Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alisa Deliana

NIM : 1902046001

Mata Kuliah : Politik dan Pemerintahan China

Tugas : Short Paper ke 5

A. Pendahuluan

Hubungan China dan Pakistan telah terjalin sejak tujuh dekade silam dan tentunya dari hubungan
bilateral ini menghasilkan berbagai kesepakatan bersama yang strategis. Mengutip dari
voaindonesia.com, sejak tahun 2018 China menjadi eksportir senjata terbesar di Pakistan dengan
menyumbangkan 38% persenjatannya ke negara tersebut, menggantikan Amerika Serikat.
Sedangkan di bidang ekonomi, kedua negara ini juga telah menandatangani perjanjian dagang
yakni Pakistan-China Free Trade Agreement sejak tahun 2006. Kerjasama ekonomi ini terus
berlanjut dan semakin komprehensif dengan disepakatinya kerjasama baru oleh kedua negara
yakni China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) pada 5 Juli 2013 lalu di Beijing, China.
Kerjasama CPEC ini berlaku dari tahun 2014 hingga 2030 nanti dan menjadi bagian dari Belt
Road Initiative (BRI) sebagai masterplan China di bawah kekuasaan Xi Jinping yang dapat dilihat
dari tujuan kerjasama ini yakni meningkatkan fasilitas perdagangan dan transportasi untuk
memperluas serta menjangkau perdagangan antar negara yang lebih mudah, lebih stabil, dan
murah, mencakup pembangunan rel kereta api, jaringan tol darat dan laut, serta pipa minyak dan
gas yang menghubungkan pelabuhan Gwadar di Pakistan dengan Xianjian di China (Wolf, 2020,
p. 2-3). Namun dalam perjalananya terdapat berbagai tantangan seperti dominasi China dalam
proyek ini hingga adanya indikasi terhadap China dalam membangun kamp militer di Gwadar,
Pakistan. Sehingga tulisan ini akan berusaha menjawab apakah arah program Belt Road Initiative
(BRI) di Pakistan murni kesepakatan ekonomi ataukah hal lainnya. Penelitian ini akan
menggunakan metode kualitatif-deskriptif.

B. Pembahasan

Arah kebijakan luar negeri China mulai berubah sejak terpilihnya Xi Jinping sebagai pemimpin
partai komunis China tahun 2012 yang ditandai dengan lahirnya program Belt Road Initiative (BRI)
sebagai upaya Xi menghidupkan kembali konsep jalur sutra pada masa dinasti Tang. BRI yang
digagas oleh China ini terbagi menjadi dua bagian, yakni jalur darat yang dikenal dengan The Silk
Road Economic Belt dan jalur laut yang dikenal dengan Maritime Silk Road. Menurut Pemerintah
China, Proyek BRI ini bertujuan untuk menghubungkan benua Asia, Afrika, dan Eropa serta
membangun kerjasama diantara negara-negara tersebut. Selain itu, proyek ini juga mencakup
populasi 4,4 miliar orang dengan produk domestik bruto kolektif (PDB) sebesar US$21 triliun
(Sung, 2017, p. 278-2790). Adapun langkah yang diambil oleh pemerintah China untuk
mensukseskan proyek ini adalah dengan berinvestasi hingga USD 300 miliar. Akan tetapi,
suntikan dana tersebut akan diprioritaskan pada negara-negara yang dianggap strategis oleh
China seperti Indonesia, India, Pakistan, dan negara Asia Tengah lainnya.

Di Pakistan proyek BRI ini dikemas melalui kesepakatan China-Pakistan Economic Corridor
(CPEC) yang akan menghubungkan Kashgar di daerah otonomi Provinsi Xinjiang, China dengan
Pelabuhan Barat Daya Pakistan yakni Gwadar melalui pembangunan infrastruktur serta
transportasi darat dan laut. Selain itu CPEC diproyeksikan akan semakin membukakan pintu bagi
kesempatan ekonomi di Pakistan dan negara-negara lain yang terhubung melalui proyek ini.
Dipilihnya pelabuhan Gwadar bukan pula tanpa sebab, karena sekitar 80 persen minyak China
yang berasal dari Iran diangkut melalui Selat Malaka ke Shanghai. Dan pelabuhan Gwadar ini
menjadi pilihan paling efektif untuk mengurangi jarak tempuh kurang dari 5000 km. Dan pada
bulan November 2014 Pemerintah China mengumumkan niatnya untuk membiayai perusahaan
China sebagai bagian dari proyek energi dan infrastrukstur sebesar 46 miliar US dollar di Pakistan
sebagai bagian dari CPEC. Namun seiring waktu dominasi China semakin terasa di wilayah
Pakistan dimana kontrak proyek hanya ditetapkan oleh perusahaan China bahkan perusahaan
BUMN Pakistan diprivatisasi oleh pemerintah China, selain itu tidak ada kejelasan terkait jumlah
tenaga kerja lokal yang direkrut oleh pemerintah China. Pada awal disepakatinya, proyek ini akan
mempekerjakan 8.000 pekerja dari China mencakup insiyur dan teknisi namun kenyataannya
terdapat 18.000 penduduk lokal Pakistan yang dipekerjakan pada sektor keamanan oleh
pemerintah China dengan gaji ditanggung oleh Pakistan (Rijaya, P.A.R, 2020. P. 126). Hal ini jelas
memberatkan pemerintah Pakistan. Sementara itu, arah kesepakatan CPEC pun semakin
berubah ketika China berencana membangun kamp militernya di Gwarda, Pakistan. Jika
pembangunan kamp militer ini dilakukan maka itu akan menjadi pangkalan militer China kedua di
negara lain setelah Djibouti yang didirikan pada 2017 silam. Meskipun hingga tulisan ini dibuat
belum ada pernyataan resmi dari kedua negara terkait rencana pembangunan markas militer ini,
namun berdasarkan laporan Forbes (2020) melalui citra satelit terindikasi dalam beberapa tahun
terkahir telah dibangun beberapa kompleks keamanan baru di ujung barat pantai Pakistan.
Pengembangan kompleks ini memiliki keamanan yang luar biasa, hal ini teridentifikasi dari
material yang digunakan berasal dari China Communications Construction Company (CCCC Ltd.)
yang meruapakan perusahan milik negara yang banyak terlibat dalam proyek teknik sipil China.
Selain itu, melalui proyeksi satelit ditemukan bahwa kompleks keamanan baru ini memiliki tanggul
anti-kendaraan, pagar keamanan, dan tembok yang tinggi. Pos penjaga dan menara penjaga juga
ditinggikan hingga menutupi batas antara pagar dan dinding bagian dalam yang menunjukkan
penjagaan bersenjata. Berdasarkan temuan tersbut, dapat disimpulkan bahwa proyek BRI China
di Pakistan melalui kesepakatan China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) menunjukkan
rencana strategis jangka panjang China di wilayah Samudera Hindia dan bukan murni atas
kepentingan ekonomi, hal ini ditunjukan dengan penemuan situs pembangunan keamanan China
di pantai barat Pakistan, Gwarda.

C. Referensi

Rijaya, P. A. R. (2020). KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM KERJASAMA CHINA PAKISTAN


ECONOMIC CORRIDOR. 8 (1) : 126.
Sutton, I. H. (2020). China’s New High-Security Compound In Pakistan May Indicate Naval Plans
[daring]. Tersedia di https://www.forbes.com/sites/hisutton/2020/06/02/chinas-new-
high-security-compound-in-pakistan-may-indicate-naval-plans/?sh=75943c9c1020
(diakses pada 14 November 2021).
Sung, H. C. (2017). Chinese Capitalism in Southeast Asia. Palgrave Macmillan, Singapore.
Voaindonesia.com. (2018). China Saingi AS Sebagai Pemasok Senjata ke Pakistan [daring].
Tersedia di https://www.voaindonesia.com/a/china-saingi-as-sebagai-pemasok-
senjata-ke-pakistan/4297921.html (diakses pada 13 November 2021).
Wolf, O. S. (2020). The China-Pakistan Economic Corridor of the Belt and Road Initiative.
Springer, Switzerland.

Anda mungkin juga menyukai