Bunga majemuk dan diketiak dan ujung terdapat daun
pelindung berbentuk bulat telur atau elips dengan panjang 0,5-1 cm. Kelopak bunga
berbentuk bibir, sisi luar berambut memiliki kelenjar, berwarna hijau atau ungu dan ikut
menyusun buah, mahkota bunga berwarna putih dengan benang sari tersisip di dasar
mahkota, kepala putik bercabang dua namun tidak sama. ( Kusuma, 2010).
Memiliki buah dengan bentuk kotak berwarna coklat tua, tegak dan tertekan, ujung
berbentuk kait melingkar. Panjang kelopak buah 6-9 mm, biji berukuran kecil berwarna
coklat tua, bertipe keras dan waktu diambil segera membengkak, tiap buah terdiri dari
empat biji. Akar tunggang dan berwarna putih. Daun berbentuk lonjong, memanjang,
bulat telur memanjang, ujung runcing, bergerigi dangkal atau rata, dan bergelombang,
daging daun tipis, permukaan berambut halus, panjang daun 2,5 cm sampai 7,5 cm, lebar

3
1 cm sampai 2,5 cm, tangkai daun berpenampang bundar, panjang 1 cm samapai 2 cm,
berambut halus. (Kusuma 2010).
4. Kandungan Senyawa Kemangi (Ocium sanctum L.)
Kandungan senyawa yang terdapat pada kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu:
cirsimaritin, cirsilineol, apigenin, isotymusin, tannin dan asam rosmanirat dan sejumlah
yang cukup besar dari wugenol (komponen utama minyak astiri). (Sigh, dkk. 2012).
Daun kemangi kaya akan mineral makri yaitu kalsium, fosfor dan magnesium juga
mengandung betakoraten dan vitamin C. Daun kemangi juga mengandung komponen
non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, boron, anetol, arginine dan minyak
atsiri.(Bhattacharya, dkk. 2014).
B. PUPUK ORGANIK CAIR ( POC)
Pupuk organik cair merupakan pupuk yang diperoleh dari pelarutan sejumlah mikroba
dan unsure dari bahan organic yang telah mengalami proses fermentasi padat, kemudian
dilanjutkan dengan proses fermentasi aerob atau anaerob. Pemberian pupuk cair organik pada
kemangi dapat menyuplai unsure hara organik yang dibutuhkan kemangi dalam proses
pertumbuhan. (Wahyudin 2015).
Menurut Suhastyo (2011), bonggol pisang mengandung mikroba pengurai bahan
organic antara lain Bacilius sp, Aeromonas sp dan Aspergillus nigger. Mikroba inilah yang
biasa menguraikan bahan organic atau akan bertindak sebagai decomposer bahan organik. Di
dalam bonggol pisang terkandung C/N 2,2%, Fe 0,09 ppm dan Mg 800 ppm. Selain itu
bonggol pisang mengandung kabrohidat (66%), protein, air dan mineral-mineral penting.
Bonggol pisang juga memiliki kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Menurut
Maspary (2012), di dalam bonggol pisang terdapat zat pengatur tumbuh giberellin dan
sitokinin, zat pengatur tumbuh giberelin dan sitokinin adalah zat pengatur tumbuh yang
merangsang dan mempercepat petumbuhan. Kandungan kalium (K) mampu meningkatkan
kualitas buah (menguatkan rasa). Kusmawati, 2015. Fosfor (P) merupakan unsure hara
ensesial bagi tanaman yang berfungsi sebagai pemindah energi yang tidak dapat digantikan
dengan unsur hara lain. Kekurangan unsure hara P dapat menjadikan tanaman tidak tumbuh
secara maksimal, penggunaan P terbesar dimulai pada masa pembentukan polong yang
berfungsi untuk mempercepat masa panen dan menambah kandungan nutrisi benih. (Ridwan,
2017).
Salah satu faktor yang menentukan produktivitas kemangi adalah ketersediaan hara,
antara lain kaliu. Kalium terlibat dalam menjaga tekanan turgor sel, mengendalikan proses
buka-tutup stomata, mengatur ketersediaan CO2 dan kegiatan fotosintesis. Di samping itu

4
unsure ini berperan dalam sistem enzim, ketahanan tanaman, sintesis protein dan pengaturan
pH (Amrutha et.al. 2007). Tanaman lamtoro dapat dapat digunakan meningkatkan kesuburan
tanah karena tanaman lamtoro mampu memningkatkan nitrogen dan menghasilkan daun
yang banyak sebagai sumbur bahan organic. (Purwanto, 2007). Sebagai tanaman rehabilitas
lahan legume mememiliki faktor pendukung yaitu banyak mengandung nitrogen (N).
Adanya kandungan nitrogen (N) merupakan unsur terpenting dalam proses pembentukan
protein dan hormone dalam memacu proses pertumbuhan daun dan munculnya bunga.
Kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah dengan secara cepat mengatasi defesiensi hara,
mampu menyediakan hara cepat artinya bisa langsung diserap oleh tumbuhan. Pupuk organik
cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walau digunakan sesering mungkin karena
tidak meninggalkan residu kimia yang berbahaya (Ratrinia, 2014).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan rumah salah satu penulis di Desa Sribasuki
Kecamtan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan
April sampai Mei 2022.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 6 buah besek, cangkul, penggaris,
alat tulis, lidi sapu, tali rafiah, dan kamera hp. Adapun bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benih kemangi, tanah, pupuk POC (NPK) yang berbahan dasar dari kulit
pisang, bonggol pisang dan daun lamtoro dengan MOL tape sebagai media dekomposernya
dan air.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
(Fitri Oviyani,dkk., 2016) yang diulang (r) sebanyak 7 kali dengan 3 perlakuan (t) masing-
masing adalah tanpa pemberian pupuk cair NPK tanaman C (0%), pemberian pupuk cair
organic NPK tanaman B (50%) dan tanaman A (100%) per tanaman.
Bahan baku berupa daun lamtoro, bonggol pisang dan kulit pisang dengan berat ½ kg
tiap bahannya, selanjutnya diberi tambahan 1 liter air cucian beras bercampur deangan mol
tape 3 gelas sebagai decomposer dan 1 sendok gula putih sebagai makanan mikrooganisme
dalam MOL tape. Fermentasi bahan tersebut kurang lebih 14-25 hari dan diaduk setiap 5-10
menit setiap harinya agar gas sisa fermentasi keluar (Kebun Indra Tarigan, 2020)

5
Benih disemai pada bak semai dengan media tanah dan arang sekam (1:1) dan di
bumbung (dipindah ke polibeg kecil) pada umur 2 minggu setelah semai (MSS). Bibit
kemangi dipindah kepolibag besar pada umur 4 MSS, dengan media tanam Sama Dengan
Media semai (Afifah Rahayu., dkk.2019).
Dosis yang digunakan pada pemupukan tanaman kemangi dalam penelitian ini yaitu,
dengan perbandingan tiap unsur hara Pupuk Cair Organik (POC) NPK 1:1:1 kemudian
diberikan tambahan air dengan perbandingan 1:3 (1 gelas POC tiap unsur berbanding dengan
3 gelas air). Tanaman kemangi diberi perlakuan pemupukan setiap satu kali dalam satu
minggu sesuai dengan uji takaran pupuk pada tanaman A 100%, tanaman B 50% dan
tanaman C 0%.
Untuk penyiraman dilakuakan minimal dua hari sekali, jika tidak turun hujan,
penyiangan dilakukan dengan cara membuang rumput atau gulma disekitar tanaman, secara
manual pada umur 2-8 minggu setelah tanaman MST. Pemanenan dilakukan pada umur 5-10
minggu setelah tanam (MST) berdasarkan tingkat kesiapan untuk dipanen (Wawan Setiawan,
2018).
BAB IV
PEMBAHASAN
Tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang kemangi yang dipengaruhi oleh
pupuk poc (NPK) yang berbahan dasar dari kulit pisang, bonggol pisang dan daun lamtoro
dengan mol tape sebagai media dekomposernya. Adapun pengaruh perbedan perlakuan
tanaman A 100%, tanaman B 50% dan tanaman C 0% dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel 1. Data pengukuran dari MST 1-7
Hasil Pengukuran Presentase Pupuk
Pupuk 0% Pupuk 50% Pupuk 100%
Minggu 1 Panjang Batang (cm) 5 7 8
Jumlah daun 5 6 8
Jumlah cabang - - -
Minggu 2 Panjang Batang (cm) 8 12 14
Jumlah daun 6 10 12
Jumlah cabang - - 3
Minggu 3 Panjang Batang (cm) 15 21 24
Jumlah daun 8 20 26
Jumlah cabang - 4 7

6
Minggu 4 - - - -
Minggu 5 - - - -
Minggu 6 Panjang Batang (cm) 50 56 60
Jumlah daun 36 48 50
Jumlah cabang 7 11 12
Minggu 7 Panjang Batang (cm) 58 64 66
Jumlah daun 54 70 74
Jumlah cabang 16 22 24

Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil seperti data di atas yang menunjukkan
bahwa memang Pupuk POC memberikan dampak positif pada tanaman. Hal ini dapat dilihat
pada presentase pupuk 100% tanaman (A) mengalami pertumbuhan sangat efektif pada
pertumbuhan panjang batang, jumlah daun, dan jumlah cabang. Kemudian pada presentase
pupuk 50% tanaman (B) tumbuh cukup efektif pada pertumbuhan panjang batang, jumlah
daun, dan jumlah cabang. Sedangkan pada presentase pupuk 0% tanaman (C), mengalami
pertumbuhan yang kurang efektif dibuktikan dengan kurangnya panjang batang, lebih
sedikitnya jumlah daun, dan terhambatnya pertambahan cabang.

BAB V
PENUTUP
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa respon pertumbuhan dan hasil tanam
kemangi (Ocinum sanctum L.) terhadap pupuk POC (NPK) yang berbahan dasar dari kulit
pisang, bonggol pisang dan daun lamtoro dengan mol tape sebagai media dekomposernya
adalah berdampak posistif bagi pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi presentase pupuk yang
diberikan maka akan semakin efektif pertumbuhan pada tanaman kemangi.

DAFTAR PUSTAKA
A. Kusumawati, “Analisa Karakteristik Pupuk Kompos Berbahan Bonggol Pisang”, Seminar
Nasional Universitas PGRI,Yokyakarta, 2016.

Anita, “Efektivitas Irigasi Daun Kemangi (Ocimum Baslilicum L) terhadap Percepatan


Penyembuhan Luka Akut Terkontaminasi pasa Mencit (Mus Musculus),” Skripsi:
INsan Cendekia Medika Jombang, 2019.

Bhattacharya, A. Evaluation Of Some Anti Oxidativ Constituent Of Three Species Of


Ocimum, 2014.

7
Diah Ayu Lestari, dan Ety Aprilia, “Efek Potensial Daun Kemangi (Ocimum Baslilicum L)
sebagai Pemanfaatan Hand Sanitezer”, Jurnal: Majority, Vol. 5 No. 5, Desember
2016.

Elfrida Ratnasari Subin, “Pengaruh Pemberian Konsentrasi Pupuk Organik Cair Daun
Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Terhadap Pertumbuhan dan Produjtivitas
Tanaman Sawi Caisim (Brassica Juncea L.), Skripsi: Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2016.

Fitri Oviyanti, Syarifah dan Nurul Hidayah, “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Daun
Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.),” Jurnal Bio, Vol. 2 No. 1 Edisi Januari 2016.

I. Purwanto, Mengenal Lebih dalam Leguminoseae, Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Kusuma, (2010). Efek ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum. L) terhadap Kerusakan
Hepatosit Mencit Akibat Minyak Sawit Dengan Pemanasan Berulang. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Retrieved from
https://digilib.uns.ac.id

Mukhtar Bukhori Hasibuan, “Pengaruh POC Bonggol Pisang dan NPK Grawer Terhadap
Pertumbuhan Serta Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiate L.)”, Skripsi:
Universitas Islam Riau, 2021.

P. Nugroho, Oanduan Membuat Pupuk Kompos Cair, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2012.

Ratrinia, P. W., F. M. Widodo.dan N. D. Eko, “Pengaruh Penggunaan Bioaktivator EM4 dan


Penambahan Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap Spesifikasi Pupuk
Organik Cair Rumput Laut Eucheuma spinosum”, Jurnal: Pengolahan dan
Bioteknologi. Hasil Perikanan. Vol. 3 (3), 2014.

Ridho Setiawan, “Pengaruh Pemberian POC Lamtoro dan Pupuk NPK 16:16:16 Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanummelongena L.),” Skripsi:
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2020.

Ridwan, N. A., “Pengaruh Dosisi Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Pelengkap Plant Catalyst
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine Max L Meriil)”, Skripsi,
Universitas Lampung, 2017.

Rio Hasten, dkk. “Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanam Kemangi (Ocium sanctum L.)
Terhadap Beberapa Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Zat Pengatur Tumbuh,”
Seminar Nasional: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Vol. 2 No. 1, Oktober
2021.

S. Hadisuwito, Membuat Pupuk Organik Cair, Jakarta: PT. Agromedia Pustaka, 2012.

Safwan, Taufan, Sugara, and MK Rohmi, "Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L. ) Terhadap Motilitas dan Konsentrasi Spermatozoa Mencit Jantan ( Mus
musculus )," Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, vol. I, no. 2, pp. 173-181, Oktober 2016.

8
Singh, Diversified Potentials Of Ocimum sanctum Linn (Tulsi): An Exhaustive Survey. J. Nat.
Prod. Plant Resour., 2012, 2 (1):39-48 ISSN : 2231 – 3184, 2012.

Susana Neli, Noor Jannah, and Abdul Rahmi, "Pengaruh Pupuk Organik Cair Nasa dan Zat
Pengatur Tumbuh Ratu Biogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (
Solanum melongena L. ) Varietas Antaboga1," Jurnal Agrifor , vol. XV, no. 2, pp.
297-308, Oktober 2016.

Wahyudi, A.T, Nurmala, R. dan D. Rahmawati, “Pengaruh Dosis Pupuk Fosfor dan Pupuk
Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dari Hasil Kacang Hijau (Vigna Radiata L.)
pada Ultisol Jatinangor, Jurnal Kultivasi. Vol 14, No. 2, 2015.

Wawan Setiawan dkk, “Pertumbuhan dan Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum basilicum l.)
pada Berbagai Komposisi Pupuk KCI dan Urine Sapi, Jurnal: Agroinida, Vol. 4, No.
2, Oktober 2018.

Zainal, B., Aini, F., & Lestari, W. (2006). Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum americanum L.) Terhadap Fungi Fusarium oxysporum schlecht. Jurnal
Biota Vol. 2 No. 1 Edisi Januari 2016

Kebun Indra Tarigan, 2020, 26 Oktober. Cara Membuat dan Menggunakan Pupuk Cair
Organik, Cara Membuat Pupuk Cair Yang Lengkap. [Vidio]. YouTube:
https://youtu.be/wAhJvDH5b4k

Afifah Rahayu.,dkk.2019. Respon Pertumbuhan Aksesi Kemangi Pada Berbagai Komposisi


Pupuk Nitrogen Alami. Jurnal Agronida. ISSN 2407-9111. Vol. 5, No. 2 Oktober
2019

Wawan Setiawan, 2018. Pertumbuhan Dan Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum basilicum L.)
Pada Berbagai Komposisi Pupuk Kcl Dan Urine Sapi. Jurnal Agronida ISSN 2407-
9111 Vol. 4 No. 2, Oktober 2018.

Fitri Oviyani,dkk. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Gamal (Gliricidia sepium
(Jacq.) Kunth ex Walp.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Jurnal Biota Vol. 2 No. 1, Januari 2016.

9
LAMPIRAN

Minggu 1

Tanaman A (Pupuk 100%) Tanaman B (Pupuk 50%) Tanaman C (Pupuk 100%)

Minggu 2

Tanaman A (Pupuk 100%) Tanaman B (Pupuk 50%) Tanaman C (Pupuk 100%)

Minggu 3

Tanaman A (Pupuk 100%) Tanaman B (Pupuk 50%) Tanaman C (Pupuk 100%)


Minggu 4 - - -
Minggu 5 - - -
Minggu 6

1
Tanaman A (Pupuk 100%) Tanaman B (Pupuk 50%) Tanaman C (Pupuk 100%)
Minggu 7

Tanaman A (Pupuk 100%) Tanaman B (Pupuk 50%) Tanaman C (Pupuk 100%)

Anda mungkin juga menyukai