Anda di halaman 1dari 14

JURNAL PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL

KELOMPOK :1 SHIFT : A1

SOAL : Sediaan Tetes Mata Atropin Sulfat 1%

I. Latar Belakang
Mata adalah organ yang penting dalam kehidupan terletak dalam lingkaran bertulang yang
berfungsi untuk pelindungan maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata
dapat dibagi menjadi 4 yaitu , infeksi mata, iritasi mata, mata memar, dan glaucoma. Mata mempunyai
pertahanan terhadap infeksi karena secret mata menganddung enzim lisozim yang menyebabkan lisis
terhadap bakteri. Obat mata dikenal berbagai bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme tertentu ,
salah satunya yaitu tetes mata.
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense, digunakan untuk mata dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Sediaan ini diteteskan kedalam
mata sebagai antibacterial, anastetik, midriatik, miotik, dan antiinflamasi.obat mata dilakukan untuk
menghasilkan efek diagnostic dan tarapetik local dan yang lain untuk merelasasikan kerja farmakologis, yang
terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya disekitar mata.
Mata adalah organ yang peka dari manusia , sehingga sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih
tajam . tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri dan tidak merangsang) dan
steril. Karna mata organ paling peka, maka pembatan larutan membutuhkan perhatian khusus terhadap toksisitas
sediaan, kebutuhan akan dapar , pengawet, dan sterilisasi.

II. Preformulasi Zat Aktif Atropin Sulfat (FI IV hal 115-6)

Struktur Kimia

Rumus Molekul (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O

Sinonim
Nama Kimia Atropine sulfat

Berat Molekul 694,84 (anh = 676,82)

Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,


mengembang
di udara kering, perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
(Farmakope Indonesia Edisi IV hlm.115)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
terlebih dalam etanol mendidih, mudah larut dalam gliserin.
(Farmakope Indonesia Edisi IV hlm.115)
Titik leleh Meleleh pada 190derajat C
Inkompatibilitas Noradrenaline bitartrate, metaraminol bitartrate dan sodium bikarbonat
injeksi
Stabilitas
 Panas Meleleh pada suhu 190˚C dengan dekomposisi setelah
 Hidrolisis/oksidasi pengeringan suhu 135˚C selama 13 menit
 Cahaya (The Parmaceutical Codex twelve edition hlm.748)
Dalam bentuk larutan, atropin terhidrolisis menjadi tropin
dan
asam tropic, dekomposisi pada suhu ruangan terjadi sangat
lambat.
(The Parmaceutical Codex twelve edition hlm.749)
Perlahan-lahan terpengaruh cahaya dan harus terlindung
cahaya
(Farmakope Indonesia Edisi IV hlm.115)
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Garam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan
Sterilisasi panas basah dengan autoklaf dengan suhu 121˚C
Cara sterilisasi sediaan :
selama 15 menit
Kemasan : Dalam wadah tertutup rapat

III. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas dan Dapar


a. Tonisitas
Metode :
Perhitungan : menggunakan ekuivalensi NaCl berdasarkan bobot zat (gram/mgram).

Perhitungan nilai E pada Tonisitas:


Liso
E  17 x
M

Atropin Sulfat 1% 0,13 = 0,13


Benzalkonium klorida 0,01% 0,18 = 1,8 x 10-3
Polivinil Alkohol 0,25% 0,02 = 5 x 10-3
Na2Hsitrat 0,56% 0,28 = 0,1568
Na3sitrat 0,16% 0,32 = 0,0512
Na EDTA 0,1% 0,24 = 0,024

Total 0,3688%

Kesimpulan :
Sediaan bersifat hipotonis.
NaCl yang diperlukan = 0,9%-0,3688% = 0,5312%
0,5312 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,05312 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,5312% = =
100 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
Jadi, NaCl yang harus ditambahkan yaitu sebanyak 0,05312 gram
b. Dapar
Jenis dapar/kombinasi Na2Hsitrat / Na3sitrat
Target pH 5,8
Kapasitas dapar 0.01
Perhitungan :
pKa1= 6,4
[ garam ]
5,8= 6,4 + log
[asam ]
𝐺
-0,6 = log 𝐴
𝐺
0,251 = 𝐴

0,251A = G
(𝐾𝑎)(𝐻+)
=2,303 X C X(𝐾𝑎+𝐻+)2

(10−6,4 )(10−5,8 )
0,01=2,303 X C X(10−6,4 )+(10−5,8 )2

0,01= 0,369 C
C= 0,027
C=G+A
0,027=0,251 A+A
0,027=1,251 A
A = 0.022M
G = 0,251 x 0,022 = 5,522 x 10-3

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
(Na2Hsitrat) = x 𝑣(𝑚𝑙)
𝑚𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
0,022 = x
254 10

Massa = 0,056 g

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
(Na3sitrat) = 𝑚𝑟
x 𝑣(𝑚𝑙)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
5,522 x 10-3 = x
294 10

Massa = 0,016 g

IV. Pendekatan Formula


No Bahan Jumlah (%) Fungsi / alasan penambahan bahan
1 Atropin Sulfat 1% Zat akif
2 Polivinil Alkohol 0,25 % Peningkat viskositas/ Meningkatkan waktu kontak dengan
mata
3 Benzalkonium 0.01% Pengawet/ Sediaan multi dose
Klorida
4 NaCl 0.5312% Agen pengisotonis
3 Na2EDTA 0,1 % Pengkhelat
4 Na2Hsitrat 0.56% Pendapar / Atropin Sulfat bisa stabil pada pH tertentu
5 Na3sitrat 0,16% Pendapar/ Atropin Sulfat bisa stabil pada pH tertentu
6 Aqua Pro Injeksi Add 100 % Pelarut / Atropin Sulfat larut dalam aqua pro injeksi

V. Preformulasi eksipient
a. Aqua Pro Injeksi(Rowe, 2009, Hal 768)

Pemerian Komentar USP 32 menggambarkan WFI sebagai air yang dimurnikan


oleh
distilasi atau RO. Tidak mengandung zat tambahan. Tidak mengandung
mikroba. Cairan, jemih, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan -
Inkompatibilitas Pada formulasi pharmaceutical, aqua pro injeksi dapat bereaksi dengan obat dan
zat tambahan yang mudah untuk terhidrolisis. Air dapat bereaksi dengan logam
alkali dan logam alkalin dan agen pengoksidasi seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida.
Stabilitas
 Panas Air secara kimi stabil disegala bentuk (es, cairan dan bentuk uapnya)
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :Asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :Larutan injeksi

Cara sterilisasi sediaan :Penyaringan


Kemasan :vial

b. Polivinil Alkohol (Rowe, 2009, Hal 564-565)


Pemerian Serbuk granul, warna putih atau krem, tidak berbau.
Kelarutan Larut dalam air, sangat sedikit larut dalam etanol 95%, tidak
larut dalam pelarut organik.
Stabilitas Polivinil alkohol stabil jika disimpan dalam wadah kedap udara,
 Panas ditempat sejuk dan kering. Polivinil alkohol terdegradasi secara
lambat pada suhu 100˚C dan terdegradasi secara cepat pada
 Hidrolisis
suhu 200˚C. Polivinil alkohol akan stabil jika terpapar cahaya..
 Cahaya
Inkompatibilitas Polivinil alkohol mengalami reaksi khas dengan gugus hidroksi
: sekunder, seperti esterifikasi. Terurai dengan asam kuat, larut
dalam asam lemah dan basa. Inkompatibel pada konsentrasi
tinggi dengan garam anorganik, terutama sulfat dan fosfat,
Gelling polivinil alkohol dapat terjadi jika adanya borak.
Kesimpulan :
Cara sterilisasi : sterilisasi A
Kemasan : botol kaca

c. Na EDTA (Rowe, 242)


Pemerian Disodium edetat berbentuk kristal putih, bubuk tat berbau dan rasanya
sedikit asam

Kelarutan Praktis tidak larut pada kloroform dan eter, sedikit larut pada etanol
(95%), larut dalam 11 bagian air
Inkompatibilitas Disodium edetate bagian dari asam lemah , tidak dapt ditempatkan
karbon dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam dari hidrogen.
Ini kompatibel dengan agen – agen pengoksidasi kuat, basa kuat,
metalion dan bahan – bahan logam.

Stabilitas
 Panas Garam edetat lebih stabil dari asam edetat, namun demikian disodium
 Hidrolisis/oksidasi edetat dihidrat kehilangan air dari bentuk kristal ketika dipanaskan pada
 Cahaya suhu 12080C. Larutan disodium edetat dapat disterilkan dengan otoklaf
dan harus disimpan ditempat yang bebas alkali.
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :Larutan

Cara sterilisasi sediaan :Autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit


Kemasan :

d. Na2Hsitrat
Pemerian
Kelarutan
Inkompatibilitas
Stabilitas
 Panas
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :

Cara sterilisasi sediaan :Penyaringan


Kemasan :

e. Na3sitrat (FI IV Hal. 406)


Pemerian Hablur, tidak bewarna atau serbuk putih halus
Kelarutan Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih , praktis
tidak larut dalam etanol
Inkompatibilitas Larutan berair sedikit basa dan akan bereaksi dengan asam zat. Garam
alkaloid dapat diendapkan dari airnya atau solusi hidro alcohol. Garam
kalsium dan strontium akan menyebabkan pengendapan sitrat yang
sesuai .
Stabilitas Bahan yang stabil, dan harus disimpan dalam wadah kedap udara ,
 Panas tempat sejuk dan kering.
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :

Cara sterilisasi sediaan : autoklaf


Kemasan : botol kaca
f. NaCl (FI IV hal. 584, Martindale 28 hal. 635, Excipient hal. 440)
Pemerian Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g
setara dengan 17,1 mmol NaCl.
Kelarutan 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Inkompatibilitas
Stabilitas Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
 Panas pengguratan partikel dari tipe gelas
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan

Cara sterilisasi sediaan : Autoklaf atau filtrasi (Martindale 28 hal: 635)


Kemasan : botol kaca
g. Benzalkonium Klorida (Hand Book of Pharmaceutical Excipient, hal.27)
Pemerian Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuning-kuningan bisa sebagai
gel yang tebal atau seperti gelatin, bersifat higroskopis dan berbau
aromatis dan rasa sangat pahit.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%, bentuk anhidrat mudah
larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter.

Inkompatibilitas
Stabilitas Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi oleh cahaya, udara dan
 Panas bahan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan rentang temperatur
 Hidrolisis/oksidasi yang lebar. Larutannya dapat disimpan pada periode waktu yang lama
 Cahaya dalam suhu kamar.
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan

Cara sterilisasi sediaan : autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit


Kemasan : botol kaca

VI. Persiapan Alat/Wadah/Bahan


a. Alat
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Aluminium foil 1 Dengan oven bersuhu 1000C
2 Batang pengaduk 2 Menggunakan Autoklaf, dengan suhu 1210C
selama 15 menit
3 Corong kaca 1 Menggunakan Autoklaf, dengan suhu 1210C
selama 15 menit
4 Erlenmeyer kecil 2 Menggunakan Autoklaf, dengan suhu 1210C
selama 15 menit
5 Gelas ukur 10ml 2 Menggunakan Autoklaf, dengan suhu 1210C
selama 15 menit
6 Indikator pH 1
universal
7 Pipet tetes 2 Menggunakan Autoklaf, dengan suhu 1210C
selama 15 menit
8 Gelas Beaker (kecil) 2 Menggunakan Autoklaf, dengan suhu 1210C
selama 15 menit
9 Spatel Stainless 1 Menggunakan Autoklaf, dengan suhu 1210C
selama 15 menit

b. Wadah
No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Wadah OTM 1 Direndam dengan Alkohol 70% selama
24 jam
2 Tutup wadah 1 Direndam dengan Alkohol 70% selama
OTM 24 jam

c. Bahan
No Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1 Atropin Sulfat 0,1 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
2 Benzalkonium 0,001 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
klorida pada suhu 121˚C selama 15 menit
3 NaCl 0,05312 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
4 Polivinil Alkohol 0,025 g
5 Disodium edetat 0,01 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
6 Na2Hsitrat 0,056 g
7 Na3sitrat 0,016 g Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit
8 Aqua Pro Injeksi Add 10 mL Sterilisasi panas basah dengan Autoklaf
pada suhu 121˚C selama 15 menit

VII. Penimbangan Bahan


Jumlah sediaan yang dibuat : (buat 10 mL)

No Nama bahan Jumlah yang ditimbang


1 Atropin Sulfat 0,1 g
2 Polivinil Alkohol 0,025 g
3 Disodium edetat 0,01 g
4 Na2Hsirat 0,056 g
5 Na3sitrat 0,016 g
6 NaCl 0,05312 g
7 Benzalkonium klorida 0,001 g
8 Aqua pro Injeksi Add 10 mL

VIII. Prosedur Pembuatan


RUANG PROSEDUR
Grey area Permukaan meja dilap menggunakan etanol 70% sebelum sterilisasi ruangan.
Sterilisasi ruangan dengan oksidasi menggunakan etanol 70% diikuti dengan
penyinaran lampu UV selama 12 jam.
Grey area Sterilisasi dilakukan dimana alat-alat yang akan digunakan disterilkan didalam
autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat nonpresisi)Catatan: Sebelum
dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih dahulu alat-alat tersebut
dibungkus dengan kertas perkamen.
White area Aqua pro injeksi :
a. Dimasukkan aquabidest ke dalam beaker glass dalam 250 mL yang telah
distandarisasi
b. Ditambahkan karbon aktif 0,1% lalu diaduk
c. Dipanaskan pada suhu 60-70°C selama 15 menit
d. Disaring menggunakan kertas saring 2 lapis
e. Disterilisasi ke dalam autoklaf
Grey area Ditimbang masing-masing bahan menggunakan neraca analitik dengan tepat
mengggunakan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan.
White area 1. Siapkan aqua pro injeksi
2. Kembangkan polivinil alkohol sebanyak dengan
aqua pro injeksi secukupnya, aduk dengan batang pengaduk.
Kemudian campurkan dengan bahan
bahan lain yang telah dilarutkan.
3. Atropin sulfat dilarutkan dalam
aqua pro injeksi, masukkan ke dalam gelas kimia,
kemudian atropin sulfat yang dilarutkan diaduk dengan
batang pengaduk.
4. NaCl dilarutkan dengan aqua pro
injeksi dalam gelas kimia, aduk dengan batang
pengaduk.
5. Benzalkonium klorida dilarutkan
dalam aqua pro injeksi dalam gelas kimia m
aduk dengan batang pengaduk.
6. Dinatrium EDTA dilarutkan dengan
aqua pro injeksi dalam gelas kimia, aduk dengan
batang pengaduk.
7. Na2Hsitrat dilarutkan dalam aqua pro injeksi
dalam gelas kimia, aduk dengan batang pengaduk.
8. Na3sitrat dilarutkan dalam aqua
pro injeksi dalam gelas kimia, aduk dengan batang
pengaduk.
9. Setelah zat aktif dan semua zat tambahan terlarut,
campurkan bahan-bahan yang telah dilarutkan tersebut
ke dalam gelas kimia.
10. Dicek pH sediaan dengan kertas pH
11. Ditambahkan aqua pro injeksi hingga 10 ml
12. Dicek kembali pH sediaan
Grey area Dilakukan evaluasi sediaan

IX. Evaluasi Sediaan


Jumlah Hasil
X. No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
sampel pengamatan
pH stabilitas zat aktif,
1 Uji pH sediaan Menggunakan pH meter 1 6 yaitu 3,2-3,6 (Lund,
1994 : 714)
Wadah sediaan akhir Kejernihannya sama
disinari dari samping dengan air atau
dengan latar belakang pelarut yang
Uji kejernihan warna hitam untuk digunakan bila
2 1 Jernih
larutan melihat partikel berwarna diamati sesuai dengan
putih dan latar belakang kondisi yang tertera
putih untuk melihat (Depkes RI, 1995 :
partikel berwarna. 998)
Tidak adanya
kebocoran dari
Wadah sediaan sediaan saat
Uji kebocoran
3 diletakkan dengan posisi - - diletakkan dengan
wadah
terbalik. posisi terbalik
(Depkes RI, 1995 :
998).
Sediaan diinokulasi pada Tidak adanya
medium agar dan diamati pertumbuhan mikroba
4 Uji sterilitas pertumbuhan mikroba - - pada media agar
setelah inkubasi (Depkes RI, 1995 :
beberapa hari. 855-863)
Jumlah rata-rata
partikel yang
Memerlukan sistem
terkandung tidak
elektronik penghitung
lebih dari 10.000 tiap
partikel pengotor cairan
5 Uji partikulat - - wadah yang setara
yang dilengkapi dengan
atau lebih besar dari
alat untuk memasukkan
10 mikrogram
contoh yang sesuai.
(Depkes RI, 1995 :
981-985)
Volume sediaan rata-
Sediaan dipindahkan dari rata dari 10 wadah
ampul ke dalam gelas tidak kurang dari
Volume
6 ukur dan dilakukan - - 100% dan tiap wadah
terpindahkan
pengamatan volume tidak kurang dari 95%
yang terpindahkan (Depkes RI, 1995 :
1089)
7 Penetapan - - -
Kadar zat aktif

8 Uji Endotoksin Penetapan kadar - - Kadar endotoksin


Bakteri endotoksin dilakuka tidak lebih dari yang
dengan seri pengenceran ditetapkan oleh
spesimen dengan kadar monografi (Depkes
menurun . Pilih RI, 1995 : 905-907)
pengenceran yang sesuai
dengan seri geometrik
sehingga setiap tahap
lebih besar dari tahap
berikutnya dengan
perbandingan yang tetap.
Termasuk di dalamnya
kontrol negatif, kontrol
positif, dan kontrol
sediaan positif.
Dilakukan replikasi.
Kemudian penafsiran
hasil
Kesimpulan :
X. Pembahasan
Obat tetes mata (guttae ophthalmicae) adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi,
digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata, disekitar kelopak
mata dan bola mata. Dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, diteteskan dengan
menggunakan penetes yang menghasikan penetes setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
baku dalam Farmakope Indonesia. Obat tetes mata sering digunakan pada mata, maka obatnya
harus stabil secara kimia, harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal, hatus todak
mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, harus jernih, harus bebas
mikroorganisme yang hidup dan tetap demikian selama penyimpan yang diperlukan.
Praktikum kali ini akan membahasa tentang cara pembuatan sediaan tetes mata. Tujuan
dari praktikum ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami proses
pembuatan sediaan tetes mata. Zat aktif yang digunakan dalam praktikum ini adalah Atropin
sulfat. Menurut Farmakope III, atropin sulfat memiliki pemerian yang hablur tidak berwarna
atau serbuk hablur putih, tidak berbau, dan sangat pahit. Kelarutan dari atropin sulfat yaitu larut
dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih kurang 3 bagian etanol 90% (FI III, 98).
Cairan mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 dan mempunyaikapasitas dapar
tertentu. Penggunaan obat mata merangsang pengeluaranair mata dan penetralan cepat setiap
perubahan pH tertentu. Secara ideallarutan obat mempunyai pH dan isotonisitas yang sama
dengan air mata.Hal ini tidak selalu dapat dilakukan, karena pada pH>7,4 banyak obat
yangtidak cukup larut dalam air. Selain itu banyak obat yang secara khemistidak stabil pada pH
mendekati 7,4. Oleh karena itu pada sistem pendapar harus dipilih pendapar yang memiliki pH
fisiologisnya yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat ataupun mempercepat
kerusakan obat.
Pembuaan sediaan tetes mata atropin sulfat dibuat dengan menggunakan pelarut air.
Atropin sulfat sangat mudah larut dalam air, sehingga pembuatannya juga lebih stabil
menggunakan pelarut air. Pelarut yang digunakan adalah aqua pro injeksi (a.p.i). Formulasi
sediaan tetes mata atropin sulfat ini terdiri dari beberapa eksipien diantaranya adalah
benzalkonium klorida 0,01%, Na2EDTA 0,1%, Polyvinyl Alkohol (PVA) 0,25%, Na2Hsitrat
0,56%, Na2Sitrat 0,16%, NaCl 0,5312%, dan Aqua pro injeksi 10 ml.
Langkah pertama yang dilakukaan dalam pembuatan sediaan tetes mata adalah
melakukan sterilisasi alat yang akan digunakan. Peralatan yang disterilisasi adalah gelas beaker,
batang pengaduk, kaca arloji, spatel, dan erlenmeyer. Proses sterilisasi menggunakan autoklaf
dengan suhu 121oC selama 15 menit. Wadah sediaan tetes mata menggunakan wadah plastik,
dapat dilakukan sterilisasi dengan dua cara yaitu perendaman menggunakan alkohol dan radiasi
sinar gama. Pada praktikum ini digunakan metode sterilisasi wadah dengan menggunakan
perendaman alkohol.
Langkah selanjutnya adalah penimbangan alat dan bahan yang diperlukan yaitu atropin
sulfat sebanyak 0,1 gram, benzalkonium klorida 0,001 gram, Na2EDTA 0,01 gram, Polyvinyl
Alkohol (PVA) 0,025, Na2Hsitrat 0,056 gram, Na2Sitrat 0,016 gram, NaCl 0,05312 gram, dan
Aqua pro injeksi 10 ml. Pertama zat aktif atropin sulfat dilarutkan pada aqua pro injeksi, setelah
itu NaCl dilarutkan pada aqua pro injeksi juga. NaCl ditambahkan pada formulasi agar larutan
menjadi isotonis. Cairan mata mempunyai nilai isotonisitas sesuai dengan larutan NaCl p 0,9%.
Secara ideal larutan obat mata harus mempunyai nilai isotonisitas tersebut, tetapi mata tahan
terhadap isotonisitas rendah setara dengan larutan NaCl p 0,6% dan tertinggi setara dengan
larutan NaCl p 2% tanpa gangguan yang nyata.
Selanjutnya dilarutkan Benzalkonium klorida sebanyak 0,001 gram dalam aqua pro
injeksi. Benzalkonium klorida ini berfungsi sebagai pengawet, dipilih karena pH target sediaan
yang dituju adalah 5,8 dan benzalkonium klorida ini memiliki aktivitas sebagai pengawet di
range pH 5-8 sehingga dapat digunakan.
Selanjutnya dilarutkan Polyvinyl alkohol (PVA) sebanyak 0,025 gram di dalam aqua pro
injeksi. Polyvinyl alkohol ini berfungsi sebagai agen pengental atau peningkat viskositas.
Tujuan ditambahkannya agen peningkat viskositas ini pada sediaan tetes mata agar sediaan
tersebut kontaknya lebih lama pada mata.
Setelah itu, dilarutkan dapar sitrat (Na2Hsitrat 0,056 gram, Na2Sitrat 0,016) masing-
masing pada aqua pro injeksi. Tujuan ditambahkannya dapar adalah agar pH sediaan tetap
seperti pH yang ingin dituju. pH yang dituju adalah 5,8 hal ini sesuai dengan pH stabilitas dari
atropin sulfat untuk injeksi, sehingga atropin sulfat tetap stabil.
Selanjutnya campurkan bahan-bahan yang sudah dilarutkan tadi di dalam gelas kimia
hingga bercampur dan diukur pH sediaan. pH sediaan sebelum di tambahkan aqua pro injeksi
hingga 20 mL adalah 6. Selanjutkan ditambahkan aqua pro injeksi hingga 20 mL dan pH
sediaan tetap yaitu 6. Sediaan kemudian disterilisasi akhir dengan menggunakan metode filtrasi.
Metode filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan sediaan pada membran 0,45 µm dan
dilewatkan juga pada membran 0,22 µm. Tujuan membran tersebut agar bakteri dan pertikel
tertahan pada membran sehingga tidak masuk pada sediaan tetes mata.
Sediaan tetes mata yang sudah disterilisasi akhir kemudian dilakukan beberapa pengujian.
Tujuan dari pengujian tersebut antara lain untuk memenuhi standar sediaan yang diinginkan,
layak atau tidak untuk dipakai. Karena bentuk sediaan tetes mata ini harus jernih, bebas partikel,
dan pH tetes mata yang sesuai. Pertama diperiksa tingkat keasamannya dengan uji pH.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan stik pH dan indikator pH, hasil yang didapatkan pH
sediaan adalah 6. Hal ini sesuai dengan pH stabilitas atropin sulfat untuk tetes mata yaitu
rentangnya 3,5 – 6.
Selanjutnya dilakukan pengujian kejernihan. Uji ini dilakukan dengan cara melihat
apakah jernih sediaan dengan menggunakan latar hitam dan putih. Latar hitam berfungsi untuk
melihat partikel-pertikel yang berwarna putih sedangkan latar putih untuk melihat partikel-
partikel yang berwarna sebaliknya. Hasil yang didapatkan sediaan tetes mata atropin sulfat
jernih.
Selanjutnya adalah uji sterilitas menggunakan media juga dilakukan. Media yang
digunakan adalah media tioglikonat atau soya bean casein digest . Pada media tioglikonat cair
mengandung glukosa dan Na. Tioglikonat yang cocok untuk pengembang biakan bakteri
anaerob dengan suhu inkubasi 30-35oC. Sedangkan, pada media soya bean casein digest cocok
untuk pertumbuhan bakteri anaerob dengan suhu inkubasi 30-35oC. Akan tetapi, uji ini tidak
dilakukan pada praktikum.

Sediaan memenuhi /tidak memenuhi syarat

Anda mungkin juga menyukai