Anda di halaman 1dari 2

Tegangan Permukaan (2)

Pengukuran Tegangan Permukaan

a. Kenaikan atau penurunan kapiler


Metode didasarkan pada kenyataan bahwa bila sebatang pipa kapiler dimasukkan ke dalam cairan maka
permukaan cairan dalam pipa kapiler mengalami kenaikan atau penurunan. Apabila cairan membasahi
bejana (θ < 90) maka permukaan cairan akan naik. Bila cairan tidak membasahi bejana (θ > 90)
permukaan cairan akan turun. Peristiwa naik turunnya permukaan cairan dalam pipa kapiler ini disebut
dengan kapilaritas.
Kenaikan atau penurunan cairan di dalam kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan yang
bekerja pada permukaan cairan yang menyentuh dinding sepanjang keliling pipa. Akibat tegangan
permukaan ini pipa akan memberikan gaya reaksi pada permukaan cairan yang besarnya sama tetapi
arahnya berlawanan.

Pada peristiwa terangkatnya cairan pada kolom pipa, besarnya gaya ke atas akibat tegangan
permukaan diberikan persamaan
𝐹1 = 2 𝜋 𝑟 𝛾 cos 𝜃
F1 = gaya ke atas akibat tegangan permukaan; r = jari – jari kapiler; γ = tegangan permukaan, θ =
sudut kontak.
Kenaikan cairan tidak dapat berlangsung terus, karena pada permukaan cairan juga bekerja gaya akibat
berat cairan (F2) yang arahnya ke bawah sebesar:
𝐹2 = 𝑑 𝑉 𝑔
Karena 𝑉 = 𝜋 𝑟 2 ℎ , maka : 𝐹2 = 𝜋 𝑟 2 ℎ 𝑑 𝑔 , d = rapatan cairan; g = percepatan gravitasi; h =
kenaikan atau penuruan cairan dalam kapiler.
Pada saat setimbag berlaku F1 = F2, sehingga
2 𝜋 𝑟 𝛾 cos 𝜃 = 𝜋 𝑟 2 ℎ 𝑑 𝑔
𝑑𝑔ℎ𝑟
𝛾=
2 𝑐𝑜𝑠 𝜃
Untuk caian yang membasahi bejana, seperti air, 𝜃 ≈ 0 , sehingga cos θ = 1. Sedangkan untuk cairan
yang tidak membasahi bejana, seperti raksa, 𝜃 ≈ 140, sehingga cos θ = -0,766 (berharga negatif).
Akibatnya h memiliki harga negatif, yang berarti cairan mengalami penurunan atau di tekan dalam
kapiler.
Persamaan untuk perhitungan yang lebih teliti, h ditambahkan faktor koreksi r/3.
𝑟
(𝑑𝑐 − 𝑑𝑔 ) (ℎ + ) 𝑔 𝑟
𝛾= 3
2
Dengan db dan dg masing – masing adalah rapatan cairan dan rapatan gas. Apabila digunakan metode
perbandingan, tegangan permukaan yang tidak diketahui, dapat dihitung:
𝛾1 𝑑1 ℎ1
=
𝛾2 𝑑2 ℎ2

b. Metode Wilhelmy
Metode ini didasarkan pada gaya yang diperlukan untuk menarik pelat tipis dari permukaan cairan.
Penetapannya diperlukan alat dari lempeng tipis terbuat dari kaca, platina atau mika dari sebuah
neraca.
Pelat digantungkan pada salah satu lengan neraca dan dimasukkan ke dalam cairan yang akan diselidiki.
Besarnya gaya tarik pada neraca yang digunakan untuk melepas pelat dari permukaan cairan dicatat.
Pada saat pelat terlepas berlaku hubungan:
𝐹−𝑊
𝐹 = 𝑊+2𝑙𝛾 dan 𝛾=
2𝑙
Dimana; γ = tegangan permukaan; F = gaya tarik yang dicatat; W = berat lempeng (pelat); l = lebar
lempeng; 2 = faktor karea ada dua permukaan pada lempeng
Dalam metode ini diandaikan sudut kontak θ = 0o, dan pengaruh dari ujung – ujung lempeng diabaikan.

Efek Tegangan Permukaan

Tegagan permukaan menyebabkan beberapa jenis serangga dapat berjalan di atas air dan benda –
benda yang mempunyai rapatan lebih besar dari air seperti jarum jahit dan silet dapat terapung di atas
permukaan cairan.

Tekanan di dalam Gelembung

Tegangan permukaan menyebabkan adanya perbedaan tekanan antara bagian dalam dan bagian luar
gelembung sabun atau gelembung udara dalam cairan. Tekanan bagian dalam biasanya selalu lebih
besar dari sisi bagian luar gelembung.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan cairan (γ), berbeda – beda bergantung pada jenis cairan dan suhu. Cairan yang
memiliki gaya tarik antar molekul yang besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar.
Sebaliknya, pada cairan seperti bensin, gaya tarik antar permukaan molekul kecil, tegangan permukaan
kecil.
Tegangan permukaan cairan turun bila suhu naik, karena dengan bertambahnya suhu molekul –
molekul cairan bergerak lebih cepat dan pengaruh interaksi antar molekul berkurang sehingga tegangan
permukaannya menurun.
Adanya zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan tergantung
sifat zat terlarutnya. Zat terlarut dengan susunan kimia sama hampur tidak berpengaruh. Untuk air
adanya elektrolit anorganik dan non elektrolit tertentu seperti sukrosa dan gliserin menaikkan tegagan
permukaan. Zat – zat seperti sabun, detergen dan alkohol, efektif dalam menurunkan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka. Zat ini sering disebut dengan surface active agents atau
surfactance. Penurunan tegangan muka oleh sabun menyebabkan perluasan film air dengan
pembentukan gelembung atau busa.
Makin kecil nilai γ suatu cairan, makin besar kemampuan cairan tersebut dalam membasahi benda,
seperti fungsi detergen menurunkan tegangan muka air sehingga bisa membasahi kotoran pada
pakaian, alkhohol dan antiseptik yang dipakai mengobati luka selain memiliki daya bunuh kuman yang
baik juga memiliki γ yang redah sehingga dapat membasahi seluruh permukaan luka.

(Sumber: “Kimia Fisika untuk Paramedis”, Estien Yazid, 2005, Yogyakarta: Penerbit ANDI)

Anda mungkin juga menyukai