Anda di halaman 1dari 208

Untuk Kalangan Sendiri

Diterjemahkan dari 人類的生存之路


Penerbit Tzu Kuang, Hsin Chu, Taiwan
Cetakan 1, 2015

Penulis
Wang Tzu Kuang

Alih Bahasa
Tim Maitreyawira

Penerbit
Lembaga Pengkajian Dan Penerbitan
Kitab Suci Buddha Maitreya Indonesia
DPP MAPANBUMI
Maha Vihara Maitreya
Jalan Cemara Boulevard Utara No. 8
Kompleks Perumahan Cemara Asri,
Deli Serdang 20371 Sumatera Utara
Telp. 061 6633300
Fax. 061 6634432

Desain Cover
Tim Maitreyawira

Cetakan 1, Mei 2017


Cetakan 2, Juli 2017
Daftar Isi
Kata Pengantar I 7
Kata Pengantar II 9

Bab 1
Sepuluh Fondasi Utama 13
Sifat Kodrati Manusia adalah Mulia, Sunya, dan Bahagia
Makna Hidup
Kehidupan Manusia yang Bermartabat
Estetika Kehidupan
Estetika Hidup
Estetika Hidup manusia
Estetika Pengamalan
Estetika Proses Pencapaian
Membangun Hidup yang Berkesinambungan
Kesempurnaan Pencapaian Hidup

Bab 2
Martabat dan Sakralitas Hidup 23
Pendahuluan
Evolusi Hidup Umat Manusia
Makna Hidup
Kehidupan Manusia yang Bermartabat

Bab 3
Estetika Pengamalan 79
Estetika Tiga Antusiasme
Estetika Tiga Kedamaian
Estetika Tiga Kesederhanaan
Estetika Tiga Kebersamaan
Bab 4
Proses Estetika Kehidupan 129
Mencapai Sifat Kodrati yang Mulia
Mencapai Sifat Kodrati yang Sunya
Mencapai Sifat Kodrati yang Bahagia

Bab 5
Membangun Hidup yang Berkesinambungan 147
Apa yang Dimaksud Budaya Baru Umat Manusia?
Apa yang Dimaksud Peradaban Baru Umat Manusia?
Apa yang Dimaksud Konsep Nilai Baru Umat Manusia?
Apa yang Dimaksud Moralitas Baru Umat Manusia?

Bab 6
Hasil Yang Sempurna 179
Keyakinan Akal Budi
Terwujudnya keyakinan bersama warga dunia
Terwujudnya dunia satu keluarga, kebersatuan semesta umat manusia
Bersatu dengan Keilahian, kembali ke akar pokok dan sumber semula
Kata Pengantar I

Sejarah umat manusia adalah sebuah catatan evolusi


hidup. Hanya yang dapat beradaptasilah yang dapat
bertahan hidup, bukan yang terkuat yang dapat bertahan
hidup. Yang dimaksud dengan dapat beradaptasi
adalah yang terbaik. Yang terbaik adalah orang bijak
yang dapat mengalahkan diri sendiri, yang senantiasa
dapat menaklukkan, melampaui, menerobos, dan
meningkatkan diri, serta selalu dapat menyesuaikan
diri dengan gerak langkah evolusi!

Yang dimaksud dengan yang kuat adalah yang dapat


mengalahkan orang lain. Menang atas orang lain,
selalu berpikir ingin menaklukkan, melampaui,
mendahului orang lain. Selalu ingin bertarung dalam
persaingan hidup, berusaha dengan segala cara untuk
menaklukkan orang lain.

Manusia yang beradab adalah yang dapat


mengalahkan dirinya sendiri. Sedangkan orang yang
dapat menaklukkan orang lain namun tidak dapat
menaklukkan dirinya sendiri, hanyalah orang kuat,
bukan orang yang beradab. Evolusi hidup adalah proses
yang mesti dilalui menuju peradaban hidup. Evolusi
hidup membawa manusia ke arah yang lebih baik dan
mulia. Manusia yang baik dan mulialah yang memiliki
wawasan dan jiwa dunia satu keluarga. Sehingga hidup
manusia dapat berkelanjutan secara kesinambungan.

7
[Tuhan menganugerahkan hidup yang sungguh
mulia, luhur, setara tiada perbedaan.]

Selain menghormati diri sendiri, juga menghormati


martabat hidup semua makhluk, inilah sikap yang
harus dimiliki manusia yang beradab.

Persaingan hidup membuat manusia semakin tidak


berperasaan, tidak memiliki belas kasihan, kejam, jahat,
dan sadis. Moral manusia semakin merosot, nurani
semakin tersesat. Demi keberlangsungan hidup diri
sendiri tidak mempedulikan hidup makhluk lainnya,
bertindak semena-mena menindas dan melecehkan
martabat hidup orang lain. Ini adalah perbuatan orang
yang tidak beradab. Karena itu, persaingan hidup
mengakibatkan kehidupan manusia semakin jauh dari
peradaban. Mutu dan kualitas hidup menjadi semakin
rendah, saling melukai dan mencelakai, akhirnya
manusia itu sendiri semakin menuju kehancurannya.

Dengan berpedoman pada keyakinan yang rasional


akan terwujudnya dunia peradaban baru, yaitu dunia
yang setiap warganya memiliki keharmonisan jiwa,
raga, dan rohani, serta manunggal dalam kehidupan
materi, mental, dan spiritual, terwujudlah dunia yang
mempunyai keyakinan bersama warga dunia, dunia
satu keluarga. Inilah tujuan terakhir dari evolusi hidup
manusia. Untuk mewujudkan tujuan akhir ini, serta
menyambut kedatangan dunia peradaban baru, saya
hanyalah pemrakarsa, masih membutuhkan para arif
budiman yang bijaksana dari seluruh dunia untuk
bersama-sama mewujudkannya.

8
Kata Pengantar II
Peradaban manusia telah memasuki abad ke-21,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai
puncak kejayaannya, kemakmuran kehidupan materi
pun telah melampaui catatan sejarah kehidupan
manusia yang pernah ada. Namun sampai hari ini
dunia masih terbelenggu oleh kekerasan, peperangan,
bahkan terorisme. Ekosistem alam semakin rusak,
perubahan iklim semakin tak menentu, dan penyakit
menular tak terkendali. Terlebih lagi kemerosotan
moral umat manusia, persaingan hidup yang semakin
keras, hubungan antarmanusia yang semakin dingin
tak bersahabat, serta terenggutnya nilai keadilan
dan kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Semua ini mengakibatkan umat manusia hidup
dalam kecemasan dan ketiada-tenangan. Menghadapi
ketidakpastian masa depan dengan gamang dan
bimbang. Sungguh kehidupan manusia sangat tidak
bahagia!

Sesungguhnya apa kekeliruan pada budaya, peradaban,


konsep nilai, dan moralitas hidup umat manusia? Di
manakah letak kekurangan budaya umat manusia? Di
manakah letak noda hitam peradaban umat manusia?
Di manakah letak penyimpangan konsep nilai
hidup yang dianut umat manusia? Di manakah letak
ketidaksempurnaan moralitas umat manusia? Dengan
kondisi yang mengkhawatirkan seperti ini, sudah
seharusnya kita bersama-sama mencari jalan keluarnya
demi masa depan dunia yang lebih baik!

Marilah kita bersama merintis sebuah jalan yang


diinginkan oleh seluruh umat manusia tanpa terkecuali!

9
Tidak masalah kita berbeda bangsa, kita bisa bersama
berjalan di jalan kebahagiaan ini; tidak masalah ajaran
dan kepercayaan kita berbeda, kita juga bisa bersama-
sama berjalan di jalan kebahagiaan ini; tidak masalah
suku, ras, dan warna kulit kita berbeda, kita juga
bisa berjalan bersama di jalan kebahagiaan ini; tidak
masalah budaya, ideologi, adat istiadat, kebiasaan,
tulisan, dan bahasa kita berbeda, kaya-miskin, hina-
mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek juga berbeda, kita
semua juga bisa berjalan bersama di jalan kebahagiaan
ini!

Kenyataan yang terjadi pada umat manusia sekarang


membuktikan bahwa budaya, peradaban, konsep nilai,
dan moralitas yang dimiliki umat manusia saat ini
tidak mampu lagi mengatasi krisis yang dihadapi umat
manusia dan semua permasalahan yang dibuat oleh
umat manusia sendiri.

Kurang lebih 200 tahun terakhir peradaban materi


mengalami kemajuan yang sangat pesat, yang membuat
nafsu keinginan manusia mengalami peningkatan
yang sangat luar biasa! Meskipun peradaban materi
mengalami kemajuan pesat, peradaban mental dan
spiritual justru semakin mengalami kemunduran,
sama sekali tak ada kemajuan. Oleh karena itu jiwa
raga umat manusia semakin lelah dan terpuruk, terjadi
kemerosotan yang sangat luar biasa!

Evolusi hidup umat manusia meliputi evolusi


materi, mental, dan spiritual. Memasuki awal abad
21, kemajuan materi telah mencapai puncaknya!
Sekalipun demikian, kemajuan evolusi mental dan
spiritual justru ketinggalan jauh. Buktinya, kehidupan
manusia sekarang tidak bahagia, tidak gembira!

10
Jika hanya ada kemajuan material, sementara
evolusi mental dan spiritual semakin merosot, ini
menunjukkan kemunduran hidup manusia. Zaman
sekarang banyak orang menderita gangguan jiwa,
stres, depresi, bahkan melukai diri atau bunuh diri.
Inilah akibat dari perkembangan evolusi materi yang
melampaui evolusi mental dan spiritual. Jika umat
manusia menyadari krisis ini, maka umat manusia
harus berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Inilah
krisis yang harus kita selesaikan dengan serius.

Karena itu saya menulis ‘Jalan Kelangsungan Hidup


Umat Manusia’ - Tuhan menganugerahkan hidup
yang sungguh agung, luhur, setara tiada perbedaan.
Sebuah jalan menuju peradaban mental dan spiritual
yang menembus hingga ke dalam sanubari setiap
umat manusia. Saya hanyalah pemrakarsa, masih
membutuhkan para arif budiman yang bijaksana dari
seluruh dunia untuk bersama-sama mewujudkannya
demi menyelamatkan umat manusia agar hidup manusia
dapat terus berlangsung. Juga demi kelangsungan
hidup semua hewan yang hidup di darat, udara, dan air
serta tetumbuhan. Mari bergerak bersama!

Salam hormat

Wang Tzu Kuang

11
12
Bab 1
Sepuluh Fondasi
Utama
Evolusi kelangsungan hidup manusia membawa
manusia menuju peradaban mental dan spiritual
yang cemerlang dan berkelanjutan menuju Dunia
Satu Keluarga.

13
Sepuluh Fondasi Utama

1. Sifat Kodrati manusia adalah mulia, sunya,


dan bahagia

Bahagia

Sunya Mulia

Jika ingin menapak di “Jalan Kelangsungan Hidup Umat


Manusia” terlebih dahulu kita harus memahami sifat kodrati
(watak sejati) diri yang mulia, sunya, dan bahagia. Jika tidak
mengenali sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia,
kita tidak akan pernah mengerti dan memahami makna hidup.
Juga tidak akan pernah bisa memahami bagaimana hidup dapat
berlangsung dengan terhormat dan mulia, bagaimana bisa
menikmati estetika kehidupan, estetika spirit kehidupan, dan
estetika hidup manusia.

14
Sepuluh Fondasi Utama

2. Makna Hidup

Kehidupan
Rohani

Kehidupan Kehidupan
Jiwa/Psikis Jasmani

Kasih Nafsu
Keinginan
Kehidupan Kehidupan Kehidupan
Rohani Jiwa/psikis Jasmani
( Peradaban mental ( Peradaban materi
dan Spiritual) Naluri Hewani)

Menguntungkan Mementingkan Diri


Orang Lain Sendiri

Mulia Sampah
Sunya polusi
Bahagia kemelekatan

CANGKIR HATI CANGKIR HATI

15
Sepuluh Fondasi Utama

“Dekat dengan warna merah menjadi merah, dekat dengan


hitam menjadi hitam,” inilah gambaran terbaik tentang sifat hati
manusia yang berubah-rubah.

Jika hati kita semakin melekat pada kehidupan jasmani, maka kita
secara membabi buta akan mengejar kebutuhan jasmani, kepuasan
indra, dan kenikmatan materi, akibatnya semakin hari semakin
meningkatkan potensi naluri hewani yang hanya mementingkan
dorongan nafsu belaka. Sekali dipenuhi oleh nafsu, hati akan
dikuasai oleh jasmani. Mata akan dipenuhi oleh nafsu melihat,
telinga dipenuhi oleh nafsu mendengar, hidung akan dipenuhi
oleh nafsu membaui, lidah akan dipenuhi oleh nafsu mencicipi,
badan dipenuhi oleh nafsu menyentuh.

Semua niat pikiran, ucap kata, dan perilaku kita sudah dikuasai
oleh hasrat dan nafsu! Saat hasrat dan nafsu memenuhi jasmani dan
hati, kita akan semakin jauh dari sikap rasional. Nafsu bersaing,
bertikai, ingin berkuasa, mendominasi, egois, dan mementingkan
diri sendiri menjadi semakin kuat dan mengerikan. Maka
kehidupan yang diwarnai perebutan dan pertikaian yang kejam
dan brutal pun dimulai. Bagaimana mengalahkan, menyingkirkan,
dan menginjak orang lain menjadi pikiran dan keinginan utama
setiap hari. Singkat kata yaitu bagaimana selamanya menjadi
pemenang!

Rohani adalah akarnya jiwa atau hati. Jika hati kita semakin
mendekati keberadaan kehidupan rohani, maka kemuliaan,
kesunyaan, dan kebahagiaan yang indah bagaikan amerta dan
pupuk yang akan memenuhi cangkir hati kita. Saat hati dipenuhi
oleh kemuliaan, kesunyaan, dan kebahagiaan yang indah, maka
secara wajar alami hati kasih akan berpancar, perilaku kasih akan
terwujud dalam keseharian, senyuman kasih akan memenuhi
wajah. Hati kasih adalah hati yang senantiasa memberi kebaikan
bagi orang lain; perilaku kasih adalah perilaku yang selalu
membawa manfaat bagi orang lain di manapun berada; wajah

16
Sepuluh Fondasi Utama

kasih adalah wajah yang selalu memancarkan senyuman kasih


dan membawa kebahagiaan bagi orang lain. Dengan demikian
keluarga yang bahagia, masyarakat yang harmonis, negara yang
makmur sejahtera, dan dunia yang damai, satu demi satu akan
terwujud sejalan dengan evolusi hidup manusia.

Sementara hidup bersaing membawa umat manusia pada


kemunduran, ketidak-beradaban, dan akhirnya menuju ke jurang
kehancuran. Evolusi hidup menuntun umat manusia menuju
peradaban mental dan spiritual yang cemerlang, hidup yang
berkelanjutan, menuju dunia satu keluarga.
3. Kehidupan Manusia yang Bermartabat

Estetika Hidup
Manusia

Estetika Estetika
Spirit Kehidupan
Kehidupan Manusia

a. Estetika kehidupan adalah:


- Estetika kehidupan yang mulia
- Estetika kehidupan yang sunya
- Estetika kehidupan yang bahagia
b. Estetika Spirit Kehidupan adalah:
- Estetika spirit kehidupan yang mulia
- Estetika spirit kehidupan yang sunya
- Estetika spirit kehidupan yang bahagia
c. Estetika Hidup manusia adalah:
- Estetika hidup manusia yang mulia
- Estetika hidup manusia yang sunya
- Estetika hidup manusia yang bahagia

17
Sepuluh Fondasi Utama

4. Estetika kehidupan
• Kehidupan materi yang lebih menunjukkan kemuliaan
akan menampilkan hidup yang mulia dan bermartabat.
Kehidupan materi yang sederhana, bersahaja, dan wajar
alami akan semakin menunjukkan kemuliaan diri, semakin
memancarkan keagungan dan kemuliaan hidup. Kehidupan
materi yang boros, royal, bermewah-mewah, hanya akan
membuat diri semakin jauh dari kemuliaan yang indah, dan
akan berkesan murah, rendah, dan kasar. Tak ada kemuliaan
hidup.
• Kehidupan mental / psikis yang lebih sunya akan
membuat hidup menjadi lebih bermartabat.
• Kehidupan rohani yang bahagia akan lebih memancar-
kan keagungan dan kemuliaan hidup.
5. Estetika Spirit Kehidupan

Hidup yang
abadi

Hidup yang
Hidup yang bermakna
cemerlang dan bernilai

• Hidup yang bermakna dan bernilai adalah hidup yang


penuh estetika kemuliaan.
Hidup yang jauh dari niat pikiran, ucap kata, dan perilaku
yang negatif, barulah hidup menjadi mulia.
• Hidup yang cemerlang adalah hidup yang penuh estetika
kesunyaan.
Hanya dengan mengosongkan diri, mengembalikan jiwa-
raga ke kosong-tiada, berpijak pada keillahian, barulah

18
Sepuluh Fondasi Utama

dapat menyalakan cahaya diri dan menerangi orang lain,


memancarkan cahaya hidup yang cemerlang, menampakkan
kemuliaan hidup yang tak terbatas.
• Hidup yang abadi adalah hidup yang penuh estetika
kebahagiaan.
Hidup yang tiada tara mendatangkan kebahagiaan yang tiada
tara. Dapat hidup gembira, bahagia, dan sukacita dalam setiap
detik dan menit barulah kembali ke wajah asali semula.

6. Estetika Hidup Manusia

Rohani yang
bahagia

Hati yang Jasmani


sunya yang mulia

• Jasmani yang mulia: Segenap hidup bebas dari deraan


Nurani.
Panjang pendeknya hidup seseorang bukanlah yang utama,
yang utama adalah segenap hidup bebas dari deraan nurani.
Sepanjang hidup, setiap niat pikiran, ucap kata, dan perbuatan
senantiasa benar dan positif. Sehingga saat menengadah tidak
merasa bersalah kepada langit, saat memandang ke depan
tidak bersalah kepada umat manusia, saat menunduk tidak
bersalah kepada bumi; segenap hidup bebas deraan nurani.

• Hati yang sunya: Sepanjang hidup bebas leluasa.


Semasa hidup penuh kelancaran atau rintangan bukanlah yang
utama, yang penting adalah hati senantiasa bebas leluasa.
Sepanjang hidup senantiasa dapat mengosongkan diri, dapat

19
Sepuluh Fondasi Utama

mengembalikan jiwa-raga ke kosong-tiada, berpijak pada


keillahian. Hati bagaikan angkasa, dengan sendirinya hidup
pun leluasa tiada hambatan.

• Rohani yang bahagia: Bahagialah sepanjang hidup.


Kaya miskin bukanlah yang utama dalam hidup, yang paling
penting adalah menjalani hidup dengan bahagia. Kapanpun,
di manapun, dan dalam hal apapun senantiasa memancarkan
hidup yang agung, luhur, dan sakral; berdiri di puncak
tertinggi di dunia, dengan sendirinya bahagia sepanjang
hidup.
7. Estetika Pengamalan
1) Estetika tiga antusiasme: antusias bekerja, antusias berhu-
bungan dengan sesama, antusias mengasihi kehidupan.
2) Estetika tiga kedamaian: damai tenang, damai hening, damai
bahagia.
3) Estetika tiga kesederhanaan: sederhana dalam pikiran, seder-
hana dalam perilaku, sederhana dalam kehidupan.
4) Estetika tiga etika publik: tata krama publik, moralitas publik,
ketertiban publik.
8. Estetika Proses Pencapaian
1) Mencapai watak sejati (sifat kodrati) yang berestetika
mulia.
Kembali pada diri yang penuh dengan medan magnet
kebaikan dan energi positif.
2) Mencapai watak sejati (sifat kodrati) yang berestetika
sunya.
Kembali kepada diri yang paling kodrati, paling wajar alami,
paling sederhana.
3) Mencapai watak sejati (sifat kodrati) yang berestetika
bahagia.
Kembali kepada diri yang paling agung, luhur, dan sakral.

20
Sepuluh Fondasi Utama

9. Membangun hidup yang berkesinambungan


1) Membangun budaya baru umat manusia.
Yaitu budaya kasih semesta, budaya harmonis dengan alam,
budaya yang memancarkan estetika mulia, sunya, dan
bahagia.
2) Membangun peradaban baru umat manusia.
Yaitu peradaban menghormati kemuliaan semua bentuk
kehidupan, peradaban yang berestetika mulia, sunya, dan
bahagia.
3) Membangun konsep nilai baru umat manusia.
Yaitu konsep hidup yang menjunjung tinggi nilai dan harkat
manusia, ‘memuliakan dan meninggikan manusia’ yang tidak
meninggalkan konsep nilai yang berestetika mulia, sunya,
dan bahagia.
4) Membangun moralitas baru umat manusia.
Yaitu moralitas ‘dunia satu keluarga’, yaitu mewujudkan
moralitas yang berestetika mulia, sunya, dan bahagia.

10. Kesempurnaan Pencapaian Hidup


1) Keyakinan akal budi.
2) Terwujudnya keyakinan bersama warga dunia.
3) Terwujudnya dunia satu keluarga, kebersatuan semesta
umat manusia.
a. Dunia yang harmonis dengan alam.
b. Dunia yang menghormati kemuliaan semua bentuk
kehidupan.
c. Dunia yang menjunjung tinggi nilai dan harkat manusia.
d. Dunia yang mewujudkan dunia satu keluarga.
e. Dunia dengan estetika mulia, sunya, dan bahagia.
4) Kembali pada Keilahian, bersatu kembali dengan Sang
Pokok Akar Semula.

21
Sepuluh Fondasi Utama

Catatan:
本性 = Sifat Kodrati / Watak Sejati
生存 = Hidup/Kehidupan/Kelangsungan Hidup/Keberadaan Hidup/ Eksistensi Hidup
生活 = Kehidupan/Pola Hidup/Gaya Hidup
生命 = Spirit Kehidupan/Jiwa/Nyawa
人生 = Hidup Manusia
身 = Badan/Jasmani/Raga
心 = Jiwa/Psikis/Mental/Hati/Batin/Pikiran
靈 = Spirit/Rohani

22
Bab 2
Martabat dan
Sakralitas Hidup
Eksistensi hidup adalah proses kelangsungan Spirit
kehidupan/roh kehidupan yang bersinambung.
Kehidupan adalah manifestasi Spirit kehidupan!
Hidup seorang manusia adalah catatan Spirit
kehidupan.

23
Martabat dan Sakralitas Hidup

Pendahuluan

Eksistensi hidup - 生存 adalah proses kelangsungan Spirit


kehidupan/roh kehidupan - 生命 yang bersinambung.
Sementara Hidup seorang manusia - 人生 adalah catatan Spirit
kehidupan. Sedangkan yang dimaksud dengan Kehidupan
- 生活 adalah manifestasi Spirit kehidupan! Tanpa Spirit
kehidupan, eksistensi hidup akan berakhir, catatan hidup manusia
akan berhenti, dan kehidupan akan sirna.

Spirit kehidupan adalah sumber-akar dan penggerak dari semua


pikiran, ucapan, dan perbuatan. Spirit kehidupan adalah anugerah
Tuhan, emanasi Bunda alam semesta raya. Sungguh agung, luhur,
dan sakral martabat hidup manusia. Tujuh miliar umat manusia di
dunia memiliki martabat hidup yang setara dan tiada perbedaan.
Semua hewan yang hidup di udara, darat, maupun laut memiliki
martabat hidup yang sama derajatnya dengan manusia.

Kita hanya hidup sekali dan hanya memiliki hidup satu-satunya.


Karena itu eksistensi hidup adalah peristiwa yang sangat langka,
sakral, dan mulia.

Sungguh agung martabat hidup manusia. Oleh sebab itu betapa


bahagianya hidup ini! Janganlah terlena dalam mimpi dan tak
sadarkan diri sehingga terseret arus negatif dalam kehidupan
masyarakat. Jangan teledor, gegabah, dan asal-asalan menjalani
hidup.

Sungguh luhur martabat hidup manusia. Oleh sebab itu, selama


hayat masih dikandung badan, jalanilah hidup dengan gembira!
Jangan pesimis dan frustasi. Jangan selalu bersedih dan berduka.
Sungguh sakral martabat hidup manusia. Oleh sebab itu betapa
sukacitanya hidup ini! Janganlah terjerumus, jatuh dalam
kesesatan. Janganlah melukai diri apalagi bunuh diri.

24
Martabat dan Sakralitas Hidup

Eksistensi hidup adalah keberlanjutan spirit kehidupan yang


agung, luhur, dan sakral.

Bila eksistensi hidup gagal melanjutkan kodrat martabat hidup


yang agung, maka hidup hanya bagaikan seonggok daging
berjalan atau mayat hidup, tiada sukma hingga akhir hayat.

Bila eksistensi hidup gagal melanjutkan kodrat martabat hidup


yang luhur, maka hidup hanya bagaikan tanaman air yang akarnya
tak membumi, terhanyut dibawa arus sepanjang hayat.

Bila eksistensi hidup gagal melanjutkan kodrat martabat hidup


yang sakral, maka akan hidup dalam ketidak-tahuan, bingung,
bimbang, resah sepanjang hayat.

Kehidupan adalah aktualisasi (perwujudan) konkrit spirit


kehidupan yang agung, luhur, dan sakral.

Bila kehidupan tidak memancarkan keagungan, keluhuran, dan


sakralitas hidup maka hidup hanyalah sebuah pelampiasan naluri
hewani, yang hanya mengejar kebutuhan jasmani, kenikmatan
materi, dan kepuasan indra. Jika demikian, kita tidak layak lagi
disebut makhluk yang termulia.

Eksistensi hidup adalah sebuah estetika yang luar biasa. Pada


kodratnya jiwa kita adalah sejati, bajik, dan indah. Karena itu
spirit kehidupan adalah sejati, bajik, dan indah. Sesungguhnya
sejati dan bajik adalah sebuah ‘keindahan’. Karena itu, bila hidup
tidak dapat memanifestasikan kodrat spirit kehidupan yang sejati,
bajik, dan indah, betapa kehidupan akan menjadi gersang. Spirit
kehidupan menjadi suram, kelabu, tidak bercahaya. Kehidupan
seorang manusia pun menjadi hampa, tiada makna. Hidup hanya
menjadi respon pelampiasan naluri hewani saja.

Jika kita dapat memancarkan kodrat sejati, bajik, dan indahnya

25
Martabat dan Sakralitas Hidup

spirit kehidupan ke dalam penglihatan, pendengaran, pembauan,


perasaan, dan sekujur tubuh, maka kita akan merasakan semua
menjadi indah! Jika diterapkan dalam kehidupan, kehidupan akan
menjadi indah penuh dinamika. Berkepenuhan dan mempesona!
Apabila diterapkan dalam segenap hidup seorang manusia,
maka hidup menjadi penuh dengan kebahagiaan, kesejahteraan,
berlimpah, dan cemerlang.

Pada hakekatnya hidup (spirit kehidupan) adalah sejati, bajik


dan indah, sungguh cemerlang; berkilauan cahaya. Mencintai
“keindahan” adalah sifat kodrati manusia. Sekalipun berbeda
bangsa, suku, warna kulit, etnis, ajaran, kepercayaan, budaya,
ideologi, tradisi, kebiasaan, bahasa, dan tulisan, namun kecintaan
manusia pada “keindahan” adalah sama. Baik pria-wanita, tua-
muda, kaya-miskin, hina-mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek,
sifat mencintai “keindahan” adalah sama. Karena itu, melalui
sosialisasi pola hidup yang estetis, dunia satu keluarga akan
terwujud.

Evolusi hidup umat manusia


Sejarah manusia adalah sebuah catatan evolusi hidup - 生存進
化. Dalam proses evolusi hidup, hanya yang dapat beradaptasilah
yang dapat bertahan hidup, sementara yang tidak mampu
menyesuaikan diri akan tersisihkan. Siapa yang dimaksud dengan
yang dapat beradaptasi? Bukan yang terkuat tapi yang terbaik
yang dapat beradaptasi. Yang dapat beradaptasi adalah mereka
yang mampu menyesuaikan diri, terus menerus memperbaiki,
memperbaharui, meningkatkan, dan melampaui diri; yang terus
menerus berinovasi, terus maju, yang berusaha mengikuti langkah
evolusi hidup.

Sementara mereka yang walaupun kuat, namun menutup


diri, merasa diri sempurna, angkuh, sombong, tidak ingin
memperbaharui diri, tidak ingin maju, tidak mau melampui diri,

26
Martabat dan Sakralitas Hidup

tidak ada inovasi, dalam gelombang proses evolusi hidup akan


tenggelam dibawa arus. Dinosaurus paling kuat, namun sudah
punah. Kekaisaran Mongolia dan Romawi sangat kuat, namun
telah sirna tinggal sejarah. Dalam sejarah begitu banyak dinasti,
kerajaan, negara, suku, etnis, dan makhluk yang punah dan sirna.

Arus evolusi hidup bergerak dengan cepat. Apabila kita ingin


mempertahankan hidup, kita harus mengikutinya. Jangan sampai
ketinggalan. Perlu kita ketahui bahwa garis finish arus evolusi
hidup adalah dunia satu keluarga. Dan roda perputaran sejarah
manusia ini terus bergerak maju ke depan, hingga akhirnya
mencapai garis finish.

Kehidupan pribadi kita harus disesuaikan dengan langkah arus


evolusi hidup seluruh umat manusia, dengan demikian baru
tidak ketinggalan atau tersisihkan. Mewujudkan dunia satu
keluarga adalah tujuan utama keberlangsungan hidup - 永續生
存. Tenaga pendorong terbesar menuju hidup berkelangsungan
adalah memiliki konsep dan wawasan dunia satu keluarga.

Memasuki awal abad 21, kemajuan materi telah mencapai


puncaknya! Sekalipun demikian, kemajuan evolusi mental dan
spiritual justru ketinggalan jauh. Buktinya, kehidupan manusia
sekarang tidak bahagia, tidak gembira! Jika hanya ada kemajuan
material, sementara evolusi mental dan spiritual semakin merosot,
ini menunjukkan kemunduran hidup manusia.

Zaman sekarang banyak orang menderita gangguan jiwa, stres,


depresi, bahkan melukai diri atau bunuh diri. Inilah akibat dari
perkembangan evolusi materi yang melampaui evolusi mental dan
spiritual. Ini juga penyebab krisis kelangsungan hidup manusia.

Evolusi adalah proses yang harus dilalui untuk menuju


keberadaban. Apa yang dimaksud dengan keberadaban? Hidup
harmonis adalah beradab. Respek adalah sikap beradab. Mulia

27
Martabat dan Sakralitas Hidup

adalah sifat beradab. Sunya adalah beradab. Bahagia, gembira


adalah beradab. Antusias bekerja, antusias berhubungan dengan
sesama, antusias mengasihi kehidupan adalah beradab. Damai
tenang, damai hening, damai bahagia adalah beradab. Sederhana
dalam pikiran adalah beradab. Sederhana dalam perilaku adalah
beradab. Sederhana dalam kehidupan adalah beradab. Mematuhi
moralitas umum adalah beradab. Menjaga ketertiban adalah
beradab. Memiliki tata-krama dan etika publik adalah beradab.
Dan tingkat tertinggi dari peradaban adalah Dunia satu keluarga.

Karena itu, kehidupan materi yang tidak mendatangkan hidup yang


harmonis, bahagia, dan gembira, tidak dapat disebut keberadaban.
Bersamaan pula, apabila kehidupan kita tidak beradab, sekalipun
hidup dalam dunia modern; sandang, pangan, papan, transportasi,
semua kebutuhan hidup terpenuhi dan berlimpah, semuanya
hanyalah pemenuhan kepuasan nafsu naluri hewani saja. Apabila
hidup tidak beradab, sekalipun mempunyai pangkat kekuasaan
yang tinggi, harta-kekayaan yang banyak, reputasi-kedudukan
yang menakjubkan, semua itu hanyalah pemuasan nafsu indra
saja.

Apabila hidup kita tidak beradab, sekalipun berpendidikan


tinggi, berkemampuan, dan memiliki kecerdasan istimewa, atau
mencapai kesuksesan yang luar biasa, semua itu tidak lebih
hanyalah pemuasan kebutuhan jasmani saja. Hidup tetap dalam
kehampaan, hanya menyia-yiakan hidup bagaikan rumput dan
kayu lapuk.

Negara-negara maju yang kita kenal sekarang, sesungguhnya


masih jauh dari keberadaban. Hak asasi, demokrasi, dan
kebebasan, jika tidak mendatangkan kedamaian, keharmonisan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan, semua itu tidak dapat disebut
peradaban.

Kebebasan yang tidak mendatangkan keharmonisan,

28
Martabat dan Sakralitas Hidup

kebahagiaan, dan kesejahteraan tidak dapat disebut kebebasan


yang beradab; kebebasan yang tidak beradab hanya bertindak
semena-mena, sewenang-wenang, dan sesuka hati, hal ini akan
mengakibatkan kekacauan dan kerusuhan.

Hak asasi manusia yang tidak mendatangkan keharmonisan,


kebahagiaan, dan kesejahteraan bukanlah hak asasi manusia yang
beradab; hak asasi manusia yang tidak beradab hanya bertindak
seenak hati, semaunya, mengutamakan sikap ego yang besar,
hanya mementingkan diri sendiri, tidak mempedulikan orang
banyak.

Demokrasi yang tidak mendatangkan keharmonisan,


kebahagiaan, dan kesejahteraan bukanlah demokrasi yang
beradab. Demokrasi yang tidak beradab mengakibatkan kelompok
mayoritas bertindak semena-mena, memicu tindakan anarkis bagi
minoritas. Mengikuti secara membuta kehendak kaum mayoritas,
yang sekalipun menyimpang atau salah. Atau minoritas ekstrimis
yang selalu beranggapan dirinya paling benar.

Evolusi hidup manusia bertujuan meningkatkan peradaban hidup.


Dengan semakin meningkat dan berkembangnya peradaban hidup,
umat manusia baru dapat terus melangsungkan hidupnya. Krisis
hidup manusia dewasa ini adalah akibat hidup yang semakin jauh
dari peradaban.
Apa yang dimaksud dengan peradaban hidup
manusia?
Peradaban hidup manusia adalah peradaban sepuluh kebersamaan
dunia, yang terdiri dari: Hidup bersama, jaya bersama, kaya
bersama, bahagia bersama, tenang bersama, sadar bersama,
milik bersama, perolehan bersama, berkah bersama, dan
sempurna bersama. Sepuluh peradaban bersama dunia dibangun
di atas martabat hidup yang mulia, luhur, dan sakral, serta setara
tiada tanpa perbedaan.

29
Martabat dan Sakralitas Hidup

1. Peradaban Hidup Bersama:


Otak, mata, hidung, telinga, mulut, kaki, tangan, serta sekujur
tubuh kita selalu hidup harmonis bersama. Sungguh luar biasa!
Gunung permai, air jernih, langit biru, awan putih, rumput
hijau, pohon rindang, nyanyian burung, wangi bunga, semilir
angin, semuanya hidup bersama. Keindahan alam sungguh
mempesona.

Hanyalah dengan pola hidup bersama, hidup baru ada jaminan.


Dengan prinsip hidup bersama, umat manusia dapat terus
melangsungkan hidupnya. Mari kita bangun bersama dunia
damai harmonis. Walaupun berbeda bangsa, suku, etnis, atau
warna kulit, kita semua dapat hidup bersama dengan damai,
bahagia, sejahtera, dan makmur di taman sukacita semesta
yang suci. Inilah hidup yang paling bermakna.

Pola hidup manusia yang belum berperadaban akan selalu ingin


mengalahkan, memusnahkan, menjatuhkan, dan menindas
orang lain. Inilah pola hidup egois, yang tidak memikirkan
orang lain. Ini sesungguhnya menginjak dan melecehkan
kemuliaan, keluhuran, dan sakralitas martabat hidup sendiri
dan orang lain.

2. Peradaban Jaya Bersama:


Secara fisik, kita menikmati bersama dunia yang penuh
kedamaian, kejayaan, kemajuan, keharmonisan, kemakmuran;
dunia yang penuh sukacita, bahagia, dan gembira. Juga
menikmati bersama kejayaan dan kemakmuran hasil perjuangan
bersama. Secara spiritual, kita menikmati bersama nurani
cemerlang, yang mendatangkan kemuliaan dan kehormatan.

Tragedi terbesar umat manusia adalah hanya sadar kala


menderita bersama, namun tidak mau bahagia bersama.

30
Martabat dan Sakralitas Hidup

Landasan dunia damai-harmonis adalah manusia dapat


menikmati kebahagiaan bersama. Dengan bahagia bersama,
maka cahaya keindahan hidup akan bersinar terang.

Ditinjau dari sejarah manusia, karena keegoisan dan ingin


memonopoli sendiri, maka yang terjadi dalam hubungan antar
sesama manusia hanya duka-derita bersama, sulit untuk suka-
bahagia bersama.

Sejarah manusia adalah sejarah perebutan dan persaingan


untuk mendapatkan nama dan kekayaan; adalah sejarah yang
mencatat perebutan kekuasaan, kedudukan, harta, dan kekayaan.
Sikap tidak mau membagikan hasil perjuangan bersama untuk
dinikmati secara adil dan merata. Sesungguhnya manusia
telah menginjak dan melecehkan kemuliaan, keluhuran, dan
sakralitas martabat hidup sendiri dan orang lain.

3. Peradaban Kaya Bersama:


Bukanlah sesuatu yang istimewa kalau hanya kaya sendirian.
Namun apabila dapat mengupayakan kaya bersama, baru luar
biasa. Ketika semua dapat hidup kaya dan makmur, barulah kita
dapat menikmati kehidupan kaya dan makmur yang sebenarnya.

Mari kita bangun bersama dunia damai-harmonis yang bebas


dari kemiskinan, kelaparan, dan kekurangan. Mari kita bangun
dunia damai-harmonis di mana semua manusia kaya dan
makmur dalam aspek materi, mental, dan spiritual. Taman
sukacita semesta yang kaya akan cinta-kasih, kebenaran,
kesusilaan, kebijaksanaan, kredibilitas; yang sejati, bajik, dan
indah.

Dari dulu hingga sekarang, umat manusia tidak pernah


menghargai keagungan, keluhuran, dan sakralitas martabat

31
Martabat dan Sakralitas Hidup

hidup diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya selalu mengejar


harta-kekayaan, pangkat-kedudukan, reputasi, dan kekuasaan.
Beranggapan inilah kekayaan sejati. Padahal, kalau kita hanya
kaya akan harta, ketenaran, pangkat, kedudukan, dan kuasa,
sementara jiwa miskin, apalah artinya? Dimanakah nilai dan
harkat diri kita?

Sebaliknya, sekalipun miskin namun memiliki martabat hidup


yang agung, luhur, dan sakral maka hidup kita sungguh-
sungguh berarti dan bermakna. Contoh: Nabi Yan Hui yang
miskin, namun hidup dengan bahagia. Ludwig van Beethoven
juga sangat miskin, hanya menguasai seni musik. Bunda Teresa
miskin, hanya memiliki hati-kasih, namun mereka inilah orang
yang paling kaya, yang telah menampilkan martabat hidup
yang agung, luhur, dan sakral.

4. Peradaban Bahagia Bersama:


Bahagia bersama jauh lebih baik daripada hanya bahagia
sendirian. Makna kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan
banyak orang. Sumber kebahagiaan tak berkesudahan adalah
selalu ingin memberikan kebahagiaan kepada orang lain.

Dalam dunia damai-harmonis, semua umat manusia selain


menikmati kebahagiaan melalui indra mata, telinga, lidah,
jasmani, dan pikiran, juga bahagia dalam mental dan spiritual !

Bersama kita menikmati dunia damai-sentosa, negara makmur


berjaya, masyarakat damai harmonis, keluarga yang harmonis
sejahtera, di mana setiap orang berbahagia karena harmonis
dengan alam. Keluarga yang beradab adalah keluarga yang
semua anggota keluarganya bahagia; masyarakat yang beradab
adalah masyarakat yang semua anggota masyarakatnya hidup
bahagia; negara yang beradab adalah negara yang setiap
rakyatnya hidup bahagia; dunia yang beradab adalah dunia di
mana semua negara bahagia.

32
Martabat dan Sakralitas Hidup

Apabila dapat menampilkan keagungan, keluhuran, dan


sakralitas martabat hidup maka baik kaya-miskin, hina-mulia,
pintar-bodoh, cantik-jelek semuanya hidup bahagia. Aku,
kamu, dia, semuanya bahagia. Inilah teladan manusia yang
beradab.

5. Peradaban Tenang Bersama:


Kalau hanya sendirian yang hidup tenang dan damai, bukanlah
sebuah kemuliaan. Bila dapat membawakan ketenangan dan
kedamaian bagi orang banyak, inilah pengasih dan orang bijak
sejati.

Kalaulah setiap orang dapat tenang dan damai jiwa raga,


maka negara pastilah aman tenteram, masyarakat akan damai
harmonis, keluarga akan bahagia sejahtera. Dalam dunia
damai-harmonis setiap manusia hidup tenang, damai, bebas,
dan leluasa.

Dalam dunia damai-harmonis, setiap manusia hidup leluasa


tanpa beban pikiran, tiada kekhawatiran dan kegelisahan,
juga bebas dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan, serta
hidup tanpa kesalahan, kekacauan, dan kemelekatan. Inilah
perwujudan peradaban tenang bersama. Setiap manusia hidup
damai, tenang, dan bahagia selamanya!

Menjaga ketenangan dan kedamaian lingkungan hidup bersama,


mewujudkan keindahan manusia. Selalu hidup harmonis,
tenang, dan damai dengan alam semesta. Mari kita wujudkan
bersama dunia, negara, masyarakat, dan keluarga yang damai
harmonis.

Apabila setiap manusia dapat menampilkan martabat hidup


yang agung, luhur, dan sakral maka jiwaku, jiwamu, dan jiwa

33
Martabat dan Sakralitas Hidup

setiap manusia dapat tenang dan damai. Dengan demikian


dunia satu keluarga akan terwujud dengan sendirinya.

6. Peradaban Sadar Bersama:


Sadar dan insaf sendirian tidaklah sempurna. Berupaya
menyadarkan diri sendiri dan orang lain, itulah keberadaban
sejati. Kalau nurani tidak sadar cemerlang, nurani tidak
menjadi tuan pengendali, maka belum dapat disebut manusia
yang sadar sejati.

Diri sendiri bernurani sadar cemerlang, nurani menjadi tuan


dalam diri belumlah luhur. Hanyalah bila dengan nurani sendiri
menyadarkan nurani orang lain, barulah sungguh-sungguh
sadar dan insaf, baru dapat disebut pembina sejati.

Dalam dunia damai harmonis, setiap manusia bernurani


sadar cemerlang. Dalam dunia damai harmonis, nurani setiap
manusia telah menjadi tuan dalam dirinya. Dalam dunia damai
harmonis, setiap manusia dapat mewujudkan wajah kasih, jiwa
kasih, dan perilaku kasih. Dalam dunia damai harmonis, setiap
manusia mencapai kesadaran dan keinsafan.

Apabila dapat menyadari bahwa di dunia ini, di antara langit-


bumi, bahkan di semesta raya, tidak ada yang lebih agung, lebih
luhur, dan lebih sakral daripada martabat hidup; apabila dapat
menyadari di alam raya ini tidak ada yang lebih agung dari
keindahan sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia;
inilah manusia yang sungguh-sungguh sadar-insaf sejati.

Setelah diri sendiri sadar dan insaf, selanjutnya membantu orang


lain mencapai kesadaran. Membantu setiap orang menyadari
dan menginsafi: betapa keagungan, keluhuran, dan sakralitas
martabat hidup adalah tiada tara; betapa keagungan, keunikan,
dan kemutlakan sifat mulia, sunya, dan bahagia sifat kodrati diri

34
Martabat dan Sakralitas Hidup

(watak sejati) yang indah adalah tiada duanya. Setelah sadar,


manusia akan menginsafi “Betapa spirit kehidupan anugerah
Tuhan adalah yang teragung, terluhur, dan tiada tara nilainya”.
Maka dengan sendirinya setiap manusia akan menampilkan
keindahan sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia.
Maka dunia satu keluarga akan segera tiba!

7. Peradaban Milik Bersama:


Tujuh miliar penduduk dunia memiliki wajah yang berbeda.
Selain manusia ada satwa dan tumbuhan yang menghirup udara
yang sama. Yang memiliki matahari dan bulan yang sama, serta
beraktifitas dan tinggal di planet yang sama.

Yang menjadi milik bersama itulah yang mulia; milik bersama


akan bertahan selamanya. Sedangkan yang dimiliki secara
pribadi sangatlah kecil dan terbatas; milik pribadi bersifat
sementara. Berapa lamakah harta-kekayaan, pangkat-
kedudukan yang dimiliki secara pribadi dapat bertahan?
Sangatlah singkat dan terbatas!

Kita memiliki negara yang makmur jaya bersama; masyarakat


yang damai harmonis bersama; keluarga yang bahagia sejahtera
bersama. Kita memiliki bersama taman sukacita yang sejati,
bajik, dan indah untuk selamanya.

Tujuh miliar umat manusia sama-sama memiliki martabat


hidup yang agung, luhur, dan sakral; sama-sama memiliki sifat
kodrati diri yang penuh keindahan yang mulia, sunya, dan
bahagia; sama-sama memiliki kehidupan yang indah, hidup
yang bercahaya, dan hidup manusia yang mempesona.

Milik bersama tidak akan menyebabkan perebutan. Milik


pribadi atau kelompok tertentu akan menyebabkan nafsu
keserakahan untuk menguasainya.

35
Martabat dan Sakralitas Hidup

Kedudukan, pangkat, jabatan, kuasa, atau harta-kekayaan milik


pribadi atau milik kelompok tertentu akan memicu hasrat ingin
saling berebut, bersaing, bertikai, bahkan saling mencelakai.
Akhirnya mengakibatkan keretakan dalam keluarga, kekacauan
dalam masyarakat, kerusuhan dalam negara, serta pergolakan
dalam dunia. Kebodohan dan kepiluan umat manusia adalah
meninggalkan martabat hidup yang agung, luhur, dan sakral;
menelantarkan satu-satunya hati nurani yang penuh keindahan
mulia, sunya, dan bahagia; sebaliknya saling bersaing mati-
matian untuk mendapatkan kedudukan, pangkat, jabatan,
kuasa, atau harta-kekayaan yang bersifat sementara dan fana.
Sungguh memutar-balikkan antara yang sejati dan palsu,
pangkal dan ujung.

Sesungguhnya dia yang dapat mewujudkan martabat hidup


yang agung, luhur, dan sakral adalah yang benar-benar
memiliki kedudukan dan reputasi tinggi yang sejati. Dia yang
dapat merealisasikan hati nurani yang penuh keindahan mulia,
sunya, dan bahagia, adalah manusia yang paling kaya, paling
berkuasa; manusia yang sungguh-sungguh memiliki kehidupan
yang indah, hidup yang bercahaya, dan hidup manusia yang
mempesona.

Di dunia ini banyak orang yang memiliki pangkat-kedudukan


yang tinggi, harta kekayaan yang berlimpah, kekuasaan yang
besar, namun tidak dihormati dan dicintai orang banyak.
Apalagi jika tidak memiliki kehidupan yang indah, hidup
yang bercahaya, dan hidup manusia yang mempesona, walau
memiliki segalanya, namun sesungguhnya dia sudah kalah
telak dan gagal total.

8. Peradaban Perolehan Bersama:


Ada perolehan (mendapatkan) pasti ada kehilangan. Mempunyai
nafsu keinginan memperoleh berarti masih ada keterikatan.

36
Martabat dan Sakralitas Hidup

Sekalipun memperoleh apa yang diinginkan, semua itu tetap


bersifat pribadi dan terbatas. Apa yang kita peroleh atau punyai
secara bersama? Kita sama-sama memperoleh ayoman dan
lindungan dari langit bumi; sama-sama memperoleh kasih
dan kehangatan dari alam, matahari, rembulan, angin, awan,
embun, dan hujan.

Kita sama-sama memperoleh kecemerlangan nurani,


keindahan yang abadi; kita bersama mendapatkan dunia
satu keluarga; buana satu keluarga; bumi satu keluarga. Kita
bersama mendapatkan dunia baru, yang kaya dalam peradaban
materi, mental, dan spiritual. Kita bersama mendapatkan
taman sukacita yang sejati, bajik, dan indah. Dengan perolehan
bersama, barulah dapat membawakan bahagia, gembira, dan
sukacita bagi seluruh umat manusia.

Kalau hanya saya sendirian yang memiliki, namun yang


lainnya tidak; hanya sekelompok kecil yang mendapatkan,
dan yang lainnya tidak kebagian; akan memicu ketidakpuasan,
ketidakadilan, serta ketidakdamaian, akhirnya timbul konflik,
persengketaan, dan kekacauan.

Setiap manusia sedikit banyak pasti memiliki sifat ingin


memiliki namun takut kehilangan. Apabila sifat “kepemilikan”
semakin kuat, maka ketika mendapatkan akan sangat takut
kehilangan. Semakin besar rasa kekhawatiran akan kehilangan,
semakin besar pula keterikatan. Dan semakin besar keterikatan
kita, semakin besar pula rasa takut akan kehilangan. Lingkaran
setan seperti ini membuat kita jatuh dalam jurang penderitaan.
Karena semakin besar rasa takut pada kehilangan, maka semakin
besar pula rasa was-was kita pada orang lain. Semakin besar
kecurigaan dan prasangka pada orang lain, mengakibatkan
hubungan antarmanusia yang buruk. Semakin renggang jarak
kita dengan sesama, akhirnya hubungan antarmanusia menjadi
semakin tawar dan dingin.

37
Martabat dan Sakralitas Hidup

“Perolehan bersama” tidak akan mendatangkan kekhawatiran


akan kehilangan. Karena perolehan bersama, hubungan kita
dengan lainnya semakin harmonis. Hubungan antarsesama
semakin sehati, sekebajikan, bahu membahu, saling
memaklumi, saling memaafkan, tenggang rasa, toleransi,
saling membantu, saling mendukung, saling memperhatikan,
serta saling mencintai dan menyayangi.

Demi mendapatkan bersama nurani sadar cemerlang, keindahan


abadi, kita saling memotivasi, saling berusaha, dan saling bahu
membahu dalam membina. Mengembangkan kebijaksanaan
dengan mengintrospeksi diri, membersihkan kemelekatan dan
membuang kotoran batin, agar nurani yang sadar cemerlang,
nurani yang indah abadi dapat segera terwujud.

Demi mendapatkan bersama dunia satu keluarga; dunia baru


yang kaya akan peradaban materi, mental, dan spiritual;
mendapatkan bersama taman sukacita semesta yang sejati,
bajik, dan indah; mari tangan bergandeng tangan, hati bertaut
hati, sehati-sekebajikan, dan bahu membahu untuk mewujudkan
dunia satu keluarga. Karena itu, perolehan bersama membuat
kita menjadi satu keluarga.

9. Peradaban Berkah Bersama:


Hanya sendirian yang memiliki berkah tidaklah luhur. Semua
orang dapat menikmati berkah bersama, barulah luhur dan
mulia. Berkah milik pribadi hanyalah sementara dan sangat
terbatas. Berkah milik semua umat manusia bersifat abadi,
tidak terbatas, dan tidak akan berakhir.

Dapat membahagiakan orang lain, diri sendiri baru akan


bahagia; tidak melukai orang lain, tidak membawa kerugian
dan musibah bagi orang lain, kebahagiaan diri sendiri baru

38
Martabat dan Sakralitas Hidup

terjamin dan berkesinambungan.

Berkah bersama seluruh umat manusia adalah sama-sama


merombak dunia yang penuh kekacauan menjadi dunia damai
sentosa. Merubah dunia yang penuh dosa menjadi surga dunia.
Merombak dunia yang penuh bencana musibah menjadi taman
sukacita semesta yang sejati, bajik, dan indah. Menikmati
bersama melodi surgawi, alunan kebahagiaan sepanjang masa.

Berkah terbesar (berkah abadi) setiap manusia adalah


mewujudkan martabat hidup yang agung, luhur, dan sakral;
menampilkan sifat kodrati diri yang penuh keindahan mulia,
sunya dan bahagia; mewujudkan dunia satu keluarga, dunia
damai sentosa, taman sukacita semesta.

Dan landasan dunia satu keluarga, dunia damai sentosa, taman


sukacita semesta adalah setiap manusia dapat mewujudkan
martabat hidup yang agung, luhur dan sakral; sama-sama
menampilkan sifat kodrati diri yang penuh keindahan mulia,
sunya, dan bahagia.

Sesungguhnya berkah tertinggi seluruh umat manusia adalah


terwujudnya dunia satu keluarga. Dengan terwujudnya
dunia menjadi satu keluarga, umat manusia baru dapat hidup
berkesinambungan. Sehingga berkah pribadi dan seluruh umat
manusia baru ada jaminan.

Satu-satunya jalan bagi manusia untuk hidup berkesinambungan


adalah sama-sama mengamalkan jalan menuju peradaban
mental dan spiritual yang menembus hingga ke dalam sanubari
setiap umat manusia. Dan landasan dari peradaban mental
dan spiritual adalah mewujudkan martabat hidup yang agung,
luhur, dan sakral, serta menampilkan sifat kodrati diri yang
penuh keindahan mulia, sunya, dan bahagia.

39
Martabat dan Sakralitas Hidup

10. Peradaban Sukses Bersama:


Kesuksesan orang lain adalah kesuksesanku. Saya sukses juga
harus membantu orang lain sukses. Kalau hanya sendirian yang
sukses, sedangkan yang lainnya tidak, kesuksesan demikian
tidaklah mulia, tidaklah sempurna.

Mari kita bersama menyukseskan dunia damai sentosa yang


memiliki semangat hidup bersama, jaya bersama, kaya
bersama; surga dunia yang mempunyai spirit bahagia bersama,
tenang bersama, sadar bersama; taman sukacita semesta yang
mengutamakan milik bersama, perolehan bersama, dan berkah
bersama.

Kita bersama mewujudkan dunia cemerlang yang memiliki


sepuluh semangat kebersamaan. Agar semesta yang indah,
bahagia, dan penuh sukacita segera hadir di dunia.

Kesuksesan pribadi bukan hanya berhasil memiliki harta dan


meraih kedudukan, namun kesuksesan sejati setiap manusia
adalah apakah dapat mewujudkan martabat hidup yang agung,
luhur, dan sakral, apakah mampu menampilkan sifat kodrati
diri yang penuh keindahan mulia, sunya, dan bahagia! Dan
hanyalah melalui aku, kamu, dan dia bersama-sama berhasil
mewujudkan martabat hidup yang agung, luhur dan sakral;
berhasil menampilkan sifat kodrati diri yang penuh keindahan
mulia, sunya, dan bahagia, barulah dapat menyukseskan dunia
satu keluarga; dunia damai sentosa.

Beradab bukanlah saling bersaing dan saling menjatuhkan.


Juga bukanlah saling berkompetisi kuat-lemah, besar-kecil,
tinggi rendah, hebat-biasa, baik-buruk, atau menang-kalah.
Sekalipun mampu mengalahkan dan menaklukkan semuanya,
kita tetap bukan manusia yang beradab. Dapat menaklukkan
semua negara, menguasai dunia, juga bukanlah negara yang
beradab.

40
Martabat dan Sakralitas Hidup

Arus besar evolusi hidup manusia telah dimulai. Yang


dapat menyesuaikan diri, baru dapat bertahan hidup. Yang
tidak mampu beradaptasi akan tersisihkan. Yang dimaksud
dengan dapat beradaptasi adalah yang berusaha untuk maju,
berkembang, memperbaharui diri; terus berinovasi untuk
memiliki kehidupan dan spirit kehidupan yang beradab.
Berjuang untuk memiliki segenap hidup yang beradab; agar diri
sendiri menjadi orang yang beradab; dan berusaha membentuk
keluarga-masyarakat-negara yang beradab; dan akhirnya
mewujudkan dunia yang beradab.

Memasuki abad ke-21, evolusi materi umat manusia telah


mencapai puncaknya. Namun penderitaan, kelelahan,
kesesatan, dan kejatuhan manusia juga mencapai puncaknya.
Selidiki hingga ke sumber akarnya, semua ini dikarenakan
manusia tidak mengutamakan evolusi mental dan spiritual,
hanya mengutamakan kemajuan peradaban materi.
Beranggapan peradaban materi telah mewakili segalanya,
sama sekali tidak mempedulikan peradaban mental-spiritual.
Kebanggaan manusia dalam peradaban materi sesungguhnya
hanyalah memuaskan kesenangan jasmani; kenikmatan materi;
dan kepuasan indra saja. Sedangkan mental-spiritual manusia
kosong dan hampa, sungguh sangat memprihatinkan.

Sekalipun tinggal di apartemen mewah, rumah mewah,


ataupun vila indah, tetap tidak mampu mengisi kekosongan
hati, tidak mampu menghidupkan kembali jiwa yang telah
mati. Walaupun berpakaian trendi, bermerek, dan mahal, tidak
akan mampu mengisi kehampaan batin, juga tidak mampu
menghidupkan kembali jiwa yang telah membeku. Sekalipun
selalu menyantap makanan enak dan lezat, semua itu hanyalah
pemuasan nafsu mulut, tidak mampu mengisi kekosongan
batin, juga tidak mampu menghidupkan kembali jiwa yang
telah sirna. Memiliki kendaraan pribadi yang mewah, mahal,

41
Martabat dan Sakralitas Hidup

dan terbaru, tidak mampu mengisi kesunyian batin, juga tidak


mampu menghidupkan kembali jiwa yang telah mati. Memiliki
pangkat dan kedudukan yang sangat tinggi, kuasa yang besar
serta harta kekayaan yang banyak, tidak mampu mengisi
kenihilan batin, juga tidak mampu menghidupkan kembali jiwa
yang telah mati.

Dewasa ini banyak orang menderita depresi, stres, tekanan


batin atau masalah gangguan jiwa lainnya, bahkan bunuh
diri. Kebanyakan mereka adalah orang yang berpendidikan,
berkemampuan, serta memiliki kepintaran dan intelektual.

Jika tidak memiliki pandangan hidup - 生命觀 yang agung,


luhur, dan sakral, maka hidup selamanya gelap, tidak bercahaya,
bagaikan rumput dan pohon yang membusuk.

Jika tidak memiliki pandangan nilai hidup - 價值觀 yang


agung, luhur, dan sakral, maka pandangan konsep hidup akan
menyimpang, salah, dan keliru. Akhirnya mencelakai diri
sendiri dan orang lain. Tidak bermanfaat apapun.

Jika tidak memiliki pandangan kehidupan -生活觀 yang


agung, luhur, dan sakral, maka kehidupan hanyalah pelampiasan
naluri hewani saja. Manusia kehilangan martabatnya sebagai
makhluk yang mulia.

Jika tidak memiliki pandangan hidup manusia -人生觀 yang


agung, luhur, dan sakral maka kehidupan manusia hanyalah
tentang kesibukan pribadi, rutinitas harian, tanpa karya
bermakna. Sia-sia melewati hidup.

Jika tidak memiliki pandangan kelangsungan hidup - 生存


觀 yang agung, luhur, dan sakral, maka kelangsungan hidup
hanyalah bagai mayat yang berjalan, hidup hanya untuk makan
dan minum.

42
Martabat dan Sakralitas Hidup

Kesimpulannya: Apabila tidak dapat mewujudkan martabat


hidup yang agung, luhur, dan sakral, maka sekalipun memiliki
seisi dunia juga tidak bermakna. Hidup tetap miskin; kosong-
hampa, sia-sia; pandangan nilai hidup tetap keliru; tidak
memiliki sumber akar yang benar.

Satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis hidup manusia


secara tuntas, yaitu seluruh umat manusia harus bersama-sama
menapaki jalan menuju peradaban mental dan spiritual
yang menembus hingga ke dalam sanubari setiap umat
manusia. Tidak ada pilihan lain lagi.

Sumber Peradaban
Sifat kodrati manusia adalah mulia, sunya, dan bahagia.
《人之初性本莊嚴,空靈,幸福》
Hanya dengan mewujudkan martabat hidup yang agung, luhur,
dan sakral, barulah seseorang dapat memanifestasikan sifat
kodrati diri yang penuh kemuliaan, kesunyaan, dan kebahagiaan
yang indah. Sifat kodrati diri (watak sejati) yang penuh keindahan
yang mulia, sunya, dan bahagia adalah inti dari martabat hidup
yang agung, luhur, dan sakral.

Peradaban mental - 精神文明 adalah perwujudan keindahan


sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia melalui indra,
sehingga apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,
dibaui oleh hidung, dirasakan oleh lidah, dibicarakan mulut, atau
dilakukan badan, semuanya menjadi indah dan bahagia.

Terapkanlah peradaban mental dalam kehidupan sehari-hari, baik


saat berbicara atau diam, aktif atau pasif; dalam masalah sandang,
pangan, papan, dan transportasi, atau melalui indra penglihatan,
pendengaran, pembauan, pengecapan, pengucapan, serta tindak

43
Martabat dan Sakralitas Hidup

perbuatan, semua yang termasuk dalam kehidupan mental-精


神生活. Singkat kata, kehidupan jiwa adalah peradaban mental
yang harus kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
mewujudkan keindahan sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan
bahagia; senantiasa menampilkan martabat hidup yang agung,
luhur, dan sakral.

Peradaban spiritual - 心靈文明 adalah perwujudan keindahan


sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia melalui pikiran,
sehingga niat apa pun yang dipikirkan adalah indah dan bahagia.
Pikiran, ucapan, dan tindak perbuatan yang dilakukan setiap hari
selalu baik dan positif; senantiasa berupaya mengosongkan diri
– mengembalikan jiwa raga ke kosong tiada; setiap saat selalu
bahagia -幸福就在當下; inilah kehidupan spiritual.

Manusia memiliki perbedaan kaya-miskin, hina-mulia, pintar-


bodoh, cantik-jelek, namun martabat hidup yang agung, luhur,
dan sakral tidak ada perbedaan. Jika dalam kondisi kaya-miskin,
hina-mulia, pintar-bodoh, atau cantik-jelek dapat senantiasa
menunjukkan sikap bahagia, gembira, dan sukacita, inilah
kehidupan spiritual.

Berhadapan dengan pujian atau hinaan, mendapatkan atau


kehilangan, sanjungan atau fitnahan, berkah musibah, lancar
atau penuh rintangan, sukses atau gagal, martabat hidup yang
agung, luhur, dan sakral tidak pernah bertambah atau berkurang
sedikitpun. Hidup tetap penuh bahagia, gembira, dan sukacita.
Inilah kehidupan spiritual.

Dalam setiap detak jantung dan denyut nadi, dalam setiap tarikan
dan hembusan nafas, selalu dalam keharmonisan, kedamaian,
ketenangan, dan kepuasan, inilah kehidupan spiritual.
Kehidupan - 生活 yang kaya akan peradaban mental-spiritual
adalah kehidupan yang sungguh bebas leluasa.

44
Martabat dan Sakralitas Hidup

Spirit Kehidupan - 生命 yang penuh dengan peradaban


mental-spiritual adalah spirit kehidupan yang sungguh bercahaya
gemilang.
Hidup manusia - 人生 yang berlimpah peradaban mental-
spiritual adalah hidup yang sungguh cemerlang dan penuh
harapan.
Eksistensi /Kelangsungan hidup - 生存 yang padat dengan
peradaban mental - spiritual adalah kelangsungan hidup yang
sungguh sakral dan bermartabat mulia.
Konsep nilai - 價值觀 yang penuh dengan peradaban mental-
spiritual adalah konsep nilai yang sehat dan benar, hidup yang
mulia tak ternilai.

Makna Hidup《生存的真正內涵》
1. Kehidupan jasmani - 身的生存
Kebutuhan jasmani.
Kepuasan indra.
Kenikmatan materi.

2. Kehidupan jiwa/psikis - 心的生存


Jiwa adalah pengendali jasmani.
Jiwa/ psikis adalah suasana hati, mood.
Jiwa adalah pandangan dan niat pikiran.

3. Kehidupan spiritual/ rohani - 靈的生存


Rohani adalah akar dari hati/jiwa.
Manusia pada hakekatnya memiliki rohani yang mulia dan bajik.
Manusia pada hakekatnya memiliki rohani yang sunya dan sejati.
Manusia pada hakekatnya memiliki rohani yang bahagia dan indah.

Dari dulu hingga sekarang hidup manusia boleh dikatakan hanya


mengutamakan kehidupan jasmani saja. Sedangkan kehidupan
jiwa dan rohani jarang diperhatikan dan tidak diutamakan, bahkan
diabaikan sama sekali.

45
Martabat dan Sakralitas Hidup

Sebagian besar manusia beranggapan kehidupan hanyalah


bagaimana mempertahankan jasmani ini tetap hidup. Dan untuk
menghidupkan tubuh jasmani ini, tentu butuh tidur, makan, dan
minum yang cukup. Tetapi apakah hidup manusia hanya sebatas
pada pemenuhan kebutuhan akan makanan, minuman, dan
tidur saja? Sesungguhnya dalam rutinitas kehidupan manusia,
kehidupan jiwa / psikis, sangatlah penting. Apa yang dimaksud
dengan jiwa / psikis? Yaitu kondisi hati, emosi, dan pikiran
manusia. Manusia adalah makhluk yang berakal dan mempunyai
pikiran. Manusia juga merupakan makhluk yang berperasaan,
memiliki luapan perasaan (emosi). Luapan perasaan dapat
pasang-surut, turun-naik. Perilaku manusia selalu dipengaruhi
kondisi jiwa. Demikian juga ucapan dan perbuatan senantiasa
dipengaruhi oleh baik-buruknya emosi dan kondisi jiwa.

Bagaimana kita mempertahankan hidup? Kehidupan jiwa / psikis


jauh lebih penting dari kehidupan jasmani. Apabila kondisi jiwa/
psikis baik maka emosi kita akan tenang dan damai, pikiran
jernih dan sehat; pandangan hidup benar; maka hidup akan
bahagia, gembira, dan sukacita. Sebaliknya apabila kondisi jiwa
buruk, maka kita akan mudah depresi; pikiran kusut dan kacau,
pandangan menyimpang. Sekalipun kehidupan jasmani kaya
berlimpah, kebutuhan jasmani, kenikmatan materi, atau kepuasan
indra terpenuhi semua, hidup tetap tidak bahagia, gembira, dan
sukacita.

Apa yang dimaksud dengan kehidupan spiritual / rohani? Apa


itu rohani? Rohani adalah Watak Sejati manusia. Sifat kodrati
manusia adalah bajik, indah, dan sejati. Manusia adalah makhluk
yang paling mulia karena manusia memiliki budaya, peradaban,
kearifan, dan cinta kasih. Sifat kodrati rohani adalah bajik,
karena itu budi pekerti luhur seperti setia, bakti, cinta kasih, dan
integritas telah dimiliki secara kodrati, tidak pernah berpisah
dengan manusia.

46
Martabat dan Sakralitas Hidup

Sifat kodrati rohani adalah indah, karena itu setiap manusia


secara kodrati mencintai keindahan dan selalu mengapresiasi
segala sesuatu yang indah. Sifat kodrati rohani adalah sejati,
karena itu setiap manusia secara asali memiliki kebijaksanaan,
mendorong kita senantiasa ingin melakukan pembaharuan, terus
maju dan berkembang, tidak konservatif dan regresif, tidak
berhenti di tempat, tidak menginginkan kemunduran, sebaliknya
penuh inovasi, reformasi, dan pembaharuan. Demi mewujudkan
tujuan dan cita-cita mulia terus-menerus berjuang serta berusaha
menaklukkan segala kesulitan dan hambatan.

Jiwa atau hati adalah pengendali jasmani, sedangkan rohani


(watak sejati) adalah akarnya jiwa atau hati. Kehidupan rohani
tidak dibatasi ruang dan waktu. Apabila dapat mewujudkan sifat
kodrati yang sejati, bajik, dan indah, maka cahaya rohani akan
bersinar terang, hawa kesucian rohani akan memenuhi segala arah,
dengan sendirinya jiwa menjadi damai, pikiran menjadi tenang,
dan emosi menjadi stabil. Apa yang dilihat, didengar, dicium,
dicicipi, dikatakan, dilakukan adalah indah. Berbudi pekerti luhur,
setia, bakti, cinta-kasih, berperi-kebenaran, memberi manfaat
bagi manusia dan segala makhluk, semua ini adalah keindahan
dalam perilaku.

Apabila keindahan jiwa berpancar, maka kehidupan jasmani


akan menjadi indah: kebutuhan jasmani cukup seadanya, tahu
mengenal batas terhadap kenikmatan pada materi, pemuasan
indra sewajarnya. Semuanya berjalan wajar-alami, tanpa harus
diucapkan. Manusia layak disebut makhluk yang paling mulia,
dikarenakan manusia dapat menjaga keharmonisan raga, jiwa, dan
rohani; menjaga keseimbangan antara kehidupan jasmani, jiwa,
dan rohani. Apabila manusia dapat mengembangkan keindahan
hidup ke titik puncaknya, maka kualitas budaya serta peradaban
manusia akan mencapai titik tertinggi.

47
Martabat dan Sakralitas Hidup

Namun sangat disayangkan, karena manusia tidak mengutamakan


kehidupan rohani, sehingga rohani yang sejati, bajik, dan indah
tidak diaktualisasikan, akhirnya kehidupan jiwa kehilangan
sumber akarnya. Akibatnya ketika depresi, kondisi jiwa labil,
pikiran kusut, kebanyakan kita akan mencari kesenangan
jasmani, kenikmatan materi, dan kepuasan indra untuk membius
diri. Apalagi di bawah pengaruh pandangan nilai hidup yang
keliru, sehingga dalam kehidupan masyarakat, negara, dunia serta
seluruh kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, budaya,
sains, pendidikan, olahraga, teknologi, kesenian, serta kehidupan
sehari-hari, semua hanya tertuju pada pengejaran kesenangan
jasmani, kenikmatan materi, dan kepuasan indra sebagai tujuan
dan nilai terpenting dalam hidupnya. Singkatnya, keseluruhan
sejarah hidup manusia boleh dikatakan merupakan sejarah
kehidupan jasmani belaka. Sedangkan kehidupan jiwa dan rohani
jarang sekali ada yang menyinggungnya.

Sesungguhnya kehidupan jasmani sangat nyata dalam kehidupan


manusia. Mulai dari hari pertama lahir ke dunia, kita harus
berhadapan dengan kehidupan jasmani. Tantangan terbesar dari
kehidupan manusia adalah bagaimana upaya kita agar dapat terus
hidup.

Semenjak adanya manusia, peperangan terus terjadi karena


perbedaan etnis, suku, ras, golongan, negara, atau bangsa. Juga
karena perbedaan budaya, ajaran, dan kepercayaan. Terjadinya
peperangan kebanyakan disebabkan demi kepentingan kehidupan
jasmani. Maka kehidupan jasmani itu sangat subjektif, egois, dan
individualis. Karena itu persaingan dalam kehidupan jasmani
sungguh ketat, kejam, sadis, dan biadab.

Prinsip persaingan hidup dalam dunia hewan adalah “siapa yang


kuat, dialah yang menang”. Yang kuat akan hidup sedangkan
yang lemah akan dimangsa yang kuat. Ternyata persaingan hidup
spesies manusia sekarang tak jauh berbeda dengan persaingan

48
Martabat dan Sakralitas Hidup

hidup dalam dunia hewan, berlaku hukum rimba yang tidak beradab.
Senantiasa berupaya untuk mengalahkan dan menjatuhkan lawan,
agar diri sendiri dapat tetap hidup selamanya.

Lima kebutuhan dasar manusia adalah makan, nafsu birahi,


tidur, ketenaran, dan kekayaan. Gao Zi berkata, “Kebutuhan
akan makanan dan nafsu birahi adalah tabiat manusia”. Makan
dan nafsu birahi adalah kebutuhan dasar biologis manusia.
Ini merupakan reaksi alamiah manusia sebagai makhluk yang
bernaluri. Di saat kebutuhan akan makan dan tidur telah terpenuhi,
maka manusia akan memikirkan nafsu birahi. Meng Zi berkata,
“Apa perbedaan antara manusia dan hewan?” Kalau ditinjau dari
kebutuhan biologis dan naluri makhluk, maka perbedaan antara
manusia dan hewan sangatlah tipis!

Manusia terkadang lupa bahwa dirinya juga merupakan salah


satu dari makhluk hidup. Kalau manusia hanya memperhatikan
kehidupan jasmani dan tidak memperhatikan kehidupan jiwa
dan rohani, maka di bawah dorongan nafsu dan naluri hewani,
manusia akan menjadi hewan yang sungguh menakutkan! Jadilah
hewan yang berpakaian. Kelebihan manusia dari hewan yaitu
setelah kebutuhan akan makanan, birahi, dan tidur telah terpenuhi,
manusia masih belum puas, masih ingin memuaskan nafsunya pada
kekuasaan, ketenaran, dan kekayaan. Sesungguhnya keseluruhan
sejarah manusia boleh dikatakan merupakan catatan sejarah demi
pemenuhan lima nafsu dasar dengan saling bersaing, bertikai,
menyakiti, bahkan mencelakai.

Peradaban mental adalah roman asal dari kehidupan jiwa. Dan


kehidupan mental adalah perwujudan sejati dari kehidupan jiwa.
Yang diutamakan dalam kehidupan mental adalah cita-rasa
dan kualitas hidup. Kehidupan yang memiliki keindahan hidup
yang bahagia, gembira, dan sukacita. Fungsi kehidupan mental
adalah meminjam indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, dan perasaan untuk menikmati dan mencicipi

49
Martabat dan Sakralitas Hidup

keindahan sehingga mendatangkan kebahagiaan, kegembiraan,


dan kesukacitaan dalam jiwa.

Peradaban spiritual adalah roman asal dari kehidupan rohani.


Dan kehidupan spiritual adalah perwujudan sejati dari kehidupan
rohani.Apabila kita mendambakan hidup yang bermartabat, maka
harus menyatukan antara kehidupan materi, mental, dan spiritual.

Kehidupan materi hanya memuaskan kehidupan jasmani. Karena


itu apabila kehidupan materi meninggalkan kehidupan mental,
maka hidup hanyalah berisi pemuasan kehendak naluri dan nafsu
hewani saja. Dengan berpadunya kehidupan materi dan mental,
hidup manusia barulah bermartabat dan mulia. Dan kehidupan
mental haruslah selalu disuburi dengan mata air kehidupan
spiritual.

Setiap manusia secara kodrat telah memiliki keindahan mulia,


sunya, dan bahagia. Inilah kehidupan spiritual yang kaya
berlimpah. Dengan berpadunya kehidupan materi, mental, dan
spiritual, hidup manusia menjadi bermartabat dan mulia, sehingga
barulah manusia layak disebut makhluk termulia, atau manusia
yang beradab.

Kehidupan manusia yang bermartabat


《有人尊嚴的生存》
1. Estetika Kehidupan-美的生活
2. Estetika Spirit Kehidupan-美的生命
3. Estetika Hidup Manusia-美的人生
1. Estetika Kehidupan
a. Menikmati kehidupan materi yang sederhana, bersahaja,
dan alami.
Kehidupan materi terdiri dari kebutuhan akan sandang,
pangan, papan, dan transportasi, yang berfungsi untuk
melindungi kelangsungan hidup jasmani. Menjalani pola

50
Martabat dan Sakralitas Hidup

hidup mewah, glamor, dan berfoya-foya dalam sandang,


pangan, papan, dan transportasi dengan memamerkan
kekayaan, kedudukan, atau jabatan, sama halnya kita telah
mengubur martabat hidup yang agung, luhur, dan sakral.
Martabat hidup yang agung, luhur, dan sakral dapat terwujud
melalui kehidupan materi yang sederhana, bersahaja, dan
alami. Menjalani pola hidup yang sederhana, bersahaja,
dan alami dalam sandang, pangan, papan, dan transportasi,
berarti telah menampilkan keindahan hidup yang mulia.
Dengan adanya keindahan hidup yang mulia barulah dapat
menampilkan martabat hidup yang agung.

Komposisi struktur gigi manusia sama dengan herbivora


(hewan pemakan tumbuhan), bukan karnivora (hewan
pemakan daging). Karena itu makanan yang sederhana,
bersahaja, dan alami seperti: biji-bijian, sayur-sayuran, dan
buah-buahan segar adalah makanan yang sehat, bergizi,
dan ramah lingkungan, sekaligus menjunjung nilai hidup
semua makhluk. Selain menjunjung martabat hidup tujuh
miliar lebih manusia di dunia, kita juga harus menjunjung
dan menghormati nilai hidup semua hewan, baik yang
hidup di udara, darat, maupun laut. Karena martabat hidup
adalah agung, maka hanya melalui makanan yang sederhana,
bersahaja, dan alami, barulah dapat mengejawantahkan
martabat hidup yang agung. Yang berarti juga, dengan
senantiasa menjunjung martabat hidup diri yang agung, maka
walaupun hanya makan makanan yang sederhana, bersahaja,
dan alami, kita sudah merasa sangat puas. Kehidupan yang
penuh dengan cahaya kebenaran, energi, dan medan magnet
positif seperti ini, barulah sungguh-sungguh merealisasikan
secara nyata keindahan hidup yang mulia. Sebaliknya, bila
setiap hari kita menyantap makanan enak dan bermabuk-
mabukan, ini hanyalah pemuasan nafsu mulut. Pola
hidup seperti ini hanyalah pemuasan indra belaka, telah
menelantarkan martabat hidup yang mulia.

51
Martabat dan Sakralitas Hidup

Perbedaan yang paling mencolok antara manusia dengan


hewan adalah manusia berpakaian. Berpakaian merupakan
wujud kesopanan dan kesusilaan. Pakaian harus bersih, rapi,
pas, dan sesuai badan; berpakaian juga harus sesuai waktu,
situasi, dan kondisi. Fungsi pakaian selain untuk menutup
badan, juga melindungi diri dari kedinginan, terik matahari,
dan terpaan angin. Karena itu berpakaian yang sederhana,
bersahaja, dan alami, selain dapat menampilkan keindahan
hidup yang mulia, juga dapat menunjukkan martabat hidup
yang agung tiada tara.

Apabila tujuan berpakaian hanyalah untuk mengikuti


tren atau mode terakhir, atau mengejar busana bermerek,
mewah, glamor, atau hiasan aksesoris yang mahal seperti:
emas, berlian, dan batu permata; hanya bertujuan ingin
memamerkan kekayaan atau meningkatkan reputasi diri, hal
ini tidak hanya membuat keindahan kemuliaan diri menjadi
sirna, tapi juga menyebabkan hilangnya martabat diri yang
agung. Karena sama sekali tidak mengenal martabat hidup
yang agung, barulah menggunakan pakaian mewah yang
mahal, trendi, modern, serta mengenakan berbagai perhiasan
emas, intan, berlian, batu permata, untuk menunjukkan
bahwa dirinya cantik dan kaya-raya. Sesungguhnya
kecantikan dan keanggunan demikian hanyalah ilusi yang
bersifat sementara dan tidak akan bertahan lama. Hanya
kecantikan dan keanggunan yang ditampilkan dengan
mewujudkan kemuliaan diri yang indah, serta mewujudkan
martabat hidup yang agung, yang dapat bertahan selamanya.

Fungsi tempat tinggal selain melindungi kita dari terpaan


angin, hujan, matahari, cuaca panas dan dingin, yang lebih
penting adalah sebagai sarana yang aman dan nyaman untuk
istirahat dan tidur. Juga sebagai tempat untuk membangun
hubungan kekeluargaan yang dipenuhi dengan kasih sayang
dan kebahagiaan.

52
Martabat dan Sakralitas Hidup

Tempat tinggal yang sederhana, bersahaja, dan alami barulah


dapat menampilkan martabat hidup yang agung. Seperti kata
peribahasa: “Bunga dan daun saling melengkapi”. Daun yang
sederhana, bersahaja, dan alami barulah dapat menampilkan
bunga yang indah mempesona. Kalau mengandalkan rumah
mewah atau villa mahal untuk menampilkan martabat hidup
yang agung, itu sama halnya membalikkan fakta.

Tuhan menganugerahkan hidup yang sungguh mulia, agung,


dan setara tiada perbedaan. Tinggal di rumah mewah dan
villa indah, martabat hidup diri yang agung tidak akan
bertambah menjadi lebih mulia. Demikian juga sebaliknya,
tinggal di rumah kayu yang sederhana, martabat hidup yang
agung juga tidak akan berkurang menjadi hina.

Tujuan utama dari transportasi adalah mengantar kita sampai


ke tempat tujuan dengan aman, selamat, praktis, dan cepat.
Jenis kendaraan apa saja bukan masalah, yang terpenting
adalah dapat mengantar kita dengan aman, selamat, praktis,
dan cepat sampai di tempat tujuan. Inilah fungsi utama dari
transportasi.

Apabila alat transportasi yang mewah dan mahal, baik


kendaraan pribadi, kapal pesiar, ataupun pesawat pribadi
digunakan untuk memamerkan kekayaan dan kedudukan
diri, ini sungguh telah menyimpang dari fungsi transportasi
yang sebenarnya. Dengan alat transportasi yang sederhana,
bersahaja, dan alami, semakin dapat menampilkan martabat
hidup yang agung. Martabat hidup yang agung tidak dapat
ditampilkan dengan kendaraan pribadi yang mewah, kapal
pesiar yang mahal, atau pesawat pribadi yang mentereng.
Sesungguhnya martabat hidup yang agung adalah sederajat
dan setara. Naik sepeda atau mengendarai mobil mewah,
kemuliaan hidup adalah sama adanya.

53
Martabat dan Sakralitas Hidup

Sesungguhnya kebutuhan sandang, pangan, papan, dan


transportasi yang sederhana, bersahaja, dan alami sudah bisa
menjaga kelangsungan hidup jasmani manusia. Tujuan dari
kebutuhan sandang, pangan, papan, dan transportasi adalah
agar tubuh kita dapat mempertahankan hidup, sekaligus
menjaga kelangsungan kehidupan psikis.

Manusia berbeda dengan hewan, karena manusia selain


memiliki kehidupan materi untuk menghidupkan jasmani,
juga memiliki kehidupan jiwa untuk mendamaikan jiwa.

Yang dimaksud dengan kehidupan yang indah yaitu kehidupan


yang sederhana, bersahaja, dan alami, baik dalam aspek
sandang, pangan, papan, atau transportasi. Inilah kehidupan
yang indah-mulia, yang menuntun kita menikmati kehidupan
mental yang bahagia, gembira, dan sukacita.

b. Menikmati kehidupan mental dengan mengosongkan diri,


mengembalikan jiwa-raga ke kosong-tiada
Kehidupan mental sangat mengutamakan kualitas dan cita
rasa yang bersumber dari keindahan hidup yang sederhana,
bersahaja, dan alami. Dengan demikian baru dapat menikmati
kehidupan mental ‘pengosongan diri, pengembalian
jiwa-raga ke kosong tiada’. Sandang, pangan, papan, dan
transportasi yang sederhana, bersahaja dan alami adalah
perwujudan nyata dari kehidupan mental yang berlandaskan
‘pengosongan diri, pengembalian jiwa-raga ke kosong
tiada’.

Makanan dan minuman yang sederhana, bersahaja, dan


alami membuat kita dapat menikmati berbagai warna, aroma,
dan citarasa asli dari sayur-mayur dan buah-buahan. Sayur-
mayur, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan
dengan beraneka warna: hitam, merah, biru, ungu, hijau,
putih, jingga, atau kuning; aroma wangi alami dari nasi, mie,

54
Martabat dan Sakralitas Hidup

sayur, kacang, buah-buahan, teh, kopi; juga beraneka citarasa


makanan: manis, asam, pahit, pedas, dan asin; kelezatan
makanan disajikan dengan hangat, dingin, atau panas. Inilah
karya istimewa dari Bunda Semesta untuk kelangsungan
hidup manusia agar kita dapat hidup dengan bahagia dan
indah selamanya.

Pakaian, topi, kaos kaki, sepatu, atau tas yang sederhana,


bersahaja, dan alami lebih mampu menampilkan keindahan
yang alami. Pakaian, topi, kaos kaki yang terbuat dari bahan
kapas (katun) yang alami membuat orang yang mengenakannya
merasa nyaman dan menyenangkan; membahagiakan kita
dengan kepuasan indra penglihatan dan sentuhan. Bersyukur
kepada Tuhan atas anugerah-Nya, atas segala rahmat dan
kasih-Nya.

Tempat tinggal yang sederhana, bersahaja, dan alami membuat


kita serasa kembali ke pelukan Sang Bunda Semesta,
menikmati kehidupan keluarga yang bahagia dan indah.
Untuk menikmati kehidupan keluarga yang indah bahagia
tidak mesti dengan rumah mewah atau apartemen yang mahal.
Walaupun tinggal di rumah sederhana yang terbuat dari kayu,
jerami, batu, atau bata, berdekatan dengan alam raya, inilah
tempat tinggal yang sungguh mendatangkan kedamaian jiwa
raga. Ruang tamu, kamar tidur, dan perabot yang sederhana,
bersahaja, dan alami; demikian juga dapur, alat masak, ruang
makan, peralatan makan yang sederhana justru menampilkan
martabat hidup yang agung, luhur, dan sakral, sekaligus
membawa kita menikmati kehidupan mental ‘pengosongan
diri, pengembalian jiwa-raga ke kosong tiada’

Transportasi yang sederhana, bersahaja, dan alami, barulah


dapat mendatangkan kehidupan mental yang berlandaskan
‘pengosongan diri, pengembalian jiwa-raga ke kosong tiada’.
Kalau transportasi digunakan sebagai alat untuk membanding-

55
Martabat dan Sakralitas Hidup

bandingkan mana yang mewah dan mahal, bukan saja tidak


mendatangkan kebahagiaan, sebaliknya akan menambah
beban batin dan pikiran. Ini sungguh menyimpang dari
tujuan transportasi yang sesungguhnya.

Alat transportasi yang paling sederhana, bersahaja, dan


alami adalah kedua kaki kita. Dapat berjalan merupakan
kebahagiaan. Memiliki sepasang kaki yang kuat dan
sehat lebih-lebih adalah sebuah kebahagiaan. Kita dapat
menggunakan kaki yang sehat dan kuat mengelilingi dunia,
kembali ke dalam pangkuan Bunda semesta raya, menikmati
dan merasakan keindahan alam semesta raya. Inilah
kehidupan mental yang sunya. Inilah manusia yang sungguh-
sungguh menikmati kebahagiaan dan indahnya hidup!

Dengan mata kita menikmati dan mengapresiasi indahnya


mentari pagi yang penuh vitalitas; indahnya kilau keemasan
mentari saat terbit dari ufuk timur; indahnya kabut yang
menyelimuti permukaan bumi; indahnya butiran embun
laksana mutiara berkilauan di atas dedaunan dan rerumputan;
indahnya langit biru yang membentang luas tak terbatas;
indahnya semilir angin dan terpaan mentari; indahnya langit
nan cerah sehabis siraman hujan; indahnya tebaran mega
aneka bentuk; indahnya pelangi yang beraneka warna;
indahnya lembayung senja bagai emas yang berkilauan;
indahnya cahaya rembulan bagai perak menghiasi semesta
raya; indahnya gemerlap cahaya bintang yang memenuhi
angkasa bagai permata.

Juga ada keindahan barisan pegunungan yang tegar;


keindahan gunung yang tinggi menjulang dengan gagah
perkasa; keindahan kabut gunung yang lembut bagai sutra;
keindahan hutan belantara dengan pohon rindang dan bunga
indah; keindahan lautan awan bagai kapas; keindahan
barisan gunung nan permai; keindahan gerimis hujan bagai

56
Martabat dan Sakralitas Hidup

asap yang samar-samar; keindahan bayangan gunung,


pohon, dan bunga dalam siraman hujan; keindahan puncak
gunung yang meruncing dengan batu beraneka bentuk
yang menakjubkan serta berdiri tegap; keindahan lembah
landai yang sunyi dan terpencil; keindahan samudera raya
yang membiru; keindahan buih ombak samudera seputih
salju yang menabuh pantai; keindahan kehidupan biota laut
dengan beraneka ragam warna.

Lihatlah keindahan gemercik air dan aliran sungai dengan


irama merdu; keindahan telaga hijau berkilauan laksana
cermin; keindahan jernihnya air danau dan sungai hingga
menembus dasarnya; keindahan bayangan gunung dan
rerimbunan pohon di permukaan air danau dan sungai;
keindahan gunung permai dan danau jernih; keindahan
kicauan burung dan semerbak bunga; keindahan semilir
angin yang sejuk dan riak air; keindahan gelombang padi
di hamparan sawah yang luas; keindahan sayur-mayur
nan segar; keindahan lautan bunga mempesona terhampar
menghias bumi; keindahan rerumputan hijau, bunga-bunga
kecil aneka warna di sepanjang pinggiran jalan yang penuh
vitalitas hidup.

Bersamaan dengan itu, nikmati juga pesona keindahan bumi


raya, seperti samudra yang membentang luas tak terbatas;
ruas-ruas sungai yang melebar dan berkelokan; danau yang
tenang dan jernih; sungai-sungai kecil yang bersenandung
riang; barisan pegunungan yang membentang; pepohonan
yang rimbun; padang sabana yang subur menghijau; bunga
beraneka warna; aneka flora yang tumbuh subur; damainya
kehidupan ikan-ikan yang bertamasya menjelajah lautan;
semua makhluk hidup yang memancarkan semangat hidup
yang dinamis; burung-burung terbang melayang dengan
leluasa; serangga-serangga bebas bergerak; dan segarnya
mata air yang tak pernah kering, mencicipinya sekujur tubuh

57
Martabat dan Sakralitas Hidup

terasa nikmat dan segar. Bumi yang dipenuhi semerbak


wangi bunga, aroma rumput, tanah, buah, gandum, dan padi
untuk dinikmati manusia. Tarik nafas mendalam, terasa
damai tenang, sungguh membahagiakan.

Dan kehidupan mental ‘pengosongan diri, pengembalian


jiwa raga ke kosong tiada’ juga dapat dinikmati lewat
telinga, seperti menikmati suara nyanyian burung, kicauan
serangga, kokok ayam, gonggong anjing, dan meong kucing;
rintik hujan, deru angin, desauan daun, tetes air, gemercik
aliran sungai, suara air pasang, bunyi terjangan ombak, deru
air terjun, semua ini adalah suara keindahan alam. Apalagi
mendengar suara tawa bayi, celotehan kanak-kanak, dan
suara tawa-ria bocah-bocah polos, ini sungguh suara yang
membuat kita bahagia dan bergembira. Juga melodi yang
indah, lagu yang merdu, sungguh membuat kita bersukacita.

Dan kita juga dapat mengapresiasi dan menikmati pesona


keindahan manusia; indahnya bayi yang lugu-polos suci-
murni tanpa noda; indahnya jiwa yang jujur dan riang
gembira pada bocah lelaki; indahnya gadis kecil manis
yang polos penuh pesona; indahnya kehidupan remaja yang
energik, dinamis, dan penuh vitalitas; indahnya kecantikan
wanita berbudi pekerti luhur yang terpancar dari gerak-
geriknya yang lemah lembut dan sopan; indahnya jiwa
patriotik dan kepahlawanan lelaki dewasa bagai mentari
yang terbit di ufuk timur; indahnya sikap mantap, matang,
sabar, serta keseriusan di usia paruh baya yang penuh percaya
diri; indahnya ketenangan dan kedamaian di usia senja yang
memancarkan kasih; keindahan tetap berpancar sekalipun
saat kematian datang menjemput, pergi dalam kedamaian;
hati nurani bebas dari deraan rasa bersalah, tiada ikatan,
bebas dari ketidakpastian.

58
Martabat dan Sakralitas Hidup

Ini sungguh membuat kita tenteram, damai, dan penuh


sukacita! Dapat menikmati kehidupan mental yang berpijak
pada‘pengosongan diri, pengembalian jiwa raga ke kosong
tiada’, akan membuat jiwa kita menjadi tenang, damai,
sunya, dan tiada noda. Karena kehidupan mental yang
berpijak pada‘pengosongan diri, pengembalian jiwa raga
ke kosong tiada’ bersumber dari kehidupan spiritual yang
bahagia, gembira, dan sukacita.

c. Menikmati kehidupan rohani yang bahagia, gembira, dan


penuh sukacita.
Apa yang dilihat mata, didengar telinga, dibaui hidung,
dirasakan lidah, dibicarakan mulut, atau dilakukan badan
semuanya adalah indah dan bahagia. Semuanya berpijak
pada kehidupan rohani yang bahagia, gembira, dan penuh
sukacita.

Sifat kodrati manusia adalah sejati, bajik, dan indah,


serta mulia, sunya, dan bahagia. Karena itu baik kaya-
miskin, hina-mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek; sifat
bahagia, gembira, dan sukacita yang sejati selamanya tidak
akan berubah; sifat bahagia, gembira, dan sukacita yang
bajik selamanya akan memberkahi manusia; sifat bahagia,
gembira, dan sukacita yang indah akan membawa keindahan
bagi diri sendiri dan juga orang lain. Tujuh miliar lebih
manusia di dunia, semuanya memiliki martabat hidup yang
sama, tidak bertambah atau berkurang, baik dalam kondisi
kaya-miskin, mulia-hina, pintar-bodoh, atau cantik-jelek.

Bahagia dalam kehidupan rohani melampaui kebahagiaan


yang dirasakan melalui indra seperti mata, telinga, hidung,
lidah, dan badan. Kehidupan rohani yang bahagia, gembira,
dan sukacita adalah manifestasi dari sifat kodrati diri yang
sejati, bajik, dan indah. Tidak perlu mencari kebahagiaan
melalui indra mata, telinga, hidung, lidah, dan badan.

59
Martabat dan Sakralitas Hidup

Teladan 1: Yan Hui.


Kong Zi pernah bersabda, “Sang arif dialah Yan Hui! Makan
dan minum ala kadarnya, tinggal di gubuk sederhana. Orang
prihatin melihatnya, namun Yan Hui senantiasa berbahagia.
Yan Hui, dialah sang arif bijaksana.”
Yan Hui dapat mengosongkan diri dari kemelekatan terhadap
kemiskinan, tidak menderita dan tidak dipengaruhi oleh
kemiskinan. Setiap hari berusaha mengosongkan diri dan
setiap hari adalah hari yang baru. Kemiskinan kemarin telah
berlalu, hari ini mulai lagi kehidupan baru. Jiwa bebas dari
beban pikiran, karena itu sifat kodrati bahagia, gembira, dan
sukacita akan mengalir keluar dengan sendirinya.

Teladan 2: Ludwig van Beethoven.


Telinganya tuli, namun mampu menciptakan simfoni Ode To
Joy, sebuah mahakarya yang luar biasa sepanjang sejarah.
Sungguh teladan tentang kehidupan rohani yang indah.
Sesuai namanya, Ode To Joy merupakan lagu yang penuh
dengan luapan bahagia, gembira, dan sukacita! Jika bukan
karena diri sendiri telah memancarkan sifat kodrati yang
bahagia, gembira, dan sukacita dari dalam diri, bagaimana
mungkin seorang yang tuli dapat menghasilkan mahakarya
yang dipenuhi luapan rasa bahagia, gembira, dan sukacita
sepanjang sejarah!

Sebagai seorang musikus, alat pendengaran adalah nyawanya.


Pada saat Beethoven menyadari bahwa telinganya telah tuli,
ini menjadi pukulan yang amat besar! Namun kehidupan
spiritual mampu mengalahkan segalanya. Beethoven
membuang semua frustasi, kekecewaan, amarah, dan sakit
hati, dan memulihkan jiwa-raga kembali suci (sunya),
sekalipun kedua telinganya telah rusak dan tidak berfungsi.
Itu telah menjadi kenyataan, biarlah dia berlalu. Hari ini
mulai dari awal, hidup baru. Spirit-jiwa menggantikan

60
Martabat dan Sakralitas Hidup

fungsi telinga untuk merangkai nada demi nada, menuju


harmonisasi sempurna. Dengan telinga batin menciptakan
mahakarya musik yang mendunia.

Teladan 3: Bunda Teresa.


Meninggalkan kehidupan kesusteran yang nyaman dan
tenang, sendirian memasuki pemukiman miskin di Kalkuta,
India. Menjaga dan merawat orang-orang miskin, sekarat, dan
penderita kusta di pemukiman kumuh. Semangat Mahakasih
yang melampaui ketakutan ini sungguh mengetuk hati jutaan
manusia secara mendalam. Segala fenomena yang beliau
dapatkan adalah sisi paling tragis dalam hidup umat manusia.

Beliau mendampingi dan memeluk orang sekarat, mendekati


dan merawat penderita penyakit kusta, hidup bersama dengan
orang yang paling miskin papa. Berkat kekuatan apa, Bunda
Teresa dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan
oleh manusia pada umumnya? Kekuatan yang luar biasa ini,
berasal dari ketulusan jiwanya pada keyakinan religinya;
selain itu juga berasal dari kekuatan spirit-jiwanya. Dengan
mengosongkan hati dari ketakutan, kekhawatiran, kematian,
dan kemalangan; membuang kesepian, kesendirian, ketidak-
berdayaan, kekotoran, dan kejijikan; menghapus semua
keputusasaan, kebimbangan, kemiskinan, dan ancaman,
jiwa-raga kembali bersih suci. Setiap hari penuh dengan
harapan, cemerlang, keyakinan, dan kepuasan. Kehidupan
rohani yang kaya raya membuat Bunda Teresa bersama
rekan-rekannya berjuang bersama di Kalkuta yang panas,
dalam kondisi materi yang sangat sederhana dan serba
kurang. Setiap hari tiada habis-habisnya tugas mulia yang
mereka lakukan, namun hidup mereka sungguh berlimpah
penuh makna. Sungguh bahagia dan gembira.

61
Martabat dan Sakralitas Hidup

2. Estetika Spirit kehidupan


a. Menjunjung martabat hidup diri sendiri dan martabat
hidup semua makhluk.
Menjunjung martabat hidup diri sendiri dan orang lain yang
agung, luhur, dan sakral.

Manusia mengenal perbedaan bangsa, etnis, warna kulit,


suku, ajaran, kepercayaan, ideologi, budaya, adat-istiadat,
tradisi, pria-wanita, tua-muda, kaya-miskin, mulia-hina,
pintar-bodoh, atau cantik-jelek. Namun martabat hidup
yang agung, luhur, dan sakral adalah sama, tidak mengenal
perbedaan. Di dunia ini tidak ada sesuatu yang lebih tinggi
dari martabat hidup yang agung, luhur, dan sakral! Yang
agung, luhur, dan sakral tidak berada di luar diri. Keagungan,
keluhuran, dan sakralitas yang berasal dari luar tidaklah
abadi.

Jika karena “memiliki sesuatu” baru membuat hidup kita


agung, bagaimana kalau kehilangan? Apakah tidak agung
lagi? Bilamana karena memiliki kekuasaan dan jabatan tinggi
barulah membuat kita kelihatan agung, bagaimana jikalau
kekuasaan dan jabatan telah tiada? Apakah keagungan kita
juga turut sirna? Karena itu keagungan yang diperoleh dari
luar diri bersifat fana dan sementara.

Jika karena “mendapatkan sesuatu” baru membuat hidup


kita luhur, bagaimana kalau kehilangan? Apakah tidak lagi
luhur? Misalnya, kita mendapat gelar 10 orang terkaya di
dunia, 10 orang paling terkenal di dunia, atau masuk ke
dalam daftar 10 tokoh yang paling berpengaruh di dunia,
ini sungguh mulia dan terhormat. Namun saat gelar ini telah
tiada, maka berakhirlah semua kehormatan dan kemuliaan
kita. Karena itu kemuliaan yang diperoleh dari luar bersifat
fana dan sementara.

62
Martabat dan Sakralitas Hidup

Di dunia ini tidak ada yang lebih sakral dari sifat kodrati
diri yang sejati, bajik, dan indah. Juga tidak ada yang lebih
sakral dari sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia.
Mewujudkan sifat kodrati yang sejati, bajik, dan indah, juga
berarti mewujudkan hidup yang sakral; menampilkan hidup
yang sakral juga berarti menampilkan sifat kodrati yang
mulia, sunya, bahagia.

Sesungguhnya memanifestasikan sifat kodrati yang sejati,


bajik, indah juga berarti memanifestasikan martabat hidup
agung, luhur, dan sakral; menampilkan sifat kodrati yang
mulia, sunya, bahagia juga berarti menampilkan martabat
hidup yang agung, luhur, dan sakral. Dengan kata lain
apabila tidak dapat menampilkan sifat kodrati yang sejati,
bajik, indah; tidak dapat mewujudkan sifat kodrati yang
mulia, sunya, bahagia, maka sekalipun memiliki jabatan
yang sangat tinggi, reputasi yang sangat terkenal, semua itu
tidaklah bernilai dan tidak berarti sama sekali bagi martabat
hidup.

b. Memanifestasikan makna dan nilai hidup tertinggi


Kegiatan yang kita lakukan setiap hari - baik besar maupun
kecil - semuanya dibayar dengan hidup. Jikalau hidup kita
digunakan hanya untuk menderita, gelisah, khawatir, bersedih,
pesimis, depresi, cemburu, curiga, mengeluh, tidak puas,
amarah, mencela, menjerumuskan diri, menenggelamkan diri,
merugikan diri, mencelakai orang lain; atau menggunakan
hidup hanya untuk bersaing, bertikai, bersengketa, berselisih,
bergosip, kukuh pada pandangan sendiri, merasa diri sendiri
yang paling benar, angkuh, sombong, serakah, berkhayal,
egois, mata duitan, bersikeras, ngotot, keras kepala, takabur;
atau menggunakan hidup hanya untuk berpikiran jahat,
berpikiran kacau, berpikiran sesat, berpikiran khayal, tidak

63
Martabat dan Sakralitas Hidup

setia, tidak berbakti, kejam, jahat, suka mencela, memfitnah,


menuduh orang, menindas, menipu, mengecewakan orang,
menertawakan orang, menyindir, malas, teledor, asal-asalan,
berandal, mencaci, menyalahkan orang, mempermalukan
orang, suka menindas; atau menggunakan hidup hanya untuk
munafik, ceroboh, tidak bertanggung jawab, menunda-
nunda, ingin cari muka, menjilat, suka mengangkat-angkat,
berpura-pura, tidak jujur, mendakwa orang, menuding
orang, suka berdiskriminasi, memisahkan diri, membeda-
bedakan, berkonflik, minder, merendah diri, menghina diri,
meremehkan diri, mencampakkan diri, lain di hati lain di
mulut, tidak konsisten, bermuka dua, emosional, gegabah,
ceroboh, mudah tersinggung, cemas; atau menggunakan
hidup hanya untuk mendendam, membenci, dengki,
berseteru, bersikap dingin, tidak ramah, mengisolasikan
diri, bersikukuh, dan lain sebagainya. Semua ini sama
dengan menginjak-injak, menghambur-hamburkan, dan
menyia-nyiakan hidup. Sikap demikian sama sekali tidak
mencerminkan hidup yang bermartabat mulia dan bernilai
luhur.

Sebaliknya jika menggunakan hidup untuk mewujudkan


sikap harmonis, tenang, bahagia, dan leluasa, menghargai,
mempercayai, mengalah, memberi, adil, rendah hati,
fleksibel, luwes, menyesuaikan diri, rajin, optimis, positif,
bersemangat, murah hati, mantap, alami, tulus, bersih,
berintegritas, lurus, tawa-ria, sukacita, harapan, yakin,
bebas, ceria, berhati kasih, perilaku kasih, wajah kasih,
dan lain sebagainya, inilah hidup yang bermartabat, mulia,
bermakna, dan bernilai luhur.

Karena dengan keharmonisan, ketenangan, kegembiraan,


keleluasaan, barulah bisa mendatangkan kebahagiaan bagi
diri sendiri dan orang lain. Melalui sikap menghargai,
mempercayai, mengalah, memberi, bersikap adil, rendah

64
Martabat dan Sakralitas Hidup

hati, fleksibel, luwes, rajin, optimis, positif, bersemangat,


murah hati, mantap, alami, tulus, bersih, dan berintegritas,
lurus, tawa-ria, sukacita, harapan, yakin, bebas, ceria, berhati
kasih, perilaku kasih, wajah kasih, barulah mendatangkan
kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain.

Mari kita renungkan, semua urusan besar dan kecil yang kita
lakukan dibayar dengan hidup kita. Namun apakah tujuannya
hanya sekedar untuk menyelesaikan semua urusan itu saja?
Atau dengan hidup kita membayar semua urusan yang kita
lakukan demi untuk mendapat imbalan? Kalaulah hanya
demikian, maka hidup kita tidak mulia, tidak bermakna
sedikitpun.

Kita menggunakan hidup yang tak ternilai untuk melakukan


aktivitas demi aktivitas, rutinitas demi rutinitas. Bila semua
aktivitas dan rutinitas dapat kita nikmati, kita jalani dengan
bahagia, gembira, dan sukacita, inilah hidup yang paling
bermakna.

Mendambakan hidup bahagia adalah kodrat dari semua


manusia, karena itu kebahagiaan pada dasarnya adalah tak
ternilai. Masa hidup kita terus bergulir dan berkurang, apabila
kita senantiasa bahagia, hidup demikian barulah bermakna.
Kita membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan
sebuah urusan besar. Namun kalau di tengah proses tersebut
kita tidak bahagia, urusan sebesar apapun menjadi tidak
bermakna. Singkatnya, dengan martabat hidup yang agung,
luhur, dan sakral, kita bawakan kebahagiaan bagi diri sendiri
dan orang lain, dengan demikian hidup menjadi penuh
makna.

c. Mengembangkan cahaya spirit kehidupan yang cemerlang


Dengan mengabdikan diri untuk membahagiakan orang lain,

65
Martabat dan Sakralitas Hidup

kita menampilkan kemuliaan hidup yang tiada tara. Dengan


menyalakan cahaya diri dan menerangi orang lain, kita
memancarkan hidup yang mulia. Dengan mengorbankan
diri dan memberkahi orang lain, kita menampilkan martabat
hidup yang sakral.

Semangat mengabdikan diri untuk membahagiakan orang


lain, menyalakan cahaya diri dan menerangi orang lain,
mengorbankan diri dan memberkahi orang lain dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
hubungan dengan sesama ataupun saat bertugas. Ini adalah
hal yang sangat biasa dan tidak sulit untuk dijalankan.

Semua orang tua selalu mengabdikan diri untuk


membahagiakan anak-anaknya. Orang tua dengan sepenuh
hati mendidik, membimbing, dan memberikan yang terbaik
bagi putra-putrinya. Setiap hari tiada pamrih menyalakan
cahaya diri dan menerangi putra-putrinya, mencintai anak-
anaknya, selalu berdoa agar kelak anak-anaknya memiliki
masa depan yang baik. Sekalipun harus menanggung berbagai
penderitaan, kesulitan, dan pukulan, mereka tetap ingin
membahagiakan putra-putrinya. Tidak akan membiarkan
anak-anaknya kelaparan, kehausan, menderita, ataupun
sengsara. Selalu mengharapkan anak-anaknya bahagia,
gembira, dan sukses sepanjang hidupnya. Sungguh besar
budi-kasih orang tua, segenap hidup sulit membalasnya.

Terpikir akan sosok orang tua saya yang menderita sepanjang


hidup, air mata mengalir tidak tertahankan. Dulu kami tinggal
di sebuah desa kecil di Kecamatan Zhang Hua. Leluhur saya
turun-temurun adalah petani. Orang tua gagal dalam bisnis,
sehingga sangat berat untuk bertahan lagi di desa. Akhirnya
kami sekeluarga pindah ke Taipei. Pada awalnya ekonomi
kami sangat sulit. Bertiga tinggal di rumah kontrakan yang
kecil dan sederhana. Pagi hari kedua orang tua bekerja sebagai

66
Martabat dan Sakralitas Hidup

buruh kasar. Setiap hari papa mengangkut barang-barang


bekas dengan kereta roda dua yang beratnya lima-enam ratus
kilogram, sedangkan mama membantu dengan mendorong
dari belakang. Baik di musim dingin yang menusuk tulang
atau di musim panas dengan terik matahari yang membakar,
mereka bekerja keras setiap hari, demi mendapatkan sedikit
penghasilan untuk membesarkan kami.

Mulanya papa sendirian ke Taipei mencari nafkah, belakangan


mama dan saya baru ikut serta. Teringat dulu ketika naik kereta
api kelas ekonomi dari Zhang Hua ke Taipei kira-kira butuh
7-8 jam. Di tengah perjalanan saya lapar, minta dibelikan
makanan, namun mama tidak mengizinkan.Waktu itu saya
masih polos, berusia 8-9 tahun. Sekarang baru menyadari
bahwa mama waktu itu tidak punya uang, mana mungkin
dapat membelikan makanan? Setiap kali mengenang kembali
peristiwa ini, terasa sangat menyayat hati.

Papa adalah orang desa yang jujur dan lugu, namun rajin dan
kerja keras. Karena kejujuran inilah, akhirnya menggugah
seseorang yang berhati mulia. Dia memberitahukan papa
bahwa dia memiliki sebidang tanah yang ingin dijual kepada
kami, yang dapat dijadikan kebun untuk menanam sayur-
mayur. Katanya ini jauh lebih baik daripada menjadi buruh
kasar. Akhirnya papa menjual tanah dan rumah yang ada di
desa untuk membeli kebun tersebut.

Terkenang kembali peristiwa enam puluh tahun yang lalu,


papa selanjutnya membangun sebuah gubuk disamping
kebun. Dindingnya terbuat dari bata dan atapnya dari bambu.
Setiap kali kalau ada angin badai selalu khawatir atapnya
bisa terbang diterjang badai.

Demi kehidupan, demi membesarkan dan menyekolahkan


kami, papa membanting tulang, bekerja keras, berangkat

67
Martabat dan Sakralitas Hidup

pagi pulang malam. Teringat saat masih sekolah di SD,


papa kerja di kebun, mama jual sayur di pasar. Saya harus
menanak nasi dan masak makanan sendiri menggunakan
kayu arang. Selesai masak kami menunggu papa mama
pulang dan makan bersama.

Kondisi sulit seperti ini kami lewati hampir dua puluh


tahun. Kemudian Pemerintah Taipei membangun jalan
raya melintasi kebun kami. Harga tanah meningkat pesat.
Bekerja sama dengan pengembang, dibangunlah gedung
bertingkat, dan ekonomi keluarga pun membaik. Sekalipun
secara ekonomi telah membaik, tidak lama kemudian papa
meninggal dunia.Terkenang kembali orang tua dalam
sepanjang hidupnya terus berjuang untuk anak-anaknya,
mengorbankan seluruh hidupnya, mencintai, melindungi, dan
membahagiakan anak-anaknya. Dapat dikatakan, sepanjang
hidup papa merupakan rentetan penderitaan. Setiap kali
terbayang kembali penderitaan orang tua, hati bagai diiris
sembilu.

Di dalam masyarakat kita, banyak sekali orang yang


senantiasa mengabdikan dirinya untuk orang lain, baik
sebagai karyawan, petani, buruh, pedagang, tentara, pegawai,
guru, dokter, dan profesi lainnya. Menyalakan cahaya
diri dan menerangi orang lain; mengorbankan diri dan
memberkahi orang lain; memancarkan cahaya hidup untuk
menerangi dunia. Hidup manusia dapat terus berlangsung
hingga saat ini karena memiliki semangat dan energi positif
seperti demikian.

d. Pencapaian hidup yang abadi


Hidup yang abadi dibangun di atas sikap yang selalu
memberi kebahagiaan dan manfaat tanpa batas. Orang yang
kita kenang dan hormati sepanjang sejarah, sekalipun telah

68
Martabat dan Sakralitas Hidup

tiada selama ratusan bahkan ribuan tahun, mereka tetap


hidup dalam jiwa kita, abadi selamanya.

Sifat kodrati diri kita adalah sejati, bajik, dan indah.


Demikian juga hidup kita sesungguhnya adalah sejati, bajik,
dan indah. Sifat sejati membuat hidup menjadi abadi; sifat
bajik mendorong kita untuk selalu mendatangkan berkah dan
manfaat bagi orang lain dalam segenap hidup; sifat indah
membuat hidup kita dapat menyentuh hati orang lain.

Contoh orang suci yang memiliki hidup sejati:


Seperti Lao Zi, Kong Zi, sekalipun mereka adalah tokoh
dalam sejarah sekian ribu tahun yang lalu, namun teladan,
ideologi, dan ajaran mereka senantiasa mempengaruhi dan
memberi manfaat bagi umat manusia di dunia. Hidup mereka
abadi selamanya.

Contoh hidup bajik yang dimiliki setiap manusia:


Spirit kehidupan ada di mataku, sehingga mata dapat melihat;
spirit kehidupan ada di telingaku, sehingga telinga dapat
mendengar; spirit kehidupan ada di hidungku, sehingga
hidung dapat mencium; spirit kehidupan ada di lidahku,
sehingga lidah dapat mencicipi; spirit kehidupan ada di
tubuhku, sehingga tubuhku mampu bergerak, tangan dapat
bekerja, kaki dapat berjalan; spirit hidup ada di otakku,
sehingga dapat berpikir. Selalu memberi dan mendatangkan
manfaat, sungguh mulia hidup ini!

Contoh Hidup indah:


Lihatlah hewan yang hidup di darat, udara, dan laut. Sungguh
memancarkan dinamika hidup yang indah! Demikian juga
rumput yang menghijau, pohon yang rindang, beraneka
warna bunga, semua memancarkan vitalitas hidup yang
sungguh mempesona dan mengetuk hati kita.

69
Martabat dan Sakralitas Hidup

Mencapai hidup yang abadi hanyalah kewajiban sebagai


manusia saja, bukan sesuatu yang sangat tinggi dan sulit
untuk dijangkau. Berteguh dalam hidup bajik, senantiasa
berpikir untuk membahagiakan semuanya; berteguh dalam
hidup indah, maka setiap perbuatan dan ucapan senantiasa
memancarkan semangat dan vitalitas hidup mulia.

Di dalam hati setiap manusia pasti memiliki figur teladan


yang telah mencapai hidup abadi. Misalnya ayah-bunda.
Mereka mengabdikan, mendedikasikan, dan mengorbankan
segenap hidupnya untuk putra-putri mereka. Di dalam hati
kita, figur yang abadi adalah ayah-bunda.

Guru mengabdi, mendedikasikan, dan mengorbankan


segenap hidupnya untuk siswa. Maka dalam diri kebanyakan
siswa, guru adalah figur yang memiliki hidup abadi.
Dalam berbagai bidang profesi juga banyak insan yang
mengabdikan, mendedikasikan, dan mengorbankan segenap
hidupnya untuk masyarakat, negara, dan rakyatnya, karena
itu mereka menjadi figur yang memiliki hidup abadi dalam
sejarah. Mengabdi, berdedikasi, berkorban, dan memberi
tanpa pamrih, walaupun tidak menuntut imbalan, tidak
mengharapkan balas jasa apapun juga, Tuhan tetap Mahaadil.
Dalam sejarah umat manusia mereka dikenang sepanjang
masa, hidup mereka abadi.

3. Estetika Hidup Manusia


a. Jasmani yang Mulia - 莊嚴之身:
Kebutuhan jasmani cukup selayaknya; kenikmatan materi
cukup sepantasnya; kepuasan indra cukup sewajarnya.
Sekujur tubuh penuh dengan energi positif dan medan
magnet yang kuat.

70
Martabat dan Sakralitas Hidup

b. Jiwa (hati) yang Sunya -空靈之心:


Masalah besar ataupun kecil, kalau telah berlalu biarlah
berlalu. Jika kejadian itu membuat kita bersukacita, silahkan
bersukacita; ketika kejadian sudah berlalu, jiwa kembali
tenang. Jika kejadian itu membuat kita gembira silakan
bergembira; namun kalau sudah berlalu, kembalilah hening.
Jika kejadian itu membuat kita marah, silahkan marah;
namun ketika kejadian sudah berlalu, kembali biasa. Jika
kejadian itu membuat kita sedih, silahkan bersedih; namun
bila sudah berlalu, berhentilah bersedih. Tiada kemelekatan,
tiada beban batin, tiada diskriminasi, jiwa lapang leluasa.
c. Rohani yang Bahagia -幸福之靈:
Lepaskan semua ikatan sebab jodoh, tenangkan hati,
kosongkan diri, sucikan jiwa-raga. Dengan sendirinya rohani
yang bahagia akan memenuhi seluruh sel dalam tubuh,
juga memenuhi setiap niat, pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Sehingga hidup kita selalu bahagia, gembira, dan bersukacita.

Jasmani yang mulia bersumber dari jiwa yang sunya. Dan


jiwa yang sunya bersumber dari rohani yang bahagia. Jiwa
(hati) adalah pengendali jasmani. Sedangkan rohani adalah
akar sumber dari jiwa (hati). Jasmani ibarat batang, ranting,
dan daun dari pohon, jiwa (hati) ibarat akarnya, sedangkan
rohani bagaikan air dan nutrisinya. Tanpa akar, batang ranting
atau dedaunan tidak mungkin dapat tumbuh, berkembang
dan bermekaran! Tanpa air dan nutrisi, akar akan kekurangan
makanan, sehingga batang, ranting, dan semua dedaunan
akan layu akhirnya mati.

Jiwa (hati) adalah pengendali jasmani. Indra mata, telinga,


hidung, mulut, lidah, tangan, dan kaki hanyalah alat yang
harus dikendalikan. Di saat hati dipenuhi rasa curiga,
iri, benci, ingin bersaing, depresi, ketakutan, dan lain

71
Martabat dan Sakralitas Hidup

sebagainya, maka sekalipun panorama indah terpampang di


depan mata, kita tetap tidak berniat menikmatinya. Semuanya
tetap gelap dan kelabu. Sekalipun ada lantunan melodi yang
sangat merdu, kita juga tidak ada mood untuk menikmatinya,
sebaliknya merasa berisik. Sekalipun aroma wangi semerbak
bunga, rumput, kayu, cendana, gaharu, mie, buah, nasi, biji-
bijian, sayur, kopi, teh tercium di sekitar kita, kita tetap tidak
merasakannya, tidak bernafsu menikmatinya. Sekalipun
dihidangkan berbagai masakan enak dan lezat, kita tetap
merasa hambar, tidak bernafsu untuk mencicipinya. Sekalipun
tinggal di rumah mewah, berpakaian mahal, mengendarai
mobil mewah, kita tetap acuh tak acuh, tidak bergairah, tetap
merasa depresi.

Karena itu, saat penderitaan dan kerisauan telah menghantui


jiwa, sekujur tubuh merasa tidak enak dan tidak nyaman. Mata,
telinga, hidung, lidah, mulut, dan tubuh tidak merasakan adanya
keindahan dan kebahagiaan. Namun di saat penderitaan dan
kerisauan telah menjauhi jiwa, maka hati pun tenang, pikiran
jernih, jiwa damai. Semua perasaan akan kembali kepada sifat
semula yang wajar alami dan suci bersih.

Saat melihat panorama alam yang indah, hati merasa lega


bahagia, bahkan memuji kebesaran Bunda Semesta sebagai
seniman yang paling luar biasa. Saat mendengar alunan musik
yang merdu, sekujur tubuh terasa nyaman, pikiran tenang,
jiwa damai, lantas memuji keagungan Bunda Semesta sebagai
musikus yang paling luar biasa. Saat mencium berbagai aroma
alam, sekejap terlena, merasa bebas leluasa, kita pun memuji
kemuliaan Bunda Semesta sebagai Pencipta yang paling
menakjubkan. Saat mencicipi makanan lezat alami yang
bersumber dari alam semesta, sekujur tubuh merasa puas dan
bahagia. Sungguh besar kasih dan perhatian Bunda Semesta
bagi umat manusia.

72
Martabat dan Sakralitas Hidup

Semilir angin membelai wajah; kedua kaki merasakan aliran


air sungai yang dingin; duduk di bawah pohon yang rindang;
berbaring di atas padang rumput yang luas, membiarkan langit
biru awan putih menyelimuti diri; menikmati lambaian padi
di sawah dan rumput yang indah bagai tarian yang lembut
gemulai; berdiri di tepi pantai memandang samudera biru
yang tiada batas; berdiri di puncak gunung memandang alam
yang membentang luas; menikmati riak air danau; semua itu
serasa kembali ke pelukan Bunda Semesta, sungguh damai
bahagia leluasa!

Jadi jiwa (hati) adalah pengendali mata, telinga, hidung,


mulut, lidah, tangan, kaki, dan sekujur tubuh kita. Asalkan
jiwa (hati) merasakan kebahagiaan, maka segala yang
dilihat mata, didengar telinga, dibaui hidung, dicicipi lidah,
dirasakan oleh tubuh, diucapkan oleh mulut, serta dilakukan
jasmani, semuanya membahagiakan.

Untuk memiliki jiwa (hati) yang bahagia, gembira, sukacita,


maka terlebih dahulu harus mengosongkan (mensunyakan)
hati. Apabila hati telah kosong-sunya, maka rohani
yang bahagia baru dapat mendistribusikan air dan gizi
kebahagiaan, kegembiraan, dan kesukacitaan ke dalam hati
(jiwa). Hati bagaikan akarnya pohon; jasmani bagaikan
batang, ranting, dan daun. Di saat akar, batang, ranting, dan
daun dipenuhi oleh air dan gizi, maka batang dan ranting
akan tumbuh dengan sehat dan kuat, daun-daun akan rimbun,
tentu dinamika hidupnya akan baik.

Di saat hati dipenuhi cairan nutrisi kebahagiaan, kegembiraan,


dan kesukacitaan, maka mata, telinga, hidung, lidah,
mulut, dan tubuh akan memancarkan energi kebahagiaan,
kegembiraan, dan kesukacitaan. Mewujudkan pesona indah

73
Martabat dan Sakralitas Hidup

manusia, menampilkan jasmani yang mulia, sehingga dapat


menggugah dan menyentuh hati umat manusia.

Apabila jiwa tidak sunya, maka apa yang dilihat mata,


didengar telinga, dibaui hidung, dicicipi lidah, atau dirasakan
jasmani, semuanya akan mendatangkan ikatan hati, panca
indra dipenuhi kotoran batin. Kita terkadang hanya menyadari
membersihkan sampah dan kotoran dalam rumah dan tahu
untuk membuangnya. Namun terhadap sampah dan kotoran
hati, kita tidak pernah membersihkannya. Malah sebaliknya,
setiap hari terus menambah sampah dan kotoran hati lewat
indra mata, telinga, hidung, mulut, dan jasmani. Bila jiwa
tidak dapat kosong sunya, maka kotoran hati akan semakin
banyak; demikian juga sebaliknya, kotoran hati semakin
banyak, jiwa semakin sulit untuk kosong-sunya.

Apabila jiwa (hati) tidak kosong-sunya, maka kita akan


semakin melekat pada dorongan nafsu jasmani. Membabi
buta mengejar kebutuhan jasmani, semakin rakus pada
kenikmatan materi, dan tidak mengenal batas pada kepuasan
indra.

Bila jiwa telah kosong-sunya, hati akan dipenuhi kebahagiaan,


kegembiraan, dan kesukacitaan. Jika hati telah dipenuhi
kebahagiaan, kegembiraan, dan kesukacitaan, maka apa yang
dilihat mata, didengar telinga, dibaui hidung, dicicipi lidah,
dibicarakan mulut, atau dilakukan badan, semuanya adalah
bahagia, gembira, dan sukacita. Sehingga kebutuhan jasmani
akan menjadi sewajarnya saja, kebutuhan sandang, pangan,
papan, dan transportasi menjadi sederhana dan bersahaja.
Makan secukupnya, berpakaian sopan, mengenakan sepatu
biasa, bertempat tinggal dan kendaraan sederhana.

74
Martabat dan Sakralitas Hidup

Kenikmatan materi akan menjadi sepantasnya saja. Makan


secukupnya, kalau sudah kenyang, sekalipun disuguhi
makanan yang sangat lezat, juga tidak bernafsu lagi. Dalam
rutinitas hidup, saat berpakaian cukup satu setel saja; sepatu
sepasang saja. Sekalipun memiliki banyak pakaian dan
sepatu, juga tidak berfungsi banyak, tidak mungkin dipakai
dalam waktu yang bersamaan. Demikian pula dengan rumah,
tempat tinggal, dan ranjang; yang bisa digunakan hanya satu
saja. Sekalipun memiliki banyak rumah, tetap tidak banyak
berfungsi. Mobil juga demikian, saat dibutuhkan yang bisa
kita gunakan hanya satu. Sekalipun memiliki banyak mobil,
juga tidak berfungsi banyak.

Kepuasan indra sewajarnya saja. Bahagia, gembira, dan


sukacita yang diperoleh melalui mata, telinga, hidung, mulut,
atau badan, semua itu adalah kepuasan indra. Sadar akan hal
ini, terhadap kepuasan indra kita akan tahu mengenal batas,
sewajarnya saja.

Jiwa (hati) adalah pengendali jasmani. Dan jasmani


adalah manifestasi dari hati. Apabila hati memancarkan
kebahagiaan, kegembiraan, dan kesukacitaan, maka sekujur
tubuh penuh dengan energi dan medan positif yang bahagia,
gembira, dan sukacita.

Jiwa (hati) adalah pengendali jasmani. Dan rohani adalah


akarnya jiwa (hati). Apabila jiwa dipenuhi sampah dan
kotoran batin, berarti jiwa tidak dalam kondisi kosong-
sunya. Jiwa bagaikan cangkir. Jika cangkir telah dipenuhi
oleh sampah dan kotoran batin, maka hidup akan menderita
penuh kerisauan, karena tidak ada ruang untuk mengisi
cairan nutrisi kebahagiaan yang manis, harum, gembira, dan
ceria dari rohani yang bahagia.

75
Martabat dan Sakralitas Hidup

Apabila cangkir jiwa telah dipenuhi oleh cairan kerisauan,


niat, dan pikiran yang negatif (jahat), maka semua tindak
perbuatan dan ucapan melalui jasmani ini juga akan menjadi
negatif (jahat). Jikalau jiwa sunya, cangkir jiwa telah kosong,
maka cairan kebahagiaan dan niat pikiran positif (baik) akan
mengisinya; sehingga semua tindak perbuatan dan ucapan
melalui jasmani juga akan menjadi positif dan baik. Sekujur
tubuh dipenuhi energi dan medan magnet positif.

Alam semesta mengenal empat musim, yaitu musim semi,


panas, gugur, dan dingin. Demikian juga manusia yang
disebut sebagai alam kecil, juga memiliki luapan emosi
gembira, marah, sedih, dan senang. Apabila perubahan
musim dalam semesta menjadi kacau, maka akan terjadi
bencana besar. Demikian juga apabila luapan emosi manusia
tidak stabil atau kehilangan kendali, maka akan melukai diri
sendiri dan orang lain.

Karena itu, bagaimana melepaskan semua ikatan sebab-jodoh,


menstabilkan hati, mengosongkan diri, mengembalikan jiwa
raga ke kosong-tiada, inilah perjuangan kita sebagai insan
yang beradab. Mengendalikan emosi jiwa sendiri: di saat
bersukacita akan bersukacita, lima menit kemudian hati
kembali tenang; di saat gembira akan bergembira, lima menit
kemudian hati kembali damai; di saat marah akan marah,
lima menit kemudian amarah reda, hati kembali tenang; di
saat sedih akan bersedih, lima menit kemudian kesedihan
berhenti. Saat berhadapan dengan masalah besar atau kecil,
apabila memiliki kearifan dan kemampuan mengendalikan
emosi (luapan perasaan), maka jiwa akan menjadi kosong
dan sunya. Tidak mengotori dan menodai jiwa dengan
segala sampah dan kotoran batin, tidak emosional, tidak

76
Martabat dan Sakralitas Hidup

temperamental, sehingga tidak mendatangkan penderitaan


dan kerisauan bagi diri sendiri dan orang lain.

Apabila kita tidak memiliki kearifan dan kemampuan


untuk mengendalikan emosi, maka saat berhadapan dengan
berbagai masalah mudah terikat pada pengalaman emosi
masa lalu. Bila selalu hidup dalam memori emosi masa
lalu, kita akan sulit menikmati keindahan hidup. Apabila
kehidupan sekarang ini tidak sukses, tidak lancar, ditambah
teringat kembali kenangan masa lalu yang indah, penuh
kegembiraan dan sukacita, lantas selalu membandingkannya,
maka dipastikan hidup kita kini sangat menderita. Apalagi
menyimpan rasa dendam dan benci, walaupun telah lama
berlalu tetap sulit melupakannya. Orang ini menyakiti saya,
orang ini bersalah pada saya, orang ini pernah mencela,
memfitnah, tidak sopan, atau menghina saya; orang ini
pernah menyalahkan saya, merugikan saya, iri, benci pada
saya, dan lain-lain. Bila bayang-bayang hitam seperti ini
tidak dibuang, maka sangat menyiksa diri.

Masalah besar atau kecil, bila telah berlalu biarlah berlalu.


Dengan demikian jiwa akan mudah dikosongkan. Masalah
datang, hadapilah; masalah berlalu, kembali tenang. Sikap
demikian akan mempermudah kita mengosongkan diri dan
dapat mengembalikan jiwa-raga ke kosong-tiada. Ibarat
saat cuaca cerah cahaya matahari akan bersinar terang;
sebaliknya saat cuaca mendung atau berawan, cahaya
matahari sulit menyinari bumi raya. Namun sesungguhnya
cahaya matahari tidak berubah, hanya dikarenakan adanya
awan yang datang dan pergi. Sekalipun ditutupi awan, cahaya
matahari tetap bersinar terang, hanya saja cahayanya tidak
langsung menembus ke bumi. Sesungguhnya di atas lapisan
awan, cahaya matahari tetap bersinar terang. Hal ini dapat

77
Martabat dan Sakralitas Hidup

kita pahami saat naik pesawat, saat terbang tinggi menembus


lapisan awan, cahaya matahari selalu bersinar terang. Saat
awan menghilang, cahaya matahari yang terang akan
menyinari segala penjuru. Saat berawan cahaya matahari
tidak berkurang menjadi redup; saat tidak berawan cahaya
matahari juga tidak bertambah terang.

Karena itu, sekalipun jiwa tidak kosong-sunya, jiwa dipenuhi


sampah batin, namun rohani (watak sejati) yang bahagia
tidak pernah berubah, selalu penuh kebahagiaan. Bedanya
hanya cairan kebahagiaan rohani tidak dapat dituangkan ke
cangkir jiwa, karena cangkir jiwa telah dipenuhi niat dan
pikiran negatif. Kala jiwa kosong-sunya, semua kotoran
batin dan pikiran negatif telah dibersihkan, rohani (watak
sejati) yang bahagia tetap tidak pernah berubah. Sumber
cairan kebahagiaan rohani yang tidak pernah kering akan
mengisi cangkir jiwa; jiwa akan dipenuhi kebahagiaan.

Apabila jiwa telah dipenuhi kebahagiaan, maka seluruh


sel tubuh juga dipenuhi kebahagiaan; sehingga setiap niat
pikiran, ucapan, dan perbuatan akan penuh kebahagiaan.
Demikian juga mata, telinga, hidung, mulut, dan tubuh akan
memancarkan kebahagiaan; sehingga kapan dan di manapun
juga kita merasa bahagia, gembira, dan bersukacita; hidup
manusia yang mempesona terpampang di depan mata.

Catatan:
Yang dimaksud sukacita dan gembira lima menit adalah
sukacita dan gembira karena gejolak perasaan yang bersifat
sesaat, bukan kebahagiaan yang keluar dari sifat kodrati
yang ada dalam diri.

78
Bab 3
Estetika
Pengamalan
Apabila ingin memancarkan keindahan
sifat kodrati manusia yang mulia, sunya,
dan bahagia, maka harus dimulai dengan
merealisasikan estetika pengamalan.

79
Estetika Pengamalan

Pengantar
Kita semua mendambakan menjadi manusia yang beradab,
memiliki hidup yang bermartabat dan mulia, menikmati kehidupan
yang indah, spirit kehidupan yang bercahaya, dan hidup manusia
yang mempesona. Apabila mendambakan menjadi manusia
yang beradab, memiliki hidup yang bermartabat dan mulia, serta
memiliki kehidupan yang indah, spirit kehidupan yang bercahaya,
dan hidup manusia yang mempesona, maka kita harus memulainya
dengan merealisasikan estetika pengamalan.

Dengan memancarkan keindahan sifat kodrati manusia yang mulia,


sunya, dan bahagia, barulah kita dapat mewujudkan martabat hidup
yang agung, luhur, dan sakral. Barulah dapat menjadi manusia
yang beradab, memiliki hidup yang bermartabat, serta memiliki
kehidupan yang indah, spirit kehidupan yang bercahaya, dan hidup
manusia yang mempesona. Bagaimana mewujudkan sifat kodrati
mulia, sunya, dan bahagia? Yaitu dengan mengamalkan estetika tiga
antusiasme, estetika tiga kedamaian, estetika tiga kesederhanaan,
dan estetika tiga etika publik.

Dengan mengamalkan estetika tiga antusiasme, estetika tiga


kedamaian, estetika tiga kesederhanaan, dan estetika tiga etika
publik, barulah kita dapat memancarkan keindahan sifat kodrati
manusia yang mulia, sunya, dan bahagia. Untuk memancarkan
keindahan sifat kodrati manusia yang mulia, sunya, dan bahagia,
bukanlah hal yang sangat sulit, rumit, atau kompleks, melainkan
hanya dengan sebuah jalan yang sangat sederhana. Melalui
rutinitas kehidupan sehari-hari dalam hal sandang, pangan, papan,
transportasi, saat bicara-diam, aktif-pasif, saat berinteraksi dengan
sesama, melayani sesama, menyelesaikan masalah, menyambut
dan mengantar tamu, dan sebagainya, semuanya tidak terlepas
dari pengamalan estetika tiga antusiasme, estetika tiga kedamaian,
estetika tiga kesederhanaan, dan estetika tiga etika publik. Dengan
demikian keindahan sifat kodrati manusia yang mulia, sunya, dan
bahagia baru dapat berpancar.

80
Estetika Pengamalan

I. Estetika Tiga Antusiasme (三熱美學)


Estetika Tiga Antusiasme meliputi antusias bekerja, antusias
berhubungan dengan sesama, dan antusias mengasihi kehidupan.
Estetika tiga antusiasme merupakan tenaga pendorong yang
sangat kuat untuk memancarkan keindahan sifat kodrati manusia
yang mulia, sunya, dan bahagia.

1. Estetika Antusias Bekerja - 熱心工作美學


Yaitu menampilkan:
1) Keindahan sikap optimis, positif, aktif, progresif, penuh
semangat juang, dan semangat untuk maju.
2) Keindahan berdedikasi, memberi, mempersembahkan,
berkorban tanpa sikap egois dan keakuan.
3) Keindahan berkarya tanpa pamrih, tak mengharap balas
jasa, dan tidak ingin diketahui orang lain.
4) Keindahan tiada keluh kesah, tiada kecewa, bersikap
konsisten.

Semua yang disebutkan di atas adalah perwujudan manusia


yang beradab yaitu keindahan dari sikap yang selalu ingin
memberi kebaikan kepada orang lain - 利他. Sikap yang
selalu ingin memberi kebaikan kepada orang lain adalah sikap
manusia yang beradab.

1) Bekerja adalah hidup, hidup adalah bekerja. Tujuan bekerja


adalah memberi kebaikan kepada orang lain, melalui bekerja
kita bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian kita dapat
menikmati keindahan kehidupan yang mulia.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja dengan sikap optimis, positif, aktif, progresif, penuh
semangat juang, dan semangat untuk maju. Inilah manusia
yang menghormati segalanya.

81
Estetika Pengamalan

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja, rela berdedikasi, memberi, mempersembahkan,
berkorban tanpa sikap egois dan keakuan. Inilah manusia
yang mengasihi segalanya.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja tanpa pamrih, tak mengharap balas jasa, dan tidak
ingin diketahui orang lain. Inilah manusia yang memiliki
integritas kepada semuanya.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja tanpa keluh kesah, tiada kekecewaan, dan bersikap
konsisten. Inilah manusia yang memuliakan segalanya.

Dengan demikian barulah kita dapat memancarkan energi


dan medan positif. Semakin besar energi dan medan
positif, maka niat pikiran, ucapan, dan perbuatan negatif
akan semakin berkurang. Secara alami, jiwa akan semakin
bahagia, emosi lebih stabil, serta dapat menikmati keindahan
kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia yang mulia.

2) Bekerja adalah hidup, hidup adalah bekerja. Tujuan bekerja


adalah memberi kebaikan dan kebahagiaan kepada orang
lain, melalui bekerja kita memberi kebaikan dan kebahagiaan
kepada orang lain, sehingga kita dapat menikmati keindahan
kehidupan yang sunya.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja dengan sikap optimis, positif, aktif, progresif, penuh
semangat juang dan semangat untuk maju. Dengan demikian
baru dapat melupakan keakuan.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja, rela berdedikasi, memberi, mempersembahkan,
berkorban tanpa sikap egois dan keakuan. Dengan demikian

82
Estetika Pengamalan

baru dapat mengosongkan keakuan.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja, tanpa pamrih, tak mengharap balas jasa, dan tidak
ingin diketahui orang lain. Dengan demikian baru dapat
bersikap tiada keakuan.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja, tiada keluh kesah, tiada kekecewaan, selalu
konsisten. Dengan demikian baru dapat menghancurkan
keakuan.

Ketika telah melupakan keakuan, mengosongkan keakuan,


tiada keakuan, dan menghancurkan keakuan, maka secara
alami kita dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia yang sunya.

3)
Bekerja adalah hidup, hidup adalah bekerja. Tujuan
bekerja adalah memberi kebaikan dan kebahagiaan kepada
orang lain. Melalui bekerja kita memberi kebaikan dan
kebahagiaan kepada orang lain, kita menikmati keindahan
kehidupan yang bahagia.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja dengan optimis, positif, aktif, progresif, penuh
semangat juang, dan semangat untuk maju, tentu segenap
hidup akan dipenuhi dengan keceriaan.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja, rela berdedikasi, memberi, mempersembahkan,
berkorban tanpa sikap egois dan keakuan, pasti kita akan
bersukacita dalam segenap hidup.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja, tanpa pamrih, tak mengharap balas jasa, dan tidak

83
Estetika Pengamalan

ingin diketahui orang lain, kita pasti bergembira dalam segenap


hidup. (Cat.1)

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


bekerja, tiada keluh kesah, tiada kekecewaan, selalu konsisten,
kita akan leluasa dalam segenap hidup.

Segenap hidup dipenuhi dengan keceriaan, kesukacitaan,


kegembiraan, dan keleluasaan, maka dengan sendirinya kita
dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan
hidup manusia yang bahagia.

Oleh sebab itu, apabila sebagai pemerintah dapat antusias


bekerja dengan semangat ingin memberi kebaikan kepada
rakyat, pemerintah yang demikian adalah pemerintah yang
mencintai negara dan rakyatnya, dan akan bersikap adil dan
bersih;

Apabila sebagai petani dapat antusias bekerja demi memberi


kebaikan kepada orang lain, maka tentu para petani akan
memproduksi hasil pertanian yang baik dan aman serta
membawa keuntungan untuk negara dan rakyat;

Apabila sebagai pekerja dapat antusias bekerja demi memberi


kebaikan kepada orang lain, maka akan dapat memakmurkan
negara dan rakyat;

Apabila sebagai pengusaha dapat antusias bekerja demi memberi


kebaikan kepada orang lain, maka pasti akan memproduksi dan
menjual produk yang berguna bagi negara serta rakyat;

Apabila sebagai tentara dapat antusias bekerja demi memberi


kebaikan kepada orang lain, maka pasti akan setia dan
bertanggung jawab pada kewajibannya, melindungi negara dan
rakyat;

84
Estetika Pengamalan

Apabila sebagai pegawai negeri (Cat.2) dapat antusias bekerja


demi memberi kebaikan kepada orang lain, maka pasti akan
bertugas dan bertanggung jawab dengan baik, mengabdi
untuk bangsa dan rakyat;

Apabila sebagai pendidik (Cat.3) dapat antusias bekerja


demi memberi kebaikan kepada orang lain, maka pasti
akan mendidik tanpa diskriminasi, menjayakan negara dan
rakyat;

Apabila sebagai dokter dapat antusias bekerja demi memberi


kebaikan kepada orang lain, maka pasti dengan penuh cinta
kasih mengobati pasien, menyelamatkan negara dan rakyat.

Apabila sebagai budayawan (Cat.4) dapat antusias bekerja


memberi kebaikan kepada orang lain, maka pasti akan
mengembangkan kemampuannya untuk membahagiakan
negara dan rakyat.

Dengan antusias bekerja demi memberi kebaikan kepada


orang lain, kehidupan menjadi penuh dinamika dan
berkepenuhan! Spirit kehidupan semakin berkilauan cahaya!
Segenap hidup kita semakin bahagia dan cemerlang. Bekerja
adalah kehidupan, bekerja adalah spirit kehidupan, bekerja
adalah segenap hidup manusia, bekerja adalah kebahagiaan.
Tujuan utama dari antusias bekerja demi memberi kebaikan
kepada orang lain adalah mewujudkan dunia satu keluarga.

(Cat.1): Tiada pamrih bukan berarti bekerja tidak perlu digaji, tidak
perlu diupah, namun dengan sikap ingin memberi kebaikan
kepada orang lain dalam bekerja, kondisi jiwa dalam bekerja
akan berbeda. Dengan sendirinya akan merasakan bekerja
adalah kebahagiaan.
(Cat.2): Pegawai negeri, yang bekerja pada lembaga pemerintahan.

85
Estetika Pengamalan

(Cat.3): Pendidik, yang bertugas mendidik dan mengajar.


(Cat.4): Budayawan, yang bekerja dalam bidang seni, olah raga,
disiplin ilmu, agama, dan lain-lain.

2. Estetika Antusias Berhubungan dengan Sesama


(熱情做人美學)
Akan menampilkan:
1) Keindahan cinta kasih yang tak berkesudahan.
2) Keindahan kesabaran / ketabahan yang tak berkesudahan.
3) Keindahan keuletan / kegigihan yang tak berkesudahan.
Inilah yang disebut keindahan memberi kebaikan kepada
orang lain, teladan manusia yang beradab.
1) Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias
berhubungan dengan sesama dengan memberikan cinta
kasih yang tak berkesudahan, membasahi jiwa manusia
yang dahaga.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, dengan menunjukkan
semangat kasih dalam kesabaran yang tak berkesudahan,
menghangatkan jiwa manusia yang telah dingin membeku.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, dengan menunjukkan
semangat kasih dalam kegigihan yang tak berkesudahan,
membangkitkan kembali antusiasme berhubungan dengan
sesama dalam diri setiap manusia.

Karena itu, mewujudkan cinta kasih, kesabaran, dan


kegigihan yang tak berkesudahan, secara alami membantu
kita menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan,
dan hidup manusia yang mulia.

86
Estetika Pengamalan

2) Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, memberikan cinta kasih
yang tak berkesudahan. Inilah pribadi tiada pamrih yang
sesungguhnya.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, menunjukkan semangat
kasih dalam kesabaran yang tak berkesudahan. Inilah
pribadi tiada ikatan hati yang sesungguhnya.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, menunjukkan semangat
kasih dalam kegigihan yang tak berkesudahan, inilah
pribadi mengikhlaskan yang sesungguhnya.

Oleh sebab itu, dapat menampilkan pribadi tiada pamrih,


tiada ikatan hati, dan keikhlasan yang sesungguhnya akan
membantu kita menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia yang sunya.

3) Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, dengan memberikan cinta
kasih yang tak berkesudahan, dengan sendirinya dapat
bahagia dalam segenap hidup.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, dengan menunjukkan
semangat kasih dalam kesabaran yang tak berkesudahan,
dengan sendirinya dapat damai dalam segenap hidup.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita antusias


berhubungan dengan sesama, dengan menunjukkan
semangat kasih dalam kegigihan yang tiada batas, dengan
sendirinya dapat sukses dalam segenap hidup.

87
Estetika Pengamalan

Oleh sebab itu, dapat bahagia, damai, dan sukses dalam


segenap hidup, akan membantu kita menikmati keindahan
kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia yang
bahagia.

Dicintai adalah sebuah kebahagiaan, namun dapat


mencintai orang lain akan lebih membahagiakan. Dicintai
adalah sebuah penantian, menantikan kebahagiaan adalah
penderitaan.

Namun, apabila kita dapat berinisiatif mengasihi orang lain,


maka kebahagiaan ada di tangan kita, tidak perlu menunggu
dan mendambakannya. Jadi antusias berhubungan
dengan sesama adalah pengembangan cinta kasih dengan
penuh inisiatif memberi perhatian kepada orang lain,
menghibur, memotivasi, membantu, menjaga, berempati,
dan memaklumi orang lain. Antusias berhubungan dengan
sesama adalah untuk menyelesaikan semua keterikatan,
belenggu, kerisauan dengan orang lain, serta membagikan
pengalaman hidup yang gembira dan sukacita kepada
orang lain.

Dengan antusias berhubungan dengan sesama baru dapat


memiliki kehidupan, spirit kehidupan dan hidup manusia
yang antusias penuh semangat.
1) Kehidupan yang Antusias - 熱情的生活
Dalam kehidupan sehari-hari, bila ada makanan dan
minuman yang enak, dengan senang hati membagikannya
kepada orang lain. Dapat menikmati bersama kopi atau
teh, akan terasa lebih nikmat dan sedap. Dapat menikmati
bersama permen, biskuit, buah-buahan, atau makanan
ringan lainnya, akan terasa lebih enak, asyik, dan
bersukacita.

88
Estetika Pengamalan

Dapat menikmati bersama film, foto, gambar, buku, atau


sesuatu yang indah, bunga, pohon, atau pemandangan
yang indah, inilah kehidupan yang harmonis dan bahagia.

Dapat menikmati bersama musik, lagu, atau melodi alam


yang indah, seperti suara ombak, suara air pasang, angin,
hujan, nyanyian burung, ataupun suara nyanyian katak.
Apabila kita dapat menikmati bersama, sungguh sebuah
kehidupan yang penuh gembira, lega, dan ceria.

2) Spirit Kehidupan yang Antusias - 熱情的生命


Apa yang dimaksud dengan spirit kehidupan yang antusias
berhubungan dengan sesama? Antusias berarti bahagia.
Antusias berhubungan dengan sesama berarti menjadi
manusia yang bahagia! Menjadi manusia yang bahagia
adalah manusia yang senantiasa memancarkan cinta kasih
dan kebahagiaan. Setiap kali bangun dari tidur, selalu
bertanya pada diri sendiri, apa yang dapat saya berikan
kepada orang lain? Apa yang dapat saya dedikasikan,
abdikan, dan kontribusikan kepada orang lain? Bukan
sebaliknya menuntut apa yang orang lain harus berikan,
dedikasikan, abdikan dan kontribusikan kepada saya.

Imbalan dan balasan terbesar dari antusias berhubungan


dengan sesama adalah menjadi manusia yang bahagia.
Makna terpenting dari spirit kehidupan yang antusias
adalah dapat memberi, berdedikasi, mengabdi, serta
berkontribusi, bukan sebaliknya ingin mendapatkan,
memiliki, atau memperoleh dari orang lain.

Dengan menyalakan spirit kehidupan yang antusias, baru


dapat memiliki cinta kasih, ketabahan (kesabaran), dan
keuletan (kegigihan) yang tak berkesudahan. Dengan cinta
kasih yang tak berkesudahan barulah dapat menyelesaikan

89
Estetika Pengamalan

perjalanan hidup dengan penuh kebahagiaan. Ketabahan


yang tak berkesudahan dapat membersihkan semua
hambatan hidup, agar kita dapat hidup dengan penuh
kebahagiaan. Dengan keuletan / kegigihan yang tak
berkesudahan, barulah dapat mempertahankan kelestarian
dari kasih dan ketabahan yang tak berkesudahan.

3) Hidup Manusia yang Antusias - 熱情的人生


Antusias berhubungan dengan sesama bukan untuk
menjadi orang suci, namun sejak dahulu hingga
sekarang semua orang suci adalah manusia yang antusias
berhubungan dengan sesama. Pepatah mengatakan:
“Sepanjang sejarah para orang suci kebanyakan hidupnya
penuh kesepian”. Karena itu, sepanjang sejarah orang
yang antusias berhubungan dengan sesama, kebanyakan
hidupnya adalah kesepian. Sekalipun kesepian namun
bahagia.

Lebih baik berinisiatif mengasihi orang lain, daripada


menunggu orang lain mengasihi kita. Bahagia tidak
boleh menunggu, namun diri sendiri harus penuh inisiatif
memperjuangkannya. Dengan memberi, berdedikasi,
mengabdi, dan berkontribusi kita baru dapat berbahagia.
Jalan bahagia inilah yang harus ditempuh oleh manusia
yang memiliki hidup yang antusias.

Namun saat memberi, berdedikasi, mengabdi, dan


berkontribusi seringkali tidak mulus dan tak sesuai
keinginan kita. Anda antusias bersikap ramah terhadap
orang lain, namun sebaliknya orang lain dingin dan acuh
tak acuh terhadap anda. Anda mencintai orang lain, orang
lain belum tentu mencintai anda. Anda memperhatikan
orang lain, orang lain belum tentu memperhatikan anda.
Anda membantu orang lain, orang lain belum tentu

90
Estetika Pengamalan

membantu anda. Anda bersimpati pada orang lain, orang


lain belum tentu bersimpati pada anda. Anda memberi,
berdedikasi, mengabdi, dan berkontribusi untuk orang
lain, orang lain belum tentu mau memberi, berdedikasi,
mengabdi, dan berkontribusi kepada anda. Oleh sebab
itu, diri sendiri harus membangkitkan kasih, ketabahan,
dan kegigihan yang tak berkesudahan, dengan demikian
barulah jalan hidup ini dapat diselesaikan dengan penuh
antusias.

Jika memiliki cinta kasih yang tak berkesudahan, akankah


mengharapkan pamrih? Jika memiliki ketabahan yang
tak berkesudahan, akankah mengharapkan balas jasa?
Jika memiliki kegigihan yang tak berkesudahan, akankah
mengharapkan pujian dan ucapan terima kasih? Apabila
dalam berhubungan dengan sesama masih mengharapkan
imbalan, balasan, pujian, dan ucapan terima kasih, maka
kita tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Sedangkan
klimaks dari antusias berhubungan dengan sesama adalah
membangkitkan keindahan sifat kodrati yang bahagia.

3. Estetika Antusias Mengasihi Kehidupan


(熱愛生命美學)
Yaitu menampilkan :
1) Keindahan mengasihi diri sendiri.
2) Keindahan mengasihi orang lain.
3) Keindahan mengasihi semua makhluk dan benda.

Dengan hati yang penuh sukacita memandang diri sendiri,


orang lain, semua makhluk, benda, dan dunia, maka semuanya
akan menjadi indah. Kita hanya memiliki kesempatan hidup
satu kali saja, karena itu hidup sangat luhur mulia. Waktu
adalah proses hidup, perilaku adalah penampilan dari hidup.

91
Estetika Pengamalan

Semua kegiatan kita lakukan dengan hidup kita. Semua


kita tukarkan dengan hidup! Bagaimana agar proses dan
kelangsungan hidup kita penuh kebahagiaan, kegembiraan,
dan sukacita, serta membantu hidup orang lain juga penuh
kebahagiaan, kegembiraan, dan sukacita. Oleh sebab itu,
sungguh waktu tak ternilai! Hidup tak ternilai! Inilah hidup
yang paling bernilai dan bermakna.

1) Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


hidup kita sendiri. Waktu adalah hidup, sehingga setiap
detik harus diperjuangkan untuk memberi kebaikan
kepada orang lain. Demikianlah hidup sungguh tak ternilai
dan paling bermakna.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


hidup orang lain. Hidup adalah keajaiban. Kita dapat
bertemu dan berkumpul, ini sungguh kesempatan yang
sangat langka dan sulit diperoleh. Kita dapat hidup
bersama, ini juga kesempatan langka dan sulit didapat.
Oleh sebab itu, kita harus saling menghargai dan saling
mengasihi, sehingga cahaya spirit kehidupan semakin
cemerlang.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


hidup semua makhluk dan benda. Semua hewan yang hidup
di udara, darat, dan laut, serta semua bunga, rumput, dan
pepohonan, semuanya hidup bersama dengan kita. Kita
dapat hidup bersama dalam waktu yang sama dan di bumi
yang sama, menikmati matahari yang sama, rembulan,
dan udara yang sama. Sebab jodoh demikian sungguh luar
biasa. Kita semua hidup bersama dalam keluarga besar
bumi raya, kita sesungguhnya adalah satu keluarga.

Oleh sebab itu, apabila kita mencintai hidup sendiri, hidup


orang lain, dan hidup semua makhluk dan benda, maka kita

92
Estetika Pengamalan

dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan,


dan hidup manusia yang mulia.

2) Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


diri sendiri. Hidup tak ternilai, di dunia ini tidak ada yang
lebih bernilai dari hidup. Dengan demikian kita dapat
hidup dalam kondisi kaya-miskin, hina-mulia, pintar-
bodoh, cantik-jelek dengan bebas leluasa.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


sesama. Martabat hidup sebagai manusia sungguh sangat
mulia, di dunia ini tidak ada yang lebih mulia dari martabat
hidup sebagai manusia. Dengan demikian kita dapat hidup
leluasa walau berbeda bangsa, suku, warna kulit, etnis,
ajaran, kepercayaan, budaya, ideologi, kebiasaan, tradisi,
bahasa, serta tulisan.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


hidup semua makhluk dan benda. Martabat hidup adalah
yang paling luhur, di dunia tidak ada yang lebih luhur
dari martabat hidup. Langit-bumi bagai ayah-bunda kita.
Semua hewan juga saudara kita. Semua bunga, rumput,
dan pepohonan adalah anggota keluarga besar alam
raya. Menghormati martabat hidup semua makhluk,
tiada perbedaan aku, engkau, dan dia, bersatu dalam satu
kesatuan, dengan sendirinya bebas leluasa dalam alam
semesta beserta dengan segala isinya.

Oleh sebab itu, dapat bebas leluasa dalam kondisi kaya-


miskin, hina-mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek; dapat
bebas leluasa mengasihi hidup orang lain walau berbeda
bangsa, suku, etnis, ras, ajaran, kepercayaan, budaya,
ideologi, tradisi, kebiasaan, bahasa, dan tulisan; dapat
menjunjung kemuliaan hidup semua bentuk kehidupan,
tiada perbedaan aku, engkau, dan dia, bersatu dalam satu

93
Estetika Pengamalan

kesatuan, dengan sendirinya bebas leluasa dalam alam


semesta beserta dengan segala isinya. Dengan demikian,
akan dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia yang sunya.

3) Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


hidup diri sendiri, karena hidup dan kebahagiaan tak
ternilai. Di dunia, tidak ada sesuatu apapun yang setara
nilainya dengan hidup kecuali kebahagiaan.

Oleh sebab itu, orang yang mencintai hidupnya sendiri,


baru dapat mencintai kebahagiaan, baru dapat berbahagia.
Diri sendiri hidup bahagia, baru dapat membawakan
kebahagiaan kepada orang lain. Dapat senantiasa
membawakan kebahagiaan kepada orang lain, diri sendiri
baru dapat puas dalam segenap hidup.

Demi memberi kebaikan kepada orang lain, kita mencintai


sesama. Dengan hidup ini kita mencintai hidup sesama.
Maka proses dan perjalanan hidup akan penuh kebahagiaan,
kegembiraan, dan kesukacitaan!

Dengan hidup diri sendiri kita mewujudkan antusias


mengasihi hidup orang lain. Melalui proses mewujudkan
antusias mengasihi hidup orang lain, pasti hidup akan
bahagia, gembira, dan sukacita! Hidup demikian sungguh
mulia. Dengan sendirinya dapat bebas leluasa dalam
segenap hidup.

Demi memberi kebaikan, kita mencintai hidup semua


makhluk dan benda. Kita sadar bahwa kegiatan besar atau
kecil yang kita lakukan dalam hidup, kita tukar dengan
hidup.

Oleh sebab itu, demi ingin selalu memberi kebaikan, kita

94
Estetika Pengamalan

mencintai semua makhluk dan benda. Semua kegiatan


yang kita lakukan kita bayar dengan hidup sendiri.

Demi ingin memberi kebaikan, kita mencintai semua


makhluk agar proses dan perjalanan hidup penuh
kebahagiaan, kegembiraan, dan kesukacitaan. Hidup
demikian sungguh luhur, dengan sendirinya akan bebas
leluasa dalam segenap hidup.

Oleh karena itu, kita lalui hidup dengan mencintai hidup


diri sendiri, dengan sendirinya akan puas dalam segenap
hidup. Kita lalui hidup dengan mencintai hidup orang
lain, dengan sendirinya akan leluasa dalam segenap
hidup. Kita lalui hidup dengan mencintai hidup semua
makhluk, dengan sendirinya akan bebas leluasa dalam
segenap hidup. Dapat puas, bebas, dan leluasa dalam
segenap hidup, maka otomatis dapat menikmati keindahan
kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia yang
bahagia. Dengan sendirinya kesuksesan akan menyertai.

Kesimpulannya, tujuan dari antusias bekerja, antusias


berhubungan dengan sesama, dan antusias mengasihi
kehidupan adalah ingin menikmati kehidupan yang bahagia,
gembira, dan sukacita; menikmati spirit kehidupan yang
bahagia, gembira, dan sukacita; menikmati hidup manusia
yang bahagia, gembira, dan sukacita.

Setiap manusia antusias bekerja, pencapaian tertinggi dari


antusias bekerja adalah mewujudkan dunia satu keluarga.
Setiap manusia antusias berhubungan dengan sesama,
pencapaian tertinggi dari antusias berhubungan dengan
sesama adalah mewujudkan dunia satu keluarga. Setiap
manusia antusias mengasihi kehidupan, pencapaian tertinggi
dari antusias mengasihi kehidupan adalah mewujudkan dunia
satu keluarga.

95
Estetika Pengamalan

II. Estetika Tiga Kedamaian (三安美學 )


Estetika tiga antusiasme adalah perwujudan eksternal perilaku,
sedangkan estetika tiga kedamaian adalah introspeksi internal
terhadap perilaku. Estetika tiga kedamaian adalah estetika
damai tenang, damai hening, dan damai bahagia.

Dengan antusias bekerja, barulah kita dapat membawakan


kedamaian kepada orang lain dan ketenangan bagi diri sendiri.
Jika kita dapat antusias hidup bermasyarakat, kita baru dapat
menjaga ketenangan dan kedamaian diri sendiri. Jika kita dapat
antusias mengasihi kehidupan, maka kebahagiaan kita tidak
dibangun di atas penderitaan dan kilesa orang lain. Memberi
kebaikan kepada orang lain dengan estetika tiga kedamaian.
Inilah pembinaan yang harus dimiliki oleh manusia yang
beradab.

Estetika tiga kedamaian adalah tenaga pendorong yang sangat


besar untuk mewujudkan keindahan sifat kodrati diri yang
mulia, sunya, dan bahagia.

1. Estetika Damai Tenang - 安心美學


Umat manusia merasa diri sendiri sangat hebat, suka
membangun tembok diskriminasi dan dualisme untuk
memenjarakan diri, sehingga diri sendiri menderita dan risau
dalam segenap hidup.

Semua sikap diskriminasi dan dualisme seperti pujian-hinaan,


mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan, sukses-
gagal; bahkan menang-kalah, berhasil-jatuh , baik-buruk,
tinggi-rendah, kaya-miskin, mulia-hina, cantik-jelek, pintar-
bodoh, dan lain sebagainya, semua ini manusia sendiri yang
membuatnya. Bahkan semua dualisme dan perbedaan tersebut

96
Estetika Pengamalan

telah berurat akar dalam sanubari manusia. Dapat disimpulkan


bahwa pandangan manusia terhadap kelangsungan hidup,
spirit kehidupan, kehidupan, hidup manusia, dan nilai hidup
telah terpengaruh dan terpolusi oleh dualisme dan perbedaan.

Sekarang banyak manusia yang memiliki pandangan dan nilai


hidup yang keliru dan menyimpang, mendambakan kemuliaan,
kesuksesan, pujian, dan nama harum dalam segenap hidup.
Juga selalu mengharapkan agar dilimpahi berkah, dikelilingi
kemujuran, dan sukses dalam segala bidang, selalu beruntung
dan berhasil. Mendambakan kaya mulia selamanya, memiliki
kepintaran yang melampaui manusia biasa, mempunyai
kemampuan dan keahlian yang istimewa, mencapai apa yang
dicita-citakan, serta dapat memiliki segalanya. Menang,
unggul, dan berjaya selalu, senantiasa tinggi di atas, ditambah
tampan dan cantik. Inilah yang kita anggap sebagai hidup yang
sempurna, spirit kehidupan yang bercahaya, dan kehidupan
yang paling beraneka warna.

Sebaliknya, bagi umat manusia, hal yang paling tabu dan paling
ditakuti dalam kehidupan adalah dihina, ditertawakan, difitnah;
menderita kegagalan, kemiskinan, musibah, bencana, atau cita-
cita tidak tercapai. Yang paling ditakuti dan tidak diinginkan
adalah selalu kalah dalam kecerdasan, kemampuan, atau
pengetahuan dari orang lain. Apalagi jika kita tidak setampan
atau secantik orang lain, kita paling sulit menerimanya. Hal-
hal di atas membuat kita tidak mampu mengangkat kepala,
hidup terasa kelam, menderita, dan merana.

Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sejarah umat manusia


adalah sebuah catatan pandangan dan nilai hidup yang salah
serta keliru terhadap kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup
manusia. Apabila manusia hanya tahu mengejar evolusi
kemajuan materi, namun tidak mengutamakan evolusi
mental dan spiritual; hanya mengutamakan peradaban

97
Estetika Pengamalan

materi, bahkan merendahkan peradaban mental dan spiritual;


hanya mementingkan kehidupan materi, bahkan melupakan
kehidupan mental dan spiritual; pada akhirnya, dunia ini akan
jauh dari segala peradaban, tidak berbeda dengan kehidupan
hewan yang hanya tahu melampiaskan dorongan naluri saja.

Manusia beradab yang sesungguhnya adalah manusia yang


dalam berbicara, berbuat, dan bekerja hanya mengharapkan
kedamaian dalam jiwa dan nurani serta membawakan
kedamaian bagi orang lain. Karena itu sekalipun setiap hari
harus berhadapan dengan hal-hal yang bersifat dualisme seperti
pujian-hinaan, mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan,
kemujuran-kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh
rintangan, sukses-gagal, menang-kalah, berhasil-jatuh, tinggi-
rendah, baik-buruk, kaya-miskin, mulia-hina, cantik-jelek,
pintar-bodoh, dan lain sebagainya, tetap tidak akan terjerumus
di dalamnya. Semua ini demi kedamaian jiwa dan nurani diri
sendiri dan demi membawakan kedamaian bagi orang lain. Ini
adalah kepribadian dan sikap manusia yang beradab.

Dalam kehidupan sehari-hari, dalam hubungan antarmanusia,


menangani masalah, atau bekerja, berbicara dan bertindak buat,
selalu demi jiwa dan nurani tenang damai, juga memberikan
kedamaian kepada orang lain. Ini lebih mudah dilaksanakan.
Di saat telah sukses berjaya, mendapatkan pujian, sanjungan,
reputasi, keberuntungan, berkah, atau sukses dalam segala
bidang, bukan hanya tidak lupa diri, tidak angkuh, sombong,
arogan, merendahkan orang lain, sebaliknya sangat rendah
hati, sopan, ramah, harmonis, antusias hidup bermasyarakat,
dan antusias membantu orang lain. Dengan demikian, maka
dengan sendirinya memancarkan energi dan medan positif
yang penuh kemuliaan yang indah.

Di saat kita menemui hinaan, cacian, fitnahan, atau berhadapan


dengan musibah, petaka, rintangan, pukulan, kesulitan, serta

98
Estetika Pengamalan

kegagalan, kita tidak menyalahkan Tuhan dan orang lain,


tidak pesimis, tidak kecewa, tidak patah semangat, juga tidak
putus asa, tidak minder, dan merendahkan diri sendiri. Dengan
demikian juga akan memancarkan energi dan medan positif
yang penuh kemuliaan yang indah.

Namun disaat kita berhadapan dengan pujian-hinaan,


mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan, sukses-
gagal, kalau kita jadi lupa diri, bersikap mengagungkan diri,
angkuh, sombong, tinggi hati, besar kepala, membusungkan
dada, takabur, suka menyalahkan orang lain dan kesal, sebal,
pesimis, tidak bersemangat, kecewa, putus asa, patah hati,
ciut, kecut, hilang harapan, minder, rendah diri; itu berarti kita
telah terjatuh dalam kondisi dan medan magnet yang negatif.
Jika demikian bagaimana mungkin kita dapat membawakan
kedamaian bagi diri sendiri dan orang lain?

Kesimpulannya, di saat kita berhadapan dengan pujian-hinaan,


mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan, sukses-
gagal, tentu harus mempertahankan jiwa tetap tenang dan
damai, bahkan juga berusaha membawakan kedamaian bagi
orang lain. Demikian, dengan sendirinya dapat menikmati
keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia
yang mulia.

Dalam hidup, kita akan menghadapi berbagai pujian-hinaan,


mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan,
sukses-gagal. Walau mendapat kemuliaan, pujian, ataupun
keberuntungan, berkah, kesuksesan, bergembiralah cukup
lima menit. Saat berhadapan dengan hinaan, cacian, fitnahan,
atau berhadapan dengan musibah, petaka, serta kegagalan,
bersedihlah cukup lima menit. Karena semuanya datang dan

99
Estetika Pengamalan

pergi akibat sebab jodoh.

Jika saat berhadapan dengan pujian-hinaan, mendapatkan-


kehilangan, kita tidak mampu melupakan, senantiasa ingat
dalam hati dan pikiran, akhirnya akan menjadi kotoran batin
dan sampah jiwa. Kotoran batin dan sampah jiwa adalah
sumber penderitaan, kemalangan, dan kerisauan. Apabila
manusia senantiasa hidup di masa lampau, berarti dia telah
menyiksa dirinya sendiri. Orang yang senantiasa menyiksa
diri sendiri maka saat berbicara, berperilaku, maupun bekerja
tidak akan dapat membawakan kedamaian dan ketenangan
bagi diri sendiri dan orang lain.

Oleh sebab itu, dalam keseharian hidup saat kita mengalami


pujian-hinaan, mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan,
kemujuran-kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh
rintangan, atau sukses-gagal, baik besar maupun kecil, jika
telah berlalu, biarkan berlalu dan lupakan. Hati tetap leluasa
dalam setiap kondisi, tidak terhalangi, tidak ternodai, jiwa
tetap tenang dan damai, juga dapat membawakan kedamaian
kepada orang lain. Maka dengan sendirinya dapat menikmati
keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia
yang sunya.

Apabila dalam hidup dapat berkelana dalam kondisi pujian-


hinaan, mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan,
kemujuran-kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh
rintangan, atau sukses-gagal, dan juga dapat memanfaatkan
sebab jodoh pujian-hinaan, mendapatkan-kehilangan,
sanjungan-fitnahan, kemujuran-kemalangan, berkah-
musibah, lancar-penuh rintangan, atau sukses-gagal untuk
menggembleng diri, maka perjalanan hidup kita akan
semakin luas, lancar, dan mulus, membuat hidup kita semakin
cemerlang, dan juga dapat membuat hidup kita semakin kaya
bermakna.

100
Estetika Pengamalan

Kesimpulannya, dengan memanfaatkan semua sebab jodoh


pujian-hinaan, mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan,
kemujuran-kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh
rintangan, sukses-gagal, atau menang-kalah, berhasil-jatuh,
baik-buruk, tinggi-rendah, dan lain sebagainya, kita dapat
membuat hidup kita semakin ceria dan puas, semakin bebas
dan cemerlang, serta semakin leluasa dan sukses. Maka, secara
alami kita akan dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan jalan kehidupan yang bahagia.

2. Estetika Damai Hening-安寧美學


Melalui estetika damai hening senantiasa memberi kebaikan
kepada orang lain, pandai mengatur dan menstabilkan
emosi dan gejolak hati. Senantiasa menjaga kedamaian dan
keheningan jiwa, inilah sikap seorang yang arif bijaksana
dan penuh cinta kasih. Gejolak hati dan emosi jiwa terkadang
baik-buruk, tinggi-rendah, jika demikian dapatkah kita
menampilkan pesona keindahan manusia? Manusia yang
dapat menampilkan pesona keindahan kodratinya baru disebut
manusia yang beradab.
Untuk menjadi manusia yang beradab, kita harus mengatur
dan menstabilkan emosi dan gejolak jiwa, seperti:

Ketika berhadapan dengan pukulan, tidak lupa untuk terus maju.


Ketika berhadapan dengan kegagalan, tidak lupa tegar dan
tabah.
Ketika berhadapan dengan kemiskinan, tidak lupa membina.
Ketika berada dalam kesulitan, tidak lupa menunaikan ikrar.
Ketika berada dalam resah kerisauan, tidak lupa bersukacita.
Ketika berhadapan dengan perbedaan, tidak lupa persatuan.
Ketika melakukan kesalahan, tidak lupa bertobat.
Ketika melakukan kelalaian, tidak lupa memperbaharui diri.
Ketika mendapatkan berkah, tidak lupa beramal.

101
Estetika Pengamalan

Ketika berada dalam kebencian, tidak lupa cinta kasih.


Ketika sulit untuk merelakan, tidak lupa berkorban.
Ketika berhadapan dengan rintangan, tidak lupa optimis.
Ketika difitnah, tidak lupa bersabar dan tabah.
Ketika dihina dan dipermalukan, tidak lupa memaafkan.
Ketika dalam keakuan, tidak melupakan kepentingan umum.
Ketika berhasil, tidak lupa membalas budi.
Ketika mendendam, tidak lupa mengasihi dan memperhatikan.
Ketika malas dan regresif, tidak lupa rajin dan progresif.
Ketika berada dalam keragu-raguan, tidak lupa percaya diri.
Ketika iri, tidak lupa memuji.
Ketika serakah, tidak lupa berderma.
Ketika dikendalikan nafsu, tidak lupa bersikap rasional.

Jika kita dapat mengatur dan menstabilkan emosi dan gejolak


jiwa, maka dengan sendirinya dapat menikmati keindahan
kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia yang mulia.

Manusia yang arif bijaksana dan penuh cinta kasih adalah


manusia yang dapat mengatur dan menstabilkan emosi dan
gejolak hati.

Hati adalah pengendali dari jasmani, dan rohani adalah akar


dari hati. Sifat kodrati manusia adalah damai. Jiwa kita pada
dasarnya adalah tenang dan damai. Untuk mempertahankan
jiwa senantiasa damai dan tenang, dibutuhkan kebajikan
internal yang harus dimiliki oleh manusia yang beradab, yaitu
kebijaksanaan dan cinta kasih.

Seorang manusia beradab yang bijaksana sangat menyadari


bahwa emosi yang bergejolak hanya akan mendatangkan
masalah bagi diri sendiri. Oleh sebab itu, semua faktor yang
dapat menyebabkan emosi dan gejolak hati tidak stabil akan
disingkirkan. Jika tidak segera disingkirkan, maka akan
mengotori dan melekat dalam jiwa, akhirnya akan menjadi

102
Estetika Pengamalan

kotoran batin. Apabila telah menjadi kotoran batin, maka akan


sulit untuk menstabilkan emosi dan gejolak hati.

Oleh sebab itu, manusia beradab yang bijaksana akan


mengosongkan dan menyucikan diri dari semua pengaruh
negatif emosi dan gejolak hati yang tidak stabil.

“Tidak dibelenggu oleh pukulan, tidak dipatahkan oleh


kegagalan, tidak dibutakan karena kemiskinan, tidak dikubur
oleh kesulitan, tidak ditenggelamkan oleh penderitaan,
tidak disesatkan oleh perbedaan, tidak dijerumuskan oleh
kesalahan, tidak disakiti oleh kebencian, tidak dihalangi oleh
rintangan, tidak emosional karena fitnahan, tidak bersedih
oleh hinaan, tidak dipenjara oleh keegoisan, tidak dikurung
oleh kedendaman, tidak disekap oleh kemalasan, tidak diikat
oleh kecurigaan, tidak dililit oleh iri hati, tidak dijerumuskan
oleh keserakahan, tidak disesatkan oleh nafsu keinginan, tidak
dihambat oleh keberhasilan, tidak dihantui oleh tidak ingin
merelakan, serta tidak dijerumuskan oleh kesuksesan.”

Namun sebaliknya,
Ketika berhadapan dengan pukulan, tidak lupa ingin maju,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan kegagalan, tidak lupa tegar dan
tabah, namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan kemiskinan, tidak lupa membina,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam kesulitan, tidak lupa menunaikan ikrar,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam resah kerisauan, tidak lupa bersukacita,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan perbedaan, tidak lupa persatuan,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika melakukan kesalahan, tidak lupa bertobat, namun tidak

103
Estetika Pengamalan

meninggalkan jejak.
Ketika melakukan kelalaian, tidak lupa memperbaharui diri,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika mendapatkan, tidak lupa beramal, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam kebencian, tidak lupa cinta kasih, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika sulit untuk merelakan, tidak lupa berkorban, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan rintangan, tidak lupa optimis, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika difitnah, tidak lupa bersabar dan tabah, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika dihina dan dipermalukan, tidak lupa memaafkan, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika dalam keakuan, tidak lupa kepentingan orang banyak,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhasil, tidak lupa membalas budi, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika mendendam, tidak lupa mengasihi dan memperhatikan,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika malas dan regresif, tidak lupa rajin dan progresif, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam keragu-raguan, tidak lupa percaya diri,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika iri, tidak lupa memuji, namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika serakah, tidak lupa berderma, namun tidak meninggalkan
jejak.
Ketika dikendalikan nafsu, tidak lupa bersikap rasional, namun
tidak meninggalkan jejak.

Dengan demikian, kita akan senantiasa merasakan kedamaian


dan ketenangan dalam jiwa, emosi dan gejolak hati akan stabil,
sehingga baru dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia yang sunya.

104
Estetika Pengamalan

Tidak terikat pada pukulan, baru tidak akan putus asa.


Tidak terikat pada kemajuan, baru tidak akan sombong.
Tidak terikat pada kegagalan, baru tidak akan kecil hati.
Tidak terikat pada ketegaran, baru tidak akan tinggi hati.
Tidak terikat pada kemiskinan, baru tidak akan mengeluh.
Tidak terikat pada pengamalan, baru tidak akan membenarkan
diri.
Tidak terikat pada kesulitan, baru tidak akan kecut hati.
Tidak terikat pada penunaian ikrar, baru tidak akan
membanggakan diri.
Tidak terikat pada resah-kerisauan, baru tidak akan menderita.
Tidak terikat pada sukacita, baru tidak akan bertindak gegabah.
Tidak terikat pada perbedaan, baru tidak akan terjadi konflik.
Tidak terikat pada persatuan, baru tidak akan campur aduk.
Tidak terikat pada kesalahan, baru tidak akan patah hati.
Tidak terikat pada pertobatan, baru tidak akan berjiwa kosong.
Tidak terikat pada kelalaian, baru tidak akan putus asa.
Tidak terikat pada pembaharuan diri, baru tidak akan mengikat
diri.
Tidak terikat pada perolehan, baru tidak akan tamak.
Tidak terikat pada amal, baru tidak akan mengharapkan pamrih.
Tidak terikat pada kebencian, baru tidak akan dingin hati.
Tidak terikat pada cinta kasih, baru tidak akan munafik.
Tidak terikat pada ketidak ikhlasan, baru tidak akan sengsara.
Tidak terikat pada pengorbanan, baru tidak akan mengagungkan
diri.
Tidak terikat pada rintangan, baru tidak akan kecewa.
Tidak terikat pada optimisme, baru tidak akan sembrono.
Tidak terikat pada fitnahan, baru tidak akan merasa kesal.
Tidak terikat pada kesabaran, baru tidak akan menyakiti diri.
Tidak terikat pada hinaan, baru tidak akan mendendam.
Tidak terikat pada pemaafan, baru tidak akan tinggi hati.
Tidak terikat pada keakuan, baru tidak akan mementingkan diri
sendiri.

105
Estetika Pengamalan

Tidak terikat pada orang banyak, baru tidak akan takabur.


Tidak terikat pada keberhasilan, baru tidak akan besar kepala.
Tidak terikat pada pembalasan budi, baru tidak akan berpamrih.
Tidak terikat pada dendam, baru tidak akan bermusuhan.
Tidak terikat pada perhatian yang diberikan pada orang lain,
baru tidak akan hipokrit.
Tidak terikat pada kemalasan, baru tidak akan menghancurkan
diri.
Tidak terikat pada progresif, baru tidak akan bermegah diri/sok
hebat.
Tidak terikat pada keragu-raguan, baru tidak akan merasa tidak
berdaya.
Tidak terikat pada percaya diri, baru tidak akan keras hati.
Tidak terikat pada iri hati, baru tidak akan merasakan kesendirian.
Tidak terikat pada pujian, baru tidak akan membanggakan diri.
Tidak terikat pada ketamakan, baru tidak akan kukuh pada diri.
Tidak terikat pada berdana, baru tidak akan berpura-pura.
Tidak terikat pada nafsu, baru tidak akan terjerumus.
Tidak terikat pada sikap rasional, baru tidak akan dingin hati.

Tidak terikat akan segalanya, secara alami jiwa akan hening


damai. Emosi dan gejolak hati stabil, sehingga kita dapat
menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup
manusia yang bahagia.

3. Estetika Damai Bahagia - 安樂美學


Di antara manusia ada perbedaan kaya-miskin, hina-mulia,
pintar-bodoh, cantik-jelek, tinggi-rendah dan lain sebagainya,
namun sama-sama mendambakan hidup yang bahagia dan
gembira. Hidup bahagia dan gembira adalah sifat kodrati
manusia. Menjadi manusia yang bahagia dan gembira, baru
dapat menjadi manusia yang melaksanakan kewajibannya.
Inilah hidup yang mulia.

106
Estetika Pengamalan

Manusia yang dapat menikmati kehidupan mental dan spiritual


yang kaya raya adalah manusia yang bahagia dan gembira.
Jika seseorang miskin kehidupan mental dan spiritual, yang
ada hanyalah rumah mewah, mobil mewah, pakaian mewah,
makanan enak, uang, harta benda, kuasa, pangkat, kedudukan,
reputasi, kekayaan, kesenangan dan kenikmatan, pengetahuan,
pendidikan, kemampuan, kepintaran, keahlian, ketampanan,
kecantikan, serta keelokan diri; beranggapan dengan memiliki
hal itu maka hidup akan bahagia dan gembira, inilah pandangan
tentang kehidupan, spirit kehidupan, nilai kehidupan, dan
kelangsungan hidup yang keliru. Juga merupakan penyebab
utama dari kekosongan dan kehampaan mental dan spiritual.
Kebahagiaan dan kegembiraan demikian hanya dibangun di
atas kesenangan jasmani, kenikmatan materi, dan kepuasan
indra sehingga akan mengakibatkan penderitaan, kilesa,
ketidakdamaian, ketakutan, dan kebencian bagi orang lain.
Karena kesenangan jasmani, kenikmatan materi, dan kepuasan
indra bersifat egois, sangat individualis, dan subjektif.

Oleh karena itu, apabila manusia membangun kebahagiaan dan


kegembiraan berdasarkan kesenangan jasmani, kenikmatan
materi, dan kepuasan indra sendiri, maka sesungguhnya
sama saja membangun kebahagiaan dan kegembiraan di atas
penderitaan dan kesengsaraan orang lain.

Sesungguhnya sejarah umat manusia adalah sebuah catatan


mengenai persaingan dan perebutan sebanyak-banyaknya
kesenangan jasmani, kenikmatan materi, dan kepuasan indra.
Merupakan sebuah bencana besar apabila manusia membangun
kebahagiaan dan kegembiraan di atas kesenangan jasmani,
kenikmatan materi, dan kepuasan indra. Apabila beranggapan
kesenangan jasmani, kenikmatan materi, dan kepuasan indra
adalah keseluruhan hidupnya, maka manusia akan hidup dalam
ketidakberdayaan serta segenap hidupnya akan dipenuhi oleh
penderitaan dan kilesa.

107
Estetika Pengamalan

Manusia sekarang hanya tahu mengejar kehidupan materi,


dan tidak lagi menghargai kehidupan mental dan spiritual.
Sekalipun kehidupan materi dapat terpenuhi, kebahagiaan
dan kegembiraan demikian hanyalah bersifat indrawi dan
emosional yang datang dan pergi secara cepat. Bagaikan
sebuah bayangan yang mengikuti bendanya, kebahagiaan
berjalan didepan, diikuti oleh penderitaan di belakang.

Dengan jiwa yang damai tenang, barulah kita dapat bahagia


dan gembira. Apabila nurani tidak damai tenang, sekalipun
memiliki kekayaan, kuasa, pangkat, dan kedudukan yang
bagaimanapun hebatnya; nama, reputasi, kemuliaan,
kesenangan, dan kenikmatan yang luar biasa; kemampuan,
kepintaran, pengetahuan yang serba bisa, tetap masih sangat
jauh dari kebahagiaan dan kegembiraan yang sesungguhnya.
Karena, kebahagiaan dan kegembiraan tersebut diperoleh dan
dibangun di atas penderitaan dan kilesa orang lain.

Jiwa damai tenang, maka semua dualisme kaya-miskin, hina-


mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek tidak akan membebankan
hati.“Apabila dalam hidup senantiasa mengejar keinginan
untuk mendapatkan rumah mewah, mobil mewah, pakaian
bermerek, makanan enak, mengikuti tren & mode; beranggapan
bahwa dengan demikian baru terhormat, bergengsi, dan
dapat mengikuti zaman, sesungguhnya ini adalah pandangan
hidup lama, yang telah usang. Pandangan hidup baru adalah
selalu berusaha merasa bahagia melalui apa yang dilihat,
didengar, dicicipi, dikatakan, dilakukan, serta dipikirkan”.
Jika dapat berperilaku demikian, maka dengan sendirinya
dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan
hidup manusia yang mulia.

Dengan hati yang damai barulah kita dapat merasakan bahagia


dan gembira. Nurani damai tenang, tiada deraan, maka dengan
sendirinya akan bahagia dan gembira.

108
Estetika Pengamalan

Karena itu, dapat senantiasa berfokus pada kedamaian,sekalipun


berhadapan dengan pujian-hinaan, mendapatkan-kehilangan,
sanjungan-fitnahan, kemujuran-kemalangan, berkah-musibah,
lancar-penuh rintangan, sukses-gagal, hati akan senantiasa
penuh kedamaian. Setiap hari, baik saat berbicara atau diam,
saat aktif atau pasif, saat bekerja atau beristirahat, semua
tindak perbuatan, ucapan, dan niat pikiran selalu dipenuhi
dengan kedamaian. Dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam hubungan antarmanusia, saat menangani masalah
atau pekerjaan, dalam berinteraksi dengan sesama, melayani
sesama, menyambut, mengantar tamu, dan aktivitas lainnya,
hati tetap tidak meninggalkan kedamaian. Dapat senantiasa
berfokus pada hati yang damai, maka akan dapat menikmati
keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia
yang sunya.

“Pikiran adalah pengendali dari jasmani, rohani adalah


akar dari pikiran.”Apabila dapat memfokuskan diri,
dapat menempatkan “hati pada kedamaian”, maka akan
dapat mendamaikan orang lain. Jika senantiasa konsisten
mengamalkannya, maka pada akhirnya pasti akan berhasil,
cangkir jiwa pun dapat dikosongkan, sehingga cairan nutrisi
bahagia dapat memenuhi cangkir jiwa. Apabila memiliki
hati yang bahagia dan gembira, maka dengan sendirinya apa
yang dilihat mata, didengar telinga, dibaui hidung, dirasakan
lidah, dibicarakan mulut, atau dilakukan jasmani, semuanya
adalah kebahagiaan. Pada saat keindahan jiwa yang bahagia
telah terwujud, jiwa telah damai, maka tak peduli dalam
kondisi kaya-miskin, hina-mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek,
tetap dapat menikmati keindahan lembayung senja yang
berkilauan indah saat mentari akan terbenam, menikmati
keindahan gemerlap bintang yang penuh kegaiban, keindahan
cahaya mentari pagi saat baru terbit dari ufuk timur, kembali
kepangkuan Bunda Semesta, sungguh sangat bahagia dan
gembira. Inilah kehidupan mental yang paling kodrati, murni,

109
Estetika Pengamalan

dan indah. Sesungguhnya sangat mudah untuk diperoleh,


namun sangat disayangkan umat manusia telah melupakannya.
Apabila dapat menginsafinya, maka dengan sendirinya dapat
menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup
manusia yang bahagia.

III. Estetika Tiga Kesederhanaan (三簡美學)


Memberi kebaikan kepada umat manusia dengan mengamalkan
estetika tiga kesederhanaan, inilah jiwa dan wawasan yang harus
dimiliki oleh manusia yang beradab. Estetika tiga kesederhanaan
adalah tenaga pendorong untuk mewujudkan keindahan yang
mulia,sunya, dan bahagia.

1. Sederhana dalam Pikiran (Murni dan Lugas)


- 單純的想法
Apa yang dimaksud dengan sederhana dalam pikiran? Yaitu
menampilkan:
1) Keindahan tertawa lepas - 開懷大笑之美
2) Keindahan senyuman manis - 臉上常保微笑之美
3) Keindahan senyuman damai - 心靈含笑之美

Senantiasa dapat memupuk kemurnian hati seperti bayi,


baru dapat mencapai kondisi sunya dan berpijak pada Ilahi.
Senantiasa murni dan lugas barulah dapat mengosongkan
diri, mengembalikan jiwa-raga kepada kosong-sunya. Dengan
demikian, kita akan merasakan bahagia, gembira, sukacita,
leluasa, ceria, dan damai.

Orang yang memiliki pikiran yang murni dan lugas percaya


bahwa semua manusia memiliki martabat hidup yang
paling agung, luhur, dan sakral. Apabila dapat berpijak pada
ketinggian hidup yang paling agung, luhur, dan sakral dalam
memandang kehidupan, spirit hidup, hidup manusia, nilai

110
Estetika Pengamalan

hidup, sejarah, masyarakat, dan dunia, maka kita akan sangat


jelas melihat bahwa tiada yang dapat menandingi martabat
hidup yang paling agung, luhur, dan sakral.

Orang yang berpikiran murni dan lugas meyakini keindahan


sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia. Selalu
mengingatkan diri agar semua ucapan, perbuatan, dan niat
pikiran tidak terlepas dari keindahan sifat kodrati diri yang
mulia, sunya, dan bahagia.

Dengan mewujudkan keindahan sifat kodrati diri yang mulia,


sunya, dan bahagia, kita baru dapat menampilkan martabat
hidup yang paling agung, luhur, dan sakral. Jadi dengan
menjadikan keindahan yang mulia, sunya, dan bahagia
sebagai dasar (體), serta menjadikan martabat hidup yang
paling agung, luhur, dan sakral sebagai guna (用), maka akan
tercapai kemanunggalan antara dasar dan guna (體用合一).

Karena itu, jika di hati yang ada hanyalah martabat hidup


yang paling agung, luhur, dan sakral, maka kita akan menjadi
sangat luar biasa, dapat mendatangkan kebaikan dalam segala
kondisi: bebas leluasa dalam kondisi kaya-miskin, mulia-
hina, cantik-jelek, tinggi-rendah; leluasa dalam pujian-hinaan,
mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan, maupun
sukses-gagal; tidak merasa minder, angkuh, pesimis, patah
hati, sombong, tinggi hati, menyalahkan orang lain, pongah,
egois, patah semangat, sok tahu, suka pamer, bertikai dan
berebut dalam menang kalah, serta tidak suka membanding-
bandingkan dengan orang lain; dengan demikian akan dapat
menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup
manusia yang mulia.

Orang yang berpikiran murni dan lugas senantiasa memfokus-


kan diri pada martabat hidup yang paling agung, luhur, dan

111
Estetika Pengamalan

sakral. Berteguh pada satu niat, tiada niat kedua. Apabila dapat
berpikir demikian berarti kita telah berpijak di puncak tertinggi
dunia, sehingga apa yang dilihat sangat luas tak terbatas, tiada
tepi, dan tak terhingga. Yang ada hanya kesunyaan. Melihat
dari puncak tertinggi, maka semua kondisi kaya-miskin,
mulia-hina, cantik-jelek, pintar-bodoh, tinggi-rendah, sukses-
gagal, menang-kalah, berhasil-jatuh, baik-jelek, pujian-hinaan,
mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan, dan
lain sebagainya, telah sirna dari pandangan kita. Berpijak
pada puncak tertinggi, pandangan menjadi tiada batas, yang
ada hanya kesunyaan. Mencapai tingkat demikian, dengan
sendirinya kita dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia yang sunya.

Orang yang memiliki pikiran yang murni dan lugas berpijak


pada puncak tertinggi, yaitu martabat hidup yang paling agung,
luhur, dan sakral. Maka semua yang ada di dunia akan berada di
bawah kakinya, sedangkan semua yang ada di depannya adalah
kesunyaan. Demikianlah, secara alami jiwa akan bebas dari
keserakahan. Selangkah lebih maju, cangkir kehidupan akan
dipenuhi oleh air kebahagiaan, spirit kehidupan akan dipenuhi
nutrisi kebahagiaan, dan hidup manusia akan dipenuhi oleh
cita rasa kebahagiaan.

Apabila cangkir hati telah dipenuhi kebahagiaan, dengan


sendirinya kita akan menampilkan keindahan senyuman yang
manis. Cangkir jiwa dipenuhi bahagia selamanya, dengan
sendirinya akan menampilkan keindahan tertawa lepas.
Apabila keindahan bahagia telah terwujud, dengan sendirinya
akan menampilkan senyum kedamaian.

Senantiasa dapat memupuk kemurnian hati seperti bayi,


barulah kita dapat mengosongkan diri, mengembalikan jiwa
raga ke kosong tiada. Sehingga baru dapat bahagia, gembira,

112
Estetika Pengamalan

sukacita, leluasa, ceria, damai, harapan, sukses, yakin, bebas,


dan puas.
2. Sederhana dalam Perilaku - 簡約的行為
Apa yang dimaksud dengan sederhana dalam perilaku? Yaitu
menampilkan:
1) Keindahan dikasihi sesama - 人親之美
2) Keindahan dikasihi makhluk lain - 物親之美
3) Keindahan dikasihi para Suci - 神親之美
Bersikap terus terang, apa adanya, jujur terbuka, tidak
munafik, tidak menutup-nutupi, tidak dibuat-buat, tidak perlu
mewaspadai orang lain secara berlebihan, tidak melindungi
diri secara berlebihan, sama luar-dalam, satu dalam ucapan
dan perbuatan.

1). Apa yang dimaksud dengan keindahan dikasihi sesama?


Yaitu pesona keindahan manusia yang membuat orang lain
suka mendekati kita apa adanya. Apabila karena kedudukan,
pangkat, kuasa, harta kekayaan lalu orang suka mendekati
saya; atau karena kemampuan, kehebatan, kepintaran,
pengetahuan, dan kecerdasan yang tinggi, orang lain suka
dekat dengan saya; atau karena memiliki reputasi, terkenal,
berwajah tampan dan menarik, banyak orang mendekati
saya; semua ini adalah faktor dan sebab jodoh eksternal.
Apabila semua faktor dan sebab jodoh eksternal ini lenyap
sirna, maka orang lain dengan sendirinya akan menjauhi
kita! Ini adalah hal yang sangat nyata, betapa jelas dinamika
relasi antarmanusia.

Sesungguhnya sejarah umat manusia hanyalah sebuah


catatan drama tentang kesombongan dan keputusasaan.
Berapakah orang yang jiwanya benar-benar bebas, yang
melihat drama kehidupan manusia ini dengan objektif?

113
Estetika Pengamalan

Di dalam diri setiap manusia sesungguhnya terdapat


medan magnet daya tarik yang membuat orang senang
mendekatinya. Dengan menampilkan martabat hidup yang
paling agung, luhur, dan sakral, maka dengan sendirinya
kita akan memancarkan medan magnet daya tarik yang
membuat orang lain senang mendekati. Martabat hidup
yang paling agung, luhur, dan sakral bersumber dari spirit
kehidupan yang penuh keindahan yang mulia, sunya, dan
bahagia. Semakin memancarkan keindahan sifat kodrati
diri yang mulia, sunya, dan bahagia maka martabat hidup
yang paling agung, luhur, dan sakral akan semakin terang
bercahaya. Dengan menampilkan ucapan, perbuatan, dan
niat pikiran yang baik dan positif, berpancarlah keindahan
sifat kodrati diri yang mulia. Demikian juga, semakin
menunjukkan ucapan, perbuatan, dan niat pikiran yang baik
serta positif, maka keindahan sifat kodrati diri yang mulia
akan semakin berpancar gemilang.

Karena itu, dengan senantiasa bersikap “terus terang, apa


adanya, jujur terbuka, tidak munafik, tidak menutup-nutupi,
tidak dibuat-buat, tidak perlu mewaspadai orang lain
secara berlebihan, tidak melindungi diri secara berlebihan,
sama luar-dalam, satu dalam ucapan dan perbuatan”;
pada saat yang sama juga senantiasa berteguh pada prinsip
berjiwa besar, rela untuk dirugikan dan tidak merugikan;
rela disakiti dan tidak menyakiti; menghormati martabat
hidup semua makhluk, dengan sendirinya kita akan dapat
menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan
hidup manusia yang mulia.

Terdapat sebuah pepatah yang menyebutkan “Dao


(Kebenaran) dapat menaklukkan naga dan harimau;
kebajikan luhur dihormati para dewa”.

Dao (道) adalah keindahan sifat kodrati diri yang mulia,

114
Estetika Pengamalan

kebajikan (德) adalah semua ucapan, perbuatan, dan niat


pikiran yang tidak meninggalkan diri yang positif dan benar.

Dao (道) adalah keindahan sifat kodrati diri yang sunya,


kebajikan (德) adalah menghadapi masalah besar atau kecil,
bila telah berlalu, biarlah berlalu. Apabila semua ucapan,
perbuatan, dan niat pikiran tidak meninggalkan Aku sejati
yang paling kodrati, wajar alami, dan murni, maka dapat
mengosongkan diri dan mengembalikan jiwa-raga ke
kosong-tiada dalam segala hal.

Dao (道) adalah keindahan sifat kodrati diri yang bahagia,


kebajikan (德) adalah kehidupan, spirit hidup, dan hidup
manusia yang penuh keindahan bahagia, gembira, dan
sukacita. Kebajikan (德) adalah semua ucapan, perbuatan,
dan niat pikiran tidak berpisah dengan Aku yang paling
agung, luhur, dan sakral, manunggal antara jiwa, raga, dan
rohani.

2). Apa yang dimaksud dengan keindahan dikasihi makhluk


lainnya?
Yaitu pesona keindahan manusia yang membuat semua
hewan dan tumbuhan akrab dengan kita.

Sesungguhnya spirit kehidupan semua bentuk kehidupan,


baik manusia, hewan, maupun tetumbuhan berasal dari satu
sumber yang sama, yaitu Bunda Semesta yang paling kodrati,
wajar alami, dan murni. Karena itu asalkan kita senantiasa
bersikap “terus terang, apa adanya, jujur terbuka, tidak
munafik, tidak menutup-nutupi, tidak dibuat-buat, tidak
perlu mewaspadai orang lain secara berlebihan, tidak
melindungi diri secara berlebihan, sama luar-dalam, satu
dalam ucapan dan perbuatan”; kemudian dapat melupakan
keakuan, tiada keakuan, menghancurkan keakuan, serta
selalu ‘mengosongkan diri, mengembalikan jiwa raga ke

115
Estetika Pengamalan

kosong tiada’; menikmati kehidupan, spirit kehidupan, dan


hidup manusia yang penuh keindahan sunya; maka semua
makhluk dan benda akrab dengan diri kita. Karena semua
hewan adalah saudara kita. Semua bunga, rumput, dan
pepohonan adalah anggota dalam keluarga besar semesta.

3). Apa yang dimaksud dengan keindahan dikasihi para Suci?


Yaitu pesona keindahan manusia yang membuat para
Buddha, Bodhisatva, dan para dewa senang mendekati kita!

Asalkan kita dapat memancarkan sifat kodrati yang penuh


keindahan yang mulia, sunya, dan bahagia, mengisi
penuh cangkir hati dengan cairan nutrisi keindahan yang
mulia, sunya, dan bahagia, serta mengisi kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia dengan keindahan yang
mulia, sunya, dan bahagia, maka manusia demikian adalah
Buddha, Bodhisatva, dan Para Suci.

Karena itu asalkan kita dapat bersikap terus terang, apa


adanya, jujur terbuka, tidak munafik, tidak menutup-nutupi,
tidak dibuat-buat, tidak perlu mewaspadai orang lain secara
berlebihan, tidak melindungi diri secara berlebihan, sama
luar-dalam, satu dalam ucapan dan perbuatan, dengan
hati sejati dan tulus kembali kepada sumber asaliah, maka
dengan sendirinya akan memancarkan sifat kodrati diri
yang penuh keindahan bahagia. Serta secara alami kita
dapat menikmati hidup yang penuh keindahan bahagia;
menampilkan martabat hidup yang paling agung, luhur, dan
sakral; sehingga para Buddha, Bodhisatva, dan Para Suci
senang mendekati kita.

116
Estetika Pengamalan

3. Sederhana dan Hemat dalam Kehidupan - 簡單的生活


Apa yang dimaksud dengan sederhana dalam kehidupan?
Yaitu menampilkan :
1) Keindahan kesederhanaan - 簡單之美
2) Keindahan kebersahajaan - 樸實之美
3) Keindahan kealamian -自然之美

Kehidupan yang sederhana yaitu kehidupan yang penuh cinta,


kasih, hati nurani, serta penuh keindahan.

Dengan sandang, pangan, papan, dan transportasi yang


sederhana, bersahaja, dan alami barulah kita dapat menikmati
hidup, menghargai berkah, tidak bersikap mubazir, bersyukur,
tidak bergaya hidup mewah, serta bersukacita, tidak dibuat-
buat. Demikian baru dapat menikmati keindahan kehidupan,
spirit kehidupan, dan hidup manusia yang mulia.

Dengan sandang, pangan, papan, dan transportasi yang


sederhana barulah kita tiada keakuan. Dengan sandang,
pangan, papan, dan transportasi yang bersahaja barulah kita
dapat melupakan keakuan. Dengan sandang, pangan, papan,
dan transportasi yang alami barulah kita dapat mengosongkan
keakuan. Dengan demikian barulah kita dapat menikmati
keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia
yang sunya.

Dengan sandang, pangan, papan, dan transportasi yang


sederhana barulah kita dapat memancarkan kegembiraan yang
indah. Dengan sandang, pangan, papan, dan transportasi yang
bersahaja, barulah kita dapat memancarkan kebahagiaan yang
indah. Dengan sandang, pangan, papan, dan transportasi yang
alamiah, barulah kita dapat memancarkan kesukacitaan yang
indah.

117
Estetika Pengamalan

Apabila kita dapat memancarkan keindahan bahagia, gembira,


dan sukacita, maka martabat hidup yang paling agung, luhur,
dan sakral akan terwujud. Dengan sendirinya kita dapat
menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup
manusia yang bahagia.

IV. Estetika Tiga Etika Publik (三共美學)


1. Tata Krama Publik - 公共禮儀
Menjaga hubungan baik dan harmonis antar sesama, saling
menghormati, jujur tulus dalam berinteraksi, menciptakan
hubungan harmonis antar sesama manusia, dan hubungan
harmonis antaramanusia dengan lingkungan. “Menghormati
segalanya, segalanya dihormati,” menghormati langit dan
bumi, menganggap langit dan bumi sebagai ayah bunda
kita. Menghormati tujuh miliar umat manusia, menganggap
semuanya sebagai saudara satu keluarga. Menghormati semua
hewan yang hidup di udara, darat, dan laut sebagai saudara
kita. Menghormati semua bunga, rumput, dan pepohonan,
menganggapnya sebagai anggota dalam keluarga besar
semesta. Menghormati martabat hidup semua makhluk.

Mengamalkan tata krama publik adalah perwujudan dari sifat


kodrati diri yang mahakasih. Mahakasih tiada keakuan. Dengan
demikian kita baru dapat menikmati keindahan kehidupan,
spirit kehidupan, dan hidup manusia yang mulia.

“Tuhan menganugerahkan hidup yang sungguh agung, luhur,


setara tiada perbedaan.” Manusia mengenal perbedaan
kaya-miskin, hina-mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek, namun
martabat hidup setiap manusia adalah paling mulia dan setara
tiada perbedaan. Meskipun ada perbedaan bangsa, suku, etnis,
ras, ajaran, kepercayaan, budaya, ideologi, tulisan, bahasa,
kebiasaan, tradisi, namun martabat hidup setiap manusia adalah
paling mulia dan setara tiada perbedaan. Kita semua adalah

118
Estetika Pengamalan

putra-putri dari Bunda Semesta, kita adalah satu keluarga,


karena itu sudah semestinya kita saling menghormati.

Walaupun dalam hubungan antarmanusia ada jauh-dekat, budi-


dendam, cinta-benci; walaupun seseorang sangat kita jauhi,
tidak kita sukai, kita benci dan dendam kepadanya, namun
martabat hidupnya adalah paling agung, sehingga kita wajib
menghormati mereka. Walaupun pengetahuan, pendidikan,
kemampuan, kepintaran, dan kecerdasan dia kalah dari kita,
kita tetap harus menghormatinya. Karena martabat hidup kita
sama, yaitu luhur dan agung.
2. Moralitas Publik - 公共道德
Menjaga dan mencintai spirit hidup bersama, eksistensi
bersama, keamanan bersama, kesehatan bersama, kekayaan
bersama, kehormatan bersama, sumber daya alam bersama,
serta lingkungan hidup bersama. Menampilkan estetika
sepuluh kebersamaan: hidup bersama, jaya bersama, kaya
bersama, bahagia bersama, tenang bersama, sadar bersama,
milik bersama, perolehan bersama, berkah bersama, dan sukses
bersama. Mewujudkan dunia yang memiliki sepuluh semangat
kebersamaan yang cemerlang dan indah.

Mengamalkan moralitas publik merupakan perwujudan sifat


kodrati diri yang tiada keakuan sehingga kita dapat menikmati
keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia
yang sunya.

Bumi milik kita bersama, tempat tinggal bagi semua manusia,


hewan, dan tetumbuhan! Bumi adalah satu-satunya tempat
hidup bersama dan tempat bersandar bagi semua makhluk
hidup.

Bumi adalah hidup kita bersama. Jika kelangsungan bumi

119
Estetika Pengamalan

dapat terjaga, barulah kita dapat hidup berkesinambungan.


Karena itu, kita wajib melindungi, mencintai, menjaga, dan
melestarikan bumi milik kita bersama.

Bumi adalah keselamatan kita bersama. Bila bumi aman


selamat, maka semua manusia, hewan, dan tetumbuhan baru
dapat selamat.

Bumi adalah sandaran kesehatan kita bersama. Bila kondisi


bumi sehat, maka semua manusia, hewan, dan tetumbuhan
baru dapat hidup sehat.

Bumi adalah kekayaan kita bersama, bukan milik orang


tertentu, juga bukan milik kelompok tertentu. Tidak ada
seorang pun yang dapat memperjualbelikan bumi. Juga tidak
ada seorangpun yang dapat menguasai dan memiliki bumi.

Bumi adalah kehormatan kita bersama. Kita bersama-sama


menjadikan bumi sebagai tempat hidup yang paling cocok bagi
semua manusia, hewan, dan tetumbuhan, juga tempat yang
paling selamat, sehat, dan bahagia. Inilah kehormatan terbesar
bagi semua manusia untuk mewujudkannya.“Manusia adalah
makhluk yang paling mulia” berarti manusia wajib menjaga
kehormatan bersama, membawakan kebahagiaan bagi semua
makhluk (manusia, hewan, dan tetumbuhan) yang hidup
bersama di bumi ini. Semua manusia, hewan, dan tetumbuhan
adalah komunitas bersama, hidup dalam satu kesatuan, saling
berkaitan dan bergantungan. Membuat bumi dapat hidup
berkesinambungan, inilah kehormatan yang wajib diemban
semua insan.

Bumi adalah sumber daya alam kita bersama. Selain cahaya


matahari dan udara sebagai sumber daya alam kita bersama,
juga ada air, bunga, rumput, pepohonan, biji-bijian, sayur-
sayuran, palawija, segala mineral dan kekayaan alam yang
ada di bumi, telaga serta lautan; semuanya juga sumber daya

120
Estetika Pengamalan

alam milik kita bersama. Tidak ada seorang pun yang berhak
menghambur-hamburkan dan memboros-boroskan sumber
daya alam milik bersama.Tidak ada seorangpun yang berhak
merusak, mencemari, dan menyia-nyiakan sumber daya alam
milik bersama. Siapapun yang mencemari udara, air, tanah,
lautan, sungai, danau serta merusak bunga, rumput, pepohonan,
biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan, atau palawija akan
menjadi musuh bersama.

Karena minim kesadaran dan tidak ada semangat moralitas


publik, manusia beranggapan bahwa dirinya adalah penguasa
dari bumi ini. Karena itu manusia bertindak semena-mena
terhadap alam, sesuka hati merusak dan menghancurkan alam,
menghambur-hamburkan dan memboroskan sumber daya
alam. Manusia menjadi dalang dan penyebab krisis bumi ini,
juga menjadi kuman penyakit dan virus yang membuat alam
menjadi rusak parah. Manusia juga menjadi penyebab utama
sakit, rusak, dan hancurnya bumi raya. Padahal bumi adalah
satu-satunya tempat hidup bagi semua manusia, hewan, serta
semua tetumbuhan. Betapa keselamatan semua manusia,
hewan, dan tetumbuhan telah terancam! Apabila manusia
terus-menerus mengabaikan moralitas publik, maka manusia
akan menghancurkan dirinya sendiri.

Bumi adalah habitat hidup kita bersama. Bumi yang indah


adalah tempat hidup kita yang sungguh indah permai, membuat
hidup kita semakin damai bahagia!

Keindahan bumi kita:


1). Yang tampak oleh mata kita
Keindahan semarak keemasan mentari saat terbit dari
ufuk timur; langit cerah nan indah, langit biru yang
membentang luas tak terbatas; tebaran mega aneka bentuk;
pelangi yang beraneka warna; lembayung senja bagai emas

121
Estetika Pengamalan

yang berkilauan; cahaya rembulan bagai perak menghiasi


semesta raya; gemerlap cahaya bintang memenuhi angkasa
bagai permata.

Keindahan gunung yang tinggi menjulang dengan gagah


perkasa; barisan pengunungan nan permai bagai lukisan;
hutan belantara dengan pepohonan yang rindang; padang
rumput yang hijau nan luas; bunga beraneka warna.

Telaga hijau berkilauan laksana cermin; jernihnya air


danau dan sungai hingga menembus dasarnya; samudra
raya membiru yang membentang luas; semilir angin yang
sejuk; riak air; gelombang padi dan gandum di hamparan
sawah yang luas; lautan bunga mempesona terhampar
menghias bumi; gelombang rerumputan yang bergelora.
Sungguh indah mempesona.

2). Yang didengar oleh telinga kita


Suara tetes air, rintik hujan, deru angin, kokok ayam,
kicauan serangga, meongan kucing, gonggongan anjing;
gemercik aliran sungai, deru air terjun, suara air pasang,
suara terjangan ombak; juga melodi yang indah, nyanyian
yang merdu, suara tawa bayi, celotehan anak-anak, tawa-
ria bocah-bocah polos, dan lainnya. Suara alam sungguh
mendamaikan jiwa.

3). Yang dibaui oleh hidung kita


Wangi alami bunga, rumput, kayu, tanah, teh, kopi, buah,
nasi, gandum, kacang, sayur, cendana, dan wangi gaharu.
Harum semerbak, sungguh membuat sekujur tubuh menjadi
leluasa.

122
Estetika Pengamalan

4). Yang dicicipi oleh mulut kita


Air putih, jus buah, kopi, teh, susu kacang, aneka teh
bunga, dan lainnya sungguh nikmat. Biji-bijian, sayur-
sayuran, buah-buahan, berbagai palawija sungguh enak.
Roti dan ubi yang baru selesai dipanggang; nasi, mie, aneka
kudapan yang disajikan segar, sungguh membuat orang
tergiur! Juga beraneka sayur-mayur dan buah-buahan yang
harum, sungguh membangkitkan selera kita.

Tuhan telah menganugerahkan tempat hidup bersama yang


sungguh membahagiakan. Mari kita cintai, lindungi, dan
kasihi bersama.

Mengasihi alam berarti mengasihi bumi. Demikian juga


mengasihi bumi berarti mengasihi alam. Alam adalah hidup kita
bersama. Alam adalah sumber sandaran hidup kita bersama.
Tidak merusak dan mencemari alam, keselamatan hidup kita
baru terjamin. Alam sehat, kita semua juga akan hidup sehat.
Alam adalah harta kekayaan milik kita bersama, bukan milik
siapapun. Alam adalah tempat tinggal semua manusia, hewan,
dan tetumbuhan. Manusia sebagai makhluk yang paling mulia.
Mempertahankan kesinambungan bumi merupakan kemuliaan
kita bersama. Alam adalah sumber daya alam kita bersama,
setiap manusia wajib melindungi, menjaga, mencintainya.
Alam adalah lingkungan hidup kita bersama, setiap manusia
wajib mengasihi dan menyayanginya.

Hanya dengan sungguh-sungguh melindungi dan mengasihi


alam; melindungi, mengasihi, dan memuliakan semua bentuk
kehidupan, kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga,
masyarakat, negara, dan dunia yang hidup bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia yang jaya bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,

123
Estetika Pengamalan

negara dan dunia yang kaya bersama;


kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia yang bahagia bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia yang tenang bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia yang sadar bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia yang memiliki bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia dengan perolehan bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia dengan berkah bersama;
kita baru dapat mewujudkan keindahan keluarga, masyarakat,
negara dan dunia yang sukses bersama.
mari, bersama kita wujudkan dunia sepuluh kebersamaan yang
cemerlang dan indah, dunia damai sentosa.

3. Ketertiban Publik - 公共秩序


Ketertiban publik berarti menjaga ketenangan dan
keharmonisan lingkungan bersama. Mewujudkan keindahan
manusia yang harmonis dengan alam, merealisasikan keluarga,
masyarakat, negara, dan dunia yang harmonis dengan alam.
Mewujudkan dunia satu keluarga, bumi satu keluarga, buana
satu keluarga, serta laksa negara satu keluarga.

Mematuhi ketertiban publik berarti mewujudkan sifat kodrati


diri yang maha adil dan bebas keakuan. Dengan demikian
barulah kita dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia yang bahagia.
Kebanyakan manusia sekarang tidak dapat mematuhi ketertiban
publik, tidak dapat menjaga ketenangan dan keharmonisan
lingkungan hidup bersama. Inilah penyebab krisis hidup
manusia.

124
Estetika Pengamalan

Ketertiban publik tidak hanya terbatas pada tidak membuat


kegaduhan dan kebisingan di tempat umum, atau harus antri.
Yang terpenting adalah menjaga keharmonisan antara manusia
dan alam! Kita sebagai manusia semestinya bersikap rendah
hati terhadap alam, menghormati, menjunjung, mengenal
budi, serta bersyukur kepada alam.

Sebagai manusia kita harus menyadari bahwa bumi bukan


ciptaan manusia. Matahari, bulan, dan bintang bukan ciptaan
manusia. Gunung, sungai, daratan, serta lautan bukan ciptaan
manusia. Barisan pegunungan, bukit, telaga, sungai, dataran
bukan ciptaan manusia. Demikian juga bunga, rumput, pohon,
dan hewan juga bukan ciptaan manusia.

Alam juga disebut langit bumi. Langit bumi ibarat ayah bunda
manusia. Langit bumi memberikan cahaya mentari, bulan,
udara, biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan, palawija, dan
air bagi umat manusia. Semua sandang, pangan, papan, dan
transportasi manusia tidak terlepas dari langit bumi. Langit bumi
senantiasa berdedikasi, memberi, serta mempersembahkan
kepada umat manusia tanpa pamrih dan tiada keakuan. Namun
pernahkah manusia mengucapkan “terima kasih” kepada
langit bumi!

Alam yang menghidupkan manusia, bukan manusia yang


menghidupkan alam semesta. Hidup manusia tergantung pada
alam, alam tanpa manusia tetap dapat hidup! Tetapi manusia
tanpa alam tidak mungkin dapat bertahan hidup!

Karena itu manusia semestinya harus bersyukur, hormat,


dan menjunjung alam. Manusia sudah semestinya semakin
mengasihi alam agar kita dapat tetap hidup berkesinambungan.
Namun apa daya, manusia tidak tahu menghormati,
memuliakan, dan mengasihi alam, tidak tahu hidup harmonis

125
Estetika Pengamalan

dengan alam. Sebaliknya malah sesuka hati merusak, melukai,


mencederai, dan menghancurkan alam. Secara wujud nyata
kita dapat melihat bagaimana alam telah dirusak, seperti
sembarangan membangun, sembarangan membuka ladang,
sembarangan menanam, dan sembarangan menebang.
Menggunakan tanah melampaui batas, tidak menghargai
bunga, rumput, dan pepohonan, sesuka hati merubah kontur
alam, merusak struktur tanah. Ditambah lagi, manusia semakin
tergila-gila pada industrialisasi, teknologi, materialisasi, serta
mengembangkan peternakan tanpa batas, sehingga banyak
emisi gas yang mencemari atmosfer yang menyebabkan polusi
pada tanah, air, sungai, dan lautan.

Secara tidak kasat mata manusia merusak alam dengan


ucapan, perbuatan, dan niat pikiran yang negatif dan tidak baik
dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuat energi kekerasan,
kekotoran, kejahatan memenuhi langit bumi, sehingga sirnalah
energi kesucian dan kebenaran di langit bumi, membuat alam
sakit parah.

Alam adalah sebuah sistem kehidupan makro. Kala jatuh sakit,


demi memulihkan diri, alam akan berusaha mengobati dirinya
sendiri. Kini sering terjadi gempa bumi, tsunami, cuaca panas
ekstrim, cuaca dingin ekstrim, angin badai, tornado (puting
beliung), gunung meletus, penyakit menular, banjir, tanah
longsor, kemarau, dan bencana alam lainnya. Semua anomali
ini sesungguhnya adalah proses pengobatan diri pada alam
semesta.

Alam meminjam anomali iklim untuk mengobati diri. Jika


umat manusia masih tidak menyadarinya, maka anomali iklim
akan semakin parah. Karena proses pengobatan diri alam ini
akan semakin kuat dan intensif. Saat alam mengobati diri,
manusia pasti mengalami musibah besar.

126
Estetika Pengamalan

Demi jalan hidup manusia yang berkesinambungan, secara


eksternal kita harus harmonis dengan alam, menghormati,
mensyukuri, dan mengasihi alam. Secara internal,
mengharmoniskan jiwa raga sendiri. Mengembangkan energi
dan medan magnet positif dalam diri. Dengan demikian, baru
kita dapat bertahan hidup saat alam mengobati diri. Solusinya,
mulai dari mengharmoniskan jiwa raga sendiri. Dan upaya
mengharmoniskan jiwa raga sendiri dimulai dari pengamalan
akan pandangan kehidupan yang baru, pandangan spirit
kehidupan yang baru, pandangan hidup manusia yang baru,
pandangan kelangsungan hidup yang baru, dan pandangan
nilai hidup yang baru. Agar setiap manusia dapat memancarkan
keindahan yang mulia, sunya, dan bahagia, serta melahirkan
energi dan medan magnet yang positif dan bahagia untuk
melindungi diri. Hanya dengan hidup harmonis dengan alam,
barulah dunia satu keluarga, bumi satu keluarga, buana satu
keluarga, serta laksa negara satu keluarga akan terwujud di
depan mata!

127
Estetika Pengamalan

128
Bab 4
Proses Estetika
Kehidupan
Senantiasa mengamalkan ‘estetika kehidupan’,
barulah seseorang dapat memancarkan sifat kodrati
yang mulia, sunya, dan bahagia. Dengan demikian
barulah dapat mewujudkan keluarga, masyarakat,
negara, dan dunia yang penuh kemuliaan, kesunyaan,
dan kebahagiaan yang indah.

129
Proses Estetika Kehidupan

1. Mencapai Sifat Kodrati (Watak Sejati) yang Mulia


(成就莊嚴之美的本性)

‘Kembali kepada diri kodrati yang dipenuhi dengan


medan magnet dan energi positif’

Dengan senantiasa mengamalkan tiga estetika antusiasme,
tiga estetika kedamaian, tiga estetika kesederhanaan, dan tiga
estetika etika publik, maka berpancarlah keindahan sifat kodrati
yang mulia. Setelah seseorang mampu memancarkan keindahan
sifat kodrati yang mulia, maka setiap tutur kata, perilaku, dan
niat pikirannya akan dipenuhi dengan medan magnet dan energi
positif. Sehingga ia dapat menikmati keindahan kehidupan,
spirit kehidupan, dan hidup manusia yang mulia. Dengan
demikian baru dapat mewujudkan keindahan jiwa-raga yang
mulia, mewujudkan keluarga, masyarakat, negara, dan dunia
yang penuh keindahan yang mulia.

(1). Keindahan jiwa raga yang mulia - 莊嚴之美的身心


• Di kala kepala menengadah memandang bentangan langit,
dalam lubuk hati tidak timbul rasa bersalah terhadap
langit. Di kala kepala menunduk menatap hamparan bumi,
tiada pula rasa bersalah terhadap bumi ini. Demikian juga
terhadap sesama umat manusia, jauh di dasar hati, tiada
rasa bersalah yang menghakimi diri. Dalam hati bebas
leluasa, tiada deraan, Nurani terang berpancar. Inilah yang
dimaksud dengan keindahan jiwa dan raga yang mulia.
• Menghormati diri sendiri juga menghormati langit dan
bumi, menghormati semua insan manusia, menghormati
semua makhluk hidup dan laksa benda, menghormati
semua hewan; menjunjung kemuliaan hidup sendiri, juga
menjunjung kemuliaan hidup semua bentuk kehidupan.
Inilah “keindahan yang mulia“.

Melindungi, mengasihi, dan memuliakan kehidupan

130
Proses Estetika Kehidupan

diri sendiri, namun juga melindungi, mengasihi, dan


memuliakan kehidupan orang lain. Inilah “keindahan
yang mulia“. Semua ucap kata, perilaku, dan niat pikiran
dipenuhi dengan medan magnet dan energi positif. Inilah
keindahan yang mulia dari jiwa-raga yang harmonis.
• Kemuliaan adalah sebuah keindahan. Mulia bukan berarti
sikap disiplin dan wibawa yang kaku, bukan doktrin, juga
bukan sikap formalitas. Mulia adalah sebuah kekuatan
medan magnet dan energi positif yang dipancarkan dari
jiwa dan raga seseorang, yang dapat menggugah hati setiap
insan sehingga melahirkan rasa hormat yang mendalam
kepadanya.
• “Di kala kaya tidak memamerkan kekayaan; di kala miskin
tetap berteguh di jalan hidup yang benar, tidak menodai niat
suci nan jujur. Di kala berkuasa, tidak bertindak semena-
mena menyalahgunakan kekuasaan.” Inilah “keindahan
yang mulia”.
• Senantiasa memancarkan aura kebenaran - 正氣, aura
integritas-義氣, aura Ketuhanan - 道氣, dan aura kebajikan
-善氣. Inilah “keindahan yang mulia”.

(2). Keindahan keluarga yang mulia - 莊嚴之美的家庭


• Setiap anggota keluarga bertutur kata, berpikir, dan
berperilaku secara positif, maka keluarga itu akan dipenuhi
oleh aura Keharmonisan - 和氣.
• Bukan hanya sebuah keluarga yang mesra, namun sebuah
keluarga yang juga memahami dan mengamalkan nilai-
nilai etika: hangat - 溫, bajik -良, hormat - 恭, hemat - 儉,
dan mengalah - 讓.
• Sebuah keluarga tidak hanya saling menyayangi, saling
menghibur, saling memotivasi, saling memaafkan, dan
saling pengertian, tetapi sebuah keluarga juga harus
memiliki jiwa dan perilaku yang setia - 忠, bakti - 孝, welas

131
Proses Estetika Kehidupan

asih - 仁, dan adil-berintegritas - 義.


• Seluruh anggota keluarga bersatu hati dengan semangat
juang yang bulat, namun dapat membedakan dengan jelas
bajik dan jahat, benar dan salah.

Seluruh anggota keluarga mengamalkan sikap antusias
bekerja, antusias berhubungan dengan sesama, antusias
mengasihi kehidupan. Juga satu sama lain mengamalkan
sikap mengenal budi, bersyukur, dan membalas budi langit-
bumi, negara, masyarakat, keluarga, kepada umat manusia
dan dunia beserta segala isinya.
• Sebagai ayah dan bunda tidak hanya sebatas mengasihi,
membesarkan, dan melindungi putra-putrinya, namun juga
bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang
benar, paling mendasar dan menyeluruh, yaitu pendidikan
karakter, moral, dan ekologi kepada anak sejak usia dini,
sehingga terbina jiwa dan wawasan ‘dunia satu keluarga’
dan selanjutnya memiliki aspirasi dan cita-cita mulia
mewujudkan ‘dunia satu keluarga’.

(3). Keindahan masyarakat yang mulia - 莊嚴之美的社會


• Seluruh anggota masyarakat berpikir, berkomunikasi, dan
berinteraksi secara positif, sehingga kehidupan masyarakat
penuh dengan aura kerukunan dan kedamaian - 寧氣.
• Sebuah masyarakat yang tidak hanya maju dan kaya dalam
peradaban materi, namun juga maju dalam peradaban
mental dan spiritual. Inilah jalan kelangsungan hidup umat
manusia, juga sebuah langkah maju evolusi hidup umat
manusia.
• Setiap warga menjalani kehidupan mental dan spiritual
yang maju dan kaya, sehingga memancarkan medan magnet
dan energi yang positif. Karena itu tidak ada lagi kekerasan,
kekotoran, kejahatan, dan kegelapan di tengah masyarakat.
• Setiap warga kaya akan kehidupan mental dan spiritual,

132
Proses Estetika Kehidupan

sehingga dalam kehidupan bermasyarakat saling


menghargai dan mengasihi, baik antara atasan terhadap
bawahan, maupun bawahan terhadap atasan, atau antara
sesama rekan. Tiada lagi diskriminasi, gosip, persaingan,
dan permusuhan.
• Sebaliknya apabila sebuah masyarakat hanya dipenuhi
oleh nafsu dan hasrat naluri hewani saja, maka lingkungan
masyarakat tersebut akan menjadi medan peperangan, yang
kuat menindas yang lemah. Setiap orang berlomba untuk
mendapatkan kepuasan kehidupan materi semata. Hanya
dengan membangun sebuah masyarakat yang dipenuhi oleh
peradaban mental dan spiritual, barulah ada kedamaian
dan keharmonisan hidup di dalamnya. Seluruh warganya
hidup di lingkungan yang penuh sukacita dan kebahagiaan,
menikmati kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia
yang indah dan bermakna.

(4). Keindahan Negara yang mulia - 莊嚴之美的國家


• Seluruh rakyat yang senantiasa bertutur kata, berpikir, dan
berperilaku secara positif sehingga seluruh pelosok negara
dipenuhi hawa kedamaian - 泰氣.
• Pemerintahan bersih karena pejabat yang dipilih adalah
orang yang berkebajikan dan berkemampuan untuk
melayani masyarakat.
• Pejabat mencintai negara dan rakyat bagai mencintai
keluarga dan anak sendiri. Sehingga tidak ada perilaku
korupsi ataupun melakukan tindakan melawan hukum
lainnya.
• Dalam mengatur negara, pejabat mengabdi dengan
panggilan hati mendatangkan berkah bagi orang lain - 利
他, senantiasa memikirkan nasib dan masa depan negara
dan rakyat, serta memikirkan masa depan dunia.
• Dalam mengatur negara, pejabat mengabdi dengan

133
Proses Estetika Kehidupan

panggilan hati mendatangkan berkah bagi orang lain - 利


他, dengan tujuan akhir senantiasa ingin membahagiakan
negara, rakyat, dan dunia.

Dalam mengatur negara, pejabat mengabdi dengan
panggilan hati mendatangkan berkah bagi orang lain - 利
他, dengan harapan dan tekad tertinggi senantiasa ingin
memakmurkan negara, rakyat, dan dunia.

Dalam mengatur negara, pejabat mengabdi dengan
panggilan hati mendatangkan berkah bagi orang lain - 利
他, senantiasa mendidik dan menuntun rakyatnya dengan
semangat kesetiaan, bakti, welas asih, dan adil-berintegritas.
• Dalam mengatur negara, pejabat mengabdi dengan panggil-
an hati mendatangkan berkah bagi orang lain - 利他, tidak
ada lagi pejabat yang serakah dan pengusaha yang kotor.
Segala bidang berjaya, rakyat makmur sentosa. Setiap
individu tidak lagi memikirkan kepentingan diri pribadi,
tetapi mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
• Dalam mengatur negara, pejabat mengabdi dengan
panggilan hati mendatangkan berkah bagi orang lain - 利
他, sehingga segenap rakyatnya di dalam kehidupan sosial
bermasyarakat akan senantiasa saling berbagi kebaikan,
saling mengasihi sesama dan semua makhluk, serta
mengasihi dan bersyukur kepada langit dan bumi.

(5). Keindahan Dunia yang mulia - 莊嚴之美的世界


• Seluruh penduduk dunia bertutur kata, berpikir, dan
berperilaku secara positif, sehingga dunia dipenuhi dengan
aura kebenaran -正氣.
• Sebuah dunia di mana tiada diskriminasi terhadap perbedaan
bangsa, suku, warna kulit, dan ras.
• Sebuah dunia di mana tiada diskriminasi terhadap perbedaan
ajaran, kepercayaan, budaya, adat istiadat, dan kebiasaan.
• Sebuah dunia di mana tidak ada lagi penindasan negara

134
Proses Estetika Kehidupan

besar terhadap negara kecil, penjajahan negara adidaya


terhadap negara lemah.
• Sebuah dunia di mana tiada kejahatan, kegelapan, dan
kekacauan.
• Sebuah dunia yang harmonis dengan alam.
• Sebuah dunia yang kaya akan peradaban mental dan spiritual
yang memenuhi dan menyelimuti seluruh sudut dunia.

2. Mencapai Sifat Kodrati (Watak Sejati) yang Sunya


(成就空靈之美的本性)

‘Kembali kepada sifat kodrati yang paling asal, wajar


alami, dan sederhana’

Dengan senantiasa mengamalkan tiga estetika antusiasme,


tiga estetika kedamaian, tiga estetika kesederhanaan, dan tiga
estetika etika publik, maka akan berpancarlah keindahan sifat
kodrati yang sunya. Ketika seseorang mampu memancarkan
keindahan sifat kodrati yang sunya, maka kita baru dapat
memancarkan tutur kata, pikiran, tindak perilaku yang kodrati,
wajar alami, dan sederhana; baru dapat menikmati keindahan
kehidupan, spirit kehidupan, dan jalan kehidupan yang sunya;
dengan demikian baru dapat memancarkan keindahan jiwa-raga
yang sunya, mewujudkan keluarga, masyarakat, negara, dan
dunia yang memancarkan keindahan sunya.

(1). Keindahan Jiwa Raga yang Sunya - 空靈之美的身心


• Jiwa dan raga senantiasa memancarkan sifat kodrati diri yang
paling asal,wajar alami, dan sederhana.
• ‘Mengosongkan diri, mengembalikan jiwa-raga ke kosong
tiada’ maka tercapailah jiwa-raga yang bebas leluasa.
• Jiwa dan raga yang bebas leluasa dalam setiap kondisi
kehidupan: kaya-miskin, mulia-hina, pintar-bodoh, cantik-
jelek.

135
Proses Estetika Kehidupan


Jiwa dan raga yang bebas leluasa dalam setiap situasi
kehidupan, yaitu saat menerima pujian-hinaan,
mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan,
sukses-gagal.
• Baik masalah besar maupun kecil, jika telah berlalu maka
biarkan berlalu. Saat masalah datang, seketika dihadapi;
saat masalah selesai, hatipun tenang kembali. Itulah jiwa
dan raga yang sunya.
• Pada hakekatnya jiwa-raga ini tenang, damai, dan tiada
noda. Oleh karena itu, tidak harus bersusah payah
mencari ketenangan dan kedamaian di luar diri melalui
berbagai metode pembinaan. Sesungguhnya secara kodrati
kedamaian telah ada dalam diri kita.

(2). Keindahan Keluarga yang Sunya - 空靈之美的家庭


• Setiap anggota keluarga senantiasa berpikir, bertutur kata,
dan berperilaku sejalan dengan sifat kodrati yang paling
asal, wajar alami, dan sederhana. Sehingga keluarga
senantiasa dipenuhi dengan aura sukacita - 悅氣.
• Saat berada dalam kondisi kaya berlimpah atau dalam
kondisi miskin nestapa, pemenuhan kebutuhan hidup
seperti sandang, pangan, papan, dan transportasi tidak
meninggalkan estetika kesederhanaan, kesahajaan, dan
kealamian.
• Dalam sebuah keluarga yang memancarkan keindahan
sunya, saat hidup dalam kekayaan tidak terbuai oleh
kekayaan, saat berada dalam kemiskinan tidak terjerat oleh
kemiskinan; saat menjadi tenar dan sukses tidak terlena
oleh ketenaran dan kesuksesan, saat berada dalam kesulitan,
tidak terperangkap dalam kesulitan.
• Meski dalam kehidupan berkeluarga, materi merupakan
kebutuhan yang mendasar, namun kehidupan mental juga

136
Proses Estetika Kehidupan

merupakan sebuah kebutuhan yang harus diutamakan.


Terlebih kehidupan spiritual (mengosongkan diri dan
mengembalikan jiwa-raga ke kosong tiada) adalah sumber
kekuatan yang akan membuat hidup menjadi benar-benar
indah.

(3). Keindahan Masyarakat yang Sunya - 空靈之美的社會


• Setiap anggota masyarakat senantiasa berpikir, bertutur kata,
dan berperilaku sejalan dengan sifat kodrati yang paling
asal, wajar alami, dan sederhana, sehingga masyarakat pun
memancarkan aura spiritual - 靈氣 yang kuat.
• Antar sesama anggota masyarakat tiada sikap saling
membandingkan dan membedakan tinggi-rendah derajat
kehidupan, membandingkan antara yang sukses dan
gagal, yang menang dan yang kalah, yang superior dan
yang inferior; tidak membandingkan kekayaan siapa yang
lebih banyak, kedudukan dan jabatan siapa yang lebih
tinggi, dan kekuasaan siapa yang lebih besar, serta tidak
membandingkan harkat hidup berdasarkan materi dan harta
benda. Inilah jalan menuju sebuah masyarakat yang damai
dan harmonis.
• Peradaban materi merupakan motor penggerak kemajuan
dan perkembangan dalam masyarakat, namun peradaban
mental dan spiritual merupakan fondasi bagi kedamaian
dan keharmonisan dalam masyarakat.
• Sebuah masyarakat yang memiliki peradaban memuliakan
martabat semua bentuk kehidupan pasti mengedepankan
pola makan dan minum yang sederhana, bersahaja, dan
alami. Merasakan harumnya sepiring nasi, roti, sayuran,
buah-buahan, secangkir teh dan kopi, dan lain sebagainya.
Sebuah masyarakat yang sungguh-sungguh menikmati
anugerah Tuhan yang tak terhingga. Sebuah estetika
kehidupan dengan gaya hidup dan selera tingkat tinggi.

137
Proses Estetika Kehidupan

Seorang manusia yang benar-benar beradab tidak akan


membangun hidupnya di atas hak hidup makhluk lain.

(4).Keindahan Negara yang Sunya -空靈之美的國家


• Setiap warga negara senantiasa berpikir, bertutur kata, dan
berperilaku sejalan dengan sifat kodrati yang paling kodrati,
wajar alami, dan sederhana. Dengan demikian negara akan
dipenuhi dengan aura kemurnian -純氣.
• Negara yang seluruh rakyatnya baik dalam berpikir, bertutur
kata, dan berperilaku penuh nuansa kodrati, kealamian, dan
kesederhanaan
• Negara yang seluruh rakyatnya baik dalam hal sandang,
pangan, papan, dan transportasi tidak meninggalkan nilai
keindahan kesederhanaan, kesahajaan, dan kealamian.
• Negara yang seluruh rakyatnya tidak lagi berbuat kriminal,
tidak melakukan kejahatan. Melainkan selalu melakukan
kebaikan tanpa pamrih, tanpa perlu dikenal, dan tidak
meninggalkan jejak.
• Negara yang seluruh rakyatnya antusias dalam bekerja,
bekerja menjadi bagian dari hidup, hidupnya dipenuhi
dengan semangat bekerja. Melalui bekerja, terus
memberikan kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
Setiap hari, bulan, dan tahun, senantiasa bekerja untuk
mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
Namun dalam hati tidak menuntut pamrih bahkan ucapan
terima kasih dari orang lain.

(5). Keindahan Dunia yang Sunya -空靈之美的世界


Berpijak di ketinggian sunya, maka akan memandang
dunia dengan luas :
• Seluruh penduduk dunia senantiasa berpikir, bertutur kata,
dan berperilaku sejalan dengan sifat kodrati yang paling
asal, paling wajar alami, dan paling sederhana. Maka dunia

138
Proses Estetika Kehidupan

diselimuti oleh aura cinta kasih -慈氣.


• Langit luas membentang laksaan mil, adakah batas negara?
Terang sinar mentari menyinari bumi raya, adakah batas
negara? Lembut sinar rembulan menyelimuti bumi,
apakah ada batas negara? Awan bebas berkelana ke
empat penjuru dunia, apakah dibatasi oleh negara? Udara
mengisi seluruh bumi raya, apakah dibatasi oleh perbedaan
negara? Samudera membentang luas tak bertepi, apakah
ada batas negara? Sumber air mengalir ke sungai, adakah
membedakan negara? Gugusan gunung hijau saling bertaut,
adakah batas negara? Burung terbang tinggi melintasi
belahan dunia, apakah ada batas negara? Ikan berenang
menjelajahi luasnya samudera, adakah batas negara?
• Di tengah jagad raya yang mahaluas, bola bumi saja terlihat
sangat kecil, bahkan seperti tiada! Kita, manusia tinggal
di dalam bola bumi yang begitu kecil. Lantas di manalah
perbedaan bangsa, suku, etnis, dan warna kulit? Masihkah
ada perbedaan ajaran, kepercayaan, budaya, adat istiadat,
dan kebiasaan? Di mana lagi perbedaan tulisan dan bahasa?
Apalah artinya perbedaan kaya-miskin, mulia-hina, pintar-
bodoh, cantik-jelek? Jadi sesungguhnya seluruh umat
manusia di bumi adalah satu, pada dasarnya kita adalah satu
keluarga.
• Di tengah jagad raya yang mahaluas, terlihat betapa bumi
sangat kecil bagai setitik debu. Namun inilah satu-satunya
planet yang diketahui paling indah. Bumi adalah tempat
insan manusia tinggal, sebuah tempat yang menampilkan
keindahan alami yang paling nyata.

139
Proses Estetika Kehidupan

3. Mencapai Keindahan Sifat Kodrati (Watak Sejati)


yang Bahagia (成就幸福之美的本性)

‘Kembali kepada sifat kodrati yang paling mulia, luhur,


dan sakral’
Dengan senantiasa mengamalkan tiga estetika antusiasme,
tiga estetika kedamaian, tiga estetika kesederhanaan, dan tiga
estetika etika publik, barulah seseorang dapat memancarkan
martabat hidup yang paling agung, luhur, dan sakral; dapat
menikmati keindahan kehidupan, spirit kehidupan, dan
hidup manusia yang bahagia; dengan demikian barulah dapat
memancarkan keindahan jiwa-raga yang bahagia, mewujudkan
keluarga, masyarakat, negara, dan dunia yang penuh keindahan
yang bahagia.

(1). Keindahan Jiwa Raga yang Bahagia - 幸福之美的身心


• Jiwa dan raga senantiasa memancarkan martabat hidup
yang paling agung, luhur, dan sakral.
• Mampu merealisasikan keindahan yang mulia dan keindahan
yang sunya, barulah dapat memancarkan keindahan yang
bahagia.
• Senantiasa dapat menunjukkan “Kebahagiaan ada sini dan
sekarang juga” - 幸福就在當下.
• Selalu berteguh pada prinsip, “Hidup tak ternilai,
kebahagiaan juga tak ternilai.” Setiap detik dan menit hidup
dengan bahagia, barulah disebut hidup yang mulia.
• Senantiasa menampilkan “Kebahagiaan tak ternilai, hidup
sebagai manusia adalah tak ternilai.” Saya bisa menarik dan
menghembuskan napas, jantung saya masih berdetak yang
menandakan saya masih hidup; menyadari kenyataan ini
sudah membuat diri sangat bahagia.
• Senantiasa berteguh dalam kondisi hati bahagia, berarti

140
Proses Estetika Kehidupan

sudah mewujudkan ‘dunia satu keluarga’.


• Sifat kodrati manusia adalah bahagia, gembira, dan
sukacita. Hanya dengan memancarkan sifat kodrati yang
bahagia, gembira, dan sukacita, maka bahagia, gembira,
dan sukacita akan hadir setiap saat dan setiap waktu.

(2). Keindahan Keluarga yang Bahagia - 幸福之美的家庭


• Setiap anggota keluarga dalam bertutur kata, berpikir, dan
berperilaku senantiasa memancarkan martabat hidup yang
paling agung, luhur, dan sakral, sehingga seluruh anggota
keluarga dipenuhi aura kesukacitaan - 喜氣.
• Sudah mengamalkan keindahan keluarga yang mulia dan
sunya, barulah memiliki keindahan keluarga yang bahagia.
• Di tengah keluarga yang bahagia ada suami yang bahagia,
istri yang bahagia, ada orang tua yang bahagia, ada anak-
anak yang bahagia, ada kakak-adik yang bahagia. Bersama-
sama menikmati indahnya kebahagiaan dalam keluarga
bagai di surga. Bersama hidup dalam lautan kasih yang
rukun nan harmonis.
• Dalam keluarga yang bahagia, setiap anggota keluarga
menjunjung tinggi nilai dan harkat manusia. Sehingga ketika
hidup dalam limpahan kekayaan senantiasa berbahagia,
namun bila hidup dalam kemiskinan juga berbahagia.
Memiliki wajah yang rupawan berbahagia, namun berwajah
tidak rupawan juga berbahagia. Memiliki kemampuan
intelektual tinggi berbahagia, namun berintelektual biasa
juga berbahagia.
• Kebahagiaan yang tertinggi adalah terwujudnya ‘dunia
satu keluarga’. Oleh karena itu, setiap anggota keluarga
hendaknya memiliki ideologi, wawasan, dan semangat
‘dunia satu keluarga’.
• Dalam keluarga yang bahagia, seluruh anggota keluarga

141
Proses Estetika Kehidupan

selalu berhati kasih, berperilaku kasih, dan berwajah penuh


senyuman kasih. Oleh karena itu, suami-istri hidup saling
mengasihi dan menyayangi. Meski usia terus bertambah,
kasih orang tua pada anak, bakti anak pada orangtua, dan
ikatan kasih persaudaraan kakak-adik tidak usang dimakan
waktu. Selamanya tidak berubah, selamanya berbahagia.

(3). Keindahan Masyarakat yang Bahagia -幸福之美的社會


• Setiap anggota masyarakat dalam bertutur kata, berpikir,
dan berperilaku senantiasa memancarkan martabat hidup
yang paling agung, luhur, dan sakral, sehingga seluruh
lapisan masyarakat dipenuhi aura penuh berkah - 福氣.
• Setelah mewujudkan keindahan masyarakat yang mulia
dan sunya, barulah bisa menggapai keindahan masyarakat
yang bahagia.
• Karena seluruh lapisan masyarakat mampu memancarkan
sifat kodrati yang bahagia, maka tidak ada lagi keresahan
dalam masyarakat yang ditimbulkan oleh perbuatan
mencuri, merampok, dan tindak kekerasan. Demikian juga
tidak ada lagi perbuatan tipu muslihat dan akal jahat.
• Karena seluruh lapisan masyarakat menampilkan keindahan
sifat kodrati yang bahagia, maka semua orangpun mematuhi
moralitas bermasyarakat. Tiada lagi polusi udara, polusi
tanah, polusi air, dan makanan yang tercemar. Demikian
juga tidak akan terjadi semua tindakan penebangan hutan
maupun pertambangan yang merusak alam.
• Karena seluruh lapisan masyarakat menampilkan keindahan
sifat kodrati yang bahagia, maka kehidupan bermasyarakat
pun dipenuhi kebahagiaan. Di setiap desa hingga kota
dapat dijumpai pegawai yang bahagia, petani yang bahagia,
buruh yang bahagia, pengusaha yang bahagia, prajurit
yang bahagia, pegawai negeri yang bahagia, guru yang

142
Proses Estetika Kehidupan

bahagia, murid yang bahagia, semua profesi hidup dalam


kebahagiaan dan keharmonisan. Tiada lagi perseteruan
antarsuku, ras, ajaran, dan daerah. Semua hidup rukun
harmonis bagai saudara, hidup dalam persaudaraan yang
bahagia.
• Karena seluruh lapisan masyarakat telah menampilkan sifat
kodrati yang bahagia, maka dalam kehidupan bermasyarakat
akan dipenuhi oleh kegembiraan dan kesukacitaan, penuh
integritas dan keadilan, penuh belas kasih dan welas asih,
serta penuh kedamaian dan keberuntungan. Segala bentuk
kekerasan, kejahatan, dosa, kekotoran, dan kegelapan sirna
dengan sendirinya. Kemiskinan, kelaparan, dan krisis pun
sirna.
• Karena seluruh lapisan masyarakat mampu menampilkan
sifat kodrati yang bahagia, maka setiap orang yang hidup
di masyarakat - baik kaya maupun miskin, pintar maupun
bodoh, cantik maupun jelek, pria maupun wanita, tua
maupun muda - semuanya hidup dalam kebahagiaan.

(4). Keindahan Negara yang Bahagia -幸福之美的國家


• Setiap warga negara dalam berpikir, bertutur kata, dan
berperilaku senantiasa memancarkan martabat hidup yang
paling agung, luhur, dan sakral, sehingga negara akan
dipenuhi dengan aura kegembiraan - 怡氣.
• Setelah mewujudkan negara yang penuh keindahan yang
mulia dan keindahan yang sunya, barulah bisa mencapai
negara yang penuh keindahan yang bahagia.
• Pemerintah yang bahagia, pejabat yang bahagia, dan rakyat
yang bahagia akan membentuk sebuah negara yang bahagia
pula. Sebagai pemerintah selalu meletakkan kebahagiaan
rakyat dan negara sebagai tanggung jawab dan tujuan
utamanya.

143
Proses Estetika Kehidupan

• Dalam sebuah negara yang penuh keindahan bahagia,


setiap individu selalu membawakan kebahagiaan bagi
sesama, membawakan kebahagiaan hingga ke setiap sudut
negara.Tidak hanya kepada sesama umat manusia, namun
juga membawakan kebahagiaan bagi semua makhluk
hidup yang ada di udara, di air, dan di daratan serta semua
tumbuhan.
• Dalam sebuah negara yang penuh keindahan bahagia,
kebahagiaan terpancar di mana pun berada.
• Kebahagiaan ada dalam gugusan gunung nan perkasa;
lembah hijau nan permai; kelokan air sungai nan elok;
danau nan tenang; jajaran bukit nan gagah; pantai nan
indah; hutan belantara nan rimbun; padang rumput nan
hijau; pepohonan nan rindang; hamparan sawah nan subur;
dan pada bunga-bunga yang penuh warna-warni. Dari
puncak gunung yang menjulang tinggi hingga ke dataran
lembah dan dalam lautan, dari pusat kota hingga ke pelosok
desa, dari jalan raya hingga jalan setapak, seluruhnya
begitu bersih dan rapi. Di setiap sudut dan tempat dapat
dirasakan hembusan udara yang bersih nan segar, ditambah
aroma harum bunga-bunga, harum pepohonan, dan harum
buah-buahan. Sungguh sebuah panorama yang indah penuh
aroma kebahagiaan.
• Setiap warga hidup dalam kebahagiaan. Meskipun
ada hakim tapi tidak ada perkara pelanggaran hukum.
Meskipun ada polisi tapi tidak ada tindak pidana. Meskipun
ada hukum yang mengatur namun tidak ada pelanggaran.
Karena semua orang taat dan patuh pada hukum.
• Bila jiwa dan raga setiap orang telah memancarkan
energi kebahagiaan; setiap keluarga memancarkan energi
kebahagiaan; setiap masyarakat memancarkan energi
kebahagiaan, niscaya negara pun akan bebas dari bencana,
rakyat hidup damai sentosa, sehat, dan kaya berlimpah!

144
Proses Estetika Kehidupan

(5). Keindahan Dunia yang Bahagia-幸福之美的世界


• Seluruh penduduk dunia dalam berpikir, bertutur kata,
dan berperilaku senantiasa memancarkan martabat hidup
yang paling agung, luhur, dan sakral, sehingga seisi dunia
dipenuhi aura keberuntungan-瑞氣.
• Setelah seluruh negara menampilkan keindahan yang
mulia, sunya, dan bahagia, maka dunia yang bahagia baru
dapat terwujud.
• Tanpa membedakan bangsa, suku, ras, warna kulit, budaya,
adat-istiadat, kebiasaan, bahasa, dan tulisan, semua hidup
dalam kebahagiaan. ‘Keyakinan bersama warga dunia
terwujud’, setiap umat manusia tanpa terkecuali akan hidup
bahagia.
• Seluruh penduduk dunia mampu menampilkan pesona
keindahan alami manusia. Senantiasa berhadapan dan
berinteraksi dengan seluruh anggota alam semesta ini
dengan kerendahan hati, rasa syukur, saling mengasihi
dan menghormati, maka langit-bumi pun semakin indah,
dan segala bentuk kehidupan pun menjadi semakin indah.
Langit semakin biru, awan semakin putih, rumput semakin
hijau, pepohonan semakin rimbun, air semakin jernih,
udara semakin segar, bunga semakin harum semerbak,
kicau burung semakin merdu, gunung semakin gagah, sinar
mentari semakin cerah, sinar rembulan semakin lembut,
sinar bintang semakin gemerlapan, dan sebagainya.
• Di dalam dunia yang memancarkan keindahan yang bahagia,
adakah negara adidaya? Negara mana yang kecil? Negara
mana yang superpower? Negara mana yang lemah? Negara
mana yang kaya? Negara mana yang miskin? Semua itu
tidaklah penting! Karena yang menjadi fokus semua orang
adalah, apakah negara kami adalah negara yang bahagia?
• Di dalam dunia yang penuh keindahan yang bahagia,

145
Proses Estetika Kehidupan

hubungan antarnegara dibangun di atas nilai-nilai moral


dan keadilan. Bukan di atas perhitungan untung-rugi negara
masing-masing. Kepentingan seluruh dunia dan seluruh
umat manusia berada di atas kepentingan negara masing-
masing; setiap negara menjadikan nilai keharmonisan
sebagai landasan membangun persahabatan antar negara.
Setiap orang mencintai perdamaian. Dengan demikian di
dunia tiada lagi segala bentuk peperangan, tiada lagi aksi
teroris, tidak ada kekerasan, tiada lagi musibah dan bencana,
meninggalkan dosa dan kegelapan.
• Di dalam dunia yang penuh kebahagiaan yang indah,
peradaban materi yang berlimpah mendatangkan
kebahagiaan bersama; peradaban mental yang berlimpah
membawakan kebahagiaan bagi sesama; peradaban
spiritual yang berlimpah membawakan kebahagiaan yang
tak terhingga.

146
Bab 5
Membangun
Hidup Yang
Berkesinambungan
Program merintis budaya baru, peradaban baru, konsep
nilai baru, dan moralitas baru umat manusia bertujuan untuk
membangun jalan kelangsungan hidup yang berkesinambungan
bagi seluruh umat manusia

147
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

Program perintisan budaya baru - 新文化, peradaban baru - 新文


明, konsep nilai baru - 新價值, dan moralitas baru - 新道德 umat
manusia bertujuan untuk membangun jalan kelangsungan hidup
yang berkesinambungan bagi seluruh umat manusia, juga bertujuan
menciptakan sebuah jalan kesukacitaan dan kebahagiaan yang
sejati bagi umat manusia. Peradaban manusia telah memasuki
abad ke-21, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai
puncak kejayaannya, kemakmuran kehidupan materi pun telah
melampaui catatan sejarah kehidupan manusia yang pernah ada.
Namun sampai hari ini dunia masih terbelenggu oleh kekerasan,
peperangan, bahkan terorisme. Ekosistem alam semakin rusak,
perubahan iklim tak menentu, dan penyakit menular semakin
tak terkendali. Moralitas manusia semakin merosot, persaingan
hidup semakin keras, hubungan antarmanusia semakin dingin
tak bersahabat, nilai keadilan dan kemanusiaan dalam kehidupan
bermasyarakat semakin terenggut. Semua ini mengakibatkan
umat manusia hidup dalam kecemasan dan ketidaktenangan,
menghadapi ketidakpastian masa depan dengan gamang dan
bimbang. Sungguh sebuah cermin kehidupan yang tidak bahagia!

Sesungguhnya apa kekeliruan pada budaya, peradaban, konsep


nilai, dan moralitas hidup umat manusia? Di manakah letak
kekurangan budaya umat manusia? Di manakah letak noda hitam
peradaban umat manusia? Di manakah letak penyimpangan
konsep nilai hidup yang dianut umat manusia? Di manakah
letak ketidaksempurnaan moralitas umat manusia? Dengan
kondisi yang mengkhawatirkan seperti ini, sudah seharusnya kita
bersama-sama mencari jalan keluarnya demi masa depan dunia
yang lebih baik!

Marilah kita bersama merintis sebuah jalan yang diinginkan oleh


seluruh umat manusia tanpa terkecuali, yaitu jalan kebahagiaan!
Tidak masalah kita berbeda bangsa, kita bisa bersama berjalan
di jalan kebahagiaan ini; tidak masalah ajaran dan kepercayaan
kita berbeda, kita juga bisa bersama-sama berjalan di jalan

148
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

kebahagiaan ini; tidak masalah suku, ras, dan warna kulit kita
berbeda, kita juga bisa berjalan bersama di jalan kebahagiaan ini;
tidak masalah budaya, ideologi, adat istiadat, kebiasaan, tulisan,
dan bahasa kita berbeda; dalam perbedaan kaya-miskin, hina-
mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek, kita semua juga bisa berjalan
bersama di jalan kebahagiaan ini.

Demi kebahagiaan diri sendiri dan kebahagiaan seluruh umat


manusia, marilah bersama-sama kita merintis budaya baru,
peradaban baru, konsep nilai baru, dan moralitas baru umat
manusia. Jika semua umat manusia telah berjalan di jalan
kebahagiaan ini, maka dunia satu keluargapun terbentang di
depan mata.

Fakta membuktikan bahwa budaya, peradaban, konsep nilai,


dan moralitas yang dimiliki umat manusia saat ini tidak mampu
lagi mengatasi krisis yang dihadapi umat manusia dan semua
permasalahan yang dibuat oleh umat manusia sendiri.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa


serta kehidupan materi yang berlimpah ruah, ternyata tidak
membuat manusia hidup lebih bahagia, gembira, dan sukacita!
Malah sebaliknya, angka penderitaan hidup umat manusia terus
meningkat! Mulai dari stres, depresi, tekanan batin atau masalah
gangguan jiwa lain, bahkan bunuh diri semakin bertambah dari
hari ke hari. Oleh karena itu, apabila umat manusia tidak merintis
sebuah budaya baru, peradaban baru, konsep nilai baru, dan
moralitas baru, maka umat manusia tidak lagi memiliki masa
depan!

Karena itu, mari kita mulai dari diri sendiri, dari Anda, dari
kita semua, secara bersama-sama bergerak maju untuk merintis
budaya baru, peradaban baru, konsep nilai baru, dan moralitas
baru umat manusia yang disebut sebagai empat pembaruan - 四
新運動.

149
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

Empat pembaruan adalah empat abad baru-四新世紀 bagi


kehidupan manusia yaitu abad budaya baru, abad peradaban
baru, abad konsep nilai baru, dan abad moralitas baru. Empat
pembaruan adalah empat dunia baru-四新世界 bagi kehidupan
manusia yaitu dunia budaya baru, dunia peradaban baru, dunia
konsep nilai baru, dan dunia moralitas baru. Empat pembaruan
disebut juga empat estetika baru-四新美學. Budaya baru,
peradaban baru, konsep nilai hidup baru, dan moralitas baru
adalah sebuah estetika (keindahan). Menyukai dan mencintai
keindahan adalah sifat kodrati seluruh umat manusia. Dan empat
pembaruan akan menjadikan kehidupan seluruh umat manusia
semakin indah, menjadikan dunia ini semakin indah. Meski
umat manusia berbeda bangsa, suku, warna kulit, ras, ajaran,
kepercayaan, namun sifat kodrati dalam menyukai dan mencintai
keindahan adalah sama. Meski umat manusia berbeda budaya,
ideologi, adat istiadat, kebiasaan, tulisan, dan bahasa, namun sifat
kodrati menyukai dan mencintai keindahan adalah sama. Meski
umat manusia terdiri dari pria-wanita, tua-muda, dan ada pula
yang kaya-miskin, pintar-bodoh, cantik-jelek, namun sifat kodrati
menyukai dan mencintai keindahan adalah sama.

1. Apakah yang dimaksud dengan Budaya Baru Umat


Manusia?
Adanya perbedaan budaya selama ini telah menyebabkan
persaingan, kerenggangan dan semakin melebarnya hubungan
antarmanusia yang mengakibatkan terjadinya perseteruan,
perselisihan, bahkan peperangan dan penjajahan; seperti
perang ideologi, perang antaragama, perang antarsuku, dan
perang antarnegara. Begitulah sepanjang sejarah manusia terus
berlangsung tragedi yang memprihatinkan sampai hari ini.

Jalan keluarnya adalah dengan merintis budaya baru. Budaya


baru umat manusia adalah ‘budaya kasih semesta’ yaitu
budaya mengasihi langit, mengasihi bumi, mengasihi seluruh

150
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

umat manusia, mengasihi semua makhluk, dan seluruh


kehidupan. Budaya kasih semesta adalah budaya manusia
yang hidup harmonis dengan alam semesta raya. Marilah kita
menanam budaya mengasihi langit-bumi, mengasihi seluruh
umat manusia, dan mengasihi seluruh makhluk yang hidup di
bumi ini ke dalam ladang hati sanubari kita. Dengan demikian
barulah kita dapat membangun budaya yang setiap insannya
harmonis dengan alam, keluarga yang harmonis dengan alam,
masyakarat yang harmonis dengan alam, negara yang harmonis
dengan alam, dan dunia yang harmonis dengan alam.

Meskipun umat manusia berbeda bangsa, suku, ras, warna kulit,


ajaran, dan kepercayaan, namun hati yang mengasihi semesta
adalah sama. Meskipun umat manusia berbeda ideologi, adat
istiadat, dan kebiasaan, namun hati yang mengasihi semesta
adalah sama. Meskipun umat manusia berbeda pria-wanita,
tua-muda, kaya-miskin, pintar-bodoh, cantik-jelek, namun hati
yang mengasihi semesta adalah sama. Oleh karena itu, budaya
kasih semesta adalah budaya bersama seluruh umat manusia.
Budaya inilah yang akan mendorong terwujudnya dunia satu
keluarga, dunia damai sentosa.

Selama ini pola pandang umat manusia terhadap konsep


kasih alam masih terbatas pada ruang lingkup melindungi
lingkungan hidup dan satwa langka semata. Manusia hanya
memikirkan bagaimana agar air tidak semakin tercemar,
udara tidak semakin terpolusi, bumi tidak semakin rusak, dan
makanan tidak terkontanimasi. Konsep kasih alam seperti ini
sesungguhnya masih berada di dalam ruang lingkup kecil.

Konsep budaya kasih semesta yang ingin kita kembangkan


adalah konsep budaya kasih alam yang ‘luas, tinggi, dan
mendalam’. Budaya kasih semesta apabila tidak termasuk
mengasihi seluruh umat manusia dan seluruh bentuk
kehidupan, dengan kata lain hanya terbatas pada satwa tertentu

151
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

maka konsep kasih alam seperti ini masih dangkal. Mari kita
renungkan, apakah hanya satwa langka yang pantas untuk
dilindungi sementara kehidupan satwa lainnya tidak pantas?
Apakah hanya satwa langka yang pantas dikasihi sementara
satwa lain tidak pantas dikasihi? Oleh karena itu, adalah
penting bagi kita semua untuk mengembangkan budaya kasih
semesta yang lebih luas, tinggi, dan mendalam ini. Dengan
demikian barulah dunia ini dapat menuju keharmonisan.

Apabila umat manusia tidak dapat hidup harmonis dengan


langit, bumi, semua makhluk, dan dengan sesama manusia
sendiri, niscaya dunia selamanya tidak akan damai sentosa,
selamanya tidak mungkin terwujud dunia satu keluarga.
Hanya budaya kasih semesta yang sungguh-sungguh
mengasihi semua bentuk kehidupan. Mendorong setiap insan
untuk hidup harmonis dengan alam, membangun keluarga,
masyakarat, negara, dan dunia yang harmonis dengan alam, ini
baru benar-benar inti utamanya! Jadi bukan hanya melindungi
satwa langka, merawat lingkungan, mengurangi polusi udara,
tanah, air, dan mencegah kontaminasi makanan. Jika ingin
umat manusia menuju dunia satu keluarga, maka kita harus
merintis budaya bersama umat manusia. Hanya budaya kasih
semesta yang merupakan budaya bersama umat manusia. Di
bawah motor penggerak budaya baru ini, barulah dunia dapat
sungguh-sungguh damai dan harmonis, dapat menuju dunia
satu keluarga.

Sebuah budaya apabila meninggalkan keindahan sifat kodrati


diri yang mulia, maka budaya tersebut akan menjadi budaya
yang rendah dan kasar, kehilangan jati diri, dan bahkan
kehilangan nilai kemanusiaan. Sebagai contoh: budaya
mempersembahkan makanan hewani kepada para dewa,
budaya menyembelih hewan untuk dipersembahkan kepada
dewa, budaya berburu untuk para dewa, serta budaya memburu
ikan paus, budaya adu banteng, dan sebagainya. Semua tradisi

152
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

budaya ini berseberangan dengan budaya kasih semesta,


merusak keharmonisan manusia dengan alam. Sungguh tidak
memahami dan mengerti makna mengasihi manusia dan semua
makhluk, bertolak belakang dengan budaya harmonis.

Di dalam budaya kasih semesta, kita memandang semua


manusia adalah saudara kandung, memandang semua hewan
sebagai saudara, memandang sekuntum bunga dan sebatang
pohon, juga merupakan bagian dari anggota keluarga kita di alam
semesta raya ini. Karena itu sudah seharusnya kita mengasihi
mereka semua. Demikianlah jika kita mengembangkan budaya
manusia harmonis dengan alam, maka hidup manusia baru
dapat terus berlanjut dan berkesinambungan.

Ketika sebuah budaya meninggalkan keindahan sifat kodrati


diri yang mulia, maka budaya tersebut cenderung hanya
sebagai sarana pemuas hasrat dan nafsu indra semata. Seperti
misalnya berbagai budaya mengadakan pesta pora yang tidak
bermakna. Budaya seperti ini hanya untuk memuaskan nafsu
indra dan gejolak emosi sesaat. Inilah awal keterjerumusan
umat manusia ke dalam penderitaan!

Peradaban adalah perwujudan dari kebudayaan, sedangkan


kebudayaan adalah manifestasi dari sifat kodrati diri. Oleh
karena itu, aktualisasi dari keindahan sifat kodrati diri yang
mulia, sunya, dan bahagia akan melahirkan budaya yang
sesungguhnya.

Jadi ruang lingkup budaya yang dimaksud ini sangatlah luas,


termasuk di dalamnya adalah ajaran dan kepercayaan; semua
cabang olahraga; semua jenis seni yaitu seni sastra, seni puisi,
seni musik, seni tari, seni lukis, seni drama, seni perfilman;
juga termasuk seni dalam pangan, sandang, papan, transportasi
dan lain sebagainya. Semua kegiatan budaya bertujuan untuk
mendidik, menggali bakat dan potensi diri, hingga dapat

153
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

semakin memperkaya kehidupan mental dan spiritual. Pada


akhirnya keindahan sifat kodrati yang mulia, sunya, dan
bahagia akan terpancar dari dalam diri.

Jadi apabila ajaran dan kepercayaan, semua cabang olahraga,


semua jenis seni termasuk di dalamnya masalah sandang,
pangan, papan, dan transportasi tidak dapat memperkaya
kehidupan mental dan spiritual, atau dengan kata lain tidak
dapat membuat sifat kodrati diri kita yang mulia, sunya, dan
bahagia semakin berpancar, maka budaya tersebut hanyalah
formalitas, bahkan dapat berakibat menuntun umat manusia
ke jalan yang keliru.

Ketika sebuah ‘budaya’ meninggalkan keindahan sifat kodrati


yang sunya, maka bagaimana dapat mendamaikan sebuah
jiwa yang gelisah? Bagaimana dapat membersihkan hati yang
tengah kalut penuh noda?

Mendamaikan jiwa yang resah dan membersihkan hati yang


ternoda haruslah melalui proses kehidupan mental dan spiritual.
Inilah peran dan fungsi sebuah budaya yang sesungguhnya.
Fungsi budaya bukanlah memuaskan nafsu indra dan gejolak
emosi sesaat, tetapi yang terpenting adalah menuntun umat
manusia kepada kehidupan yang berkedalaman, spirit
kehidupan yang semakin tinggi, dan hidup manusia yang
semakin luas.

Jika hidup memiliki kedalaman maka hidup tidak lagi hanya


mengejar kebutuhan jasmani, kepuasan indra, dan kenikmatan
materi. Jika spirit kehidupan memiliki ketinggian, maka
seorang manusia akan mencapai puncak kemuliaan martabat
hidup yang tertinggi, tiada kegundahan dan kegelisahan,
hidup bebas leluasa. Jika hidup manusia memiliki keluasan
maka dunia menjadi mahaluas, bebas melanglang buana,
mampu melihat jauh ke depan, berwawasan universal, bebas

154
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

berkelana dengan leluasa. Badan, pikiran, dan jiwa senantiasa


menyatu dalam keharmonisan, inilah seorang pengamal,
penyampai, pengembang budaya yang sesungguhnya. Ketika
badan, pikiran, dan jiwa seluruh umat manusia telah mencapai
keharmonisan maka keluarga, masyarakat, negara, dunia, dan
semesta raya pun akan berada dalam keharmonisan.

Dunia saat ini berada dalam pengaruh kapitalisme, sehingga


budaya pun dijadikan industri untuk menghasilkan uang!
Ketika sebuah budaya dijadikan industri penghasil uang,
maka yang ada dalam kehidupan manusia hanyalah kehidupan
materi. Sedangkan kehidupan mental dan spiritual telah
dikesampingkan atau ditinggalkan. Padahal letak perbedaan
yang paling signifikan antara manusia dengan makhluk ciptaan
Tuhan lainnya adalah umat manusia mampu menikmati
keindahan kehidupan mental dan spiritual. Dan budaya
memiliki peran penting bagi umat manusia untuk menikmati
kehidupan mental dan spiritual. Tetapi yang menyedihkan
adalah budaya telah berubah menjadi budaya materi yang
hanya menjadi sarana bisnis untuk mengejar ketenaran serta
sebagai sarana untuk memuaskan nafsu indra dan menstimulasi
emosi sesaat umat manusia saja!

Selain telah meninggalkan keindahan sifat kodrati diri yang


sunya, memberikan kehidupan materi yang berlimpah,
menstimulasi emosi sesaat dan memuaskan nafsu indra, apa
pengaruh budaya sekarang kepada umat manusia? Umat
manusia sibuk untuk mengejar popularitas agar dapat menjadi
idola dan terkenal, atau secara membabi buta memuja bintang
idolanya, baik itu bintang nyanyi, artis, atlet, pemuka agama,
dan lain sebagainya; mengejar fashion terbaru, berusaha
memiliki barang-barang branded atau yang terkenal, mencari
makanan-makanan lezat, mengejar untuk memiliki mobil
mewah, atau mengejar untuk memiliki villa mewah. Umat
manusia beranggapan dengan merasakan dan memiliki

155
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

semua itu barulah disebut sebagai manusia yang berbudaya,


barulah mampu mengisi jiwa yang hampa, menyirami jiwa
yang gersang, dan menenangkan hati yang resah. Budaya
umat manusia telah mengalami kemunduran sedemikian rupa,
bagaimana mungkin umat manusia dapat hidup bahagia?

Ketika budaya telah meninggalkan keindahan sifat kodrati


yang bahagia, maka spirit budaya pun kehilangan esensinya
dan yang tersisa hanyalah kerangka dan formalitas saja. Esensi
budaya yang sesungguhnya adalah membawakan kehidupan
mental dan spiritual yang kaya berlimpah kepada setiap
orang. Karena dengan adanya kehidupan mental dan spiritual
yang kaya berlimpah maka seseorang baru dapat setiap hari
menikmati kehidupan yang indah dan bahagia; menikmati
spirit kehidupan yang indah dan bahagia; serta menikmati
hidup manusia yang indah dan bahagia!

Sampai saat ini manusia tidak bahagia menjalani hidupnya,


diselimuti kabut kerisauan dan penderitaan. Semua ini karena
spirit dari budaya yang sesungguhnya telah hilang. Marilah
kita renungkan kembali, apakah manfaat budaya hanya sekedar
untuk memuaskan nafsu indra dan menstimulasi emosi sesaat?

Apakah budaya merupakan sarana untuk memperoleh ketenaran


dan meraup keuntungan? Sebuah ajaran, kepercayaan,
kegiatan olahraga, pertunjukan seni ataupun sastra, apabila
tidak membawakan kebahagiaan bagi jiwa dan raga, tidak
membawakan kebahagiaan bagi keluarga, masyarakat, negara,
dan dunia maka apakah keberadaannya masih bernilai? Apakah
keberadaannya masih dibutuhkan?

Sebuah lantunan musik yang indah, sebuah syair lagu yang


menggugah, sebuah lukisan yang menyentuh, sebuah artikel
sastra yang penuh makna, sebuah syair puisi yang indah, sebait
sabda orang suci yang menyadarkan jiwa; babak pertandingan

156
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

olahraga yang penuh semangat seperti sepakbola, basket,


dan lain sebagainya; senam dan tarian yang energik; film dan
drama yang membuat air mata berlinang ataupun penuh tawa;
selembar foto yang luar biasa, semuanya merupakan kristalisasi
dari spirit budaya yang bertujuan membawakan kebahagiaan,
kesukacitaan, kegembiraan, kedamaian, dan ketenangan bagi
jiwa dan raga. Karena itu jika dapat menggunakan budaya
dengan bijak, maka akan dapat menuntun umat manusia
menikmati keharmonisan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.

2. Apakah yang Dimaksud dengan Peradaban Baru


Umat Manusia?
Saat ini di dunia tidak sedikit kaum intelektual yang walau
berbeda bangsa, suku, ras, warna kulit, ajaran, kepercayaan,
budaya, ideologi, adat, dan kebiasaan, namun mereka
giat mengembangkan budaya vegetarian dengan alasan
menghormati kemuliaan dan martabat semua bentuk
kehidupan. Dan pada saat yang bersamaan, umat manusia yang
terpanggil untuk turut bervegetarian pun semakin banyak. Hal
ini dikarenakan semakin meningkatnya perhatian manusia
terhadap kesehatan dirinya dan kesadaran akan ekosistem.
Hanya ada satu jalan jika manusia mendambakan hidup yang
harmonis dengan seisi alam semesta, yaitu bermulai dari
sikap menjunjung nilai dan kemuliaan hidup semua bentuk
kehidupan.

Peradaban manusia sekarang telah berkembang hingga


mencapai titik puncaknya, namun tingkat kebahagiaan umat
manusia tidak ikut bergerak naik. Perseteruan, perselisihan,
persaingan, dan pertikaian antar sesama manusia semakin luas.
Hubungan antarmanusia pun semakin dingin tidak bersahabat,
apatis, dan semakin menjaga jarak satu sama lain.

157
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

Karena kondisi inilah, kita terpanggil untuk merintis peradaban


baru bagi umat manusia. Peradaban baru umat manusia adalah
peradaban yang menghormati kemuliaan semua bentuk
kehidupan. Peradaban modern jika tidak dibangun di atas
peradaban yang menghargai semua bentuk kehidupan, maka
akan membawa dampak negatif yang jauh lebih besar daripada
nilai positifnya, dengan kata lain dampak buruknya lebih
banyak daripada kebaikannya!

Setiap orang memiliki hidup yang sangat mulia dan berharga,


karena itu kita menjunjung martabat semua bentuk kehidupan.
Seorang presiden dengan seorang rakyat biasa memiliki hidup
yang sama mulianya; seorang konglomerat yang paling kaya
di dunia dengan seorang pengemis termiskin di dunia memiliki
hidup yang sama mulianya. Bukan hanya itu, kita juga harus
menjunjung kemuliaan hidup semua makhluk yang ada di
alam raya ini. Karena hidup sesungguhnya sangat berharga
dan bernilai. Oleh karena itu, nilai hidup semua manusia
tanpa membedakan bangsa, suku, ras, warna kulit, ajaran, dan
kepercayaan, adalah sama mulianya.

Dalam peradaban baru umat manusia yaitu peradaban yang


menghormati kemuliaan semua bentuk kehidupan, kita tidak
hanya melindungi hidup sendiri namun juga melindungi hidup
orang lain, walau berbeda bangsa, suku, warna kulit, ras,
ajaran, kepercayaan, budaya, ideologi, adat, kebiasaan, tulisan
dan bahasa. Juga melindungi hidup semua orang baik yang
kaya atau miskin, hina atau mulia, pintar atau bodoh, cantik
atau jelek.

Kita mengasihi hidup sendiri, karena inilah satu-satunya


hidup yang paling berharga yang kita miliki! Oleh karena itu,
seorang yang mengasihi hidup sendiri tidak akan menjalani
hidup dengan menderita dan risau, juga tidak akan menghadapi
hidup dengan pesimis dan penuh keluh kesah. Seorang yang

158
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

mengasihi hidupnya akan menjalani hidup dengan bahagia,


gembira, dan sukacita! Orang yang mengasihi hidup akan
bersikap optimis, penuh semangat, positif, dan progresif.

Kita bukan hanya mengasihi hidup sendiri, tetapi juga


mengasihi hidup semua orang walau berbeda bangsa, ajaran,
kepercayaan, suku, warna kulit, ras, adat, kebiasaan, budaya,
ideologi, tulisan, dan bahasa; serta membawa kebahagiaan,
kegembiraan, dan kesukacitaan kepada mereka! Juga
mengasihi hidup semua orang baik kaya atau miskin, hina
atau mulia, pintar atau bodoh, cantik atau jelek; dan membawa
kebahagiaan, kegembiraan, dan kesukacitaan kepada mereka!

Kita memuliakan hidup sendiri, menyalakan cahaya diri dan


menerangi orang lain, segenap hidup berjuang demi kebaikan
orang lain, demi masyakarat, demi negara, dan demi dunia!
Setiap hari senantiasa bertanya pada diri sendiri, apa yang
dapat saya berikan dan dedikasikan untuk sesama, masyarakat,
negara, dan dunia. Inilah hidup yang cemerlang, inilah hidup
yang abadi!

Kita tidak hanya mencemerlangkan hidup sendiri, tetapi


juga mencemerlangkan hidup semua umat manusia, dan
menuntun semua saudara kita yang lain untuk turut terpanggil
menjadi pelita yang menyalakan cahaya diri dan menerangi
hidup orang lain, masyarakat, negara, dan dunia! Membantu
mencemerlangkan hidup mereka dan memancarkan hidup
yang abadi!

Peradaban jika meninggalkan keindahan sifat kodrati yang


mulia, maka bukan lagi disebut peradaban. Seorang yang
beradab, semua niat pikiran, tutur kata, dan perilakunya
selalu positif. Jika niat pikiran, tutur kata, dan perilakunya
selalu negatif, maka apa layak disebut sebagai manusia yang
beradab?

159
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

Pada masa sekarang meski peradaban materi berkembang


sangat pesat, peradaban modern melaju dengan kencang,
perkembangan ilmu dan teknologi dari bulan ke tahun terus
melesat maju, namun hubungan antar sesama masih saja
diwarnai kekerasan di dalam bertutur kata, perbuatan, dan cara
berpikir. Oleh karena itu, meskipun dunia sekarang disebut
sebagai dunia dengan peradaban maju, namun peradaban ini
sesungguhnya masih sangat jauh dari keindahan peradaban
yang mulia.

Memandang seluruh perjalanan sejarah hidup umat manusia,


meski pada saat ini peradaban materi dan ilmu pengetahuan
telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa
dan mencapai titik puncaknya, namun di sisi lain kita juga
hidup di bumi yang penuh dengan pembunuhan, pembantaian,
dan peperangan. Yang kuat memangsa yang lemah, yang
besar menindas yang kecil, setiap hari terjadi persaingan yang
kejam. Manusia tidak tahu dan tidak paham apa itu peradaban
yang ‘menghormati kemuliaan semua bentuk kehidupan’.
Tidak menginsafi bahwa ‘Tuhan menganugerahkan hidup yang
sungguh mulia, luhur, setara, dan tiada perbedaan’. Ketika
manusia tidak tahu arti menghormati dan menghargai orang
lain, apakah masih ada peradaban yang dapat dibanggakan?
Apabila umat manusia tidak memahami arti melindungi,
mengasihi, dan memuliakan hidup sendiri, hidup semua
manusia dan semua makhluk, bukankah manusia masih jauh
dari beradab? Selain melindungi, mengasihi, dan memuliakan
hidup sendiri, kita juga harus melindungi, mengasihi, dan
memuliakan hidup semua manusia. Selangkah lebih maju juga
melindungi, mengasihi, memuliakan hidup semua hewan yang
hidup di darat, udara, dan air. Dengan demikian barulah layak
disebut sebagai manusia yang beradab.

Saat ini, sebagian besar umat manusia tidak tahu bagaimana


menjunjung martabat hidup semua bentuk kehidupan. Oleh

160
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

karena itu, setiap hari ratusan juta sapi, babi, kambing, ayam,
itik, angsa, ikan, udang, dan berbagai hewan lainnya dijagal
untuk memenuhi nafsu makan umat manusia. Dengan alasan
mempertahankan kelangsungan hidup, manusia memandang
membunuh hewan adalah hal yang wajar! Ternyata dibalik
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa,
peradaban materi yang berlimpah ruah, dan gemerlap
kehidupan modern, terselubung tragedi pembunuhan terhadap
makhluk hidup lain yang tak terhitung jumlahnya.

Seorang manusia beradab yang memiliki keindahan sifat


kodrati yang sunya, pasti senantiasa berpijak di puncak
tertinggi dunia yaitu menjunjung martabat hidup semua bentuk
kehidupan.Tentu orang yang berdiri di puncak tertinggi akan
dapat melihat hingga jauh dan luas, semuanya terlihat dengan
jelas. Wawasannya luas dan jauh ke depan, hatinya juga luas
dan lapang, sehingga masalah kecil atau besar jika sudah
berlalu maka biarlah berlalu. Tiada benci dan dendam, tidak
hidup di masa lalu. Selalu optimis akan hari esok yang penuh
harapan yaitu segera terwujudnya dunia satu keluarga.

Seorang manusia yang beradab yang mampu menampilkan


keindahan sifat kodrati diri yang sunya, setiap saat senantiasa
membersihkan noda jiwa dan raga. Mampu mengharmonisasi
dan mengelola dengan baik gejolak hati dan perasaannya.
Dengan kata lain tidak lagi menjadi budak perasaan dan hatinya.
Tidak membiarkan kegalauan dan penderitaan mengikat
dirinya. Selain itu ia juga memiliki daya instrospeksi diri yang
kuat, yang terlihat adalah kesalahan diri sendiri. Tidak akan
menyoroti dan mengkritik kesalahan orang lain. Tidak iri hati
manakala ada orang lain yang lebih mampu dari dirinya, juga
tidak memandang rendah terhadap mereka yang lebih kurang
darinya. Karena martabat hidup semua manusia adalah luhur.

Manusia yang beradab tidak pernah membandingkan antara

161
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

dirinya dengan orang lain, membandingkan siapa yang


posisinya lebih tinggi atau rendah, siapa yang menang atau
kalah. Segenap hidupnya selalu berjuang untuk membantu
orang menggapai kesuksesan, dengan tanpa pamrih dan tiada
kemelekatan. Oleh karena itu, kehidupannya sungguh bebas
leluasa, sungguh kehidupan yang terang cemerlang!

Manusia beradab yang dapat memancarkan keindahan


sifat kodrati yang sunya, akan dapat ‘mengosongkan diri,
mengembalikan jiwa-raga ke kosong-tiada, dan berpijak
pada keillahian’. Karena itu proses perjalanan hidupnya akan
senantiasa bebas leluasa: bebas berkelana tanpa terikat dalam
kondisi mulia atau hina, memperoleh atau kehilangan, pujian
atau celaan, berkah atau musibah, untung atau rugi, lancar atau
penuh rintangan, sukses atau gagal, kaya atau miskin, pintar
atau bodoh, cantik atau jelek. Inilah hidup kaya berlimpah
yang sesungguhnya.

Manusia beradab yang memancarkan keindahan sifat kodrati


diri yang sunya senantiasa memiliki pola pikir yang murni dan
wajar alami; berlapang dada, adil, dan bijaksana. Tidak akan
demi kepentingan pribadi lantas mengorbankan kepentingan
umum, ataupun sebaliknya menyalahgunakan fasilitas umum
untuk kepentingan pribadi. Kepentingan umat manusia selalu
berada di atas kepentingan pribadi. Kepentingan orang banyak
lebih didahulukan dibanding kepentingan pribadi. Sepanjang
hayat senantiasa menjadi manusia beradab yang selalu terbuka,
apa adanya, jujur tiada yang ditutupi, selalu optimis, progresif,
dan penuh semangat maju.

Manusia beradab yang hatinya senantiasa memancarkan


keindahan sifat kodrati yang bahagia, barulah dapat
mewujudkan dan mengamalkan martabat hidup yang agung,
luhur, dan sakral. Martabat hidup yang agung bukanlah

162
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

mengandalkan kehebatan dalam kemampuan, kepintaran,


atau pengetahuan; martabat hidup yang luhur tidak bersandar
pada kedudukan, status jabatan, kekuasaan, ataupun kekayaan
yang dimiliki; martabat hidup yang sakral juga tidak diperoleh
dari kemampuan memahami dharma gaib ataupun memiliki
kemampuan supranatural yang luar biasa. Pada hakekatnya,
‘keindahan sifat kodrati yang bahagia telah ada dalam
diri, dan keindahan spirit kehidupan yang bahagia adalah
manifestasinya’.

Hal yang paling bermakna, paling bernilai, dan paling


berharga dalam hidup ini adalah senantiasa memancarkan
keindahan sifat kodrati yang bahagia melalui perbuatan, tutur
kata, dan pikiran kita. Kita tampilkan melalui mata, telinga,
hidung, lidah, jasmani, dan pikiran kita. Dan hidup yang
paling cemerlang yaitu menyalakan pelita keindahan sifat
kodrati yang bahagia, agar terang keindahan kebahagiaan juga
menerangi orang lain dan dunia. Sehingga semerbak harum
keindahan kebahagiaan menyebar ke dalam diri setiap orang,
menyebar hingga ke seluruh dunia, membawakan kebahagiaan
yang tiada tara bagi diri sendiri dan orang lain.

Manusia beradab yang memancarkan keindahan sifat kodrati


yang bahagia akan senantiasa hidup dengan menikmati
‘kehidupan mental dan spiritual yang bahagia’.

• Kehidupan mental yang bahagia


Menampilkan martabat hidup yang agung dan luhur melalui
mata, maka semua yang dilihat oleh mata adalah indah dan
bahagia! Dipancarkan melalui telinga maka semua yang
didengar adalah suara yang indah dan bahagia! Dipancarkan
melalui hidung maka semua yang dibaui adalah aroma yang
indah dan bahagia! Dipancarkan melalui lidah maka semua
yang dicicipi adalah cita rasa yang indah dan bahagia!
Dipancarkan melalui mulut maka semua yang diucapkan adalah

163
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

tutur kata yang indah dan bahagia! Dipancarkan melalui raga


maka semua yang dilakukan adalah perilaku yang membawa
keindahan dan kebahagiaan!

• Kehidupan spiritual yang bahagia


Menampilkan martabat hidup yang sakral, maka semua niat
pikiran kita yang muncul dalam setiap waktu adalah niat pikiran
yang indah dan bahagia! Dengan kata lain hidup kita dalam
setiap waktu, setiap kondisi, dan di manapun selalu indah dan
bahagia! Ketika martabat hidup yang sakral telah berkembang
hingga puncak tertinggi, maka saat menghadapi kondisi hidup
yang miskin atau kaya, mulia atau hina, pintar atau bodoh, cantik
atau jelek, pujian atau celaan, memperoleh atau kehilangan,
sanjungan atau fitnahan, berkah atau musibah, keberuntungan
atau kesialan, lancar atau penuh rintangan, sukses atau gagal,
menang atau kalah, semua adalah satu kesatuan proses hidup
yang indah dan bahagia! Inilah kehidupan spiritual yang
sesungguhnya.

3. Apakah yang dimaksud dengan Konsep Nilai Baru


Umat Manusia?
Dapat bebas dari kelaparan dan kemiskinan adalah keinginan
terdalam seluruh umat manusia. Tiada lagi musibah dan rasa
takut adalah harapan setiap insan di dunia. Keinginan umat
manusia selanjutnya adalah dapat terbebas dari kelaparan mental
- 精神的飢餓 dan kemiskinan rohani / spritual - 心靈的貧窮.
Karena pada kenyataannya kekurangan terbesar umat manusia
zaman sekarang adalah kelaparan mental dan kemiskinan
spiritual yang mengakibatkan banyaknya umat manusia yang
mengalami stres, depresi, tekanan batin dan gangguan jiwa
lainnya yang berakhir dengan bunuh diri. Sebagian besar dari
mereka adalah kaum intelektual dan terpelajar yang memiliki
keahlian, kemampuan, kepintaran, dan kecerdasan. Harapan
bersama umat manusia selanjutnya adalah menjauhi musibah

164
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

mental - 精神上的災難災禍 dan terbebas dari ketakutan dan


kegelisahan jiwa - 心靈上的恐懼不安.

Bagaimanakah caranya menjauh dari kelaparan mental dan


kemiskinan rohani? Bagaimanakah caranya terbebas dari
musibah mental dan ketakutan jiwa? Ini adalah tanggung jawab
moral dan misi yang harus kita perjuangkan bersama! Marilah
kita gunakan akal budi yang berlandaskan hati nurani untuk
membantu semua saudara kita di dunia agar dapat terbebas dari
musibah mental dan ketakutan jiwa. Inilah tujuan hidup, misi,
dan tanggung jawab kita! Apakah tujuan hidup kita hanya demi
makan yang lebih enak, berpakaian lebih indah, memiliki rumah
dan transportasi yang lebih bagus; hanya mengejar ketenaran,
kekayaan, kenyamanan dan kenikmatan saja? Jika ini tujuan
hidup kita, siapapun dapat melakukannya. Mengapa kita tidak
terpanggil untuk melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh
orang lain? Alangkah baiknya bila kita melakukan hal yang
orang lain enggan lakukan. Tak mungkin pun harus menjadi
mungkin untuk diwujudkan.

Bagaimana terbebas dari kelaparan mental dan kemiskinan


rohani? Caranya yaitu bersama-sama berjuang merintis konsep
nilai baru umat manusia. Catatan sejarah perjalanan hidup
manusia adalah sejarah yang dipenuhi dengan konsep nilai
yang keliru. Di dunia ini apa yang lebih bernilai dibandingkan
dengan harkat hidup seorang manusia? Manusia umumnya
tidak menghargai nilai dan harkat hidupnya sendiri. Inilah
yang menjadi sumber tragedi dan keprihatinan sepanjang hidup
manusia dari dahulu hingga sekarang!

Bayangkan seandainya dunia ini dipenuhi dengan batangan


emas, bahkan bumi ini berubah menjadi emas, apalah arti semua
ini jika tidak ada manusia yang tinggal di dalamnya? Apakah
batangan emas ini masih berguna? Nilai emas ditentukan oleh
manusia sendiri. Apabila sejak awal manusia tidak menilai emas

165
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

sebagai barang berharga, tentu hingga sekarang meskipun emas


berhamparan di jalan, tidak ada orang yang mau memungutnya.

Ada sebuah kisah yang sangat menggelikan. Sebelum Bangsa


Eropa menjajah Bangsa Afrika, warga Afrika sudah sering
menemukan batu berlian saat menggali tanah. Batu-batu
berlian itu mereka biarkan begitu saja karena mereka tidak tahu
apa itu berlian. Karena saat itu tidak ada orang Afrika yang
menentukan berlian sebagai benda yang berharga dan bernilai.
Jadi walaupun mereka menggali tanah dan menemukan batu
berlian, mereka biarkan begitu saja. Mereka tidak menganggap
batu berlian sebagai mustika yang sangat bernilai. Bagi mereka
batu berlian hanyalah sebuah batu yang lebih indah dari batu
biasa. Sampai kemudian Bangsa Eropa memasuki wilayah
Afrika dan menemukan batu berlian ada di mana-mana,
akhirnya terjadilah perebutan. Pada waktu itu, barulah warga
Afrika menyadari bahwa ternyata batu berlian adalah batu yang
bernilai tinggi. Inilah sebuah kisah yang paling konyol dalam
sejarah manusia. Demikianlah baik berlian maupun emas, nilai
dan harganya ditentukan oleh manusia. Saat ini telah terjadi
penyimpangan konsep nilai sehingga harkat manusia menjadi
tidak bernilai, justru berlian dan emaslah yang dianggap
sebagai mustika yang lebih bernilai. Bukankah ini merupakan
sesuatu yang menggelikan. Manusia yang memberi nilai pada
emas dan berlian malah lebih rendah nilainya dibandingkan
emas dan berlian. Sungguh sangat aneh dan menggelikan!

Dari dahulu hingga sekarang, umat manusia tidak memandang


penting harkat dirinya sebagai manusia, sehingga beranggapan
bahwa kedudukan, jabatan, kekuasaan, dan kekayaanlah yang
jauh lebih bernilai. Inilah sebabnya sejarah kehidupan manusia
dipenuhi dengan catatan tentang pertikaian, perebutan, hingga
peperangan untuk memperoleh kedudukan, jabatan, kekuasaan,
dan kekayaan. Sungguh sejarah kehidupan yang penuh dengan
tragedi!

166
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

Konsep nilai baru umat manusia adalah konsep hidup yang


menjunjung tinggi nilai dan harkat manusia! Menempatkan
‘harkat manusia pada tempatnya yang termulia, pada posisinya
yang tertinggi’. Di dunia ini tidak ada suatu benda maupun hal
apa pun yang lebih penting nilainya dibandingkan dengan nilai
dan harkat manusia! Marilah kita meraba wajah dan badan kita,
ternyata di dunia ini yang paling bernilai dan paling berharga
adalah diri ini. Sungguh sulit mendapatkan badan raga ini!
Karena itu badan raga ini sangatlah bernilai! Apakah di dunia
ini ada yang lebih berharga dari badan raga yang kita miliki
ini? Badan jasmani merupakan anugerah Tuhan yang sangat
berharga. Jika tidak ada badan jasmani ini, walau kita memiliki
seisi dunia juga tidak ada gunanya! Tanpa badan raga ini, maka
segalanya pun berakhir!

Ketika saya, anda, dan seluruh umat manusia telah bersama-


sama mengakui dan menjunjung tinggi nilai dan harkat dirinya,
maka dunia satu keluarga akan terwujud dengan sendirinya!
Ibarat air yang mengalir dengan sendirinya menuju salurannya.
Karena dengan menjunjung tinggi nilai dan harkat dirinya
sebagai manusia, barulah umat manusia bisa memperoleh
kebahagiaan, kegembiraan, dan sukacita yang sejati!

Dengan menjunjung tinggi nilai dan harkat manusia, manusia


telah menjadi pemeran utama dalam kehidupan, sedangkan
harta kekayaan, kedudukan, jabatan, dan kekuasaan hanyalah
pelengkap saja. Yang paling mulia adalah diri kita sendiri
sebagai manusia.

Dengan menjunjung tinggi nilai dan harkat manusia barulah


dapat memanfaatkan dengan baik kedudukan, jabatan,
kekuasaan, dan kekayaan untuk berbagi berkah dengan
masyarakat dan negara.Walau diri sendiri sudah berbagi berkah
dengan banyak orang, namun tidak akan berperilaku sombong
ataupun bertindak semena-mena, melainkan semakin mampu

167
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

merendahkan hati dan giat berkarya untuk membawakan


manfaat dan berkah kepada semua orang. Selangkah lebih
maju, walau memiliki kedudukan, jabatan, kekuasaan, dan
kekayaan, hati tetap bebas leluasa tidak terikat. Sungguh sangat
membahagiakan!

Di saat kita telah memiliki segalanya, kedudukan dan jabatan


kita sangat tinggi, kekuasaan kita sangatlah besar, harta dan
kekayaan yang kita miliki tak terhitung jumlahnya, kita tetap
harus menjunjung tinggi nilai dan harkat diri sebagai manusia.
Ketika kita telah mampu menjunjung tinggi nilai dan harkat
diri sebagai manusia, maka barulah kita mampu menjadi tuan
atas semua yang kita miliki dan memanfaatkannya untuk
berbagi berkah dengan sesama. Sungguh bahagia, gembira,
dan sukacita jika hati kita dapat bebas tak terikat oleh
kedudukan, jabatan, kekuasaan, dan kekayaan! Sebaliknya
kalau kita terus terikat oleh kedudukan, jabatan, kekuasaan,
dan kekayaan, maka akan menjadi budak dari kedudukan,
jabatan, kekuasaan, kekayaan, ketenaran, nafsu indra, dan
kenikmatan. Seseorang yang menjadi budak, mungkinkah bisa
hidup bahagia, gembira, sukacita, dan bebas leluasa? Tidak
mungkin! Marilah kita kembali menjadi tuan dari kedudukan,
jabatan, kekuasaan, kekayaan, dan ketenaran yang kita raih.
Kita yang mengendalikannya, bukan dikendalikan olehnya.
Apa yang terjadi pada manusia sekarang adalah kebalikkannya.
Manusia telah menjadi budak kedudukan, jabatan, kekayaan,
dan kekuasaan. Manusia dikendalikan olehnya.

Kita juga yang mengendalikan pengetahuan, kemampuan,


kepintaran, dan kecerdasan yang kita miliki. Bukan sebaliknya
kita dikendalikan oleh pengetahuan, kemampuan, kepintaran,
dan kecerdasan. Kitalah seharusnya yang menjadi tuan.
Pengetahuan, kemampuan, kepintaran, kecerdasan, jabatan,
kedudukan, dan lain sebagainya hanyalah alat dan faktor
pendukung. Kehidupan yang demikian barulah disebut

168
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

kehidupan mental dan spiritual yang berbahagia dan kaya


berlimpah. Inilah hidup yang menjunjung tinggi nilai dan
harkat manusia!

Jika kita beranggapan bahwa dengan memiliki pengetahuan


yang tinggi, kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa,
serta memiliki kedudukan, jabatan, kekuasaan, dan kekayaan
barulah dikatakan sebagai hidup yang mulia dan bernilai,
maka kita telah menjadi manusia yang gagal. Sedikitpun tak
ada kemuliaan dan nilai yang berharga dalam hidup kita.
Oleh karena itu, demi menyelamatkan kehidupan manusia,
demi kebahagiaan hidup umat manusia, marilah kita kembang
luaskan konsep nilai baru, yaitu konsep hidup yang menjunjung
tinggi nilai dan harkat manusia. Dengan demikian barulah kita
dapat mewujudkan setiap insan, keluarga, masyarakat, negara,
dan dunia yang bahagia!

Seseorang yang dapat menjunjung tinggi nilai dan harkat


manusia, saat hidup dalam kemiskinan, dalam semua hal kalah
dari orang lain, kalah dan jauh tertinggal dalam hal kedudukan,
jabatan, kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, kepintaran,
dan kecerdasan dari orang lain, dirinya tidak merasa rendah
diri, menjadi minder, atau putus asa. Karena bagi orang yang
menjunjung tinggi nilai dan harkat dirinya sebagai manusia
akan menjalani hidup dengan bermartabat, optimis, ceria
gembira, sukacita, dan bahagia!

Selama ini umat manusia mencari nilai hidup dari luar dirinya
sehingga tidak dapat menjunjung tinggi nilai dan harkat
dirinya sebagai manusia. Sehingga saat dirinya kalah dan jauh
tertinggal dari orang lain, dia akan merasa menderita, penuh
kerisauan, dan merasa tak berguna. Namun bagi seseorang
yang dapat menjunjung tinggi nilai dan harkat dirinya sebagai
manusia, walaupun dalam banyak hal kalah dari orang lain
dan hidup dalam kemiskinan, dia tetap akan menjalani hidup

169
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

dengan bermartabat, optimis, ceria, gembira, dan bahagia.

Seorang presiden maupun seorang rakyat jelata memiliki nilai


dan harkat sebagai manusia yang sama tingginya. Seorang
konglomerat terkaya di dunia maupun seorang tukang sapu
jalanan, juga memiliki nilai dan harkat yang sama mulianya.
Demikian juga seluruh umat manusia di dunia memiliki
nilai dan harkat hidup yang sama nilai dan mulianya. Walau
kedudukan, jabatan, kekuasaan, dan kekayaan umat manusia
berbeda, tetapi nilai dan harkat dirinya sama mulia dan nilainya.

Konsep nilai hidup apabila meninggalkan keindahan


sifat kodrati yang mulia maka konsep nilai tersebut telah
menyimpang; berpandangan bahwa kedudukan, jabatan,
kekuasaan, dan kekayaan lebih bernilai daripada nilai dan
harkat manusia. Beranggapan bahwa di dunia ini masih ada
benda atau hal lain yang jauh lebih bernilai bila dibandingkan
dengan harkat manusia. Oleh karena itu, sejarah manusia
dari dahulu hingga sekarang dipenuhi dengan segala bentuk
pertikaian dan perselisihan. Dalam skala kecil yaitu pertikaian
antar sesama manusia yang saling berebut dan membunuh,
hingga dalam skala besar yaitu peperangan antarnegara. Semua
ini bisa terjadi karena adanya konsep nilai hidup yang keliru
ini.

Konsep nilai hidup apabila meninggalkan keindahan sifat


kodrati yang sunya maka dalam segala hal yang dilakukan akan
menuntut pamrih, mengharapkan imbalan, ingin diketahui orang
lain, dan berharap mendapat ucapan terima kasih dari orang
lain. Setiap berkorban dan berdedikasi, setiap memberikan
bantuan dan persembahan, baik tenaga, materi, maupun pikiran
kepada orang lain, diri tidak melupakannya karena berharap
ada keuntungan yang dapat diperoleh kembali. Dengan kata
lain, dalam segala hal selalu ada maksud dan tujuan pribadi
di dalamnya. Ada filosofi mulia, “Segenap jiwa dan tenaga

170
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

membantu orang lain meraih keberhasilan, tanpa pamrih dan


hati bebas kemelekatan”, keindahan sifat kodrati yang sunya
seperti ini telah lama dilupakan.

Demi umat manusia dan seluruh kehidupan, langit dan bumi


dalam keheningannya terus berdedikasi dan berkorban tiada
henti. Sejak dahulu kala hingga sekarang, laksaan tahun tidak
berubah. Oleh karena itu dikatakan, “Langit dan bumi abadi
sepanjang masa” -天長地久.

Walaupun telah memberikan budi kebaikan kepada orang


lain, memberikan manfaat bagi orang lain, telah berkorban
dan berdedikasi, namun tidak sebetik pun niat mengharapkan
imbalan, pamrih, dan ucapan terima kasih dari orang lain.
Dengan demikian baru bisa mewujudkan konsep nilai yang
menjunjung tinggi nilai dan harkat manusia. Konsep nilai
hidup yang tidak mengharapkan pamrih dan imbalan barulah
disebut tak ternilai.

Konsep nilai hidup apabila telah meninggalkan keindahan


sifat kodrati yang bahagia maka sepanjang hayat semua
yang dikerjakan oleh diri adalah demi kepentingan pribadi.
Semua pandangan dan konsep nilai dibuat atas pertimbangan
kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan orang lain.
Konsep nilai bila meninggalkan keindahan sifat kodrati yang
bahagia maka semua yang dikerjakan adalah demi ketenaran
dan keuntungan pribadi. Oleh karena itu segala hal yang tidak
mendatangkan keuntungan pribadi tidak akan pernah digubris
dan terpikir untuk dikerjakan! Penyebab utama dunia ini tidak
bisa damai, negara tidak bisa makmur sentosa, masyarakat
tidak bisa rukun harmonis, keluarga tidak bisa bahagia, adalah
karena konsep nilai yang salah dan telah menyimpang ini.

Konsep nilai hidup baru yaitu konsep nilai yang menjunjung


tinggi nilai dan harkat manusia. “Menempatkan harkat manusia

171
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

pada posisi yang mulia dan luhur, menjadikan harkat manusia


sebagai akar pokok”. Semua ini tentunya tidak dibangun di atas
nilai diri pribadi, melainkan dibangun berdasarkan keindahan
sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia.

4. Apakah yang Dimaksud dengan Moralitas Baru


Umat Manusia?
Sejarah manusia adalah sebuah catatan evolusi hidup umat
manusia, hanya yang mampu beradaptasilah yang akan dapat
bertahan hidup. Siapa yang dimaksud dengan yang dapat
beradaptasi? Bukan yang terkuat tapi yang terbaik yang dapat
beradaptasi!

Kini arus evolusi hidup umat manusia tengah bergerak


dengan cepat. Demi keberlangsungan hidup umat manusia
maka perjuangan mewujudkan moralitas baru yaitu moralitas
dunia satu keluarga merupakan hal utama yang harus segera
direalisasikan. Sebagai manusia hanyalah dengan terus
memperbaiki, memperbarui, meningkatkan kualitas diri, dan
melampaui diri, agar diri segera memiliki pola pandang dan
semangat juang dunia satu keluarga, barulah termasuk dalam
kategori manusia yang terbaik.

Setelah saya, Anda, dan setiap orang memiliki jiwa dan


wawasan ‘dunia satu keluarga’, barulah dapat bersama-sama
mewujudkan dunia satu keluarga. Dengan demikian hidup
umat manusia baru dapat berkesinambungan.

Moralitas baru umat manusia adalah ‘moralitas dunia satu


keluarga’. Apakah yang dimaksud dengan moralitas dunia satu
keluarga?

Moralitas dunia satu keluarga adalah meskipun berbeda


negara namun tetap satu keluarga; walau berbeda ajaran dan

172
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

kepercayaan juga tetap satu keluarga; berbeda suku dan warna


kulit hakikatnya tetap satu keluarga; berbeda latar belakang
budaya, pola pandang, kebiasaan, bahasa maupun tulisan
semuanya adalah satu keluarga; setiap orang yang miskin atau
kaya, hina atau mulia, bodoh atau pintar, cantik atau jelek,
sesungguhnya semua adalah satu keluarga. Dengan kata lain,
semua umat manusia di dunia adalah satu keluarga.

Kita mengasihi kedua orang tua sendiri, namun juga mengasihi


seluruh orang tua di dunia. Kita mengasihi anak kita sendiri,
namun juga mengasihi seluruh anak-anak di dunia. Kita
mengasihi kakak-adik kandung kita, namun juga mengasihi
seluruh kakak-adik di dunia. Kita mengasihi sanak saudara
sendiri, juga mengasihi seluruh sanak saudara di dunia. Kita
mengasihi negara sendiri, juga mengasihi seluruh negara di
dunia. Inilah moralitas baru dunia satu keluarga. Karena kita
semua adalah satu keluarga, maka alangkah indahnya bila
kita semua saling memperhatikan, saling memotivasi, saling
membantu, saling menghibur, saling memaafkan, dan saling
menyayangi.

Berdiri di atas ketinggian dan keluasan moralitas baru yaitu


moralitas dunia satu keluarga dalam memandang dunia ini,
maka tidak ada lagi semua tembok pemisah antarnegara,
antarajaran dan kepercayaan, antarsuku, warna kulit, dan ras,
antarbudaya, dan semua perbedaan adat istiadat, kebiasaan,
tulisan, dan bahasa; termasuk perbedaan antara kaya-miskin,
hina-mulia, pintar-bodoh, dan cantik-jelek!

Namun pada kenyataannya, semua dinding pemisah tersebut


masih berdiri dengan kokoh. Jadi sesungguhnya adakah
kemajuan sejati yang telah dicapai oleh umat manusia? Apakah
umat manusia telah sungguh-sungguh dapat dikatakan beradab
dan berbudaya? Kalau umat manusia telah memiliki budaya
dan peradaban yang maju serta moralitas yang baik, mengapa

173
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

masih terdapat begitu banyak dinding pemisah?

Di dunia ini, sebagian besar manusia memiliki pola pandang


yang terbatas pada lingkup negaranya, ajarannya, suku
bangsanya, budayanya, warna kulitnya, dan ideologinya.
Berdiri dalam lingkaran pemahaman yang sempit terhadap
moralitas kesetiaan, bakti, welas asih, dan integritas.

Dari zaman dahulu hingga sekarang, dikarenakan pemahaman


yang sempit terhadap moralitas kesetiaan, bakti, welas asih, dan
integritas, maka terjadilah pembunuhan antar sesama manusia.
Peperangan yang terjadi antarnegara, antarajaran, antarsuku,
warna kulit, dan etnis, semua ini karena masing-masing
berpegang teguh pada nilai moralitas kesetiaan, bakti, welas
asih, dan integritas yang sempit. Banyak negara yang saling
berperang karena ‘prinsip setia’ pada negaranya. Banyak umat
yang saling berperang dan saling membunuh karena ‘prinsip
setia’ pada ajarannya. Aku setia pada ajaranku, dan kamu setia
pada ajaranmu, secara keras memandang ajaran sendiri yang
paling benar maka benturan pun tak terelakkan.

Dari dahulu hingga sekarang, tak terhitung banyaknya umat


manusia yang kehilangan nyawa akibat berteguh pada pola
pandang yang sempit terhadap moralitas kesetiaan, bakti, welas
asih, dan integritas. Inilah tragedi! Bukan berarti moralitas
kesetiaan, bakti, cinta kasih, dan integritas tidak baik, namun
kita tak bijak dalam merealisasikannya! Bukankah orang tua
lainnya bagaikan orang tua kita sendiri? Bukankah anak orang
lain bagaikan anak kita sendiri? Bukankah kakak-adik orang
lain sesungguhnya bagaikan kakak-adik kita sendiri? Bukankah
kerabat orang lain adalah kerabat kita sendiri? Bukankah
sesungguhnya kita semua bersaudara?

Dengan pola pandang yang sempit terhadap moralitas kesetiaan,


bakti, cinta kasih, dan integritas, mengandalkan apa kita saling

174
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

mencelakai, membunuh, dan saling menjebak? Apakah ini


yang dikatakan manusia yang beradab dan berbudaya? Manusia
masih harus terus meningkatkan dirinya! Sungguh moralitas
umat manusia yang ada saat ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna.

Berpijak pada pandangan yang sempit dalam menjalankan


nilai kesetiaan, bakti, welas asih, dan integritas; berpijak pada
pola pandang yang sempit dalam melihat dualisme kehidupan
seperti kaya-miskin, hina-mulia, cantik-jelek, pintar-bodoh;
semua ini yang menyebabkan terjadinya berbagai perseteruan,
pertentangan, perdebatan, gesekan, saling mencelakai, bahkan
peperangan. Sesungguhnya hal demikian tidak perlu terjadi!

Singkat kata, jika saya, Anda, dia, beserta seluruh umat manusia
telah memiliki jiwa dan wawasan ‘dunia satu keluarga’, barulah
hidup umat manusia akan terus berkesinambungan!

Bila moralitas meninggalkan keindahan sifat kodrati yang mulia


maka moralitas hanya menjadi bahan literatur semata. Ajaran
tentang kesetiaan, bakti, cinta kasih, dan integritas hanya teori
belaka. Jika perbuatan, tutur kata, dan pikiran kita jauh dari
kebenaran yang sesungguhnya, maka semua moralitas yang
kita sebut sebagai welas asih, integritas, bakti, dan kesetiaan,
serta semua kegiatan sosial yang dilakukan hanyalah formalitas
belaka.

Bila perbuatan, tutur kata, dan pikiran kita jauh dari kebenaran
karena telah kehilangan keindahan sifat kodrati yang mulia,
maka akan terjadi kecenderungan degradasi sosial seperti
masyarakat sekarang ini, yaitu menurunnya nilai-nilai moral
dan kemerosotan hati manusia. Orang-orang akan mulai menilai
kebajikan seperti welas asih, integritas, kesetiaan, berbakti, dan
perbuatan bajik sebagai perilaku yang telah ketinggalan zaman,
kuno, dan konservatif. Ini menandakan bahwa manusia mulai

175
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan

mengubur dirinya sendiri!

Kalau moralitas meninggalkan keindahan sifat kodrati yang


sunya, maka semua pengamalan nilai moral, kesetiaan, bakti,
welas asih, dan integritas, serta semua perbuatan baik maupun
kegiatan sosial lainnya akan meninggalkan jejak! Kita berharap
mendapat nama baik, berharap dipuji dan dikenang. Oleh
karena itu jika moralitas meninggalkan keindahan sifat kodrati
yang sunya, maka jika tidak mendatangkan nama harum, tidak
membuat kita dipuji dan dikenang, semua pengamalan moral
kesetiaan, bakti, welas asih, integritas, serta semua perbuatan
baik akan ditinggalkan.

Marilah kita sadari! Pada hakikatnya watak sejati kita adalah


mahabajik. Oleh karena itu semua nilai moralitas, semua
pengamalan setia, bakti, cinta kasih, dan integritas, semua
perbuatan bajik maupun amal sosial adalah hal yang tak
terpisahkan dari diri kita. Mereka telah ada dalam sifat-sifat
kodrati kita. Mereka hidup dalam diri kita, begitu wajar alami.
Sewajar detak jantung kita, sewajar hembusan nafas kita,
sewajar lapar ingin makan, ngantuk ingin tidur. Demikianlah
semua berjalan dengan sangat alami, wajar sebagaimana
mestinya. Bilamana saat berbuat baik selalu berharap untuk
diketahui orang lain, itu sama halnya seperti ingin orang lain
mengetahui bahwasanya jantung kita masih berdetak dan
paru-paru kita masih bernafas. Atau selalu berkata aku lapar
harus makan, aku haus harus minum, aku ngantuk harus tidur.
Bukankah ini sesuatu yang sebenarnya tak perlu!

Moralitas yang meninggalkan keindahan sifat kodrati yang


bahagia akan membawakan ketidakbahagiaan bagi umat
manusia. Karena dikungkung oleh perbedaan bangsa, suku,
warna kulit, dan ras; dibelenggu oleh perbedaan ajaran,
kepercayaan, budaya, dan ideologi, lantas umat manusia
mengatasnamakan nilai moral, memakai bendera kesetiaan,

176
bakti, welas asih, dan integritas, memakai alasan berbuat
baik dan beramal sosial, untuk saling berseteru satu sama lain.
Sesungguhnya ini adalah perilaku yang paling tidak bermoral!

Manusia dikatakan sebagai makhluk yang termulia karena memiliki


keyakinan! Berkeyakinan untuk mengasihi alam; berkeyakinan
untuk menjunjung martabat hidup semua bentuk kehidupan;
berkeyakinan untuk menjunjung tinggi nilai dan harkat hidup
manusia; berkeyakinan akan keindahan sifat kodrati yang mulia,
sunya, dan bahagia. Berkeyakinan bahwa dunia pada hakikatnya
adalah satu keluarga; berkeyakinan bahwa persaudaraan dan
persatuan seluruh umat manusia akan terwujud. Meyakini akan
terwujudnya dunia damai sentosa; terwujudnya taman sukacita
semesta yang sempurna sejati, bajik, dan indah di dunia ini!

Sesungguhnya segala bentuk moralitas seperti setia, bakti, cinta


kasih, integritas, serta semua perbuatan dan kegiatan sosial
merupakan pengamalan dari keyakinan. Ini merupakan hal yang
biasa! Ini merupakan kewajiban Nuraniah umat manusia! Pada
hakikatnya segala bentuk moralitas, segala perbuatan setia, bakti,
cinta kasih, dan integritas, semua perbuatan baik dan amal sosial
bertujuan membawakan kebahagiaan untuk diri sendiri dan semua
orang!

177
178
Bab 6
Hasil Yang Sempurna
Dengan Berpedoman pada Keyakinan Akal Budi,
Kita Bangun Keyakinan Bersama Warga Dunia,
untuk Wujudkan Dunia Satu Keluarga

179
Hasil Yang Sempurna

I. Keyakinan Akal Budi


Apakah yang dimaksud dengan keyakinan akal budi?
Dalam proses evolusi makhluk hidup di bumi, faktor utama
yang menyebabkan umat manusia dapat terus bertahan hidup
adalah berkat adanya penyebaran, pewarisan, pengajaran, dan
pengembangan terhadap pengetahuan. Semenjak adanya umat
manusia, pewarisan pengetahuan tentang kelangsungan hidup,
tentang kehidupan, spirit kehidupan, dan hidup manusia telah
berlangsung secara terus menerus, baik melalui lisan maupun
tulisan; diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya tanpa henti; melalui sarana pendidikan dari
orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya, pemerintah
kepada rakyatnya, senior kepada junior, atasan kepada
bawahan, majikan kepada karyawan, dan berbagai pengajaran
lainnya. Di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat,
proses pewarisan pengetahuan terus berlangsung.

Dalam proses evolusi ini, hal yang terpenting adalah


bagaimana hidup manusia dapat terus berlangsung secara
berkesinambungan? Bagaimana manusia memiliki kehidupan
yang semakin indah? Bagaimana manusia dapat melindungi
hidup sendiri? Bagaimana hidup menemukan kembali akar
pokoknya? Serta bagaimana manusia meniti perjalanan hidup
yang akbar dan gemilang? Untuk memperoleh solusi atas
semua permasalahan di atas, maka lahirlah berbagai macam
cabang ilmu pengetahuan. Mulai dari pengetahuan agama,
filsafat, seni, olahraga, industri, pertanian, bisnis, teknologi,
pendidikan, meteorologi, ilmu bahari (pelayaran), ilmu navigasi
(aeronautika), kesehatan, kedokteran, ilmu alam, astronomi,
sejarah, geologi, geografi, gastronomi (tata boga), tata busana,
arsitekur, transportasi, dan lain sebagainya.

Semua pengetahuan ini bertujuan membantu manusia agar


dapat hidup berkesinambungan. Membantu manusia agar dapat

180
Hasil Yang Sempurna

menjalani kehidupannya dengan indah. Membantu manusia


untuk melindungi hidupnya. Membantu manusia bagaimana
selama hidup dapat menemukan kembali sang pokok akar.
Membantu manusia meniti jalan hidup yang akbar dan
gemilang.
Contoh:
●● Pengetahuan agama. Membantu manusia untuk menikmati
kehidupan mental dan spiritual, juga membantu umat
manusia untuk semakin sadar dalam menemukan jalan
kembali ke sumber kehidupan.
●● Pengetahuan filsafat. Juga membantu manusia agar dapat
menikmati kehidupan mental dan spiritual.
●● Pengetahuan kesenian, termasuk di dalamnya adalah seni
musik dan lagu, seni sastra dan puisi, seni tari dan drama, seni
lukis dan ukir, fotografi, tata boga, tata busana, arsitektur, dan
lain-lain. Semua ini bertujuan untuk memperkaya kehidupan
mental dan memperindah kehidupan spiritual umat manusia.
●● Pengetahuan medis. Melalui ilmu medis kita semakin
mengerti betapa mukjizat dan luar biasa sistem dalam
tubuh kita. Tubuh kita bagaikan sebuah dunia kecil, yang
merupakan ciptaan Tuhan yang paling luar biasa. Karena
itu, setiap manusia hendaknya dapat menjaga dan mencintai
dirinya sendiri, menikmati kehidupan mental dan spiritual
dengan baik. Dapat menarik dan menghembuskan napas
dengan leluasa, dengan demikian barulah hidup bisa tetap
sehat. Inilah kebahagiaan!
●● Pengetahuan pertanian (agrikultur). Mengajarkan
kepada manusia bagaimana caranya bercocok tanam agar
memperoleh hasil yang semakin baik dan maksimal. Semua
tanaman memperoleh sari makanan dari perpaduan unsur
alam berupa sinar mentari dan bulan, hujan dan embun yang
membasahi, bumi yang menumbuhkan, kemudian barulah
kita dapat melihat hasilnya berupa ladang, kebun, dan sawah

181
Hasil Yang Sempurna

yang luas. Kita baru dapat memperoleh beraneka ragam


buah-buahan yang ranum. Barulah kita juga dapat menikmati
sayur-sayuran nan segar dan bergizi. Kita juga dapat melihat
hamparan bunga beraneka warna nan harum semerbak yang
membuat mata tidak berkedip. Melihat semua keindahan ini,
kita hanya dapat memuji dan memuliakan keagungan dan
kebesaran Tuhan Bunda Semesta. Semua hal ini membantu
kita di dalam menikmati kehidupan mental dan spiritual yang
indah dan bahagia.
●● Pengetahuan alam. Saat kita menonton film, melihat
foto atau lukisan pemandangan alam yang indah, seketika
mata menjadi berbinar-binar, jiwa dipenuhi semangat baru,
kerisauan pun sirna, hati pun menjadi tenang dan damai.
Mentari yang terbit indah berseri di pagi hari dan terbenam
dengan penuh pesona di kala senja, langit nan biru dan
cerah, semarak awan putih yang terus berkelana ke segala
penjuru, kabut yang melayang ringan menyapa permukaan
bumi, pelangi nan molek, gunung kokoh yang menjulang
tinggi, hamparan padang rumput nan hijau, pepohonan nan
rindang dan hutan rimba nan teduh, sawah yang menguning
keemasan, merdu kicauan burung, beraneka ragam bunga
yang indah bermekaran, danau nan tenang, aliran sungai nan
menggelora, kali yang jernih, samudra raya nan luas, gurun
pasir yang tiada batas, kuda-kuda yang berpacu dengan penuh
semangat, kerumunan sapi yang berjalan beriringan, burung-
burung yang terbang bebas menari di langit, beraneka bentuk
bebatuan nan indah dan gaib, barisan bukit nan putih kala
salju datang menyelimuti, lembah permai nan tenang dan
damai, sinar rembulan nan lembut, taburan bintang berkelap-
kelip penuh gemerlap. Menyaksikan keindahan alam yang
sungguh luar biasa mempesona, betapa bahagianya perasaan
ini! Diri bagaikan kembali ke pangkuan Bunda Semesta.

Pada hakikatnya “Langit dan bumi satu sumber dengan

182
Hasil Yang Sempurna

diriku, laksa makhluk satu raga denganku”. Inilah kondisi


“sunya”, watak Ilahiku yang sesungguhnya. Demikianlah,
memahami dan mencintai keindahan serta kekayaan alam
semesta semakin mengantarkan kita pada kebahagiaan.
●● Pengetahuan astronomi. Berkat kemajuan teknologi,
pengetahuan astronomi umat manusia menjadi semakin luas
dan kaya, semakin mengenali keajaiban dari alam jagad raya.
1) Bila dibandingkan dengan bumi, manusia bagaikan setetes
air di tengah samudra.
2) Bila dibandingkan dengan tata surya, bumi bagaikan
setetes air di tengah samudra.
3) Bila dibandingkan dengan galaksi Bima Sakti (Milky
Way), tata surya bagaikan setetes air di tengah samudra.
4) Bila dibandingkan dengan jagad raya, galaksi Bima Sakti
bagaikan setetes air di tengah samudra.

Melalui pengetahuan astronomi, kita sebagai manusia


semakin menyadari bahwa manusia sungguh sangat kecil
di tengah jagad raya, bahkan kecil hingga tidak terlihat.
Melihat galaksi-galaksi yang tiada batas, sebagai manusia
kita hanya bisa berdecak kagum, tiada kata-kata yang mampu
melukiskannya dan tiada yang mampu membayangkannya.
Di kala diri berhadapan dengan keagungan jagad raya, tidak
dibutuhkan lagi ucapan dan proses pembinaan diri untuk
melepaskan keakuan, karena seketika itu juga sirnalah
keakuan, keangkuhan, dan kesombongan. Seketika itu
juga tercapailah kondisi hati yang sunya. Yang dimaksud
dengan “Bersatu raga dengan sang sunya, hidup kekal
abadi menyamai Sang Tiada Tara”, demikianlah pembinaan
spiritual dan dhyana yang melampaui pengetahuan ajaran.

Pembinaan spiritual dan dhyana yang melampaui ajaran ini ada


di mana-mana dan mudah diperoleh. Contohnya, menikmati
alunan melodi atau senandung lagu alam semesta yang indah,

183
Hasil Yang Sempurna

ataupun menikmati senam dan tarian kasih semesta yang penuh


semangat, penuh vitalitas, dan kaya akan nilai sejati, bajik,
dan indah. Seketika itu juga lepaslah semua keterikatan dan
kemelekatan, lenyaplah semua kegalauan! Hati menjadi tenang
dan damai, penuh dengan keceriaan, jiwa penuh sukacita,
Nurani penuh kebahagiaan! Inilah sesungguhnya tujuan yang
ingin dicapai dari pembinaan spiritual dan dhyana diberbagai
ajaran.

Di saat kita berada dalam pelukan sang Bunda Semesta,


maka lupalah semua keakuan diri. Pada saat itu diriku dengan
pohon, rumput, bunga, langit, sungai, telaga, gunung, angin,
kicauan burung, adalah satu kesatuan. Sungguh bebas leluasa!
Tiada beban! Inilah kehidupan mental dan spiritual yang kaya
berlimpah.

Selain ada dalam ajaran, kehidupan spiritual dan dhyana juga


ada dalam kesenian, dalam alam semesta, astronomi, geografi,
dan lain-lainnya. Inilah intisari dari keyakinan akal budi.

Kebijaksanaan nenek-moyang di masa lampau, sebelum


hadirnya berbagai ajaran di dunia, mereka telah menghormati
alam semesta raya, menyakini adanya hukum astronomi, dan
mempraktekkan berbagai kesenian. Inilah awal dari adanya
keyakinan akal budi.

Akal budi bagaikan sebuah kunci yang dapat membuka pintu


pikiran yang rasional dan bijaksana. Menggunakan sarana
pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang
rasional dan bijaksana. Kemudian menggunakan kemampuan
berpikir yang rasional dan bijaksana untuk menelaah,
menganalisa, meneliti, dan menghayati bahwa ternyata ajaran
dan keyakinan adalah dua hal yang berbeda! Sebelum adanya
ajaran, nenek moyang kita pada masa lalu telah memiliki
keyakinan. Keyakinan ini berasal dari rasa hormat dan syukur

184
Hasil Yang Sempurna

kepada alam semesta raya. Pada zaman dahulu, berhubung


kebijaksanaan dan pengetahuan manusia masih sangat
terbatas sehingga keyakinan berkembang menjadi beragam
opini yang membingungkan dan menyesatkan. Ditambah
dengan pengarahan yang keliru dari para tetua, keyakinan pun
menjurus ke takhayul. Hingga akhirnya lahirlah ajaran untuk
menyatukan berbagai suku, etnis, dan ras, yang memiliki
kepercayaan yang berbeda-beda ke dalam sistem kepercayaan
monoteisme atau politeisme. Inilah persembahan terbesar
keberadaan ajaran bagi umat manusia. Namun karena pikiran
yang rasional dan bijaksana dari berbagai penganut ajaran
berbeda-beda, pada akhirnya membuat pengikut yang kurang
rasional dan bijaksana cenderung hanya mengutamakan sistem
dan menyampingkan nilai keyakinan luhur yang sebenarnya.
Lambat laun mereka ini menjadi pengikut ajaran yang
takhayul, fanatik, ekstrim, eksklusif, dan bersifat mitos. Jika
tidak diimbangi dengan pikiran yang rasional dan bijaksana
maka ajaran dan kepercayaan akan kehilangan arah: hanya
mengagungkan ajaran sendiri dan merendahkan keyakinan
ajaran lain.

Di abad ke-21 ini, banyak terjadi ketidakharmonisan


dalam keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Namun kesalahan dalam
menafsirkan keyakinan ajaran dan eksklusivisme dalam
menganut ajaran merupakan salah satu penyebabnya. Untuk
menyelesaikan persoalan ini, solusi yang terbaik adalah dengan
mengembangkan keyakinan akal budi. Sekalipun dunia dan
zaman terus berkembang maju, namun umat manusia tidak
bisa tidak mempunyai keyakinan.

Kemampuan analisis yang rasional dan bijaksana membuat


kita memahami dengan jelas bahwa memiliki keyakinan
adalah kodrat atau sifat asal - 天性 setiap manusia. Bagaikan
kodratnya bunga matahari yang selalu mengarah kepada sinar

185
Hasil Yang Sempurna

matahari, ikan salmon yang selalu kembali ke tempat asal


kelahirannya, atau anak kecil yang selalu ingin dekat dengan
sang bunda.

Sesungguhnya keyakinan adalah panggilan alami manusia


untuk kembali ke sumber asalnya. Karena dorongan keinginan
inilah muncul kekuatan dalam diri manusia untuk mencari
sumber akar hidupnya. Keyakinan juga merupakan panggilan
dari lubuk hati terdalam umat manusia yang penuh keindahan
yang mulia, sunya, dan bahagia.

Oleh karena itu, semakin dalam keyakinan seseorang, maka


ia akan semakin mampu bersyukur, menghormati, dan
mengasihi segalanya; semakin tinggi keyakinan seseorang,
maka ia akan semakin harmonis, ramah, serta berpadu dengan
langit, bumi, manusia, dan semua makhluk; semakin luas
keyakinan seseorang, maka ia akan semakin merendahkan hati,
mengosongkan diri, dan mengembalikan jiwa-raga ke kosong
tiada.

Sesungguhnya, keyakinan adalah suara dari lubuk hati yang


terdalam untuk kembali ke Sang Sumber Asal. Jadi keyakinan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, spirit kehidupan, dan
hidup manusia! Karena kalau kehidupan tiada keyakinan,
maka kehidupan hanya diisi dengan pelampiasan naluri
hewani semata; jika spirit kehidupan tiada keyakinan, maka
tak akan ada peradaban mental, lenyap dan sirnalah peradaban
spiritual. Hidup manusia dipenuhi dengan kegelapan tanpa
cahaya spiritual, bagaikan mayat berjalan. Jika perjalanan
hidup manusia tiada keyakinan, maka hidup manusia bagaikan
tanaman air yang tak berakar, berkelana segenap hidup dalam
samudra luas tanpa arah dan tujuan.

186
Hasil Yang Sempurna

1. Sepuluh pemahaman keliru akan keyakinan:


1) Keyakinan bukan pemujaan.
2) Keyakinan bukan ajaran (*baca catatan).
3) Keyakinan bukan takhayul.
4) Keyakinan bukan sikap membabi buta.
5) Keyakinan bukan fanatisme.
6) Keyakinan bukan dualisme.
7) Keyakinan bukan eksklusivisme.
8) Keyakinan tidak diskriminatif.
9) Keyakinan bukan pengkultusan (pendewaan).
10) Keyakinan tidak destruktif (berbahaya).

2. Sepuluh ciri-ciri keyakinan akal budi:


1) Keyakinan akal budi adalah sumber sukacita
kehidupan.
2) Keyakinan akal budi adalah mata air kebahagiaan.
3) Keyakinan akal budi adalah penuntun hidup yang
bercahaya.
4) Keyakinan akal budi adalah motor penggerak bagi
kesinambungan hidup.
5) Keyakinan akal budi adalah perekat kebahagiaan
dalam keluarga.
6) Keyakinan akal budi adalah obat kedamaian dan
keharmonisan kehidupan masyarakat.
7) Keyakinan akal budi adalah landasan negara yang
makmur dan sentosa.
8) Keyakinan akal budi adalah pondasi yang kuat bagi
kehidupan dunia yang damai abadi.
9) Keyakinan akal budi adalah sumber daya terbesar bagi
kekayaan kehidupan mental.
10) Keyakinan akal budi adalah pilar utama kehidupan
spiritual yang berlimpah.

187
Hasil Yang Sempurna

Catatan:
Sesungguhnya keyakinan merupakan panggilan kodrati manusia
untuk kembali ke sumber asalnya. Karena dorongan panggilan
inilah muncul kekuatan dalam diri manusia untuk mencari sumber
akar hidupnya. Keyakinan juga merupakan panggilan dari lubuk
hati terdalam umat manusia yang penuh keindahan yang mulia,
sunya, dan bahagia. Demikianlah sesungguhnya keyakinan adalah
sifat bawaan sejak lahir, dan bukan diperoleh dari luar diri. Oleh
karenanya dikatakan bahwa keyakinan telah ada sebelum adanya
ajaran-ajaran di dunia. Keyakinan telah ada dalam hati setiap umat
manusia di dunia.

II. Terwujudnya keyakinan bersama warga dunia


Dalam pembabaran dan penyebaran keyakinan bersama warga
dunia, maka seluruh warga dunia bersama meyakini adanya
TuhanYang Ilahi ( ).

TuhanYang Ilahi adalah akar pokok dan sumber asal langit bumi,
manusia, dan segala bentuk kehidupan. Demi menemukan Sang
Sumber, ajaran menuntun umat manusia untuk meyakini Tuhan
Yang Maha Pengasih (上帝) dan memiliki keyakinan kepada
para Nabi atau para Buddha. Ketika seluruh umat manusia
telah kembali dan menyatu dengan Sang Sumber kehidupan
yaitu Tuhan Yang Ilahi ( ), maka ajaran-ajaranpun telah
mewujudkan misi yang mulia dalam menuntun umat manusia
menuju keyakinan yang benar.

Tuhan Yang Ilahi ( ) yang menciptakan dan mengayomi langit,


bumi, manusia, dan laksa kehidupan, dihormati sebagai Tuhan
Yang Maha Pengasih (上帝); Tuhan Yang Ilahi yang berkuasa
atas sekujur badan jasmani kita, yang membuat mata kita bisa
melihat, telinga bisa mendengar, mulut bisa berbicara, badan
bisa beraktivitas. Inilah yang disebut sifat kodrati / watak sejati
(本性) atau Buddhata (佛性).

188
Hasil Yang Sempurna

Kita semua bersaudara karena kita bersama memiliki satu


Tuhan Yang Ilahi ( ), juga bersama memiliki satu Tuhan Yang
Maha Pengasih (上帝). Semua umat manusia pada dasarnya
memiliki sifat Ilahi atau kebuddhaan dalam dirinya yang
secara umum dikenal sebagai Hati Nurani. Ketika semua orang
berteguh pada sifat-sifat Ilahi, kata-kata yang diucapkan sesuai
dengan hati nurani, perbuatannya sesuai dengan hati nurani,
maka setiap orang dapat mencapai kesempurnaan. Dunia yang
kita tempati ini pun akan berubah menjadi negeri Buddha atau
sukhavati di dunia, taman bahagia yang sempurna sejati, bajik
dan indah. Ketika umat manusia telah mencapai akal budi yang
luhur, menyatu kembali dengan Sang Sumber Kehidupan yaitu
Keilahian, itulah perwujudan misi mulia ajaran-ajaran di dunia.
Warga dunia akan berterima kasih pada ajaran-ajaran yang
telah menuntun umat manusia kepada keyakinan yang benar.
Inilah pencapaian, misi, dan persembahan terbesar bagi dunia
dan manusia yaitu pencapaian keyakinan bersama warga dunia
dan terwujudnya dunia satu keluarga.

Disebut keyakinan bersama warga dunia karena keyakinan telah


menjadi bagian kehidupan umat manusia, sama pentingnya
dengan detak jantung dan tarikan napas kehidupan, sangat wajar
dan alami. Sewajar ingin makan ketika lapar, ingin minum
kala haus, dan ingin tidur kala ngantuk. Begitulah keyakinan
telah menjadi kehidupan spiritual yang tak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Kehidupan spiritual adalah kehidupan nurani yang indah,


kehidupan kasih yang indah, keindahan kehidupan yang mulia,
sunya, dan bahagia. Juga merupakan keindahan kehidupan yang
penuh keharmonisan, kebijaksanaan, dan kasih sayang. Itulah
suasana kehidupan dalam negeri Buddha di dunia, sukhavati di
bumi.

Seiring dengan kemajuan modernisasi, rasionalisasi, ilmu

189
Hasil Yang Sempurna

pengetahuan, dan teknologi, penganut ajaran semakin


berkurang. Contohnya di dunia barat, selain warga negara Itali,
hanya tersisa sepertiga warga yang masih ke tempat ibadah.

Mari kita berpikir dengan jernih, sebelum kedatangan para


Nabi dan para Buddha, Tuhan telah ada, bukan ajaran-ajaran
yang melahirkan Tuhan. Sama halnya, bukan karena Buddha
Sakyamuni terlahir di dunia barulah ada Buddhata dalam diri
umat manusia. Sebelum Buddha Sakyamuni lahir ke dunia,
Buddhata sudah ada dalam diri manusia. Jadi Tuhan Yang
Maha Pengasih adalah Tuhan bagi seluruh umat manusia di
dunia. Tuhan Yang Ilahi ( ),Tuhan semua umat manusia.

Pada hakekatnya, misi ajaran yang utama adalah menyampaikan


pesan kepada seluruh umat manusia bahwa kita memiliki
satu Tuhan yang sama. Ketika umat manusia dapat bersama
meyakini satu Tuhan, inilah perwujudan misi mulia ajaran-
ajaran di dunia! Karena tujuan ajaran-ajaran adalah menuntun
umat manusia untuk mengenal Tuhan yang satu dan sama,
ketika semua umat manusia sudah menginsafi dan menerima
bahwa kita semua memiliki Tuhan Yang Ilahi - Tuhan Yang
Maha Pengasih yang sama, maka terwujudlah keyakinan
bersama warga dunia. Dan dengan sendirinya terwujudlah
dunia satu keluarga. Seluruh umat manusia bisa menginsafi dan
menerima bahwa diri setiap manusia memiliki Sifat Buddha
(nurani atau watak sejati) yang sama. Sifat Buddha (nurani atau
watak sejati) tidak membedakan bangsa, suku, warna kulit, ras,
ajaran, kepercayaan, budaya, ideologi, adat kebiasaan, budaya,
bahasa, dan tulisan. Nurani juga tidak mendiskriminasikan
pria-wanita, tua-muda, kaya-miskin, hina-mulia, cantik-jelek,
pintar-bodoh! Kita semua memiliki Nurani yang sama, kita
semua memiliki Tuhan Yang Ilahi yang sama. Karena itu
sesungguhnya kita adalah satu keluarga. Inilah keluhuran dari
keyakinan bersama warga dunia.

190
Hasil Yang Sempurna

Ketika umat manusia telah memiliki keyakinan bersama yang


kodrati, alami, dan sederhana yaitu keyakinan kepada Tuhan
Yang Ilahi - Tuhan yang Maha Pengasih, memiliki keyakinan
bersama bahwa sifat kodrati / watak sejati / Nurani (Buddhata)
kita sama, maka terwujudlah kebersatuan semesta umat
manusia, dunia menjadi satu keluarga.

Peradaban manusia telah memasuki abad dua satu, namun


perdamaian dunia masih terasa sangat jauh. Permasalahan yang
menghambat perdamaian dunia tentu sangat banyak. Namun
permasalahan yang utama tidak jauh dari beberapa poin berikut
ini:
1. Rasa superioritas kebangsaan yang tinggi dan merendahkan
bangsa lainnya.
2. Kebiasaan memandang rendah terhadap suku lain.
3. Kesenjangan sosial yang semakin melebar antara kaya dan
miskin.
4. Negara besar yang merasa superior ingin berkuasa dan
berbuat sekehendak hatinya.
5. Peperangan antar ajaran terus berlangsung, fanatisme
terhadap ajaran semakin serius.
6. Proses evolusi manusia hingga saat ini hanya mengutamakan
kemajuan kehidupan materi, sebaliknya kehidupan mental
dan spiritual semakin mundur.

Untuk menyelesaikan akar permasalahan di atas adalah dengan


menuntun umat manusia menuju keyakinan bersama warga
dunia.

Keyakinan melahirkan kekuatan, hanya dengan kekuatan


keyakinan yang dipancarkan oleh seluruh warga dunia barulah
mampu menurunkan rasa superioritas kebangsaan yang
tinggi; barulah mampu menghilangkan kebiasaan memandang

191
Hasil Yang Sempurna

rendah terhadap suku lainnya; barulah mampu menghilangkan


kesenjangan sosial yang semakin melebar antara kaya dan
miskin; barulah mampu meredam pemikiran negara besar yang
merasa superior ingin berkuasa dan berbuat sekehendak hati;
barulah mampu menghentikan peperangan antar ajaran dan
menghambarkan rasa fanatisme terhadap suatu ajaran.

Dunia satu keluarga, dunia damai sentosa hanya dapat dibangun


diatas landasan keyakinan bersama warga dunia. Karena hanya
dengan keyakinan bersama warga dunia baru mampu membawa
umat manusia memiliki satu keyakinan yang sama, yaitu
bersama meyakini Tuhan yang sama, bersama meyakini sifat
kodrati/watak sejati/Nurani (Buddhata) yang sama. Dengan
bersama-sama meyakini Tuhan dan watak sejati (Buddhata)
yang sama, maka dengan sendirinya akan terpanggil untuk
bersatu, yang mendorong terwujudnya budaya baru, peradaban
baru, nilai hidup baru, dan moralitas baru umat manusia.

Terwujudnya budaya baru adalah terwujudnya dunia yang


harmonis dengan alam. Terwujudnya peradaban baru adalah
terwujudnya peradaban manusia yang menghormati kemuliaan
semua bentuk kehidupan. Terwujudnya nilai hidup baru
adalah terwujudnya konsep hidup yang menjunjung tinggi
nilai dan harkat manusia. Terwujudnya moralitas baru adalah
terwujudnya moralitas dunia satu keluarga.

Keyakinan akan memperkaya kehidupan mental dan memenuhi


kehidupan spiritual. Sesungguhnya, kecemerlangan peradaban
mental dan spiritual dibangun di atas keyakinan. Terutama
keyakinan bersama akan mendatangkan kekuatan dan
kebijaksanaan yang menyebar hingga ke seluruh dunia.

Singkat kata, keyakinan bersama warga dunia adalah harapan


bagi umat manusia agar hidup manusia dapat terus berlangsung!
Terwujudnya dunia satu keluarga, dunia damai sentosa apabila

192
Hasil Yang Sempurna

‘keyakinan bersama warga dunia’ dapat sungguh-sungguh


diwujudkan di dunia. Dedikasi terbesar ajaran adalah menuntun
umat manusia untuk memiliki keyakinan yang benar. Karena
kesalehan terhadap keyakinan akan membangun kekuatan dan
kebijaksanaan dalam diri, sehingga menjadi pengamal ajaran
yang berbudaya baik, yang akan memperkaya kehidupan
mental dan spiritual para penganut ajaran. Inilah sisi positif
keberadaan ajaran-ajaran di dunia!

Namun kita juga harus memahami sisi negatifnya. Timbulnya


sikap fanatik terhadap ajaran menimbulkan pertentangan,
kesalahpahaman, kerenggangan antarumat yang
mengakibatkan terjadinya peperangan dan terorisme yang
sampai sekarang masih terus berlangsung. Inilah sebabnya
mengapa kita harus segera mewujudkan ‘keyakinan bersama
warga dunia’, untuk masa depan dunia yang lebih baik dan
penuh harapan. Semua ini sangat mengandalkan semua insan
yang arif bijaksana dan berhati kasih di seluruh belahan dunia
untuk bersama dan bersatu mewujudkannya!

• Arus keyakinan bersama warga dunia telah dimulai. Ajaran


sudah seharusnya terpanggil untuk mengemban tugas sebagai
penggembala dan pembawa panji yang menuntun seluruh
warga dunia menuju dunia satu keluarga, dunia damai sentosa.
Inilah karya suci yang belum pernah ada sepanjang sejarah.

193
Hasil Yang Sempurna

Keyakinan akal budi


Ke i
yak bud
ina
na a kal
kal i nan
bud yak
i Ke

Keyakinan bersama
umat manusia
Dunia Damai Sentosa
Dunia satu keluarga

Ke
udi yak
kalb ina
na
na kal
ina bud
yak i
Ke
Keyakinan akal budi

Arus Keyakinan Akal Budi

Ada pepatah umum mengatakan, “Banyak jalan menuju


Roma.” Kedatangan setiap ajaran adalah sesuai dengan
zaman, tempat, dan kondisi manusia yang hidup pada masa itu.
Masing-masing ajaran menuntun umat manusia yang berjodoh
menuju jalan keyakinan akal budi, dengan satu tujuan yaitu
mewujudkan keyakinan bersama warga dunia untuk mencapai
dunia satu keluarga yang damai sentosa.

Catatan:
disebut juga Tuhan Yang Ilahi. Aksara berasal dari aksara kuno
( ) di zaman Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM) Tiongkok. Hingga
kemudian pada masa dinasti Qin dan dinasti Han berubah menjadi
aksara yang dipakai hingga sekarang yaitu . Tuhan Yang Ilahi

194
Hasil Yang Sempurna

adalah Bunda langit dan bumi, Bunda semua makhluk hidup, Bunda
para Buddha danpara nabi, Bunda bagi roh kehidupan, Bunda dari
hati nurani.

上帝(Tuhan Yang Maha Pengasih) adalah sang pencipta. Kedua


aksara ini ‘shang’ dan ‘di’ telah ada lebih kurang 3.000 tahun yang
lalu pada zaman kerajaan Tiongkok dinasti Shang. Lebih awal seribu
tahun sebelum manusia mengenal ajaran. Hal ini membuktikan
bahwa jauh hari sebelum adanya organisasi ajaran-ajaran dan misi
penyebaran ajaran, keyakinan kepada Tuhan sudah ada dan tumbuh
di dalam masyakarat Tiongkok kuno.

III. Terwujudnya dunia satu keluarga, kebersatuan


semesta umat manusia
1. Dunia yang warganya hidup harmonis dengan alam.
1) Dunia yang harmonis jiwa dan raga warganya.
2) Dunia yang harmonis setiap keluarganya.
3) Dunia yang harmonis masyarakatnya.
4) Dunia yang harmonis semua negaranya.
5) Dunia yang harmonis kehidupan antar warganya.
6) Dunia yang warganya hidup harmonis dengan semua
makhluk yang hidup di daratan.
7) Dunia yang warganya hidup harmonis dengan semua
makhluk yang hidup di udara.
8) Dunia yang warganya hidup harmonis dengan semua
makhluk yang hidup di air.
9) Dunia yang warganya hidup harmonis dengan
tetumbuhan.
10) Dunia yang warganya hidup harmonis dengan langit dan
bumi.

Dunia yang warganya hidup harmonis dengan alam adalah
dunia ‘Bersatu sumber langit bumi denganku, bersatu raga
laksa makhluk denganku’. Dunia manunggal esa laksa
kehidupan denganku.

195
Hasil Yang Sempurna

2.Dunia yang menjunjung martabat hidup semua bentuk


kehidupan
1) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi status
dan jabatan.
2) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi
kedudukan.
3) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi
kekuasaan.
4) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi harta
kekayaan.
5) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi
segala kepintaran.
6) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi
semua pengetahuan.
7) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi
segala kemampuan dan kehebatan.
8) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi
batasan negara dan kebangsaan. (*catatan)
9) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi
batasan suku dan warna kulit.
10) Dunia yang menjunjung martabat hidup melebihi nilai
semua emas dan permata.

“Hidup adalah anugerah Tuhan yang sungguh mulia, luhur,


sederajat tiada duanya”. Sudah sepantasnya kita menjunjung
martabat hidup semua hewan yang hidup di darat, udara,
dan air. Inilah seharusnya penampilan seorang manusia
yang beradab.

Catatan:
Nabi Meng Zi bersabda,“Rakyat adalah prioritas pertama,
prioritas kedua adalah masyarakat, dan seorang pejabat negara
hanyalah pelayan rakyat.”

196
Hasil Yang Sempurna

3. Dunia yang menjunjung tinggi nilai harkat manusia.


1) Gunung emas tetap bisa dinilai, namun harkat manusia
tak ternilai.
2) Hamparan perak di muka bumi tetap bisa dinilai, namun
harkat manusia tak ternilai.
3) Permata yang langka tetap bisa dinilai, namun harkat
manusia tak ternilai.
4) Prestasi dan kemenangan bisa dinilai, namun harkat
manusia tak ternilai.
5) Pujian dan penghormatan bisa dinilai, namun harkat
manusia tak ternilai.
6) Kemujuran dan keberuntungan bisa dinilai, namun har-
kat manusia tak ternilai.
7) Kesuksesan dan kejayaan bisa dinilai, namun harkat ma-
nusia tak ternilai.
8) Kekayaan yang berlimpah bisa diukur nilainya, namun
harkat manusia tak ternilai.
9) Mobil dan villa yang mewah bisa dinilai harganya, na-
mun harkat manusia tak ternilai.
10) Kecantikan dan ketampanan seseorang bisa dinilai, na-
mun harkat manusia tak ternilai.

‘Harkat manusia adalah yang paling mulia, paling luhur, paling


utama, dan paling tinggi”. Di dunia ini tidak ada benda dan
hal apapun yang lebih tinggi nilainya selain nilai dan harkat
manusia.

4. Terwujudnya Dunia Satu Keluarga.


1) Dunia bersatunya semua keluarga.
2) Dunia bersatunya semua ayah-bunda.
3) Dunia bersatunya semua kakak-adik.
4) Dunia bersatunya semua anak-anak.

197
Hasil Yang Sempurna

5) Dunia bersatunya semua negara.


6) Dunia bersatunya semua bangsa.
7) Dunia bersatunya semua suku.
8) Dunia bersatunya semua warga dan warna kulit.
9) Dunia bersatunya semua ajaran dan kepercayaan.
10) Dunia bersatunya semua budaya dan adat istiadat.

Dalam moralitas dunia satu keluarga, yang ada hanya
kesetiaan, bakti, kasih, dan integritas yang luhur. Kepada
segenap keluarga besar dunia, kita memberikan kesetiaan
yang luhur. Kepada semua orang tua di dunia, kita amalkan
bakti yang luhur. Kepada seluruh saudara, kerabat, kakak
maupun adik di dunia, kita tunjukkan integritas luhur.
Kepada seluruh anak-anak dan seluruh kehidupan di dunia,
kita memberikan cinta dan kasih yang luhur.

5. Dunia dengan Keindahan Mulia, Sunya, dan Bahagia.


• Dunia dengan Keindahan yang Mulia
1) Dunia yang dipenuhi energi positif dan medan magnet
kebaikan yang kuat.
2) Dunia yang dipenuhi empat kebenaran yaitu:
a. Raga-jasmani yang benar: tidak melakukan
pembunuhan, pencurian, dan perbuatan asusila.
b. Jiwa dan hati yang benar: menjauhi keserakahan,
kebencian, dan kebodohan batin.
c. Tutur kata yang benar: menghindari tutur kata jahat,
berlidah dua, omong kosong, dan dusta.
d. Perilaku yang benar: tidak melakukan tindak dan
perbuatan yang negatif.
3) Dunia yang bebas dari hawa kekerasan dan kejahatan.
4) Dunia yang tidak ada lagi perselisihan, pertikaian,

198
Hasil Yang Sempurna

percekcokan, kesalahpahaman, kerenggangan, dan


hubungan yang dingin.
5) Dunia yang tidak ada sikap saling menjatuhkan dan
mencelakai, tiada kekacauan, tiada ancaman teroris,
tiada rasa ketakutan dan tiada peperangan.
6) Dunia yang tidak ada lagi sifat iri dan curiga, selalu
merasa tidak puas dan tidak adil, saling membohongi,
penuh kemunafikan, di depan seseorang memuji namun
di belakangnya menjatuhkan, ditambah lagi sering
menyalahkan Tuhan dan sesama manusia.
7) Dunia yang bebas dari rasa sedih, pesimis, putus asa,
dan tidak berdaya.
8) Dunia yang tidak ada lagi perilaku menfitnah, perilaku
mengkritik yang menjatuhkan, dan kebiasaan mencela.
Tiada perilaku penindasan dan sikap merendahkan.
9) Dunia yang penuh pancaran terang, tiada kriminalitas,
kekotoran, dan kegelapan.
10) Dunia yang di dalamnya tidak ada lagi perilaku yang
membahayakan keberlangsungan hidup makhluk
lainnya.

• Dunia dengan Keindahan yang Sunya


1) Dunia yang setiap warganya menunjukkan watak sejati
yang kodrati, alami, dan sederhana.
2) Dunia yang setiap warganya menjalankan falsafah: “Baik
masalah besar maupun kecil, asalkan telah berlalu maka
biarkanlah berlalu.” Masalah datang dihadapi, masalah
selesai hati pun tenang kembali. Perasaan senang, marah,
sedih, dan gembira selalu terjaga kestabilannya.
3) Dunia yang setiap warganya merealisasikan
‘mengosongkan diri, dapat mengembalikan jiwa-raga ke
kosong-tiada, berpijak pada keilahian’. Selalu memeluk

199
Hasil Yang Sempurna

hati murni bagai seorang bayi.


4) Dunia yang setiap warganya melaksanakan perilaku
yang senantiasa membawa kebaikan bagi orang lain,
senantiasa berdedikasi dan berkorban namun sedikitpun
tidak mengharapkan pamrih, imbalan, dan diketahui
orang lain.
5) Dunia yang setiap warganya berteguh dalam prinsip:
kejahatan sekecil apapun tidak dilakukan, perbuatan
bajik sekecil apapun tidak dilewatkan. Dan dalam setiap
perbuatan bajik tidak meninggalkan jejak.
6) Dunia yang setiap warga negaranya mengamalkan:
kesetiaan, bakti, kasih, dan integritas luhur dengan penuh
kewajaran, seperti ketika lapar segera makan, ketika haus
minum air, ketika ngantuk lalu tidur. Sangat biasa dan
wajar alami.
7) Dunia yang setiap warganya merealisasikan konsep
hidup, asalkan jantung masih berdetak dan nafas masih
berhembus maka kita harus senantiasa mengasihi orang
tua, mengasihi suami maupun istri, mengasihi putra-putri
dan sanak saudara, menyayangi seluruh kerabat, sahabat,
masyarakat, negara, dan dunia. Demikian juga mengasihi
semua hewan yang hidup di darat, laut, dan udara,
mengasihi semua tetumbuhan, mengasihi semua bentuk
kehidupan, mengasihi seluruh alam semesta. Mengasihi
mereka dengan segenap hidup, seperti sama pentingnya
detak jantung dan setiap tarikan napas bagi kehidupan
kita.
8) Dunia yang setiap warganya menampilkan kesunyaan
pada mata, telinga, hidung, lidah, mulut, dan badan
jasmani dengan indah. Yang dilihat oleh mata, didengar
oleh telinga, dibaui oleh hidung, diucapkan oleh mulut,
dirasakan oleh jasmani, dilakukan oleh raga ini, semuanya
sangat indah.

200
Hasil Yang Sempurna

9) Dunia yang dibentangi langit biru yang indah, awan putih


tak bernoda, pelangi yang penuh warna-warni, kilau
cahaya fajar dan senja yang memukau, sinar rembulan
yang lembut ditemani kelap-kelip cahaya bintang bagai
taburan berlian. Bumi raya yang begitu indah dengan
lautan luas membentang tak bertepi, telaga tenang yang
mampu memantulkan cahaya, kelokan anak sungai
yang elok, gunung-gunung menjulang tinggi nan kokoh,
pepohonan lebat bertautan dalam hutan belantara yang
rimbun, hamparan padang rumput nan hijau menyegarkan
dan taman bunga berwarna-warni bagai lukisan. Embusan
angin yang sejuk membuat hamparan bunga, rumput,
dan pepadian menari dengan riang. Sungguh menyentuh
hati semua insan yang memandang fenomena alam yang
mempesona ini. Di tambah lagi dengan aroma wangi
bunga, rerumputan, pepohonan, buah-buahan, sayuran,
pepadian, dan gandum membuat jiwa terbuai dalam
keharuman. Disertai suara kicau burung hong/phoenix,
aungan naga, gemericik air, rintik hujan, hempasan air
terjun, tarian ranting pepohonan, gemuruh gelombang,
dan suara anak kecil yang lucu bermain riang, merangkai
menjadi paduan suara alam semesta yang indah. Inilah
sebuah dunia yang membuat hati menjadi lapang, jiwa
riang ceria berlimpah kebahagiaan.
10) Dunia yang dipenuhi keindahan sunya, setiap insan yang
hidup di dalamnya adalah manifestasi nyata dari estetika
damai tenang, estetika damai hening, dan estetika damai
bahagia. Setiap insan juga merupakan manifestasi nyata
dari tiga estetika kesederhanaan dengan pola pikir yang
sederhana, perilaku yang bersahaja, dan pola hidup
yang sederhana. Semua orang hidup dalam suasana
yang penuh keindahan yang sunya, sehingga tiada lagi
pertikaian dan perselisihan, tiada lagi materi yang bisa
membutakan mata hati. Hidup bebas berkelana dalam

201
Hasil Yang Sempurna

kesunyaan. Inilah sebuah dunia yang bebas leluasa.

• Dunia dengan Keindahan yang bahagia


1) Dunia yang setiap warganya menunjukkan martabat
hidup yang mulia, luhur, dan sakral.
2) Dunia yang setiap warganya dalam setiap detik hidup
dalam kegembiraan, kesukacitaan, dan kebahagiaan.
3) Dunia yang setiap warganya memancarkan keindahan
sifat kodrati diri yang bahagia. Kebahagiaan bukan
didapat dan dicari dari luar diri serta bukan diberikan
oleh orang lain. Juga bukan karena kita memiliki dan
mendapatkan sesuatu baru kita merasa bahagia.
4) Dunia yang setiap warganya memancarkan keindahan
sifat kodrati diri yang bahagia, sehingga semua yang
dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dibaui oleh
hidung, dicicipi oleh lidah, diucapkan oleh mulut,
dirasakan oleh jasmani, dan dilakukan oleh badan raga,
semuanya penuh rasa kebahagiaan.
5) Dunia yang setiap warganya memancarkan estetika
sepuluh semangat kebersamaan, yaitu: estetika hidup
bersama dalam kebahagiaan, estetika jaya bersama
dalam kebahagiaan, estetika gembira bersama dalam
kebahagiaan, estetika kaya bersama dalam kebahagiaan,
estetika tenang bersama dalam kebahagiaan, estetika
sadar bersama dalam kebahagiaan, estetika milik
bersama dalam kebahagiaan, estetika perolehan
bersama dalam kebahagiaan, estetika berkah bersama
dalam kebahagiaan, estetika sukses bersama dalam
kebahagiaan.
6) Sebuah dunia yang bermandikan samudra kebahagiaan
yang indah, maka: orangtua yang bahagia melahirkan
dan membesarkan putra-putri yang bahagia, putra-putri
yang bahagia akan selalu memberikan kebahagiaan

202
Hasil Yang Sempurna

yang tiada akhir kepada orang tua; suami istri yang


bahagia pasti membangun keluarga yang bahagia.
Dalam keluarga yang bahagia, anak-anak pun hidup
dalam jalinan persaudaraan kakak adik yang rukun-
harmonis penuh kebahagiaan, seluruh sanak saudara
dan kerabat hidup dalam ikatan persaudaraan keluarga
yang bahagia.
Dari keluarga-keluarga yang bahagia inilah akan
terwujud masyakarat yang bahagia, semua anggota
masyarakat bersama menikmati kebahagiaan yang
damai dan harmonis. Dalam dunia yang bahagia kita
bisa menemukan atasan yang bahagia, rekan kerja,
teman bermain, teman sekolah, tetangga yang bahagia
serta bawahan dan junior yang bahagia. Setiap orang
antusias dalam bekerja, antusias dalam berhubungan
dengan sesama, antuasias mengasihi kehidupan,
sungguh sebuah dunia yang diwarnai panorama bahagia.
7) Sebuah dunia yang berlimpah kebahagiaan yang indah,
matahari dengan bahagia menyinari bumi raya yang
bahagia. Bumi raya dengan bahagia menumbuhkan
hamparan rumput dan pepohonan yang bahagia,
memekarkan bunga yang bahagia, dan melimpahkan
hasil padi, palawija, buah-buahan, sayur mayur yang
bahagia. Di atas bumi raya yang bahagia ini terdapat
samudra luas, sungai, danau, dan telaga yang bahagia.
Begitu juga gunung dan hutan belantara yang bahagia
berdiri dengan kokoh di atasnya. Di permukaan bumi
raya juga bertiup angin bahagia yang menyejukkan dan
kala malam tiba diselimuti sinar lembut cahaya bulan
yang bahagia. Inilah sebuah lukisan kebahagiaan yang
hidup, yang menyentuh hati setiap insan dalam dunia
yang bahagia.
8) Matahari yang bahagia menyinari dunia dengan

203
Hasil Yang Sempurna

kebahagiaan, sehingga setiap orang hidup dalam


keluarga, masyarakat, dan dunia dengan bahagia.
Matahari juga menyinari semua bentuk kehidupan
lainnya. Sehingga kemuliaan, keluhuran, dan kesakralan
martabat hidup turut berpancar dengan penuh pesona.
Dalam dunia bahagia, pejabat yang bahagia senantiasa
mengayomi rakyatnya yang bahagia; petani yang bahagia
bertani di ladang yang membahagiakan; pegawai yang
bahagia mengerjakan pekerjaan yang membahagiakan;
pedagang yang bahagia menjual barang dagangan yang
membahagiakan; pelayan publik yang bahagia melayani
publik yang bahagia; guru yang bahagia mendidik murid
yang bahagia; pekerja seni yang bahagia menghasilkan
karya seni yang membahagiakan. Sungguh adalah
sebuah dunia yang penuh kebahagiaan.
9) Setiap pekerja seninya selalu bahagia dan juga berperan
sebagai penyampai keindahan bahagia melalui:
musik dan lagu yang membahagiakan (musik dan
tembang kasih alam), lukisan yang membahagiakan,
pahatan dan ukiran yang membahagiakan, tarian yang
membahagiakan (tarian kasih alam), senam yang
membahagiakan (senam kasih semesta), olahraga yang
membahagiakan, seni makanan dan minuman yang
membahagiakan, pakaian yang membahagiakan, dan
arsitektur bangunan yang membahagiakan.
10) Di dalam dunia yang penuh keindahan yang baha-
gia, setiap orang berteguh pada keyakinan yang
membahagiakan yaitu meyakini bersama satu Tuhan
Yang Ilahi - Tuhan yang Maha Pengasih. Meyakini
bersama satu kampung halaman Ilahi, satu sumber
pokok asal. Meyakini bersama satu hati nurani, satu
hati kasih, satu hati Ilahi. Meyakini bersama satu
sifat kodrati diri yang bahagia, gembira, dan sukacita.

204
Hasil Yang Sempurna

Meyakini bersama satu Buddha yang bahagia, gembira,


dan sukacita. Meyakini pada kasih alam semesta, yaitu
mengasihi langit, bumi, manusia, dan semua makhluk,
mengasihi semua kehidupan.

IV. Bersatu dengan Keilahian, kembali ke akar pokok


dan sumber semula

‘Keilahian’adalah akar pokok setiap manusia, akar pokok


utama bagi seluruh umat manusia dan sumber asal bagi
semua kehidupan. ‘Keilahian’ adalah sebuah kondisi
sebelum terciptanya langit, bumi, manusia, dan semua
makhluk; sebelum adanya bola bumi, sebelum adanya dunia,
sebelum adanya alam kehidupan. Keilahian adalah roman
asal (kodrati) yang pada dasarnya telah dimiliki setiap umat
manusia, yang bebas dari segala bentuk dualisme, sebuah
kondisi jiwa-raga yang kosong-sunya (pencapaian kembali
jiwa-raga yang kosong-sunya).

Dalam Keilahian tiada perbedaan bangsa, suku, warna kulit,


dan ras; tiada perbedaan ajaran dan kepercayaan; tiada
perbedaan budaya, ideologi, adat istiadat, kebiasaan, bahasa
dan tulisan; tiada perbedaan pria-wanita, tua-muda; terlebih
tiada perbedaan kaya-miskin, mulia-hina, pintar-bodoh,
cantik-jelek. Sungguh sebuah persaudaraan yang penuh
kasih sayang dalam satu keluarga.

Niat pikiran mengenal muncul dan sirna namun Keilahian


tak mengenal muncul dan sirna. Badan jasmani manusia
mengalami kelahiran dan kematian, namun Keilahian
tidak mengalami kelahiran dan kematian. Langit dan bumi
mengenal adanya siklus penciptaan dan pemusnahan, namun
Keilahian tidak tercipta dan tidak pernah musnah. Roman

205
Hasil Yang Sempurna

asal Ilahi tidak dilahirkan dan tidak musnah, tidak ada awal
dan tidak ada akhir, telah ada selamanya, kekal dan abadi.

Keilahian pada hakikatnya penuh keindahan yang mulia,


namun bebas dari segala konsep kemuliaan. Keilahian pada
hakikatnya penuh keindahan yang sunya namun tiada jejak
kesunyaan. Keilahian pada hakikatnya penuh keindahan
yang bahagia, namun tiada ikatan akan kebahagiaan.

Semua insan pada akhirnya kembali kepada sumber pokok


asal, kembali ke kampung halaman Ilahi. Bersatu dengan
Tuhan Yang Ilahi – Tuhan Yang Maha Pengasih, menikmati
hidup yang kekal abadi. Sungguh kebahagiaan Ilahi yang
tiada tepi.

***

206

Anda mungkin juga menyukai