PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini banyak kejadian dalam kehidupan masyarakat yang membutuhkan bantuan dan uluran
tangan. Akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang hingga sekarang belum ada ujungnya.
Banyak terdapat kaum dhuafa yang membutuhkan uluran tangan dari semua yang berada di kalangan
atas. Dhuafa sendiri merupakan sebuah kelompok manusia yang dianggap lemah atau mereka yang
tertindas.
Dalam hadist di terangkan, seorang bertanya kepada Nabi SAW, “Islam yang bagaimana yang baik ? “
Nabi SAW menjawab, “Membagi makanan (kepada fakir miskin) dan memberi salam kepada yang dia
kenal dan yang tidak dikenalnya.” (HR.Bukhari). Dalam hadist yang lain juga dijelaskan bahwa
perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas kasih seperti satu tubuh.
Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim).
Dengan latar belakang tersebut kami disini menyunguhkan tentang bagaimana cara berbuat baik/ihsan
kepada kaum dhuafa.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. IHSAN
1. PENGERTIAN IHSAN
Ihsan (Arab: " ;احسانkesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-
olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Ihsan berasal dari kata أحسن يحسنyang artinya adalah berbuat baik dan dalam bentuk masdarnya
adalah احسانyang artinya kebaikan. Dalam Alquran Allah SWT berfirman:
“Jika kamu berbuat baik, itu adalah untuk diri kamu” ( QS. Al- Isra’: 7 )
“Dan berbuat baiklah seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu” (Al -Qashash : 77 )
Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan
menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah
dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab
ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan darin-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang
tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki
posisi terhormat dimata Allah swt.
1) Ada 166 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang Ihsan dengan segala implementasinya. Dari sini
kita dapat menarik satu makna bahwa betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, sehingga
mendapat porsi yang sanagt istimewa dalam al quran.Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan
demi memahami hal ini:
Firman Allah yang artinya: “Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah 195 )
Firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat keadilan dan kebaikan”
(QS. An-Nahl : 90 )
Firman Allah yang artinya: “Dan berkatalah kepada manusia dengan perkataan yang baik” (QS. Al -
Baqarah: 83 )
Firman Allah yang artinya: “Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan para
hamba sahaya yang kamu miliki” (QS. An -Nisa: 36).
2) As Sunnah. Rasulullah SAW sangat dan amat perhatian terhadap hal ini, karena ini merupakan
puncak harapan dan perjuangan seorang hamba apabila ia mencapai ihsan itu sendiri. Diantara hadist
tersebut bahkan menjadi landasan utama dalam memahami agama ini.
Sabda Rasulullah saw ketika menjawab pertanyaan malaikat Jibril tentang ihsan, lalu beliau menjawab
yang kemudian dibenarkan oleh Jibril sendiri. Beliau mengatakan bahwa ihsan adalah:” Engkau
menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya maka
sesungguhnya Dia melihatmu”(HR. Muslim)
Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada
segala sesuatu, maka jiak kamu membunuh, membunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih,
menyembelihlah dengan baik…(HR. Muslim).
B. KAUM DHUAFA
Kaum Dhuafa berasal dari kata dha’afa atau dhi’afan yang berarti lemah. Kaum dhu’afa adalah golongan
manusia yang hidup dalam kemiskinan,kesengsaraan, kelemahan, ketakberdayaan, ketertindasan, dan
penderitaan yang tiada putus.
· Dari sisi sikap adalah orang yang terbelakang yang bukan dikarenakan malas belajar.
· Dari sisi fisik adalah orang yang kurang tenaga, bukan karena sengaja bermalas-malasan.
· Dari sisi ekonomi adalah orang yang fakir dan miskin karena tertekan keadaan, dan bukan karena
malas berusaha mencari nafkah.
· Dari sisi otak/pikiran adalah orang yang kurang cerdas yang bukan dikarenakan malas berusaha
mencari ilmu.
- Zakat
Adapun firman Allah SWT mengenai Zakat tercantum dalam (Q.S. At Taubah : 60)
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan
hatinya (mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang,
untuk yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di dalam perjalanan sebagai kewajiban
dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
- Infaq
Adapun firman Allah SWT mengenai infaq tercantum dalam (Q.S Al Baqarah : 273)
“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat
(berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri
dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada
orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
- Fidyah
Adapun firman Allah SWT mengenai fidyah tercantum dalam (Q.S. Al Baqarah : 184)
“Yaitu) dalam beberapa hari yang ditententukan. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan
itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu), memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika
kamu menge-tahui.”
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang
ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”
- Ghanimah
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat
keras hukumannya.”
- Denda zihar
“Orang-orang yang men-zihar istrinya di antara kamu (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal)
tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka.
Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta.
Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Orang-orang yang men-zihar istri mereka,
kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib
atasnya)memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang
diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang siapa yang tidak
mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya
bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.
Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi
orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.”
- Kafarat sumpah
“Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmat dan kenabian Jika orang-orang
(Quraisy) itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang
sekali-kali tidak akan mengingkarinya.”
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka
dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin);
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
“Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk
disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan
rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-
halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih,” (34)
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung me
reka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".(35)
Di antara orang-orang lemah yang harus diperhatikan haknya adalah sebagai berikut:
1) Anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, peminta-minta, hamba sahaya (Q.S Al Baqarah : 177)
2) Tuna netra, orang cacat fisik, orang sakit (Q.S An Nuur : 61)
7) Mualaf, fakir, orang yang berhutang (ghariim),fi sabilillah (Q.S At Taubah : 60)
Allah SWT dalam Al- Qur’an telah memerintahkan kepada hambaNya agar berbuat baik kepada kaum
dhu’afa. Perintah berbuat baik kepada Kaum Dhuafa dalam Al Qur’an, antara lain sebagai berikut.
13) Memberikan mereka pendidikan dan pengajaran yang baik (QS. ‘Abasa:1-11)
14) Memelihara mereka dengan penuh kasih sayang dan sopan santun (QS. al Israa:23)
Allah SWT menjanjikan dalam Al Quran bahwa mereka yang berbuat baik, memenuhi hak, dan tidak
melanggar larangan terhadap kaum dhuafa akan diberi ganjaran. Ganjaran itu antara lain adalah:
- Allah menyebutnya sebagai orang yang berbakti, benar imannya, dan orang yang taqwa
kepadaNya. (Q.S. al Baqarah:177)
- Dipelihara dari kerusakan dan kehancuran, wajah mereka jernih, dan hati memreka senantiasa
bergembira.
- Sebagai orang yang telah melakukan pendakian (perjuangan dijalan Allah) (al Balad:12-16)
8) Menelantarkan mereka.
9) Menghina, merendahkan, memalingkan muka, bermuka masam, tidak peduli, tidak melayani,
tidak memperhatikan pembicaraan dan harapan mereka.
Dalam al Quran, Allah SWT juga telah menetapkan sanksi kepada orang-orang yang tidak mau berbuat
baik, merampas hak-hak kaum dhuafa, dan melanggar larangan terhadap mereka. Sanksinya antara lain:
- Menelan api sepenuh perutnya dan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (an Nisaa’:10)
- Dimasukkan ke dalam golongan kiri dan berada dalam neraka yang ditutup rapat(al Balad;19-20)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab,
ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Ketika kita mencermati pengertian
ihsan dengan sempurna maka kita akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi:
Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keikhlasan dan jujur pada saat
beramal. Ini adalah ihsan dalam tata cara (metode). Kedua, ihsan adalah senantiasa memaksimalkan
amalan-amalan sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, selama hal itu adalah sesuatu yang
diridhai-Nya dan dianjurkan untuk melakukannya.
Berbuat ihsan kepada kaum dhuafa adalah dengan memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan
mereka agar tidak dihina, tidak melakukan hal-hal yang menyengsarakan mereka dan selalu memberikan
hal-hal yang bermanfaat bagi mereka semampunya.