Disusun Oleh :
SRI YANTO
NIM 2019122014
X
ABSTRACT
XI
1
Pendahuluan
2
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai
Lama hari rawat merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan dan
pelayanan di rumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Bila seseorang
dirawat di rumah sakit, maka yang diharapkan tentunya ada perubahan akan
derajat kesehatannya. Bila yang diharapkan baik oleh tenaga medis maupun
oleh penderita itu sudah tercapai maka tentunya tidak ada seorang pun yang
diagnosa yang tepat. Untuk menentukan apakah penurunan lama hari rawat
dikenal istilah yang lama dirawat (LD) yang memiliki karakteristik cara
3
4
menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu
dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar dari rumah sakit,
hidup maupun mati) dengan tanggal masuk rumah sakit. Dalam hal ini, untuk
pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama – lama dirawatnya
dihitung sebagai 1 hari dan pasien yang belum pulang atau keluar belum bisa
bagi pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga mungkin mengalami perasaan
mulai dari ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui hingga kehilangan
rawat inap, ini memungkinkan mereka untuk dididik tentang perawatan yang
pasien tidak akan berkeliling di rumah sakit (seperti pada kebanyakan sistem
5
rumah sakit), keluarga harus diberi tahu siapa yang akan memberikan
di rumah sakit, pasien dan keluarga harus diberi kesempatan untuk melihat-
lihat fasilitas dan bertemu dengan staf yang akan memberikan perawatan.
takut, ansietas, keterbatasan fisik dan kemungkinan gangguan citra diri, dan
sementara yang lain menginginkan seks hanya sekali satu bulan, dan yang
lainnya lagi tidak memiliki keinginan seksual sama sekali dan cukup merasa
dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan
hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun
mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
intim saja. Namun Ririanty (2009), menyatakan perilaku seksual secara rinci
meraba, berpelukan, manstrubasi pada wanita atau pria, oral seks, petting,
intercourse. Selain itu penelitian lain yaitu Sarwono dalam Insani (2016)
menyatakan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk
tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga
7
dipenuhi oleh setiap individu. Seperti kebutuhan dasar lainya, kebutuhan seks
apabila tidak terpenuhi akan menyebabkan stress pada seseorang, dalam hal
Ratnaningsih 2020 ).
kaum pria. Menurut Journal Research of Sex (2015) menjelaskan bahwa pria
lebih sering berfikir tentang seksualitas ketimbang wanita. Jurnal ini juga
menunjukan bahwa terjadi perbedaan tingkat libido antara pria dan wanita,
dimana pria lebih tinggi dibanding wanita. Perbedaan ini dikarenakan adanya
perbedaan sudut pandang pada seksualitas, peran, budaya, agama dan juga
kondisi fisik serta psikis individu. Banyak kaum pria yang langsung turun
rasa percaya dirinya terkait dengan aktivitas seks mereka. Begitu dirinya di
mereka secara normal. Kesehatan tubuh merupakan hal yang paling utama
seksual.
8
RS.
Kustati Surakarta”
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain diskritif korelatif
dan pendekatannya cross sectional yaitu suatu penelitian yang mencari hubungan
antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pendekatan cross sectional yaitu
metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengambil sampel dari suatu
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik responden
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi umur responden
Frekuensi Persentase
< 30 tahun 1 2.3
30-39 tahun 24 54.5
40-49 tahun 13 29.5
>50 tahun 6 13.6
Total 44 100.0
Frekuensi Persentase
Menikah 44 100.0
Belum Menikah 0 0
Total 44 100
10
Frekuensi Persentase
Tidak bekerja 4 9.1
Wiraswasta 26 59.1
Pedagang 6 13.6
Pegawai Swasta 8 18.2
Total 44 100.0
2. Analisa univariat
a. Distribusi lama dirawat
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi lama dirawat
Frekuensi Persentase
Lama Rawat (Cepat) 0 0
Lama Rawat (Sedang) 42 95.5
Lama Rawat (Lama) 2 4.5
Total 44 100.0
responden (95.5%).
(65.9%).
3. Analisa bivariat
Tabel 4.6
Uji Fisher's Exact
Tabel 4.6 merupakan tabel hasil uji Fisher's Exact pada program spss.
Dari uji tersebut diperoleh hasil dari 42 responden yang dirawat kurun
seks baik dan 13 memiliki perilaku pemenuhan kebutuhan seks tidak baik.
perilaku pemenuhan kebutuhan seks tidak baik. Dari hasil uji tersebut juga
diperoleh nilai p value 0.044 yang artinya dibawah derajat alpha 0.05
Pembahasan
1. Karakteristik
a) Pekerjaan
b) Umur
perawatan di RS.
c) Status
2. Analisa Univariat
Definisi dari rawat inap adalah pelayanan kepada pasien rumah sakit
medik, dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI, 2010). Rawat
memerlukan waktu 4-5 hari tergantung dari kasus tulang yang patah.
Hal tersebut di dukung oleh penelitian dari Aghnia (2015) dimana dalam
rawat inap terbanyak adalah kurang dari 5 hari yaitu pada 569 kasus
(84%).
seksual. Setiap orang dengan kondisi yang sehat dan tidak ada hambatan
orang (42,3%).
3. Analisa Bivariat
Hasil uji Fisher's Exact diperoleh nilai p value 0.044 yang artinya
waktu dan privasi hanya dibatasi dengan tirai pemisah sehingga perilaku
dan perasaan seksual dapat menurun atau menghilang dan ini merupakan
< 0.05).
hasil penelitian dengan uji Fisher's Exact Test menunjukan nilai P Value
4 hari serta terdapat hubungan antara lama rawat inap dengan catatan
kesehatan.
hari. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada pemenuhan
dalam seminggu. Jumlah ini akan kurang lagi hingga hanya bisa
melakukan hubungan seks tiga kali dalam dua minggu pada saat pria
18
berusia 45 tahun. Kemudian hanya satu kali dalam satu minggu untuk
A. Keterbatasan Penelitian
penulis jumpai pada proses penelitian ini adalah ada faktor lain yang tidak
cangung atau malu malu untuk mengisi kuisener yang diberikan ke pasien
A. Simpulan
(95.5%).
B. Saran
RS.
20
21
Kustati.
4. Bagi Peneliti
laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin Saputra dr, 2021, Mengenal Peran dan Fungsi Perawat Yang Perlu
Diketahui, https://aido.id/health-articles/mengenal-peran-dan-fungsi-
perawat-yang-perlu-diketahui/detail, Diakses pada 07 Sepember 2021
Aghnia (2015). Perbandingan Lama Rawat Inap Antara Pasien Fraktur Terbuka
Grade Iii Dalam Fase Golden Period Dengan Over Golden Periode.
Universitas Sebelas Maret
Dian, R., Aat S., Taty H., 2010. Pengalaman Pemenuhan Seksual Klien
Skizoprenia Selama Dirawat Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 1, Hal 10, Diakses pada 03 Desember
2020 jam 20.15 wib.
Muhammad, S. A. T., Titik, S., dan Wignyo, S., 2016. Hubungan Lama Rawat
Inap Dengan Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pasien Skizofrenia Berstatus
Menikah Jurnal Keperawatan Volume 4 No 2, Hal 126 - 131, Diakses
pada 13 Desember 2020 jam 17.30 wib.
Supartini (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
https://www.merdeka.com/sehat/matcont-5-penyakit-yang-memberikan-
pengaruh-buruk-pada-kehidupan-seks.html Diakses pada 03 Desember
2020 jam 19.30 wib.