Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 9, Nomor 3, Mei 2021


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT PADA CALON PENGANTIN YANG BERNIAT


MENIKAH USIA DINI DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020

Niki Ayu Kusumaning Pertiwi1*, Ratih Indraswari2, Besar Tirto Husodo2


1Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
2Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro
*Corresponding author : nikiayu2401@gmail.com

ABSTRACT
One of the factors of the high-risk pregnancy complication is caused by the young age of pregnant
women (<20 years old). Lack of knowledge about complications of high-risk pregnancy caused the high
number of complication pregnancy cases of adolescent girls in Sumowono, Bandungan, Bergas, and
Jambu districts. This research aimed to describe how the practice of healthy pregnancy planning in
adolescent girls who get early married. The method of this research was analytic quantitative with a
cross-sectional design. The populations were 50 women bride-to-be that less than 19 years old who
registered in KUA Sumowono, KUA Bandungan, KUA Bergas, dan KUA Jambu and will marry in August
and September 2020. The samples were 50 women bride-to-be were selected using total population
sampling. This research used univariate and bivariate analysis. The result of univariate analysis showed
that most of the respondents were aged 18 years old, respondent’s education are a senior high school,
respondent’s income is low income, and respondent’s occupation is laborer. The result of the chi-Square
test showed that there is a relation between knowledge (p=0.000), attitude (p-value=0.013), and access
to information (p-value=0.007) with the practice of healthy pregnancy planning. Meanwhile, there is no
relation between family support (p=0.661), health worker support (p=0.490), future husband support
(p=0.793), respondents’s age (p=0.302), respondent’s occupation (p=0.058), respondent’s education
(p=0.963), respondent’s income (p=0.851), father’s education (p=0.011), mother’s education (p=0.960),
father’s occupation (p=0.413), mother’s occupation (p=0.485), father’s income (p=0.902), and mother’s
income (p=0.767).

Keyword: high-risk pregnancy, healthy pregnancy, planning, adolescent girl, early married

PENDAHULUAN
Kasus kematian ibu dan bayi masih perempuan yang berusia 15-17 tahun yang
menjadi masalah yang belum terselesaikan di kehilangan orangtuanya lebih mungkin untuk
Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa segera menikah karena meringankan beban
kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih ekonomi keluarga karena kehilangan aset
jauh dari harapan pemerintah. Menurut Survei ekonomi setelah bencana.2 Dalam rangka
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, mencegah pernikahan dini dan dampaknya
Indonesia memiliki 305 kasus AKI per 100.000 pemerintah telah membuat batasan usia
kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari menikah bagi laki-laki dan perempuan melalui
target SDG’s yang seharusnya dicapai yaitu UU No 19 tahun 2019 yaitu usia 19 tahun.
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun Batasan usia tersebut dimaksudkan karena
2015.1 Hal tersebut salah satunya karena dinilai telah siap secara fisik dan psikologis
tingginya angka pernikahan dini di Indonesia. agar dapat mewujudkan tujuan pernikahan
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional dengan baik.3
(Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada Usia ibu ketika mengalami kehamilan
tahun 2017 bahwa 39,17% anak perempuan akan mempengaruhi status kesehatan ibu
berusia 10-17 tahun menikah yang pertama hamil dan janinnya karena berkaitan dengan
pada usia di bawah 15 tahun, 39,91% menikah kematangan organ reproduksi dan kondisi
pada usia 16 tahun, dan sebanyak 22,92% psikologis ibu hamil yaitu kesiapan dan
menikah pada usia 17 tahun.1 Data dari BPS kemampuan menjalani kehamilan. Komplikasi
tahun 2020 bahwa terlepas dari kejadian risiko yang akan dialami oleh ibu hamil yang
kehamilan tidak diinginkan, pernikahan dini berusia <20 tahun seperti keguguran, kelahiran
masih banyak ditemui karena faktor budaya prematur, persalinan sulit, serotinus, ketuban
dan agama, tingkat ekonomi dan pendidikan pecah dini, anemia, melahirkan bayi BBLR.
keluarga, serta situasi setelah bencana dimana Menurut Baby dalam Grace 2016 menyebutkan

360
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa ibu hamil yang berusia kurang dari 20 KUA Bandungan, KUA Jambu, dan KUA
tahun akan memiliki risiko 5,117 kali lebih besar Bergas yang terjadwal menikah pada bulan Juli
untuk mengalami komplikasi kehamilan apabila sampai September 2020. Penentuaan sampel
dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia menggunakan teknik total population sampling
20-35 tahun.4 yang terdiri dari 19 orang di Kecamatan
Menurut laporan dari Kementerian Sumowono, 13 orang di Kecamatan
Kesehatan bahwa perempuan yang hamil dan Bandungan, 10 orang di Kecamatan Bergas,
melahirkan ketika berusia <20 tahun sebanyak dan 8 orang di Kecamatan Jambu. Instrumen
54,2 per 1000 perempuan.5 Berdasarkan profil pengambilan data menggunakan kuesioner.
kesehatan Kabupaten Semarang jumlah AKI Dalam penelitian ini menggunakan uji univariat
mengalami peningkatan dibanding tahun 2018 dan uji bivariat dengan menggunakan uji
yaitu 51,47% per 100.000 KH menjadi 70,71% korelasi chi-square untuk menguji hubungan
per 100.000 KH dan terdapat 1 kasus kematian variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
ibu hamil <20 tahun.6 Kejadian pernikahan dini terikat dalam penelitian ini yaitu praktik
di Kabupaten Semarang cukup tinggi. perencanaan kehamilan sehat sedangkan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kantor untuk variabel bebas terdiri dari karakteristik
Kemenag Kabupaten Semarang bahwa selama responden (usia, pendidikan terakhir,
tahun 2019 kecamatan dengan pernikahan dini pekerjaan, pendapatan), karakterisitik orangtua
tertinggi yaitu di Kecamatan Sumowono, (pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan),
Kecamatan Bandungan, Kecamatan Jambu, pengetahuan, sikap, akses informasi,
dan Kecamatan Bergas. Data pernikahan dini dukungan keluarga, dukungan petugas
yang diperoleh dari KUA lokasi penelitian tidak kesehatan, dan dukungan calon suami.
termasuk pernikahan dini yang disebabkan
oleh kejadian kehamilan tidak diinginkan HASIL DAN PEMBAHASAN
namun pernikahan dini karena keputusan calon Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
pengantin ataupun orangtua. Keputusan yang Juni-Agustus 2020 di wilayah Kecamatan
berasal dari orangtua sebagian besar karena Sumowono, Kecamatan Bandungan,
mengindari perbuatan zina dan faktor ekonomi Kecamatan Jambu, dan Kecamatan Bergas.
keluarga. Disamping itu keputusan yang 1. Hasil Analisis Univariat
berasal dari dalam diri responden karena tidak Tabel 1. Distribusi Frekuensi Praktik
ingin melanjutkan pendidikan lagi dan merasa Perencanaan Kehamilan Sehat
bahwa sudah bertemu dengan jodohnya Perencanaan F %
sehingga ingin segera menikah. Hal tersebut Kehamilan Sehat
sejalan dengan hasil studi pendahuluan di Baik 29 58
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang dan Kurang 21 42
Puskesmas bahwa di kecamatan tersebut
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
banyak terjadi kasus komplikasi pada ibu hamil
sebanyak 58% responden telah melakukan
<20 tahun seperti keguguran, kelahiran
praktik perencanaan kehamilan sehat. Praktik
prematur, ketuban pecah dini, anemia, KEK,
perencanaan kehamilan sehat adalah upaya
melahirkan bayi BBLR, serotinus, persalinan
untuk mempersiapkan kondisi kehamilan yang
sulit, letak bayi sungsang, pre-eklampsia,
sehat agar terhindar dari komplikasi kehamilan
perdarahan post-partum, dan hiperemesis
risiko tinggi.7,8
gravidarum. Hal tersebut tidak lain karena
kurangnya informasi mengenai bahaya
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pertanyaan
kehamilan pada usia muda. Dalam upaya untuk
Praktik Perencanaan Kehamilan Sehat
mencegah komplikasi kehamilan risiko tinggi
Pertanyaan Jumlah
pada remaja perempuan maka pengetahuan
Ya Tidak
kesehatan reproduksi sangat diperlukan demi
menciptakan kondisi kehamilan yang baik. f % f %
Belum 28 56 22 44
METODE PENELITIAN merencanakan
Penelitian ini merupakan penelitian kehamilan
kuantitatif dengan menggunakan desain studi Niat menunda 18 36 32 64
cross-sectional. Penelitian ini bersifat deskriptif hamil hingga usia
analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 tahun
seluruh calon pengantin perempuan berusia Mengatur jarak 26 52 24 48
<19 tahun yang terdaftar di KUA Sumowono, hamil 2-4 tahun

361
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Ingin memiliki anak 30 60 20 40 dukungan dari keluarga, calon suami, dan


>4 petugas kesehatan. Selain itu orangtua
Konsultasi dengan 23 46 27 54 responden menginginkan anaknya segera
dokter sebelum memiliki anak setelah menikah. Responden
hamil mengaku bahwa keluarga atau teman tidak
Cek kesehatan 34 68 16 32 memberikan banyak informasi terkait
sebelum menikah perencanaan kehamilan sehat.
Suntik TT 27 54 23 46 Dari hasil penelitian hanya sebanyak
Pengukuran LiLA 20 40 30 60 40% responden yang telah melakukan suntik
Pengukuran 20 40 30 60 TT sebelum menikah karena petugas
panggul kesehatan tidak melakukan cek kesehatan
Pengukuran tinggi 18 36 32 64 secara lengkap. Suntik TT dilakukan kepada
badan calon pengantin untuk meningkatkan antibodi
Pengukuran berat 25 50 25 50 seseorang terhadap infeksi tetanus.9 Menurut
badan hasil wawancara dengan responden yang
Personal hygiene 27 54 23 46 berusia 16 tahun, petugas kesehatan tidak
organ reproduksi memberikan suntik TT dengan alasan
responden masih berusia remaja sehingga
Suka konsumsi 44 28 56
makanan instan 22 tidak perlu diberikan suntik TT. Suntik TT tidak
wajib diberikan kepada calon pengantin apabila
Merokok 34 68 16 32
sudah pernah mendapatkan suntik TT long life
Calon suami 5 10 45 90
sementara responden tersebut belum pernah
merokok
mendapatkan suntik TT.9 Sementara itu
Keluarga merokok 38 76 12 24
beberapa responden lainnya menyatakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa mereka melakukan suntik TT sebagai
responden secara garis besar responden telah syarat pendaftaran pernikahan tanpa
memiliki niat perencanaan kehamilan sehat mengetahui manfaat suntik TT. Selain itu
yang baik. Respoden dapat menjawab hanya 36% responden yang berencana
pertanyaan mengenai perencanaan kehamilan menunda kehamilan hingga berusia 20 tahun.
sehat secara umum. Praktik perencanaan Hal tersebut dikarenakan orangtua tidak
kehamilan sehat yang akan dilakukan memberikan saran menunda kehamilan hingga
responden setelah menikah yaitu akan berusia 20 tahun. Informasi mengenai
berkonsultasi kepada petugas kesehatan kehamilan sehat yang dimiliki responden dan
terlebih dahulu untuk merencanakan kehamilan calon suaminya tidak cukup banyak. Hal
sehat Selain itu, mengatur jarak kehamilan 2-4 tersebut sesuai dengan penelitian Mambang
tahun, menunda kehamilan hingga berusia 20 (2014) bahwa faktor yang menyebabkan suami
tahun untuk menghindari komplikasi kehamilan, istri yang menikah muda tidak menunda
merawat dan menjaga kebersihan organ kehamilan karena rendahnya informasi yang
reproduksi juga merupakan praktik dimiliki dan kurangnya interaksi mengenai
perencanaan kehamilan sehat termasuk kehamilan dalam keluarga.10 Hamil pada usia
makan makanan yang bergizi dan rajin yang masih sangat muda akan menyebabkan
berolahraga. Untuk persiapan sebelum berbagai komplikasi kehamilan risiko tinggi.
menikah adalah melakukan cek kesehatan Sementara itu sudah terdapat 60% responden
sebelum menikah seperti suntik anti Tetanus, yang ingin mengatur jarak kehamilan 2-4 tahun.
pengukuran berat badan, tinggi badan, LiLA, Hal tersebut sejalan dengan penelitian Natalia
mengukur panggul serta mengikuti bimbingan (2019) bahwa PUS yang berusia 17-22 tahun
perkawinan. Namun tidak semua calon memiliki niat untuk mengatur jarak kehamilan
pengantin sudah melakukan cek kesehatan demi terciptanya kondisi kehamilan yang
sebelum menikah dikarenakan ketidakpatuhan sehat.11 Disamping itu sebanyak 46% berniat
dari responden atau dari petugas kesehatan untuk memiliki anak lebih dari 4 dikarenakan
yang hanya mengeluarkan bukti cek kesehatan ingin patuh kepada perintah suami yang
tanpa memeriksa calon pengantin sepenuhnya. memiliki keyakinan bahwa anak merupakan
Meski demikian tidak semua amanah dari Tuhan sehingga tidak boleh
responden telah melakukan praktik menolak rezeki dari Tuhan. Hal tersebut
perencanaan kehamilan sehat dengan baik didukung oleh penelitian Wulandari di
karena kurangnya informasi mengenai Yogyakarta bahwa keyakinan agama
perencanaan kehamilan sehat maupun berhubungan dengan keputusan penggunaan

362
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kontrasepsi.12 Sementara itu masih ditemukan rendah. Pendidikan terakhir orangtua


sebanyak 5 responden merokok dimana responden sebagian besar adalah SMP dan
perempuan hamil yang merokok akan SD. Mayoritas orangtua responden bekerja
berdampak buruk bagi kehamilannya.13 Selain pada sektor informal seperti petani dan buruh
itu terdapat 68% responden yang suka dikarenakan lingkungan tempat tinggal yang
mengonsumsi makanan instan seperti mie sebagian besar persawahan dan pabrik.
instan, makanan cepat saji, dan minuman Mayoritas ibu responden sebagai ibu rumah
dengan kadar gula tinggi serta jarang tangga. Sementara untuk penghasilan
mengonsumsi sayur dan buah. Apabila status orangtua sebagian besar adalah kategori
gizi ibu hamil buruk akan menyebabkan ibu rendah.
mengalami KEK, anemia, bayi BBLR, dan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kategori Variabel
sebagainya.14 Variabel f %
Karakterisitik Responden Pengetahuan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Baik 30 60
Responden
Karakterisitik f % Kurang 20 40
Usia Sikap
16 tahun 6 12 Mendukung 27 54
17 tahun 16 32 Tidak mendukung 23 46
18 tahun 28 56 Akses Informasi
Pendidikan Terakhir Baik 30 60
Tidak bersekolah 0 0 Kurang 20 40
SD 6 12 Dukungan Keluarga
SMP 18 36 Mendukung 28 56
SMA 26 52 Tidak Mendukung 22 44
Pekerjaan Dukungan petugas
Kesehatan
Buruh 18 36 Mendukung 33 66
Wiraswasta 11 22 Tidak Mendukung 17 34
Karyawan 16 32 Dukungan Calon Suami
Lainnya 5 10 Mendukung 32 64
Pendapatan Tidak Mendukung 18 36
Rendah (≤UMR Kab. 35 70
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
Semarang)
bahwa sebagian besar responden sudah
Tinggi (>UMR Kab. 15 30
memiliki pengetahuan yang baik terkait
Semarang)
kehamilan risiko tinggi,memiliki sikap dan
Pendapatan ayah
mendapatkan akses informasi yang baik
Rendah (≤UMR Kab. 39 78 mengenai praktik perencanaan kehamilan
Semarang) sehat. Sebagian besar responden telah
Tinggi (>UMR Kab. 11 22 mendapatkan dukungan dari keluarga, petugas
Semarang) kesehatan, dan calon suami untuk
Pendapatan ibu merencanakan kehamilan sehat.
Rendah (≤UMR Kab. 45 90 Berdasarkan hasil penelitian pada
Semarang) variabel pengetahuan bahwa sebanyak 84%
Tinggi (>UMR Kab. 5 10 mengetahui bahwa usia yang aman untuk hamil
Semarang) adalah usia 20-35 tahun, sebanyak 62%
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa responden menjawab benar bahwa hamil pada
rentang usia responden adalah 16-18 tahun usia <20 tahun rentan mengalami keguguran,
dan sebagian besar responden berusia 18 sementara itu 68% menjawab benar bahwa
tahun. Sebagian besar responden menempuh hamil pada usia <20 tahun berisiko melahirkan
pendidikan hingga tamat SMA. Sementara itu bayi BBLR. Kemudian untuk variabel sikap
pekerjaan responden didominasi sebagai didapatkan hasil bahwa sebanyak 80%
buruh sebanyak dan karyawan. Mayoritas menjawab setuju apabila kondisi kehamilan
responden memiliki pendapatan kategori akan lebih sehat apabila menunda kehamilan

363
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

hingga berusia 20 tahun. Sebanyak 64% kesehatan dan internet namun hanya 18%
menjawab tidak setuju bahwa kondisi yang mendapat informasi dari teman dan 34%
kehamilan akan sehat tanpa perencanaan yang mendapatkan informasi dari keluarga.
kehamilan sehat, dan 48% responden setuju Kemudian hanya 18% responden yang
untuk mengikuti saran suami memiliki anak mengaku bahwa keluarga memberikan saran
lebih dari 4. Disamping itu sebanyak 84% telah untuk menunda kehamilan hingga berusia 20
memperoleh informasi mengenai perancanaan tahun. Meski demikian sebanyak 80%
kehamilan sehat. Sebanyak 56% mencari responden mengaku bahwa keluarga
informasi mengenai pengertian kehamilan memberikan saran untuk berkonsultasi kepada
sehat namun hanya 36% yang mencari dokter untuk merencanakan kehamilan.
informasi langkah merencanakan kehamilan Sebanyak 58% mengaku bahwa calon suami
sehat. Sebanyak 60% responden tidak memberikan saran menunda kehamilan
mendapatkan informasi dari petugas hingga usia 20 tahun.
2. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 5. Hasil analisis Chi-Square
Variabel Perencanaan Kehamilan Sehat
Ya Tidak Total p-value

Pengetahuan f % f % F %

Baik 27 87,5 3 12,5 30 100 0,000


Kurang 8 30,8 12 69,2 20 100
Sikap
Mendukung 20 74,1 7 25,9 27 100 0,013
Tidak mendukung 9 39,1 14 60,9 23 100
Akses informasi
Baik 22 73,3 8 26,7 30 100 0,007
Kurang 7 35,0 13 65,0 20 100
Dukungan Keluarga
Mendukung 17 60,7 8 26,7 30 100 0,661
Tidak mendukung 12 54,5 10 45,5 22 100
Dukungan Petugas
Kesehatan
Mendukung 21 87,5 3 12,5 24 100 0,490
Tidak mendukung 8 30,8 18 69,2 26 100
Dukungan calon suami
Mendukung 19 59,4 13 40,6 32 100 0,793
Tidak mendukung 10 55,6 8 44,4 18 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa yang tidak begitu berbeda. Hal tersebut sesuai
karaterisitik responden dan orangtua seperti dengan teori Green bahwa faktor demografi
usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan tidak mempengaruhi perilaku secara langsung.
pendapatan tidak berpengaruh terhadap Namun terdapat hubungan antara pendidikan
praktik perencanaan kehamilan sehat. Rentang terakhir ayah dengan praktik perencanaan
usia responden adalah 16-18 tahun dimana kehamilan sehat. tingkat pendidikan seseorang
perbedaan usia responden tidak terpaut begitu memengaruhi seseorang dalam menerima
jauh sehingga memiliki tingkat kedewasaan informasi dan mengambil keputusan.

364
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Praktik perencanaan kehamilan sehat pada Sebanyak 60% mengaku mendapatkan


perempuan yang menikah dini dipengaruhi oleh informasi kehamilan sehat dari petugas
pengetahuan, sikap, dan akses informasi yang kesehatan ketika ada penyuluhan dari
diperoleh oleh responden. Berdasarkan hasil Puskesmas. Dan melalui internet. Hal tersebut
analisis uji korelasi chi-square bahwa terdapat didukung oleh penelitian Esti di Bandung
hubungan antara pengetahuan dengan praktik (2014) dan Ayun di Kota Semarang (2020)
perencanaan kehamilan sehat. Hal tersebut bahwa pendidikan kesehatan melalui media
sejalan dengan penelitian Nur Khafidhoh sosial efektif dalam meningkatkan
(2018) di Kendal bahwa pengetahuan pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam
mempengaruhi persiapan kehamilan untuk pencegahan kehamilan risiko tinggi.18,19 Namun
mencegah komplikasi kehamilan risiko tinggi.15 40% responden mengaku tidak mendapatkan
Menurut teori Green bahwa pengetahuan akses informasi dari internet karena tempat
merupakan faktor predisposisi yang dapat tinggal yang berada di lereng gunung sehingga
mempengaruhi perilaku seseorang. Semakin menyebabkan susah sinyal.
baik pengetahuan yang dimiliki seseorang Dukungan petugas kesehatan tidak
cenderung untuk melakukan perilaku yang baik berpengaruh terhadap praktik perencanaan
karena mengetahui manfaatnya.8 Meskipun kehamilan sehat. Hal tersebut didukung oleh
sebanyak 60% responden memiliki penelitian Ari Murdiati di Kota Semarang bahwa
pengetahuan yang baik namun hanya 36% 62,2% responden yang tidak melakukan praktik
yang menjawab benar bahwa usia ibu hamil di pencegahan komplikasi kehamilan risiko tinggi
bawah 20 tahun rentan mengalami kontraksi karena kurangnya dukungan dari petugas
uterus yang tidak stabil dan menyebabkan kesehatan.16 Dukungan petugas seharusnya
keguguran. bisa menjadi motivasi untuk mendorong
Kemudian variabel yang mempengaruhi perilaku positif dalam kesehatan. 16 Sebanyak
perencanaan kehamilan sehat adalah sikap. 72% responden mengaku bahwa informasi
Hal tersebut didukung oleh penelitian Yuni mengenai kehamilan risiko tinggi hanya
Astuti di Blora bahwa sikap berhubungan didapatkan ketika cek kesehatan sebelum
dengan penundaan kehamilan pada menikah namun materi yang disampaikan
perempuan yang menikah dini. Hal tersebut kurang lengkap dan terperinci.
sejalan dengan hasil penelitian bahwa Dukungan keluarga tidak memiliki
sebanyak 80% responden setuju apabila hubungan dengan praktik perencanaan
kondisi kehamilan akan lebih sehat apabila kehamilan sehat. Hal tersebut tidak sejalan
hamil ketika berusia di atas 20 tahun.17 Menurut dengan penelitian Mery (2015) bahwa terdapat
Notoatmodjo bahwa sikap merupakan hasil dari hubungan antara dukungan keluarga dengan
tahu dimana termasuk dalam covert behaviour praktik kehamilan sehat pada remaja.16 Hasil
dan sikap merupakan salah satu faktor penelitian ini juga tidak didukung oleh penelitian
predisposisi yang mempengaruhi perilaku Yunita di NTB yang menyatakan terdapat
seseorang.8 Sebanyak 54% responden hubungan antara dukungan keluarga dengan
mengatakan setuju untuk mengatur jarak persiapan kehamilan remaja yang menikah
kehamilan 2-4 tahun serta sebanyak 52% tidak dini.20 Dukungan keluarga menjadi hal yang
setuju apabila suami menghendaki memiliki penting dalam perubahan perilaku seseorang
anak lebih dari 4. Hasil penelitian menunjukkan karena akan menguatkan seseorang untuk
sebanyak 74% setuju akan memeriksakan berperilaku positif dan sebaliknya. Dukungan
kehamilan lebih dari 1 kali sebulan. Responden keluarga seperti memberikan informasi,
yang memiliki sikap positif akan cenderung memberikan bahan bacaan, dan membagikan
melakukan perilaku yang positif dan pengalaman akan membantu dalam
sebaliknya.8 perencanaan kehamilan sehat.21 Meskipun
Selain itu akses informasi berhubungan sebagian besar responden mendapatkan
dengan perencanaan kehamilan sehat. Hal dukungan dari keluarga, namun 62%
tersebut didukung oleh penelitian Juli Oktalia responden mengaku keluarga tidak
(2015) di Jakarta Timur dan penelitian Eka di menyarankan untuk menunda kehamilan. Hal
Gorontalo (2019) bahwa keterpaparan tersebut mungkin saja terjadi karena kurangnya
informasi mempengaruhi persiapan kehamilan pengetahuan dan pengalaman orangtua
sehat.7,10 Menurut teori dari Green dan sehingga apabila anaknya sudah menikah lebih
Snehandu B. Kar bahwa ada atau tidaknya baik untuk segera memiliki anak. 22
informasi kesehatan dan fasilitas kesehatan Pada variabel dukungan calon suami tidak
akan mempengaruhi perilaku seseorang.8 berpengaruh terhadap praktik perencanaan

365
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kehamilan sehat. Hal ini tidak sejalan dengan 4. Putri G, Winarni S, Dharmawan Y.
penelitian Vivi Budiarti yang menyatakan Gambaran Umur Wus Muda Dan
terdapat hubungan antara dukungan suami Faktor Risiko Kehamilan Terhadap
dengan pemahaman untuk mencegah risiko Komplikasi Persalinan Atau Nifas Di
komplikasi kehamilan pada remaja.22 Kecamatan Bandungan Kabupaten
Dukungan suami memegang peranan yang Semarang. Jurnal Kesehatan
sangat penting karena kedepannya akan Masyarakat Universitas
menentukan kesehatan istri sebelum, dan Diponegoro.2017; 5: 150–157.
selama kehamilan serta setelah persalinan. 5. Kementerian Kesehatan Republik
Meskipun sebagian besar responden Indonesia. Laporan Kinerja Kesehatan
mendapatkan dukungan dari calon suami Masyarakat Tahun 2017. 2017; 10.
namun 58% responden mengaku calon suami 6. Dinas Kesehatan Kabupaten
tidak menyarankan untuk menunda kehamilan Semarang. Profil Kesehatan
hingga berusia 20 tahun. Hal ini karena Kabupaten Semarang. 2019.
pendidikan dan pengetahuan calon suami yang 7. Herizasyam J. KESIAPAN IBU
rendah dan berdasarkan hasil penelitian calon MENGHADAPI KEHAMILAN DAN
suami memiliki keyakinan ingin segera FAKTOR- FAKTOR YANG
mendapatkan momongan setelah menikah MEMPENGARUHINYA. jitek [Internet].
tanpa menunda. 30Mar.2016 [cited
30Nov.2020];3(2):147-59. Available
KESIMPULAN from:
Secara umum sebagian besar http://www.ejurnal.poltekkesjakarta3.ac
responden telah melakukan praktik .id/index.php/jitek/article/view/67
perencanaan kehamilan sehat (58%). 8. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan
Responden telah memiliki pengetahuan yang dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
baik mengenai praktik perencanaan kehamilan Rineka Cipta, 2012.
sehat (58%), sikap yang baik (54%), dan akses 9. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk
informasi yang baik (60%). Namun hanya 36% Pelaksanaan Komunikasi Informasi
responden yang memiliki niat untuk menunda Dan Edukasi Kesehatan Reproduksi
kehamilan hingga berusia 20 tahun, 60% Dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
responden berniat mengatur jarak kehamilan, 2015.
dan 46% berniat memiliki anak lebih dari 4. 10. Fitriani E, Joewono HT, Maramis MM.
Umur Istri dan Dukungan Keluarga
SARAN Merupakan Faktor yang Paling
Diharapkan bagi pihak KUA dan Memengaruhi Penundaan Kehamilan
Puskesmas menjalin kemitraan untuk PPada Pernikahan Remaja Usia 14-19
memaksimalkan pemeriksaan kesehatan dan Tahun di 2 Kabupaten Provinsi
program bimbingan perkawinan bagi calon Gorontalo. Jurnal Keperawatan
pengantin secara merata serta memberikan Muhammadiyah.2019
materi kesehatan reproduksi lebih terperinci. 11. Krisprimada NH, Kusumaningrum T.
Kusumaningrum, A.Nastiti. Analisis
DAFTAR PUSTAKA Faktor Niat Pengambilan Keputusan
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Dalam Menentukan Jarak Kehamilan
Indonesia 2018 [Indonesia Health Pada Ibu Primipara Di Puskesmas
Profile 2018], Mulyorejo Surabaya. Nurscope Jurnal
http://www.depkes.go.id/resources/dow Keperawatan Pemikiran Ilmiah. 2019;
nload/pusdatin/profil-kesehatan- 5: 23–31.
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil- 12. Wulandari S. Hubungan Faktor Agama
Kesehatan-Indonesia-2018.pdf (2019). dan Kepercayaan dengan
2. Badan Pusat Statistik. Pencegahan Keikutsertaan KB IUD di Puskesmas
Perkawinan Anak Percepatan yang Mergangsan Kota Yogyakarta.
Tidak Bisa Ditunda. 2020. Prosidings Unimus.2016; 427–431.
3. Mahkamah Konstitusi Republik 13. Astuti S, Susanti AI, Elista R.
Indonesia. Undang-undang (UU) Gambaran Paparan Asap Rokok Pada
tentang Perubahan atas Undang- Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Di Desa Cintamulya Kecamatan
Perkawinan. 2019; 2–6. Jatinangor Kabupaten Sumedang.

366
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 3, Mei 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Jurnal Sistem Kesehatan UNPAD. melalui Layanan Pesan Singkat


2016; 2: 22–27. terhadap Peningkatan Pengetahuan
14. Harti LB, Kusumastuty I, Hariadi I. dan Sikap Ibu Hamil. Indonesian
Hubungan Status Gzi dan Pola Makan Journal of Education And Midwifery
terhadap Penambahan Berat Badan Care Padjadjaran University. 2014; 1.
Ibu Hamil. Indonesian Journal of 19. Sriatmi A, Suwitri S, Shaluhiyah Z, et
Human Nutrition. 2016; 3: 54–62. al. Dapatkah Kelas Ibu Hamil Model
15. Khafidhoh N, Widjanarko B. Analisis Virtual Meningkatkan Praktik
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan ?
Praktik Perawatan Kehamilan Usia Dini Media Penelitan dan Pengembangan
Di Pantai Utara Kabupaten Kendal. Kesehatan. 2020; 30: 1–14.
Jurnal Kebidanan. 2018; 7: 50. 20. Marliana Y, Garna H, Nugraha GI.
16. Murdiati A, Jati S. Analisis Faktor- Hubungan Pendidikan, Sumber
Faktor Yang Berhubungan Dengan Informasi Metode Kontrasepsi, dan
Perilaku Ibu Hamil Dalam Dukungan Keluarga dengan
Merencanakan Persalinan Untuk Penggunaan Metode Kontrasepsi
Pencegahan Komplikasi Di Wilayah Pasangan Usia Subur Berusia <20
Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Tahun. e-journal Poltekkes Mataram.
Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan 2015; 1–11.
Indonesia [Online]. 2017 21. Astuti AB, Santosa SW, Utami MS.
Jan;12(1):115-133. Hubungan Antara Dukungan Keluarga
17. Haryani R. Hubungan Pengetahuan, dengan Penyesuain Diri Perempuan
Sikap, dan Dukungan Keluarga pada Kehamilan Pertama. Jurnal
Terhadap Perilaku Terjadinya Resiko Psikoogil UGM. 2015; 84–95.
Kehamilan Usia Dini. Jurnal Ilmu 22. Kurniasari L. Hubungan Motivasi dan
Kesehatan Masyarakat. 2017; 5: 42– Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan
51. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan
18. Hitatami E, Lestari B, Susanto H, et al. di Puskesmas Rawasari Tahun 2016.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Scientia Jurnal.2016; 5: 193–199.
tentang Kehamilan Risiko Tinggi

367

Anda mungkin juga menyukai