TUGAS INI DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR PADA MATA KULIAH FILSAFAT
UMUM
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA HASANUDDIN BANTEN
Dosen Pengampu:
Dr. Paiman,M.Pd
Disusun Oleh:
Senly Seftya Permadani (211220074)
HELENISME
Hellenisme diambil dari bahasa Yunani kuno Hellenzein yang berarti “ berbicara atau
berkelakuan seperti orang Yunani ”. Hellenisme klasik yaitu kebudayaan Yunani yang
berkembang pada abad ke6 dan ke5 SM. Hellenisme secara umum istilah yang menunjukkan
kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia kecil , Syiria,
Metopotamia, dan mesir yang lebih tua. 2 Kebudayaan yang berbeda yang ada dijaman ini
melebur menjadi satu yang menumpang gagasan gagasan agama, politik dan ilmu pengetahuan.
Hellenisme dibagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi.
Pola fikir filsafat helenisme Yunani pasca Aristoteles. Di antaranya: Epikuros, Stoa, dan Skeptis
dari periode etik. Berikut penjelasannya secara ringkas.
Epikuros adalah filosof yang memuja kesenangan hidup,ia menafikan dan menihilkan peran
Tuhan didunia. Menurutnya Tuhan hanya menjadi penghalang untuk menikmati kesenangan
hidup didunia. Karena itu, Epikuros adalah salah satu filosof yang beraliran atheis.
Stoa: Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Kriterianya tentang
kebenaran relative sama dengan Epikuros yang mengatakan bahwa pemandangan adalah kriteria
setinggi tingginya untuk mencapai kebenaran.
Skeptis: Mereka adalah madzhab filsafat yang ragu ragu terhadap ajaran ajaran klasik. Menurut
mereka, kebenaran tidak dapat di duga. Dan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang
salah dalam pertentangan pendapat yang begitu banyak, perlulah ada suatu kriteria tentang
kebenaran. Kriteria itulah yang tidak ada.
ISI PEMIKIRAN METODE ( TUHAN, MANUSIA, DAN ALAM )
A. Tuhan dan Pendidikan
Tuhan memiliki kekuasaan yang mutlak untuk memberikan nuansa yang dikehendaki-Nya
dalam unsur-unsur pendidikan, mengingat Tuhan juga sebagai sumber sains. Kekuasaan tersebut
diiringi dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada manusia, sehingga mereka menjadi
lebih mengetahui terhadap sebenarnya yang terjadi.
Tuhan telah mendidik manusia, baik secara langsung, sebagaimana Tuhan memperkenalkan semua nama
yang ada di surga kepada Nabi Adam, maupun tidak langsung, sebagaimana perintah dan larangan-Nya
yang termuat dalam kitab suci (qauliyyah) maupun fenomena alam sebagai pelajaran bagi manusia
(kauniyyah). Sedangkan kata al-‘alamin pada ayat di atas menunjukkan keseluruhan kosmos yang ada
dalam semesta ini, yang menunjukkan bahwa manusia hanya salah satu sub kecilnya, di samping hewan,
tanaman, benda mati dan sebagainya. Oleh karena itu, penciptaan manusia yang dilakukan Tuhan
sebenarnya harus mampu melahirkan sebuah sikap yang mendorong manusia untuk mengelola alam
semesta ini dengan baik. Pengelolaan itu sendiri dilakukan setelah manusia mengetahui alam semesta,
yang diupayakan sebagai manifestasi dari dukungan terhadap realisasi kepentingan manusia dalam
mengemban tugasnya sebagai khalifah fil ‘ardh, sehingga peran dan fungsi Pendidikan sangat penting
dalam hal ini, terutama ketika manusia akan mengetahui dan mempelajari alam sekitarnya, sebelum
mengelolanya demi memenuhi kebutuhan mereka secara benar.
Menurut Socrates, sebagaimana dikutip Tafsir (2004: 7), belajar yang sebenarnya adalah belajar tentang
manusia. Manusia itu sendiri menurut Plato, sebagaimana dikutip Tafsir, memiliki tiga elemen, yaitu roh,
nafsu dan rasio. Dalam operasinya, Plato mengandaikan roh itu sebagai kuda putih yang menarik kereta
bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendalikan oleh kusir yaitu rasio yang berusaha mengontrol laju
kereta (Tafsir, 2004: 10). Namun, menurut Islam dalam alQur’an, manusia terdiri dari tiga unsur.
Pertama, adalah unsur jasmani (material) yang fungsinya tidak remeh sebagai salah satu esensi manusia.
Kedua, adalah unsur akal yang yang digunakan sebagai alat berpikir.
Perspektif pendidikan telah menempatkan alam semesta sebagai salah satu sumber dalam mengkonsep
pendidikan itu sendiri. Artinya, alam semesta menjadi pertimbangan penting dalam menentukan arah,
tujuan dan proses yang akan dilaksanakan Pendidikan.
Di sisi lain, alam semesta merupakan salah satu obyek pendidikan. Hal ini dimungkinkan mengingat
besarnya kepentingan manusia untuk menundukkan alam semesta itu sendiri. Pengkontrolan manusia
terhadap alam semesta ini dilakukan untuk meminimalisasi ketergantungannya terhadap alam semesta.
Dengan demikian, potensi yang terdapat dalam diri manusia, yaitu cipta, rasa dan karsa, menjadi unsur
terpenting dalam melahirkan sains yang berorentasi kepada hal tersebut. Upaya ini dilakukan secara
sistematis untuk menjadikan peradaban manusia yang lebih maju.
Filsafat, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yakni Philo yang bermakna cinta, dan sofia yang
berarti kebijaksanaan, jadi fisafat (philo,philos,-sofia,sofos) berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom).
Filsafat seringg di posisikan dengan tiga sudut pandang, yakni sebagai landasan hidup, sebagai sebuah
pendekatan studi (way of thought), pun sebagai sebuah ilmu (science). Filsafat dalam artian istilah dapat
di definisikan sebagai suatu kajian ilmu yang membahas tentang segala sesuatu dengan menggunakan
akal pikiran untuk mendapatkan kebenaran.
Filsafat Yunani merupakan salah satu periode yang turut andil dalam sejarah berkembangnya filsafat,
tokoh tokoh besar lahir pada masanya, yang terbagi dalam beberapa fase, pemikiran-pemikiran yang di
miliki oleh masing-masing tokoh juga turut berkembang, ada yang saling sependapat ada pula yang
mengalami pertentangan.
Filsafat muncul karena di picu oleh keheranan. filsafat Yunani lahir di karenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya, di antaranya pergeseran pemikiran dari mitologi (berdasarkan dongeng atau mitos) ke
pemikiran Rasional (berdasarkan akal atau logos), dorongan dari karya-karya sastra Yunani, dan
pengaruh ilmu penegtahuan dari Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil.
Filsafat Yunani kuno di sebut sebagai filsafat alam (kosmos), fase yang ada di dalamnya meliputi fase
pra- Socrates dengan tokoh-tokohnya yakni Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, Heraclitos,
Parmenides, Zeno, Empedocles, Anaxagoras, dan Democritos. Kemudian fase zaman kejayaan, tokoh-
tokoh yang muncul seperti socrates, Aristoteles, dan Plato. Lalu zaman Hellenisme, tokoh-tokohnya
antara lain Zeno (aliran Stoa), Plotinus dan Epikorus.
Apabila kita merenungi sebuah ayat dalam Al- quran yaitu (Qs, Al- Anbiya: 22) yang artinya sebagai
berikut:” seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan- tuhan selain Allah tentu
keduanya telah binasa. Maha suci Allah yang memiliki Arsy, dam dari apa yang mereka sifatkan” dari
ayat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak ada tiga tuhan atau lebih yang menciptakan alam
semesta ini, apabila ada maka binasalah atau hancurlah alam ini, karena setiap tuhan memilki keinginan
yang berbeda. Jadi hanya satu tuhan lah yang menciptakan yang banyak di alam semesta ini yaitu Allah
yang Maha Esa. Oleh karena itu kita dapat menarik satu kesimpulan bahwa the one and the many adalah
yang satu telah menciptakan yang banyak, yaitu dalam agama islam adalah tuhan Allah swt.
Ada tiga cara berfikir tentang Tuhan: (1) ada, (2) tidak ada, dan (3) ada dan tidak ada. Yang benar ialah
ada (1) Tidak mungkin meyakini yang tidak ada (2) sebagai ada karena yang tidak ada pastilah ada.
Yang (3) pun tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada. Jadi, benar-
tidaknya suatu pendapat di ukur dengan logika. Disinilah masalah muncul. Bentuk ekstrem pernyatan
itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia; ukuran kebenaran adalah manusia.
Menurut Plato, filsafat mulai dengan rasa ingin tahu. Aristoteles pun menegaskan bahwa filsafat mulai
dengan rasa ingin tahu. Seperti, ingin tahu jawaban dari pertanyaan: Siapakah kamu? dan Dari mana
datangnya dunia? Untuk itu, filsafat berakar pada keinginan memahami dunia. Yakni, dunia dalam diri
mamusia sendiri dan dunia luar Un- tuk mengetahui jawaban dari pertanyaan itu, terlebih dahulu me-
mahami pengertian dan obyek filsafat, metode dan struıktur pem- bahasan filsafat, serta sistematika
pembagian filsafat.
Idealisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa realita atau kenyataan yang ada
dalam kehidupan ini bukanlah kebenaran yang bersifat hakiki, melainkan hanyalah gambaran dari
ide-ide yang ada dalam jiwa manusia dan spirit manusia. Filsafat Idealisme Plato menekankan
pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) daripada hal-hal yang bersifat
kebendaan atau material. Pokok pikiran filsafat Idealisme terdiri dari bahasan metafisika,
epistimologi dan aksiologi.
Aristoteles dikenal sebagai filsuf terkenal dari Yunani dengan berbagai pemikirannya terhadap
realita, seperti ajaran realisme Aristoteles. Filsuf yang tak lain merupakan murid dari Plato ini
memiliki aliran dalam memandang realitas.
Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain adalah
proyeksi atau bayang-bayang/ bayangan dari suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu
yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi
logika, epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan filsafat alam.
Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak setuju/berlawanan dengan apa
yang diperoleh dari gurunya (Plato). Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Bagi
Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato,
tetapi justru terletak pada kenyataan atau bendabenda itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua unsur
yang tidak dapat dipisahkan.Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau
dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka
bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada materi dan
sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi. Karya-karya Aristoteles meliputi logika, etika, politik,
metafisika, psikologi, ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan ekonomi.
Pada awalanya teori tentang struktur materi tidak didasarkan pada hasil-hasil eksperimen.Para ilmuwan
mulai menyelidiki hubungan antara beberapa fenomina fisika seperti kelistrikan dan kemagnetan mulai
dikembangkan dalam model-model yang berbeda tentang struktur atom. Sehingga banyak banyak tokoh
yang angkat bicara terkait materi atom, terutama Democrates yang dipercaya orang pertama yang
berbicara tentang atom.
secara singkat Atomisme adalah Atom (tidak dapat dibagi) dan isme (faham), jadi Atomisme adalah faham
tentang keberadaaan atom yang merupakan partikel terkecil dan tidak dapat dibagi, sedangkan pandangan
Tuhan menurut Yunani kuno, pada Periode klasik dimulai dari pandangan Socrates terhadap Tuhan,
bahwasanya dia percaya akan adanya Tuhan dengan alasan alam ini teratur susunannya menurut wujud
yang tertentu, disitu ada campur tangan Tuhan. Segala yang tidak dapat diduga oleh otak manusia, dia
percayakan kepada Tuhan.Menurut pandanganya jiwa manusia itu adalah bagian dari Tuhan yang
menyusun alam.Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam dan suara itu membimbing manusia dalam
segala perbuatanya, itulah yang disebut daimonion. Pandangan sokrates ini ada sedikit pengaruh
rasionalisme
tokoh-tokoh atomisme yaitu Leukippos adalah seorang filsuf yang merintis madzhab Atomisme.
Ia juga merupakan guru dari Demokritos. Di dalam filsafat Atomisme, pemikiran Demokritos lebih
dikenal ketimbang Leukippos, meskipun amat sulit membedakan antara pandangan Leukippos dan
Demokritos. Para ahli masa kini menganggap bahwa Leukippos merumuskan garis besar ajaran-ajaran
atomisme, lalu Demokritos mengembangkan pemikiran gurunya lebih lanjut. Dan demokritos adalah
seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab Atomisme. Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri
mazhab tersebut. Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru pemikiran
Demokritos yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat. Selain sebagai filsuf, Demokritos juga dikenal
menguasai banyak keahlian. Sayangnya, karya-karya Demokritos tidak ada yang tersimpan. Demokritos
menulis tentang ilmu alam, astronomi, matematika, sastra, epistemologi, dan etika. Ada sekitar 300
kutipan tentang pemikiran Demokritos di dalam sumber-sumber kuno. Sebagian besar kutipan-kutipan
tersebut berisi tentang etika.
Skoalistik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam- macam pemikiran
filsafat yang menjadi kiblatnya, sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandengan). Di antara
tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285-1349), Nicolas Cusasu (1401-1464)
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang berarti guna. Pragma berasal dari kata yunani. Maka
pragmatisme adalah suatu aliran filsafat abad ke-20 yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis.
Pragmatisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang fungsi atau
tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. pragmatisme merupakan sumbangan
yang paling orisinal dari pemikiran Amerika terhadap perkembangan filsafat dunia. Pragmatisme
dilahirkan dengan tujuan untuk menjebatani dua kecenderungan berbeda yang ada pada saat itu. Kedua
kecenderungan yang mau dijembatani itu yakni, pertantangan yang terjadi antara “yang spekulatif” dan
“yang praksis”.
Pragmatisme mempunyai dua sifat, yaitu merupakan kritik terhadap pendekatan ideologis dan prinsip
pemecahan masalah. Sebagi kritik terhadappendekatan ideologis, pragmatisme mempertahankan relevansi
sebuah ideologibagi pemecahan, misalnya fungsi pendidikan. Pragmatisme mengkritik segalamacam teori
tentang cita-cita, filsafat, rumusan-rumusan abstrak yang samasekali tidak memiliki konsekuansi praktis.
Dalam kedua sifat tersebut terkandung segi negatif pragmatisme dansegi-segi positifnya.
Pragmatisme, misalnya, mengabaikan peranan diskusi.Justru di sini muncul masalah, karena
pragmatisme membuang diskusi tentangdasar pertanggungjawaban yang diambil sebagai
pemecahan atas masalahtertentu. Sedangkan segi positifnya tampak pada penolakan
kaumpragmatisterhadap perselisihan teoritis,serta pembahasan nilai-nilai yangberkepanjangan
sesegera mungkin mengambil tindakan langsung.
Tokoh pragmatisme yaitu . Charles Sandre Peirce ( 1839 M ), William, James (1842-1910).
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya dengan faktual, yaitu
apa yang berdasarkan fakta-fakta. positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan
“hakikat” benda - benda, atau “penyebab yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya
menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta (Praja, 2005).
Jadi, Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alams ebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitasyang berkenaan dengan metafisik.
Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi,semua harus didasarkan pada data empiris.
Positivisme dianggap bisa memberikan sebuah kunci pencapaian hidup manusia dan ia
dikatakanmerupakan satu-satunya formasi sosial yang benar-benar bisa dipercaya kehandalan
dan dan akurasinya dalam kehidupan dan keberadaan masyarakat.
Positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Secara umum boleh dikatakan bahwa akar sejarah
pemikiran positivisme dapat dikembalikan kepada masa Hume (1711-1776) dan Kant (1724-1804).
Istilah Positivisme pertama kali digunakan oleh Saint Simon (sekitar 1825). Prinsip filosofik
tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh seorang filosof berkebangsaan Inggeris
yang bernama Francis Bacon yang hidup disekitar abad ke-17 (Muhadjir, 2001). Ia berkeyakinan
bahwa tanpa adanya praasumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh
menarik kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum
alam.
Ciri-ciri positivism antara lain : objektiv / bebas nilai, Fenomenalisme, Nominalisme,
Reduksionisme, Naturalisme, Mekanisme.
Tokoh-tokoh positivism yaitu antara lain : Auguste Comte ( 1798 - 1857 ), John Stuart Mill
( 1806 - 1873 ), . H. Taine ( 1828 - 1893 ), . Emile Durkheim (1852 - 1917 ).
Ada dua kekurangan pemikiran filsafat moderen: pertama, merasa bahwa penilaian terhadap apa yang
digolongkan sebagai kebijaksanaan lebih didasari perasaan (feelings) dan keinginan atau gairah (desires)
ketimbang pengetahuan (knowledge). Kedua, penilaian itu didasari oleh intuisi yang sulit dipertahankan
dengan argumentasi logis.
Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa
fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Fenomenalisme bergerak di bidang
yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang
langsung. Tokoh-tokoh fenomenologi adalah Edmund Husser, Max Scheller, dan Maurice Merleau-
Ponty.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar
dan mana yang tidak benar. Manusia juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi,
mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan
eksistensialisme adalah manusia konkret. Tokoh-tokoh aliran eksistensialisme antara lain: Soren Aabye
Kiekeegaard, Friedrich Nietzsche, Karl Jaspers, Martin Heidegger, dan Jean Paul Sartre.