Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review


Dewasa ini, pendidikan Indonesia mengalami transformasi yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat
pergeseran paradigma pendidikan yang didominasi oleh aspek kognitif saja menuju pendidikan
yang lebih menekankan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang berdasarkan proses dan
pengalaman belajar. Selain itu, aspek kognitif yang dilatih bukan hanya pada level mengingat,
memahami, dan menerapkan saja, namun telah meningkat pada kemampuan analisis, sintesis,
evaluasi, dan kemampuan mencipta.
Pendidikan di abad ini penting untuk menjamin peserta didik siswa maupun mahasiswa
memiliki keterampilan belajar dan berinovasi serta terampil menggunakannya sebagai life
skill. Keterampilan belajar dan berinovasi meliputi kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah, kreativitas dan inovasi, serta kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi.
Kemampuan mengomunikasikan hasil pemikiran dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan bagi mahasiswa pada jenjang pascasarjana
adalah Critical Journal Review.Secara harfiah, Critical Journal Review adalah kegiatan
mengkritisi sebuah jurnal penelitian. Namun Critical Journal Review bukan sekedar membuat
laporan atau tulisan tentang isi sebuah penelitian atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada
evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan sebuah
penelitian, menyoroti hal yang menarik dari penelitian tersebut, serta menganalisis pengaruh
gagasan tersebut terhadap cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita terhadap suatu
bidang kajian tertentu.
Dengan kata lain, melalui Critical Journal Review kita menguji kemampuan pikiran tingkat
tinggi seseorang untuk kemudian menuliskannya kembali berdasarkan sudut pandang,
pengetahuan, dan pengalaman yang kita miliki.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan budaya membaca, berpikir sistematis dan
kritis, dan mengekspresikan pendapat (Rosen, 2006: 325) yang sebelumnya harus diawali
dengan proses berpikir kritis. Dengan berpikir kritis berarti kita mengontrol proses berpikir
secara sadar (Troyka, 2006:115). Critical Journal Review menggunakan langkah-langkah
dalam proses berpikir kritis terdiri dari beberapa tahap, yaitu: merangkum (menyatakan
kembali), menganalisis (menggali informasi tersirat), mensistesiskan (menghubungkan apa
yang telah dirangkum dan dianalisis dengan pengetahuan dan pengalaman kita), dan
mengevaluasi (membuat penilaian).
Berdasarkan uraian di atas, maka Critical Journal Review menjadi kegiatan pembelajaran yang
mampu memberikan pengalaman belajar yang komprehensif. Critical Journal Review pula
sangat bermanfaat ketika membahas isu-isu atau permasalahan yang sentral. Dalam laporan
ini, penulis mereview sebuah penelitian yang membahas tentang komunikasi interpersonal.

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)


Mengkritik Jurnal (critical journal review) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu
tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Daerah di Universitas Negeri Medan.

C. Manfaat Penulisan Critical Journal Review (CJR)


1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dan sebuah jumal atau
hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.

1
4. Mengetahui kualitas jumal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.
5. Memberi masukan kepada penulis jurnal berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi jurnal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Jurnal
Identitas jurnal utama yang akan di review adalah sebagai berikut:
1. Judul Jurnal : Analisis Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas Dan Pemanfaatan Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Pengelolaan Apbd
2. Tahun Terbit : 2018
3. Penulis : Hari Sriwijayanti
4. ISSN : 2301-5268
5. Vol 7
6. Nomor 1
7. Halaman : 88-

Identitas jurnal pembanding yang akan di review adalah sebagai berikut:


1. Judul jurnal :Regional Financial Information Systems Effect on Sarolangun Local
Government Financial Transparency and Accountability of Financial Report
2. Tahun terbit 2019
3. Penulis : - Siti Aminah , Nyimas Dian Maisyarah dan Alparok
4. Vol 125

B. Review Jurnal
JURNAL UTAMA: “ANALISIS PENGARUH TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS
DAN PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
TERHADAP PENGELOLAAN APBD”
Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah mempunyai dampak langsung terhadap
keberhasilan otonomi daerah dan sumbangan yang besar dalam upaya mewujudkan good
governance (Darise, 2007). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
pedoman bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan
APBD yang baik menerapkan prinsip Value for Money (VfM). VFM merupakan prinsip
pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasar pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. VFM dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya
input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Mardiasmo, 2004).
Reformasi di bidang keuangan menuntut peningkatan kinerja tata kelola keuangan daerah yang
akuntabel dan transparan sebagai salah satu indikator ketercapaian good governance, salah satu
kriterianya adalah ketepatan dan keakuratan pengelolaan keuangan pemerintah daerah melalui
pemanfaatan SIAKD. SIAKD dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, handal, dan
dapat dipercaya (Mardiasmo 2004). Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 65
Tahun 2010 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) disebutkan bahwa untuk
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata kelola
pemerintah yang baik (good governance), Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk
meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan, dan menyalurkan informasi keuangan
kepada publik sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas atas kegiatan yang dilakukan
pemerintah.
Halim (2002) mengartikan keuangan daerah sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan kekayaan daerah sepanjang itu belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang
lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan undang-undang yang berlaku.

3
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 yang sudah diperbaharui dengan
Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, merupakan
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam konteks ini pengelolaan
keuangan daerah difokuskan kepada pengelolaan.

1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Menurut Bastian (2006) anggaran pendapatan dan belanja daerah, yang selanjutnya disebut
APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD adalah rencana
keuangan tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Permendagri No.13 Tahun 2006 yang telah
diperbaharui dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007). Pengetian APBD dalam konteks UU
Keuangan Negara pasal 1 ayat (8) adalah suatu rencana keuangan tahunan daerah yang
disetujui oleh dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).

1.2 Good Governance (Kepemerintahan yang Baik)


Konsep “governance” bukanlah sesuatu hal yang baru. Istilah “government” dan “governance”
seringkali dianggap memiliki kesamaan arti yaitu cara menerapkan otoritas dalam suatu
organisasi, lembaga atau negara. Definisi government atau pemerintah adalah lebih mengacu
kepada entitas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintah dalam suatu negara. Sedangkan
governance seringkali diartikan sebagai proses pengambilan keputusan dan proses dimana
keputusan diimplementasikan atau tidak diimplementasikan (World Bank, 1992).

1.3 Transparansi
Transparansi dapat dikatakan sebagai suatu aturan yang membentuk dan mengupayakan
pelaporan, kebijakan-kebijkan yang relevan, informasi lebih mudah diakses dan kredibel (
James e. dan Lowry. 2010). Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat
dan tepat waktu tentang kebijakan publik, dan proses pembentukannya. Informasi adalah suatu
kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Dengan
ketersediaan informasi, masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga
kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat, serta
mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu
kelompok masyarakat saja secara tidak proporsional.

1.4 Akuntabilitas
Instrumen utama dari akuntabilitas keuangan adalah anggaran pemerintah, data yang secara
periodik dipublikasikan, laporan tahunan dan hasil investigasi dan laporan umum lainnya yang
disiapkan oleh agen yang independen. Anggaran tahunan secara khusus mempunyai otoritas
legal untuk pengeluaran dana publik, sehingga proses penganggaran secara keseluruhan
menjadi relevan untuk manajemen fiskal dan untuk melaksanakan akuntabilitas keuangan dan
pengendalian pada berbagai tingkat operasi (Shende et al, 2004). Akuntabilitas adalah
kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Halim, 2006).

4
1.5 Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2010 tentang SIKD menyebutkan
SIKD adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah
data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan
kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Dengan demikian
SIAKD merupakan sebuah sistem informasi yang digunakan untuk menunjang pengelolaan
keuangan daerah secara terintegrasi, meliputi pengaanggaran, penatausahaan, akuntansi dan
pelaporannya. Menurut Mardiasmo (2004), SIAKD dapat menghasilkan laporan keuangan
yang relevan, handal, dan dapat dipercaya.

1.6 Value for Money (VFM)


Indikasi keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat (social welfare) yang semakin baik, kehidupan
demokrasi yang semakin maju, keadilan, permerataan, serta adanya hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadaan tersebut hanya akan tercapai apabila
lembaga sektor public dikelola dengan memperhatikan konsep value for money (Mardiasmo,
2004). VfM merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada
tiga jenis elemen yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Renyowijoyo, 2008).
Hasil pengujian dari hipotesis pertama, dengan persamaan regresi menunjukkan angka positif,
yang berarti bahwa dengan semakin meningkatnya transparansi, maka pengelolaan APBD juga
akan semakin baik. Artinya apabila pejabat yang melaksakan pengelolaan APBD pada seluruh
Dinas Pemerintah Kota Padang melakukan transparansi, maka pengelolaan APBD telah
mengacu kepada pengelolaan keuangan daerah yang menerapkan prinsip value for money.
Sejalan dengan teori yang pernah dinyatakan oleh Sumarsono (2003) bahwa, pengelolaan
APBD yang mengarah pada transparansi akan meningkatkan ekonomi, efisiensi dan
efektivitas. Maka semakin baik transparansi, semakin baik pula pengelolaan
APBD pada suatu daerah. Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006 yang sudah
diperbaharui dengan Permendagri No. 21 tahun 2011. Tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah, menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara ekonomi,
efisien dan efektif dengan prinsip transparan, yaitu keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang pengelolaan keuangan daerah.
Hasil pengujian hipotesis kedua, dengan persamaan regresi menunjukkan angka positif, yang
berarti bahwa dengan semakin meningkatnya akuntabilitas, maka pengelolaan APBD juga
akan semakin baik. Artinya apabila semakin akuntabelnya pejabat pengelola dalam
melaksanakan pengelolaan APBD pada seluruh Dinas Pemerintah Kota Padang, maka
pengelolaan APBD telah mengacu kepada pengelolaan keuangan daerah yang menerapkan
prinsip value for money. Sesuai dengan teori keagenan pada sektor publik bahwa, fungsi
pemerintah sebagai pemegang amanah (agent) yang berkewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitasnya yang
menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) dalam hal ini masyarakat
(Halim, 2006). Sesuai dengan Permendagri No. 21 tahun 2011 menyatakan bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus dilakukan secara ekonomi, efisien dan efektif dengan prinsip
akuntabilitas, yang merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang ditetapkan.

5
Hasil pengujian hipotesis ketiga, dengan persamaan regresi menunjukkan angka positif, yang
berarti bahwa dengan semakin meningkatnya pemanfaatan SIAKD, maka pengelolaan APBD
juga akan semakin baik. Artinya apabila pejabat pengelolaan keuangan daerah memanfaatkan
SIAKD secara menyeluruh pada setiap proses dalam pelaksanaan pengelolaan APBD, maka
pengelolaan APBD akan semakin ekonomi, efisien dan efektif sesuai dengan prinsip value for
money. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2010 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah bahwa untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang
sejalan dengan prinsip tata kelola pemerintah yang baik (good governance), Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan, dan menyalurkan
informasi keuangan kepada publik.
Hasil pengujian hipotesis keempat, dengan persamaan regresi menunjukkan angka positif,
artinya apabila pengelolaan APBD dilakukan secara transparan, akuntabel, dan memanfaatkan
SIAKD maka pengelolaan APBD yang dilakukan akan mengacu pada prinsip value for money,
pengelolaan yang ekonomi, efesien dan efektif, sehingga pemanfaatan atau alokasi APBD yang
tidak boros atau hemat, merata dan adil, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat semakin
dapat dicapai.
Dengan adanya pelaksanaan trasparansi, akuntabilitas, dan pemanfaatan SIAKD dalam
pengelolaan APBD, diharapkan setiap pejabat yang bersangkutan bisa lebih hati-hati, cepat dan
akurat dalam menjalankan hak dan kewajibannya sebagai penerima amanah (agent) kepada
pemberi amanah yaitu masyarakat (principal). Karena pengelolaan keuangan daerah
merupakan salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati, yang
pengaruhnya sangat sangat besar terhadap nasib suatu daerah.

JURNAL PEMBANDING: “REGIONAL FINANCIAL INFORMATION SYSTEMS


EFFECT ON SAROLANGUN LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL
TRANSPARENCY AND ACCOUNTABILITY OF FINANCIAL REPORT”
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2010 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (SIKD) menyatakan bahwa untuk memfasilitasi pelaksanaan proses
pembangunan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah harus mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan dalam perkembangan
teknologi informasi untuk meningkatkan kapabilitas manajemen keuangan daerah, dan
menyalurkan informasi keuangan daerah ke layanan publik.
Penelitian tentang transparansi dan akuntabilitas telah dilakukan di berbagai daerah dengan
hasil yang berbeda. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Zetra, 2009) menunjukkan budaya
kerja yang transparan dan akuntabel yang belum berakar (masih banyak apprehensions dan
keengganan aparat dalam membuka informasi kepada publik), tidak adanya peraturan yang
mendukung transparansi dan akuntabilitas, dan terbatasnya jumlah dan kemampuan manusia
sumber daya untuk menyusun dan menyerahkan laporan keuangan mengikuti standar akuntansi
pemerintah adalah masalah untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan
pemerintah daerah. Sementara penelitian yang dilakukan oleh (Ni Putu Sri Mahayuni., 2017)
menyatakan bahwa variabel pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah (X1 )
dan pengawasan keuangan daerah (X2) secara parsial memiliki positif dan signifikan tidak
berpengaruh pada transparansi pelaporan keuangan daerah (Y1) dan sebagian memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pemerintah daerah (Y2). Dari masalah
di atas, peneliti tertarik untuk menguji kembali pengaruh sistem informasi keuangan daerah
terhadap transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan di Kabupaten Sarolangun.

6
Transparansi ada atas dasar kebebasan informasi yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat umum yang dapat secara langsung diperoleh bagi mereka yang memiliki
kepentingan. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa transparansi di suatu negara dapat diciptakan
jika sistem pemerintahan negara tersebut memberikan kebebasan bagi rakyatnya untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. (Mardiasmo, 2002) dan
(Saputra & Fernando, 2017) menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban atas keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam rangka memperoleh tujuan dan hasil yang
telah ditentukan, melalui cara pertanggungjawaban yang dilakukan secara berkala. Menurut
(Mahmudi, 2010) akuntabilitas adalah realisasi dari kewajiban lembaga pemerintah untuk
menjelaskan kegagalan dan keberhasilan pelaksanaan misi misi organisasi dalam mencapai
target yang direncanakan melalui sistem akuntabilitas berkala.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi keuangan daerah mempengaruhi
transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten Sarolangun. Koefisien
determinasi 52,5% menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh
52,5% sedangkan sisanya 47,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Faktor-faktor
lain menurut (Zetra, 2009) adalah:
1. Budaya kerja yang transparan dan akuntabel belum mengakar dalam kehidupan birokrasi di
daerah. (Masih banyak ketakutan dan keengganan aparat dalam membuka informasi publik
kepada publik). 2. Hanya sejumlah kecil daerah yang sudah memiliki peraturan (perda) yang
mendukung transparansi dan akuntabilitas. 3. Jumlah dan kemampuan sumber daya manusia
yang terbatas yang siap untuk menyiapkan dan menyerahkan laporan keuangan mengikuti
standar akuntansi pemerintah. 4. Keseriusan sebagian besar PPK (Pejabat Administrasi
Keuangan) SKPD dalam menjalankan proses manajemen keuangan. (Banyak bendahara
penerimaan di SKPD terlambat menyerahkan laporan pertanggungjawaban bulanan yang
disebabkan oleh, antara lain, kegagalan Kepala kegiatan atau Kepala SKPD dalam hal
pertanggungjawaban). 5. Kesiapan sarana dan prasarana pendukung seperti teknologi
informasi baik perangkat keras maupun lunak serta operatornya. (Masih banyak SKPD dalam
menerapkan manajemen keuangan karena kurangnya sumber daya manusia dan fasilitas
pendukung untuk menjalankan sistem informasi keuangan secara efektif). 6. Proses
perencanaan yang mendahului proses anggaran masih banyak formalitas. (masih banyak
partisipasi artifisial (elitis), sistem manajemen kinerja belum berjalan dengan baik. Masih
banyak SKPD yang terjebak dalam pola lama persiapan program seperti menyerahkan
sebanyak mungkin program, seindah dan tidak berdasarkan pada sistem perencanaan yang
ada). 7. Tidak ada daerah yang melakukan pelaporan keuangan dengan mengembangkan media
informasi melalui situs regional yang dapat diakses oleh masyarakat luas.

7
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A. Kelebihan Jurnal
Kelebihan dalam setiap karya tulis pastinya tersebar di berbagai tulisannya, namun pastilah ada
beberapa kelebihan yang menonjol pada setiap karya ilmiah/tulis. Kelebihan dalam jurnal
nasional yang berjudul adalah “Analisis Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas Dan
Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Pengelolaan APBD”
dengan jurnal internasional yang berjudul “Regional Financial Information Systems Effect on
Sarolangun Local Government Financial Transparency and Accountability of Financial
Report” terletak pada meteri yang cukup lengkap terlihat pada sub-sub judul dalam jurnal
tersebut yang lengkap dan mendetail, kemudian kelebihan dari jurnal tersebut adalah
dilengkapi dengan uji penelitian dari penulis, sehingga memudahkan para pembacanya untuk
lebih memahami jurnal tersebut.

B. Kekurangan Jurnal
Kekurangan Jurnal Nasional Yang Berjudul “Analisis Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas
Dan Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Pengelolaan
APBD” dengan jurnal internasional yang berjudul “Regional Financial Information Systems
Effect on Sarolangun Local Government Financial Transparency and Accountability of
Financial Report” terletak dalam kelengkapan uji validitas, hal ini disebabkan karena
kurangnya kelengkapan akan uji validitas tersebut dan ituhanya sebatas teori. Hal ini dapat
membuat para pembaca kurang memahami persamaan yang dihasilkan dari penjelasan uji
valisitas tersebut.

8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Transparansi, akuntabilitas dan pemanfaatan SIAKD secara parsial melalui uji t berpengaruh
signifikan terhadap pengelolaan APBD sehingga hipotesis diterima. Kedua, secara bersama-
sama (simultan) melalui uji F, transparansi, akuntabilitas dan pemanfaatan SIAKD
berpengaruh terhadap pengelolaan APBD sehingga hipotesis diterima. Untuk bisa lebih
meningkatkan pengelolaan keuangan daerah terutama dalam pengelolaan anggaran pada
SKPD, yang mengacu pada prinsip value for money dan mendukung tercapainya tata kelola
pemerintah yang baik, maka implikasi dari temuan penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa
korelasi antara transparansi dan akuntabilitas dengan pengelolaan APBD memiliki hubungan
yang sedang dengan pengelolaan APBD, hal ini berarti bahwa transparansi dan akuntabilitas
sudah diterapkan dengan baik pada SKPD Dinas Pemerintah Kota Padang, akan tetapi butuh
penerapan secara maksimal dan menyeluruh lagi. Agar tercipta hubungan yang kuat antara
variable tersebut. Karena transparansi dan akuntabilitas merupakan dua komponen utama
untuk terciptanya tatakelola yang baik.
2. Ada pengaruh yang signifikan dan positif antara sistem informasi keuangan daerah
terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan. pernyataan dari Kabupaten Sarolangun.
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner mengenai SIKD, transparansi dan akuntabilitas
laporan keuangan daerah dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan daerah, dan penerapan
transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan daerah telah berjalan dengan baik tetapi
masih ada beberapa kekurangan. Kekurangan ini dalam hal mengevaluasi sistem informasi
keuangan yang diterapkan.
3. Aplikasi transparansi keuangan daerah itu sendiri belum berjalan optimal, ini ditunjukkan
oleh orang-orang yang kesulitan mendapatkan informasi dan laporan keuangan dengan cepat,
orang yang membutuhkan laporan keuangan masih dihadapkan dengan birokrasi yang panjang
untuk mendapatkan informasi tersebut, walaupun undang-undang telah mengamanatkan bahwa
informasi keuangan termasuk informasi yang harus selalu tersedia dan dapat diakses melalui
situs web masing-masing daerah.

B. Saran
Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan serta saran dari para
pembaca sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Nur Barizah, Saleh Zakia, & Sani Mohammad Muslim Har. 2011. Enchanging
Malaysian Public Sector Transparency and Accountability: Lesson and Issues. Malaysia.
Journal. International Islamic University Malaysia.
Asian Development Bank. 1999. Good Governance and Anticorruption: The RoadForward
For Indonesia: ADB Publication.
Ahmad, Yani.2008. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Di Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pers. Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Management
Control Systems. Salemba Empat: Jakarta
Arief, Wibowo. 2008. Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi Dengan
Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Jakarta Bastian, I. (2006). Pengantar
Sektor Publik. Jakarta: Erlangga.
Keputusan, M. KeputusanHA Menteri Dalam NegeriNo. 29 tahun 2002. , (2002).
Ghazali,I.(2005).Analisis multivarian dengan program SPSS. Semarang:Universitas
Diponegoro
Badan Penerbit.Indonesia, R. UU Nomor 33 Tahun 2004. , (2004).
Interior, M. dari. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang PedomanDaerah
Pengelolaan Keuangan. , (2006).

10

Anda mungkin juga menyukai