Makalah KMB 2 Ginjal Kronis 2
Makalah KMB 2 Ginjal Kronis 2
Disusun Oleh:
Oleh:
Kelompok 8
S1 KEPERAWATAN MHS SMT IV
Mengetahui/Menyetuji
Dosen Pembimbing
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain puji syukur Alhamdulillah kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul KONSEP TEORI DAN ASUHAN
KEPERAWATAN (ANALISIS KASUS) DENGAN PASIEN PENYAKIT
GAGAL GINJAL KRONIS.
Rasa terima kasih yang tak terhingga, terutama yang terhormat kepada:
2. KH. Zuhri Zaini, BA, selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG..............................................................................................
1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
1.3. TUJUAN...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1. KONSEP TEORI PENYAKIT GINJAL KRONIS……...…………………………
A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Penemuan dan penilaian penemuan diagnosa potensial
F. Penatalaksanaan Medis Penyakit Ginjal Kronis
G. Pencegahan
2.2. ANALISIS KASUS PENYAKIT GINJAL KRONIS……..………………………
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPILAN .........................................................................................................
3.2. SARAN.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ERSD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi ureamdan sampah nitrogen lain dalam darah.) ini dapat disebabkan oleh
penyakit sistematik seperti diabetes melitus; glomerunolef ritis kronis; pielonefritis;
hipertensi yang tidak dapat di control; obstruksi traktus urinarius; lesi herediter. Seperti
penyakit ginjal polikistik; gangguan vaskuler; infeksi; medikasi; atau agens toksik.
Lingkungan dan agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup timah,
kadmium, merkuri, dan kromium. Dialisis atau tranplantasi ginjal kadang-kadang
diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien.
Penyakit ginjal kronis adalah istilah umum yang menggambarkan kerusakan ginjal
atau penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) yang berlangsung selama 3 atau lebih bulan.
CKD (chronic kidney diseases) dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup, serata
mengakibatkan kematian dini, CKD (chronic kidney diseases) yang tidak diobati dapat
mengakibatkan penyakit ginjal stadium akhir (End Stage Kidney Disease, ESKD), yang
merupakan stadium akhir dari ESKD CKD.menyebabkan retensi produk limbah uremik dan
kebutuhan ginjal terapi pengganti, dialisis, atau transplantasi ginjal.
Penyakit ginjal adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan hilangnya fungsi
ginjal yang ireversibel sampai pada titik dimana terapi penggati ginjal permanen,seperti
dialisis atau transplantasi ginjal,jika diperlukan. Penyakit ginjal berkembang secara
perlahan hingga ginjal tidak lagi dapat berfungsi sebagaimna mestinya. Penyakit ginjal
dibagi menjadi dua kategori: penyakit ginjal akut dan kronis.
B. ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulone, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), prnyakit kolagen (luris sutemik), agrn
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes)(Doenges, 1999; 626).
C. PATOFISIOLOGI
Pada tahap awal CKD, bisa terjadi kerusakan signifikan pada ginjal tanpa tanda atau
gejala. Patofisiologi CKD masih belum jelas dipahami, tetapi kerusakan pada ginjal diduga
disebabkan oleh peradangan akut berkepanjangan yang tidak spesifik organ dan dengan
demikian memiliki gejala yang halus manifestasi sistemik.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang normalnya
dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 :
1. Stadium 1 ( penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood ureum nitrogen (BUN)
normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (glomerulo filtration rate
besar 25% dari normal). Pada tahap iniblood ureum nitrogen mulai mrningkat
diatas normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
3. Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir/uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron lebih hancur, nilai glomerulo filtration rate
10% dari normal, kreatin klirens 5-10 ml permenit, atau kurang. Pada tahap
ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat
mencolok dan timbul oliguria (Price.1992: 813-814)
ASIDOSI.
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosi metabolic seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mengekresikan muatan asam (H +) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat kedikmampuan tubulus ginjal untuk menyekresi
ammonia (NH 3) dan mengabsorpsi natrium bikarbornat (HCO3) penurunan eksresi fosfat
dan asmam orgnik lain juga terjadi.
ANEMIA
Anemia terjadi sebagai akibat dari reprodukdi eritropoetin ysng tidsk edekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendrungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien, suatu substansi normal yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal,
produksi eripoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan napas
sesak.
KETIDAK SEIMBANGAN KALSIUM DAN FOSFAT.
Abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolism
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik; jika salah satunya
meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal,
terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Namun demikian, pada gagal ginjal, tubuh tidak berespons secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya, kalsium di tulang menurun, menyebabkan
perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D (1, 25-
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan
berkembangnya gagal ginjal.
Krekels
Sputum kental dan liat napas dangkal
Pernapan kussmaul
Gastrointestinal
Neurologi
Kelamahan dan kelelahan
Konfusi
Kejang
Kelemahan pada tungkai
Terasa panas pada telapak kaki
Perubahan perilaku
Disononfasi
Muskuloskeletal
Kram otot
Kekuatan otot hilang
Fraktur tulang
Foot drop
Reproduksi
Amenore
Atrofi testikuler
D. MANIFESTASI KLINIS
Peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan penyakit ginjal yang mendasarinya;
sebagai tingkat kreatinin meningkat dan gejala CKD dimulai. Anemia, karena penurunan
produksi eritroprotein oleh ginjal, asidosis metabolik, dan kelainan kalsium dan fosfor.
menandai perkembangan CKD (Taal, 2013). Retensi cairan, dibuktikan dengan adanya
edema dan kongestif gagal jantung. Seiring perkembangan penyakit yang mengakibatkan
kelainan pada elektrolit dan terjadi gagal jantung memburuk, dan hipertensi menjadi lebih
sulit dikendalikan.
Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan memperlihatkan sejumlan tanda dan gejala. tanda dan gejala bergantung
pada bagian dan tahapan penyakit ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
F. PENATALAKSAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostatis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal tahap-
akhir dan faktor yang dapat dipulihkan (mis, obstruksi di identifikasi dan ditangani).
G. PENCEGAHAN
A. IDENTITAS DIRI
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi.
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
Susah berjalan/bergerak, kram otot,gangguan istirahat dan tidur serta cepat lelah.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
riwayat infeksi saluran kemih ,penyakit peradangan, vaskuler hipertensif, gangguan
saluran penyambungan, gangguan kongential dan herediter, nefropati toksik dan
neropati obstruktif
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga adalah penyakit turunan dari kakaknya yang mengalami
penyakit gagal ginjal kronis.
4. Riwayat Alergi
Px mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.
5. Pola kesehatan fungsional
1. Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene kurang. konsumsi toxik, konsumsi makanan
tinggi kalsium. purin, oksalat. fosfat, protein, biasakan minum
suplemen, kontrol tekanan darah dan gula darah tidak teratur
pada penderita tekanan darah tinggi dan diabetes rnelitus
2. Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, ingake Cairan
inadekual, peningkatan berat badan cepat (edema). penurunan
berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap
pada mulut (pemafasan amonia), penggununan diuretic, demam
karena sepsis dan dehidrasi.
3. Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria. anuria (gagal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4. Pola aktivitas dan Iatihan
kelemahan ekstremitas, kelemahan, malaise, keterbatasan gerak
sendi.
5. Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia,/gelisah atau somnolen)
Kepala
Inspeksi:
Palpasi:
Mata
Ispeksi:
Hidung
Inspeksi:
Palpasi:
Telinga
Inspeksi:
Palpasi:
Mulut/gigi
Leher
Inspeksi:
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi:
Palpasi:
Auskultasi:
Abdomen
Inspeksi:
Auskultasi:
Palpasi:
Auskultasi:
Extremitas atas
Inspeksi:
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
E. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostatis
selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal tahap-akhir dan faktor
yang dapat dipulihkan (mis, obstruksi di identifikasi dan ditangani. Komplikasi potensial
gagal ginjal kronis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam keperawatan
mencakup:
6. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan
masukan diet berlebih.
7. Perikarditis efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
urmik dan dialysis yang tidak edekuat.
8. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin aldosterone.
9. Anemia akibat penurunan eritropoeti, penurunan rentang usia sel darah merah,
pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan drah selama
hemodialisis, dan
10. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan peningkatan rendah aluminium
Edukasi
Anjurkan melapor jika
haluaran urine<0,5
ml/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1kg dalam
sehari
Ajarkan car mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
Ajarkan cara membatasi
cairan
kolaborasi
Kolaborasi pemberian
diuretik
Kolaborasi penggati
kehilangan kalium akibat
diuretik
Kolaborasi pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT),jika perlu
tindakan:
observasi
Monitor frekuensi nadi
Monitor berat badan
Monitor jumlah ,warna
dan berat jenis urine
Monitor hasil pemeriksaan
serum (mis.osmalaritas
serum, hematorik, natrium,
kalium, BUM)
Monitor intake dan output
cairan
Identifikasi tanda-tanda
hipervolomia (mis.
Dispnea, edema, perifer,
edema anasarka, jvp
meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
Identifikasi faktor resiko
ketidak seimbangan cairan
( mis. Prosedur,
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka
bakar, afaresis, obstruksi
intestinal, peradangan,
pankreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi
instestinal).
terapeutik
atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
dokumnetasi hasil
pemantauan
edukasi
jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Definisi : asupan nutrisi tidak status nutrisi diharapkan Definisi : mengidentifikasi dan
cukup untuk memenuhi kriteria hasil: ( L.03030) mengelola asupan nutrisi yang
kebutuhan m etabolisme seimbang
porsi makan yang
Gejala dan tanda mayor dihabiskan Observasi
(5)meningkat) Identifikasi status nutrisi
Subjektif: kekuatan otot Identifikasi alergi dan
(tidak tersedia) mengunyah,menelan intoleransi makanan
, serum albumin Identifikasi makanan yang
Objektif: (5)meningkat) disukai
Berat badan menurun verbalisasi keinginan Identifikasi kebutuhan
minimal 10% dibawah untuk meningkatkan kalori dan jenis nutrien
rentan ideal. nutrisi Identifikasi perlunya
(5)meningkat) pengguna selang
Gejala dan tanda minor pengetahuan asupan nasogastrik
Subjektif: nutrisi yang tepat
Cepat kenyang setelah (5)meningkat) Monitor asupan makan
makan Monitor BB
Kram nyeri abdomen Monitor pemeriksaan LAB
Nafsu makan menuru perasaan cepat
kenyang
(5)menurun) Terapeutik
Objektif
nyeri abdomen Lakukan oral hygine
Bising usus
(5)menurun) sebelum makan, bila perlu
hiperaktif Otot
sariawan Fasilitasi menentukan
pengunyah lemah
(5)menurun) pedoman diet (mis,
Otot menelan piramida makanan)
rambut rontok
lemah Membran (5)menurun) Sajikan makanan secara
mukosa pucat diare (5)menurun) menarik dan suhu yang
Suriawan sesuai
Serum albumin Beriakan makanan yang
Rambut rontok BB (5) membaik) tinggi serat untuk
diare mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
tinggi kalori dan protein
Berikan suplemen
makanan ,jika perlu
Hentikan pemeberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral
dapat di toleransi.
Edukasi
Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antiemetik) jiku perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,jika perlu
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen sensasi perifer
keperawatan perfusi perifer (1.06195)
(D. 0009) pasien meningkat, dengan
Definisi: penurunan sirkulasi kriteria hasil : Tindakan:
darah level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh Denyut nadi Observasi :
perefir (5) Identifikasi penyebab
meningkat) perubahan sensasi
Gejala dan tanda mayor : Sensasi Periksa perbedaan sesnsai
(5)meningkat)
Subjektif: - tajam atau tumpul
Periksa perbedaan sensasi
Objektif: panas dan dingin
Pengisian kapiler detik Periksa kemampuan
>3 detik Warna kulit pucat
mengidentifikasi lokasi
Nadi perifer menurun (5)menurun)
dan tekstur benda
atau tidak teraba Edema perifer
(5)menurun) Monitor terjadi
Akral tetaba dingin perestesia,jika perlu
Nyeri ekstermitas
Warna kulit pucat (5)menurun) Monitor perubahan kulit
Turgor kulit menurun Parastesia Monitor adanya
(5)menurun) tromboflebitis dan
Gejala dan tanda minor : Kelemahan otot tromboemboli vena
Subjektif : (5)menurun)
Parastesia Kram otot Terapeutik :
Nyerieksterminas (5)menurun) hindari pemakaian benda-
(klaudikasi intermiten) Bruit fernoralis benda yang berlebihan
Objektif : (5)menurun) suhunya ( terlalu panas
Edema Nekrosis atau dingin)
Penyembuhan luka (5)menurun) edukasi:
lambat anjurkan penggunaan
Indeks ankel-branchial termometer untuk menguji
<0,90 suhu air
Bruit femoral Pengisisan lapiler anjurkan penggunaan
(5) meningkat)
sarung tangan termal saat
Akral
(5)meningkat) memasak
Tugor kulit anjurkan memakai sepatu
(5)meningkat) lembut dan bertumit
Tekan darah rendah
sistolik kolaborasi :
(5)membaik) kolaborasi pemberian
Tekana darah analgesik, jika perlu
diastolik kolaborasi pemberian
(5)membaik) kortikosteroit, jika perlu
Tekana arteri rata-
rata (5)membaik) perawatan sirkulasi
Indeks ankle- ( 1.02079)
brachial
(5)membaik) defenisi : megidentifikasi dan
merawat area lokal dengan
keterbatasan sirkulasi perifer.
Tindakan :
Observasi :
periksa sirkulasi perifer
( mis. Nadi perifer, edema,
pengisan kapiler, warna,
suhu, ankle branchial
index)
identifikasi faktor resiko
gangguan sirkulasi ( mis.
Diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar
kelosterol tinggi )
monitor panas, kemerahan
nyeri , atau bengkak pada
pada ekstermitas.
Terapeutik:
hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
hindari pengukuran tekana
darah pada ekstermitas
dengen keterbatasan
perfusi
hindarai penekanan
dengan pemasangan
torniquet pada area yang
cedera
lakukan pencegahan
infeksi
lakukan perawatan kaki
dan kuku
lakukan hidrasi
edukasi :
anjurkan berhenti merokok
anjurkan berolahraga rutin
anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurunan kolesterol, jika
perlu
anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
anjurkan program
rehabilitas vaskular
anjurkan perogram diet
untuk memperbaiki
srkulasi ( mis, rendah
lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
informmasikan tanda dan
gejala darurar yang harus
dilaporkan ( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).
Pemantauan cairan(1.03121)
Dibaca di buku SIKI. Halaman
238.
Terapeutik:
Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasi hasil
pemantauan
Kolaborasi :
Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Long, B C. (1996). Perawat Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses keperawatan) Jilid 3.
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Bedah Brunner & Suddarth_ Edisi 8_ Jakarta _•EGC
Tim pokja SDKI DPP PPM' (2017). Standar diagnosi Keperawatan Indonesia_Jakarta
Selatan_ DPP PPM
Tim pokja SIKI DPP PPNI_ (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia_Jakarta
Selatan_ DDPI
Tim pokja SLKI DPP PPNI_ (2018). Standar Luaran keperawatan Indonesia_Jakarta
Selatan_ DDPI