LIPIDA
Disusun oleh :
Kelompok 2
Dosen Pengampu
Dr. Sri Retno Dwi Ariani, S.Si., M.Si.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Biokimia 1 tentang Lipida. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang topik Lipida bagi para pembaca dan penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Retno Dwi Ariani,
S.Si., M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Biokimia 1 yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang Lipida.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 42. Makroskopis NLC menggunakan variasi lemak padat. Asam miristat
(a), asam palmitat (b), dan asam stearat (c)……………………………………...41
Gambar 43. Pengaruh proses sonikasi terhadap behavior global emulsi NLC
diamati menggunakan mikroskop optik………………………………………….42
Gambar 44. Pengaruh tipe lipid padat terhadap ukuran partikel NLC resveratrol
(a) dan efisiensi penyerapan NLC resveratrol (b)..................................................43
Gambar 45. Profil pelepasan resveratrol dengan metode difusi franz (a) dan nilai
fluks (b)..................................................................................................................43
Gambar 46. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai inhibisi resveratrol
setelah pembuatan dan penyimpanan selama 30 hari…………………………....46
Gambar 47. Ketebalan dari edible film dari karaginan dengan penambahan asam
stearat dan lilin lebah…………………………………………………………….49
Gambar 48. Laju transmisi uap air edible film dari karaginan dengan penambahan
asam stearat dan lilin lebah………………………………………………………50
5
PETA KONSEP
6
7
8
9
10
A. DEFINISI LIPIDA
Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam
lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Lipid
memiliki arti lain sebagai kelompok besar biomolekul dengan gugus
fungsional karboksil (-COOH) atau gugus ester (-COOR), yang tidak dapat
larut dalam air, tapi larut dalam larutan non polar, seperti eter, aseton, bensin,
karbon tetraklorida, dan lain sebagainya. Lipid akan larut dalam pelarut
organik seperti aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang, 2010).
Lipid dapat didefinisikan secara luas sebagai molekul kecil hidrofobik
atau amfifilik; sifat amfifilik beberapa lipid memungkinkan mereka untuk
membentuk struktur seperti vesikel, liposom multilamelar/unilamelar, atau
membran dalam lingkungan akuatik. Lipid biologis berasal, seluruhnya atau
sebagian, dari dua jenis subunit biokimia atau "blok-pembangun" yang
berbeda, yaitu gugus ketoasil dan isoprena. Dengan menggunakan pendekatan
ini, lipid dapat dibagi menjadi delapan kategori: asam lemak, gliserolipid,
gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari
kondensasi subunit ketoasil) dan lipid sterol serta lipid prenol (berasal dari
kondensasi subunit isoprena) (Subraniam, 2011).
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim untuk
lemak, lemak adalah subkelompok lipid yang disebut trigliserida. Lipid juga
mencakup molekul seperti asam lemak dan turunannya (termasuk tri-, di-,
monogliserida, dan fosfolipid), serta metabolit lainnya yang mengandung
sterol seperti kolesterol (Michella, 1993) . Meskipun manusia dan mamalia
lainnya menggunakan berbagai jalur biosintesis untuk memecah dan
mensintesis lipid, beberapa lipid esensial tidak dapat dibuat dengan cara ini
dan harus diperoleh dari makanan.
B. SIFAT LIPID
Lipid atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan
dalam sel jaringan. Lipid bersifat non polar atau hidrofobik (Mamuaja, 2017).
Sifat yang dimiliki lipid diantaranya adalah sebagai berikut (Marks et
al, 2000):
1. Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada
metabolisme tumbuhan dan hewan.
2. Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik
(benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbon tetraklorida)
3. Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis
lipid juga memiliki kandungan nitrogen dan fosfor
4. Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, tidak seperti karbohidrat dan
protein.
Sifat fisik pada lipid diantaranya adalah sebagai berikut (Desitasari,
2017):
1. Warna
Zat warna pada minyak goreng terdiri dari 2 golongan yaitu : zat
warna alami dan warna dari hasil degradasi zat warna alami. Yang pertama
11
zat warna alamiah (natural coloring matter), zat warna yang termasuk
golongan ini terdapat secara alamiah didalam bahan yang mengandung
minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat
warna tersebut antara lain α dan β karoten (berwarna kuning), xantrofil
(berwarna kuning kecoklatan), klorofil (berwarna kehijauan), dan
anthosyanin (berwarna kemerahan) (Desitasari, 2017).
Golongan kedua adalah zat warna dari hasil degradasi zat warna
alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap
tokoferol (vitamin E), warna coklat yang disebabkan oleh bahan untuk
membuat minyak yang telah rusak, warna kuning disebabkan terjadinya
minyak tidak jenuh (Desitasari, 2017).
2. Odor dan flavor atau bau
Terdapat secara alami pada minyak atau lemak dan juga terjadi
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil
penguraian pada kerusakan minyak atau lemak (Desitasari, 2017).
3. Kelarutan
Minyak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil), dan
minyak sedikit larut dalam alkohol tetapi akan larut sempurna dalam etil
eter, karbon disulfide dan pelarut-pelarut halogen (Desitasari, 2017).
4. Titik cair dan polymorphism
Minyak atau lemak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai
temperatur tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana terdapat lebih
dari satu bentuk kristal (Desitasari, 2017).
5. Titik didih (boiling point)
Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin meningkat dengan
akan bertambahnya panjang rantai karbon asam lemak tersebut (Desitasari,
2017).
6. Titik lunak (softening point)
Titik lunak dari minyak lemak ditetapkan dengan maksud untuk
identifikasi minyak atau lemak tersebut. Cara penetapannya yaitu dengan
menggunakan tabung kapiler yang diisi dengan minyak (Desitasari, 2017).
7. Sliping point
Sliping point dipergunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh
kehadiran komponen-komponennya (Desitasari, 2017).
8. Shot melting point
Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama
dari minyak atau lemak (Desitasari, 2017).
9. Bobot jenis
Bobot jenis adalah bobot jenis minyak dan lemak ditentukan pada
temperatur 25oC ,akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk
diukur pada temperatur 40ºC atau 60ºC untuk lemak yang titik cairnya
tinggi (Desitasari, 2017).
10. Titik asap, titik nyala, dan titik api
12
Titik asap, titik nyala, dan titik api adalah mutu kriteria yang terutama
penting dalam hubungannya dengan minyak yang digunakan untuk
menggoreng (Desitasari, 2017).
11. Titik kekeruhan (turbidity point)
Titik ini ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak dan
lemak dengan pelarut lemak. Temperatur pada waktu mulai terjadi
kekeruhan, dikenal sebagai titik kekeruhan (Desitasari, 2017).
12. Titik leleh
Titik leleh asam lemak jenuh lebih tinggi dari asam lemak tak
jenuh.
C. KLASIFIKASI LIPID
1. Klasifikasi Lipid Menurut Bloor
a. Lipid Sederhana
1) Lemak Netral
Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol.
Fungsi dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi (berupa
lemak atau minyak). Setiap gliserol mungkin berikatan dengan 1, 2,
atau 3 asam lemak yang tidak harus sama. Jika gliserol berikatan
dengan 1 asam lemak disebut monogliserida, jika berikatan dengan 2
asam lemak disebut digliserida dan jika berikatan dengan 3 asam
lemak dinamakan trigliserida. Secara biokimia Lemak adalah
senyawa triasilgliserol atau trigliserida. Trigliserida merupakan
cadangan energi penting dari sumber lipid (Dwi Wahyudiati, 2017).
13
Ester antara asam lemak dengan alkohol membentuk
malam/lilin (waxes). Lilin tidak larut di dalam air dan sulit
dihidrolisis. Lilin sering digunakan sebagai lapisan pelindung untuk
kulit, rambut dan lain-lain. Lilin merupakan ester antara asam lemak
dengan alkohol rantai panjang. Lilin atau Wax merupakan senyawa
ester yang dibentuk oleh alkohol berantai panjang dan karboksilat
berantai panjang. Lilin digolongkan atas beeswax, carnauba wax,
dan jojoba wax. Beeswax atau Lilin lebah adalah lilin yang
diproduksi dari sarang lebah. Carnauba wax atau lilin karnauba
adalah lilin yang diproduksi dari tumbuhan carnauba (sejenis pohon
palem). Jojoba wax adalah lilin yang diproduksi dari tanaman jojoba
(Simmondsia chinensis) (Dwi Wahyudiati, 2017).
14
Gambar 5. Struktur Umum Glikolipid
(Sumber : https://diploma.chemistry.uii.ac.id )
3) Proteolipid, lipid yang tersusun atas satu residu asam amino yang
dihubungkan dengan asam atau alkohol rantai panjang.
15
Lemak hewani adalah lemak yang berasal dari hewan. Lemak
hewani mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Didapat dari daging,
telur, susu, keju, mentega, dll. Lemak hewani mengandung kolesterol
yang tinggi. Kolesterol sebagai komponen penting dalam asam empedu
dimana asam empedu membantu melarutkan lemak globular dari
makanan sehingga dapat larut dalam air atau enzim lipase, dan bereaksi
dengan molekul lemak sehingga dapat melancarkan penyerapan lemak
(Dwi Wahyudiati, 2017).
16
(Sumber : sumberbelajar.belajar.kemendikbud.go.id)
b. Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester
trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan ataupun dari
tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat dengan yang mempunyai
rantai karbon panjang dengan rumus umum RCOOH, dimana R
adalah rantai karbon yang jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap)
atau rantai karbon tidak jenuh (mengandung ikatan rangkap) dan pada
umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon genap (Dwi
Wahyudiati, 2017).
17
Gambar 11. Struktur Umum MUFA
(Sumber : Dwi Wahyudiati. 2017. Biokimia)
b) Asam lemak asam lemak dengan ikatan tidak jenuh jamak
(polyunsaturated fatty acid atau PUFA)
Asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap banyak
merupakan asam lemak yang mengandung lebih dari 1 ikatan
rangkap. Asam lemak ini akan kehilangan paling sedikit 4 atom
H, contohnya asam lemak linoleat. Sifat kimia dari asam linoleat
adalah tidak larut dalam air (Dwi Wahyudiati, 2017).
18
Jenis-jenis makanan yang banyak mengandung kolesterol antara
lain daging (sapi maupun unggas), ikan dan produk susu (Astuti,
2009). Makanan yang berasal dari daging hewan biasanya banyak
mengandung kolesterol, tetapi makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan tidak mengandung kolesterol (Dwi Wahyudiati,
2017).
19
ikatan ester pada triasilgliserol dihidrolisis dengan enzim lipase
(Netty, dkk, 2017).
e. Lipoprotein
Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga
tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam
peredaran darah, maka lemak tersebut harus dibuat larut dengan cara
mengikatkannya pada protein yang larut dalam air. Ikatan antara
lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini
disebut Lipoprotein (dari kata Lipo = lemak, dan protein). Ada
beberapa jenis lipoprotein, antara lain: Kilomikron, VLDL (Very Low
Density Lipoprotein), IDL (Intermediate Density Lipoprotein), LDL
(Low Density Lipoprotein), dan HDL (High Density Lipoprotein)
(Wahyudiati, 2017).
20
untuk respon imun dan proses koneksi antar sel dalam membentuk
jaringan. Glikolipid terdapat di semua jaringan di permukaan luar
membran plasma (Sumarlin, 2020).
21
yang paling penting adalah sterol, asam empedu, dan hormon
andsteroid (Sumarlin, 2020).
22
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa
kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang
mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan
penyulingan .(Sujarwanta A. dan Mulyani, 2018).
23
Gambar 25. Pembentukan Keton
(Sumber : Sujarwanta A. dan Mulyani. 2018. Lemak dan Minyak)
6. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah
oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak (Sujarwanta A. dan
Mulyani, 2018).
24
berbagai macam pelarut, analisis sifat kepolaran pelarut, analisis keberadaan gliserin
atau lemak, dan lain lain (Sartika, 2008)
1. Uji Kelarutan
Prinsip uji ini adalah sifat kelarutan lipid yang berbeda-beda. Lipid
larut dalam pelarut organik non polar dan pelarut organik polar yang
dipanaskan. Sifat ini digunakan untuk mengekstraksi dan mengisolasi lipid
dari berbagai bahan biologis (Bintang, 2010).
25
Gambar 30. Reaksi Kimia Uji Penyabunan
(Sumber : kimia.clas.web.id)
4. Uji Ketidakjenuhan
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang
diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan
menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini berfungsi sebagai pengadisi
ikatan rangkap yang ada pada asam lemak tidak jenuh menjadi ikatan
tunggal sehingga warna pereaksi tidak terlihat. Reaksi positif
ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah
ketika iod Hubl diteteskan kembali lagi ke warna awal. Warna merah yang
kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada
rantai hidrokarbon asam lemak (Bintang, 2010).
26
Gambar 33. Reaksi Kimia Uji Akrolein Trigliserida
(Sumber : Gheavany, dkk, 2018)
6. Uji Salkowski
Uji Salkowski dan uji Lieberman-Buchard adalah uji untuk
mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Prinsip kedua uji hampir sama karena
adanya penambahan asam kuat. Yang membedakan kedua uji ini adalah uji
Salkowski bersifat kuantitatif sedangkan uji Lieberman Buchard bersifat
kualitatif (Bintang, 2010). Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan
untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan
kloroform anhidrat lalu dengan volum yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam
sulfat berfungsi sebagai sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel
tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi
berwarna hijau dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna
fluorosens hijau (Susanti et al., 2012).
27
Gambar 36. Reaksi Uji Noda
(Sumber : kokim.konsep-matematika.com)
9. Uji Kolesterol
Uji kolesterol dapat digunakan salah satunya untuk analisis
kolesterol dalam telur. Informasi mengenai kadar kolesterol dari berbagai
bahan pangan yang dikonsumsi setiap harinya sangat penting untuk
diketahui mengingat setiap jenis bahan pangan memiliki kandungan
kolesterol yang berbeda-beda (Lioe, 2013). Selain itu, di bidang
kedokteran uji kolesterol dapat berguna untuk menguji keberadaan
kolesterol dalam darah. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya serangan penyakit jantung koroner dan stroke (Purawisastra,
2011).
28
Tabel 1. Struktur Kimia dan Tata Nama Asam Lemak Jenuh
(Sumber: Mamuaja, 2017)
Pemberian asam lemak tidak jenuh lebih kompleks dibandingkan
dengan asam lemak jenuh karena harus dapat mengidentifikasi jumlah dan
posisi ikatan rangkap pada rantai karbon, serta konfigurasinya (cis atau trans).
Tata nama asam lemak tidak jenuh adalah sebagai berikut (Mamuaja, 2017) :
1. Untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap maka diberi tambahan e pada
penamaan yang terikat jumlah rantai karbon, misalnya heksaenoat (6C),
oktaenoat (8C), dodekaenoat (12C), dan sebagainya.
2. Jumlah ikatan rangkap dituliskan dengan di, tri, tetra, penta, heksa, dan
seterusnya. Misalnya enoat (1 buah), dienoat (2 buah), trienoat (3 buah),
tetraenoat (4 buah), pentaenoat (5 buah), dan heksaenoat (6 buah). Asam
heksadekaenoat berarti asam lemak dengan 16 atom karbon dan memiliki
2 ikatan rangkap.
3. Untuk mengidentifikasi posisi ikatan rangkap pada rantai karbon maka
dituliskan juga nomor atom karbon yang memiliki ikatan rangkap.
Penomoran atom karbon dihitung dari ujung gugus fungsional karboksilat.
Sebagai contoh, asam 9,12,15 oktadekatrienoat, berarti asam lemak
memiliki 18 atom karbon dengan 3 ikatan rangkap pada posisi atom
karbon nomor 9,12, dan 15.
4. Untuk mengidentifikasi, apakah asam lemak pada posisi ikatan rangkap
memiliki konfigurasi cis atau trans maka diberi awalan cis atau trans.
Sebagai contoh, bila asam lemak dituliskan asam
cis,cis,cis,cis-5,8,11,14-eikosatetraenoat maka berarti asam lemak tersebut
memiliki 20 atom karbon dengan 4 ikatan rangkap pada posisi atom
karbon 5,8,11, dan 14, serta memiliki struktur cis pada keempat karbon
yang memiliki ikatan rangkap tersebut.
Asam lemak juga dapat dituliskan secara singkat dalam bentuk
simbol, yaitu dengan menuliskan jumlah atom karbon, jumlah ikatan rangkap,
dan posisinya. Asam oktadekanoat dapat ditulis C18:0, artinya jumlah
karbonnya 18 dan tidak ada ikatan rangkap. Asam lemak linolenat dapat
ditulis C18:3 (Δ9,12,15), artinya jumlah karbonnya 18 dengan 3 buah ikatan
29
rangkap pada posisi C9, C12, dan C15. Demikian pula asam cis,cis,cis,cis,cis-
5,8,11,14,17- eikosapentaenoat dapat dituliskan secara singkat menjadi
C20:5c(Δ5,8,11,14,17). Simbol c mengindikasikan konfigurasi cis.
Asam lemak tidak jenuh dapat juga dikelompokkan dan diberi nama
berdasarkan system omega (omega naming system). Dalam system ini,
penentuan posisi ikatan rangkap yang pertama dihitung dari gugus metal di
ujung (Cn). Sebagai contoh, posisi ikatan rangkap pertama pada asam lemak
linoleat (C18:2c(Δ9,12)) yang dihitung dari gugus metal ujung terletak di C6
sehingga dikelompokkan menjadi asam lemak omega 6. Asam lemak
arakidonat (C20:4c(Δ5,8,11,14)) juga dikelompokkan sebagai omega 6 karena
ikatan rangkap pertamanya berada pada C6 dari ujung metal. Asam lemak
linolenat (C18:2c(Δ12,15)), asam lemak eikosapen-taenoat (EPA)
(C20:5c(Δ5,8,11,14,17)), dan asam lemak dokosaheksaenat (DHA)
(C22:6c(Δ4,7,10,14,16,19)) merupakan kelompok asam lemak omega 3
karena ikatan rangkap pertama dihitung dari gugus metal ujung terletak pada
C3. Dengan kata lain, asam linoleat dan asam arakidonat adalah family
omega 6 (n-6 atau ш-3).
30
lemak dalam jumlah tertentu agar tubuh tetap sehat dan organ tubuh bisa
menjalankan fungsinya dengan baik.
31
Ada berbagai jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh, salah
satu adalah vitamin yang memiliki sifat larut dalam lemak. Jenis vitamin
ini adalah seperti vitamin A, D, E dan juga vitamin K. Semua vitamin ini
memiliki peran yang khusus seperti vitamin A yang berfungsi untuk
menjaga kesehatan mata, vitamin D yang membantu penyerapan kalsium
dan memperkuat tulang serta gigi, vitamin E untuk membuat kesehatan
kulit dan vitamin K yang berperan untuk menunjang proses pembekuan
darah. Tanpa lemak maka tubuh tidak akan bisa menyerap vitamin
tersebut yang dihasilkan dari luar tubuh atau didapatkan dari makanan
(Mamuaja, 2017).
5. Menunjang Produksi Hormon
Hormon diperlukan oleh tubuh untuk mengatur sistem kerja organ
tubuh dan sistem respon untuk tubuh. Lemak memiliki peran untuk
menjaga produksi hormon sehingga membantu menjaga kesehatan tubuh.
Kekurangan lemak dapat menurunkan produksi hormon sehingga tubuh
menjadi tidak mudah berkembang atau perkembangan tubuh tidak sesuai
dengan usia (Mamuaja, 2017).
6. Lemak Membantu Kesehatan Kulit
Lemak juga memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga
kesehatan kulit. Orang yang mengalami kekurangan lemak akan terlihat
dengan tanda-tanda kulit yang bersisik dan kusam. Bahkan lemak juga
bisa menjadi indikator pelindung terhadap perubahan cuaca (Mamuaja,
2017).
7. Lemak Mendukung Kesehatan Organ Tubuh
Lemak adalah salah satu zat penting untuk melindungi kesehatan
beberapa organ tubuh seperti ginjal, hati, jantung dan usus. Lemak akan
melindungi beberapa organ tubuh tersebut agar tidak mudah terluka atau
cedera. Lemak juga akan digunakan oleh organ tubuh untuk memberikan
perlindungan khusus dan persediaan energi (Mamuaja, 2017).
8. Mengontrol Berat Badan
Banyak orang yang berpikir bahwa lemak hanya akan
meningkatkan berat badan. Namun ternyata lemak juga berfungsi untuk
membantu tubuh dalam mendapatkan berat badan ideal. Hal ini
dipengaruhi oleh pikiran kita sendiri bahwa ketika tubuh terlalu sering
menerima lemak jahat, maka tubuh akan memberikan reaksi khusus
seperti kesehatan yang kurang baik. Setelah itu maka tubuh hanya
membutuhkan lemak sehat dari ikan atau beberapa jenis biji-bijian.
Dengan cara ini maka kita bisa mengontrol berat badan dari lemak
(Mamuaja, 2017).
9. Mengurangi Potensi Penyakit
Salah satu jenis lemak yang berfungsi untuk melindungi tubuh
agar tidak terkena penyakit tertentu seperti penyakit jantung dan stroke
adalah jenis lemak tak jenuh ganda. Lemak ini banyak ditemukan dalam
beberapa jenis kacang-kacangan, minyak zaitun, alpukat dan biji-bijian.
32
Lemak ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung,
melindungi penyakit pembekuan darah dan mendukung perkembangan
fungsi otak (Mamuaja, 2017).
10. Lemak Meningkatkan Kesuburan
Lemak ternyata juga memiliki peran untuk membantu menjaga
kesuburan. Wanita atau remaja yang masuk dalam usia subur bisa
mendapatkan siklus menstruasi yang lebih teratur daripada wanita yang
mengalami masalah kekurangan lemak. Dengan cara ini maka tubuh juga
bisa mencukupi kebutuhan lemak dan menjadi sumber nutrisi yang
penting (Mamuaja, 2017).
Fungsi lemak atau minyak yaitu (Mamuaja, 2017):
a. Sebagai sumber energi atau kalori ( 1 gram lemak = 9 kkal ).
b. Sumber asam-asam lemak tak jenuh essensial yaitu lenoleat dan
linolenat.
c. Sumber alamiah vitamin yang larut dalam minyak : vitamin A, D, E,
dan K.
d. Untuk menggoreng makanan, karena lemak atau minyak memiliki
titik didih yang tinggi.
e. Memberi aroma dan rasa gurih.
f. Dalam industri teknologi roti, memberikan konsistensi empuk, dan
halus.
33
APLIKASI LIPID DALAM BIDANG RISET
35
Gambar 41. Morfologi LDC Isoniazid
(Sumber : Pandit et al., 2020)
Komponen pembentuk LDC yaitu matriks lipid terdiri dari berbagai asam
lemak, misalnya asam stearat, asam oleat, asam palmitat, asam miristat, asam
laurat, asam kaprilat, squalene dan lain-lain, asilgliserol atau gliserida (gliseril
monostearat, gliseril distearat, gliseril tristearat, glyceryl behenate, glyceryl
palmitostearate dan lain-lain), lilin (lilin lebah dan cetyl palmitate), berbagai lipid
yang diturunkan dari membran biologis (fosfolipid dan sphingomielin). Surfaktan,
termasuk lipid dari membran biologis, juga dapat digunakan dalam preparasi LDC.
Surfaktan yang digunakan berupa lesitin, garam empedu (sodium taurocholate,
natrium glikolat), sterol (kolesterol), asam lemak etoksilat, surfaktan non-ion
biokompatibel (Span 80, Tween 80, poloxamer-188 dan lain-lain.) dan
campurannya yang dapat bertindak sebagai stabilizer.
8. Kesimpulan :
Asam stearat banyak digunakan dalam formulasi sediaan farmasi karena
memiliki biokompatibilitas yang lebih baik dan toksisitas yang lebih rendah
daripada lemak yang dibuat atau yang disintesis. Asam stearat biokompatibel
dengan jaringan tubuh manusia, dan netral dengan cairan fisiologis pada manusia.
Nanopartikel lipid sangat baik digunakan untuk meningkatkan efektivitas
efek terapeutik. Hal ini disebabkan karena nanopartikel lipid dapat ditoleransi
dengan baik oleh fisiologis tubuh. Zat aktif yang bersifat lipofilik dan hidrofilik,
termasuk senyawa labil, seperti protein dan peptida, dapat dipreparasikan dengan
matriks lipid.
Matriks lipid padat alami atau sintetis bersifat biokompatibel dan dapat
terurai secara hayati, seperti asam lemak, ester gliserin, dan trigliserida. Asam
stearat termasuk dalam matriks lipid padat alami.
36
1. Nama Mahasiswa : Arachnis Naurah Nabilah
2. Judul : Uji Lipid pada Minyak Kelapa, Margarin, dan Gliserol
3. Sumber : Fitri A. S. dan Yolla A. N. F. (2019). Uji Lipid pada Minyak Kelapa,
Margarin, dan Gliserol. Jurnal Sainteks, Volume 16 (1), halaman 1-5.
4. Latar Belakang :
Di antara sekian banyak jenis minyak, minyak kelapalah yang paling
sering digunakan. Minyak kelapa kasar mengandung komponen bukan minyak
seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol (0,003%), dan asam
lemak nenas kurang dari 5%. Warna pada minyak disebabkan oleh adanya
pigmen-pigmen warna alami karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh
(Ketaren, 1986). Sifat minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair
tahap demi tahap seperti lemak yang lain, akan tetapi langsung berubah
menjadi cair karena titik cair asam lemak penyusunnya berdekatan (Murdijati,
1980).
Margarin merupakan produk pangan yang memiliki tekstur setengah padat
dengan karakteristik sifat fisik dan kimia yang sangat bergantung pada
komponen penyusunnya. Margarin merupakan sistem emulsi yang terdiri dari
20% air di dalam minyak 80%. Kandungan bahan baku margarin memiliki
kerapuhan dan daya tahan tinggi terhadap pengembangan (Yuwono et al.,
2017).
Gliserol merupakan sebuah komponen utama dari semua lemak dan
minyak, dalam bentuk ester yang disebut gliserida. Gliserol ditemukan untuk
memiliki berbagai macam kegunaan dalam pembuatan berbagai produk dalam
negeri, industri, dan farmasi. Gliserol (CH2OH.CHOH.CH2OH atau
propana-1, 2, 3-triol) memiliki bentuk murni, yaitu bening, tidak berbau, dan
kental. Gliserol dapat larut dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam banyak
pelarut umum seperti eter dan dioksan, dan tidak larut dalam hidrokarbon.
Pada suhu rendah, gliserol kadang-kadang membentuk kristal yang cenderung
meleleh pada 17,9oC. Gliserol cair mendidih pada 290oC di bawah tekanan
atmosfer normal (Van Gerpen, 2005)
Uji lipid dalam penelitian ini meliputi uji ketidakjenuhan dan uji akrolein.
Derajat ketidakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin. Jumlah garam yang
dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar
bilangan iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya. Uji ketidakjenuhan
digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji merupakan asam lemak
jenuh atau asam lemak tidak jenuh. Iod Hubl digunakan sebagai indikator
perubahan. Reaksi positif ditandai dengan timbulnya warna merah muda, lalu
warna kembali lagi menjadi warna asal (bening). Warna yang kembali ke
warna asal menandakan bahwa banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon
asam lemak. Warna merah muda hilang selama reaksi menunjukkan bahwa
asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi Iod Hubl. Sementara itu, uji
akrolein merupakan uji pada gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat
pada lemak dan minyak bila mengalami dehidrasi akan membentuk aldehid
aksilat atau disebut juga dengan akrolein. Reaksi positif terjadi apabila lemak
37
yang dipanaskan dan terdehidrasi memiliki bau lemak terbakar dengan asap
putih.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ketidakjenuhan sampel minyak kelapa dan margarin, serta mengetahui
perubahan bau pada senyawa minyak kelapa dan gliserol melalui uji akrolein.
5. Tujuan : Untuk mengetahui ketidakjenuhan sampel minyak kelapa dan
margarin, serta mengetahui perubahan bau pada senyawa minyak kelapa dan
gliserol melalui uji akrolein.
6. Metode Kerja :
Uji Ketidakjenuhan
- Memasukkan 4 ml kloroform dan 4 tetes iod hubl ke dalam tabung reaksi,
kemudian dikocok menggunakan vortex hingga terbentuk warna merah
muda (larutan A).
- Memasukkan 1 ml minyak kelapa, 1 sendok margarin dan 1 ml eter, dan 1
ml air sabun ke dalam masing masing tabung reaksi. Kemudian, tiap
tabung reaksi ditambahkan larutan A dan dikocok menggunakan vortex,
lalu diamati.
Uji Akrolein
- Tiga tetes minyak kelapa dan 3 tetes gliserol masing-masing dimasukkan
ke dalam tabung reaksi.
- Kemudian ditambahkan 1 sendok KHSO4 pada tiap tabung reaksi dan
dipanaskan, diamati baunya.
7. Hasil :
Lipid merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber
makanan dan kira-kira 40% dari yang manusia makan setiap hari. Suatu lipid
didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu
hidrokarbon atau dietil-eter (Fessenden and Fessenden, 1997). Sifat dari lipid
antara lain, lipid mudah larut dalam pelarut non polar seperti kloroform,
karbon disulfida dan lainnya, karena semakin panjang rantai asam lemak
kelarutan dalam air akan berkurang. Selain itu, jika asam lemak yang terdapat
dalam minyak memiliki berat molekul rendah maka jumlah gliseridanya
semakin banyak dan menyebabkan bilangan penyabunan meningkat. Serta,
lipid dalam mengalami kerusakan yang ditandai dengan munculnya perubahan
bau dan cita rasa yang disebabkan oleh pengaruh enzim, pengaruh mikroba,
dan reaksi oksidasi oleh oksigen udara (Deman, 1997). Lipid dapat diekstrak
dari sel dan jaringan oleh pelarut non polar yang mengandung unsur-unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang juga mengandung nitrogen dan
fosfor. Apabila lipid dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak.
Ada beberapa cara penggolongan lipid, yaitu lipid dibagi menjadi 3
golongan besar yaitu lipid sederhana (ester asam lemak dengan alkohol)
contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes), lipid gabungan (ester asam
lemak yang mempunyai gugus tambahan) contohnya fosfolipid dan
serebrosida, dan derivat lipid (senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis
38
lipid) contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Disamping itu, berdasarkan
sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yakni
lipid yang dapat disabunkan contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat
disabunkan contohnya steroid (Poedjiadi and Supriyanti, 2009). Poedjiadi
(1994) mengatakan bahwa Lipid mempunyai fungsi sebagai sumber energi
yang efisien ketika tersimpan dalam jaringan adiposa bagi tubuh, sebagai
sumber asam lemak esensial, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K, sebagai
penyekat panas di sekeliling organ tertentu, dan sebagai penyekat listrik untuk
perambatan cepat pada syaraf bermyelin.
Lipid mempunyai fungsi terbesar sebagai sumber energi yang efisien
ketika tersimpan dalam jaringan adiposa bagi tubuh. Selain itu, lipid berfungsi
sebagai sumber asam lemak essensial, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K,
dan sebagai penyekat panas di sekeliling organ tertentu. Fungsi lain lipid yaitu
sebagai penyekat listrik untuk perambatan cepat syaraf bermyelin (Poedjiadi,
1994).
Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang yang mempunyai
atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak mempunyai gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang yang menyebabkan
kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau
berlemak. Penyusun asam lemak dibedakan menjadi dua bagian yaitu lemak
jenuh dan tidak jenuh. Lemak jenuh banyak mengandung komponen asam
lemak jenuh dan memiliki ikatan rangkap, sehingga bersifat padat/solid pada
suhu ruang. Asam lemak jenuh sering disebut lemak. Sedangkan asam lemak
tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai karbonnya.
Lipid yang mengandung asam lemak tak jenuh bersifat cair pada suhu kamar.
Asam lemak tidak jenuh ini biasa disebut minyak. Dari segi gizinya, asam
lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu,
kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan
untuk menurunkan asupan energi dari makanan. Asam lemak tak jenuh
dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan merupakan
antioksidan di dalam tubuh.
a. Uji Ketidakjenuhan
Hasil uji ketidakjenuhan pada lipid terhadap minyak kelapa dan margarin
disajikan pada Tabel 1.
40
1. Nama Mahasiswa : Aulia Choirunisa
2. Judul : Pengaruh Panjang Rantai Karbon Lipid Padat terhadap
Karakteristik Nanostructured Lipid Carrier Resveratrol
3. Sumber : Aisiyah, S., Harjanti, R., dan Nopiyanti, V. 2019. Pengaruh
Panjang Rantai Karbon Lipid Padat terhadap Karakteristik Nanostructured
Lipid Carrier Resveratrol. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical
Research, 02 : 69-81
4. Latar Belakang :
Lipid sebagai kerangka dasar pembentuk NLC menentukan
karakteristik akhir NLC, terutama pada stabilitasnya. Lipid padat lebih
memiliki peran yang dominan dalam membentuk stabilitas sistem.
Pengaruh dari titik lebur memberikan stabilisasi sistem carrier dari NLC.
Penelitian ini mengaplikasikan pengaruh tipe lipid padat yaitu asam
stearat, asam palmitat, asam miristat, dengan perbedaan panjang rantai
karbon berturut-turut yaitu 18, 16, dan 14. Kombinasi dengan asam oleat
sebagai lipid cair akan membentuk struktur NLC padat cair
5. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh panjang rantai
karbon dalam lipid padat terhadap karakteristik NLC.
6. Metode Kerja :
NLC dibuat dengan metode emulsi diikuti dengan sonikasi untuk
memperkecil ukuran partikel. NLC resveratrol dikarakterisasi dengan
parameter ukuran partikel, zeta potensial, efisiensi penjerapan, kecepatan
pelepasan obat (fluks), dan stabilitas aktivitas antioksidan. Ketiga NLC
resveratrol yang diperoleh memiliki karakteristik ukuran partikel 150-280
nm, potensial zeta (-4 mV) – (-15mV), efisiensi penjerapan >80%, nilai
fluks 0,02-0,12 g.cm-2 .menit-1 , dan penurunan aktivitas antioksidan
5-8% selama penyimpanan 30 hari
7. Hasil :
a. Hasil validasi metode analisis
Validasi metode analisis bertujuan untuk menghasilkan data
kuantitatif yang akurat dan reprodusibel (Gandjar & Rohman
2012). Parameter validasi dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil
penentuan linieritas menunjukkan bahwa metode analisis yang
digunakan dalam penelitian, dapat memberikan respon yang secara
langsung proporsional terhadap konsentrasi resveratrol dalam
sistem NLC. Penentuan LOD dan LOQ bertujuan untuk
mengetahui batas deteksi dan batas kuantifikasi terendah dari
sampel yang masih dapat menghasilkan data dengan akurasi dan
presisis yang baik. Nilai perolehan kembali yang dihasilkan adalah
100,77% menunjukkan metode yang digunakan memiliki akurasi
yang tinggi dan dan berada pada rentang 98-102%. Hasil uji presisi
menghasilkan RSD sebesar 0,96 % lebih kecil dari 2 % yang
menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki presisi
yang baik
41
Tabel 5. Parameter Validasi Metode Analisis Konsentrasi
Resveratrol dalam System Nano Lipid Carriers (NLC)
(Sumber : Aisiyah, 2019)
b. Pembuatan NLC
Dengan teknik emulsifikasi kemudian diperkecil ukuran partikel
NLC menggunakan energi eksternal dari sonikator. Hasil
menunjukkan bahwa semua formula NLC resveratrol mempunyai
konsistensi kental, berwarna putih susu, dan tidak memadat selama
proses penyimpanan. Hasil makroskopis NLC resveratrol dapat
dilihat pada
42
Gambar 43. Pengaruh proses sonikasi terhadap behavior global
emulsi NLC diamati menggunakan mikroskop optik
(Sumber : Aisiyah, 2019)
c. Karakterisasi ukuran partikel dan efisiensi penjerapan NLC
resveratrol
Partikel nano berbasis lipid mampu meningkatkan bioavailabilitas
dari suatu senyawa dengan sistem pembawa berukuran 20-300 nm
(Carlotti et al., 2005). Modifikasi permukaan pada sistem
pembawa dengan surfaktan dan lipofilisitas dari lipid mampu
mengubah mekanisme transport dari suatu pembawa. Partikel
merupakan parameter kristis penentu mutu dari sediaan NLC.
Hasil karakterisasi ukuran partikel NLC dengan variasi tipe asam
lemak dapat dilihat pada Gambar 44a. Hasil menunjukkan bahwa
semua formula NLC memiliki ukuran partikel antara 150-280 nm.
Asam palmitat memiliki ukuran partikel yang paling kecil (150
nm), sedangkan asam stearat memiliki ukuran partikel yang paling
tinggi, dan asam miristat mempunyai ukuran partikel lebih rendah
dibandingkan asam stearat. Hasil menunjukkan bahwa perbedaan
tipe lipid padat memberikan pengaruh yang bermakna terhadap
ukuran partikel (p<0,05). Penurunan panjang rantai karbon
menurunkan ukuran partikel, akan tetapi pada asam lemak dengan
panjang rantai karbon paling rendah (C-14; asam miristat)
menunjukkan peningkatan ukuran partikel. Hasil ini
mengkonfirmasi bahwa hubungan antara ukuran partikel dan
panjang rantai karbon memiliki pola quadratic, sehingga terdapat
panjang rantai karbon optimum untuk menghasilkan ukuran
partikel terkecil. Hasil distribusi ukuran partikel menunjukkan
bahwa semua formula memiliki bentuk distribusi monodisperse
dengan nilai distribusi ukuran partikel (PDI) <0,5 dan tidak
berbeda bermakna antara ketiga formula (p>0,05).
43
Gambar 44. Pengaruh tipe lipid padat terhadap ukuran partikel
NLC resveratrol (a) dan efisiensi penyerapan NLC resveratrol (b)
(Sumber : Aisiyah, 2019)
Hasil menunjukkan bahwa panjang rantai karbon memberikan
kontribusi terhadap efisiensi penjerapan secara bermakna (p<0,05).
Pengaruh lipofilisitas dari lipid dan obat merupakan faktor penentu
dalam nilai efisiensi penjerapan. Interaksi antara lipid dan
komponen lipid lain seperti lipid cair, asam oleat dan Tween 80
sebagai surfaktan mempengaruhi jumlah obat yang dapat
dienkapsulasi ke dalam sistem. Kedekatan lipofilisitas antara obat
dan pembawa merupakan faktor kritis dan paling dominan dalam
menentukan nilai efisiensi penjerapan.
d. Karakteristik pelepasan NLC resveratrol
Profil pelepasan resveratrol dari NLC resveratrol dapat dilihat pada
Gambar 4a. Hasil menunjukkan bahwa semua asam lemak
memiliki pola yang sama kecuali asam palmitat terdapat burst
release setelah 45 menit. Asam stearat memiliki jumlah obat yang
terdifusi paling tinggi dibandingkan kedua asam lemak di awal
waktu, akan tetapi ketika mencapai kejenuhan membran, asam
palmitat menghasilkan jumlah obat yang terdifusi lebih dinggi
dibandingkan dengan asam stearat. Asam miristat memiliki jumlah
obat yang dilepaskan paling rendah dibandingkan dengan kedua
tipe asam lemak. Jumlah obat yang terdifusi disebabkan karena
obat dalam sistem bebas dan ukuran dari partikel NLC.
44
memiliki ukuran partikel yang paling kecil sehingga memudahkan
NLC resveratrol untuk tertransport. Asam stearat dan asam miristat
memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) dari nilai
kecepatan transport, akan tetapi asam stearat memiliki kemampuan
transport yang lebih baik ditunjukkan dengan jumlah obat yang
dilepaskan lebih tinggi dibandingkan dengan asam miristat. Secara
teori laju pelepasan (fluks) dipengaruhi oleh ukuran partikel,
viskositas dan efisiensi penjerapan (Sinko dan Singh, 2011).
Semakin kecil ukuran partikel semakin luas permukaannya
sehingga jumlah yang berdifusi semakin besar, tetapi ukuran
partikel yang dihasilkan dari penelitian ini tidak memberikan
pengaruh terhadap fluks.
e. Karakteristik antioksidan NLC resveratrol
Aktivitas antioksidan NLC resveratrol dinyatakan dalam
persentase inhibisi terhadap radikal DPPH. Persentase inhibisi
didapatkan dari perbedaan serapan antara DPPH dan sampel yang
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian aktivitas
antioksidan dilakukan pada hari ke-1 dan setelah penyimpanan
selama 30 hari pada suhu kamar untuk mengetahui stabilitas
antioksidan. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5 yang
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dari ketiga formula tidak
berbeda bermakna (p>0,05). Aktivitas antioksidan dari ketiga
formula setelah proses penyimpanan selama 30 hari menunjukkan
tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Akan tetapi,
penurunan aktivitas antioksidan dari ketiga formula menunjukkan
penurunan yang bermakna (p<0,05). Selama proses penyimpanan
aktivitas antioksidan dari NLC resveratrol menurun dari 5-8%.
Penurunan ini disebabkan karena rusaknya senyawa antioksidan
yang tidak terenkapsulasi ke dalam sistem NLC, sehingga proteksi
terhadap radikal tidak dapat optimal. Hasil ini selaras dengan nilai
efisiensi penjerapan bahwa, efisiensi penjerapan tinggi mampu
memberikan penurunan aktivitas antioksidan yang rendah.
45
Kontribusi tipe lipid padat yang ditunjukkan dengan perbedaan
panjang rantai karbon mempengaruhi karakteristik dari NLC resveratrol.
Hubungan antara panjang rantai karbon menunjukkan pola parabola
dengan ukuran partikel, sehingga terdapat panjang rantai karbon optimum
untuk menghasilkan ukuran partikel yang paling kecil. Zeta potensial dari
ketiga formula menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).
Panjang rantai karbon memberikan pengaruh terhadap efisiensi penjerapan
secara bermakna (p<0,05). Formula NLC asam palmitat memiliki fluks
paling tinggi. Aktivitas antioksidan ketiga formula tidak berbeda
bermakna (p>0,05).
46
APLIKASI LIPID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
47
1. Nama Mahasiswa : Arachnis Naurah Nabiilah
2. Judul : Pengaruh Pemanfaatan Jenis dan Konsentrasi Lipid Terhadap Sifat
Fisik Edible Film Komposit Whey-Porang
3. Sumber : Hawa, L. T. dkk. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Jenis dan
Konsentrasi Lipid Terhadap Sifat Fisik Edible Film Komposit
Whey-porang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of
Animal Science), 23(1), 35-43.
4. Substansi :
a. Kadar Air
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi lipid
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air edible film.
Penambahan tingkat konsentrasi lipid yang lebih tinggi dapat
menurunkan nilai kadar air, sehingga diduga lipid bekerja dengan baik
sebagai hidrofob pada edible film. Jenis lipid berpengaruh sangat
nyata terhadap nilai kadar air edible film. Hal ini diduga sifat lipid
yang hidrofobik dan sifat tepung porang sehingga nilai kadar air
menjadi lebih baik.
b. Ketebalan Edible Film
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis lipid berpengaruh
nyata (P<0,05), sedangkan konsentrasi lipid pada semua jenis lipid
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap ketebalan edible film.
Nilai ketebalan cenderung mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya konsentrasi penggunaan lipid. Hal berbeda ditunjukkan
oleh nilai ketebalan pada konsentrasi lipid margarin yang mengalami
penurunan nilai ketebalan dengan meningkatnya konsentrasi lipid.
c. Daya Putus
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi lipid
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap daya putus edible film.
Jenis lipid berpengaruh sangat nyata terhadap nilai daya putus edible
film. Hal tersebut diduga karena perbedaan sifat mekanik dari bahan
lipid yang digunakan. Konsentrasi lipid pada mentega memberikan
perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai daya putus edible film
komposit whey-porang. Hal ini diduga karena adanya perbedaan
interaksi molekul.
d. Persentase Pemanjangan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis lipid tidak
berpengaruh nyata (P>0,05), sedangkan konsentrasi lipid berpengaruh
sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase pemanjangan edible film.
Nilai persentase pemanjangan mengalami penurunan dengan
meningkatnya konsentrasi lipid yang digunakan. Jenis lipid tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai persentase pemanjangan edible film.
Penggunaan lipid dalam pembuatan edible film dapat menurunkan
persentase pemanjangan. Hal ini diduga karena adanya interaksi yang
dihasilkan antara protein dan lipid.
48
1. Nama Mahasiswa : Aulia Choirunisa
2. Judul : Pengaruh Konsentrasi Karaginan, Jenis dan Konsentrasi Lipid
pada Pembuatan Edible Coating/Film dan Aplikasinya pada Buah Tomat
Apel dan Kue Nogat
3. Sumber : Mandei, J.H., dan Muis, A. 2018. Pengaruh Konsentrasi
Karaginan, Jenis dan Konsentrasi Lipid pada Pembuatan Edible
Coating/Film dan Aplikasinya pada Buah Tomat Apel dan Kue Nogat.
Jurnal Penelitian Teknologi Industri,Vol. 10 (1): 25-36.
4. Substansi :
Pembuatan Edible Coating dari Karagenan
Edible coating dibuat dari ekstrak rumput laut E. cottonii berupa karaginan
kemudian ditambahkan plasticizer. Penambahan plasticizer dalam pembuatan
edible coating bertujuan untuk menghasilkan sifat-sifat yang lebih baik
seperti fleksibilitas dan untuk meningkatkan permeabilitas terhadap gas, uap
air dan zat terlarut serta meningkatkan elastisitas film. Plasticizer yang sering
digunakan yaitu gliserol yang tergolong senyawa poliol. Plasticizer yang
bersifat hidrofilik seperti gliserol biasanya akan meningkatkan permeabilitas
uap air [10]. Penampakan dari edible coating yang dibuat dengan variasi
konsentrasi karaginan dapat dilihat pada Tabel 1.
49
Ketebalan dari film yang dibuat dari karaginan dengan penambahan asam
stearat 0,1–0,3 % menghasilkan film dengan ketebalan 0,02–0,025 mm
(Gambar 2). Ketebalan film dengan penambahan asam stearat 0,1–0,2 %
memberikan hasil yang sama, begitu juga dengan penambahan asam stearat
0,25–0,5 %. Peningkatan ketebalan dari film terlihat pada penambahan asam
stearat dari 0,20 % menjadi 0,25 %.
50
Laju transmisi uap air merupakan salah satu sifat mekanik yang
menentukan kualitas dari kemasan. Semakin kecil laju transmisi uap air yang
dihasilkan oleh suatu edible film maka kualitas edible film itu akan semakin
baik. Laju transmisi uap air dari film yang dibuat dari karaginan dengan
penambahan asam stearat 0,1–0,5 % berkisar antara 606,22–695, 39 g/m2
hari (Gambar 3).
Gambar 48. Laju transmisi uap air edible film dari karaginan
dengan penambahan asam stearat dan lilin lebah
(Sumber: Mandei, J.H., dan Muis, A, 2018)
Hasil analisis varians memperlihatkan bahwa penambahan lilin lebah
mempengaruhi laju transmisi uap air dari film yang dihasilkan. Laju transmisi
uap air cenderung menurun pada penambahan lilin lebah 0,1–0,4 %.
Terjadinya penurunan ini disebabkan lilin lebah merupakan lipid sehingga
melindungi produk dari migrasi uap air. Uji lanjut dengan menggunakan uji
BNT menunjukkan bahwa penggunaan lilin lebah 0,2-0,4 % memberikan
nilai transmisi uap air yang sama begitu juga dengan penambahan asam
stearat 0,1 dan 0,5 %. Perbedaannya hanya pada penambahan 0,5 % dengan
penambahan 0,2–0,4 %. Ini menunjukkan bahwa penambahan lilin lebah
sampai dengan 0,4 % sudah cukup untuk melindungi produk dari migrasi uap
air.
Aplikasi Edible Coating/Film
Aplikasi edible coating dilakukan pada tomat apel yang diperoleh dari
pasar swalayan di Manado. Larutan coating yang digunakan dibuat dari
karaginan dengan penambahan lilin lebah. Sebelum dicoating, tomat apel
dicuci kemudian dikeringkan. Coating dilakukan dengan cara pencelupan
(casing) dan dikering-anginkan. Setelah itu disimpan pada suhu 5-10 °C dan
pada suhu ruangan selama 2 minggu.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tomat apel yang dicoating
mempunyai daya awet yang lebih tinggi dibandingkan dengan tomat apel
yang tidak dicoating. Tomat apel tanpa coating mengalami kerusakan pada
penyimpanan hari ke-7 sedangkan tomat apel yang dicoating dan disimpan
pada suhu ruangan mengalami kerusakan pada penyimpanan hari ke–10
51
sedangkan yang disimpan pada suhu 5-10 °C belum mengalami kerusakan
sampai dengan penyimpanan hari ke–14. Ini menunjukkan bahwa larutan
coating berfungsi untuk melindungi produk.
Edible coating dapat menyediakan perlindungan untuk produk segar dan
dapat juga memberikan efek yang sama dengan modified atmosphere storage
dengan menyesuaikan dengan komposisi gas internal. Keberhasilan edible
coating tergantung pada pemilihan coating yang memberikan komposisi gas
internal dikehendaki yang sesuai untuk produk tertentu (16).
Kesimpulan
Edible film dari karaginan dengan konsentrasi 1,5 % merupakan perlakuan
terbaik yang menghasilkan film dengan penampakan yang bening, transparan
dengan ketebalan yang cukup. Penambahan asam stearat 0,2–0,3%
merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan film dengan ketebalan 0,025
mm serta laju transmisi uap air 606–640 gr/m2.hari. Penambahan lilin 0,2–0,4
% merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan film dengan ketebalan
0,025 mm dengan laju transmisi uap air 595–653 gr/m2.hari. Aplikasi edible
52
coating pada tomat apel dapat memperpanjang umur simpan dari tomat apel
dari 6 hari menjadi 10 hari pada penyimpanan suhu ruang sedangkan aplikasi
edible film pada produk nogat tidak dapat memperpanjang masa simpan.
53
RANGKUMAN
4. Reaksi Lipid
a. Esterifikasi
b. Hidrolisa
c. Penyabunan
d. Hidrogenasi
e. Pembentukan keton
f. Oksidasi
5. Reaksi Pengenalan Lipida
a. Uji kelarutan
b. Uji ketengikan
54
c. Uji penyabunan
d. Uji ketidakjenuhan
e. Uji Akrolein
f. Uji Salkowski
g. Uji Liberman-Buchard
h. Uji noda
i. Uji kolesterol
6. Klasifikasi dan Tata Nama Minyak dan Lemak
a. Untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap maka diberi tambahan e
pada penamaan yang terikat jumlah rantai karbon, misalnya
heksaenoat (6C), oktaenoat (8C), dodekaenoat (12C), dan sebagainya.
b. Jumlah ikatan rangkap dituliskan dengan di, tri, tetra, penta, heksa,
dan seterusnya.
c. Untuk mengidentifikasi posisi ikatan rangkap pada rantai karbon
maka dituliskan juga nomor atom karbon yang memiliki ikatan
rangkap.
d. Untuk mengidentifikasi, apakah asam lemak pada posisi ikatan
rangkap memiliki konfigurasi cis atau trans maka diberi awalan cis
atau trans.
7. Peranan Minyak dan Lemak
a. Minyak mineral (minyak bumi) sebagai bahan bakar
b. Minyak nabati/hewani (minyak/lemak) sebagai bahan makan bagi
manusia.
c. Minyak atsiri (essential oil) sebagai obat-obatan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Aisiyah, S., Harjanti, R., dan Nopiyanti, V. 2019. Pengaruh Panjang Rantai
Karbon Lipid Padat terhadap Karakteristik Nanostructured Lipid Carrier
Resveratrol. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 02 :
69-81
Aspadiah, Vica, dkk. 2020. Review Artikel: Penggunaan Lipid Asam Stearat
Dalam Sistem Penghantaran Obat Berbasis Nanopartikel. Media Farmasi,
Vol. XVI No. 2
Astuti Nafsiati. 2009. Konsep Dasar Kimia. Malang: UIN Malang Press
Bintang M. 2010. Teknik Penelitian Biokimia. Jakarta (ID) : Erlangga.
Dawn B, Marks. et al., 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC
Desitasari. 2017. Pengaruh Variasi Lama Waktu Perendaman Serbuk Daun Salam
(Syzygium polyanthum) Terhadap Penurunan Bilangan Peroksida Pada
Minyak Jelantah. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang
Fitri A. S. dan Yolla A. N. F. (2019). Uji Lipid pada Minyak Kelapa, Margarin, dan
Gliserol. Jurnal Sainteks, Volume 16 (1), halaman 1-5.
Hart H.2003. Kimia Organik suatu Kuliah Singkat. Jakarta (ID): Erlangga.
Hawa, L. T. dkk. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Jenis dan Konsentrasi Lipid
Terhadap Sifat Fisik Edible Film Komposit Whey-porang. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science), 23(1),
35-43.
Hawab, H.M.2004. Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia.
Lioe, H.N., Setianingrum, T., dan Anggraeni, R. 2013. Validasi Metode Analisis
Kolesterol dalam Telur dengan HPLC-ELSD. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 18(3).
Mamuaja, C. F. 2017. Lipida. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Mandei, J.H., dan Muis, A. 2018. Pengaruh Konsentrasi Karaginan, Jenis dan
Konsentrasi Lipid pada Pembuatan Edible Coating/Film dan Aplikasinya
pada Buah Tomat Apel dan Kue Nogat. Jurnal Penelitian Teknologi
Industri,Vol. 10 (1): 25-36.
Michelle A, Hopkins J, McLaughlin CW, Johnson S, Warner MQ, LaHart D,
Wright JD. (1993). Human Biology and Health, Englewood Cliffs, New
Jersey, USA: Prentice Hall.
Marfa, N., Nugraha, M.F., dan Julistia, P. 2018. Identifikasi Sifat dan Struktur
Lipid. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan IPB.
Poedjiadi, A., Supriyanti, F.M.T. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Purawisastra, S. 2011. Penggunaan Beberapa Jenis Abu untuk Isolasi
Galaktomanan dari Ampas Kelapa. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri. 1(4): 260-267
Ramadhani,C.S. 2016. Lipid I: Uji Noda, Uji Akrolein dan Penyabunan. Laporan
Praktikum Biokimia. Fakultas Sains dan Teknologi, Universita
Muhammadiyah Sukabumi
56
Sartika RAD. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans
terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2(4) : 45-50.
Subramaniam S, Fahy E, Gupta S, Sud M, Byrnes RW, Cotter D, Dinasarapu AR,
Maurya MR. (2011). Bioinformatics and systems biology of the lipidome,
Chemical Reviews, 111 (10): 6452–6490
Sujarwanta A. dan Mulyani. 2018. Lemak dan Minyak. Metro : Lembaga
Penelitian UM Metro.
Susanti AD, Ardiana D, Gumelar GP, Bening YG. 2012. Polaritas pelarut sebagai
pertimbangan dalam pemilihan pelarut untuk ekstraksi minyak bekatul dari
bekatul varietas ketan (Oriza sativa glatinosa).[paper]. Surakarta (ID)
:Universitas Sebelas Maret Surakarta.
57
SOAL DAN JAWABAN
58
LAMPIRAN
60
Selanjutnya, karnitine melintasi membran dalam mitokondria oleh
suatu translokase. Gugus aril dipindahkan lagi ke KoA pada sisi
matriks dari membran yang di katalis oleh karnitine asil transferase II.
Akhirnya, carnitine dikembalikan ke sisi sitosol oleh translokasi
menggantikan masuknya asil carnitine yang masuk. Molekul asil KoA
dari sedang dan rantai pendek dapat menembus Mitokondria tanpa
adanya carnitine.
Kelainan pada transferase atau translokasi atau Defisiensi carnitine
dapat menyebabkan gangguan oksidasi asam lemak rantai panjang.
Kelainan tersebut ditemukan pada kembar identik yang menderita
kejang otot disertai rasa nyeri yang dialami sejak masa anak-anak.
Rasa nyeri diperberat oleh puasa, latihan fisik, atau diet tinggi lemak,
oksidasi asam lemak adalah proses penghasil energi utama pada ketiga
keadaan tersebut. Enzim gliikolisis dan gliikogenolisis dalam keadaan
normal.
Oksidasi asam lemak tak jenuh reaksinya sama seperti reaksi
oksidasi asam lemak jenuh. Hanya diperlukan tambahan dua enzim
lagi yaitu isomerase dan reduktase untuk memecah asam-asam lemak
tak jenuh.
Oksidasi asam palmitoleat atau asam lemak C16 yang memiliki
ikatan rangkap C-9 dan C-10 ini diaktifkan dan diangkut melintasi
membran dalam mitokondria dengan cara yang sama dengan asam
lemak jenuh. selanjutnya palmitoleil KoA mengalami tiga kali
pemecahan dengan enzim-enzim yang sama seperti oksidasi asam
lemak jenuh. Enoil KoA-sis-∆3 yang terbentuk pada ketiga kali jalur
oksidasi bukanlah substrat bagi asil KoA dehidrogenase. Adanya
ikatan rangkap antara C-3 dan C-4 menghalangi pembentukan ikatan
rangkap lainnya antar C-2 dan C-3. Kendala ini dapat diatasi oleh
suatu reaksi yang mengubah posisi dan konfigurasi dari ikatan
rangkap sis-∆3. Suatu isomer mengubah ikatan rangkap ini menjadi
ikatan rangkap trans-∆2. Reaksi-reaksi berikutnya mengikuti reaksi
oksidasi asam lemak jenuh saat enoil KoA-trans-∆2 merupakan
substrat yang reguler. Satu enzim ditambahkan lagi jika diperlukan
untuk oksidasi asam lemak tak jenuh jamak.
b. Gambarkan strukturnya dari lemak dan minyak dan tunjukkan letak
perbedaan dari strukturnya dan ditambahkan gambar ilustrasinya
Perbedaan lemak dan minyak juga terletak pada struktur kimiawinya.
Struktur kimiawi lemak hanya memiliki satu ikatan tunggal yang
disebut sebagai lemak jenuh. Sementara itu, struktur kimiawi minyak
61
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap yang dikenal sebagai asam
lemak tak jenuh.
Lemak
Minyak
62
Gliserol
Lilin
Asam Lemak
2. Pertanyaan Kelompok 1:
Bagaimana kolestrol dapat terbentuk? Apakah setiap orang memiliki
lemak jenis ini dalam kandungan tertentu? Bagaimana sebenarnya terjadi
apabila seseorang memiliki kolesterol yang tinggi?
Jawab :
Dilansir dari https://fkik.unja.ac.id/kolesterol-adalah/,
Kolesterol sendiri sebenarnya merupakan lemak yang tidak terlalu
larut di dalam darah. Karena sifatnya yang tidak terlalu larut dalam darah
itu, maka kolesterol butuh bantuan untuk dapat beredar dalam pembuluh
darah tubuh. Kolesterol dalam darah akan terikat pada suatu ‘kendaraan’
63
yang disebut lipoprotein yang dapat membantu kolesterol untuk beredar di
dalam pembuluh darah tubuh
Selain diproduksi sendiri dari tubuh, tubuh juga mendapatkan
kolesterol dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari, terutama dari
kuning telur, kerang-kerangan seperti udang, kepiting, jeroan (usus, babat,
hati, limpa, otak, ginjal, dan jantung) serta makanan yang berasal dari susu
(mentega, keju).
Kolesterol diproduksi di dalam hati sekitar 1 gr/hari serta juga usus
halus kemudian akan beredar didalam darah. Dalam kandungan darah,
kolesterol terikat oleh suatu zat lipoprotein, zat tersebut terdiri dari:
kilomikron, kilomikron adalah suatu zat yang memiliki fungsi membawa
energi dalam bentuk lemak ke otot.
VLDL (Very Low Density Lipoprotein), zat yang berfungsi untuk
membawa kolesterol yang telah dikeluarkan oleh hati ke jaringan otot
untuk disimpan sebagai cadangan energi. LDL (Low Density Lipoprotein),
ILDL (Intermediate Low Density Lipoprotein), dan HDL (High Density
Lipoprotein). Namun sayangnya, dalam menjalankan fungsinya, kolesterol
yang memiliki kepadatan protein lebih rendah (VLDL, ILDL, LDL)
mudah sekali menempel dalam dinding pembuluh darah koroner sehingga
menimbulkan plak (timbunan lemak pada dinding pembuluh darah ini
akrab disebut dengan plak aterosklerosis).
Jika pembuluh darah tersumbat oleh timbunan lemak tersebut,
maka dampak lebih jauhnya diantaranya adalah stroke, serangan jantung,
dan lainnya yang mengarah fatal pada tubuh manusia. Oleh karena itu
LDL akrab dewasa ini dikenal sebagai sebutan kolesterol jahat. ementara
HDL bersifat menangkap kolesterol yang sedang dalam keadaan bebas di
pembuluh darah untuk kemudiannya terbawa ke dalam hati untuk diproses
lebih lanjut. Oleh karenanya HDL akrab dianggap sebagai kolesterol baik.
Setiap orang memiliki kolesterol dengan kadar tertentu, ada yang
mempunyai kadar kolesterol jahat lebih banyak dibanding kolesterol baik
ataupun sebaliknya.
Jumlah kolesterol yang terlalu tinggi di dalam darah dapat
menyebabkan pembuluh darah mengeras atau menyempit (aterosklerosis).
Jika aliran darah menuju jantung terganggu, maka dapat menyebabkan
penyakit jantung. Apabila tidak diobati, kondisi ini dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya, yaitu serangan jantung, stroke, dan penyakit lainnya
yang mengarah fatal pada tubuh manusia.
3. Pertanyaan Kelompok 3:
Bagaimana cara untuk mengatur kadar lemak dalam tubuh agar tidak
kelebihan dan juga kekurangan sehingga tidak timbul penyakit serta
sebutkan penyakit apa yang dapat timbul jika tubuh kelebihan dan juga
kekurangan lemak?
Jawab :
Cara mengatur kadar lemak
64
a. Memberi batasan konsumsi jenis lemak trans sampai 1 persen saja
dari kalori.
b. Memberi batasan konsumsi jenis lemak jenuh sampai tak lebih dari
10 persen atau bahkan kurang dari itu dari total kalori.
c. Menjaga kestabilan konsumsi lemak yang banyaknya total hanya
20-35 persen dari jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Kekurangan lemak
a. Kekeringan pada kulit
Kekeringan bisa terjadi pada kulit apabila tubuh tak memiliki
cukup lemak sehat, bahkan pada kulit juga akan muncul gatal-gatal
serta sisik.
b. Lemas dan mudah lelah
Ketika lemak berkurang di dalam tubuh, tubuh akan kekurangan
energi. Bila energi kurang, otomatis tubuh rasanya akan sangat
lemas dan mudah lelah.
c. Ketidakstabilan kadar gula darah
Kadar gula darah yang ada di dalam tubuh akan dibantu untuk
lebih stabil oleh lemak. Jadi apabila kadar gula darah di dalam
tubuh tak stabil dan cenderung tinggi, hal ini bisa juga dikarenakan
kurangnya lemak di dalam tubuh.
Kelebihan lemak
a. Kolesterol tinggi
Mengonsumsi lemak secara berlebihan mampu membuat kadar
kolesterol naik dengan cepat dan mudah di dalam tubuh. Inilah
yang kemudian menjadi penyebab banyak penyakit serius, seperti
penimbunan plak yang menghambat jalannya aliran darah di
pembuluh darah, kerusakan arteri, serta pembuluh darah yang
mengalami penyempitan. Semuanya itu adalah efek yang akan
meningkatkan risiko penyakit jantung.
b. Sembelit
Sembelit adalah efek apabila kelebihan lemak sehingga pencernaan
terganggu.
c. Obesitas
Sumber-sumber lemak apabila menumpuk di dalam tubuh secara
konsisten, maka ini akan membuat tubuh tak memiliki kemampuan
untuk berfungsi secara normal. Penimbunan lemak yang terjadi di
dalam jaringan tubuh biasanya bisa di berbagai tempat dan jika
diabaikan semakin lama, tubuh akan mengalami kegemukan alias
obesitas yang berpotensi menimbulkan banyak penyakit serius.
d. Meningkatkan risiko kanker
Lemak yang tak kira-kira ada di dalam tubuh dan tidak
diseimbangkan dengan kandungan serat cukup justru akan
memudahkan sel kanker untuk tumbuh di berbagai organ tubuh
kita.
65
e. Kerusakan otak
Hipotalamus yang termasuk bidang pada organ otak dan bertugas
membantu pengaturan keseimbangan energi akan dirusak oleh
lemak jenuh yang masuk ke dalam tubuh dari makanan yang kita
makan.
4. Pertanyaan Kelompok 4:
Bagaimana proses dan reaksi kimia dari hidrogenasi?
Jawab:
66
Setelah molekul lemak diubah menjadi micel, enzim lipase
kembali bekerja untuk memecah molekul lemak menjadi asam lemak dan
monogliserida, yang nantinya akan melewati usus halus. Setelah berhasil
melewati usus halus, asam lemak akan diubah menjadi trigliserida, yang
bergabung dengan kolesterol, fosfolipid, dan protein untuk membentuk
struktur baru yang disebut kilomikron.
Lapisan protein dari kilomikron membuat molekul ini dapat larut
dalam air. Alhasil, lemak dapat langsung disalurkan melalui pembuluh
getah bening dan aliran darah menuju berbagai jaringan tubuh yang
memerlukannya. Saat kilomikron bergerak melalui aliran darah, mereka
akan menyalurkan trigliserida ke jaringan adiposa. Sekitar 20 persen
trigliserida kemudian dikirim ke hati untuk dipecah dan diserap oleh
sel-sel hati atau digunakan untuk menghasilkan energi. Semua sel Anda
dapat menggunakan asam lemak sebagai energi, kecuali yang ada di otak,
sel darah merah, dan mata.
Lemak adalah pembawa vitamin A, D, E, dan K. Vitamin-vitamin
tersebut adalah vitamin yang dapat larut dalam lemak. Selain itu, lemak
juga membantu penyerapan vitamin tersebut di usus. Karenanya,
mengonsumsi makanan berlemak dalam jumlah cukup yang mengandung
vitamin ini sangat penting untuk asupan mikronutrien yang memadai.
Lemak juga memiliki fungsi penting untuk kesehatan dan perkembangan
otak. Ternyata, 60 persen otak terdiri dari lemak, dan menjadikannya
makronutrien penting untuk pertumbuhan dan perkembangan mental.
7. Pertanyaan Kelompok 7:
Dijelaskan dalam ppt bahwa sebenarnya lemak tidak menaikkan berat
badan, justru bisa mengontrol berat badan, bagaimana cara konsumsi
lemak yang baik dan teratur ?
Jawab:
Kegemukan adalah kelebihan lemak tubuh. Agar tubuh seseorang
ideal, lemak di dalam tubuh harus dalam keadaan normal.Untuk
menunjang kehidupan seseorang, di dalam tubuh harus ada lemak minimal
sebanyak 3% dari berat badan, yang disebut dengan lemak esensial dan
terdapat pada membran sel, sumsum tulang, jaringan saraf, sumsum tulang
belakang, otak, sekitar jantung, paru-paru, hati, limpa, ginjal, dan usus.
Lemak dalam tubuh yang jumlahnya melebihi 3 % dari berat badan
disebut timbunan lemak. Timbunan lemak ini dapat menjadi pelindung
organ-organ bagian dalam tubuh terhadap cedera. Kandungan lemak
normal pada pria adalah 15 %-20 % dari berat badan sedangkan pada
wanita adalah 20 %-25 % dari berat badan.
Lemak yang dikonsumsi harus merupakan jenis “lemak baik”.
Yang disebut “lemak baik” adalah lemak jenuh rantai tunggal dan rantai
panjang. Konsumsi lemak baik terutama didapat dari kacang-kacangan,
biji-bijian dan ikan. Sumber lemak jenuh rantai tunggal antara lain minyak
zaitun, minyak kanola, buah alpukat, dan kacang-kacangan. Pola makan
67
tinggi lemak baik ini seringkali disebut diet Mediteranean. Lemak jenuh
rantai panjang terdiri atas omega-3 dan omega-6. Sumber omega-3 antara
lain ikan salmon, minyak ikan, tuna, kuning telur dan susu yang
difortifikasi. Omega-6 biasanya sudah terpenuhi dari makanan sehari-hari
karena dapat ditemukan dalam minyak sayur seperti minyak jagung dan
kacang kedelai.
Selain jenis dan sumber lemak, cara pengolahannya juga harus
diperhatikan. Sumber “lemak baik” misalnya ikan salmon, sebaiknya
diolah dengan cara dikukus atau dipanggang. Jika digoreng, kandungan
kalorinya bertambah dan minyak goreng yang dipakai menambahkan
kandungan lemak trans yang merupakan sumber “lemak jahat”. Buah
alpukat yang merupakan sumber “lemak baik” juga sebaiknya dikonsumsi
dalam bentuk aslinya. Jika diolah dengan menambahkan gula pasir atau
sirup, akan menambah kandungan kalorinya.
Konsumsi “lemak baik” secara teratur dengan jumlah yang cukup
akan bermanfaat bagi kesehatan, antara lain menurunkan risiko penyakit
jantung dan stroke, menurunkan kadar kolesterol “jahat” LDL dan
meningkatkan kolesterol “baik” yaitu HDL, menurunkan trigliserida dan
menurunkan tekanan darah. Bagi yang sedang ingin menurunkan berat
badan, konsumsi “lemak baik” cukup mengenyangkan, sehingga
mengurangi rasa lapar.
68
LAMPIRAN
Jurnal 1
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Jurnal 2
80
81
82
83
84
JURNAL 3
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Artikel:
96
Jurnal 4
97
98
99
100
101
102
103
104
105
Jurnal 5
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116