Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ELSI LISTIANI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 835704229

Tanggal Lahir : 08-03-1998

Kode/Nama Mata Kuliah :

Kode/Nama Program Studi : 118/S1 PGSD

Kode/Nama UPBJJ : 16/PEKANBARU

Hari/Tanggal UAS THE :

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyatan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ELSI LISTIANI


NIM : 835704229
Kode/Nama Mata Kuliah :
Fakultas : KEGURUAN
Program Studi : S1 PGSD
UPBJJ-UT : PEKANBARU

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Pelalawan,
Yang Membuat Pernyataan

ELSI LISTIANI
1. Pembaca merasa makna yang disampaikan penulis dalam ceritanya karena
a. di dalam proses membaca setidaknya kita akan dilibatkan 9 aspek penting yaitu; aspek
sensoris, urutan, perseptual, pikiran, asosiasi, pengalaman, pembelajaran, gagasan dan
sikap. Sedangkan yang dimaksud dengan produk membaca adalah komunikasi dari
pemikiran dan emosi antara pembaca dan penulis. Jika tidak ada komunikasi emosi antara
penulis dan pembaca , biasanya pembacanyanya yang kurang konsentrasi sehingga
menyebabkan ketidakpahaman atas apa yang di tulis si penulis. Bisa juga karena
penulisnya dalam penyampaiannya tidak menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
 Penulis tidak mampu untuk menemukan masalah yang akan ditulis, tidak
Peka terhadap kondisi pembaca dan tidak mampu menggunakan bahasa
 Penulis kurang mengembangkan suatu pemahaman tentang dan
kemampuan menggunakan bahasanya
 Penulis tidak dapat menguasai kemampuan mengungkapkan ide, pikiran,
pengetahuna, ilmu, dan pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang
jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dipahami orang lain
 Penulis sulit dalam menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan,
dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian
“mengirimkannya” kepada orang lain.

b. - penulis, penulis sebagai penyampai pesan dari buku yang ditulisnya, isi dari tulisan
harus bisa membuat pembaca merasakan makna dan pesan yang terkandung dari
karangan tersebut.
-pesan yang ingin disampaikan, jadi sebagai penulis yang baik pesan yang ingin
disampaikan menggunakan bahasa yang mudah dimengrti oleh pembaca jangan
menggunakan bahasa yang sulit dimengerti, karena pemahaman setiap pembaca itu
berbeda-beda, ada yang cepat mengerti dan ada yang perlu membaca berulang kali baru
bisa memahaminya.
-medium yang digunakan, saluran atau medium berupa lambang-lambang bahasa tulis
seperti rangkaian huruf atau kalimat dan tanda baca yang singkat pada dan jelas tidak
perlu bertele-tela lansung ke poin intinya karena terlalu banyak menggunakan tanda baca
akan membuat pembaca merasa bingung.
-pembaca, pembaca sebagai penerima pesan jadi penulis haruslah pandai dalam memilih
kata bahkan kalimat yang ingin ditulis, nantinya pembaca akan puas dengan hasil bacaan
yang dibacanya melalui mkarangan kita tidak perlu lagi ia mencari makna arti kata yang
kita buat karena sudah jelas saat mereka dengan sekali membacanya saja. Akan ada rasa
puas tersendiri bagi sipembaca dan dia bisa memberikan komentar-komentar positif dan
kita sebagai penulispun akan merasa semangat dengan mengarang atau menulis lagi.
2. Kebakuan dan kejelasan sangat erat kaitannya dengan konsep kevariasian karena kebaakuan
daan kejelasan akan mendukung kita untuk membuat kevariasian dalam menulis. Jika hendak
membuat variasi dalam penulisan karangan penulis juga harus memperhatikan bahasa standar
seperti kebakuan dan kejelasan. Dengan memahami makna kebakuan akan membantu kita
membuat variasi bacaan begitu juga dengan mengetahui makna kejelasan nantinya akan
mendukung kita dalam menulis sebuah karangan yang akan di buat.
Asalkan kevariasian yang kita buat tidak berlebihan dengan memperhatiakna kaidah standar
bahasa tidak ada salahnya membuat kevariasian karena jika tidak memberikan variasi
pembaca akan merasa bosan dengan tulisan kita.
-Kevariasian itu sangat berguna dalam menjaga selera pembaca dan menghindarkannya dari
kebosanana.
- penggunaan variasi dalam kalimat juga dapat menimbulkan efek tertentu seperti penekanan
(ehmpasizhing) bagian-bagian yang ditonjolkan dalam kalimat.
- bisa menarik perhatian pembaca akan bagian informasi tertentu yang ingin dikemukakan
penulis.
-menimbulkan kekuatan, kejelasan dan keindahan akan makna dari sebuah karangan tulisan.
3. a. Kesalahan-kesalahan dalam penulisan :
Salah ( X)
atau
No Bagian Surat Keterangan
Benar
(ceklist)
1 Nomor Surat (√ )Benar Terdapat nomor surat
1035/E/KM/2020
2 Tanggal Surat (√ )Benar Terdapat tanggal surat 9
oktober 2020
3 Lampiran (X) Salah Tidak ada lampiran dalam
suart
4 Hal atau Perihal Surat (√ )Benar Terdapat hal dalam surat,
seperti : Imbauan
pembelajaran secara
daring dan sosialisasi UU
Cipta Kerja
5 Alamat Surat (√ )Benar Terdapat alamat surat di
lingkungan kementerian
pendidikan dan
kebudayaan
6 Salam Pembuka (X) Salah Tidak terdapat salam
pembuka dalam surat
7 Isi Surat / Tubuh Surat (√ )Benar Terdapat isi dalam surat
ada 7 hal yang dijelaskan
8 Salam Penutup (√ )Benar Terdapat salam penutup,
seperti : atas perhatian dan
kerjasama yang baik,
kami ucapkan terima
kasih
9 Nama Organisasi atau (√ )Benar Terdapat, yaitu
Lembaga kementerian pendidikan
dan kebudayaan
10 Nama Terang dan Tanda (√ )Benar Direktur jendral dengan
Tangan Penanggung atas nama Nizam
Jawab
11 Tembusan (√ )Benar Terdapat 3 tembusan yang
digunakan dalam surat

B.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Telepon (021) 57946104,
Pusat Panggilan ULT DIKTI 126
Laman www.dikti.kemdikbud.go.id
Nomor : 1035/E/KM/2020 9 Oktober 2020

Hal : Imbauan pembelajaran secara daring dan sosialisasi UU Cipta Kerja

Lampiran : Tersedia

Yth. Pimpinan Perguruan Tinggi


di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dengan Hormat,

Memperhatikan situasi akhir-akhir ini yang kurang kondusif untuk pembelajaran, terutama terkait
dengan tanggapan atas akan diterbitkannya Undang-undang (UU) Cipta Kerja, dengan ini kami
mohon Pimpinan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan hal-hal berikut:

1. menjaga ketenangan dan suasana pembelajaran yang kondusif di Perguruan Tinggi


masing-
2. tetap melaksanakan pembelajaran secara daring/Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan para
mahasiswa melaksanakan pembelajaran dari tempat tinggal masing-masing;
3. para Dosen diharapkan tetap melaksanakan pembelajaran daring dan memantau
kehadiran dan meningkatkan interaksi pembelajaran mahasiswa/i dalam pembelajaran
daring;
4. mengimbau para mahasiswa/i untuk tidak turut serta dalam kegiatan demonstrasi/unjuk
rasa/ penyampaian aspirasi yang dapat membahayaan keselamatan dan kesehatan para
mahasiswa/i di masa pandemi ini;
5. membantu mensosialisasikan isi UU Cipta Kerja dan mendorong kajian-kajian akademis
obyektif atas UU tersebut. Hasil pemikiran dan aspirasi dari kampus hendaknya
disampaikan kepada Pemerintah maupun DPR melalui mekanisme yang ada dengan
cara-cara yang santun;
6. menginstruksikan para Dosen untuk senantiasa mendorong mahasiswa melakukan
kegiatan intelektual dalam mengkritisi UU Cipta Kerja, maupun produk kebijakan
lainnya dan tidak memprovokasi mahasiswa untuk mengikuti /mengadakan kegiatan
demonstrasi/unjuk rasa/penyampaian aspirasi yang dapat membahayakan keselamatan
dan kesehatan para mahasiswa/i;
7. mengimbau para orang tua/wali mahasiswa untuk turut menjaga putra/putrinya agar
melakukan pembelajaran dari tempat tinggal masing-masing

Informasi tentang UU Cipta Kerja secara rutin akan kami perbarui dan dapat diunduh dari tautan
http://dikti.kemdikbud.go.id/epustaka/cipta-kerja. Bila ada hal lain yang perlu dikoordinasikan,
kami persilakan untuk menghubungi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami sampaikan terima kasih.

Direktur Jenderal,

Nizam

NIP 196107061987101001 1.

Tembusan;
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
2. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud
3. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah I – XVI

4. “Upaya pemerintah menanggapi adanya kasus bunuh diri akibat dari


Pembelajaran Jarak Jauh”
Jaringan Sekolah Digital Indonesia mengingatkan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) soal efektivitas pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Respons ini
disampaikan menyusul adanya siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan yang mengakhiri
hidupnya lantaran Depresi karena banyaknya tugas sekolah selama menjalani PJJ.
Ketua Umum Jaringan Sekolah Digital Indonesia, Muhammad Ramli Rahim menilai
bahwa kejadian tersebut bukan kali pertama terjadi. Di mana, peserta didik merasa depresi
akan beban soal yang menggunung selama melakukan PJJ. "Kejadian bunuh diri siswa ini
seharusnya menjadi alarm yang sangat keras kepada pemerintah dan dengan tegas
memperingatkan pemerintah bahwa masalah penugasan-penugasan ini adalah sesuatu yang
sangat serius memberikan dampak depresi kepada siswa," tegas kepada Liputan6.com, Rabu
(21/10/2020).
Tak adanya standar baku PJJ membuat PJJ yang merupakan alternatif pembelajaran di
tengah pandemi Covid-19, justru dianggap banyak membebani siswa. "Stres yang dialami
siswa akibat pembelajaran jarak jauh yang tidak memiliki standar khusus, dan cenderung
sangat memberatkan siswa dari sisi tugas-tugas dari guru telah mengakibatkan depresi
terhadap siswa yang akhirnya dapat berujung pada kejadian bunuh diri seperti ini," ujar
Ramli.
Ramli melihat standar penugasan oleh guru tidak diatur, baik oleh Kemendikbud,
Dinas Pendidikan Provinsi maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Ramli
menganalogikan, jika setiap guru memberikan satu tugas setiap minggu, maka setiap siswa
akan mendapatkan 14-16 tugas yang harus dituntaskan sebelum mata pelajaran dilanjutkan
minggu depannya.
"Memang guru sangat mudah memberikan tugas apalagi mereka saat ini dengan
dukungan LMS (learning management system) tak perlu tampil di depan kelas lagi dan cukup
memberikan tugas lewat LMS yang ada tetapi mereka tidak memperhitungkan secara
komprehensif beban tugas yang diberikan ke siswa tersebut," urai dia. Ramli menganggap,
beban mata pelajaran yang diterima siswa menjadi masalah utama rendahnya kualitas
pendidikan saat ini. Namun hingga kini tampaknya upaya penyederhanaan kurikulum masih
mengalami jalan buntu.
Di samping itu, Ramli mengingatkan, seharusnya kepala sekolah dan para guru
konseling (BK) mampu mengetahui dan mengukur beban yang dialami oleh siswa akibat
banyaknya penugasan-penugasan yang dilakukan oleh para guru di suatu sekolah terhadap
siswa. Sehingga, bisa menjadi standar bagi guru-guru di sekolah tersebut untuk memberikan
penugasan kepada siswanya.
"Setiap daerah seharusnya mempertimbangkan kemampuan jaringan internet di
daerahnya ketersediaan alat baik berupa tablet, smartphone maupun laptop dan komputer di
daerah tersebut yang dimiliki oleh siswanya," katanya. Guru dan pemerintah juga dituntut
untuk mempertimbangkan kemampuan ekonomi siswa di daerah-daerah tersebut. Sehingga
pemerintah tidak berlepas tangan cukup dengan memberikan kuota data kepada siswa saja
tetapi memahami secara penuh suasana dan kondisi pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
"Dan semua itu seharusnya diatur dan dibuat standarnya oleh Kemendikbud," ungkap
Ramli. Diberitakan sebelumnya, siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan berinisial MI berusia
16 tahun nekat bunuh diri dengan meminum racun, Sabtu (17/10/2020). Korban bunuh diri
diduga akibat depresi dengan banyaknya tugas-tugas daring dari sekolahnya. Korban kerap
bercerita pada teman-temannya perihal sulitnya akses internet di kampung, sulitnya akses
internet di kediamannya menyebabkan tugas-tugas daringnya menumpuk. Mirisnya, MI
merekam aksi bunuh dirinya dalam sebuah video. Rekaman ponsel berdurasi 32 detik itu
menunjukkan detik-detik ketika korban meminum racun rumput.
 Pernyataan faktual
adanya siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan yang mengakhiri hidupnya lantaran
Depresi karena banyaknya tugas sekolah selama menjalani PJJ nekat bunuh diri dengan
meminum racun, Sabtu (17/10/2020).
 Asumsi
"Stres yang dialami siswa akibat pembelajaran jarak jauh yang tidak memiliki standar
khusus, dan cenderung sangat memberatkan siswa dari sisi tugas-tugas dari guru telah
mengakibatkan depresi terhadap siswa yang akhirnya dapat berujung pada kejadian bunuh
diri seperti ini," ujar Ramli.
 Uraian definisi
Korban bunuh diri diduga akibat depresi dengan banyaknya tugas-tugas daring dari
sekolahnya. Korban kerap bercerita pada teman-temannya perihal sulitnya akses internet
di kampung, sulitnya akses internet di kediamannya menyebabkan tugas-tugas daringnya
menumpuk.
 Uraian teoritis
Guru dan pemerintah juga dituntut untuk mempertimbangkan kemampuan ekonomi
siswa di daerah-daerah tersebut. Sehingga pemerintah tidak berlepas tangan cukup
dengan memberikan kuota data kepada siswa saja tetapi memahami secara penuh
suasana dan kondisi pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
 Pendekatan
Di samping itu, Ramli mengingatkan, seharusnya kepala sekolah dan para guru konseling
(BK) mampu mengetahui dan mengukur beban yang dialami oleh siswa akibat banyaknya
penugasan-penugasan yang dilakukan oleh para guru di suatu sekolah terhadap siswa.
Sehingga, bisa menjadi standar bagi guru-guru di sekolah tersebut untuk memberikan
penugasan kepada siswanya.
 Tujuan
"Setiap daerah seharusnya mempertimbangkan kemampuan jaringan internet di
daerahnya ketersediaan alat baik berupa tablet, smartphone maupun laptop dan komputer
di daerah tersebut yang dimiliki oleh siswanya," katanya. Guru dan pemerintah juga
dituntut untuk mempertimbangkan kemampuan ekonomi siswa di daerah-daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai