Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN

“KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 TK 2.1 :

I KADEK NOVA ARIAWAN (P07120121003)


NI KADEK RIKA RESTIYAWATI DEWI (P07120121023)
NI MADE DIANI PUSPITA SARI (P07120121025)
GEDE PIO ADITYA (P07120121038)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
Mata Kuliah Kewirausahaan yang berjudul “Konsep Dasar Kewirausahaan”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan kebutuhan tugas mata kuliah
Kewirausahaan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar. Dalam
makalah ini disajikan hal yang mencakup mengenai konsep dasar, pengertian
kewirausahaan, dan tujuan kewirausahaan.
Makalah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca khususnya bagi
kalangan mahasiswa dalam mempelajari konsep dasar kewirausahaan, hingga
akhirnya diharapkan para pembaca khususnya kalangan mahasiswa mampu
meningkatkan pengetahuandan wawasan mengenai konsep dasar kewirausahaan.
Penulis menyadari bahwa makalah kami ini tentu masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu sangat diperlukan kritik dan saran yang sangat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah yang kami susun.

Denpasar, 21 Juli 2022


Penyusun,

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Konsep Kewirausahaan ..................................................................... 3
2.2 Definisi Kewirausahaan .................................................................... 5
2.3 Latar Belakang dan Sejarah Kewirausahaan ..................................... 6
2.4 Perkembangan Kewirausahaan.......................................................... 9
BAB III PENUTUP .................................................................... ……….……11
3.1 Simpulan ......................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan atau entrepreneurship merupakan suatu fenomena yang
terkenal dewasa ini dan akan menjadi pola tatanan baru dalam kehidupan
masyarakat untuk waktu yang akan datang. Bagi pihak tertentu, kewirausahaan
merupakan suatu hal yang batudan memerlukan pendidikan. Secara Umum jiwa
wirausaha sudah tertanam dan berkembang dalam kehidupan masyarakat luas
di indonesia, hanya saja masih bersifat tradisional dan merupakan warisan dari
orang tua. Secara teori Entrepreneurship adalah hasil dari suatu disiplin, proses
sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan
dan peluang di pasar. Dunia wirausaha merupakan dunia bisnis yang penuh
dengan resiko dan ketidakpastian, yaitu antara keberhasilan dan kegagalan
mudah dan cepat terjadi sehingga dalam hal ini perlu penguasaan, pengetahuan
pemahaman kewirausahaan secara baik.
Kewirausahaan atau entrepreneurship sangat penting bagi masyarakat
agar mereka dapat bagaimana mereka berwirausaha dan bagaimana cara
memanfaatkan kemampuan dirinya secara optimal guna dapat menangkap
peluang-peluang bisnis yang selalu terjadi setiap saat serta melaksanakan
kegiatan secara mandiri. Tujuan utama pembelajaran kewirausahaan adalah
membentuk jiwa wirausaha terutama mahasiswa, sehingga yang bersangkutan
menjadi individu yang kreatif, inovatif dan produktif. Pola umum pembelajaran
kewirausahaan terdiri dari teori, praktek dan implementasi. Teori diarahkan
untuk mempelajari pengetahuan tentang kewirausahaan guna menyentuh dan
mengisi aspek kognitif mahasiswa agar memiliki paradigma wirausaha.
Praktikum dimaksudkan untuk melakukan kegiatan berdasarkan teori yang
telah dipelajari mahasiswa, agar teori-teori yang sudah dipelajarinya bisa
dipraktekkan dan akan dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, hal
ini berkaitan dengan afektif seseorang. Implementasi berarti pelaksanaan
kegiatan yang sesungguhnya, mampu membuat bisnis plan dalam rangka

1
memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui pembelajaran teori
dan wawasan yang telah didapat.
1.2 Rumusan Masalah
Melalui penulisan makalah ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Apa saja konsep kewirausahaan?
1.2.2 Apa itu kewirausahaan
1.2.3 Bagaimana latar belakang atau sejarah kewirausahaan?
1.2.4 Bagaimana perkembangan kewirausahaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui konsep kewirausahaan.
1.3.2 Untuk mengetahui definisi kewirausahaan.
1.3.3 Untuk mengetahui latar belakang atau sejarah kewirausahaan.
1.3.4 Untuk mengetahui perkembangan kewirausahaan.
1.4 Manfaat Penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut.
1.4.1 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis terkait konsep
dasar kewirausahaan.
1.4.2 Sebagai sumbangan pemikiran kepada pembaca terkait konsep dasar
kewirausahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kewirausahaan


Kata "kewirausahaan" sebagai terjemahan dari wiraswastaship
dilontarkan pada tahun 1975 dan mulai digunakan diantara anggota kelompok
Wiraswasta Development Program Development Technology Centre (EDP-
DTC). Kelompok EDP-DTC ITB berpendapat bahwa wiraswastaship spirit,
yang intinya menciptakan nilai atau manfaat melalui inovasi, tidak hanya
terdapat atau diperlukan di kalangan pengusaha swasta, namun juga di
kalangan organisasi kemasyarakatan maupun organisasi yang memberikan
pelayanan publik. Atas dasar pertimbangan tersebut, dimunculkanlah sebuah
kata baru, "kewirausahaan". Akar katanya adalah sebuah kata dalam bahasa
Prancis "entreprendre" yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah
"berusaha" atau "mengusahakan". Lloyd E. Shefsky, dalam bukunya yang
berjudul "Wiraswastas are Made Not Born" mendefinisikan bahwa
wiraswasta terdiri dari tiga suku kata, yaitu: entre, pre, dan neur. Menurut akar
Bahasa Latinnya, entre berarti masuk, pre berarti sebelum, dan neur berarti
pusat syaraf. Jadi, wiraswasta didefinisikan sebagai seseorang yang
memasuki dunia bisnis. Bisnis apa saja tepat pada waktunya untuk
membentuk atau mengubah pusat syaraf (nerve center) bisnis tersebut secara
substansial.
Istilah wiraswasta dilansir pertama kali pada tahun 1755 oleh Richard
Cantillon yang waktu itu sedang melakukan penelitian tentang IQ
wirausahawan. Menurut Cantillon, wiraswasta memiliki fungsi unik sebagai
penanggung risiko. Jadi, cakupan dalam diri seorang wiraswasta adalah :
A. Sebagai manusia yang mempunyai sikap mental, wawasan, kreativitas,
inovasi, ide, motivasi, cita-cita, dan lain-lain.
B. Berusaha atau berproses untuk mengisi peluang dalam usaha jasa atau
barang (goods) untuk tujuan ekonomi.
C. Untuk mendapatkan laba dan pertumbuhan usaha.

3
D. Berhubungan dengan pembeli atau pelanggan yang membutuhkan jasa
atau barang yang dijualnya dengan selalu memberikan kepuasan.
E. Berani menghadapi segala risiko (sebagai risk taker), tetapi resiko tersebut
sudah diperhitungkan.
Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya ternyata
hanya memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya.
Secara historis dan konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki
wirausaha 2 persen dari total penduduk agar bisa maju. Bangsa Indonesia
semakin berpacu dengan bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Bahkan,
negara-negara yang pernah mengalami krisis ekonomi seperti Indonesia yang
menyebabkan mulai bergantinya pelaku aktif di dunia bisnis, semakin jauh
melesat. Korporasi baru terus bermunculan, dikendalikan kaum muda dengan
visi bisnis yang kuat, jiwa kewirausahaan yang tangguh. Pebisnis berusia
muda terus bermunculan, siap membawa ekonominya melaju lebih pesat.
Persoalan ada pula di sisi lain, yakni masih kaburnya visi serta rendahnya
komitmen birokrat dan pengambil kebijakan publik tentang pentingnya
membangun semangat kewirausahaan masyarakat, terutama di kalangan
anak-anak muda. Kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan
subur untuk bersemai, dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya.
Dengan kekuatan modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang dimiliki,
mereka akan terus menggunakan segala kekuatan untuk melakukan ekspansi
dan pengisapan kekayaan di negara-negara tertinggal atau berkembang tempat
mereka beroperasi.
Untuk mengimbangi semakin mengguritanya korporasi multinasional
itu, tidak lain kecuali membangun semangat kewirausahaan di kalangan
manusia baru Indonesia seagresif mungkin sehingga lahir semakin banyak
pelaku usaha, dan tumbuhnya korporasi-korporasi baru yang sehat dan
tangguh. Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha di
dalam negeri, harus ada upaya serius untuk menciptakan orang-orang yang
mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan kerja untuk
dirinya maupun untuk orang lain. Lembaga pendidikan mesti bisa berperan
lebih banyak lagi untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan

4
membentuk orang-orang yang tahan banting dengan segala kesukaran yang
dihadapi untuk membangun kemandirian. Tanpa semua itu, Indonesia hanya
akan menjadi pasar yang besar bagi produk bangsa dan korporasi asing.
Kekayaan berupa potensi sumber daya alam akan lebih banyak dinikmati
bangsa lain, sementara bangsa sendiri cukup puas mengonsumsi karya bangsa
lain. Keterampilan manusianya dalam hal menghasilkan komoditas dagangan
dunia pun tak diragukan. Akan tetapi, semua itu bisa menjadi tinggal
kenangan di tengah arus kapitalisme global yang mengutamakan keunggulan
modal, teknologi, dan inovasi manusianya, yang kini menjadi kelemahan
bangsa ini.
2.2 Definisi Kewirausahaan
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan
kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata
kewirausahaan. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre
yang artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta atau wirausaha berasal
dari kata : Wira: utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha:
kegiatan produktif dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan
pada orang-orang yang dapat berdiri sendiri. Di Indonesia kata wiraswasta
sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak bekerja pada sektor
pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang bekerja
di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang yang
mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan adalah orang yang berani membuka
kegiatan produktif yang mandiri. Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h 10)
mendifinisikan: “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru
pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung
risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan
moneter yang dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi”.
Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai usaha pengambilan risiko
untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang
untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif
sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam
menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).

5
Kewirausahaan adalah fenomena multifaset. Gangaiah dan Viswanath (2014)
menjelaskan asal mula istilah “kewirausahaan” dari kata Perancis
“entreprendre” yang aslinya berarti penyelenggara musik atau hiburan
lainnya. Kata tersebut telah digunakan sejak abad ke-16. Richard Cantillon
menggambarkan ekonomi sebagai ekonomi perusahaan, bukan ekonomi
politik, di mana individu tertentu memainkan peran kunci, masing-masing
secara aktif dan pasif (Cantillon, 2010). Dalam perekonomian Cantillon,
pemerintah relatif pasif. Sedangkan pelaku ekonomi aktif adalah
wirausahawan yang memotivasi seluruh sistem ekonomi. Kewirausahaan
adalah aspek kunci dari ekonomi di banyak negara, dan merupakan langkah
penting untuk menciptakan lapangan kerja dan pendorong pertumbuhan
ekonomi, yang harus direncanakan secara baik dan matang (Frinces, 2010).
Kewirausahaan telah menyentuh kehidupan manusia melalui berbagai sisi,
yaitu produk, layanan, teknologi dan konsep bisnis yang kreatif.
2.3 Latar Belakang dan Sejarah Kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh
Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah
dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad
20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer,
di Jerman dikenal dengan unternehmer. Sejarah kewirausahaan dapat dibagi
dalam beberapa periode yaitu :
A. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh
pengusaha sebagai go-between adalah Marco polo, yang mencoba untuk
mengembangkan rute perdagangan hingga timur jauh. Dalam masanya,
terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak
sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat
banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang
menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan
mengelilingi lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun
sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%. Yang

6
selanjutnya akan dibedakan antara pemilik modal dengan wirausaha atau
yang menjalankan usaha tersebut.
B. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini
wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek
besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka
menggunakan sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan
oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang
yang bekerja dalam bidang arsitektural (baik arsiteknya sebagai perancang
yang menjual jasa ataupun pekerja yang mengerjakan jasa tersebut dan
yang memberikan modal sekaligus menjadi manajer bagi mereka)
C. Abad ke-17
Di abad ke-17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan
bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan
melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun
menjual dengan harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut
dengan menghadapi resiko.
D. Abad ke-18
Berlanjut di abad ke-18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan
pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang
membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk
memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara
pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu. para ahli
membedakan pengertian investor (venture capitalist) atau orang yang
memiliki modal dengan orang yang membutuhkan modal atau wirausaha.
Salah satu penyebab terjadi pemisahan ini adalah karena revolusi industri
yang melanda dunia. Berbagai penemuan terjadi pada abad ini sebagai
reaksi terhadap perubahan dunia. Seperti Eli Whitney dan Thomas Edison,
kedua orang ini berhasil mengembangkan era teknologi baru tetapi
mereka tidak mempunyai modal untuk membiayai riset mereka dan
penelitian mereka. Eli Whitney membiayai mesin pemisah kapas dari
bijinya dengan menggunakan pinjaman pemerintah, sedangkan Thomas

7
Edison membiayai usaha riset listrik dan kimianya dari sumber dana
perseorangan (private source). Baik Eli maupun Thomas adalah pengguna
modal (wirausaha) bukan sebagai pemasok dana (venture capitalist).
Seorang pemasok dana adalah seorang manajer keuangan professional
yang menginvestasikan uangnya pada investasi yang beresiko dalam
bentuk penyertaan modal untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari
investasi tersebut.
E. Abad ke-19
Sedangkan di abad ke-19 dan awal abad-20, wirausahawan
didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur
perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal. Dimana,
Wirausaha tidak dibedakan dengan manajer dan hanya dilihat dari
pandangan ekonom. Wirausaha mengorganisir dan mengoperasikan
perusahaan untuk manfaat pribadi. Ia membiayai bahan baku yang
digunakan dalam bisnis, tanah, gaji karyawan, dan modal yang
diperlukan. Ia memberikan kontribusi inisiatif, keahlian dalam pembuatan
perencanaan, pengorganisasian, dan administratur perusahaan. Nilai
bersih keuntungan pada akhir tahun atau masa menjadi keuntungannya.
Wirausaha yang dikenal pada masa ini adalah Andrew Carnegie, ia tidak
menemukan sesuatu tetapi hanya mengadopsi dan membentuk teknologi
baru dan produk menjadi penting dan menghasilkan. Ia berhasil membawa
industri baja Amerika menjadi industri yang tidak henti-hentinya
ketimbang menghasilkan suatu penemuan atau kreativitas tertentu.
F. Abad ke-20 sampai sekarang
Pada abad ini, gagasan wirausaha sebagai penemu mulai dikenalkan;
Fungsi wirausaha adalah untuk melakukan reformasi atau revolusi pola-
pola produksi dengan mengeksploitasi penemuan atau, secara umum,
menggunakan teknologi baru (yang sebenarnya belum pernah dicoba
orang lain) untuk menghasilkan produk baru atau menghasilkan produk
lama dengan cara baru, membuka sumber bahan baku baru, membuka
pasar baru, dengan mengorganisir kembali industri yang ada sekarang.
Konsep inovasi sangat menonjol pada masa ini. Inovasi untuk

8
mengenalkan sesuatu yang baru adalah sebagian dari tugas berat
wirausaha. Inovasi tidak saja membutuhkan kemampuan untuk
menghasilkan dan mengembangkan konsep tetapi juga harus mengerti
segala kekuatan yang bekerja atau terdapat di lingkungan (sekitarnya).
Sesuatu yang baru bisa berupa produk baru atau sebuah sistem baru, untuk
simplikasi struktur organisasi baru.
Kemampuan inovasi adalah sebuah instinks yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Jadi Sedangkan Ilmu kewirausahaan di
Indonesia baru dikenalkan pada akhir abad ke-20, namun praktiknya
sudah sejak dulu ada, bahkan sejak jaman colonial kegiatan perniagaan
dan bisnis sudah ada di Indonesia. Pada akhir abad ke-20, pendidikan
kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah dan
perguruan tinggi saja. Pendidikan kewirausahaan melalui pendidikan
formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat semakin
berkembang seiring dengan perkembangan dan tantangan ekonomi seperti
krisis moneter yang sempat melanda di akhir tahun 90-an.
2.4 Perkembangan Kewirausahaan
Abad ke-21 ini dihadapkan pada tantangan besar. Tantangan paling
nyata adalah era globalisasi. Globalisasi tersebut sudah menimbulkan dampak
ganda, di satu sisi membuka kesempatan kerja sama yang seluas- luasnya
antar negara, namun di sisi lain ternyata membawa persaingan yang sangat
ketat. Oleh sebab itu, tantangan utama di masa kompentitif pada semua sektor
jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia (SDM),
teknologi dan manajemen. Jiwa entrepreneur dapat ditularkan melalui proses
kepemimpinan transformasional, karena proses ini memfokuskan secara
khusus pada penciptaan dan pemeliharaan dari sebuah perubahan. Perubahan
seperti itu dibutuhkan ketika organisasi mengantisipasi ancaman baru atau
sedang menghadapi ancaman. Oleh karena itu, penanaman jiwa
kewirausahaan sangat relevan dengan kondisi bangsa yang sedang
mengalami keterpurukkan di berbagai sektor.
Kewirausahaan (entrepreneur) dalam dunia bisnis telah banyak
dijadikan pilihan bagi sebagian besar pelaku bisnis. Entrepreneur telah

9
dianggap memiliki kemampuan untuk mandiri dan berhasil, dan bahkan
memberikan peluang kerja bagi orang lain. Dengan berentrepreneur, tidak
saja memungkinkan orang dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa
yang mereka inginkan, namun di samping itu juga, berentrepreneur akan
mendapatkan kebebasan keuangan dan waktu yang cukup untuk melakukan
berbagai kegiatan yang mereka sukai bersama teman-teman dan keluarganya.
Ditengah ketatnya persaingan dunia kerja yang sarat dengan persaingan dan
nuasa kolusi, mengapa kita tidak membuka „pintu‟ kesempatan yang lain –
yaitu mendirikan usaha sendiri, sebagai alternatif untuk mengurangi angka
pengangguran, yang tidak terserap lagi oleh jumlah lapangan pekerjaan.
Wirausaha adalah pilihan tepat, yang kini mulai banyak dilirik orang,
mengapa harus menggantungkan hidup pada orang lain? Sementara kita
memiliki kemampuan untuk mandiri dan berhasil, bahkan memberikan
peluang kerja bagi orang lain. Dengan berwirausaha, tidak saja
memungkinkan kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang kita
inginkan, dengan membuka diri untuk meningkatkan semangat juang dan
motivasi, dengan mengoptimalkan seluruh potensi, minat dan kemampuan
yang ada pada diri kita sendiri. Kompetensi umum yang dituntut setelah
mempelajari modul ini ialah anda diharapkan memiliki wawasan luas,
apresiasi yang mendalam dan keterampilan dalam menganalisis nilai-nilai
dan proses dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam dunia bisnis
dan menentukan pilihan terbaik untuk dikembangkan dalam dunia pendidikan
dan pengajaran.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai konsep dasar kewirausahaan,
maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut.
1. Istilah wiraswasta dilansir pertama kali pada tahun 1755 oleh Richard
Cantillon yang waktu itu sedang melakukan penelitian tentang IQ
wirausahawan. Menurut Cantillon, wiraswasta memiliki fungsi unik
sebagai penanggung risiko.
2. Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata
kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya
memulai atau melaksanakan. Kewirausahaan adalah proses mengambil
risiko dan mengembangkan bisnis atau ide untuk menjadi entitas mandiri
di pasar yang kompetitif.
3. Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode yaitu terdapat
periode awal, abad pertengahan, abad ke-17, abad ke-18, abad ke-19, abad
ke-20 sampai sekarang.
4. Perkembangan kewirausahaan di abad ke-21 ini dihadapkan dengan era
globalisasi yang memiliki efek ganda yang memiliki dua sisi, di sisi
pertama telah membuka peluang sebesar mungkin untuk kerjasama antar
negara, tetapi di sisi lain telah membawa serta persaingan yang ketat.
3.2 Saran
Sangat penting untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan (entrepreneur)
seperti pribadi yang berani mengambil risiko dan mengembangkan bisnis atau
ide, serta tidak lupa untuk memanfaatkan kemajuan di era globalisasi ini
dengan baik agar dapat menjadi entitas mandiri di pasar yang kompetitif,
sehingga memiliki kemampuan untuk berhasil, dan bahkan mampu
memberikan peluang kerja bagi orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Darojat, O., & Sumiyati, S. (2015). Konsep-konsep Dasar


Kewirausahaan/Entrepreneurship. Pendidikan Kewirausahaan, 1-53.
Hasan, H. A. (2020). Pendidikan kewirausahaan: Konsep, karakteristik dan
Implikasi dalam Memandirikan generasi Muda. PILAR, 11(1).
Harti, A. S. (2020). Modul Ajar Konsep Dasar dan Prinsip-Prinsip
Kewirausahaan.
Hizkia,T. (2017). Konsep Dasar Kewirausahaan.
Kembdikbud RI (2010). Modul 2 Konsep Dasar Kewirausahaan, 23-34.

12

Anda mungkin juga menyukai