Anda di halaman 1dari 3

musik yang tenang dan bunyi yang mendesing dapat mengganggu meditasi

sesuai dengan kutipan informan di bawah ini:


“Kalau menurut saya sih... manfaatnya yaitu pasien bisa lebih tenangdan sabar dalam
menghadapi penyakit yang dideritanya”(P5) “Manfaatnya mungkin pasien lebih tenang, kalau
misalnya pasien-pasien terminasi, pasien-pasien paliatif dia lebih tenang perginya misalnya
pasien maumi GCS 3, itu memang diwajibkan kalau ee... agama Islam kan lebih dituntun
selalu ee... bershalawat” (P1)“ e.... manfaat perawatan spiritual pada pasien di samping pasien
bisa keadaan tenangdalam menghadapi penyakitnya, sabar tidak menyalahkan diri sendiri”
(P6)

melakukan pemenuhan
kebutuhan spiritual ialah ketika pasienya tidak sadar,
mengalamigangguan
pendengarang serta
pasien
asrah terhadap penyakit yang ia derita,
sesuai dengan
kutipan informan di bawah ini:
“Biasanya kalau di ICU hambatannya itu karena pasien
-
pasien tidak sadar.
Jadi kita itu biasanya hanya hanya
edukasi pada keluarganya, kalau pasien
-
pasien tidak sadar toh untuk di ICU’ (P1)
“hambatannya yaitu ketika pasien tidak sadar dan gangguan
pendengaran”(P3)
“dia sudah pasrah dengan penyakitnya dia tidak yakin akan sembuh”(P6)

Ny.A (65 tahun) tinggal di rumah sederhana di sebuah desa dengan penduduk lumayan padat.
Sejak 5 tahun yang lalu, kedua anaknya meningglakan Ny. A sendiri di rumah, karena harus
pergi merantau mencari pekerjaan. Ny.A banyak menghabiskan waktunya di rumah. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ny.A dibantu oleh tetangganya, karena merasa kasihan
terhadap Ny.A. Ny.A sering mengeluhkan nyeri dibagian sendi tangan dan kakinya sejak
10tahun yang lalu.
Tetangga Ny.A menawarkan bantuan pada Ny.A untuk mengantarkan dia pergi berobat ke
dokter untuk memeriksakan penyakitnya. Namun Ny.A lebih senang memijatkan tangan dan
kakinya ke tukang pijat yang ada di daerahnya. Ny.A lebih percaya pada tukang pijat yang
menjadi langganannya sejak dulu. Petugas pelayanan kesehatan juga beberapa kali mendatangi
Ny.A, untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis. Namun Ny.A, menolak dan menyuruh
petugas itu pergi.
Hubungan Ny. A, juga tidak terlalu baik dengan tetangganya . Ny.A hanya mau menerima
bantuan, namun enggan untuk berinteraksi terlalu lama dengan tetangganya. Ny.A hanya mau
menjawab pertanyaan dan berbicara seperlunya saja. Ny.A tampak menarik diri dari
lingkungan sekitarnya. Ny.A hanya mau banyak bercerita pada tetangga yang memiliki
hubungan paling dekat dengannya. Ny.A mengaaku lebih nyaman berkomunikasi dengan
anak-anaknya.
Di dalam rumah Ny. A terdapat sebuah TV, Namun TV tersebut tidak pernah difungsikan.
Tidak ada fasilitas telepon di rumah Ny.A, Ny.A biasanya mendapat kabar tentang anaknya
dari tetangga yang juga merantau dan sedang pulang kampung. Ny.A biasanya menggunakan
jasa tukang becak untuk berpergian sekedar membeli kebutuhan sehari-hari setiap satu minggu
sekali. Ny.A mengaku tidak terbiasaa menggunakan jasa kendaraan bermotor paada saat
bepergian, karena takut jatuh.

CIKARANG, (PR).- Lembaga Pemasyarakatan Kelas III B Bekasi (Cikarang) memperketat


pengawasan pasca terungkapnya praktik jual beli fasilitas oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
di Lapas Sukamiskin, Bandung. Meski tidak dihuni narapidana kelas kakap, namun potensi
pelanggaran di semua lapas relatif serupa.

Kepala Lapas Cikarang, Kadek Anton Budiharta mengatakan, penawaran sejumlah uang
maupun pemberian terjadi di hampir seluruh lapas, termasuk di Cikarang. Namun penawaran
tersebut tidak akan berlaku pada petugas yang memiliki integritas tinggi.

“Pemberian dengan bentuk apapun agar mendapat hal yang lebih itu terjadi di setiap lapas.
Semua napi, jika memiliki uang dan kemampuan, pasti menginginkan hal yang lebih, baik soal
fasilitas maupun hal lainnya. Yang terjadi di Bandung terjadi juga di sini, tapi kami melakukan
pengawasan terkait hal tersebut. Dapat dipastikan penambahan fasilitas dan sebagainya tidak
ada di Lapas Cikarang,” kata dia, Jumat, 27 Juli 2018.

Dikatakan Kadek, sebenarnya selain potensi gratifikasi, yang menjadi persoalan di lapas yakni
pemenuhan kebutuhan biologis para napi. Padahal, kata dia, pemenuhan kebutuhan hubungan
suami istri para napi terbilang penting.

Hanya saja, selama ini persoalan tersebut tidak terfasilitasi karena tidak diatur dalam regulasi.
Alhasil, karena kebutuhan biologis tidak terpenuhi, praktik penyalahgunaan izin keluar hingga
penggunaan ruang khusus untuk bertemu dengan suami atau istri terjadi.

“Ini sebenarnya menjadi persoalan. Jika di lapas-lapas di luar negeri, persoalan ini diatur
dalam undang-undang. Tapi di kita, memang belum ada aturannya. Padahal keluhan terkait
pemenuhan kebutuhan biologis ini selalu disuarakan para napi,” ucap dia.

Diungkapkan Kadek, persoalan biologis ini menjadi keluhan yang paling banyak disampaikan
para napi. Bahkan melebihi keluhan tentang fasilitas yang ada.

“Karena memang napi di sini bukan pejabat atau seseorang yang biasa hidup bermewahan,
maka fasilitas bukan menjadi soal. Justru persoalan (biologis) ini yang sering dikeluhkan.
Kami setiap bulan rutin menggelar sesi curhat bagi para napi, curhatan paling banyak ya
tentang kebutuhan biologis ini,” ucap dia.

Persoalan pemenuhan kebutuhan biologis ini, lanjut Kadek, harus menjadi perhatian serius.
Soalnya, akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi dikhawatirkan menimbulkan masalah baru,
salah satunya perubahan orientasi seksual.

“Karena akibat lama tidak berhubungan dengan pasangan, orientasi seksualnya berubah.
Karena lama tidak melihat lawan jenis, ke sesama jenis pun timbul rasa suka. Dikhawatirkan
pula menular, Ini bukan tidak mungkin,” kata dia.

Di Lapas Cikarang, Kadek mengakui menerima sejumlah laporan terkait adanya perubahan
orientasi seksual napi. Tindakan berbeda pun dilakukan terhadap mereka yang menjadi
suspek.

“Pengawasan kami lakukan terhadap mereka-mereka yang diduga mengalami perubahan


orientasi. Kami juga lakukan langkah dengan cara ditempatkan bersama napi yang berbeda.
Jangan sampai ditempatkan, misalnya dengan napi yang dapat membuat dapat dia justru suka
atau tertarik,” ucap Kadek.

Lebih lanjut, ujar Kadek, peningkatan pengawasan pun dilakukan terhadap barang yang masuk
dan keluar, seperti halnya barang elektronik, telepon genggam hingga narkoba. “Narkoba ini
menjadi perhatian kami juga karena banyak napi di sini yang berasal dari kasus narkoba. Maka
dari itu pengawasan ketat dilakukan. Sudah sejak lama, setiap dua hari sekali atau seminggu
tiga kali kami lakukan razia rutin untuk memastikan tidak ada barang yang dilarang masuk,
termasuk narkob
Periode tahun 1963-1982
Pada masa tahun 1963 hingga 1982 tidak terlalu banyak perkembangan di bidang
keperawatan, sekalipun sudah banyak perubahan dalam pelayanan, tempat tenaga lulusan
Akademi Keperawatan banyak diminati oleh rumah sakit-rumah sakit,  khususnya rumah sakit
besar.
3.    Periode tahun 1983-sekarang
Sejak adanya kesepakatan pada lokakarya nasional (Januari 1983) tentang pengakuan dan
diterimanya keperawatan sebagai suatu profesi, dan pendidikannya berada pada pendidikan
tinggi, terjadi perubahan mendasar dalam pandangan tentang pendidikan keperawatan.
Pendidikan keperawatan bukan lagi menekankan pada penguasaan keterampilan, tetapi lebih
pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan, disertai
dengan landasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia, sebagai
perwujudan lokakarya tersebut di atas pada tahun 1984 diberlakukan kurikulum nasional
untuk Diploma III Keperawatan.
Dari sinilah awal pengembangan profesi keperawatan Indonesia, yang sampai saat ini masih
perlu perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah diakui sebagai suatu profesi maka
pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai