Anda di halaman 1dari 21

POKOK-POKOK KANDUNGAN AL-QURAN (TAFSIR SURAH AL-FATIHAH)

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Tafsir Tarbawi)

Dosen Pengampu:

Muh. Rofi'i, S.Pd.I, M.Pd.I

Oleh:

Norlia Ulfa (19.11.0101.0029)

Nurul Fitria (19.11.0101.0036)

Sitti Qhaimah (19.11.0101.0046)

PAI B VI B

PROGRAM S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH TANJUNG REDEB

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur selalu penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat serta karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa
pertolongannya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya diakhirat kelak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Muhammadiyah Tanjung Redeb karena telah diberi kesempatan untuk berkuliah di Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Tanjung Redeb. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pembimbing mata kuliah Hadis Tarbawi yang telah memberikan tugas makalah
ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Hadis
Tarbawi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan
semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh
semangat.

Penulis sangat bersyukur karena makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
berbagai kendala yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik, diharapkan dengan selesainnya
pembuatan makalah ini dapat memberi wawasan dan informasi yang lebih baik bagi penulis
maupun pembaca .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan besar harapan penulis mengenai
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Berau, 10 Februari 2022

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1. 1. Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2. Rumusan masalah..............................................................................................................1

1.3. Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.............................................................................................................................2

A. Pokok-pokok Kandungan Al-Quran...............................................................................2

3. Pengertian dan Riwayat Turunnya Al-Fatihah...............................................................4

5. Kandungan Surat Al-Fatihah...........................................................................................7

BAB III.........................................................................................................................................17

PENUTUP....................................................................................................................................17

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Surat Al Fatihah (pembukaan) yang di turunkan di Mekah dan terdiri dari tujuh ayat
adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada
dalam Al Quran dan termasuk golongan surah makiyah. Surat ini disebut Al Fatihah karena
dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan
bahwa surat ini dinamakan sebagai surat pembuka sebab diantaranya adalah sebagai
pembuka wajib dalam setiap shalat.

Dinamakan Ummul Quran atau Ummul Kitab karena ia merupakan induk bagi semua
isi Al Quran, serta menjadi inti sari dari kandungan Al Quran, dan karena itu diwajibkan
membacanya pada setiap shalat. Dinamakam pula As Sab’ul Matsany (tujuh yang
berulang-ulang ) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.

1.2. Rumusan masalah


1. Pengertian dan riwayat turunnya surah Al Fatihah

2. Pokok-pokok ajaran tarbiyah yang terkandung dalam surah Al Fatihah

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan riwayat turunnya surah Al Fatihah

2. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran tarbiyah yang terkandung dalam surah Al


Fatihah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. POKOK-POKOK KANDUNGAN AL-QUR'AN (Tafsir Kandungan Surat Al-Fatihah)

Dari sebanyak 114 surat dalam al-Qur'an, surat al-Fatihah terma- suk surat yang paling
populer, dikenal mulai dari kalangan anak-anak sampai dewasa; dari kalangan kaum dlu’afa
sampai kalangan kaum yang bertahta. Belum ada suatu penelitian yang menjelaskan
mengapa surat al-Fatihah itu begitu amat populer dan dikenal luas oleh masya- rakat, pada
hal surat yang pertama kali diturunkan bukan surat al- Fatihah, melainkan surat al-Alaq.
Namun analisis berikut ini akan men- coba menjelaskan sebab-sebab surat al-Fatihah itu
demikian populer. Paling kurang ada empat sebab mengapa surat al-Fatihah menjadi
demikian populer.

2
Pertama, karena surat al-Fatihah berada pada urutan pertama dalam susunan al-Qur'an.
Dengan demikian, bagi setiap orang yang membuka dan membaca al-Qur'an sungguhpun
tidak sampai ta- mat, mesti terlebih dahulu membaca surat al-Fatihah. Kesan pertama yang
dilihat oleh seseorang yang membuka dan membaca al-Qur'an tersebut, sudah pasti akan
memberikan kesan tersendiri. Psikologi mengatakan bahwa kesan pertama biasanya lebih
kuat Dibandingkan dengan kesan yang datang . Mengenai sebab- sebab mengapa susunan al-
Qur'an tidak dimulai dengan surat yang pertama kali diturunkan, yaitu surat al-'Alaq, H.M.
Quraish Shihab menjelaskan dengan menganalogikan dengan susunan pakaian yang
diletakkan dalam almari. Susunan dan letak pakaian dalam almari ternyata tidak didasarkan
pada pakaian yang pertama kali dibeli, karena boleh jadi pakaian yang pertama kali dibeli
diletakkan pada bagian bawah almari dengan pertimbangan karena kurang serasi. Demikian
al-Alaq pula dengan surat-surat dalam al-Qur'an, sungguhpun surat diturunkan pada urutan
pertama, namun diletakkan pada urutan ke-96.1Susunan surat-surat al-Qur'an di dalam al-
Qur'an dilakukan kelihatannya didasarkan pada kandungan yang terdapat pada surat
tersebut. Hasil penelitian para ahli memperlihatkan bahwa kan- dungan surat al-Fatihah
ternyata berisi pokok-pokok kandungan al-Qur'an. Atas dasar ini, maka sebelum seseorang
mengkaji surat- surat lainnya terlebih dahulu harus mempelajari surat al-Fatihah. Selain itu
terdapat pula informasi yang diberikan para ahli yang menyatakan bahwa susunan surat-
surat dalam al-Qur'an itu berda- sarkan ketetapan Rasulullah (tauqifi). Sebagai orang vang
dihori Sebagai orang yang diberi mandat untuk menjelaskan kandungan al-Qur'an2,
Rasulullah SAW diyakini lebih tahu bagaimana seharusnya susunan al-Qur'an itu dilakukan.
Dalam kaitan ini kiranya tidak relevan lagi untuk mem perdebatkan tentang susunan surat-
surat dalam al-Qur'an tersebut, karena sungguhpun susunan al-Qur'an dimulai dengan surat
al-Fati hah, namun bagi orang yang membacanya dapat memulai dari surat apa saja yang ia
minati.

Kedua, karena surat al-Fatihah termasuk bacaan wajib dalam shalat. 3Jika seseorang
mengerjakan shalat lima waktu sebanyak tujuh belas rakaat, dan setiap rakaat diwajibkan
membaca surat al-Fatihah, maka berarti ia telah membaca 17 kali surat al-Fatihah. Bacaan
ini demikian ia lakukan, sehingga selalu teringat dan dihafalnya.

1
'Pendapat H.M. Quraish Shihab tersebut disampaikannya pada perkuliahan di Pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta di hadapan para mahasiswa yang di antaranya penulis sendiri, di sekitar tahun 1992
2
.²Di dalam al-Qur'an dinyatakan Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Q.S. An-Nahl, 16:44)

3
Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW menegaskan: Tidak sah shalat yang dilakukan seseorang tanpa
membaca surat al-Fatihab. (la shala liman lam yaqra' bi fatihah al-kitab). H. Riyawat Bukhari Muslim.

3
Ketiga, karena surat al-Fatihah mengandung pokok-pokok ajaran al-Qur'an. Berbagai
ajaran yang terdapat surat selanjutnya yang ada dalam al-Qur'an sudah disinggung secara
singkat di dalam surat Al Fatihah. Atas dasar ini, maka dengan membaca surat al-Fatihah,
maka akan membantu seseorang dalam memahami ajaran yang terdapat dalam surat-surat
berikutnya itu. Inilah barangkali yang mengilhami para pendiri negara Republik Indonesia
(the father of the founding of this country), yang menyusun pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 yang di dalamnya sudah memuat gagasan dan pemikiran yang terdapat dalam
batang tubuh dan pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar tersebut.

Keempat, karena surat al-Fatihah seringkali digunakan sebagai do'a yang dipanjatkan
untuk seseorang yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan terkena musibah. Hal ini
tidak mengherankan, karena di dalam surat al-Fatihah terdapat kalimat yang menunjukkan
do'a, seperti kalimat yang berbunyi: Ihdina al-shirat al-mustaqiem, tunjukkanlah kepada
kami jalan yang lurus. (Q.S. al-Fatihah, 1:6). Penggunaan surat al-Fatihah untuk berdoa
barangkali didasarkan pada hadis Nabi yang banyak menjelaskan fadhilah surat atau lafadz
lafadz yang terdapat dalam surat al-Fatihah, misalnya hadis Nabi yang berbunyi:

"Surat yang paling agung di dalam al-Qur'an adalah Alhamdulillah rabb al-'alamin".
(H.R. Bukhari).4
‫مامن عبد يقول ببسم هللا الرحمــن الرحيـــم األذاب الشيطان كمايذوب الرصاص على النار‬

"Tidaklah seorang hamba membaca bismillahirrahmanirrahim me lainkan hancurlah


syaithan sebagai hancurnya timah di atas api". (H.R. al-Suyuthi).5

Berdasar pada uraian di atas, kajian berikut ini akan memfokus kan pada kandungan
surat al-Fatihah, dengan terlebih dahulu mengemukakan pengertian surat al-Fatihah, latar
belakang dan sebab sebab diturunkannya, dan permasalahan di sekitar kedudukan lafadz
basmallah dalam surat al-Fatihah.

B. PENGERTIAN DAN RIWAYAT TURUNNYA SURAT AL-FATIHAH

Al-Fatihah berasal dari kata fataba, yaftabu, fathah yang berarti pembukaan dan dapat
pula berarti kemenangan. Dinamai demikian karena dilihat dari segi posisinya surat al-Fatihah
berada pada bagian awal yang mendahului surat-surat lain. Sedangkan fatihah dalam arti
kemenangan dapat dijumpai pada nama surat yang ke-48 yang berju dul al-Fath yang berarti
kemenangan. Bahkan bagi masyarakat Jakarta, dijumpai fakta sejarah kota Jakarta yang
pertama bernama Jaya Karta yang diberikan oleh Fatahillah dan berarti kemenangan yang

4
Lihat al-Targhib, 3:26.

5
'Lihat al-Suyuthi dalam Lubab al-Haits. Lihat pula T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa (Jakarta:
Bulan Bintang, 1986), cet. IX, hal. 49 dan 159
4
nyata adalah diilhami oleh ayat pertama surat al-Fath ini. Ayat tersebut selengkapnya
berbunyi:

‫إنا فتحنا لك فتحا مبينا‬

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. (Q.S. al-Fath,
48:1).

Selanjutnya al-Fatihah dilihat dari segi ajarannya yang memuat pokok-pokok ajaran
yang terkandung dalam surat-surat lainnya dalam al-Qur'an sebagaimana telah disinggung di
atas, sering pula disebut sebagai Umm al Qur'an (Induknya al-Qur'an) dan Umm al-Kitab (In
duknya al-Kitab, yakni Al-Qur'an). Dalam kaitan ini Tafsir Departemen Agama RI,
menyatakan Surat al-Fatihah ini dinamai Umm al-Qur'an atau Umm al-Kitab, karena dia
merupakan induk, pokok, atau basis bagi al-Qur'an seluruhnya, dengan arti bahwa surat al-
Fatihah ini mengandung pokok-pokok isi al-Qur'an.6

Nama lainnya yang diberikan kepada surat al-Fatihah adalah Sab'u min al-Matsani
(Tujuh Yang Diulang). Hal ini dijumpai dalam hadis Nabi yang berbunyi:

‫ والفي اإلنجيـل وانهاسع والفي الزبور والفي الفرقان مثلها وانها سبع من المثـاني‬,‫والذي نفسي بيده ما انزل هللا في التوراة‬

‫والقران العظيم الذي اغتيطة‬

"Demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan di dalam al-Taurat, tidak
di dalam Injil, tidak di dalam al-Zabur, tidak di dalam al-Furqan ayat-ayat yang menyamai
al-Fatihah. Dialah tujuhayat yang diulang di dalam al-Qur'an al-Adziem yang diberikan ke
padaku". (H.R. Muslim)."

Sebab-sebab al-Fatihah dinamai As-Sab' al-Matsani adalah karena ayatnya berjumlah


tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sembahyang. Dalam kaitan ini Ibn Katsir mengatakan
sebagai berikut.

Telah ditetapkan dalam kitab Shahih Bukhari menurut al-Tur mudzi dan
membenarkannya yang diterima dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, bahwa
al-hamdulillahirabil alamin adalah termasuk umm al-Qur'an, Umma al-Kitab, Sab'al-Matsani
dan al Qur'an al-Adziem.7

Selain itu, al-Fatihah juga bernama al-Syifa', al-Raqiyah, Asas al-Qur'an, al-Waqiyah dan
al-Kafiyah. Nama al-syifa' yang berarti obat ini didasarkan pada hadis marfu' yang
diriwayatkan al-Darimy dari Abi Sa'id yang berbunyi: Fatihah al-kitab syifa min kulli samm
6
Tad nd i'kmal _ Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jilid I, Jakarta: Dep.Agama RI, 1983/1984), hal. 3
7
Lihat Imam Abi al-Fida Isma'il Ibn Katsir al-Qurasy al-Dimasyo Ibn Katsir, Juz 1, (Makkah al-Mukarramah: al-
Maktabah al-Tijariyab hal. 9.

5
(Surat al-Fatibab adalah obat dari setiap penyakit). Inilah yang di duga mendasari kaum
muslimin mempergunakan surat al-Fatihah sebagai do'a yang seringkali dibaca untuk
mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Selanjutnya nama al-Raqiyah yang berarti permo
honan ini didasarkan pada hadis Abi Sa'id yang terdapat dalam Sahih Bukhari, yang
mengatakan bahwa ketika seorang laki-laki mengharap kan keselamatan, Rasulullah SAW
mengatakan kepadanya wa maa yudrika annaba raqiyah yang artinya tidakkah ia dapati bahwa
al fatihah itu merupakan keselamatan? Sedangkan nama al-Fatihah sebagai Asas al-Qur'an
yang berarti dasar-dasar al-Qur'an didasarkan.

pada riwayat al-Sya'bi dari Ibn 'Abbas. Rasulullah SAW menyatakan Wa asasuha
bismillahirrahmanirrahim artinya asas al-Fatihah itu adalah bismillahirrahmanirrahim.
Sedangkan nama al-Waqiyah yang berarti pemelihara diberikan oleh Sufyan bi Uyainah, dan
nama al-kafiyah yang berarti yang mencakup diberikan oleh Yahya bin Abi Katsir. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa al-Fatihah menca kup surat-surat lainnya dan tidak ada
yang dapat mencakup kecuali surat al-Fatihah. Hal ini berdasarkan pada sebagian hadis
Mursal yang berbunyi: Umm al-Qur'an 'iwadl min ghairiba wa laitsa min ghai riba iwadl
minha (al-Fatihah itu menggantikan surat lainnya, dan tidaklah surat lainnya itu menggantikan
al-Fatihab). Selain itu al-Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasyaf menyebut surat al-Fatihah
sebagai surat al-Shalat dan al-Kanz yang berarti perbendaharaan. 8

Makna yang terkandung di balik nama yang beraneka ragam ten tang al-Fatihah itu
menunjukkan tentang peran, fungsi, kandungan, hikmah, dan keistimewaan yang dimiliki
surat al-Fatihah. Dan atas dasar ini pula dapatlah dimengerti jika Rasulullah SAW
menempatkan surat al-Fatihah pada permulaan surat yang ada di dalam al-Qur'an.

Sebagaimana halnya namanya tersebut di atas, mengenai sebab sebab turunnya surat al-
Fatihah pun banyak riwayat yang menyebutkan. Sebagian menyebutkan bahwa surat al-
Fatihah diturunkan di Mekkah, yaitu pada permulaan disyariatkannya shalat; dan surat inilah
yang pertama kali diturunkan secara lengkap tujuh ayat.9

Selanjutnya dalam Kitab Asbab al-Nuzul Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-
Wakhidiy al-Naysaburi mengatakan, bahwa dalam hal turunnya surat al-Fatihah ini terdapat
perselisihan, namun menurut sebagian besar pada ahli tafsir bahwa surat tersebut turun di
Mekkah

dan termasuk surat dari al-Qur'an yang pertama kali diturunkan." Lebih lanjut ikuti uraian
berikut ini.

‫ أخبر نا الحسن بن جعفر المعسر قال أخبرناابوالحسن بن احسن بن محمـد بن‬:‫أخبرنا أبو اسحاق احمد بن محمد المفسر قال‬
‫ حدثنا عبدهللا بن محمـود السعدي قال حدثنا أبويحي القصرى قال حـد تـا مروان بن معاوية عن‬:‫محمود المروزي قال‬
8
Ibn Katsir, op. cit., hal. 9.
9
"Ibid., hal. 4.
6
‫الوالء بن المسيب عن الفضل بن عمر عن علي بن ابي طالب عليه السالم قال نزلت فاتحـه الكتاب بمكة من كنز تحت‬
‫العرش‬

Telah menceritakan kepada kita, babica Abu Isbaq Abmad bin Muhammad al-Mufassir
berkata: Telah menceritakan kepada kami bahwa al-Hasan bin Ja'far al-Mufassir berkata;
Telab menceritakan kepada kami Abu al-Hasan bin Muhammad bin Muhammad bin Mahmud
al-Marwadzy berkata, bahwa Abdullah bin Mahmud al Su'diy berkata, bahwa Abu Yahya al-
Qushra berkata, bahwa Mar wan bin Mu'awiyah dari al-Wila bin al-Musayyab dari al-Fadhil
bin Umar, dari Ali bin Abi Thalib as, berkata bahwa Fatihab al-Kitab (Surat al-Fatihah)
diturunkan di Mekkab dari perbendaharaan yang terdapat di bawah Arasy.10

Sementara itu Mujahid berpendapat bahwa surat al-Fatihah ter masuk surat yang
diturunkan di Madinah. Dalam kaitan ini al-Husain bin al-Fadhil berpendapat bahwa pada
setiap orang alim terdapat ampunan, dan pendapat ini termasuk pendapat yang tergesa-gesa
dari Mujahid, dan tampaknya ia hanya sendirian yang berpendapat demi kian, sedangkan
ulama lainnya menyangkalnya.

Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan dua
kali, yaitu di Mekkah dan di Madinah dengan tujuan untuk memuliakan surat tersebut. Dalam
hubungan ini Ibn Katsir mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan dua kali; sekali di
Mekkah dan sekali lagi di Madinah. Sementara itu ada pula penda pat Abu al-Laits al-
Samarqandi yang mengatakan bahwa sebagian surat al-Fatihah turun di Mekkah, dan
sebagiannya lagi turun di Madinah. Namun pendapat yang terakhir ini sangat aneh (gharib
jidan).11

Dari berbagai pendapat di sekitar tempat turunnya surat al-Fati hah itu, tampak jelas
bahwa yang paling kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa surat al-Fatihah diturunkan
di Mekkah. Namun demikian tidak terdapat keterangan tentang sebab-sebab atau peris tiwa
yang menyertai turunnya surat al-Fatihah itu, serta dalam situasi dan kondisi yang bagaimana
surat itu turun, dan tahun berapa tepat nya surat itu turun? Pertanyaan ini belum ada riwayat
yang menjelas kannya. Namun dari keterangan bahwa surat al-Fatihah itu turun pada awal
disyariatkannya shalat, maka dapat diperkirakan pada saat Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW,
yang menurut sejarah di sekitar satu tahun menjelang Rasulullah SAW pindah (hijrah) ke
Madinah, yaitu pada tahun ke-13 dari Kenabian Muhammad SAW.

C. KANDUNGAN SURAT AL-FATIHAH

Kandungan surat al-Fatihah selengkapnya berbunyi:

10
12Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wakhidiy al (Beirut: Dar al-Fikr, 1411 H/1991), hal. 11. BIbid., hal. 11.

11
Ibn Katsir, op. cit., hal. 9
7
‫ اياك نعبدـ وايـــاك نستعين اهدنا الصراط المــــــيـم صـــــراط‬.‫ ملك يـوم الدين‬.‫ الرحمن الرحيم‬.‫الحمد هلل رب العلمين‬
‫الذين العمـت عليـهـم غير المغضوب عليهم وال الضالين‬

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allab, Tuban semesta alam;

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang;

Yang menguasai hari pembalasan; Lates Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya
kepada Engkau lah kami mohon pertolongan;

Tunjukkilah kami jalan yang lurus;

(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Berdasarkan perhitungan Ibn Katsir bahwa surat al-Fatihah ter diri dari 7 ayat, 25 kalimat
dan 113 huruf. Apa makna jumlah ayat, kalimat dan huruf ini belum dijumpai keterangan
yang diberikan para ulama.

Perdebatan muncul di sekitar apakah lafadz bismillahirrahma nirrahim termasuk bagian


dari surat al-Fatihah atau tidak. Berkenaan dengan ini Ibn Katsir menjelaskan sebagai berikut.

1. Menurut riwayat al-Hakim Abu Abdullah al-Naisabury di dalam kitab Mustadraknya, dan
diriwayatkan secara mursal oleh Said Ibn Jubair, dan dalam Shahih Ibn Huzaimah dari
Ummi Salamah ra bahwa Rasulullah SAW membaca basmalllah pada awal al Fatihah dan
menilainya sebagai bagian ayat dari al-Fatihah.
2. Menurut riwayat Umar bin Harun al-Balkhiy yang di dalamnya mengandung kelemahan
dari Ibn Juraih dari Ibn Abi Malikah yang diikuti oleh riwayat al-Daruquthny dengan
mengikuti Abi Hurai rah dan riwayat serupa dari Ali, Ibn Abbas dan lainnya, bahwa bas
mallah termasuk ayat dari setiap surat, kecuali surat al-Taubah.
3. Menurut Ibn Abbas, Ibn Umar, Ibn al-Zubair, Abu Hurairah, dan Ali, serta dari kalangan
Tabi'in seperti Atha', Thawus, Sa'id bin Jubair, Mahkul bin Salam r.a., Imam Malik, Abu
Hanifah dan para pengikut keduanya, bahwa basmallah bukan termasuk bagian dari surat
al-Fatihah dan juga bukan bagian dari surat-surat lainnya.
4. Menurut al-Syafi'i pada sebagian ucapannya dan sebagian pe ngikut madzhabnya bahwa
basmallah termasuk bagian dari ayat www.surat al-Fatihah dan bukan termasuk bagian dari
ayat setiap surat lainnya.
5. Menurut Daud bahwa basmallah merupakan ayat yang berdiri sendiri pada setiap awal
surat, dan bukan merupakan bagian dari setiap surat tersebut. Riwayat ini berasal dari

8
Imam Ahmad bin Hambal sebagaimana diceritakan oleh al-Razi dari Abi al-Hasan nem al-
Kurkhy yang keduanya termasuk sahabat senior Abi Hanifah.12

Sejalan dengan uraian tersebut di atas, Ahmad Musthafa al-Maraghi mengatakan sebagai
berikut.

Sebagian dari sahabat seperti Abi Hurairah, Ali, Ibn 'Abbas dan Ibn 'Umar serta sebagian
tabi'in seperti Sa'id bin Jubair, 'Atha, alZuhri, Ibn Mubarak dan sebagian para ahli Fiqih dan
ahli Qira'at Mekkah seperti Ibn Katsir, serta sebagian ahli qira'at dan ahli Fiqih Kufah seperti
Ashim, al-Kisa'i, al-Syafi'i dan Ahmad berpendapat bah wa basmallah termasuk ayat dari
setiap surat yang terdapat di dalam al-Qur'an. Argumentasi yang mereka gunakan untuk ini
adalah:

1. Para sahabat dan orang-orang sesudahnya sepakat yang mene capkan basmalah di dalam
mushaf, yaitu pada awal setiap surat, selain surat al-Taubah/Bara'ah, disertai perintah
agar menjauhi segala sesuatu yang tidak termasuk al-Qur'an. Dengan demikian mereka
agar tidak menulis lafadz amin pada akhir surat al-Fatihah.
2. Keterangan yang terdapat dalam berbagai hadis, di antaranya Imam Muslim dalam Kitab
Shahihnya meriwayatkan dari Anas ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Tiba-tiba turun kepadaku sebuah surat, maka ia membaca basmillahirrah manirrahim.
Selanjutnya Abu Daud dan Ibn Abbas meriwayat kan bahwa Rasulullah SAW tidak
mengetahui akhir sebuah su at hingga kepadanya turun bismillahirrahmanirrahim. Ke
mudian al-Daruquthni dari Abi Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
menyatakan jika kamu membaca alhamdu lillah, maka bacalab bismillahirrahmanirrahim,
karena al Fatibab itu merupakan Ummu al-Qur'an, al-Sab'u al-Matsani, dan
bismillahirrahmanirrahim merupakan salah satu ayat surat al-Fatihah.
3. Kaum Muslimin sepakat bahwa di antara dua kitab terdapat firman Allah, dan bismillah
termasuk di antara keduanya dan harus dijadikan bagian dari kalamullah

Berbeda dengan pendapat tersebut di atas, Imam Malik dan lain nya dari Ulama Madinah,
serta al Auza'i dan sekelompok dari Ulama Syam, Hou Amr dan Yakub dari ahli qira'at
Bashrah yang termasuk benar-benar dari Madzhab Abi Hanifah berpendapat bahwa bismilla
birrahmanirrahim merupakan ayat al-Qur'an yang berdiri sendiri dan diturunkan dengan
tujuan untuk menjelaskan pangkal dan pemisah setiap surat.

Demikian pula Abdullah bin Mas'ud berpendapat bahwa bismillah tidak termasuk ayat al-
Qur'an sama sekali, dan itulah pendapat sebagian pengikut Abu Hanifah.

Argumentasi yang digunakan oleh mereka yang tidak memasuk kan bismillah sebagai
bagian dari ayat surat al-Fatihah ini adalah hadis Anas yang menyatakan bahwa ia
12
Ibn Katsir, loc. cit., 17

9
sembahyang di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Usman, mereka semua itu
memulai al Fatihah dengan al-bamdulillabirrabbil'alamin, dan tidak menyebut
bismillahirrahmanirrahim pada awal dan akhir bacaannya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas terlihat dengan jelas, bahwa persoalan membaca
bismillahirrahmanirrahim pada awal surat al-Fa tihah adalah masalah khilafiyah atau
diperselisihkan. Masing-masing memiliki argumentasi yang sama-sama kuat. Untuk itu
perlu dikem bangkan sikap toleransi, yaitu dengan mempersilakan kepada ummat untuk
mengikuti pendapat mana yang dirasakan paling cocok. Dengan cara demikian, pendapat
tersebut tidak akan menimbulkan konflik, melainkan mendatangkan rahmat, karena umat
memiliki pilihan-pi lihan yang secara bebas dapat mengambil pendapat mana yang paling
cocok.

Selanjutnya sebelum menjelaskan kandungan al-Fatihah secara keseluruhan, ada baiknya


dijelaskan kandungan makna yang terdapat pada setiap lafadz sebagai berikut.

Pertama, tafsir bismillahirrahmanirrahim. Kata ism adalah lafadz yang menujukkan pada
nama pribadi seseorang seperti Muhammad dan manusia, atau menunjukkan pada sebuah
pengertian abstrak seperti ilmu dan kesopanan. Dalam kaitan ini, kata ism menunjukk pada
nama Allah, di mana ayat-ayat al-Qur'an banyak memerintahk agar menyebut nama-Nya.
Selanjutnya lafadz Allah adalah nama k sus bagi zat yang wajib dipuja dan tidak dapat
diberikan sama seka nama tersebut kepada selain Dia, sebagaimana orang Arab Jahiliy
ketika ditanya siapakah yang menciptakan langit dan bumi, ia menj wab Allah, dan jika
ditanya apakah al-Lata dan al-Uzza termasuk sesu yang diciptakan? la menjawab tidak.
Selanjutnya al-rabman al-rabim kedua-duanya diambil dari kata al-rabmab, yang berarti
pengertian yang bersemayam dalam hati yang dimunculkan oleh orang yang me miliki
dalam bentuk perbuatan baik terhadap orang lain. Selanjutnya lafadz al-rabman
menunjukkan pada sifat orang yang melakukan ka sih sayang dengan cara memberikan
kenikmatan dan kebaikan pada orang lain. Sedangkan al-rabim menunjukkan pada tempat
muncul nya kasih sayang, karena al-rabim mengacu kepada sifat yang tetap dan mesti
berlangsung selama-lamanya. Oleh karena itu jika Allah SWT diberi sifat al-rabman, maka
maksudnya bahwa Allah adalah Zat yang berkuasa memberikan kenikmatan, namun ini
tidak dapat dipahami bahwa al-rahmah termasuk sifat yang wajib selamanya pada Allah.
Sedangkan jika sesudah itu disifati dengan al-rahim, maka dapat dike tahui bahwa pada zat
Allah terdapat sifat yang tetap dan terus ber langsung, yaitu al-rahmah yang pengaruhnya
terlihat dalam berbuat baik kepada seluruh ciptaan-Nya selama-lamanya.

Dimulainya surat al-Fatihah dengan lafadz bismillahirrahmanir rabim dimaksudkan untuk


memberi petunjuk kepada hamba-hamba Nya agar memulai suatu pekerjaan dengan lafadz
tersebut, sebagaimana hal ini dinyatakan dalam hadis,

10
‫كل أمر ذي بال ال يبدأ فيه ببسم هللا فهو أقطع‬

"Setiap pekerjaan yang memiliki manfaat yang tidak dimulai dengan bismillah maka
perbuatan tersebut kurang berkah."

Kedua, tafsir al-hamdulillahirrabbil alamin. Maksud dari lafadz al-bamdu dari segi bahasa
adalah pujian atau sanjungan terhadap perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang
melalui usahanya apa kah semula ia mengharap pujian atau tidak. Kata al-hamdu ini se
lanjutnya menjadi pangkal kalimat pernyataan syukur, sebagaimana Allah tidak bersyukur
kepada seorang hamba yang tidak memuji-Nya. Hal yang demikian didasarkan pada alasan
karena menyatakan ke nikmatan dengan lisan dan pujian terhadap orang yang melakukannya
menyebabkan ia terkenal di kalangan sesama manusia, dan menye babkan pemiliknya
memiliki perasaan yang menyenangkan. Adapun bersyukur dengan hati termasuk perbuatan
yang tidak tampak dan sedikit sekali orang yang mengetahuinya, demikian juga bersyukur
dengan perbuatan tidak dapat terlihat tampak jelas di kalangan ma nusia. Adapun kata rabb
dapat berarti pemilik yang mendidik yaitu orang yang mempengaruhi orang yang dididiknya
dan memikirkan keadaannya. Sedangkan pendidikan yang dilakukan Allah terhadap manusia
ada dua macam; yaitu pendidikan, pembinaan atau peme liharaan terhadap kejadian fisiknya
yang terlihat pada pengembangan jasad atau fisiknya sehingga mencapai kedewasaan, serta
pendidikan terhadap perkembangan potensi kejiwaan dan akal pikirannya, pen didikan
keagamaan dan akhlaknya yang terjadi dengan diberikannya potensi-potensi tersebut kepada
manusia, sehingga dengan itu semua manusia mencapai kesempurnaan akalnya dan bersih
jiwanya. Selan jutnya kata rabb dapat pula digunakan oleh manusia, seperti pada ungkapan
rabb al-dar memiliki rumah dan rabb hadzibi al-an'am yang berarti memiliki binatang ternak
ini. Adapun kata al-alamin yang bentuk tunggal alam adalah meliputi seluruh yang tampak
ada. Kata alam ini biasanya tidak digunakan kecuali pada kelompok yang dapat dibedakan
jenis dan sifat-sifatnya yang lebih mendekati pada makhluk yang berakal, walaupun bukan
manusia. Yang dapat dima sukkan ke dalam kelompok ini adalah alam al-insan (alam
manusia), alam al-hayawan (alam binatang), dan alam al-nabat (alam tum buh-tumbuhan),
dan tidak dapat dimasukkan alam al-bajar (alam batu), alam al-turab (alam tanah).
Pengertian ini didasarkan pada adanya kata rabb yang mendahului kata alam tersebut, yang
berarti mendidik, membina, mengarahkan dan mengembangkan yang meng haruskan adanya
unsur kehidupan seperti makan dan minum serta berkembang biak. Sedangkan batu dan
tanah tidak memiliki unsur unsur yang demikian itu.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pujian yang baik
hanyalah untuk Allah, karena Dia-lah sumber segala yang ada. Dia-lah yang menggerakkan
seluruh alam dan mendidiknya mulai dari awal hingga akhir dan memberikannya nilai nilai
kebaikan dan kemaslahatan. Dengan demikian puji itu hanya kepada Pencipta, dan syukur
kepada yang memiliki keutamaan.

11
Ketiga, tafsir makna al-rahman al-rabim. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa
makna al-rahman adalah yang memberikan kenikmatan yang baik kepada hamba-hamba-
Nya tanpa mengenal batas dan akhir. Lafadz ini hanya untuk Allah dan tidak dapat dilekat
kan pada yang lain-Nya. Sedangkan al-rabim adalah Zat yang padanya terdapat sifat rahmah
(kasih sayang) yang daripadanya dapat timbul perbuatan yang baik.

Keempat, tafsir makna maliki yaumi al-din. Kata maliki berarti mengatur perilaku orang-
orang yang berakal dengan cara membe rikan perintah, larangan dan balasan. Hal ini sejalan
dengan ungkapan malik al-naas yang mengatur dan menguasai manusia. Sedangkan lafadz
al-din dari segi bahasa digunakan untuk pengertian al-hisab yakni perhitungan, dan berarti
pula memberikan kecukupan, pembalasan yangng setara dengan perbuatan yang dilakukan
manusia semasa hidup di dunia.

Kelima, tafsir makna fyyaka na'budu wa fyyaka nasta'in. Kata dalam ayat ini berarti
merendahkan diri yang diseras pera n getaran hati yang muncul karena mengagungkan Zat
Yang, ah (Allah SWT) yang didasarkan pada keyakinan bahwa pada dapat kekuasaan yang
hakikatnya tidak dapat dipnjau dien iran, karena melampaui batas yang dapat dijangkau deh
pe atau dicapai oleh sejauh kemampuan nalanya. Intinya aya si perintah Allah agar
seseorang tidak menyembah selain arena Dia-lah yang tersendiri dengan kekuasaan-Nya.
Selain ini juga melarang seseorang menyekutukan-Nya atau meng an selain diri-Nya, dan
menyuruh kita agar tidak meminta ngan kepada selain Dia atau meminta pertolongan yang
dapat mpurnakan perbuatannya dan menyampaikan kepada hasil harapkan.

Keenam, tafsir makna ihdina al-shirath al-mustaqim. Kata bi yang terdapat dalam ayat ini
mengandung arti petunjuk yang wa kepada tercapainya sesuatu yang diharapkan. Sedangkan
ath berarti jalan, dan mustaqiem berarti lurus, lawan dari -k. Selanjutnya hidayah Allah yang
diberikan kepada manusia cam-macam. Pertama, hidayah al-ilham, yaitu hidayah yang an
kepada bayi sejak kelahirannya, seperti perasaan butuh p makanan dan ia menangis karena
mengharapkan makanan t. Kedua hidayah al-bawas. Hidayah ini dan hidayah yang a kedua-
duanya diberikan kepada manusia dan binatang, bah dua hidayah tersebut lebih sempurna
pada binatang diban n pada manusia, karena bidayah ilham dan bidayah bawas anusia
pertumbuhannya amat lambat, dan bertahap dibanding da binatang, yang ketika lahir sudah
dapat bergerak, makan,berjalan dan sebagainya. Ketiga, bidayah al-aql yaitu hidayah yang
kedudukannya lebih tinggi daripada hidayah yang pertama dan ke dua. Hidayah ini hanya
untuk manusia, karena manusia diciptakan untuk hidup bersama dengan yang lainnya,
sedangkan ilham dan ha wasnya tidak cukup untuk mencapai kehidupan bersama itu. Untuk
mencapai kehidupan bersama dengan orang lain harus disertai akal yang dapat memperbaiki
kesalahan yang diperbuat pancaindera. Pancaindera terkadang melihat tongkat yang
sebenarnya lurus men jadi bengkok ketika tongkat itu berada dalam air; dan terkadang lidah
merasakan pahit terhadap makanan yang sebenarnya manis, dan se bagainya. Keempat,
hidayah al-adyan wa al-syara' yaitu hidayah yang ditujukan kepada manusia yang cenderung
12
mengikuti hawa nafsunya, membiarkan dirinya terpedaya oleh kelezatan duniawi dan
syahwat menempuh jalan keburukan dan dosa, saling bermusuhan antara sesamanya, saling
mengalahkan antara satu dan lainnya yang kese muanya itu terjadi karena akalnya
dikalahkan oleh hawa nafsu. Dalam keadaan seperti ini perlu dijelaskan batas-batas dan
aturan, agar me reka berpegang teguh kepadanya. Batas-batas dan aturan tersebut adalah
hidayah al-din yang diberikan oleh Allah kepada manusia.

Ketujuh, tafsir makna shirath al-ladzina an'amta 'alaihim ghair al-maghdlubi 'alaihim wa
laa al-dlallin. Yang dimaksud dengan kata al-ladzina dalam ayat ini adalah orang-orang yang
mendapatkan kenikmatan dari Allah, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, orang orang
yang salih yang terdiri dari kelompok pemeluk Islam terdahulu. Sedangkan al-maghdlubi
alaihim adalah orang-orang yang menolak agama yang benar yang disyariatkan Allah
kepadanya. Mereka berpa ling dari kebenaran dan tetap mengikuti apa yang diwariskan
nenek moyang mereka, dan semua itu menyebabkan mereka dimasukkan ke dalam neraka
jahanam. Sedangkan al-dlallun adalah orang-orang yang tidak mengenal kebenaran, atau
tidak mengetahui sesuatu secara benar, yaitu orang-orang yang kepadanya tidak sampai
risalah, atau sam pai risalah kepada mereka namun mereka enggan mengikutinya.13

Berdasarkan analisis kontent dengan menggunakan pendekatan semantik dan korelasional


sebagaimana dikemukakan di atas, dapat dikemukakan pokok-pokok ajaran yang terkandung
dalam surat al Fatihah sebagai berikut.

Pertama, berisi pokok-pokok ajaran tentang keimanan, yaitu beriman kepada Allah dan
hari akhir. Pada surat ini diperkenalkan tentang sifat-sifat Allah yang diwakili oleh lafadz al-
rahman dan al rahim (Maha Pengasih dan Maha Penyayang) yang diulang masing masing
dua kali; dan perbuatan Allah yang diwakili oleh lafadz rabb al-'alamin (Yang Menguasai,
Memelihara, Membina, Mendidik, Me ngarahkan dan membina seluruh alam), terutama
alam yang memiliki unsur kehidupan, makan minum dan bergerak; serta adanya hari akhir
yang diwakili oleh lafadz malik yaum al-din (Yang menguasai hari Pembalasan).

Pokok-pokok ajaran tentang keimanan yang terdapat dalam su rat al-Fatihah ini sama
sekali tidak menyinggung masalah zat Tuhan, karena hal ini termasuk masalah yang tidak
mungkin dijangkau oleh pancaindera dan akal manusia yang terbatas. Ajaran keimanan
dalam surat ini menekankan tentang pentingnya mengenal Allah melalui pengamatan secara
seksama terhadap sifat dan perbuatan Allah yang tampak di jagat raya ini.

Keimanan yang dapat menghasilkan keikhlasan, kejujuran, tanggung jawab, kreativitas


dan motivasi sebagaimana dikemukakan dalam surat ini harus mendasari seluruh perbuatan
baik yang akan dilakukan oleh manusia, sehingga perbuatan tersebut di samping akan

13
Al-Maraghi, op. cit., hal. 27-33.

13
bernilai ibadah juga tidak akan disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang dapat merusak dan
merugikan umat manusia. Keimanan yang selanjutnya mengambil bentuk akidah ini penting
sekali untuk digu. nakan sebagai dasar pendidikan Islam. 14 Para ahli pendidikan Islam
sepakat, bahwa keimanan harus menjadi dasar pendidikan. Dengan dasar ini, maka seluruh
komponen pendidikan, mulai dari tujuan, kuri kulum (materi) pendidikan, metode, motivasi,
evaluasi dan sebagainya harus didasarkan pada keimanan. Dengan dasar ini, maka tujuan
pendidikan harus diarahkan untuk membentuk manusia yang me ngenal Tuhan sebagai
pencipta dirinya, pertanggungjawaban yang harus dilakukannya di dunia dan di akhirat
nanti. Dengan demikian ia akan menjadi orang yang baik dan senantiasa melakukan
kebaikan. Dengan dasar ini pula, maka kurikulum pendidikan selain harus me muat ajaran
tentang keimanan sebagai mata pelajaran pokok, juga akan mengintegrasikan seluruh mata
pelajaran baik mata pelajaran agama maupun umum sebagai suatu kesatuan, yakni sebagai
hasil pema haman terhadap ayat-ayat Allah.15 Dengan dasar keimanan ini pula metode
pendidikan harus didasarkan pada pandangan bahwa peng ajaran dan pendidikan harus dapat
memanfaatkan seluruh jagat raya ciptaan Allah sebagai sarana untuk membawa anak
mengenal Tuhan nya dan ciptaan-Nya, dan memperlakukan anak didik sebagai makhluk
yang sama kedudukannya dengan dirinya. Dengan dasar keimanan ini pula, motivasi
pendidikan harus dilakukan dengan ikhlas, tanggung jawab, kejujuran dan penuh kreativitas,
sebagaimana halnya Allah SWT telah melakukan semua itu terhadap ciptaan-Nya. Dengan
dasar ke imanan ini seorang guru harus mampu meniru dan mempraktekkan sifat-sifat Tuhan
menurut kadar kesanggupannya. Selanjutnya de ngan dasar keimanan ini pula, evaluasi
pendidikan harus dilakukan dengan jujur, obyektif dan penuh tanggung jawab. Itulah
hubungan singkat antara pokok ajaran keimanan dalam surat al-Fatihah ini dengan
pendidikan.

Kedua, berisi pokok-pokok ajaran tentang ibadah sebagaimana diwakili oleh ayat Iyyaka
na'budu wa iyyaka nasta'in (Kepada-Mu kami mengabdi dan kepada-Mu mi memohon

14
18Munir Mursi, al-Tarbiyab al-Islamiyab Ushuluha wa Tathawwuruba, (Mekkah: Dar al-Kitab, 1988), cet. I, hal. 8.
15
Ayat-ayat Allah dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama ayat-ayat Allah yang ada dalam al-Qur'an. Studi
terhadap ayat-ayat Allah yang ada dalam al-Qur'an ini akan menghasilkan ilmu agama seperti tafsir, hukum Islam,
ilmu kalam, akhlak, akidah dan sebagainya. Kedua ayat-ayat Allah yang ada di alam jagat raya. Studi terhadap ayat-
ayat Allah yang ada dalam alam jagat raya seperti air, udara, binatang, tumbuh-tumbuhan, energi, dan sebagainya
ini akan menghasilkan ilmu pengetahuan (sains), dan sains yang dipadu dengan teknik akan menghasilkan
teknologi. Ketiga ayat-ayat Allah yang (secara khusus) terdapat dalam diri manusia. Studi terhadap manusia dari
segi fisik nya menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran; studi terhadap manusia dari segi akalnya menghasilkan
filsafat; study terhadap manusia dari segi perilakunya menghasilkan ilmu ekonomi politik, antropologi, sejarah,
pendidikan, kebudayaan dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Dengan analisis sederhana ini tampak bahwa pohon ilmu
dengan ketiga cabang dan ranting-rantingnya itu terikat oleh dasar tauhid, yaitu kesatuan sebagai ayat-ayat Allah.
Satu dan lainnya berasal dari Allah, karenanya harus digunakan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada
Allah, bukan untuk menentang-Nya. Berbagai macam ilmu tersebut merupakan satu pohon yang antara satu dan
lainnya saling berhubungan. Dengan demikian, maka dalam perspektif al Qur'an tidak dikenal adanya dikhotomi
antara agama dengan ilmu pengetahuan.

14
pertolongan). Kata ibadah yang pada intinya ketundukkan untuk melaksanakan segala
perintah Allah mengandung arti yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam arti khusus
seperti shalat, puasa, zakat dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas, yaitu seluruh
aktivitas kebaikan yang dilaku kan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan
tujuan ikhlas karena Allah SWT. Ibadah dalam arti yang demikian itulah yang harus
dijadikan tujuan dalam pendidikan. Dengan cara demikian pendidikan akan memiliki
kontribusi dalam menyiapkan sumber daya ma yang mampu berkiprah di tengah-tengah
masyarakat. Manusia mampu beribadah itulah manusia yang akan memberi manf a dirinya
dan manfaat bagi orang lain.16

Ketiga, berisi pokok-pokok ajaran tentang hukum agama atau ah, sebagaimana diwakili
oleh ayat yang berbunyi ibdina al-shi Sal-mustaqim. Lafadz ini secara harfiah mengandung
arti tentang utuhan manusia terhadap jalan yang lurus; jalan lurus ini adalah ma dengan
segenap hukum atau syari'ah yang terkandung di amnya. Agama yang berasal dari Allah ini
berfungsi sebagai rahmat ng diperlukan manusia untuk mengatasi berbagai kekurangan di
ya. Melalui agama ini berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan eh akal dan segenap
potensi yang dimiliki manusia akan dapat di si, seperti masalah kehidupan di akhirat, baik
dan buruk dan lain Dagainya." Pokok-pokok ajaran tentang hukum agama atau syari'ah erat
kaitannya dengan materi atau kurikulum pendidikan, yaitu ain kurikulum itu memuat materi
pelajaran yang bertolak dari hasil penelitian dan pemikiran manusia, juga harus memuat
materi jaran yang bertolak dari wahyu yang diturunkan dari Allah SWT beradaan materi
ajaran yang bersumber dari wahyu ini penting d rangka menilai dan mengukur kebenaran
yang dihasilkan pene dan pemikiran manusia. Dengan cara demikian diharapkan terjadi
keseimbangan antara materi ajaran yang berasal dari aka materi ajaran yang berasal dari naql
(wahyu Allah).

Keempat berisi pokok-pokok ajaran tentang kisah, sebagai diwakili oleh ayat shirat al-
ladzina an'amta 'alaihim ghai maghdlubi 'alaihim wala al-dlallin. Ayat ini menginformasikan
tang kisah orang yang mendapatkan kenikmatan yaitu para nabi, shiddiqin, para salihin dan
sebagainya; dan orang yang mendapa murka dan kesesatan, yaitu orang-orang yang inkar
terhadap naran, berbuat keburukan dan sebagainya seperti yang dilakukan orang-orang kafir.
Melalui kisah ini diharapkan dapat mengetuk manusia agar menjadi orang yang baik dan
tidak menjadi orang buruk. Keberadaan kisah sebagai cara mendidik seseorang d memiliki
pengaruh yang cukup kuat, karena manusia mer kecenderungan menyukai kisah. Manusia
misalnya merasa se mendengar cerita Nabi Yusuf yang unik itu. Melalui kisah ini sesec
dapat memetik ajaran tentang perlunya memiliki ketampanan lahi ketampanan batin
16
Di dalam al-Qur'an Allah menyatakan Aku tidak menciptakan jin dan ma sia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki ikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi - makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Quatan lagi Sangat Kokob.
(Q.S. al-Dzarariyat, 51: 56-58).

15
sebagaimana dimiliki Nabi Yusuf. Adanya m ajaran tentang akhlak ini merupakan jiwa
pendidikan Islam.17Berdasarkan uraian tersebut di atas, terlihat dengan jelas, b kandungan
pokok-pokok ajaran yang terdapat dalam surat al-Fatihah ternyata menggambarkan
kandungan pokok-pokok ajaran al-Qur'an. Ajaran tentang keimanan, peribadatan, hukum
agama, kisah dan akhlak adalah merupakan ajaran pokok yang ada di dalam al-Qur'an.
Dalam kaitan ini perlu ditegaskan bahwa al-Qur'an banyak menyinggung ma salah alam raya
dengan segenap isinya, ilmu pengetahuan, manusia, masyarakat, keluarga, peperangan,
perdamaian dan sebagainya. Na mun berbagai hal yang disinggung dalam al-Qur'an itu
ditujukan untuk membawa manusia semakin meyakini adanya Allah yang diserta
ketundukkan beribadah kepada-Nya, mematuhi hukum-hukum agama yang ditetapkan-Nya,
dan berperilaku dengan akhlak yang mulia. Pemahaman terhadap alam raya dengan segenap
isinya, ilmu pengeta huan, dan sebagainya itu diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan
menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu menyebut hal Hari Kemudian,
pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan kepada hamba supaya meminta
kepada Allah dan merendah diri pada Allah, serta lepas bebas dari daya kekuatan diri
menuju kepada tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian
menganjurkan kepada hamba agar selalu minta hidayat taufik dan pimpinan Allah untuk

17
23Mohammad Athiyah al-Abrasyi dalam bukunya Dasar-dasar Pokok dikan Islam mengatakan bahwa jiwa
pendidikan Islam adalah akhlak, tanpa pakan pendidikan yang berkenaan dengan akal dan keterampilan.
Sedangkan Rahman dalam bukunya Islam mengatakan bahwa inti ajaran al-Qur'an adalah a yang bertumpu pada
akidah dan kemanusiaan.

16
dapat mengikuti shirat mustaqiim supaya dapat tergolong dari golongan hamba-hamba
Allah yang telah mendapat nikmat yaitu golongan Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Shalihin.
Juga mengandung anjuran supaya berlaku baik mengerjakan amal saleh jangan sampai
tergolong orang yang dimurkai atau tersesat dari jalan Allah.

Surat Al Fatihah mengandung beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Al
Quran yaitu,

1. Ilmu Ushul (prinsip agama)

2. Ilmu Sejarah

3. Ilmu Tahshilil Kamlat (ilmu akhlaq)

4. Ilmu furu' (cabang-cabang agama)

17
DAFTAR PUSTAKA
1.tafsir ayat-ayat pendidikan (tafsir al-ayat al-tarbawy ) Karya DR.H.Abudin Nata,ma.

Anda mungkin juga menyukai