Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL OBSERVASI

DINAMIKA ORGANISASI DALAM ORGANISASI PEMERINTAHAN


DI OTORITAS JASA KEUANGAN YOGYAKARTA
Jl. Ipda Tut Harsono, Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah organisasi


Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Muhyadi

Disusun oleh :

1. Hanifah Abdillah / 17802241013


2. Akhmad Fauzi Sugiharto / 17802244003
3. Resinda Bunga Andini / 17802244006
4. Priska Ramadhani / 17802244009
5. Aprilia Rusiawati / 17802244013

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS EKONOMI

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

2017
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1


I.I Latar Belakang .......................................................................................1
I.II Rumusan Masalah ..................................................................................1
I.III Tujuan ....................................................................................................1
I.IV Metode Observasi ..................................................................................2
I.V Waktu Observasi ....................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................3
II.I Identitas Organisasi ...............................................................................3
II.II Sejarah Otoritas Jasa Keuangan ...........................................................3
II.III Tujuan, Tugas, dan Wewenang OJK ....................................................4
II.IV Visi dan Misi OJK.................................................................................5
II.V Struktur Organisasi ................................................................................7
II.VI Prinsip Organisasi .................................................................................8
II.VII Sistem Pembagian Kerja .......................................................................8
II.VIII Departemenisasi dan Koordinasi ..........................................................9
II.IX Komunikasi dan Kerjasama Organisasi .............................................11
II.X Mekanisme Pengambikan Keputusan.................................................12
II.XI Lingkungan Organisasi ......................................................................13
II.XII Perubahan dan Pengembangan OJK ..................................................14
BAB III. PENUTUP .............................................................................................15
III. I Kesimpulan ........................................................................................15
III. II Kritik dan Saran ................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16
LAMPIRAN ..........................................................................................................17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi OJK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

Gambar 2 Bagan Koordinasi OJK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.1 LATAR BELAKANG

Organisasi semakin tumbuh dengan kiat dan pesat di era ke-20 ini.
semakin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang menandai
semakin kompleks nya organisasi itu sendiri. Pada dasarnya organisasi ada
dan lahir dari adanya sekelompok manusia yang saling bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan. Organisasi itu sendiri terdiri dari tingkat
rendah/sederhana, menengah, dan besar/kompleks. Begitu pula dengan
organisasi pemerintahan yang ada. Otoritas Jasa Keuangan merupakan salah
satu dari bentuk organisasi pemerintahan yang bergerak pada jasa pelayanan
public berupa pengawasan jasa keuangan baik itu di dunia perbankan, pasar
modal, maupun usaha-usaha lainnya. Sehingga kami memilih Otoritas Jasa
Keuangan sebagai tempat untuk observasi dalam pemenuhan tugas mata
kuliah organisasi dalam hal mengkaji dan membedah dinamika organisasi
yang ada di Otoritas Jasa Keuangan Daerah Istimewa Yogyakarta.

A.2 RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimanakah sejarah terbentuknya OJK ?


2) Apa visi, misi dan tujuan dari lembaga OJK ?
3) Bagaimanakah struktur organisasi yang ada di OJK?
4) Dinamika (unsur-unsur) organisasi apa sajakah yang ada di OJK?
5) Bagaimanakah dinamika (unsur-unsur) organisasi yang ada di OJK?

A.3 TUJUAN

1) Mengetahui sejarah terbentuknya OJK secara umum dan terbentuknya


OJK DIY secara khusus.
2) Mengetahui visi, misi, dan tujuan dari di bentuknya OJK secara umum.
3) Mengetahui struktur organisasi yang ada di OJK.
4) Mengetahui secara umum unsure pembentuk organisasi yang ada di OJK
5) Mengetahui dan memahami unsure pembentuk organisasi yang ada di OJK
secara khusus seperti prinsip-prinsip yang digunakan, system pembagian
kerja, departemenisasi dan koordinasi yang terapkan di OJK, system
pengambilan keputusan, lingkungn organisasi, komunikasi yang di
terapkan, serta perubahan dan pengembangan yang terjadi di OJK.

1
A.4 METODE OBSERVASI

Pada observasi di Otoritas Jasa Keuangan DIY ini kami mengunakan 2 (dua)
pendekatan metode yaitu metode wawancara dan metode observasi.

A.5 WAKTU OBSERVASI

Observasi di Otoritas Jasa Keuangan Daerah Istimewa Yogyakarta ini


dilakukan pada:

Hari, tanggal : Jumat, 03 November 2017

Waktu : 08.30 – 10.00 WIB

Tempat : Otoritas Jasa Keuangan DIY

Alamat : Jl. Ipda Tut Harsono, Muja-Muju, Umbulharjo, DIY.

Narasumber : (privasi lembaga/tidak ingin di cantumkan)

2
BAB II

PEMBAHASAN

B.1 IDENTITAS ORGANISASI

1. Nama Organisasi : Otoritas Jasa Keuangan


2. Alamat organisasi : Jl. Ipda Tut Harsono Timoho Rt. 23/ Rw. 07
Yogyakarta
3. Kelurahan : Muja Muju,
4. Kecamatan : Umbulharjo
5. Kode Pos : 55165
6. Kota : Kota Yogyakarta
7. Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta
8. Telepon : (0274) 642-9170
9. Faxsimile : (0274) 642-9890
10. Email : konsumen@ojk.go.id
11. Website :www.ojk.go.id

B.2 SEJARAH OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebuah lembaga independen


yang mempuyai wewenang dan mengatur sebagaimana di jelaskan dalam
UU No. 21 Tahun 2011 yan berfungsi menyelenggarakan system
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
di dalam sector jasa keuangan baik di sector perbankan, pasar modal, dan
sector jasa keuangan non bank seperti asuransi, dana pension, lembaga
pembiayaan, reksadana, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Pembentukan OJK di bentuk sesuai dengan amanat UU No. 3


Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa
dalam hal pelaksanaan pengawasan lembaga keuangan perbankan di awasi
dan atur oleh lembaga jasa keuangan yang independen sebagaimana sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Pembentukan lembaga otoritas
keuangan di bentuk paling lambat tanggal 31 Desember 2010. Tapi pada
implementasinya, belum dapat terlaksana dan baru pada tanggal 22
November 2011 disahkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang nantinya akan melakukan pengawasan di sector jasa
keuangan menggantikan fungsi Bank Indonesia, Badan Pengawasa Pasar

3
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) agar menjadi terintegrasi
dan komprehensif.

Secara historis, ide pembentukan OJK berasal dari ide pemisahan


pengawasan dari fungsi bank sentral yang datang dari Helmut Schlesinger,
mantan Gubernur Bank Bundesbank (Bank Sentral Jerman) yang pada
waktu itu penyusunan RUU (kemudian menjadi UU No. 23 Tahun 1999)
bertindak sebagai konsultan. Peristiwa ini terjadi pada saat pemerintahan B.J.
Habibie yang kemudian menjadikan terbentuknya pemisahan badan
keuangan dengan badan pengawasa keuangan. Hal ini mengingat bahwa
tujuan dari pengaturan dan pengawasan perbankan adalah menciptakan
system perbankan yang sehat, yaitu yang dapat memenuhi tiga aspek: (1)
perbankan yang dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, (2)
berkembang secara wajar, (3) memperhatikan faktor resiko seperti
kemampuan, baik dalam bentuk system, financial, maupun sumber daya
manusia. OJK di bentuk untuk mengatisispasi kompleksitas system
keuangan global dimana dapat berfungsi sebagai fondasi yang dapat
memperkuat daya saing dan stabilitas perekonomian nasional. Selain itu,
OJK merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sector keuangan di
Indonesia dimana pemerintah memiliki komitmen tinggi dan menjalankan
mandat untuk melakukan reformasi di sector keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Daerah Istimewa Yogyakarta resmi di


bentuk pada hari Senin, 02 Februari 2015 setelah 13 bulan berkantor di
gedung BI Yogyakarta. Pembentukan kantor OJK DIY ini diresmikan oleh
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Haddad. Pada waktu itu
ditetapkan Dani Surya Sinaga sebagai Kepala Kantor OJK DIY yang pada
nantinya OJK DIY akan bertugas untuk mengawasi BPD DIY, 54 BPR
umum, 11 BPR Syariah, 32 Kantor Cabang Bank Umum, dan 6 Kantor
Cabang Bank Syariah. OJK DIY juga akan mengawasi kinerja industri
keuangan seperti 47 perusahaan pembiayaan, 89 kantor asuransi, dan 47
kantor pegadaian. OJK DIY memiliki 21 Tenaga Pengawas, dan 15 Tenaga
Pendukung yang juga akan bertugas untuk bersosialisasi dan memberikan
edukasi terhadap masyarakat.

B. 3 TUJUAN, TUGAS, DAN WEWENANG OJK

Otoritas Jasa Keuangan mempunyai tujuan agar keseluruhan kegiatan di


dalam sector jasa keuangan sebagai berikut:

a. Terselenggaranya secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.

4
b. Mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.
c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Sedangkan untuk tugas OJK adalah melakukan pengaturan dan pengawasan


terhadap kegiatan jasa keuangan di sector Perbankan, sector Pasar Modal,
dan sector IKNB.

OJK mempunyai wewenang:

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan.
b. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku,
dan/atau penujang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di sector jasa keuangan.
c. Memberikan perntah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau
pihak tertentu.
d. Melakukan penunjukan dan menetapkan penggunaan pengelola statute
e. Menetapkan sanksi adminsitratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sector jasa
keuangan.
f. Memberikan dan/atau mencabut:
 Izin usaha
 Izin orang perseorangan
 Efektifnya pernyataan pendaftaran
 Surat tanda terdaftar
 Persetujuan melakukan kegiatan usaha
 Pengesahan
 Persetujuan atau penetapan
 Pembubaran, dan
 Penetapan lain

Sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan sector jasa


keuangan.

B.4 VISI DAN MISI OJK

Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang
terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu
mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional
yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

5
Misi OJK adalah:

a. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sector jasa


keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
b. Mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil.
c. Melindungi kepentingan knsumen dan masyarakat.

Selain itu, OJK memiliki Nilai-nilai Strategis OJK yang menjadi dasar atau
landasan dalam melakukan kegiatan pengawasannya, nilai-nilai strategis
tersebut yaitu:

1) Integritas
Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode etik dan
kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.

2) Profesionalisme
Bekerja dengan penuh tanggungjawab berdasarkan kompetensi yang
tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.

3) Sinergi
Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal
maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.

4) Inklusif
Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta
memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri
keuangan.

5) Visioner
Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan (forward
looking) serta dapat berfikir kritis di luar kebiasaan (out of the box
thinking).

6
B.5 STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR ORGANISASI
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Kepala Kantor OJK

Deputi Direktur
Pengawasan OJK*

Bagian Pengawasan
----------- Bagian Pengawasan IKNB,
Bank Pasar Modal, dan EPK

Subbagian Pengawasan Subbagian Pengawasan Subbagian Administrasi


Bank 1 IKNB

Subbagian Pengawasan Subbagian Pengawasan


Bank 2 Pasar Modal

Subbagian Pengawasan Subbagian Edukasi dan


Bank 3 Perlindungan Konsumen

Subbagian Perizinan,
Informasi, dan
Dokumentasi

Gambar 1 : Bagan Struktur Organisasi OJK

Ket:
*) : berfungsi sebagai Wakil Kepala OJK
: garis komando
------ : garis koordinasi

7
B.6 PRINSIP ORGANISASI

Berdasarkan bagan struktur organisasi Otoritas Jasa Keuangan di atas dan


hasil wawancara, OJK menerapkan prinsip-prinsip organisasi sebagai
berikut:

1. Prisip skalar (the scalar principle), yaitu prinsip yang terkait dengan
hierarki organisasi yang melahirkan jenjang komando.
2. Prinsip delegasi (principle of delegation), yaitu prinsip yang berkaitan
dengan penyerahan hak untuk bertindak dan mengambil keputusan pada
bawahan.
3. Prinsip kemutlakan tanggung jawab (principle of absoluteness of
responsibility), yaitu prinsip yang menyatakan bahwa tanggung jawab
akhir atas keberhasilan kerja sama ada pada atasan.
4. Prinsip persamaan antara wewenang dan tanggung jawab (principle of
parity of authority and responsibility), yaitu keseimbangan antara tugas
yang diterima bawahan dengan kewenangan yang diterimanya untuk
dapat melaksanakan tugasnya tersebut.
5. Prinsip kesatuan perintah (principle of unity of command), yaitu prinsip
yang menyatakan bahwa perintah yang diterima bawahan harus jelas
sumbernya. Oleh karena itu, setiap bawahan harus memiliki kejelasan
tentang atasan yang harus diikutinya.
6. Prinsip jenjang kewenangan (the authority level principle), yaitu prinsip
yang terkait dengan kewenangan bagi setiap anggota dalam posisinya
sebagai bagian dari organisasi.

B.7 SISTEM PEMBAGIAN KERJA

Dalam observasi di Otoritas Jasa Keuangan Daerah Istimewa


Yogyakarta ini, sisem pembagian kerja yang digunakan dalam organisasi
yaitu menggunakan pembagian kerja mendatar (horizontal) dan menegak
(vertical). Pada pembagian kerja mendatar (horizontal) yaitu di gunakan
oleh antar subbagian satu dengan lainnya untuk saling berkoordinasi satu
sama lain yaitu pada bagian pengawasan yang terdiri ari subbagian
pengawasan bank 1, subbagian pengawasan bank 2, subagian pengawasan
bank 3. Sedangkan pada bagian pengawasan IKNB, pasar modal, dan EPK
terdiri dari subbagian pengawasan IKMB, subbagian pengawasan pasar
modal, subbagian edukasi dan perlindungan konsumen, serta subbagian
perizinan, informasi, dan dokumentasi. Untuk pembagian kerja seca
menegak (vertical) terjadi antara atasan dengan bawahan untuk penyerahan
delegasi dan pemberian wewenang dari atasan ke bawahan, dan penyerahan
tanggungjawaba atas tugas yang diemban dari bawahan ke atasan. Yaitu

8
kepala kantor ojk kepada deputi direktur pengawasan ojk, dan di terukan ke
bagian pengawasan bank, bagian pengawasan IKNB, pasar modal, dan
informasi serta bagian administrasi yang selanjutnya akan di teruskan lagi
ke subbagian dari masing-masing bagian.

B.8 DEPARTEMENISASI DAN KOORDINASI

Dalam hal departemenisasi/pembagian kerja Otoritas Jasa


Keuangan Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan departemenisasi
berdasarkan fungsi perusahann (departementalization by enterprise function).
Yaitu departemenisasi yang berdasarkan pada fungsi pembentukan unit-unit
organisasi yang masing-masing memeang fungsi tertentu. Dengan demikian
jumlah bagian atau unit akan dibentuk berdasarkan sebanyak fungsi yang
ada. Yaitu bagian pengawasan bank, bagian pengawasan IKNB, pasar
modal, dan informasi serta bagian administrasi.

Berikut tugas pokok dan fungsi dari masing-masing bagian:

1. Kepala Kantor OJK


Kepala Kantor OJK memiliki tugas dan fungsi sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi dalam kantor OJK cabang. Selain itu, kepala kantor
OJK memiliki tanggngjawab dalam pemerian keputusan, memimpin
rapat, dan mengatur jalannya operasi perusahaan dalam pencapaian
tujuan baik itu jangka pendek,menengah,maupun panjang. Kepala
kantor OJK memiliki kewajiban untuk melaporkan perkembangan dan
kegiatan yang telah terlaksana dalam buku laporan tahunan kepada
Dewan Komisioner OJK pada tingkat pusat melalui rapat besar.

2. Deputi Direktur Pengawasan OJK


Deputi Direktur Pengawasan OJK berfungsi sebagai wakil dari Kepala
Kantor OJK yang mempunyai tugas membantu setiap pekarjaan Kepala
Kantor OJK, menggantikan peran Kepala Kantor OJK apabila
berhalangan hadir atau delegasi, dan membantu dalam memberikan
saran-saran yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi.

3. Bagian Pengawasan Bank


Berfungsi memberikan pengawasan terhadap arus keuangan bank
dakam hal ini arus masuk dan keluar pada setiap bank dan
perkembangan bank. Serta berhak memberikan penilaian apakah bank
layak untuk tetap berdiri/berjalan atau harus ditutup dan melaporkan
hasil pengawasannya kepada deputi direktur pengawasan bank untuk

9
selanjutnya diberikan keputusan oleh kepala kantor OJK setelah
mendapat pengesahan dari Dewan Komisioner OJK.

4. Bagian Pengawasan IKNB, pasar modal, dan EKP


Mempunyai tugas memberikan pengawasan terhadap IKNB, pasar
modal, dan EKP. Serta berhak memberikan penilaian atas
perkembangan dan kemajuan badan/usaha yang selanjutnya dapat terus
dilanjutkan atau di berhentikan.
5. Bagian Administrasi
Berfungsi sebagai bagian informasi/tata usaha yang bertugas membantu
setiap kegiatan operasional lembaga berupa kegiatan penataan seperti
mengetik, surat-menyurat, arsip, penggandaan, warkat, dan lain
sebagainya.

Dalam hal koordinasi, berikut arah koordinasi OJK menurut Forum


Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK):

PRESIDEN DPR

Ketua OJK Gub. BI MK (Ketua) Ketua LPS

BI OJK LPS KEMKEU

TUPOKSI TUPOKSI TUPOKSI TUPOKSI

Gambar.2 : Bagan koordinasi OJK

Keterangan :

---- : Garis koordinasi


: Garis arah
: Garis arus hubungan

10
B.9 KOMUNIKASI DAN KERJASAMA ORGANISASI

OJK dalam melakukan tugasnya menggunakan komunikasi internal


dan eksternal. Dalam komunikasi internal (di dalam) OJK menerapkan
komunikasi dari semua unit bidang, baik komunikasi vertical, horizontal,
maupun silang. OJK memberikan rentang pengawasan setiap hari dengan
system saling pengawasan antar bagian. Dalam komunikasi secara eksternal
OJK memiliki 9 kantor regional dan 37 kantor OJK yang tersebar di seluruh
Indonesia dimana dalam berkoordnasi antar cabang OJK menggunakan
system IT (teknologi) sebagai medianya. Selain itu, OJK juga menggunakan
system sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat mengenai peran penting
OJK dalam pengawasan keuangan suatu usaha/perbankan. OJK memberikan
edukasi dan perlindungan konsumen OJK secara represif dan preventif yaitu
sebagai berikut:

1. Secara Preventif

 Literasi dan edukasi serta inklusi keuangan


 Pelayanan konsumen
 Kebijakan perlindungan konsumen
 Pemantauan Market Conduct

2. Secara Represif

 Fasilitasi penyelesaian pengaduan


 Tindakan penghentian kegiatan/tindakan lain
 Alternative Dispute Resolution atau pembelaan hukum

Berikut tingkat literasi keuangan di Otoritas Jasa Keuangan DIY:

1. Well Literate

Memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan


serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak
dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

2. Suff Literate

Memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lemba jasa keuangan


serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan resiko, hak
dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.

3. Less Literate

11
Hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa lkeuangan, produk
dan jasa keuangan.

4. Not Literate

Tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan tenang lembaga jasa


keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki
keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.

Dalam hal kerjasama, OJK bekerjasama dengan seluruh bank-bank


di Indonesia baik itu yang bersifat umum ataupun swasta dan syariah. Selain
itu, OJK juga bekerjasama dengan BI, IKNB, dan perusahan-perusahan
pasar modal serta usaha-usaha lainnya. OJK bekerjasama pula dengan
pemerintahan sebagai lembaga yang memberikan edukasi dan sosialisasi
mengenai peran,tugas, dan tanggujawab OJK di lingkungan masyarakat dan
lembaga pendidikan terutama di perguran tinggi.

B.10 MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam pengambilan keputusan OJK menerapkan system voting


dari hasil perundingan antar divisi dalam rapat besar dan mengarah pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana dalam hal ini
kekuasaan terbesar berada di tangan Dewan Komisioner. Dewan
Komisioner OJK merupakan pimpinan tertinggi OJK yang beranggotakan:

 Ketua merangkap anggota


 Wakil ketua sebagai komite etik merangkap anggota
 Kepala eksekutif pengawas perbankan merangkap anggota
 Kepala eksekutif pengawas pasar modal merangkap anggota
 Kepala eksekutif pengawas perasurasian, dana pension, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya merangkap anggota
 Ketua dewan audit merangkap anggota
 Anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen
 Anggota ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
dewan gubernur Bank Indonesia
 Anggota ex-officio dari kementrian keuangan yang merupakan pejabat
setingkat eleson 1 kementrian keuangan.

Untuk menangani masalah-masalah pengaduan dari konsumen


yang dirasa perlu di diskusikan, maka OJK akan melakukan rapat kecil yang
hanya terdiri dari seluruh bagian dalam kantor cabang. Akan tetapi, untuk

12
keputusan akhir, kantor cabang akan kembali untuk melaporkannya kepada
kantor pusat untuk mendapat persetujuan. Karena dalam hal ini kekuasaan
tertinggi berada di kantor pusat yaitu berada di tangan Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan.

B.11 LINGKUNGAN ORGANISASI

Otoritas Jasa Keuangan memiliki lingkungan organisasi yang begitu


kompleks yaitu anatara lain:

1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal OJK lebih menggunakan otomatisasi


perkantoran dimana dalam kegiatan penataannya telah menggunakan
teknologi-teknolgi canggih sebagai alat penunjang kegiatan operasional.
Lingkungan kerja sangatlah kondusif dengan pengaturan ruangan kerja
yang nyaman. Ruangan di beri sekat pada masing-masing bagian
sehingga lebih kondusif dan nyaman serta terpisah dari ruang
pengaduan.Selain itu, OJK juga dilengkapi dengan ruangan untuk
pengaduan konsumen yang di desain seperti ruang tamu, sehingga lebih
relaks dan santai saat konsumen memberikan pengaduan. Untuk bagian
Costemer Service diletakkan pada bagian paling depan dan paling dekat
dengan pintu masuk, sehingga memudahkan konsumen atau tamu yang
akan masuk dan mencari informasi yang dicarinya. Pada bagian
samping OJK diberikan taman yang terlihat simple dan elegant
sehingga tidak membosankan mata, sedang pada bagian parker di pisah
antara parkir motor dan mobil sehingga lebih rapi dan tertib.

2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal OJK yaitu sangatlah strategis. OJK terletak


di seberang jalan dekat dengan ringroad (jalan raya utama) sehingga
akan memudahkan bagi lembaga/siapa saja yang mencari alamat kantor
OJK. Selain itu, OJK juga terletak di pusat kota Yogyakarta, dekat
dengan hotel, dekat dengan pasar, dan dekat dengan toko-toko buku
maupun toko peralatan sehingga sangat memudahkan OJK dalam
mencari kebutuhan kantor seperti perlengkapan, peralatan, dan tentunya
kemudahan akses dan sinyal yang kuat (komunikasi lancar dan cepat).

13
B.12 PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY di dirikan pada 22 Februari


2015 dan masih berjalan 2 tahun dari sekarang. Selama 2 tahun ini OJK
belum pernah mengalami perubahan baik itu dari setting ruangan, perbaikan
gedung, maupun system yang berlaku.Hanya saja, pada pengembangannya
OJK DIY telah mengalami pengembangan dalam hal lebih di perbanyak
pada otomatisasi perkantoran, dalam hal ini unsur teknologi lebih di
perbanyak dan pelengkapan alat pendukung kegiatan seperti air conditioner
pada masing-masing ruangan, lebih diperbanyak tanaman hidup di luar
gedung OJK sehingga lebih terlihat asri dan segar serta desain interior yang
semakin di pertambah untuk menghilangkan kejenuhan mata.

14
BAB III

PENUTUP

C.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Otoritas Jasa Keuangan


adalah suatu lembaga pengawas keuangan yang keberadaannya sangatlah
dibtuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan, permodalan, pasar modal,
maupun bentuk-bentuk usaha lainnya. Dalam kegiatannya, OJK tidak akan
lepas dari bank-bank di seluruh Indonesia baik itu bank-bank umum ataupun
bank-bank swasta dan syariah. Tentunya, dalam perkembangannya OJK
sangat dipengaruhi oleh lingkungan organisasi baik itu dari dalam ataupun
luar sehingga terbentuklah suatu kompleksitas dan ketidakstabilan yang tinggi
dalam lembaga dalam hal ini perubahan yang begitu cepat dan menyebar
seperti mesin-mesin, teknologi, ponsel, dsb. Namun dari itu, diharapkan
perubahan yang ada dapat membawa ke perubahan yang semakin baik.

C.2 KRITIK DAN SARAN

Kritik dan saran yang dapat diberikan utuk Otoritas Jasa Keuangan antara
lain:

 Lebih diperluas lagi dalam hal sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat
karena masih banyaknya dan belum meratanya masyarakat yang tahu dan
paham tentang makna OJK sebenarnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Muhyadi.2012. Dinamika Organisasi: Konsep dan aplikasinya dalam Interaksi


Sosial. Yogyakarta : Penerbit Ombak

http://www.ojk.go.id/id/Default_Login.aspx

https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan

http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/booklet-perbankan-
indonesia/Documents/booklet_2014_opt_1395931938.pdf

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai