Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN & RESUME

PADA Tn. Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM TYPE II DI KLINIK DALAM RSUD


KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Individu Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Yang Di Ampu Oleh Zaqqi Ubaidillah, M.Kep., Sp.Kep.MB

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

Nama : Citra Rosa Arisandy


NIM : 202120461011161

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN & RESUME PADA Tn. Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM


TYPE II DI KLINIK DALAM RSUD KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN
MALANG
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Individu Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Yang Di Ampu Oleh Zaqqi Ubaidillah, M.Kep., Sp.Kep.MB

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK 2

NAMA: Citra Rosa Arisandy


NIM: 202120461011161
TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 30 Mei – 3 Juni 2022 / MINGGU X

Malang, 12 Mei 2022

Pembimbing klinik Pembimbing,

(Denok P Sulistya, S.Kep., Ns) (Zaqqi Ubaidillah, M.Kep., Sp.Kep.MB)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 4
1.1 Pengertian Diabetes Mellitus ................................................................................................................ 4
1.2 Anatomi Fisiologi Pankreas .................................................................................................................. 4
1.3 Etiologi ......................................................................................................................................................... 5
1.4 Klasifikasi ................................................................................................................................................... 6
1.5 Patofisiologi & Pathway ......................................................................................................................... 7
1.6 Tanda dan Gejala ................................................................................................................................... 10
1.7 Penatalaksanaan ..................................................................................................................................... 10
1.8 Komplikasi ............................................................................................................................................... 10
1.9 Konsep Keperawatan ............................................................................................................................ 10
BAB II .................................................................................................................................................................... 16
ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Diabetes Mellitus


a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Zhu et al., 2019).
b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan
mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin
yang tidak adekuat (Wahyu et al., 2017).
c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (Bhatt et al., 2016).
d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan
prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (Wahyu et al., 2017).

1.2 Anatomi Fisiologi Pankreas


Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya
dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin
dan glikogen ke darah (Yu et al., 2020).
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical
dalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan
vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu (Yu et al., 2020) :
a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin
dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang
satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin,
sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu (Yu et al., 2020) :
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas
berisi enzim dan elektrolit.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans
yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan
tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam
kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut.

Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah (Yu et al., 2020) :


a. Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan
polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
4
b. Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
c. Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol
gliserin.

Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glucagon (Yu et al., 2020).
1. Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri
dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi
insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting.
Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90
mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :


a. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glikogen.
b. Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c. Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang
lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a. Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b. Mengurangi konsentrasi gula darah
c. Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2. Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting
adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein
kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino (Yu et al.,
2020).
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a. Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b. Peningkatan glukosa (glukogenesis)
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang
jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan
glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml
darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia
(Yu et al., 2020).

1.3 Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-
studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu
sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang
mendasarinya (Kirana et al., 2019).
Menurut banyak ahli (Kirana et al., 2019) beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu:
1. Dibetes melitus tipe I

5
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang merupakan
kombinasi dari beberapa faktor:
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi
kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe antigen HLA
(Human Leucolyte Antoge) teertentu pada individu tertentu
b. Faktor imunologi
Pada diabetas tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah
pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah
sebagai jeringan abnormal
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal yang dapat
memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin dan juga terspat beberap
faktor resiko tertentu yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetes tipe II yaitu:
- Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
- Obesitas
- Riwayat keluarga
- Kelopok etnik tertentu
- Faktor non genetik
Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
- Nutrisi
Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
Malnutrisi protein
Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
- Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
- Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali
karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi
glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin
meningkat

1.4 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari (Wahyu et al., 2017) di bagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu
dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian
insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu
dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
- Non obesitas
- Obesitas

6
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya
resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40
tahun) atau anak dengan obesitas.
c. Diabetes Mellitus type lain
- Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
- Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furosemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
d. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak
dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat
untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

1.5 Patofisiologi & Pathway


Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel
tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler
yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah
dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam
aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1
Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter (Lestari et al., 2016).

7
Genetik, penyakit yang menyerang prankreas Obesitas, usia, genetik

DM tipe I DM tipe II

sel pancreas hancur/rusak System kerja prankreas


menurun
Difisiensi insulin

anabolisme protein metabolisme Liposis Penurunan dan


Aterosklerosis
menurun protein menurun meningkat peningkatan glukosa

Kerusakan pada Merangsang Gliserol asam Ketidakseimbangan glukosa dalam


antibody hipotalamus lemak meningkat darah

Kekebalan tubuh Perut lapar Glycosuria


Aterosklerosis Ketogenesis Viskositas
menurun dan haus
darah
Osmotic meningkat
diuresis
Resiko Neuropati Polidipsi & Ketonuria
infeksi sensori polifagi
perifer Polyuria
Aliran darah
Deficit nutrisi Ketoasidosis melambat 8
Klien merasa tidak Dehidrasi
sakit saat luka
Nyeri abdomen, mual
Gangrene muntah, Hypovolemia Iskemik
hiperventilasi, nafas jaringan
bau keton, koma
Mikro vakular
Makro vakular

Retina
Ketidakefektifan
diabetic
Jantung Serebral perfusi jaringan
perifer
Gangguan
Miokar persepsi sensori
Penyumabatan Nekrosis
d infark pada otak
Resiko jatuh
Gangrene
Nyeri
Stroke
akut

Gangguan integritas jaringan

9
1.6 Tanda dan Gejala
Gejala yang lazim terjadi menurut (Decroli, 2019) pada Diabetes Mellitus sebagai berikut:
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan
glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan
zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

1.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu
klien mengatasi kondisi ini (Decroli, 2019).

1.8 Komplikasi
a. Akut
1) Hypoglikemia
2) Ketoasidosis
3) Diabetik
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati
diabetic.
3) Neuropati diabetic.
(Decroli, 2019)

1.9 Konsep Keperawatan


1) Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan
utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

10
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.

2) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang
tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

3) Rencana Keperawatan
a) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital.

11
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
3. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual.

b) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

Tujuan :
1) Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
2) Menunjukkan tingkat energi biasanya
3) Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi
dan utilisasinya).
3. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

c) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Tujuan :
1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
2) Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.

Intervensi :

12
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
6. Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.

d) Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
1) Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
2) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas.
3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas
dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Tujuan :
1) Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
2) Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

13
2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

f) Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
1) Mengakui perasaan putus asa
2) Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
3) Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1. Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.
2. Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang
lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan
kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi
informasi.
Tujuan :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
2) Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
3) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan.
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

14
2. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat.

15
BAB II
RESUME KEPERAWATAN

PROFESI NERS Nama : Citra Rosa Arisandy


FAKULTAS ILMU KESEHATAN NIM : 202120461011161
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Poli : Dalam

Nama Pasien : Ny. R Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2022


No. RM : 358xxx Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Medis : DM Type II Usia : 59 Tahun

S O A P I E
1. Pasien - Pemeriksaan TTV : Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri S:
mengatakan 1. TD: 131/102 (D.0077) b.d keperawatan selama 1x30 30 Mei 2022/ 10.00 WIB
- Pasien mengatakan rasa
kedua tangan mmHg agen menit diharapkan tingkat 1. Mengkaji nyeri verbal
nyeri sedikit berkurang
terasa berat dan 2. N: 96 x/menit pencedera nyeri pasien menurun dan non-verbal setelah melakukan teknik
fisiologis dengan kriteria hasil : relaksasi napas dalam.
nyeri saat - Px tampak meringis 2. Memberikan kompres
diangkat. ketika tangannya Indikator Skala icing cooler didaerah O:
Pengkajian nyeri : diangkat Keluhan 5 yang terasa nyeri
nyeri (Menurun) Indikator Skala
P: Nyeri timbul 3. Memberikan teknik
Meringis 5 Keluhan 3
saat beraktivitas non-farmakologi nyeri (Sedang)
Q: nyeri terasa (Menurun)
untuk mengurangi rasa Meringis 3
seperti di tusuk nyeri (relaksasi napas (Sedang)
R: kedua tangan Manajemen nyeri (I.08238) dalam)
S: skala 7 Observasi 4. Mendemostrasikan
A:
T: Hilang Timbul 1. Identifikasi lokasi, strategi untuk
2. Kepala terasa karakteristik, durasi, meredakan nyeri Masalah belum teratasi
pusing dengan teknik relaksasi

16
frekuensi, kualitas, dan napas dalam untuk P:
intensitas nyeri. mengurangi nyeri. Intervensi diteruskan dirumah
2. Identifikasi skala nyeri 5. Kolaborasi pemberian
3. Monitor keberhasilan analgesik
terapi yang sudah
diberikan

Terapeutik
4. Berikan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. Relaksasi napas
dalam, murrotal, terapi
musik).

Edukasi
5. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
6. Ajarkan teknin non-
farmakologi untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
analgetik

17
RESUME KEPERAWATAN

PROFESI NERS Nama : Citra Rosa Arisandy


FAKULTAS ILMU KESEHATAN NIM : 202120461011161
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Poli : Dalam

Nama Pasien : Tn. Z Tanggal Pengkajian : 31 Mei 2022


No. RM : 371xxx Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : LBP + HT Usia : 50 Tahun

S O A P I E
1. Px mengeluh nyeri - TTV : Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri S:
pinggang tembus 1. TD: (D.0077) b.d keperawatan selama 1x30 menit 31 Mei 2022/ 09.00 WIB
- Pasien mengatakan rasa nyeri
ke perut bagian 152/104 agen pencedera diharapkan tingkat nyeri
sedikit berkurang setelah
kanan bawah mmHg fisiologis pasien menurun dengan 1. Mengkaji nyeri verbal melakukan teknik relaksasi
kriteria hasil : napas dalam.
Pengkajian nyeri : 2. N: 91 dan non-verbal
P: Nyeri timbul x
/menit Indikator Skala 2. Memberikan kompres O:
saat beristirahat - Pasien tampak Keluhan 5 icing cooler didaerah
nyeri (Menurun) Indikator Skala
Q: nyeri terasa meringis yang terasa nyeri
Meringis 5 Keluhan 3
seperti di tusuk 3. Memberikan teknik non- nyeri (Sedang)
R: bagian pinggang (Menurun)
farmakologi untuk Meringis 3 (Sedang)
Tekanan 5
tembus ke perut mengurangi rasa nyeri Tekanan 2 (cukup
darah (Menurun)
kanan bawah (relaksasi napas dalam) darah meningkat)
S: skala 7 4. Mendemostrasikan
T: Hilang Timbul Manajemen nyeri (I.08238) strategi untuk meredakan A:
2. Nyeri menjalar ke Observasi nyeri dengan teknik
lutut saat 1. Identifikasi lokasi, relaksasi napas dalam Masalah belum teratasi
membungkuk karakteristik, durasi, untuk mengurangi nyeri. P:

18
frekuensi, kualitas, dan 5. Kolaborasi pemberian Intervensi diteruskan dirumah
intensitas nyeri. analgesik
2. Identifikasi skala nyeri
3. Monitor keberhasilan terapi
yang sudah diberikan

Terapeutik
4. Berikan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Relaksasi napas dalam,
murrotal, terapi musik).

Edukasi
5. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
6. Ajarkan teknin non-
farmakologi untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
analgetik

19
RESUME KEPERAWATAN

PROFESI NERS Nama : Citra Rosa Arisandy


FAKULTAS ILMU KESEHATAN NIM : 202120461011161
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Poli : Dalam

Nama Pasien : Tn. S Tanggal Pengkajian : 2 Juni 2022


No. RM : 534xxx Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : CKD + DM Type II Usia : 63 tahun

S O A P I E
1. Pasien - TTV: Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia S:
mengatakan 1. TD: (D.0022) b.d keperawatan selama 1x30 menit
- Pasien mengatakan sudah
kedua kaki 167/73 kelebihan diharapkan keseimbangan 2 Juni 2022/ 11.00 WIB
paham cara mencatat intake
bengkak setelah mmHg asupan cairan cairan pasien meningkat 1. Memeriksa bagian-bagian dan outpun cairan
dengan kriteria hasil :
berjalan 2. N: 138 yang edeme O:
2. Napas ngosrong x
/menit Indikator Skala 2. Mengidentifikasi
setelah Edema 5 Indikator Skala
3. SPO2 : 94 penyebab hipervolemia
(Menurun) Edema 3
beraktivitas % 3. Menganjurkan untuk
Tekanan 5 (Sedang)
3. Pusing - Pasien pucat membatasi asupan cairan
darah (Membaik) Tekanan 3
4. Pasien yang masuk dalam tubuh darah (Sedang)
Denyut 5
mengatakan urine 4. Mengajarkan cara Denyut 3
nadi (Membaik)
sedikit untukmencatat intake nadi (Sedang)
dan output cairan
Manajemen Hipervolemia
(I.03114) A:
Observasi Masalah belum teratasi
1. Periksa tanda gejala
hipervolemia (mis.

20
Ortopnea, dispnea, edema, P:
JVP/CVP meningkat, Intervensi diteruskan dirumah
reflek hepatojugular positif,
suara napas tambahan)
2. Identifikasi penyebab
hipervolemia
3. Monitor intake dan output
cairan
4. Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma
(mis kadar protein da
albumin meningkat)

Terapeutik
5. Batasi asupan cairan dan
garam
6. Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama

Edukasi
7. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
8. Ajarkan cara membatasi
cairan

Kolaborasi

21
9. Kolaborasi pemberian
diuretik

22
RESUME KEPERAWATAN

PROFESI NERS Nama : Citra Rosa Arisandy


FAKULTAS ILMU KESEHATAN NIM : 202120461011161
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Poli : Dalam

Nama Pasien : Tn. Y Tanggal Pengkajian : 2 Juni 2022


No. RM : 452xxx Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis :DM Type II Usia : 68 Tahun

S O A P I E
1. Px mengeluh nyeri - TTV: Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri S:
dibagian lutut luar 1. TD : (D.0077) keperawatan selama 1x30 menit
- Pasien mengatakan rasa nyeri
Pengkajian nyeri : 130/69 b.d agen diharapkan tingkat nyeri pasien 2 Juni 2022/ 09.00 WIB
sedikit berkurang setelah
P: Nyeri timbul mmHg pencedera menurun dengan kriteria hasil : 1. Mengkaji nyeri verbal melakukan teknik relaksasi
2. N : 69 fisiologis
saat beraktivitas x Indikator Skala dan non-verbal napas dalam.
/menit
Q: nyeri terasa 3. SPO2 : Keluhan 5 2. Memberikan kompres O:
seperti di tusuk 96% nyeri (Menurun) icing cooler didaerah
Meringis 5 Indikator Skala
R: bagian lateral - Pasien yang terasa nyeri
(Menurun) Keluhan 3
lutut tampak 3. Memberikan teknik non- nyeri (Sedang)
S: skala 5 meringis farmakologi untuk Meringis 3
T: Hilang Timbul Manajemen nyeri (I.08238) mengurangi rasa nyeri (Sedang)
2. Kedua kaki terasa Observasi (relaksasi napas dalam)
kebas 1. Identifikasi lokasi, 4. Mendemostrasikan
A:
3. Sulit tidur karena karakteristik, durasi, strategi untuk meredakan
nyeri frekuensi, kualitas, dan nyeri dengan teknik Masalah belum teratasi
intensitas nyeri. relaksasi napas dalam P:
2. Identifikasi skala nyeri untuk mengurangi nyeri. Intervensi diteruskan dirumah

23
3. Monitor keberhasilan terapi 1. Kolaborasi pemberian
yang sudah diberikan analgesik

Terapeutik
4. Berikan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Relaksasi napas dalam,
murrotal, terapi musik).

Edukasi
5. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
6. Ajarkan teknin non-
farmakologi untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
analgetik

24
DAFTAR PUSTAKA
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). DIABETES MELITUS TIPE 2. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74

Decroli, D. E. (2019). diabetes melitus tipe 2 edisi pertama (Vol. 148).

Eva, & decroli. (2015). Diagnostic of Diabetic Foot Ulcer. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak.
Kedokteran Unand/ RSUP Dr. M. Djamil Padang, 1–16.

Kerem, T., Mehmet, oncu resit, Muslum, E., & Eryilmaz. (2016). Fournier ’ s gangrene :
Causes , presentation and survival of sixty-five patients. 32(3), 746–750.

Kirana, S., Rosa, D., Udiyono, A., Kusariana, N., & Dian, L. (2019). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Timbulnya Gangren Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud
K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(1), 192–
202.

Lestari, Ayu, S., Barewe, & Antia. (2016). Gambaran Konsep Diri Pada Pasien Luka Gangren
Diabetik Di Poliklinik Kaki Diabetik Tahun 2014. Jurnal STIKes Suaka Insan Banjarsari,
1(1), 13–22. http://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/download/13/6

Wahyu, Dita, & Hestiana. (2017). Journal of Health Education. Journal of Health Education,
25(1), 57–60. https://doi.org/10.1080/10556699.1994.10603001

Yu, D.-Y., Cringle, S. J., Yu, P. K., & Su, E.-N. (2020). Anatomy and Histology of the Macula.
Macular Surgery, 3–14. https://doi.org/10.1007/978-981-15-7644-7_1

Zhu, C., Yue, P., Lü, J., Liu, X., Huo, L., & Zhang, Z. (2019). Treatment of Diabetic Foot
Gangrene Using the STAGE Principle: A Case Series. International Journal of Lower
Extremity Wounds, 18(2), 200–207. https://doi.org/10.1177/1534734619840584

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Stantar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Intervensi Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

25

Anda mungkin juga menyukai