Disusun Oleh:
Menyetujui
Dosen Pembimbing
NIP.
Mengetahui,
USIA
DENGAN KEK
RT DI DUSUN
DESA
KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL
Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. A dengan KEK terdapat masalah pada
nutrisi dan kurangnya asupan energi. Asuhan ini bertujuan untuk mengedukasi ibu
mengenai KEK serta ibu paham dampak yang akibatkan oleh KEK terhadap
kehamilan dan janinnya. Pelaksanaan asuhan ini melalui penyuluhan singkat
dengan waktu 15-20 menit pada hari sabtu, 16 April 2022 bertempat dikediaman
Tn. A dengan sistem diskusi melalui media leaflet dan buku KIA.
I. DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS KEPALA KELUARGA
Nama KK : Tn. A
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Gemblangan RT 08
KAMAR
TERAS
Gambar 1. Denah Rumah
2. Sarana Masak
a. Bahan bakar : gas
b. Tempat penyimpanan alat dapur : rak dan lemari
c. Ventilasi dapur : cukup
d. Kebersihan dapur : bersih
e. Jarak tempat pembuangan sampah : ±5 meter
3. Sampah
a. Sarana pembuangan sampah : bak sampah
b. Tempat pembuangan sampah : bak sampah/plastic
c. Letak pembuangan sampah : di depan rumah
d. Pengelolaan sampah : diangkut petugas
4. Sumber air
a. Sumber air minum : Sumur bor
b. Jarak sumber air dengan WC : ±1 meter
c. Pencemaran air : tidak ada
d. Kualitas air (warna, bau, rasa) : tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa
5. Jamban keluarga
a. Status kepemilikan jamban : milik sendiri
b. Janis : jamban leher angsa
c. Letak : belakang rumah
d. Kebersihan : baik
6. Saluran pembuangan Air Limbah (SPAL)
a. Jenis limbah : limbah keluarga
b. Bak limbah : SPAL
c. Saluran limbah : SPAL
d. Jarak limbah dengan sumber air : ±10 meter
7. Kandang : ada (kandang burung
didalam rumah)
HAMIL
INI
4. Riwayat kontrasepsi
a. PUS : ya
b. Umur : suami (30th),
istri (28th)
c. Pernah mendengar tentang KB : pernah
d. Jenis KB yang pernah digunakan/tahun : belum pernah
KB
e. Rencana KB yang akan digunakan nanti : ibu
mengatakan masih bingung ingin KB apa
III. ASSESMENT
A. Diagnosis Kebidanan
Ny. A umur 28 Tahun G1P0Ab0Ah0 Usia Kehamilan 38 minggu
4, Janin Tunggal, Intrauterine dengan KEK
B. Masalah
1. LILA <23,5 (LILA ibu 20 cm), IMT <18 ( IMT ibu 16,4)
2. Kurang mengatahui mengenai KEK
3. Kurang menyukai cemilan seperti jajanan sehingga pada saat
awal kehamilan nutrisinya hanya pada makanan pokok
4. Faktor pekerjaan yang mengakibatkan ibu kesulitan mencari
waktu untuk nyemil
5. Suami merokok
6. Belum mengetahui tentang KB
C. Diagnosa Potensial
Pada ibu : Anemia, Perdarahan
Pada janin : Abortus, Cacat bawaan, BBLR
D. Kebutuhan
KIE hasil pemeriksaan, KIE masalah yang dialami ibu, KIE KB
IV. PLANNING
A. Melakukan kontrak waktu dengan klien
B. Melakukan penyuluhan mengenai KEK (faktor penyebab, dampak
serta penanganan KEK)
C. Diskusi mengenai masalah-masalah yang terjadi pada klien
D. Menjelaskan mengenai KB
E. Memberikan kesempatan untuk bertanya
F. Evaluasi dari kegiatan yang dilaksanakan diakhiri kesimpulan dari
penyuluhan tersebut
V. POA
Tabel 4. Planning Of Action (POA)
Dana
No. Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Tempat Waktu Metode dan Media Jumlah Sumber
1 Ibu kurang mengetahui Penyuluhan tentang Meningkatnya pengetahuan Ny. A Rena Kediaman Tn. Sabtu, 16 Metode: diskusi Media: -
mengenai KEK KEK KEK (faktor penyebab, A April 2022 leaflet dan buku
dampak serta pukul 14.30 KIA
penanganan KEK) WIB
Evaluasi Mengetahui apakah ada Ny. A Rena Kediaman Tn. Sabtu, 16 Metode: tanya jawab
peningkatan pengetahuan A April 2022 Media: leaflet dan
faktor penyebab, dampak pukul 14.30 buku KIA
serta penanganan dari KEK WIB
2 Suami merokok Penyuluhan mengenaiMeningkatnya pengetahuan Ny. A Rena Kediaman Tn. Sabtu, 16 April Metode: diskusi -
dampak dan bahaya mengenai dampak dan A 2022 pukul
rokok pada ibu bahaya rokok 14.30 WIB
hamil
Evaluasi Mengetahui apakah terdapat Ny. A Rena Kediaman Tn. Sabtu, 16 April
Metode: tanya jawab -
peningkatan pengetahuan A 2022 pukul
mengenai dampak dan 14.30 WIB
bahaya rokok
Pokok Bahasan : Masalah KEK serta Dampak KEK pada Ibu hamil dan KB
Pasca Persalinan
Sasaran : Ny. A
Metode : Ceramah, Diskusi dan curah pendapat
Media : Leaflet dan buku KIA
Waktu : 20 menit
Tempat : Rumah Ny. A
Hari dan Tanggal : Sabtu, 16 April 2022
Diagnosa Kebidanan : NY. A Umur 28 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 38+4
Minggu Janin Tunggal, Intrauterine dengan KEK
D. Uraian Materi
1. Pengertian KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah kekurangan energi yang
memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan
perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan
Atas (LILA) < 23,5 cm (Muliarini, 2015).
2. Penyebab KEK pada ibu hamil
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat
gizi antara lain: (1) jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, (2) mutu zat
yang di konsumsi rendah atau (3) zat yang dikonsumsi gagal untuk diserap
dan digunakan didalam tubuh (Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013).
a. Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena adanya
penyesuaian dari perbedaan fisiologi selama kehamilan, hal inilah yang
menyebabkan jumlah asupan makanan yang biasanya di konsumsi ibu
selama hamil tidak sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya.
Akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan nutrisi yang adekuat
yang menyebabkan faktor resiko terjadinya KEK pada ibu hamil
(Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013).
b. Mutu zat yang di konsumsi rendah
Mutu zat yang dikonsumsi rendah berhubungan dengan daya
beli keluarga untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan
pernyatan bahwa kemiskinan dan rendahnya pendidikan dapat
mempengaruhi status gizi ibu hamil sehingga tingkat konsumsi pangan
dan gizi menjadi rendah. Selain itu buruknya sanitasi dan hignine pada
makanan dapat mampengaruhi mutu zat yang dikonsumsi (Istiany dan
Rusilanti, 2014).
c. Zat yang Dikonsumsi Gagal untuk Diserap dan Digunakan Didalam
Tubuh
Zat gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi,
transportasi (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).
Faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil yaitu
keadaan sosial dan ekonomi, jarak kelahiran terlalu dekat dimana jarak
antara dua kelahiran yang terlalu dekat, paritas, usia kehamilan
pertama, dan tingkat pekerjaan fisik (Istiany, Ari dan Rusilanti, 2013).
Selain itu faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil adalah umur, berat
badan, suhu lingkungan, makanan, kebiasaan dan pandangan wanita
terhadap makanan, status ekonomi (Banudi, 2013). Di Indonesia
sendiri kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK) disebabkan oleh
beberapa faktor yakni faktor umur, pendidikan, pekerjaan, riwayat
penyakit, riwayat anemia, dan paritas (Arisman, 2010).
3. Gejala KEK pada ibu hamil
Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan
mengalami gejala-gejala seperti berikut:
a. merasa kelelahan terus-menerus,
b. merasa kesemutan,
c. wajah pucat dan tidak bugar,
d. sangat kurus (indeks massa tubuh kurang dari 18,5),
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
f. mengalami penurunan berat badan dan kekurangan lemak,
menurunnya kalori yang terbakar saat istirahat, serta menurunnya
kemampuan beraktivitas fisik.
4. Dampak KEK pada ibu hamil
Akibat KEK pada ibu hamil (Sipahutar,2013)
a. Terus merasa lelah
b. Kesemutan
c. Muka terlihat pucat
d. Kesulitan sewaktu melahirkan
e. Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi
Akibat KEK terhadap janin (Sipahutar,2013)
a. Keguguran.
b. Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir
rendah (BBLR).
c. Perkembangan otak janin terlambat, sehingga kemungkinan akan
berdampak pada kecerdasan anak.
d. Bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
Menurut Kristiyanasari (2010) yang dikutip dalam Buku Gizi Ibu
Hamil, bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin. Gizi kurang pada
trimester I akan berpengaruh terhadap janin, antara lain dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan BBLR
(Kristiyanasari, 2010).
5. Cara mengatasi KEK pada ibu hamil
Sebagai seorang bidan cara yang dapat dilakukan untuk membantu
ibu hamil dengan KEK yaitu melakukan pelayanan gizi jika tidak ada
tenaga gizi. Kegiatan tatalaksana gizi yang dilakukan bidan yaitu
(Direktorat Bina Gizi, 2015):
a. Edukasi pola makan.
b. Pemberian makanan tambahan ±500 kkal, 15 gr protein per hari dan
pantau perkembangan janin oleh bidan.
c. Apabila tidak terjadi kenaikan BB 1 kg/bulan (Trimester I) dan 2
kg/bulan (Trimester II dan III) segera merujuk ke dokter dan tenaga
gizi.
Sebagai seorang ibu hamil juga perlu mengetahui bahwa makanan
ibu hamil harus disesuaikan dengan kebutuhan yaitu makanan yang
seimbang dengan perkembangan masa kehamilan.
Kebutuhan energi ibu selama hamil meningkat dari kebutuhan
energi normal karena terjadi peningkatan laju metabolik basal dan
peningkatan berat badan. Energi yang diperlukan ibu hamil ±80.000 kkal
(±300 kkal ekstra per hari) selama 9 bulan kehamilan untuk dapat
melahirkan bayi yang sehat (Susilowati, 2016).
Kebutuhan energi pada trimester I sampai trimester III meningkat
secara bertahap. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013,
jumlah penambahan energi pada trimester I adalah 180 kkal, sedangkan
pada trimester II dan III adalah 300 kkal. Jika mengacu pada AKG 2013
yang menyebutkan wanita tidak hamil pada usia 19 – 29 tahun
membutuhkan energi sebanyak 2250 kkal/hari, maka wanita hamil
membutuhkan 2430 kkal pada masa kehamilan trimester I, dan pada
trimester II dan III membutuhkan 2550 kkal (Fikawati, 2015).
6. KB Pasca Persalinan
KB pasca persalinan adalah penggunaan kontrasepsi segera setelah
persalinan sampai 42 hari/ 6 minggu pasca persalinan (Kemenkes RI,
2019). Pendapat lain menyebutkan bahwa KB pasca persalinan adalah
penggunaan kontrasepsi segera setelah lahir sampai 1 tahun (WHO, 2015).
Pengguna KB (akseptor KB) tercatat adalah pengguna kontrasepsi metode
modern yaitu pil, suntik, implan, IUD dan MOP/ MOW.
7. Manfaat KB Pasca Persalinan
Tahun pertama pasca persalinan adalah waktu yang paling penting
terhadap penggunaan kontrasepsi karena kehamilan yang terjadi dalam
kurun 1 tahun setelah persalinan dapat memberikan dampak buruk bagi
kesehatan ibu dan anak. Hal ini juga dapat menyebabkan kurangnya waktu
pengasuhan terhadap anak dalam golden periode hingga umur 2 tahun.
Pada pasca persalinan, kembalinya kesuburan tidak dapat diperkirakan dan
sangat dipengaruhi oleh status menyusui. Ovulasi dapat terjadi sebelum
menstruasi pada 21 hari pasca persalinan. Oleh karena itu, kontrasepsi
segera pasca persalinan dianjurkan. Ibu pasca persalinan perlu ber-KB
karena KB pasca persalinan memiliki beragam manfaat sebagai berikut:
a. Mengatur jarak dan mencegah kehamilan jarak dekat
b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
c. Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu dan bayi
d. Ibu memiliki perhatian yang cukup untuk dirinya, bayi dan keluarga
8. Kontrasepsi Pasca Persalinan
Prinsip pemilihan metode kontrasepsi pasca persalinan adalah
metode kontrasepsi yang efektif dan tidak mengganggu produksi ASI.
Kontrasepsi pasca persalinan efektif terpilih antara lain IUD dan
tubektomi/ MOW. Apabila tidak menggunakan jenis kontrasepsi tersebut,
pilihan kontrasepsi hormonal Progestin Only dapat menjadi alternatif yaitu
minipil, suntikan progestin dan implan.
9. Metode Kontrasepsi
a. Metode Sederhana/ Tradisional
1) Tanpa alat
Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat meliputi KB
Alamiah dan senggama terputus. KB Alamiah terdiri dari metode
kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks dan metode
simptotermal. Metode kontrasepsi tersebut tidak dianjurkan pada
pasca persalinan hingga siklus haid kembali teratur. Metode
kontrasepsi sementara pada masa antara yaitu Metode Amenore
Laktasi (MAL) termasuk dalam jenis KB alamiah. Walaupun
demikian, penggunaan MAL harus dikombinasikan dengan salah
satu jenis kontrasepsi lain.
2) Dengan alat
Metode kontrasepsi dengan alat adalah metode mekanis
(barier) dan kimiawi. Metode mekanis meliputi kondom pria dan
barier intra vaginal untuk wanita seperti diafragma, kap serviks dan
spons.
b. Metode Modern
1) Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal terbagi menjadi kontrasepsi oral,
suntikan dan sub-kutis. Kontrasepsi oral merupakan kontrasepsi
yang digunakan dengan cara diminum meliputi pil oral progestin
(mini pil) dan pil kombinasi. Suntikan terdiri dari suntikan
progestin yaitu DMPA dan suntikan kombinasi. Alat kontrasepsi
hormonal progestin sub-kutis yaitu implan atau disebut juga
dengan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK).
2) Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Jenis kontrasepsi non-hormonal yang sering disebut juga
dengan Intra Uterine Device (IUD). AKDR dipasangkan ke dalam
rongga rahim untuk menghasilkan efek kontrasepsi.
3) Kontrasepsi mantap
Kontrasepsi mantap adalah jenis kontrasepsi non-hormonal
permanen yang dapat dilakukan oleh wanita maupun pria.
Kontrasepsi mantap pada wanita dilakukan dengan tubektomi atau
penyumbatan tuba falopii. Tubektomi sering disebut juga Metode
Operatif Wanita (MOW). Pada pria, kontrasepsi mantap dilakukan
dengan tindakan operatif vasektomi. Vasektomi dikenal pula
dengan Metode Operatif Pria (MOP).
10. Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
a. Pil progestin/ minipil
Pil harus diminum setiap hari di jam yang sama. Senggama
dapat dilakukan 3-20 jam setelah minum pil. Pil dapat digunakan pada
sikus haid hari 1-5 dan setiap saat bagi ibu pasca persalinan yang
belum mendapat haid serta diyakini tidak hamil. Cara kerja pil adalah
menekan sekresi gonadotropin, mengentalkan lendir serviks dan
mengubah motilitas tuba. Efektivitas mencapai 98%. Keuntungan
penggunaan adalah tidak mengganggu produksi ASI, tidak
mengganggu hubungan seks, kesuburan dapat kembali segera dan
mencegah kanker endometrium. Efek samping penggunaan adalah
peningkatan maupun penurunan BB dan dapat terjadi gangguan haid
pada 30%-60% pengguna.
b. Suntik progestin
Suntik dilakukan 12 minggu/ 3 bulan sekali ke fasilitas
kesehatan terdekat. Suntik dapat digunakan pada sikus haid hari 1-7
dan setiap saat bagi ibu pasca persalinan yang belum mendapat haid
serta diyakini tidak hamil. Senggama dapat dilakukan segera namun
pada ibu yang tidak haid, senggama dilakukan 7 hari setelah suntikan
pertama. Cara kerja suntik progestin adalah menekan sekresi
gonadotropin, mengentalkan lendir serviks dan mengubah motilitas
tuba. Efektivitas tinggi dengan 0,3 kemungkinan kehamilan dari 100.
Keuntungan penggunaan adalah tidak mengganggu produksi ASI,
tidak mengganggu hubungan seks dan mencegah kanker
endometrium. Efek samping penggunaan adalah peningkatan maupun
penurunan BB, terjadi gangguan haid dan kesuburan kembali relatif
lebih lama yaitu 4-6 bulan.
c. Implan
Implan merupakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) yang dapat memberi perlindungan 3-5 tahun dengan
dilakukan pemasangan sub-kutis (di bawah kulit) pada lengan bagian
dalam. Implan dapat digunakan pada sikus haid hari 1-7 dan setiap
saat bagi ibu pasca persalinan yang belum mendapat haid serta
diyakini tidak hamil. Senggama dapat dilakukan segera namun pada
ibu yang tidak haid, senggama dilakukan 7 hari setelah pemasangan.
Cara kerja implan adalah menekan sekresi gonadotropin mencegah
ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan mengubah motilitas tuba.
Efektivitas tinggi dengan 0,2 kemungkinan kehamilan dari 100.
Keuntungan penggunaan adalah tidak mengganggu produksi ASI,
tidak mengganggu hubungan seks, kesuburan relatif cepat kembali
dan mencegah kanker endometrium. Efek samping penggunaan adalah
peningkatan maupun penurunan BB dan terjadi gangguan haid.
d. AKDR/ IUD
IUD merupakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) yang dapat memberi perlindungan 5-10 tahun dengan
dilakukan pemasangan di dalam rahim. AKDR dapat digunakan pada
sikus haid hari 3-5, segera setelah persalinan atau tunda hingga 4-6
minggu pasca persalinan dan setiap saat bagi ibu pasca persalinan
yang belum mendapat haid serta diyakini tidak hamil. Senggama dapat
dilakukan 7 hari setelah pemasangan. Cara kerja IUD adalah
menghambat bertemunya ovum dan sperma serta menghambat
kemampuan sperma masuk ke tuba falopii. Efektivitas tinggi dengan
0,6 kemungkinan kehamilan dari 100. Keuntungan penggunaan adalah
tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu hubungan seks,
kesuburan relatif cepat kembali dan tidak ada efek hormonal. Efek
samping penggunaan adalah peningkatan jumlah darah menstruasi dan
nyeri menstruasi.
e. Kontrasepsi Mantap
1) MOW/ Tubektomi
MOW merupakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) permanen dengan dilakukan prosedur bedah sukarela
untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan
melalui konklusi tuba fallopi mengikat dan memotong atau
memasang cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum. MOW dapat dilakukan segera setelah persalinan hingga 48
jam atau tunda hingga 4-6 minggu pasca persalinan, setiap saat
bagi ibu pasca persalinan yang belum mendapat haid serta diyakini
tidak hamil dan ibu pada siklus haid hari ke-6 sampai 13.
Senggama dapat dilakukan segera. MOW sangat efektif hingga
99%. Keuntungan penggunaan adalah tidak mengganggu produksi
ASI, tidak mengganggu hubungan seks dan tidak ada efek
hormonal. Keterbatasan MOW adalah metode kontrasepsi
permanen sehingga kesuburan tidak dapat kembali.
2) MOP/ Vasektomi
MOP adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria secara permanen dengan jalan melakukan okulasi
vas deference sehingga alat transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. MOP
dapat dilakukan setiap saat secara suka rela.
F. Kriteria Evalusi
1. Evaluasi struktur
a. Penyuluhan diadakan di rumah Ny. A
b. Penyuluhan dilakukan sesuai kontrak waktu
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta memberi umpan balik terhadap pertanyaan materi dan sesi
diskusi yang dibuka
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan/atau pendapat
d. Peserta menjawab pertanyaan tentang materi penyuluhan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. Setelah penyuluhan, peserta memahami tentang KEK serta tahu cara
mengatasi KEK.
b. Memahami tentang KB pasca persalinan dan menginginkan salah satu
jenis kontrasepsi untuk digunakan
Sumber:
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Banudi, L, 2013, Gizi Kesehatan Reproduksi, EGC, Jakarta.
Bina Gizi, D. (2015). Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi dan KIA , Kemenkes
RI Muliarini, P., 2015. Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama
Kehamilan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Biran Affandi, George Adriansz, Eka Rusdianto HK. 2014. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.2015. P. 53-117.
Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurul Jannah SR. 2019. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta:
EGC.
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi serta Pelayanan
Kesehatan Seksual.
Sipahutar, H, F., Aritonang, E. Y., dan Siregar, A. 2018. Gambaran Pengetahuan
Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola Makan Dalam Pemenuhan
Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Habinsaran
Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013. Jurnal Gizi dan Kesehatan
Reproduksi 1(1): 1-7.
Supariasa, I.D.N. Bakri, B. dan Fajar, I. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Susilowati dan Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika
Aditama.
Rena Purwanti
Lampiran