Wirausaha Sosial adalah orang yang menyadari di mana ada kesempatan untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mana sistem kesejahteraan negara tidak akan atau tidak
mampu memenuhi kebutuhan tersebut dan orang yang bersama-sama mengumpulkan sumber
daya yang dibutuhkan (umumnya sumber daya manusia, uang, dan tempat) dan
menggunakannya untuk membuat perbedaan (Thompson et al).
Sosial entreprenuer atau biasa dikenal kewirausahaan sosial adalah istilah yang
dikenalkan oleh Bill Drayton tahun1972. Drayton mendefinisikan wirausaha sosial sebagai
berikut, “Social entreprenuer are not content just to give a fish or teach how to fish. They will
not rest until they have revolutionized the fishing industry.” Dari Drayton kita belajar bahwa
wirausaha sosial berperan menyelesaikan permasalahan di masyarakat bukan hanya dengan
sosial charity, tapi jauh lebih dari itu. Wirausaha sosial melakukan perubahan besar pada
tatanan yang ada untuk menyelesaikan masalah tersebut.
A. Pernyataan Umum
Bisnis kain perca merupakan salah satu usaha sosial yang memanfaatkan limbah kain
yang tidak terpakai dari industri konveksi. Kain perca merupakan potongan kecil dari sisa
hasil pembuatan produk garmen komersial. Kita bisa mendapatkan kain perca dari sisa-sisa
potongan kain dari penjahit.
1) Usaha mikro kecil kain perca itu didominasi oleh Ibu-Ibu perumahan dan anak
perempuan usia mulai dari tujuh belas tahun.
2) Bisnis sudah di jalankan selama satu tahun dengan memanfaatkan kain perca bekas
sisa potongan Ali menjahit.
3) Pelatihan pelaku usaha mikro kecil difokuskan pada pelatihan motivasi
dan manajemen keuangan usaha dan desain aksesoris.
B. Pelaksanaan Metode
Kegiatan dilakukan dari bulan Januari 2020 sampai sekarang dengan beranggotakan Ibu-
Ibu, perempuan di sekitar rumah Ali saja yang sekarang sudah berjumlah 20 orang. Program
kegiatan ini dilakukan untuk memberdayakan masyarakat melalui kewirausahaan.
Metode yang digunakan dalam kegiatan kewirausahaan sosial ini melalui beberapa tahap :
Pada awalnya kegiatan ini hanya diselenggarakan untuk Ibu-Ibu kompleks sekitar
yangvdaripada membuang waktu untuk berkumpul hanya bergosip, dibukalah peluang untuk
berkmupul melakukan bisnis. Tenaga yang terbuang juga tidak sia-sia karena bisa
menghasilkan karya. Ali sebagai pelopor bisnis kewirausahaan sosial ini awalnya tak
menyangka kalau ternyata minat pada bisnisnya tak hanya disukai oleh Ibu-Ibu melainkan
juga pada perempuan umur belasan tahun ikut bergabung. Sementara itu, pembuatan
aksesoris dari kain perca ini sudah dijual ke luar daerah Lubuk Lintah, sudah terjual ke
daerah Lubuk Buaya, Paraman, hingga Padang kota.
3. Pelatihan pemasaran
Pelatihan ini dilakukam setelah proses produksi stabiol dan produk akan dilakukannya
proses penjualan distribusi kepada para konsumen. Pemasaran dilakukan dengan
pemasaran langsung dengan meletakkan produk di etalase depan toko butik milik Ali
yang berlokasi di Pasar Raya Padang.
5. Pembimbingan usaha
Pembimbingan usaha dilakukan untuk memonitor kualitas dan membantu bila
terdapat kesulitan dalam awal-awal pengenalan bisnis kain perca. Pembimbingan
usaha dilakukan dari pengenalan sampai bisa menciptakan suatu produk yang kreatif
dan berjual nilai tinggi.
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan, jika kita mulai berwirusaha mulailah dengan
keinginan yang kuat dan semangat yang tinggi dalam menjalankannya agar produk yang
dihasilkan bisa bermanfaat dan bisa menghasilkan keuntungan setelah dijual. Penulis
nerharap agar kegiatan wirausaha yang dipelopori Pak Ali bisa berkembang pesat dan
tak menurunkan daya kreatifitas produk aksesorisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2012. Jumlah Unit Usaha Kecil dan Menengah Tahun
2012. Jawa Barat.
Saragih, R. (2017). Membangun Usaha Kreatif, Inovatif dan Bermanfaat Melalui Penerapan
Kewirausahaan Sosial. Jurnal Kewirausahaan.