Jalan Kelangsungan Hidup Umat Manusia (Cetakan Ke-2)
Jalan Kelangsungan Hidup Umat Manusia (Cetakan Ke-2)
Penulis
Wang Tzu Kuang
Alih Bahasa
Tim Maitreyawira
Penerbit
Lembaga Pengkajian Dan Penerbitan
Kitab Suci Buddha Maitreya Indonesia
DPP MAPANBUMI
Maha Vihara Maitreya
Jalan Cemara Boulevard Utara No. 8
Kompleks Perumahan Cemara Asri,
Deli Serdang 20371 Sumatera Utara
Telp. 061 6633300
Fax. 061 6634432
Desain Cover
Tim Maitreyawira
Bab 1
Sepuluh Fondasi Utama 13
Sifat Kodrati Manusia adalah Mulia, Sunya, dan Bahagia
Makna Hidup
Kehidupan Manusia yang Bermartabat
Estetika Kehidupan
Estetika Hidup
Estetika Hidup manusia
Estetika Pengamalan
Estetika Proses Pencapaian
Membangun Hidup yang Berkesinambungan
Kesempurnaan Pencapaian Hidup
Bab 2
Martabat dan Sakralitas Hidup 23
Pendahuluan
Evolusi Hidup Umat Manusia
Makna Hidup
Kehidupan Manusia yang Bermartabat
Bab 3
Estetika Pengamalan 79
Estetika Tiga Antusiasme
Estetika Tiga Kedamaian
Estetika Tiga Kesederhanaan
Estetika Tiga Kebersamaan
Bab 4
Proses Estetika Kehidupan 129
Mencapai Sifat Kodrati yang Mulia
Mencapai Sifat Kodrati yang Sunya
Mencapai Sifat Kodrati yang Bahagia
Bab 5
Membangun Hidup yang Berkesinambungan 147
Apa yang Dimaksud Budaya Baru Umat Manusia?
Apa yang Dimaksud Peradaban Baru Umat Manusia?
Apa yang Dimaksud Konsep Nilai Baru Umat Manusia?
Apa yang Dimaksud Moralitas Baru Umat Manusia?
Bab 6
Hasil Yang Sempurna 179
Keyakinan Akal Budi
Terwujudnya keyakinan bersama warga dunia
Terwujudnya dunia satu keluarga, kebersatuan semesta umat manusia
Bersatu dengan Keilahian, kembali ke akar pokok dan sumber semula
Kata Pengantar I
7
[Tuhan menganugerahkan hidup yang sungguh
mulia, luhur, setara tiada perbedaan.]
8
Kata Pengantar II
Peradaban manusia telah memasuki abad ke-21,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai
puncak kejayaannya, kemakmuran kehidupan materi
pun telah melampaui catatan sejarah kehidupan
manusia yang pernah ada. Namun sampai hari ini
dunia masih terbelenggu oleh kekerasan, peperangan,
bahkan terorisme. Ekosistem alam semakin rusak,
perubahan iklim semakin tak menentu, dan penyakit
menular tak terkendali. Terlebih lagi kemerosotan
moral umat manusia, persaingan hidup yang semakin
keras, hubungan antarmanusia yang semakin dingin
tak bersahabat, serta terenggutnya nilai keadilan
dan kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Semua ini mengakibatkan umat manusia hidup
dalam kecemasan dan ketiada-tenangan. Menghadapi
ketidakpastian masa depan dengan gamang dan
bimbang. Sungguh kehidupan manusia sangat tidak
bahagia!
9
Tidak masalah kita berbeda bangsa, kita bisa bersama
berjalan di jalan kebahagiaan ini; tidak masalah ajaran
dan kepercayaan kita berbeda, kita juga bisa bersama-
sama berjalan di jalan kebahagiaan ini; tidak masalah
suku, ras, dan warna kulit kita berbeda, kita juga
bisa berjalan bersama di jalan kebahagiaan ini; tidak
masalah budaya, ideologi, adat istiadat, kebiasaan,
tulisan, dan bahasa kita berbeda, kaya-miskin, hina-
mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek juga berbeda, kita
semua juga bisa berjalan bersama di jalan kebahagiaan
ini!
10
Jika hanya ada kemajuan material, sementara
evolusi mental dan spiritual semakin merosot, ini
menunjukkan kemunduran hidup manusia. Zaman
sekarang banyak orang menderita gangguan jiwa,
stres, depresi, bahkan melukai diri atau bunuh diri.
Inilah akibat dari perkembangan evolusi materi yang
melampaui evolusi mental dan spiritual. Jika umat
manusia menyadari krisis ini, maka umat manusia
harus berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Inilah
krisis yang harus kita selesaikan dengan serius.
Salam hormat
11
12
Bab 1
Sepuluh Fondasi
Utama
Evolusi kelangsungan hidup manusia membawa
manusia menuju peradaban mental dan spiritual
yang cemerlang dan berkelanjutan menuju Dunia
Satu Keluarga.
13
Sepuluh Fondasi Utama
Bahagia
Sunya Mulia
14
Sepuluh Fondasi Utama
2. Makna Hidup
Kehidupan
Rohani
Kehidupan Kehidupan
Jiwa/Psikis Jasmani
Kasih Nafsu
Keinginan
Kehidupan Kehidupan Kehidupan
Rohani Jiwa/psikis Jasmani
( Peradaban mental ( Peradaban materi
dan Spiritual) Naluri Hewani)
Mulia Sampah
Sunya polusi
Bahagia kemelekatan
15
Sepuluh Fondasi Utama
Jika hati kita semakin melekat pada kehidupan jasmani, maka kita
secara membabi buta akan mengejar kebutuhan jasmani, kepuasan
indra, dan kenikmatan materi, akibatnya semakin hari semakin
meningkatkan potensi naluri hewani yang hanya mementingkan
dorongan nafsu belaka. Sekali dipenuhi oleh nafsu, hati akan
dikuasai oleh jasmani. Mata akan dipenuhi oleh nafsu melihat,
telinga dipenuhi oleh nafsu mendengar, hidung akan dipenuhi
oleh nafsu membaui, lidah akan dipenuhi oleh nafsu mencicipi,
badan dipenuhi oleh nafsu menyentuh.
Semua niat pikiran, ucap kata, dan perilaku kita sudah dikuasai
oleh hasrat dan nafsu! Saat hasrat dan nafsu memenuhi jasmani dan
hati, kita akan semakin jauh dari sikap rasional. Nafsu bersaing,
bertikai, ingin berkuasa, mendominasi, egois, dan mementingkan
diri sendiri menjadi semakin kuat dan mengerikan. Maka
kehidupan yang diwarnai perebutan dan pertikaian yang kejam
dan brutal pun dimulai. Bagaimana mengalahkan, menyingkirkan,
dan menginjak orang lain menjadi pikiran dan keinginan utama
setiap hari. Singkat kata yaitu bagaimana selamanya menjadi
pemenang!
Rohani adalah akarnya jiwa atau hati. Jika hati kita semakin
mendekati keberadaan kehidupan rohani, maka kemuliaan,
kesunyaan, dan kebahagiaan yang indah bagaikan amerta dan
pupuk yang akan memenuhi cangkir hati kita. Saat hati dipenuhi
oleh kemuliaan, kesunyaan, dan kebahagiaan yang indah, maka
secara wajar alami hati kasih akan berpancar, perilaku kasih akan
terwujud dalam keseharian, senyuman kasih akan memenuhi
wajah. Hati kasih adalah hati yang senantiasa memberi kebaikan
bagi orang lain; perilaku kasih adalah perilaku yang selalu
membawa manfaat bagi orang lain di manapun berada; wajah
16
Sepuluh Fondasi Utama
Estetika Hidup
Manusia
Estetika Estetika
Spirit Kehidupan
Kehidupan Manusia
17
Sepuluh Fondasi Utama
4. Estetika kehidupan
• Kehidupan materi yang lebih menunjukkan kemuliaan
akan menampilkan hidup yang mulia dan bermartabat.
Kehidupan materi yang sederhana, bersahaja, dan wajar
alami akan semakin menunjukkan kemuliaan diri, semakin
memancarkan keagungan dan kemuliaan hidup. Kehidupan
materi yang boros, royal, bermewah-mewah, hanya akan
membuat diri semakin jauh dari kemuliaan yang indah, dan
akan berkesan murah, rendah, dan kasar. Tak ada kemuliaan
hidup.
• Kehidupan mental / psikis yang lebih sunya akan
membuat hidup menjadi lebih bermartabat.
• Kehidupan rohani yang bahagia akan lebih memancar-
kan keagungan dan kemuliaan hidup.
5. Estetika Spirit Kehidupan
Hidup yang
abadi
Hidup yang
Hidup yang bermakna
cemerlang dan bernilai
18
Sepuluh Fondasi Utama
Rohani yang
bahagia
19
Sepuluh Fondasi Utama
20
Sepuluh Fondasi Utama
21
Sepuluh Fondasi Utama
Catatan:
本性 = Sifat Kodrati / Watak Sejati
生存 = Hidup/Kehidupan/Kelangsungan Hidup/Keberadaan Hidup/ Eksistensi Hidup
生活 = Kehidupan/Pola Hidup/Gaya Hidup
生命 = Spirit Kehidupan/Jiwa/Nyawa
人生 = Hidup Manusia
身 = Badan/Jasmani/Raga
心 = Jiwa/Psikis/Mental/Hati/Batin/Pikiran
靈 = Spirit/Rohani
22
Bab 2
Martabat dan
Sakralitas Hidup
Eksistensi hidup adalah proses kelangsungan Spirit
kehidupan/roh kehidupan yang bersinambung.
Kehidupan adalah manifestasi Spirit kehidupan!
Hidup seorang manusia adalah catatan Spirit
kehidupan.
23
Martabat dan Sakralitas Hidup
Pendahuluan
24
Martabat dan Sakralitas Hidup
25
Martabat dan Sakralitas Hidup
26
Martabat dan Sakralitas Hidup
27
Martabat dan Sakralitas Hidup
28
Martabat dan Sakralitas Hidup
29
Martabat dan Sakralitas Hidup
30
Martabat dan Sakralitas Hidup
31
Martabat dan Sakralitas Hidup
32
Martabat dan Sakralitas Hidup
33
Martabat dan Sakralitas Hidup
34
Martabat dan Sakralitas Hidup
35
Martabat dan Sakralitas Hidup
36
Martabat dan Sakralitas Hidup
37
Martabat dan Sakralitas Hidup
38
Martabat dan Sakralitas Hidup
39
Martabat dan Sakralitas Hidup
40
Martabat dan Sakralitas Hidup
41
Martabat dan Sakralitas Hidup
42
Martabat dan Sakralitas Hidup
Sumber Peradaban
Sifat kodrati manusia adalah mulia, sunya, dan bahagia.
《人之初性本莊嚴,空靈,幸福》
Hanya dengan mewujudkan martabat hidup yang agung, luhur,
dan sakral, barulah seseorang dapat memanifestasikan sifat
kodrati diri yang penuh kemuliaan, kesunyaan, dan kebahagiaan
yang indah. Sifat kodrati diri (watak sejati) yang penuh keindahan
yang mulia, sunya, dan bahagia adalah inti dari martabat hidup
yang agung, luhur, dan sakral.
43
Martabat dan Sakralitas Hidup
Dalam setiap detak jantung dan denyut nadi, dalam setiap tarikan
dan hembusan nafas, selalu dalam keharmonisan, kedamaian,
ketenangan, dan kepuasan, inilah kehidupan spiritual.
Kehidupan - 生活 yang kaya akan peradaban mental-spiritual
adalah kehidupan yang sungguh bebas leluasa.
44
Martabat dan Sakralitas Hidup
Makna Hidup《生存的真正內涵》
1. Kehidupan jasmani - 身的生存
Kebutuhan jasmani.
Kepuasan indra.
Kenikmatan materi.
45
Martabat dan Sakralitas Hidup
46
Martabat dan Sakralitas Hidup
47
Martabat dan Sakralitas Hidup
48
Martabat dan Sakralitas Hidup
hidup dalam dunia hewan, berlaku hukum rimba yang tidak beradab.
Senantiasa berupaya untuk mengalahkan dan menjatuhkan lawan,
agar diri sendiri dapat tetap hidup selamanya.
49
Martabat dan Sakralitas Hidup
50
Martabat dan Sakralitas Hidup
51
Martabat dan Sakralitas Hidup
52
Martabat dan Sakralitas Hidup
53
Martabat dan Sakralitas Hidup
54
Martabat dan Sakralitas Hidup
55
Martabat dan Sakralitas Hidup
56
Martabat dan Sakralitas Hidup
57
Martabat dan Sakralitas Hidup
58
Martabat dan Sakralitas Hidup
59
Martabat dan Sakralitas Hidup
60
Martabat dan Sakralitas Hidup
61
Martabat dan Sakralitas Hidup
62
Martabat dan Sakralitas Hidup
Di dunia ini tidak ada yang lebih sakral dari sifat kodrati
diri yang sejati, bajik, dan indah. Juga tidak ada yang lebih
sakral dari sifat kodrati diri yang mulia, sunya, dan bahagia.
Mewujudkan sifat kodrati yang sejati, bajik, dan indah, juga
berarti mewujudkan hidup yang sakral; menampilkan hidup
yang sakral juga berarti menampilkan sifat kodrati yang
mulia, sunya, bahagia.
63
Martabat dan Sakralitas Hidup
64
Martabat dan Sakralitas Hidup
Mari kita renungkan, semua urusan besar dan kecil yang kita
lakukan dibayar dengan hidup kita. Namun apakah tujuannya
hanya sekedar untuk menyelesaikan semua urusan itu saja?
Atau dengan hidup kita membayar semua urusan yang kita
lakukan demi untuk mendapat imbalan? Kalaulah hanya
demikian, maka hidup kita tidak mulia, tidak bermakna
sedikitpun.
65
Martabat dan Sakralitas Hidup
66
Martabat dan Sakralitas Hidup
Papa adalah orang desa yang jujur dan lugu, namun rajin dan
kerja keras. Karena kejujuran inilah, akhirnya menggugah
seseorang yang berhati mulia. Dia memberitahukan papa
bahwa dia memiliki sebidang tanah yang ingin dijual kepada
kami, yang dapat dijadikan kebun untuk menanam sayur-
mayur. Katanya ini jauh lebih baik daripada menjadi buruh
kasar. Akhirnya papa menjual tanah dan rumah yang ada di
desa untuk membeli kebun tersebut.
67
Martabat dan Sakralitas Hidup
68
Martabat dan Sakralitas Hidup
69
Martabat dan Sakralitas Hidup
70
Martabat dan Sakralitas Hidup
71
Martabat dan Sakralitas Hidup
72
Martabat dan Sakralitas Hidup
73
Martabat dan Sakralitas Hidup
74
Martabat dan Sakralitas Hidup
75
Martabat dan Sakralitas Hidup
76
Martabat dan Sakralitas Hidup
77
Martabat dan Sakralitas Hidup
Catatan:
Yang dimaksud sukacita dan gembira lima menit adalah
sukacita dan gembira karena gejolak perasaan yang bersifat
sesaat, bukan kebahagiaan yang keluar dari sifat kodrati
yang ada dalam diri.
78
Bab 3
Estetika
Pengamalan
Apabila ingin memancarkan keindahan
sifat kodrati manusia yang mulia, sunya,
dan bahagia, maka harus dimulai dengan
merealisasikan estetika pengamalan.
79
Estetika Pengamalan
Pengantar
Kita semua mendambakan menjadi manusia yang beradab,
memiliki hidup yang bermartabat dan mulia, menikmati kehidupan
yang indah, spirit kehidupan yang bercahaya, dan hidup manusia
yang mempesona. Apabila mendambakan menjadi manusia
yang beradab, memiliki hidup yang bermartabat dan mulia, serta
memiliki kehidupan yang indah, spirit kehidupan yang bercahaya,
dan hidup manusia yang mempesona, maka kita harus memulainya
dengan merealisasikan estetika pengamalan.
80
Estetika Pengamalan
81
Estetika Pengamalan
82
Estetika Pengamalan
3)
Bekerja adalah hidup, hidup adalah bekerja. Tujuan
bekerja adalah memberi kebaikan dan kebahagiaan kepada
orang lain. Melalui bekerja kita memberi kebaikan dan
kebahagiaan kepada orang lain, kita menikmati keindahan
kehidupan yang bahagia.
83
Estetika Pengamalan
84
Estetika Pengamalan
(Cat.1): Tiada pamrih bukan berarti bekerja tidak perlu digaji, tidak
perlu diupah, namun dengan sikap ingin memberi kebaikan
kepada orang lain dalam bekerja, kondisi jiwa dalam bekerja
akan berbeda. Dengan sendirinya akan merasakan bekerja
adalah kebahagiaan.
(Cat.2): Pegawai negeri, yang bekerja pada lembaga pemerintahan.
85
Estetika Pengamalan
86
Estetika Pengamalan
87
Estetika Pengamalan
88
Estetika Pengamalan
89
Estetika Pengamalan
90
Estetika Pengamalan
91
Estetika Pengamalan
92
Estetika Pengamalan
93
Estetika Pengamalan
94
Estetika Pengamalan
95
Estetika Pengamalan
96
Estetika Pengamalan
Sebaliknya, bagi umat manusia, hal yang paling tabu dan paling
ditakuti dalam kehidupan adalah dihina, ditertawakan, difitnah;
menderita kegagalan, kemiskinan, musibah, bencana, atau cita-
cita tidak tercapai. Yang paling ditakuti dan tidak diinginkan
adalah selalu kalah dalam kecerdasan, kemampuan, atau
pengetahuan dari orang lain. Apalagi jika kita tidak setampan
atau secantik orang lain, kita paling sulit menerimanya. Hal-
hal di atas membuat kita tidak mampu mengangkat kepala,
hidup terasa kelam, menderita, dan merana.
97
Estetika Pengamalan
98
Estetika Pengamalan
99
Estetika Pengamalan
100
Estetika Pengamalan
101
Estetika Pengamalan
102
Estetika Pengamalan
Namun sebaliknya,
Ketika berhadapan dengan pukulan, tidak lupa ingin maju,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan kegagalan, tidak lupa tegar dan
tabah, namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan kemiskinan, tidak lupa membina,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam kesulitan, tidak lupa menunaikan ikrar,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam resah kerisauan, tidak lupa bersukacita,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan perbedaan, tidak lupa persatuan,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika melakukan kesalahan, tidak lupa bertobat, namun tidak
103
Estetika Pengamalan
meninggalkan jejak.
Ketika melakukan kelalaian, tidak lupa memperbaharui diri,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika mendapatkan, tidak lupa beramal, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam kebencian, tidak lupa cinta kasih, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika sulit untuk merelakan, tidak lupa berkorban, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika berhadapan dengan rintangan, tidak lupa optimis, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika difitnah, tidak lupa bersabar dan tabah, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika dihina dan dipermalukan, tidak lupa memaafkan, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika dalam keakuan, tidak lupa kepentingan orang banyak,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika berhasil, tidak lupa membalas budi, namun tidak
meninggalkan jejak.
Ketika mendendam, tidak lupa mengasihi dan memperhatikan,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika malas dan regresif, tidak lupa rajin dan progresif, namun
tidak meninggalkan jejak.
Ketika berada dalam keragu-raguan, tidak lupa percaya diri,
namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika iri, tidak lupa memuji, namun tidak meninggalkan jejak.
Ketika serakah, tidak lupa berderma, namun tidak meninggalkan
jejak.
Ketika dikendalikan nafsu, tidak lupa bersikap rasional, namun
tidak meninggalkan jejak.
104
Estetika Pengamalan
105
Estetika Pengamalan
106
Estetika Pengamalan
107
Estetika Pengamalan
108
Estetika Pengamalan
109
Estetika Pengamalan
110
Estetika Pengamalan
111
Estetika Pengamalan
sakral. Berteguh pada satu niat, tiada niat kedua. Apabila dapat
berpikir demikian berarti kita telah berpijak di puncak tertinggi
dunia, sehingga apa yang dilihat sangat luas tak terbatas, tiada
tepi, dan tak terhingga. Yang ada hanya kesunyaan. Melihat
dari puncak tertinggi, maka semua kondisi kaya-miskin,
mulia-hina, cantik-jelek, pintar-bodoh, tinggi-rendah, sukses-
gagal, menang-kalah, berhasil-jatuh, baik-jelek, pujian-hinaan,
mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan, dan
lain sebagainya, telah sirna dari pandangan kita. Berpijak
pada puncak tertinggi, pandangan menjadi tiada batas, yang
ada hanya kesunyaan. Mencapai tingkat demikian, dengan
sendirinya kita dapat menikmati keindahan kehidupan, spirit
kehidupan, dan hidup manusia yang sunya.
112
Estetika Pengamalan
113
Estetika Pengamalan
114
Estetika Pengamalan
115
Estetika Pengamalan
116
Estetika Pengamalan
117
Estetika Pengamalan
118
Estetika Pengamalan
119
Estetika Pengamalan
120
Estetika Pengamalan
alam milik kita bersama. Tidak ada seorang pun yang berhak
menghambur-hamburkan dan memboros-boroskan sumber
daya alam milik bersama.Tidak ada seorangpun yang berhak
merusak, mencemari, dan menyia-nyiakan sumber daya alam
milik bersama. Siapapun yang mencemari udara, air, tanah,
lautan, sungai, danau serta merusak bunga, rumput, pepohonan,
biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan, atau palawija akan
menjadi musuh bersama.
121
Estetika Pengamalan
122
Estetika Pengamalan
123
Estetika Pengamalan
124
Estetika Pengamalan
Alam juga disebut langit bumi. Langit bumi ibarat ayah bunda
manusia. Langit bumi memberikan cahaya mentari, bulan,
udara, biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan, palawija, dan
air bagi umat manusia. Semua sandang, pangan, papan, dan
transportasi manusia tidak terlepas dari langit bumi. Langit bumi
senantiasa berdedikasi, memberi, serta mempersembahkan
kepada umat manusia tanpa pamrih dan tiada keakuan. Namun
pernahkah manusia mengucapkan “terima kasih” kepada
langit bumi!
125
Estetika Pengamalan
126
Estetika Pengamalan
127
Estetika Pengamalan
128
Bab 4
Proses Estetika
Kehidupan
Senantiasa mengamalkan ‘estetika kehidupan’,
barulah seseorang dapat memancarkan sifat kodrati
yang mulia, sunya, dan bahagia. Dengan demikian
barulah dapat mewujudkan keluarga, masyarakat,
negara, dan dunia yang penuh kemuliaan, kesunyaan,
dan kebahagiaan yang indah.
129
Proses Estetika Kehidupan
130
Proses Estetika Kehidupan
131
Proses Estetika Kehidupan
132
Proses Estetika Kehidupan
133
Proses Estetika Kehidupan
134
Proses Estetika Kehidupan
135
Proses Estetika Kehidupan
•
Jiwa dan raga yang bebas leluasa dalam setiap situasi
kehidupan, yaitu saat menerima pujian-hinaan,
mendapatkan-kehilangan, sanjungan-fitnahan, kemujuran-
kemalangan, berkah-musibah, lancar-penuh rintangan,
sukses-gagal.
• Baik masalah besar maupun kecil, jika telah berlalu maka
biarkan berlalu. Saat masalah datang, seketika dihadapi;
saat masalah selesai, hatipun tenang kembali. Itulah jiwa
dan raga yang sunya.
• Pada hakekatnya jiwa-raga ini tenang, damai, dan tiada
noda. Oleh karena itu, tidak harus bersusah payah
mencari ketenangan dan kedamaian di luar diri melalui
berbagai metode pembinaan. Sesungguhnya secara kodrati
kedamaian telah ada dalam diri kita.
136
Proses Estetika Kehidupan
137
Proses Estetika Kehidupan
138
Proses Estetika Kehidupan
139
Proses Estetika Kehidupan
140
Proses Estetika Kehidupan
141
Proses Estetika Kehidupan
142
Proses Estetika Kehidupan
143
Proses Estetika Kehidupan
144
Proses Estetika Kehidupan
145
Proses Estetika Kehidupan
146
Bab 5
Membangun
Hidup Yang
Berkesinambungan
Program merintis budaya baru, peradaban baru, konsep
nilai baru, dan moralitas baru umat manusia bertujuan untuk
membangun jalan kelangsungan hidup yang berkesinambungan
bagi seluruh umat manusia
147
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
148
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
kebahagiaan ini; tidak masalah suku, ras, dan warna kulit kita
berbeda, kita juga bisa berjalan bersama di jalan kebahagiaan ini;
tidak masalah budaya, ideologi, adat istiadat, kebiasaan, tulisan,
dan bahasa kita berbeda; dalam perbedaan kaya-miskin, hina-
mulia, pintar-bodoh, cantik-jelek, kita semua juga bisa berjalan
bersama di jalan kebahagiaan ini.
Karena itu, mari kita mulai dari diri sendiri, dari Anda, dari
kita semua, secara bersama-sama bergerak maju untuk merintis
budaya baru, peradaban baru, konsep nilai baru, dan moralitas
baru umat manusia yang disebut sebagai empat pembaruan - 四
新運動.
149
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
150
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
151
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
maka konsep kasih alam seperti ini masih dangkal. Mari kita
renungkan, apakah hanya satwa langka yang pantas untuk
dilindungi sementara kehidupan satwa lainnya tidak pantas?
Apakah hanya satwa langka yang pantas dikasihi sementara
satwa lain tidak pantas dikasihi? Oleh karena itu, adalah
penting bagi kita semua untuk mengembangkan budaya kasih
semesta yang lebih luas, tinggi, dan mendalam ini. Dengan
demikian barulah dunia ini dapat menuju keharmonisan.
152
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
153
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
154
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
155
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
156
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
157
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
158
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
159
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
160
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
karena itu, setiap hari ratusan juta sapi, babi, kambing, ayam,
itik, angsa, ikan, udang, dan berbagai hewan lainnya dijagal
untuk memenuhi nafsu makan umat manusia. Dengan alasan
mempertahankan kelangsungan hidup, manusia memandang
membunuh hewan adalah hal yang wajar! Ternyata dibalik
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa,
peradaban materi yang berlimpah ruah, dan gemerlap
kehidupan modern, terselubung tragedi pembunuhan terhadap
makhluk hidup lain yang tak terhitung jumlahnya.
161
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
162
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
163
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
164
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
165
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
166
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
167
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
168
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
Selama ini umat manusia mencari nilai hidup dari luar dirinya
sehingga tidak dapat menjunjung tinggi nilai dan harkat
dirinya sebagai manusia. Sehingga saat dirinya kalah dan jauh
tertinggal dari orang lain, dia akan merasa menderita, penuh
kerisauan, dan merasa tak berguna. Namun bagi seseorang
yang dapat menjunjung tinggi nilai dan harkat dirinya sebagai
manusia, walaupun dalam banyak hal kalah dari orang lain
dan hidup dalam kemiskinan, dia tetap akan menjalani hidup
169
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
170
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
171
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
172
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
173
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
174
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
Singkat kata, jika saya, Anda, dia, beserta seluruh umat manusia
telah memiliki jiwa dan wawasan ‘dunia satu keluarga’, barulah
hidup umat manusia akan terus berkesinambungan!
Bila perbuatan, tutur kata, dan pikiran kita jauh dari kebenaran
karena telah kehilangan keindahan sifat kodrati yang mulia,
maka akan terjadi kecenderungan degradasi sosial seperti
masyarakat sekarang ini, yaitu menurunnya nilai-nilai moral
dan kemerosotan hati manusia. Orang-orang akan mulai menilai
kebajikan seperti welas asih, integritas, kesetiaan, berbakti, dan
perbuatan bajik sebagai perilaku yang telah ketinggalan zaman,
kuno, dan konservatif. Ini menandakan bahwa manusia mulai
175
Membangun Hidup Yang Berkesinambungan
176
bakti, welas asih, dan integritas, memakai alasan berbuat
baik dan beramal sosial, untuk saling berseteru satu sama lain.
Sesungguhnya ini adalah perilaku yang paling tidak bermoral!
177
178
Bab 6
Hasil Yang Sempurna
Dengan Berpedoman pada Keyakinan Akal Budi,
Kita Bangun Keyakinan Bersama Warga Dunia,
untuk Wujudkan Dunia Satu Keluarga
179
Hasil Yang Sempurna
180
Hasil Yang Sempurna
181
Hasil Yang Sempurna
182
Hasil Yang Sempurna
183
Hasil Yang Sempurna
184
Hasil Yang Sempurna
185
Hasil Yang Sempurna
186
Hasil Yang Sempurna
187
Hasil Yang Sempurna
Catatan:
Sesungguhnya keyakinan merupakan panggilan kodrati manusia
untuk kembali ke sumber asalnya. Karena dorongan panggilan
inilah muncul kekuatan dalam diri manusia untuk mencari sumber
akar hidupnya. Keyakinan juga merupakan panggilan dari lubuk
hati terdalam umat manusia yang penuh keindahan yang mulia,
sunya, dan bahagia. Demikianlah sesungguhnya keyakinan adalah
sifat bawaan sejak lahir, dan bukan diperoleh dari luar diri. Oleh
karenanya dikatakan bahwa keyakinan telah ada sebelum adanya
ajaran-ajaran di dunia. Keyakinan telah ada dalam hati setiap umat
manusia di dunia.
TuhanYang Ilahi adalah akar pokok dan sumber asal langit bumi,
manusia, dan segala bentuk kehidupan. Demi menemukan Sang
Sumber, ajaran menuntun umat manusia untuk meyakini Tuhan
Yang Maha Pengasih (上帝) dan memiliki keyakinan kepada
para Nabi atau para Buddha. Ketika seluruh umat manusia
telah kembali dan menyatu dengan Sang Sumber kehidupan
yaitu Tuhan Yang Ilahi ( ), maka ajaran-ajaranpun telah
mewujudkan misi yang mulia dalam menuntun umat manusia
menuju keyakinan yang benar.
188
Hasil Yang Sempurna
189
Hasil Yang Sempurna
190
Hasil Yang Sempurna
191
Hasil Yang Sempurna
192
Hasil Yang Sempurna
193
Hasil Yang Sempurna
Keyakinan bersama
umat manusia
Dunia Damai Sentosa
Dunia satu keluarga
Ke
udi yak
kalb ina
na
na kal
ina bud
yak i
Ke
Keyakinan akal budi
Catatan:
disebut juga Tuhan Yang Ilahi. Aksara berasal dari aksara kuno
( ) di zaman Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM) Tiongkok. Hingga
kemudian pada masa dinasti Qin dan dinasti Han berubah menjadi
aksara yang dipakai hingga sekarang yaitu . Tuhan Yang Ilahi
194
Hasil Yang Sempurna
adalah Bunda langit dan bumi, Bunda semua makhluk hidup, Bunda
para Buddha danpara nabi, Bunda bagi roh kehidupan, Bunda dari
hati nurani.
195
Hasil Yang Sempurna
Catatan:
Nabi Meng Zi bersabda,“Rakyat adalah prioritas pertama,
prioritas kedua adalah masyarakat, dan seorang pejabat negara
hanyalah pelayan rakyat.”
196
Hasil Yang Sempurna
197
Hasil Yang Sempurna
198
Hasil Yang Sempurna
199
Hasil Yang Sempurna
200
Hasil Yang Sempurna
201
Hasil Yang Sempurna
202
Hasil Yang Sempurna
203
Hasil Yang Sempurna
204
Hasil Yang Sempurna
205
Hasil Yang Sempurna
asal Ilahi tidak dilahirkan dan tidak musnah, tidak ada awal
dan tidak ada akhir, telah ada selamanya, kekal dan abadi.
***
206