Menurutnya paling tidak lulusan pesantren hanya bisa membaca al-quran dan
minim ilmu kemasyarakatan bahkan ilmu umum, dengan stigma tersebut tak heran
peran pesantren sebagai wadah pendidikan islamiyah mulai terabaikan dalam
masyarakat, tentu stigma ini sangat bertolak belakang dari cita-cita pesantren itu sendiri
sebagai perwujudan dari khairu ummah wa anfa’u linnasi, padahal dalam
memperjuangkan kemerdekaan indonesiaa itu sendiri banyak dipengaruhi oleh santri-
santri yang ikut berjuang secara intelektual bahkan turut andil dalam medan
peperangan.
Inilah yang sebenarnya menjadi titik acu arah pendidikan moderen, bukan hanya
menyentuh pada satu sisi saja akan tetapi pada tiga sisi yang sudah disebutkan diatas.
Kebanyakan pendidikan sekarang dikatakan gagal karena istilah pendidikan hanya
kosong belaka, para murid dituntut untuk terus-terusan mengerjakan tugas saja
sehingga waktu untuk mengembangkan keterampilan sangatlah minim, pantaskah ini
disebut pendidikan? Menurut saya pribadi ini hanyalah pengajaran semata, maka tak
heran banyak dari siswa yang melawan pada gurunya ditambah lagi pembelajaran
daring dimana seorang siswa tidak mendapat ruhul mudarris yang ini menjadi aspek
terpenting daripada materi pembelajaran tersebut, toh pelajaran juga bisa banyak
didapat di media-media pembelajaran seperti Youtube, Google dll. akan tetapi yang-
menjadi sisi minusnya adalah ketiadaan guru tersebut untuk membimbing dan
menasehati bahkan lebih penting menjadi sosok teladan bagi muridnya.
Maka dengan ini pondok yang berbasis modern hadir ditengah-tengah kita untuk
menjadi solusi terdepan Prominent dan menjadi acuan pendidikan yang mencerdaskan
bangsa.