BAB I PENDAHULUAN
Di Era society 5.0 menuntut masyarakat dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan
permasalahan sosial yang semakin komplek dan komprehensif sehingga pendidikan menjadi
pusat peran perubahan bersama masyarakat untuk mencipatakan komunitas pembelajaran dan
pendorong pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber belajar dalam platpon
teknologi dan informasi serta perkembangan kurikulum secara global dengan
memanfaatkan inovasi digital .
Memahami permasalahan tersebut maka Kebijakan Pendidikan menjadi pijakan dalam memberikan
kejelasan dan arah yang harus ditempuh serta dilakaksanakan bagi penyelenggara pendidikan,
Kebijakan Pendidikan juga menjadi payung hukum bagi seluruh penyelenggara pendidikan dalam
rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini agar para mahasiswa mahasiswi dapat memahami dan
mengetahui apa fungsi dan karakteristik di dalam kebijakan Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menentukan masalah kebijakan pendidikan oleh analis pendidikan perlu kehati-hatian, mengingan
pemahaman sehari-hari dan akal sehat kurang dapat diandalkan untuk menjadi panduan berkaitan
dengan masalah yang kompleks dalam urusan pendidikan. Ada beberapa ciri masalah dalam analisis
kebijakan pendidikan; 1) saling ketergantungan masalah-masalah kebijakan pendidikan/inter
- dependence of policy problems of education, 2) subyektivitas masalah- masalah kebijakan
pendidikan/ Subjectivity of policy problems of education, 3) sifat buatan masalah
kebijakan/artificiality of policy problems of education, 4) dinamika masalah-masalah kebijakan
pendidikan/dynamics of policy
problems of education.
Sistem masalah pendidikan merupakan sistem yang bertujuan menginventaris karakteristik
utama dari sistem itu tidak sama dengan penjumlahan dari bagian-bagian sub sistem,
adapun karakteristik dari sistem masalah pendidikan adalah 1) tidak ada masalah pendidikan
yang identik dalam ciri dan perilakunya, 2) ciri dan perilaku masing-masing masalah
pendidikan akan berpengaruh pada sistem secara keseluruhan,
3) pengaruhnya pada keseluruhan sistem tidak tergantung
juga pada satu anggota atau sub sistem yang lain, 4) seluruh
sub kelompok yang mungkin dari anggota sistem mempunyai efek tidak bebas atas sistem
keseluruhan. Untuk itu perlu disadari oleh para analis kebijakan pendidikan, kemungkinan
terjadinya akibat-akibat yang tidak dapat diperkirakan dari suatu analisis kebijakan pendidikan
mengingat bisa terjadi pemecahan masalah yang benar tapi terhadap masalah yang salah.
Apabila masalah kebijakan bersifat kompleks, maka akan timbul perbedaan. Pandangan atas
masalah ketidaksetujuan atas tindakan yang dilakukan.
Dalam diskusi yang bertema Teknik Perumusan Masalah Kebijakan oleh Agus Heruanto Hadna
selalu kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Kamis 8 Oktober
2015 menyatakan bahwa pengelompokkan masalah kebijakan ke dalam tiga komponen,
yakni masalah yang sederhana (well structured), masalah yang agak sederhana (moderately
structured), dan masalah yang rumit (ill structured).
Pengelompokkan ini tergantung pada tingkat kerumitan dan kompleksitas, sejauh mana suatu
masalah berkaitan satu sama lain. Kebanyakan masalah dalam analisis kebijakan merupakan
masalah yang luas, pelik, menjadi perhatian public dan melibatkan banyak pihak.
Adapun masalah yang terstruktur dengan baik (well- structured problem) di bidang pendidikan
yaitu masalah yang melibatkan satu atau beberapa orang pembuat keputusan di lingkungan
pendidikan dengan sedikit alternatif kebijakan. Begitu Masalah yang terstruktur secara
moderat (Moderately structured problem) di lembaga pendidikan, yaitu masalah
yang melibatkan beberapa pembuat keputusan pendidikan seta
sejumlah alternative yang relatif terbatas. Termasuk masalah yang terstruktur secara rumit (Ill
structured problem) di bidang pendidikan, yaitu masalah yang melibatkan banyak pembuat
keputusan pendidikan yang berbeda, terdapat konflik diantara tujuan, serta alternatif dan
hasilnya tidak bisa/sulit untuk diketahui. Dalam kenyataannya banyak masalah-masalah
kebijakan yang penting terstruktur secara rumit, sementara masalah mudah dan sedang,
jarang terdapat dalam setting pemerintahan yang kompleks. Perbedaan ketiga jenis masalah,
bisa dilihat dalam tabel 2.1 berikut.
Structure of Problem
Moderately
Element Well Structured Ill Structured
Decision maker One or few One or few Many
Alternatives Limited Limited Unlimited
Utilities (values) Consensus Consensus Conflict
Outcomes Certainty of risk Uncertainty Unknown
Probabilities Calculable Incalculable Incalculable
Sumber diadaptasi dari William N. Dunn, Public Policy Analysis:An Introduction (New Jersey: Pearson
Dalam memecahkan masalah mudah dan sedang (well and moderately structured) para
analis dapat menggunakan metode konvensional, sementara itu untuk masalah-masalah yang
rumit (ill-Structured), para analisis dituntut untuk perlu aktif dalam mendefinisikan Hakikat
masalah, serta bersifat
kreatif dalam memutuskan serta pandangan jauh ke depan, ini berarti bahwa dalam analisis
kebijakan perhatian yang tepat tercurah pada masalah penyusunan dan pendefinisian masalah
(problem structuring) serta pemecahan masalah, oleh karena itu
pemecahan masalah hanyalah satu bagian dalam kegiatan analisis
kebijakan.
Menstr u ktu rkan m asalah, dip e rlu kan kreativi tas seorang analis kebijakan, dan
keberhasilan dalam hal ini akan mendorong keberhasilan dalam memecahkan masalah.
Penstrukturan masalah bersifat kreatif apabila terdapat salah satu kondisi berikut ini, yaitu: 1)
hasil analisis punya sifat kebaruan, sehingga orang tidak akan dapat menghasilkan solusi
yang sama, 2) analisisnya tidak konvensional, yakni bersifat modifikasi atau penolakan pada ide-
ide sebelumnya, 3) proses analisis memerlukan keteguhan dan motivasi tinggi, sehingga
analisnya terjadi dalam intensitas tinggi serta waktu yang lama,
3) hasil analisis dipandang berharga oleh pembuat kebijakan, dan stakeholder lainnya, karena
menghasilkan solusi yang tepat atas masalah yang dihadapi, 4) masalah yang dihadapi
begitu kabur dan rumit, sehingga tugas pertamanya adalah merumuskan masalah itu sendiri.
(FORMULASI KEBIJAKAN)
Meta Problem
Tumpukan masalah
yang belum
terstruktur
Pendefinisian
dari meta
problem, yakni
Merupaka memilih/mengelo
SITUASI MASALA
n isu m- pokkan
MASALA H
publik H SUBSTA
masalah:
N SI Ekonomi
Sosial Budaya
Politik 4 Lain-lain
MASALA
H
FORMAL
Pengendalian Spesifikasi
Masalah substantifMasalah
Prasyarat dari penstrukturan masalah pendidikan adalah kesadaran akan adanya suatu
situasi dalam proses pendidikan nasional. Terhadap situasi ini analis melakukan
pencarian masalah, dimana tujuannya bukan menemukan masalah tunggal melainkan
sejumlah masalah yang merepresentasikan sejumlah stakeholder pendidikan. Karena
masalah pendidikan tersebut bersifat dinamis, tersusun secara sosial, maka analis
kebijakan pendidikan akan menghadapi dan berhadapan dengan masalah dari masalah
lainnya (metaproblem) yang rumit mengingat banyaknya stakeholder pendidikan yang
terlibat. Oleh karena itu tugas utamanya adalah menstrukturkan metaproblem lintas sektor.
Dari situasi demikian, kemudian analis perlu mencari masalah substantifnya
dengan mencoba mendefinisikan
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William N., (2004) Public Policy Analysis:An Introduction
New Jersey: Pearson Prentice Hall,
Dunn, William. N., (2015). Public policy analysis. Routledge; 711 Third Avenue, New York
USA.
Dwicaksono, A., & Setiawan, D (2013).. Monitoring Kebijakan dan Anggaran Komitmen
Pemerintah Indonesia dalam Kesehatan Ibu. Bandung: Inisiatif.