OLEH
ALAMAT:
SAPTAMARGA, KEC.BAJENG, KAB GOWA
ASAL SEKOLAH:
SMA NEGERI 2 GOWA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas karunia –
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal pengembangan bawang merah
berbasis teknologi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pasca covid.
Harapan kami dengan proposal ini dapat memberikan pedoman dan gambaran
tentang proses budidaya bawang merah di Kabupaten Gowa sehingga dapat
meningkatkan pendapat masyarakat pasca covid-19 , khususnya tanaman bawang
merah, dengan runtut dari proses awal kegiatan, hingga akhir. Kami juga sangat
berharap kiranya dengan proposal ini yang menjadi persyaratan untuk masuk ke
Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa (STTP-Gowa) dapat diterima dengan
baik sehingga kedepannya kami dapat mengembangkan kemampuan dan skill serta
tanggung jawab penuh untuk kemajuan bangsa Indonesia, Harapan saya kepada:
1. Bapak Dr. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.H selaku Menteri Pertanian
Republik Indonesia
2. Bapak Dr. Ir. Syaifuddin, MP selaku Direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian Gowa
3. Seluruh civitas akademika Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa
4. Segenap panitia penerimaan mahasiswa/i baru Politeknik Pembangunan
Pertanian Gowa
Dengan selesainya proposal ini kami sekiranya sangat mengharapkan kepada
Bapak Menteri, Bapak Direktur Polbangtan Gowa dan seluruh panitia agar
dapat menerima proposal ini dengan baik sehingga saya betul-betul dapat
melanjutkan Pendidikan saya di Polbangtan Gowa, sehingga kedepan terwujud cita-
cita saya sebagai penyuluh yang professional dan memiliki kemampuan untuk
menjalankan amanah yang diemban. Penyusun mengakui masih banyak kekurangan
dalam proposal ini karena keterbatasan ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Semoga
dengan dengan diterimanya nanti di POLBANGTANG GOWA banyak belajar
sehingga kedepannya dapat memberikan manfaat kepada penyusun khususnya dan
kepada setiap pembaca umumnya.
Gowa, 22 Juni 2022
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang. .............................................................................................1
B. Tujuan ........................................................................................................... 3
C. Potensi pasar .................................................................................................3
D. Fasilitas......................................................................................................... 3
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) menurut sejarah awalnya tanaman ini
memiliki hubungan erat dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu merupakan salah
satu bentuk tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam
populasi bawang bombay (Permadi 1995). Penyebaran alami tanaman bawang merah
berkembang dari daerah asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan, Afganistan dan Iran (Jones
dan Mann 1963). Tanaman tersebut menyebar di dunia, mulai dari Eropa sampai sekarang
ditemukan di daerah ekuator sampai jauh ke Utara dan Selatan pusat polar. Di daerah
tropik, bawang merah dominan dibudidayakan di dataran rendah pada 10° Lintang Utara
dan 10° Lintang Selatan.
Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan petani mulai di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Sistem budidayanya merupakan perkembangan dari cara-cara
tradisional yang bersifat subsisten ke cara budidaya intensif dan berorientasi pasar.
Produksi bawang merah sampai saat ini memang belum optimal dan masih tercermin dalam
keragaman cara budidaya yang bercirikan spesifik agroekosistem tempat bawang merah
diusahakan.
Bawang merah pada dasarnya hanya terjadi di daerah sentra produksi yang telah
maju seperti di daerah Brebes Jawa Tengah dengan rataan produktivitas telah
mencapai 9,2 ton/ha dibandingkan dengan rataan nasional 7,67 t/ha bawang merah
(BPS 2019). Oleh karena itulah perlu budidaya tanaman bawang.
Saat ini, masyarakat banyak menghadapi kegelisahan dengan adanya wabah covid-19.
Utamanya pada prekonomian untuk kehidupan mereka. Untuk meningkatkan pemulihan
ekonomi, masyarakat harus mulai beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru
atau disebut dengan ‘new normal life’, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Ketua
Tim Pakar Gugus Percepatan Penanganan Covid-19, Bapak Wiku Adisasmito. New
normal adalah perubahan perilaku untuk tetap melakukan aktivitas normal dengan
ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-
19. Dengan diberlakukannya new normal, kita mulai melakukan aktifitas di luar rumah
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah diatur oleh pemerintah, yaitu
4
memakai masker bila keluar dari rumah, sering mencuci tangan dengan sabun, dan tetap
menjaga jarak serta menghindari kerumunan orang untuk mencegah penularan virus
corona.
Wabah virus corona atau Covid-19 yang menjangkiti berbagai daerah di Indonesia telah
berdampak terhadap melemahnya sendi-sendi ekonomi di sektor riil tidak terkecuali di
bisnis pertanian. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah
harus melakukan gebrakan serius untuk menyelamatkan prekonomian masyarakat,
dengan hadirnya proposal ini bisa menambah ekonomi masyarakat yang terdampak
covid-19.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman bawang merah.
2. Untuk menunjang pengetahuan dalam budidaya tanaman sayuran umbi pada
khusunya.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala/permasalahan dalam teknik budidaya dan
penyelesaiannya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi
Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia tengah, yakni sekitar
Banglades, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh
masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir kuno sudah banyak orang
menggunakan bawang merah untuk pengobatan.
Masyarakat Indonesia mengenal bawang sebagai salah satu bahan yang tidak dapat
dipisahkan dari masakan makanan sehari-hari, selalu menggunakan bumbu bawang
merah atau bawang putih. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat Indonesia
mengenal bawang merah ini.
Menurut Spur Way ( 1941) tanaman bawang merah akan tumbuh baik pada tanah
dengan pH optimum 5,8-7,0 tetapi bawang merah masih toleran terhadap tanah dengan
pH 5,5.
b. Iklim
6
Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi yakni pada
ketinggian antara 0-900 m diatas permukaan laut. Tanaman bawang merah sangat bagus
dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila ditanam
didaerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m diatas permukaan laut.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah adalah antara 300-2500
mm per tahun, dengan intensitas cahaya matahari penuh lebih dari 14 jam sehari Bawang
merah sangat cocok ditanam di daerah yang suhu udaranya hangat-hangat panas, kering
dan cerah. Suhu udara yang ideal untuk tanaman bawang merah antara 25 0-300 C. dan
kelembaban udara (nisbi) yang dikehendaki bawang merah antara 80%-90%.
Angin merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
bawang merah. System perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka
angina kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan
kerusakan tanaman, terutana tanaman seringkali roboh.
Mula-mula tanah dibajak sedalam 20-30 cm dengan traktor atau bajak tradisional,
setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 5-7 hari agar bongkahan-bongkahan akibat
pembajakan, mendapat cukup angina dan sinar matahari secara langsung sehingga
berbagai macam pathogen tanah mati. Selain itu zat-zat racun yang berada di dalam
tanah menguap atau teroksidasi, sehingga tidak membahayakan tanaman yang
hendak dibudidayakan. Pengolahan selanjutnya, tanah diratakan sekaligus
bongkahan-bongkahan dihancurkan dengan cangkul, lalu dibiarkan selama 7 hari agar tanah
menjadi kering. Setelah itu, dicangkul lagi agar diperoleh struktur yang gembur.
b) Pembuatan bedengan
Ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam membuat bedengan, yaitu ukuran
dan arah bedengan.
1) Ukuran bedengan
Bedengan sebagai tempat penanaman, sebaiknya dibuat dengan lebar 80-100 cm.
panjang bedengan disesuaikan dengan lahan setempat, sedang tingginya dibuat sekitar
30-50 cm, dengan kedalaman 20-30 cm.
2) Arah bedengan
7
Arah bedengan berpengaruh terhadap penyebaran sinar matahari keseluruh tanaman.
Agar seluruh tanaman memperoleh sinar matahari secara merata, maka bedengan dibuat
membujur arah Timur-Barat.
c) Pupuk kandang
Bedengan yang telah bersih dari rumput diberi pupuk kandang sebanyak 15-20 ton per
hektar yang ditaburkan dipermukaan bedengan secara merata. Setiap 1m2 lahan
memerlukan pupuk kandang sebanyak 1,5-2 kg.
d) Sleksi bibit
Sleksi bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan panen. Bibit
bawang merah yang belum cukup umur, kecil, dan keriput akan menyebabkan tanaman
tumbuh lambat, lemah, dan hasil umbinya kecil-kecil. Untuk mendapatkan bibit yang
berkualitas, pemilihan bibit harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. cukup umur tanam (>65 hari)
2. cukup umur simpan (30-60 hari)
3. umbi padat
4. tidak luka dan warnanya berkilau
5. untuk ukuran umbi sedang (diameter umbi 1,5-1,8 cm)
e) perlakuan bibit
sehari bsebelum tanam, umbi bibit dipotong sepertiga bagian dari ujungnya dengan hati-
hati, kemudian dimasukan kedalam larutan atonik yang telah diencerkan sesuai dosis
yang dianjurkan selama 5-10 menit, dan ditiriskan ditempat yang kering(dikering-
anginkan), atau benih direndam dengan air hangat suam-suam kuku selama 30 menit
bisa juga dalam larutan fungisida proparmokab hidroklorida (1 ml/l selama 5 menit lalu
dititriskan media semai disemprot dengan larutan fungisida proparmokab hidroklorida
dengan dosis sama
f) Penanaman
Satu hari sebelum tanam, bedengan dibasahi. Setelah agak kering, buatlah guritan-
guritan sejajar dengan lebar bedengan sedalam 2-3 cm. setelah itu bibit dibenamkan
dalam guritan dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit ke bawah, kemudian ditutup
dengan tanah tipis-tipis. Jarak tanam sangat bervariasi antara 15x20 cm atau 20x20 cm.
1-2 hari sebelum ditanam benih bawang merah ditaburi fungisida untuk mencegah
penyakit layu fusarium. setiap 100 kg benih bawang merah ditaburi dengan 100 g
fungisida
g) Pemeliharaan tanaman
1. Pengairan
8
Pengairan yang kontiniu dalam pemeliharaan tanman bawang merah sangat penting.
Pengairan dilakukan secara rutin sekali atau dua kali dalam sehari, bergantung opada
keadaan tanah atau musim. Air merupakan kebutuhan utama bagi tanaman bawang
merah. Tanaman bawang merah memerlukan air dalam jumlah banyak tetapi tidak boleh
tergenang. Penyiraman pada bawang merah diantaranya :
a. 0-5 hst, 2x per hari (pagi dan sore hari)
b. 6-25 hst, 1x per hari (pagi hari)
c. 25-50 hst, 2x per hari (pagi dan sore hari
d. >50 hari, 1x per hari (siang hari)
2. Penyiangan
Gulma yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah dilahan pertanaman perlu
diberantas. Selain menjadi sarang hama dan penyakit, juga merupakan pesaing dalam
kebutuhan unsur hara dan air. Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma, yaitu
secara mekanis (manual), kimiawi, dan biologis.
➢ Pemberantasan gulma secara mekanis (manual) adalah pemberantasan dengan
menggunakan alat dan tenaga secara langsung. alat yang digunakan antara lain
sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara
penyiangan bersih pada daerah sekitar tanaman.
➢ Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida.
Keuntungan cara ini adalah dapat menghemat tenaga. Namun, cara ini dapat juga
mengganggu organisme lain dan kelestarian alam.
➢ Pemberantasan gulma secara biologi adalah dengan menggunakan tumbuh-
tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh
buruk dari gulma.
Bersamaan dengan penyiangan sekaligus diadakan penggemburan tanah disekeliling
tajuk tanaman secara hati-hati agar tidak sampai merusak umbinya. Penyiangan dapat
dilakukan setiap waktu, bergantung pada keadaan pertumbuhan gulma. tapi untuk
menghemat Tenaga dan waktu sebaiknya penyiangan dilakukan persis sebelum waktu
pemupukan dilakukan.
3. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang
pertumbuhanya tidak normal. Penyulaman biasanya dilakukan 1 minggu setelah tanam
karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumuhanya tidak
normal. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan atau
dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang digunakan
untuk pengulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang tidak disulam,
sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.
9
4. Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah
ketersediaan unsur hara didalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya
sesuai dengan kebutuhan tanamn itu sendiri.
· Cara pemupukan
Pemupukan dilakukan dalam dua tahap yaitu sebelum penanaman sebagai pupuk dasar
dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Untuk pupuk dasarnya, biasanya
digunakan pupuk kandang atau kompos yang sudah jadi. saat menelang tanaman mulai
dalam proses pembentukan umbi diberi pupuk buatan, misalntya pupuk urea dan Za
pupuk TSP, dan KCL. Pupuk susulan tersebut diberikan dengan cara menaburkanya
diantara barisan tanaman kira-kira 5-10 cm dari tanaman. dapat juga dibenamkan dalam
alur yang dibuat diantara barisan tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari tanaman.
10
bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih pada ujung
dan pinggir daun terlihat bervariatif.
Cara pengendaliannya : penyemprotan dengan pestisida.
· Kutu pucuk
Gejala : pucuk tanaman yang terserang mati, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Cara pengendalian : penyemprotan dengan polidol dan dieldrin.
· Penyakit layu
Gejala : tanaman kelihatan layu, pertumbuhannya tidak sempurna, biasanya tanaman
tumbuh kerdil dan hidupnya merana.
Cara pengendalian : tanaman diusahakan agar jangan sampai terjadi luka, benih
tanaman didesinveksi dengan air panas bersuhu 55 0C selama 10-17 menit dan tanaman
yang terserang dicabut kemudian dibakar.
· Penyakit akar
Gejala : adanya tanaman yang terserang layu kemudian mati.
Cara pengendalian : dicabut dan dimusnahkan dengan membakarnya.
11
· Penyakit bakteri (Xanthomonas Solanacearum)
Gejala : bila tanaman dicabut kemudian batangnya dipijar, akan keluar cairan seperti
susu, tanaman seluruhnya layu seperti tersiram air panas.
Cara pengendalian : tanaman yang sakit segera dicabut dan dimusnahkan.
b. Pasca panen
Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari
pengumpulan hasil panen samapai pada tahap siap untuk dipasarkan atau disimpan.
1. Pengeringan
Bawang merah yang sudah dibersihkan dan dikelompokan dalam ikatan-ikatan
selanjutnya diangkut ke gudang dan digantung pada para-para. Salah satu cara yang
paling mudah untuk mengeringkan bawang merah adalah dengan menjemurnya di
bawah terik matahari. Setelah bawang merah kering biasanya dilakukan penyortiran atau
seleksi untuk memisahkan umbi bawang merah yang bagus atau cacat.
2. Penyimpanan bawang merah
Bawang merah yang belum dikeringkan hanya dapat disimpan sekitar 1 minggu saja.
Bawang merah biasanya disimpan dengan menggantungkan bawang dalam ikatan pada
para-para di gudang kering dalam jumlah kecil penyimpanan dengan cara tersebut dapat
memperpanjang daya tahan bawang merah sampai 6 bulan tanpa mengalami serangan
penyakit umbi. Untuk menyinmpan bawang merah dalam jumlah yang banyak dan dalam
waktu lama di butuhkan ruang yang luas.
12
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
13
3.2.2. Bahan
Ø Bibit bawang merah varietas filipina
Ø Pupuk kandang
Ø Urea
Ø SP36
Ø KCL
Ø Pestisida (Fungisida, Insektisida, dan Furadan)
Ø Air
3.3.5. Penanaman
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm.
Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-
siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong
ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan
irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
14
3.3.6. Pemeliharaan
1. Penyiraman dapat menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara
menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan
secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
2. Pemupukan : Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis 10 ton/ha,
pupuk buatan dengan dosis urea 100 kg/Ha, ZA 200 kg/Ha, TSP/SP-36 250 kg/ha. KCI
150 kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah)
3. Penyulaman, dilakukan apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati. Biasanya
dilakukan paling lambat 2 minggu setelah tanam.
4. Pembumbunan dan penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 21
hari.
5. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada serangan hama dan penyakit. Hama
yang menyerah tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu
daun dan Nematoda Akar.
3.3.7. Panen
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 HST, ditandai daun mulai
menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak ada umbi
yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu) hektar pertanaman bawang merah yang
diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10-15 ton.
15
3.3.8. Pasca Panen
1. Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dihamparkan merata diatas tikar atau
digantung diatas para-para. Dalam keadaan cukup panas biasanya memakan waktu 4-7
hari. Bawang merah yang sudah agak kering diikat dalam bentuk ikatan.Proses
pengeringan dihentikan apabila umbi telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak
keras dan bila terkena sentuhan terdengar gemerisik.
2. Sortasi dilakukan setalh proses pengeringan
3. Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan
kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus bersih, aerasi cukup baik,
dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.
16
3.4. Jadwal Pelaksanaan
B. Penanaman
1. Penanaman √
2. Penyulaman √
C. Pemupukan Susulan
1.
Pemupukan
Urea+SP- √ √
36+KCl
D. Penyiraman
1. Penyiraman (air
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
hujan)
E. Pemeliharaan
1. Pengendalian
hama penyakit √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Penyemprotan)
2. Pewiwilan √
3. Penyiangan √ √ √
4. Pembumbunan √ √
F. Pemanenan
17
1. Panen dan
Pasca Panen
G. Pelaporan
1. PBL (Problem √ √ √ √ √
Based Learning)
dengan
persentasi
perkelompok
2. Penilaian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18
DAFTAR PUSTAKA
Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widya : Bandung.
Jones, H.A. and L.K. Mann. 1963. Allium cepa L. cv. Group Ageratum In Plant Resources of South East Asia. 8.
Vegetables. Prosca. P. : 64-48.
Permadi, A.H. 1995. Pemuliaan Bawang Merah. Dalam Teknologi produksi bawang merah. Pusat penelitian dan
pengembangan hortikultura. Badan Litbang Pertanian.
Sartono Putrasamedja dan Suwandi. 1996. Bawang Merah Di Indonesia. Bandung: balai penelitian
tanaman sayuran
Samadi, Budi dan Bambang Cahyono.1996. Intensivikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisus:
Yogyakarta
19
LAMPIRAN 1
ANALISI USAHA
Nama Barang Harga Jumlah
A.Sarana Produksi
Pestisida
Fungisida Antracol 250 gr @ Rp. 30.000/gr Rp. 30.000,-
Insektisida decis 100 ml @Rp.17.000/ml Rp. 17.000,-
20