Anda di halaman 1dari 23

Oleh:

Khoirun Nidhom, Lc.,MA


Bagaimana mushaf itu mencakup tujuh huruf yang
ada didalam rasm
Berdasarkan pendapat yang rojih (utama) bahwa
mushaf itu mencakup tujuh huruf yang ada didalam
rasm (tulisan).
Pertanyaan:
Bagaimana mushaf itu bisa
mencakup huruf-huruf
tersebut?
Menjawab pertanyaan tersebut kita bisa menjawab:
Sudah menjadi ketetapan bahwa pada masa
permulaannya tidak ada titik-titik dan harokat-harokat
(syakal), dan Qiraat-qiraat yang shahih penyandarannya
sampai ke Rasulullah saw , serta telah terpenuhi
didalamnya rukun-rukun qiraat yang jumlahnya ada tiga
(1. Riwayatnya harus mutawatir, 2. Tidak menyalahi
kaidah bahasa Arab, 3. Tidak menyelisihi kaidah rasm
Usmani), maka dikembalikan menjadi 3 bagian:
Bagian I. Rasm yang didalamnya terdapat dua qiraat saja,
tetapi hanya ditulis dengan satu model rasm saja, seperti
‫ املصيطرون‬,‫ يبصط‬,‫صراط‬, semua tulisan tersebut ditulis
dengan shad, padahal aslinya sin (‫)س‬,
maka jika dibaca dengan shad berarti mengikuti rasm nya,
Dan jika dibaca dengan sin berarti mengikuti asal kata.

Bagian II. Rasm yang didalamnya terdapat dua


qiraat atau lebih, tetapi hanya ditulis dengan satu rasm
saja yang mencakup dua qiraat baik secara tahqiq
(nyata) maupun secara taqdir (dikira-kirakan).
Diantara contoh-contoh ayat yang hanya ditulis
dengan satu rasm saja dan mencakup dua qiraat secara
tahqiq (nyata) adalah:
1. Firman Allah swt:
‫{ ﯣ ﯤ ﯥ ﯦﯧ ﯨ ﯩ ﯪ‬
)2١٩ :‫ﯫ ﯬ ﯭ } البقرة‬
Lafaz “‫”ﯫ‬dibaca dengan ba’ (‫)كبري‬,
dan tsa’ (‫)كثري‬. Kedua-duanya
merupakan qiraat shahihah. Dan
sekiranya dua kata tersebut tidak ada
titik dan harokat maka rasmnya
mencakup semuanya secara nyata.
2. Firman Allah swt:
} ‫{ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ‬
)6 :‫احلجرات‬
Lafaz “‫”ﭦ‬dibaca dengan ba’, ya’ dan
nun, dari kata (‫)البيان‬, dan juga dibaca
(‫ )فتثبتوا‬dengan tsa’, ba’ dan ta’. Kedua-
duanya merupakan qiraat shahihah.
Dan rasmnya mencakup semuanya
secara nyata.
 Diantara contoh-contoh ayat yang
hanya ditulis dengan satu rasm saja
dan mencakup dua qiraat secara
taqdir (dikira-kirakan) adalah:
1. Jama’ Mu’annast Salim, seperti lafazh
‫ البينات‬,‫ مؤمنات‬,‫ مسلمات‬maka menurut
kesepakatan Ulama semua alif dibuang.
Seperti QS.At-Tahrim:5 berikut:
‫ ﮨﮩﮪ ﮫﮬﮭ ﮮ ﮯﮰﮱ‬
‫﮲﮳﮴﮵﮶ ﮷﮸﮹‬
Jika dalam satu kata ada dua alif seperti
‫ الصاحلات‬,‫ السماوات‬,maka Ulama berbeda
pendapat:
-Mayoritas mushaf dengan membuang
alif kedua-duanya. (‫السموت‬,‫)الصلحت‬
-Sebagian mushaf dengan membuang
alif yang kedua saja.(‫ السماوت‬,‫)الصاحلت‬
2. Penulisan alif dengan wawu, seperti:
‫ الربا‬,‫ الزكاة‬,‫ الصالة‬untuk menunjukkan bahwa
asal alif dalam kata-kata tersebut adalah
wawu. Seperti QS. Al-Baqaroh ayat 43 dan
276 berikut:
‫ﮛﮜﮝ ﮞﮟﮠﮡ‬
‫ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ‬
‫ﮐ‬
Maka Inilah yang disebut dengan sesuainya
qiraat dengan rasm dengan cara taqdiri
(dikira-kirakan)
Dan kadang ada satu kata yang
mencakup salah satu dari dua qiraat
yang pertama secara tahqiq dan yang
kedua secara taqdiri, seperti ‫ﭞ ﭟ ﭠ‬
Semua mushaf ditulis tanpa alif, maka:
-Membaca dengan membuang alif pada
surat Al-Fatihah termasuk dengan cara
tahqiq.
Begitu juga membaca ayat ‫ﮅ ﮆ‬
pada surat An-Nas, maka:
-Membaca dengan menetapkan alif
(membaca dengan mad) pada surat An-
Nas termasuk dengan cara taqdir.
-Dua jenis ini baik tahqiq maupun
taqdir, semua mushaf ditulis dengan
tulisan yang sama, maka satu kata
dengan tulisan yang sama dapat dibaca
dua wajah atau lebih.
Bagian III. Kata yang mengandung tambahan
atau pengurangan, dan tidak mungkin ditulis
ulang berkali-kali dalam satu mushaf karena hal
tersebut rawan tercampur dengan kata lain, atau
merubah kata-kata dalam mushaf.
Jenis ini ditulis disetiap mushaf tergantung
qiraat yang dibaca didaerah yang mushaf akan
dikirim kedaerah tersebut. Dan secara umum
yang terkandung riwayat yang shohihah dalam
penyandarannya dan belum dinasakh tilawahnya.
Bukan berarti setiap mushaf yang mencakup
huruf-huruf tujuh tersebut.
Abu Amr Ad-Dani mengatakan “Jika ada yang
bertanya tentang sebab-sebab yang
mengharuskan adanya perbedaan tulisan
huruf-huruf zawaid (tambahan) dalam
mushaf?
-Muallif (Dr. Sya’ban) mengatakan” Sebab-
sebab menurut kami adalah ketika Khalifah
Usman bin Affan mengkodifikasi Al-Quran
dan mengkopi dalam satu tulisan, maka
Khalifah Usman memberikan pengaruh
bahasa Quraisy bukan bahasa lainnya, yang
mana bahasa selain quraisy tidak shohih dan
tidak tetap dalam rasm, dengan
memperhatikan dan sebagai langkah kehati-
hatian bagi pemeluk agama islam.
-Menurut Khalifah Usman huruf-huruf ini adalah
dari sisi Allah dan juga dari Rosulullah. Di
ketahui bahwa semua huruf dalam satu mushaf
dan juga dalam penulisannya saat itu ada pada
kondisi yang tidak tetap kecuali dengan
mengulang dua kali, maka terjadilah
pencampuran dan perubahan yang tidak bisa
disembunyikan lagi, sehingga ada huruf yang di
pisahkan dan di buang, tetapi kaum muslimin
tetap menjaga huruf-huruf tersebut seperti yang
di turunkan Allah dan yang di dengar oleh
Rosulullah, maka itulah sebab-sebab di tulisnya
huruf-huruf mushaf bagi tiap penduduk.
Diantara contoh-contoh yang terdapat
beberapa perbedaan antar mushaf adalah:
1. Firman Allah:
‫ﮦﮧ ﮨ ﮩ ﮪﮫﮬﮭﮮﮯ‬
١٣٢:‫ﮰ ﮱ ﮲ ﮳ ﮴ ﮵ ﮶ البقرة‬
Nafi’ dan Ibnu Amir dan Abu Ja’far
membacanya dengan ( ‫)وأوصى‬, selain mereka
membaca dengan (‫صى‬ ّ ‫)و َو‬,
َ untuk itulah di tulis
di mushaf penduduk madinah dan mushaf
penduduk syam (‫)وأوصى‬. Dan penduduk kuffah
dan penduduk Basroh membaca (‫صى‬ ّ ‫)و َو‬
َ tanpa
alif, menurut bacaan penduduk setiap daerah.
2. Firman Allah:
‫ﭒﭓﭔﭕﭖﭗﭘ‬
)١٣٣ :‫ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ ( آل عمران‬
Nafi’ dan Ibnu Amir dan Abu Ja’far
membacanya dengan (‫عوا‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬َ ) tanpa wawu.
Selain mereka membaca dengan wawu
(‫عو‬
ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬َ ‫)و‬.
َ Untuk itulah pada mushaf
penduduk Madinah dan Syam ditulis tanpa
wawu, dan pada mushaf penduduk Kufah dan
penduduk Basroh ditulis dengan wawu,
menurut bacaan masing-masing.
3. Firman Allah:
‫ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒﮓ ﮔ‬
)٥٣:‫ﮕ (المائدة‬
Nafi’ dan Ibnu Katsir dan Ibnu Amir dan Abu Ja’far
membaca dengan (‫ )يَقُ ْو ُل‬tanpa wawu dan merofa’kan
lam. Abu amru membacanya dengan ( ‫)ويَقُ ْو ُل‬
َ dengan
‫ و‬dan setengah dari‫ ل‬. ‘Asim dan Hamzah dan Kasa’I
dan Kholaf membacanya dengan ‫ و‬dan merofa'kan
lam ( ‫)ويَقُ ْو ُل‬.
َ Pada mushaf penduduk madinah,
makkah dan Syam di tulis tanpa wawu ( ‫)يَقُ ْو ُل‬. Dan
pada mushaf penduduk Kufah dan Basroh dan
seluruh daerah Iraq membacanya dengan (‫)ويَقُ ْو ُل‬ َ
yaitu dengan ‫و‬, menurut bacaan masing-masing.
4. Firman Allah:
‫ﮜ ﮝﮞﮟﮠﮡﮢﮣﮤﮥﮦﮧ‬
)٥٤:‫ﮨ ﮩ (المائدة‬
Nafi’ dan Ibnu Amir dan Abu Ja’far membacanya
dengan (‫ )مه يرت َ ِد ْد منكم‬dengan dua dal, yang
pertama dengan kasroh, yang kedua dengan
sukun. Selain mereka membaca dengan (‫)يَ ْرتَد‬
dengan satu dal fathah dan bertasydid. Pada
mushaf penduduk Madinah dan Syam ditulis
dengan (‫ )يرت َ ِد ْد‬dengan dua dal. Kemudian Abu
Ubaid mengatakan “Demikianlah Saya melihat di
mushaf Al-Imam dengan dua dal”. Tetapi selain
mushaf itu ditulis dengan satu dal (‫)يرتد‬.
2. Penerapan Mushaf terhadap percetakan modern

Sesungguhnya kesesuaian bacaan dengan mushaf


yang akan di kirim di setiap daerah adalah secara umum
saja dan hal tersebut bukanlah hal yang berlaku dan
syarat di terimanya bacaan kesesuaian qiroah dengan
salah satu mushaf ini, dan bukanlah syarat kesesuaian
bacaan dengan mushaf penduduk daerah tertentu.
Untuk itulah kita dapat menemukan di beberapa
mushaf yang telah di cetak menurut “Hafs” bahwa
cetakan mengikuti tulisan di dalam kalimat menurut
riwayat, sampai-sampai walaupun berbeda dengan
mushaf penduduk kufah tetap di tulis dengan riwayat.
Menurut ulama mesir yang di berikan
amanat mencetak al quran dan
menggarisbawahi sebagai berikut :
-Huruf-huruf ringan yang terdapat perbedaan
abjad disetiap mushaf maka mushaf-mushaf itu
hendaknya mengikuti abjad secara umum dan
menyesuaikan bacaan qori yang menulis
mushaf untuk menjelaskan bacaan tersebut.
Sebagaimana dalam rosm/tulisan, Allah berfirman : ( ‫َوَما‬
‫)ع ِملَْتهُ أَيْ ِديْ ِه ْم‬
َ di surah yaasin
adalah dengan ha’ mengikuti
riwayat Hafs, sedangkan dalam mushaf penduduk Kufah
tidak menggunakan ha’.
ٍ ‫صح‬
Begitu juga rosm(tulisan) dalam ayat: ( ‫اف‬ ِ ِ‫اف علَي ِهم ب‬
َ ْ ْ َ ُ َ‫يُط‬
‫ُي ۚ َواَنْتُ ْم فِْي َها‬ ‫ع‬
ُُ ْ ‫اْل‬
َ ْ ُّ
‫ذ‬ ‫ل‬
َ ‫ت‬‫و‬ ‫س‬ ‫ف‬ ‫ن‬‫اْل‬
َ ْ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ه‬ِ ‫ت‬‫ش‬‫ت‬ ‫ا‬
ََ ُ ُ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬ِ
‫ف‬‫و‬ ۚ ٍ
‫اب‬‫و‬
َ ‫ك‬
ْ ‫ا‬
َ‫و‬َّ ٍ
‫ب‬ ‫ه‬ ‫ذ‬
َ
َ ّْ‫ن‬‫م‬ِ
ۚ‫ ) ٰخلِ ُد ْو َن‬dalam ayat tersebut berdasarkan riwayat adalah
ditulis dengan dua ha’, dan dalam mushaf penduduk
Kufah dengan satu ha.
Inilah perbedaan satu ha dan dua ha, keduanya tidak
keluar dari peraturan rosm utsmani.
Kesimpulan:
Mushaf Usmani mencakup sesuatu yang terkandung
dalam rasmnya dengan kriteria sebagai berikut:
1. Tulisan yang sah dibaca dua wajah atau beberapa
wajah, dan rasm mencakup hal tersebut, rasm disemua
mushaf Al-Qur`an dengan tulisan yang sama tanpa
titik dan tanpa harokat.
2. Perbedaan yang tidak terkandung dalam rasm yang
terdiri dari tambahan (ziyadah), pengurangan (naqs).
Tulisan dalam mushaf biasanya secara umum
menyesuaikan dengan bacaan mereka.
Maka mushaf Utsmani mencakup semua yang shohih
periwayatannya dari Rasulullah SAW, yang tilawahnya
belum dinasakh, dan masih tetap sampai masa yang
terakhir, serta tidak mencakup semua tujuh huruf tapi
tidak hanya terbatas pada satu huruf saja.

Anda mungkin juga menyukai