Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Wirausaha Sosial

Wirausaha Sosial adalah orang yang menyadari di mana ada kesempatan untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mana sistem kesejahteraan negara tidak akan atau tidak
mampu memenuhi kebutuhan tersebut dan orang yang bersama-sama mengumpulkan sumber
daya yang dibutuhkan (umumnya sumber daya manusia, uang, dan tempat) dan
menggunakannya untuk membuat perbedaan (Thompson et al).

Sosial entreprenuer atau biasa dikenal kewirausahaan sosial adalah istilah yang
dikenalkan oleh Bill Drayton tahun1972. Drayton mendefinisikan wirausaha sosial sebagai
berikut, “Social entreprenuer are not content just to give a fish or teach how to fish. They will
not rest until they have revolutionized the fishing industry.” Dari Drayton kita belajar bahwa
wirausaha sosial berperan menyelesaikan permasalahan di masyarakat bukan hanya dengan
sosial charity, tapi jauh lebih dari itu. Wirausaha sosial melakukan perubahan besar pada
tatanan yang ada untuk menyelesaikan masalah tersebut.

B. Prinsip-Prinsip Wirausaha Sosial

Seorang wirausaha sosial memiliki prinsip sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan kebersihan untuk bisnis sosial apapun.


2. Bisnis sosial seharusnya bertanggung jawab atas kesejahteraan lingkungan.
3. Berkelanjutan finansial dan ekonomi.
4. Jangan takut gagal.
5. Pantang menyerah dan jangan mudah putus asa.
6. Ambisius. Dengan ambisius, seorang wirausaha harus punya ambisi yang kuat
dalam menjalankan bisnis yang tengah dilakukan.
7. Harus optimis. Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan sebab
kata optimis merupakan motivasi kesadaran kita.

C. Tujuan Wirausaha Sosial

Wirausaha sosial sesungguhnya merupakan agen perubahan yang mampu untuk :


1. Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial.
2. Menemukan berbagai peluang untuk melakukan perbaikan.
3. Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus-
menerus.
4. Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang
dihadapinya.
5. Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang
dicapainya kepada masyarakat.

Peranan wirausaha sosial dalam pembangunan ekonomi :

1. Menciptakan lapangan kerja.


2. Melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa yang
dibutuhkan masyarakat.
3. Menjadi modal sosial.
4. Peningkatan kesejahteraan.
BAB II
HASIL OBSERVASI

A. Pernyataan Umum

Sosial entreprenuer tidak hanya mengandalkan keuntungan juga pada kesejahteraan


masyarakat sehingga menjadi solusi alternatif yang kreatif. Melalui kewirausahaan sosual,
masalah ekonomi Indonesia bisa sedikit teratasi karena masyarakat akan terlibat langsung
dalam menjadi pelaku bisnis dan keuntungannya akan dikembalikan lagi ke masyarakat untuk
dikembangkan. Dengan demikian, social entreprenuer dapat membantu dan mengatasi
masalah perekonomian di suatu negara.

Kewirausahaan sosial dapat menjadi solusi atau model pemberdayaan masyarakat


terutama perempuan dalam industri kerajinan. Terutama pada pembuatan aksesoris berbasis
kain perca. Kegiatan ini dilakukan berbagai tahap, diawali dengan sosialisasi, mengadakan
pelatihan, setelah para usaha berjalan, dilakukan penganbdian. Hasil dari penganbdian
masyarakat ini adalah pembentukan pengusaha atau bisnis untuk membuat aksesoris yang
terbuat dari kain perca dari limbah konveksi. Kewirausahaan dapat menjadi solusi untuk
peningkatan ekonomu melalui pemberdayaan masyarakat terutama perempuan.

Bisnis kain perca merupakan salah satu usaha sosial yang memanfaatkan limbah kain
yang tidak terpakai dari industri konveksi. Kain perca merupakan potongan kecil dari sisa
hasil pembuatan produk garmen komersial. Kita bisa mendapatkan kain perca dari sisa-sisa
potongan kain dari penjahit.

Kegiatan pengabdian masyarakat berbasis social entreprenuer atau kewirausahaan sosial


diadakan oleh Ali di Lubuk Lintah. Walau toko Ali tidak begitu besar, tapi dapat
menampung beberapa orang yang bekerja di rumahnya dalam pembuatan aksesoris.
Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa :

1) Usaha mikro kecil kain perca itu didominasi oleh Ibu-Ibu perumahan dan anak
perempuan usia mulai dari tujuh belas tahun.
2) Bisnis sudah di jalankan selama satu tahun dengan memanfaatkan kain perca bekas
sisa potongan Ali menjahit.
3) Pelatihan pelaku usaha mikro kecil difokuskan pada pelatihan motivasi
dan manajemen keuangan usaha dan desain aksesoris.
B. Pelaksanaan Metode

Kegiatan dilakukan dari bulan Januari 2020 sampai sekarang dengan beranggotakan Ibu-
Ibu, perempuan di sekitar rumah Ali saja yang sekarang sudah berjumlah 20 orang. Program
kegiatan ini dilakukan untuk memberdayakan masyarakat melalui kewirausahaan.

Metode yang digunakan dalam kegiatan kewirausahaan sosial ini melalui beberapa tahap :

1) Diawali dengan sosialisasi, mengajak orang-orang sekitar untuk mulai melakukan


kegiatan usaha ringan yang di mana menghasilkan pundi-pundi.
2) Dilaksanakannya dahulu pelatihan-pelatihan.
3) Setelah wirausaha berjalan, dilakukan proses distribusi.

Tahapan kegiatan lainnya sebagai berikut :

a. Sosialisasi program motivasi wirausaha.


b. Sosialisasi cara pemasaran yang benar.
c. Pelatihan produksi pembuatan aksesoris dari kain perca (bros, karet rambut,
dan gantungan kunci)
d. Penbimbingan usaha dari awal produksi sampai proses penjualan.

C. Hasil dan Pembahasan

Pada awalnya kegiatan ini hanya diselenggarakan untuk Ibu-Ibu kompleks sekitar
yangvdaripada membuang waktu untuk berkumpul hanya bergosip, dibukalah peluang untuk
berkmupul melakukan bisnis. Tenaga yang terbuang juga tidak sia-sia karena bisa
menghasilkan karya. Ali sebagai pelopor bisnis kewirausahaan sosial ini awalnya tak
menyangka kalau ternyata minat pada bisnisnya tak hanya disukai oleh Ibu-Ibu melainkan
juga pada perempuan umur belasan tahun ikut bergabung. Sementara itu, pembuatan
aksesoris dari kain perca ini sudah dijual ke luar daerah Lubuk Lintah, sudah terjual ke
daerah Lubuk Buaya, Paraman, hingga Padang kota.

Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Sosialisasi program dengan materi motivasi wirausaha


Kegiatan ini dilakukan awal-awal pengenalan wirausaha sosial. Diharapkan para
pelaku usaha bisa menumbuhkan motivasinya untuk terus menciptakan inovasi baru
melalui kain perca.

2. Pelatihan produksi pembuatan aksesoris


Aksesoris dari kain perca yang sudah berhasil dibuat anatara lain bros, ikat rambut,
dan gantungan kunci. Pelatihan produksi dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, saat
awal bergabungnya dan saat proses pelatihan berakhir. Bahan yang diperoleh dari sisa
produksi konveksi (kain perca).

3. Pelatihan pemasaran
Pelatihan ini dilakukam setelah proses produksi stabiol dan produk akan dilakukannya
proses penjualan distribusi kepada para konsumen. Pemasaran dilakukan dengan
pemasaran langsung dengan meletakkan produk di etalase depan toko butik milik Ali
yang berlokasi di Pasar Raya Padang.

4. Pelatihan berpikir kreatif


Pelatihan ini bertujuan untuk memotivasi dan membuka wawasan tentang cara
berpikir kreatif. Dengan harapan setelah ini, pelaku usaha mampu mengembangkan
produk dan pengelolaan usaha yang sudah dijalankan.

5. Pembimbingan usaha
Pembimbingan usaha dilakukan untuk memonitor kualitas dan membantu bila
terdapat kesulitan dalam awal-awal pengenalan bisnis kain perca. Pembimbingan
usaha dilakukan dari pengenalan sampai bisa menciptakan suatu produk yang kreatif
dan berjual nilai tinggi.

Setelah dilakukannya tahapan kegiatan, dilakukannya proses produksi dengan


diberiaknnya dahulu contoh produk yang akan dibuat. Aksesoris dari kain perca itu lalu di
promosikan oleh pembuat karya di sekolahnya, di kampus, dan para Ibu-Ibu di tempat gym-
nya. Berlanjut, aksesoris itu dikenal oleh masyarakat khususnya di Lubuk Lintah. Proses
pemasaran pun dilanjutkan ke berbagai daerah hingga sangat laku di Padang kota. Yang
dulunya hobi saja, sekarang bisa menghasilkan uang dari hasil wirausaha sosial kain perca.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kewirausahaan sosial dapat dijadikan pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan


melalui industri kerajinan kain perca. Hasil dari kegiatan usaha oleh masyarakat Lubuk
Lintah ini adalah terbentuknya wirausaha sosial aksesoris berbahan dasar kain perca dengan
nilai jual tinggi setelah dibuat skreatif mungkin dan penuh inovasi. Dengan dilakukannya
kegiatan wirausaha sosial oleh suatu kelompok dapat menurunkan pengangguran dan
meciptakan lapangan pekerjaan. Dengan adanya pekerjaan secara otomatis pendapatan
masyarakat juga ikut meningkat dan kualitas hidup juga baik.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan, jika kita mulai berwirusaha mulailah dengan
keinginan yang kuat dan semangat yang tinggi dalam menjalankannya agar produk yang
dihasilkan bisa bermanfaat dan bisa menghasilkan keuntungan setelah dijual. Penulis
nerharap agar kegiatan wirausaha yang dipelopori Pak Ali bisa berkembang pesat dan
tak menurunkan daya kreatifitas produk aksesorisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Jumlah Unit Usaha Kecil dan Menengah Tahun
2012. Jawa Barat.

Saragih, R. & Elisabeth, D. M. (2016). Kewirausahaan Sosial dibalik Pandemi Covid-19 :


Penelusuran Profil dan Strategi Bertahan. Jurnal Manajemen.

Saragih, R. (2017). Membangun Usaha Kreatif, Inovatif dan Bermanfaat Melalui Penerapan
Kewirausahaan Sosial. Jurnal Kewirausahaan.

Anda mungkin juga menyukai