Anda di halaman 1dari 39

PENTINGNYA BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP SANTRI YANG PASIF

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Santri Kelas Akhir Guna wisuda
santri

Oleh :

LIANTRI KUSUMAWATI
NISN : 0045113443

PONDOK PESANTREN MODERN


DARUSSALAM KEPAHIANG
2022
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Indri Maisyah Putri


NISN : 0045514539
Kelas : XII A2

Menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul:

PENTINGNYA BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP SANTRI YANG


PASIF

Secara keseluruhan adalah hasil karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang
dirujuk sumbernya.

Kepahiang,
Pembuat Pernyataan,

matrai tempel
Rp.10.000

Indri Maisyah Putri


NISN: 0045514539

i
YAYASAN AL-AKHSYAR

PONDOK PESANTREN MODERN DARUSSALAM KEPAHIANG


Jl. Merdeka Kel.Dusun Kepahiang Kec. Kepahiang Kab. Kepahian Prov. Bengkulu 3972

PENGESAHAN

Naskah karya Tulis Ilmiah berikut ini:

Judul : Pentingnya Bimbingan Sosial Terhadap Santri Yang Pasif


Penuli : Indri Maisyah Putri
NISN : 0045514539
Kelas : XII A2

Telah diujikan dalam munaqasyah oleh Dewalah Penguji dan dapat diterima
sebagai salah satu tugas santri kelas akhir dan syarat wisuda santri.

Ketua/Penguji I Sekretaris/Penguji II Kepahiang,


Anggota/Pembimbing

………………… …............................. ……………………..

ii
NOTA DINAS

Kepahiang,…,…,2022
Kepada
Yth. Pimpinan pontren Darussalam
di
Kepahiang
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah karya tulis dengan:

Judul : Pentingnya Bimbingan Sosial Terhadap Santri Yang Pasif


Nama : Indri Maisyah Putri
NISN : 0045514539
Kelas : XII A2

Saya memandang bahwa naskah tersebut sudah dapat diajukan kepada pimpinan
untuk diujikan dalam sidang Munaqsyah.

Wassalamua’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing,

……………

iii
ABSTRAK

Judul : Pentingnya Bimbingan Sosial Terhadap Santri Yang Pasif


Nama : Indri Maisyah Putri
NISN : 0045514539

Bimbingan sosial merupakan arahan yang diberikan kepada peserta didik


agar dapat memiliki interaksi yang baik dan dapat berkompetisi dan bersaing
dengan baik, sehingga peserta didik tidak pasif didalam hidupnya, bimbingan
sosial ini berkaitan dengan pembentukan prilaku sosial, agar santri mampu
mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan, penyesuaian, pencapaian
dalam bidang pendidikan, pribadi dan sosial sehingga santri tidak pasif. Dengan
cara mendidik anak dengan nilai-nilai agama dan akhlak yang baik sehingga anak
memiliki sosial yang baik.
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya
yang dapat dilakukan dalam mendidik anak yang pasif, dan mengetahui faktor apa
saja yang dapat menyebabkan santri pasif.

Kata kunci: Bimbingan, Sosial, Santri, Pasif

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrohim
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Keuasa, karena atas berkat,
rahmat dan karunua-Nya peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
Pentingnya Bimbingan Sosial Terhadap Santri Yang Pasif, Karya Tulis Ilmiah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas santri kelas akhir dan sebagai syarat
wisuda santri kelas akhir Pondok Pesantren Modern Darussalam Kepahiang.
Solawat beriringkan salam tidak lupa pula kita haturkan kepada junjungan
kita nabi agung Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga zaman yang terang benderang dengan ilmu pngetahuan yang
kita rasakan pada saat ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan dan ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih kepada:

1. Ustad. Angga Martias S.Si,M.Pd, selaku ketua panitia dari program


penulisan Karya Tulis Ilmiah di Pondok Pesantren Modern Darussalam
Kepahiang
2. Ustad. Anag Mustaqim M.Pd, selaku panitia dari program penulisan
Karya Tulis Ilmiah di Pondok Pesantren Modern Darussalam
Kepahiang
3. Ustad Adi Dwi Suhartono S.Pd, selaku panitia dari program penulisan
Karya Tulis Ilmiah di Pondok Pesantren Modern Darussalam
Kepahiang
4. Ustadzah. Enik Binti Yunani M.Pd, selaku panitia dari program
penulisan Karya Tulis Ilmiah di Pondok Pesantren Modern Darussalam
Kepahiang
5. Ustadzah. Apria Lensi S.Pd, selaku pembimbing penulisan Karya
Ilmiah yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, serta pikirannya

v
untuk memberikan bimbingan dan arahansehinga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan.
6. Kepada ayah dan ibu tersayang yang telah memberikan dukungan dan
selalu berdoa untuk kelancar dan kemudahan penulis dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah dan dalam belajar, dan selalu memberikan
kasih sayang sehingga penulis dapat berada pada titik sekarang ini yang
semogga dapat memberikan kebanggan bagi ayah dan ibu.

Demikian kata penggantar dari penulis, semoga tugas Karya Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi pengembangan dunia
pendidikan dan membangun karakteristik sosila pada diri santri.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................ii
PENGESAHAN ....................................................................................iii
NOTA PEMBIMBING..........................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................1-3
B. Rumusan Masalah......................................................................3
C. Batasan Masalah.........................................................................4
D. Indentifikasi Masalah.................................................................4
E. Tujuan Pembahasan....................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Tujuan Dari bimbingan Sosial................................................5-15
B. Penyebab pasifnya seorang santri..........................................15-20
C. Membangun karakter santri pasif adengan akhlak terpuji.....20-24
D. Menjadikan santri trampil dalam sosial.................................24-27
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................28
B. Saran .........................................................................................28
C. Kata Penutup.............................................................................29
KEPUSTAKAAN................................................................................30
RIWAYAT HIDUP.............................................................................31

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap kita memiliki karakter yang berbeda-beda, pemikiran yang berbeda
dan mempunyai tujuan yang berbeda-beda, dan kita sebagai manusia merupakan
makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya, dalam kehidupan ini kita sebagai manusia harus saling berinteraksi sosial,
baik secara langsung maupun tidak langsung, secara lisan maupun tulisan dan
untuk bisa berinteraksi dengan baik kita harus memiliki kemampuan
mengekspresikan diri dalam berinteraksi sosial, kemampuan untuk memahami
situasi sosial yang ada di sekitar kita, memahami norma-norma sosial, kemampua
memecahkan masalah secara mandiri, dan memliki keterampilan yang aktif
didalamnya, keterampilan sosial ini dapat tumbuh dan diasah melalu pendidikan
lingkungan keluarga, lingkungan sekitar dan didapat dari sekolahnya.
Dengan demikian pondok pesantren merupakan salah satu wadah yang
sangat baik untuk mendidik anak, karena didalamnya mengajarkan tentang norma
nilai-nilai agama dan kemandirian. Dan pondok pesantren merupakan wadah yang
sangat berpengaruh, karena didalam lingkungan pondok pesantren terjadi interaksi
yang sangat luas, yakni antara kiai dengan ustadz dan ustadzah, dan santri dengan
kiai dan ustad-ustadzah, disana sebagai santri harus memiliki interaksi yang baik
tidak hanya dengan ustad dan ustadzah tetapi santri harus mempunyai interaksi
yang baik antara kakak kelas, adik kelas dan dengan teman-temannya, dengan
demikian didalam pondok pesantren memiliki banyak santri yang mempunyai
karakter yang berbeda-beda, untuk itu para ustadz dan ustadzah berperan aktif
dalam membangun karakteristik santri dan membangun solidaritas yang tinggi
didalam diri santri dengan bimbingan dan konseling.
Didalam pendidikan tersebut tak jarang ditemui santri yang pasif1, dengan
itu penting adanya bimbingan sosial terhadap santri yang pasif merupakan salah
satu penangganan agar membangun pribadi santri yang aktif dengan cara-cara

1
Pasif adalah sikap yang cnderung mnerima saja,tidak giat, tidak aktif(KBBI V.26 0ktober 2019)

1
yang efektif, sehingga setiap santri bisa menyalurkan bakatnya yang penuh
kekreatifan, dan mewujudkan santri yang bisa bersaing dengan baik didalam
lingkungannya, sehingga santri tidak hanya monoton dalam suatu kegiatan.
Bimbingan sosial adalah sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam
rangka membantu atau mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi para peserta
didik serta berkesinambungan, akhirnya para peserta didik dapat mengatasi
masalah-masalah sendiri hingga mencapai kebahagian dalam hidupnya2. Dengan
bimbingan sosial santri yang pasif akan menemukan titik permasalahan dalam
dirinya, sehingga dia dapat memotivasi dirinya karena adanya bimbingan yang
baik dari para pembimbingnya. Karena jika santri memiliki kepasifan didalam
dirinya, itu dapat membahayakan diri santri tersebut karena sulit untuk
berinteraksi dengan orang lain, bahkan dengan lingkungannya sendiri, dan santri
yang pasif akan cenderung merasa tidak percaya diri dengan dirinya sendiri,
mereka akan merasa bahwa hari-harinya membosankan dan tidak berguna, dan
merasa kecil hati terhadap teman-temannya yang aktif, dan bagi santri yang pasif
dia akan tetap merasa dirinya tak mampu bersaing, sehingga menjadikan
mentalnya terganggu, mereka tidak menyadari bahwa kepasifan yang ada didalam
dirinya itu salah satunya disebabkan dari diri mereka sendiri yang kurang
memotifasi dirinya untuk maju dan ikut berkompetisi.
Dengan ini bimbingan sosial terhadap santri yang pasif adalah suatu
arahan yang diberikan kepada santri untuk mengatasi permasalahan yang ada pada
diri santri dan membantu santri untuk mengembangkan potensinya dalam tujuan
pendidikan akademik maupun non akademik, memberikan pendidikan tentang
mengolah emosi, spiritual, moral dan sosial, peneliti berharap dengan adanya
karya ilmiah ini, kita semu dapat memahami karakter seseorang dan dapat
memberikan bimbingan yang baik. Dimana peneliti akan menjeaskan penyebab-
penyebab terjadinya kepasifan didalam diri seseorang, yang mana itu bisa datang
dari diri mereka sendiri, keluarga ataupun lingkunggannya dengan demikian
peneliti akan menjelaskan tujuan pentingnya bimbingan sosial terhadap santri

2
Try Wahyuni, “ Peranan Layanan Bimbingan Dan Konseling Terhdap Tingkah Laku Sosial Siswa’’,
Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan, ( Vol. 5 No.3 Th.2018), hlm. 3

2
yang pasif. Karena, permasalahan yang peneliti temukan didalam lingkungan
Pondokn Pesantren Modern Darussalam Kepahiang adalah banyaknya santri yang
pasif, kurang motivasi didalam dirinya, kurangnya rasa percaya diri, merasa
minder, padahal mereka mempunyai kemampuan yang luar biasa yang seharusnya
mereka perkembangkan, sebagai kemampuan mereka yang dapat menjadikan
mereka berperan aktif didalam lingkumgan, sehingga mereka tidak menjadi santri
yang terbelakang dan ini juga terjadi akibat kurangnya bimbingan dan konseling
secara maksimal dari bgian pengasuhan santri yang mana itu disebabkan karena
terbatasnya waktu yang tidak terjadwal atara pengasuhan santri dengan santri.
Padahal hal tersebut sangat penting dan harus terselenggarakan dengan baik,
karena santri membutuhkan bantuan untuk terhindar dari masalah yang
menghambat perkembangannya, yang mana sering terjadinya pembulian yang
tidak diketahui, semua itu dapat mengganggu mental santri yang dapat
menyebabkan kepasifan dalam diri santri akibat tekanan-tekanan yang tidak baik.
Yang mana jika mereka pasif itu akan berpenggaruh ketika mereka kembali
kekampung halaman mereka, yang ditakuti mereka tak mampu bersaing baik di
masyarakatnya, dan tidak bisa berperan aktif dalam masyarakat dan itu dapat
menjadi dampak yang negative untuk dirinya sendiri, sehingga sulit bergul, dan
bersosial.
Dengan banyak nya permasalahan yang ada pada diri santri membuat
peneliti berkeinginan untuk membuat sebuah karya ilmiah dengan judul
“pentingnya bimbingan sosial terhadap santri yang pasif. ”

B. Rumusan Masalah
Meninjau dengan banyaknya permasalahan yang ada pada diri santri
mengenai tentang kepasifan seorang santri, maka untuk memperjelas arah
penelitian peneliti membuat rumusan masalah yaitu: Apa yang menyebab
terjadinya kepasifan pada diri santri di Pondok Pesantren Modern Darussalam
Kepahiang?

3
C. Batasan Masalah
Dengan ini peneliti membatasi masalah penelitian pentingnya bimbinngan
sosial terhadap santri yang pasif. Untuk memperjelas permasalahan dalam
penelitian peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Santri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah santri di Pondok
Pesantren Modern Darussalam Kepahiang.
2. Bimbingan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bimbingan
keperibadian santri mencangkup emosi, mental, sosial dan prilakunya
dalam keseharian
3. Kepasifan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah kepasifan dalam
berkompotisi akademik dan non akademik, dan kepasifan sosial.

D. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengindentifikasi masalah yang
ada sebagai berikut:
1. Apa tujuan dari bimbingan sosial terhadap santri yang pasif?
2. Apasajakah faktor penyebab pasifnya seorang santri?
3. Bagaimana cara membangun karakter santri yang pasif dengan akhlak
terpuji?
4. Bagaimana cara menjadikan santri trampil didalam sosialnya?

E. Tujuan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja penyebab pasifnya
seorang santri dan bertujuan agar dapat membantu santri yang pasif menjadi aktif
dengan teori-teori yang efektif yang akan disajikan didalam karya ilmiah ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Dari Bimbingan Sosial


Bimbingan sosial adalah suatu arahan yang diberikan kepada siswa untuk
membantu mereka dalam memecahkan masalah yang ada didalam kehidupan
mereka baik dari segi sosial, pribadi, dan dalam pendidikan mereka, adapun
tujuan dari bimbingan soial ini sebagai berikut:
a. Membantu santri dalam memecahkan masalah sosial
Dari peninjauan yang dilihat oleh peneliti bahwa banyaknya santri yang
masih kurang aktif didalam bersosial, seperti masih kurang pedulinya santri
terhadap temanya yang sakit, kurang perdulinya santri dalam bekerjasama
didalam berorganisasi, dengan ini peneliti akan membantu santri memecahkan
masalah yang terjadi didalam diri santri dalam masalah sosial santri sebagai
berikut:
1. Memberikan Arahan Akan Pentingnya Bersosialisasi
Arahan merupakan masukan yang diberikan oleh seorang pembimbing
terhadap pentingnya besosialisasi, karena melakukan hubungan sosial yang baik
akan mendapatkan timbal balik yang baik juga dari orang-orang yang ada di
sekitarnya. Karena hubungan sosial adalah dimana seseorang tidak hanya
memenangkan ego mereka sendiri, melainkan setiap individu juga harus
menghargai pendapat orang lain, menghargai usaha orang lain dan menerima
masukan-masukan yang diberikan orang lain, karna hidup bersosial bukalah
hidup semaunya sendiri, karena apapun yang ingin dicapai oleh seseorang itu pasti
membutuhkan orang lain untuk membantunya dalam mengsukseskan setip
program-programnya, dengan arahan yang diberikan seorang pembimbing.
Menjelaskan bahwa sebagai manusia tidak dapat hidup individu, karena
hidup yang dilalui oleh setiap orang harus saling berkesinambungan saling
membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, karna tidak mungkin
seseorang dapat bekerja sendiri, tidak mungkin jika ketika seseorang sakit mereka
sendiri yang merawat dirinya, semua itu tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

5
adanya bantuan dari orang lain. Dan menjelaskan kepada mereka pentingnya
menjalin kerjasama yang baik didalam memecahkan masalah dan didalam
berorganisasi, dimana dari peninjauan yang dilihat oleh peneliti kurang aktifnya
santri didalam berorganisasi, banyak dari organisasi santri yang masih
memikirkan dirinya sendiri tanpa adanya rasa saling menghargai dan rasa tangung
jawab akan pentingnya berorganisasi, dimana tak jarang ditemui seorang pengurus
yang melanggar peraturan yang telah mereka buat dan kurang sadarnya untuk
berkerjasama ketika ada tugas yang diberikan oleh guru-guru, kebanyakan dari
mereka lebih mementingkan keperibadian mereka, dan lebih memikirkan tugas-
tugas mereka yang seharusnya mereka juga harus berperan aktif didalamnya dan
seharusnya mereka dapat membagi waktu mereka antara kepentingan pribadi dan
kepentingan bersama, tetapi karena keegoisannya akhirnya mereka menjadi pasif
didalam hidupnya.
Dengan arahan dan penjelasan yang diberikan oleh pembimbing dapat
dilihat oleh peneliti bahwasannya mulai tanpak rasa kesadaran didalam diri santri
akan pentingnya hidup bersosialisasi.
b. Memberikan Bimbingan Terhadap Santri Yang pasif
Bimbingan adalah binaan khusus yang diberikan seorang pembimbing
terhadap santri yang memiliki masalah di dalam pergaulan didalam mentalnya
kepribadiannya, bimbingan yang diberikan kepada santri berupa:
1. Bimbingan Didalam Pergaulan santri
Dimana dari peninjauan yang dilihat oleh peneliti masih ada santri yang
memiliki masalah di dalam pergaulannya, yang mana ini disebabkan kurangnya
rasa percaya diri untuk ikut serta didalam berkompotisi, yang mana itu disebabkan
karena merasa bahwa dirinya tidak sepintar teman-temannya, tidak memiliki
kemampuan yang lebih, merasa bahwa teman-temannya menghina kekurangannya
dan merasa bahwa teman-temanya mengucilkannya. Pemikiran yang negatif
adalah sumber awal yang menyebabkan santri pasif didalam pergaulannya.
Memberikan bimbingan kepada santri menjelaskan bahwa santri harus
berani. Tidak perlu merasa kecil hati, menjelaskan bahwa setiap manusia
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, hanya saja setiap orang ada yang

6
sudah mengetahui dan ada yang belum mengetahui kelebihan apa yang ada
didalam dirinya, menjelaskan kepada santri bahwa dengan menjalin pergaulan
yang baik akan menjadikannya hidupmnya merasa aman dan tidak takut untuk
menghadapi lingkungan, dan dengan memiliki pergaulan yang baik seseorang
akan lebih mudah mencapai tujuannya karena banyak dukungan dan saran-saran
yang baik dari seseorang. Dan menjelaskan akan dampak yang akan dirasakan
santri apabila tidak memiliki pergaulan yang baik, seperti tidak memiliki teman,
merasa tidak betah dipondok, menjadi orang yang individualism, kurang peka
terhadap lingkunganya, sering menyendiri, mudah emosi dan mudah tersinggung,
semua itu adalah dampak yang akan dirasakan oleh santri yang kurang baik dalam
pergaulanya.
2. Bimbingan Dalam Membangun Mental Santri
Mental adalah sesuatu yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan yang
bersifat dinamis yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan
kemampuan dalam keadaan bagaimana pun juga, baik menghadapi gangguan dan
ancama dari luar keadaannya sendiri3. Mental yang ada pada seorang santri itu
akan kelihatan ketika seorang santri mulai berbicara didepan umum, seperti ketika
mereka tampil dalam suatu acara atau juga dapat dilihat ketika santri tersebut
terjun dimasyarakaat.
Kementalan santri ini dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, dan teman-
temannya, ketika santri memiliki dukungan yang baik dari lingkungannya dan dari
temannya maka mentalnya akan baik. Karena dukungan dari seseorang akan
membuat seseorang lebih percaya diri bahwa dia mampu untuk tampil dan
menunjukan kemampuannya, tetapi sebaliknya jika dukungan dari lingkungan dan
dari teman-temannya kurang baik maka seorang santri pun akan kurang percaya
diri untuk tampil didepan umum. Jadi sangat berperan antara lingkungannya dan
teman-temanya dalam membangun mental seorang santri, sehingga sebagai guru,
masyarakat dan orang-orang terdekat santri hendaknya mereka menghargai setiap
jeripayah dan usaha yang telah dikerjakan oleh seorang santri, karena
3
Muhammad Mushfi El Iq dan Mohammad Fajar Sodik Fadli, “ Implementasi Nilai-nilai
Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Ketahanan Mental Santri”, Jurnal Studi Keislaman Dn
Pendidikan , (Vol. 7 No.1, Mei 2019)hlm.8

7
penghargaan sangat berpengaruh dalam membangun mental seorang santri,
dengan adanya penghargaan dan apresiasi yang baik santri tersebut akan lebih giat
lagi didalam usahanya dan santri akan merasa senang karena jerihpayah dan
usahanya dihargai oleh orang lain.
Sebaliknya apabila santri tersebut tidak mendapakan penghargaan dan
apresiasi yang baik dari orang-orang disekitarnya maka santri tersebut akan
cenderung malas dan tidak ikhlas didalam mengerjakan sesuatu, karena mereka
merasa kecewa tidak mendapatkan apresiasi yang baik dari orang-orang
disekitarnya, padahal mereka telah berusaha sebaik mungkin agar mendapatkan
penghargaan. Hal demikian akan menyebabkan santri pasif akan lingkungannya
mereka tidak akan perduli dengan keadaaan disekitarnya, tidak perduli dengan apa
yang dilakukan orang lain, dan yang paling dikhawatirkan seorang santri tersebut
tidak mau tau dengan apa yang terjadi dilingkungannya. Sehingga santri akan
mempunyai pola pikir yang negativ selalu merasa bahwa dirinya tidak dibutuhkan
oleh orang lain. Pentingnya bimbingan mental ini agar dapat mengetahui apa yang
harus dilakukan seseorang terhadap orng lain sehingga dapat menjalin hubungan
yang baik tanpa merusak mental seseorang, karena jika mental seseorang
terganggu akan berpengaruh juga dengan pola pikirnya.
Kehidupan anak yang apabila terganggu mentalnya akan cenderung
memiliki emosi yang tidak setabil, mudah marah dan tersinggung dan kurang
bergairah didalam hidupnya. Mental seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak,
moral, budi pekerti dan etika orang tersebut didalam berinteraksi dan
berkomuniksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari dimanapun ia
berada. Artinya, sikap, tingkah laku, ajaran, dan nilai yang dimiliki akan menjadi
landasan prilaku seseorang sehingga dapat membentuk budi pekerti sebagai wujud
ketahann mental orang lain4. Dan mental seseorang santri sering tergangu akibat
dari pembulian teman-temannya, seperti ejek-ejekan nama yang sering mereka
sebutkan seperti “ mental kerupuk”, “mental pemalu” , “mental sok keras”, ini

4
Muhammad Mushfi El Iq dan Mohammad Fajar Sodik Fadli, “ Implementasi Nilai-nilai
Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Ketahanan Mental Santri”, Jurnal Studi Keislaman Dn
Pendidikan , (Vol. 7 No.1, Mei 2019)hlm.9

8
adalah salah satu cotoh perkataan-perkataan yang membuat mental seseorang
terganggu, membuat orang tidak percaya diri dalam berekspresi, sehingga
seseorang tersebut takut untuk melangkah.
c. Bimbingan dalam problematika mental santri
Masalah-masalah yang menjadikan menurunya mental pada diri santri
adalah pergaulan mereka, yang mana ini akan tampak ketika santri tidak lagi
berada dilingkungan pondok, yang dulunya santri taat akan peraturan, disiplin
karena takut akan adanya sanksi apabila melanggar, semuanya dapat berubah
ketika santri terpengaruh dengan pergaulan yang bebas mereka tidak lagi mentaati
peraturan.Hal ini menjadi penyebab masalah menurunnya ketahanan mental
seorang santri, bahkan yang sangat dirugikan bagi seorang santri adalah dimana
ketika mereka berada dilingkungan pondok nilai-nilai keagamaan yang sangat
kental yang mereka tanamkan ketika menyantri bisa hilang akibat pergaulan bebas
dunia luar yang baru mereka kenal dan rasakan. Dengan hal ini harus ada
penanaman mental yang khusus terhadap santri akhir yang mana mereka akan
melanjutkan pendidikan mereka diluar pondok pesantren. Dengan bimbingan
khusus kepada santri akhir, menjelaskan kepada mereka akan pentingnya menjaga
nilai-nilai agama yang harus mereka tanamkan didalam diri mereka meskipun
mereka tidak lagi berada dilingkungan pondok, yang mana nilai-nilai agama
tersebut sebagai benteng mereka dalam bergaul.

Dan membimbing mereka untuk selalu menjaga diri dari larangan-


larangan Allah seperti, membatasi diri dari bertemu yang bukan mahromnya,
menjauhi makanan yang haram dan selalu menjaga sholat lima waktu, karena
sholat adalah salah satu benteng agar diri kita jauh dari perbuatan maksiat.Karena
dari peninjauan yang peneliti lihat tak jarang ditemui santri yang ugal-ugalan
ketika merka tidak lagi berada dilingkungan pondok, tidak lagi mengunakan
pakaian yang mencerminkan seorang santri yang mana pengaruh diluar sangatlah
besar bagi para santri yang baru mengenal dunia luar. Apabila santri tidak dapat
membentengi dirinya maka akan terkikislah nilai-nilai agama yang selama ini
mereka tanamkan.Maka bisa sama-sama dilihat kebanyakan santri zaman

9
sekarang apabila tidak berada dilingkungan pondok maka hilanglah jati diri
seorang santri dalam istiqomah beribadah.

Dari hal tersebut tujuan dari pembentukan mental santri adalah menjdikan
santri percaya diri dan berani untuk bersosialisasi, dan tujuan lain pembentukan
ketahanan mental santri agar dengan ilmu agamanya mereka sangup menjadi
mubaligh yang menyebarkan agama Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu
dan amalnya.5

d. Mengetahui proses pembentukan mental pada diri santri

Islam adalah agama yang dirahmati Allah, agama yang lurus yang
mengajarkan manusia akan ke Esaan Allah dan agama yang senantiasa
mengajarkan manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi
larangan-larangan Allah.Yang mana hal ini tampak didalam diri seorang muslim
yang baik selalu mentaati printah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Prilaku yang ada, di dalam diri seseorang itu terbentuk dari kebiasaan-
kebiasaan yang telah tertanam pada dirinya, seperti kata-kata yang baik, sopan
santun atau sebaliknya perkataan yang kotor, tidak sopan itu semua terbentuk dari
kebiasaan yang ada dilingkungannya, karena prilaku yang baik itu dia dapatkan
dari melihat, mendengar. Sehingga sebagai orang tua dan guru harus bisa
memberikan contoh yang baik kepada anak dan peserta didiknya, karena mental
seorang anak dapat terbentuk dari tingkahlaku yang didapatkannya didalam
kesehariannya, ketika tingkahlakunya baik maka akan megantarkan seseorang
pada pola pemikiran yang baik juga.

5
Muhammad Mushfi El Iq dan Mohammad Fajar Sodik Fadli, “ Implementasi Nilai-nilai Pendidikan
Pesantren Dalam Meningkatkan Ketahanan Mental Santri”, Jurnal Studi Keislaman Dn Pendidikan
, (Vol. 7 No.1, Mei 2019)hlm.11

10
Pembentukan mental berlangsung secara bertahap tidak sekali jadi
melainkan sesuatu yang berkembang, oleh karena itu pembentukan mental itu
sendiri merupakan proses6.

Nilai-nilai yang terkandung didalam pembelajaran akhlak dan moral yang


menjadikan santri anak yang soleh dapat terlihat dari prilaku, tuturkata dan cara
hidup yang ada dipesantren. Nilai-nilai tersebut akan membentuk tingkah laku
akhlak santri yang kemudian menumbuhkan nilai-nilai pesantren didalam diri
santri dan akan menciptakan pola pikirir yang baik karena tertanamnya nilai-nilai
kepesantrenan yaitu keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, dan ketaladanan.
Dari keikhlasan santri akan mengolah emosinya dengan baik, menerima dan
berlapang dada ketika mendapatkan kesulitan didalam belajar, ikhlas ketika
dimarah, ikhlas ketika harus jauh dari orang tua, dan nilai kesederhanaan dimana
santri harus sederhara didalam penampilannya, sederhana didalam ucapannya,
sederhana didalam makannya. Kesederhanaan bukanlah suatu kekurangan akan
tetapi yang dikatakan sederhana adalah apabila kita membutuhkan sesuatu itu ada
tidak berlebih-lebihan didalamnya meskipun kita mampu membelinya dan
memilikinya, dan nilai kemandirian adalah tidak hidup tergantung dengan orang
lain dimana santri harus dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, dapat mengatur
waktunya dan dapat mengkonsep segala kegiatannya, sehingga tidak merepotkan
orang lain dan nilai keteladanan adalah keberanian seorang santri tanpa menyerah
dalam belajar meskipun banyak rintangan atau kegigihan yang ada didalam diri
santri yang dapat dijadikan contoh oleh orang lain baik tingkah laku dan
ucapanya.

Nilai-nilai kepesantrenan ini harus selalu diasah sehingga menciptakan


sistem yang kuat dan pola pikir yang baik, pola pikir yang baik ini akhirya akan
menjadikan mental dan kepercayaan santri menjadi kuat. Jika sistem kepercayaan
benar dan selaras, kepribadiannya baik, dan konsep dirinya bagus, maka

6
Muhammad Mushfi El Iq dan Mohammad Fajar Sodik Fadli, “ Implementasi Nilai-nilai
Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Ketahanan Mental Santri”, Jurnal Studi Keislaman Dn
Pendidikan , (Vol. 7 No.1, Mei 2019)hlm.11

11
kehidupannya akan terus baik dan membahagiakan. Sebaliknya, jika sistem
kepercayaannya tidak selaras, kepribadiannya tidak baik, dan konsep dirinya
buruk, maka kehidupannya akan dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan7.

Degan demikian proses untuk menjadikan mental santri baik, harus dengan
nilai-nilai agama yang baik dan lingkungan yang baik juga.

e. Agar santri dapat berinteraksi sosial dengan baik di lingkungannya

Berinteraksi sosial dengan baik adalah melakukan hubungan dengan baik


antar sesam individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompo, antara
kelompok dengan kelompok lainnya yang saling menguntungkan.

Kita sebagai manusia akan salig berhubungan dan membutuhkan satu


sama lain. Dalam kita berhubungan akan terjalin sebuah komunikasi yang
menjadikan suatu interaksi. Komunikasi akan terus berjalan bila ada kontak sosial
yang baik dan respon yang baik antara kedua belah pihak. Manusia berkomunikasi
dengan dengan isyarat dan simbol dan berkomunikasi dengan lisan, tulisan
bahkan dengan gelombang, seperti melalui whatsapp, ig, fb dan sistem gelombang
lainnya, oleh karena itu interaksi sosial dapat terbentuk bila ada komunukasi yang
dilakukan oleh dua orang yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

a. Bentuk dan sifat interaksi sosial

Bentuk dan sifat interaksi sosial ada tiga macam, yaitu:8

1) Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah pada bentuk
asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti kerja sama (cooperation), usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
7
Muhammad Mushfi El Iq dan Mohammad Fajar Sodik Fadli, “ Implementasi Nilai-nilai
Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Ketahanan Mental Santri”, Jurnal Studi Keislaman Dn
Pendidikan , (Vol. 7 No.1, Mei 2019)hlm.12

8
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017)hlm.114

12
bersam. Merupakan kemampuan seseorang untuk bekerja bersama-sama
denagn orang lain atau secara kelompok dalam rangka menyelesaikan suatu
tugas atau kegiatan yang ditentukan sehingga mencapai daya guna yang
sebesar-besarnya.
2) Akomodasi yaitu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan
kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Akomodasi berfungsi
diantaranya, meredakan pertentangan orang perorangan atau kelompok akibat
perbedaan pendapat akibat atau kesalahpahaman, menentukan pilihan adanya
kerja sama antar kelompok sosial sebagai akibat faktor-faktor sosial ekonomi
psikologis, dan kebudayaan atau faktor terisolasinya kehidupan oleh kondisi
alam. Mengupayakan penggabungan antara kelompok-kelompok yang
teerpisah.
3) Asimilasi proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan
latar belakang kebudayaaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalm
jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudaya asli mereka akan berubah
sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan
campuran.
b. Macam-macam interaksi sosial
Macam-macam interaksi sosial terbagi menjadi tiga macam, yakni:9
1) Interaksi antara individu dan individu.
Dalam hubungan ini bisa terjadi hubungan positif dan negatif. Interaksi positif,
jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya ( bermusuhan )
2) Interaksi antara individu dan kelompok.
Interaksi ini berlangsung antara seorang individu dengan sekumpulan orang
atau kelompok. Interaksi ini dapat berlangsung secara positif dan negatif,
interaksi yang saling menguntungkan disebut dengan simbiosis mutualisme.
Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi
dan kondisinya.

9
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017), hlm. 115

13
3) Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan
kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek.
Interaksi yang baik ini dapat terbentuk ketika seorang santri memiliki
akhlak yang baik dilingkungannya.

c. Untuk membangun karakter dalam berinteraksi sosial

Membangun karakter adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal


yang sudah dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk
membetulkan dan mengembangkan pengetahuan serta kecakapan yang sudah ada,
untuk mendapatkan pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan
hidup dan kerja, yang sedang dijalani secara lebih efektif.10

Membangun karakter adalah membentuk sesuatu yang tidak baik menjadi lebih
baik pada diri seseorang dengan binaan dan bimbingan agar seseorang memiliki
kecakapan didalam berinteraksi untuk masa depannya nanti, masa depan yang
seseorang jalani tidak hanya unuk sebatas kesenangannya didunia saja, tetapi
seseorang akan menghadapi masa diakhiratnya kelak, dengan ini berinteraksi yang
baik dan memiliki karakter yang baik itu merupakan suatu akhlak yang terpuji
yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Perkembangan yang lancar dan wajar akan menuju individu yang dewasa yang
bertanggung jawab atas segala perbuatannya, dan itu semua akan mungkin
tercapai apabila perkembangan tersebut diberi bimbingan.11 Apabila anak tidak
diberi bimbingan yang baik terkhususnya dari keluarga ataupun dari sekolahnya,
mungkin anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang tidak bertangung jawab
dengan apa yang telah dia perbuat dan hidup semaunya saja, karena tidak ada
yang mencegah dan menasehati anak tersebut untuk kembali pada jalan yang baik.
10
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017), hlm. 116
11
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017), hlm. 117

14
Hal ini akan meresahkan masyarakat dan orang disekitarnya akibat tingkah
lakunya yang tidak baik dan sebagai pembimbing harus memberikan perhatian
yang benar khusus unuk membangun karakter didalam diri anak tersebrt agar
ketika mereka kembali dimasyarakat mereka idak pasif dan akan membawa
pengaruh yang baik didalam masyarakatna. Karena anak tersebut telah
mendapatkan binaan karakter yang baik, oleh karna itu tujuan membangun
karakter santri agar mudah bergaul dan bersosial dimasyarakatnya.

B. Faktor Penyebab Pasifnya Seorang Santri Di Dalam Sosial

Faktor-faktor yang menyebabkan pasifnya santri adalah masalah-masalah


yang menjadikan seorang santri tidak aktif di dalam sosialnya fakor-faktor yang
dapat mempengaruhi pasifnya seorang santri antara lain faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang telah ada didalam diri seseorang
sejak lahir atau sesuatu yang disebabkan dari dalam diri santri tersebut, seperti
kecerdasan, bakat khusus, jenis kelamin, sifat-sifat kepribadiannya, dan faktor
eksternal adalah faktor yang ditimbulkan diluar diri seseorang, seperti faktor
lingkungan, faktor keluarga, faktor pergaulan, faktor belajar. Faktor sosial adalah
faktor manusia sesama manusia, faktor perkembangan pada anak itu dapat dilihat
dari baik tidaknya lingkungan sosial yang dihadapi oleh anak tersebuat, ketika
sosial yang ada dilingkungan anak tersebut memfasilitasi dengan baik
kemungkinan besar anak tersebut akan memiliki sosial yang baik juga.

Seperti yang sudah dijelakan diatas bahwa manusia memiliki masalah


yang dapat mempengaruhi dirinya baik secara internal dan eksternal, faktor
eksternal dan internal adalah faktor dari dalam dan dari luar permasalahan itu
dapat muncul, yakni meliputi emosi, sikap, kebiasaan, dan kepribadian yang ada
didalam diri seseorang.

15
Kemampuan sosial yang dimiliki oleh anak dapat dipengaruhi dari dalam diri
anak itu sendiri ataupun dari lingkungan yang sedang dijalaninya saat ini, faktor-
faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial anak diantaranya adalah:12

a. Faktor dalam adalah faktor yang dimiliki oleh manusia sejak kelahirannya,
didalamnya termasuk kecerdasan, bakat khusus, jenis kelamin, sifat-sifat, dan
kepribadian.

b. Faktor luar adalah faktor-faktor yang dihadapi oleh individu pada waktu
setelah dilahirkan, terdapat pada lingkungan meliputi: keluarga, sekolah,
masyarakat, kelompok, sebaya, dan lingkungan fisik.

c. Faktor-faktor yang diperoleh apabila faktor edogen terpadu dengan faktor


eksogen, meluputi: sikap, kebiasaan, emosi, dan kepribadian.

Dari penjelasan diatas mengenai faktor-faktor yang meempengaruhi seorang


anak dalam bersosial orang tua dan guru harus benar-benar memfasilitasi anak
dengan bimbingan dan arahan, nasehat dan dukungan tentang pentingnya
bersosialisasi dengan ini, orang tua dan guru harus bekerjasama dalam
memperhatikan dan mengawasi anaknya, karena faktor-faktor tersebut akan saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain terhadap perkembangan anak.

Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi anak tersebut berawal dari ketika


anak tersebut mulai berinteraksi dengan lingkungannya yang mana anak tersebut
menjalin hubungan dengan teman-temannya, ketika anak tersebut bermain dengan
teman sebayanya maka anak tersebut telah berinteraksi dengan orang lain, disana
mereka akan belajar menerima, berbagi, saling membantu, saling menyayangi dan
disana anak tersebut akan mulai mengekspresikan dirinya didepan teman-temanny
dengan tuntunan sosial. Dengan bermain inilah anak tersebut muali belajar
berorganisasi dan semakin baik anak tersebut didalam sosial akan semakin baik
pula ketika mereka mengikuti organisasi.
12
Afrian Budiarto, “ Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Aktif Dan Pasif Dalam
Organisasi Kesiswaan Di SMP Negri 2 Binangun”, Program Studi Bimbingan Dan Konseling ,
(Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta, Agustus 2016), hlm.23-24.

16
faktor-faktor secara eksternal yang mempengaruhi juga meliputi, sebagai
berikut:

a. Keluarga

Keluarga adalah tempat pertama kali dan utama dalam mendidik anak, didalam
keluargalah anak pertama kali belajar berinteraksi, dan didalam keluargalah anak
mendapatkan kasih sayang, mendpatkan perlindungan dan kenyamanan, semua ini
akan menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Keluarga
yang harmonis adalah keluarga yang menjalin hubungan yang sangat baik,
keluarga yang harmonis ini akan membimbing dan menjadikan anak memiliki
pengaruh baik ketika dimasyarakatnya, karena didalam keluarga yang harmonis
anak benar-benar mendapatkan bimbingan, arahan, dan nasehat yang selalu
diberikan orang tuannya, anak benar-benar diperhatikan dalam perkembanganya,
dan anak akan benar-benar difasilitasi sehingga anak tersebut merasa nyaman dan
aman, rasa nyaman dan aman akan mengantarkan anak pada pola pemikiran yang
baik, karena anak tidak mendapatkan tekanan-tekanan yang dapat mempengaruhi
mentalnya dan anak yang mendapatkan keharmonisan didalam keluarga akan
cenderung mudah terbuka kepada orang tuanya, baik masalah yang terjadi
didalam dirinya dan lingkungan yang sedang ia hadapi dan jalani. Dan sebaliknya
ketika anak tersebut tidak dibesarkan didalam keluarga yang harmonis, tidak
mendapatkan kasih sayang, bimbingan dan nasehat yang baik, maka anak tersebut
akan sulit untuk bersosial, semua itu dapat menyebabkan polapikir yang kurang
baik akibat tekanan-tekanan dari orang tuanya yang sering berselisih, hal ini akan
berpengaruh dengan mental anak tersebut mudah marah dan sensitif, dan memiliki
tingkat egois yang tinggi dan cenderung tertutup baik dengan orang tua, atau pun
teman-temannya.

Sebagai orang tua yang harus diperhatikan adalah selalu menjaga


keharmonisan didalam keluarga dan selalu memberikan arahan dan bimbingan
terhadap anak, dan selalu memberikan waktu kepada anak untuk mereka bercerita
dan berkeluhkesah dan memperikan kesempatan ketika anak ingin memberikan

17
penjelasan tentang kesalahan yang ia lakukan, sehingga anak akan selalu merasa
nyaman dan aman. Karena dengan adanya komunikasi yang baik antara anak dan
orang tua maka segala permasalahan yang dihadapi anak akan mudah diatasi.
Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, menekan, terbatas dan lainnya akan
menimbulkan konflik yang berkepanjangan sehingga menjadidikan keadaan
tegang,panas dan emosional, sehingga menyebabkan hubungan antara yang satu
dengan yang lain menjadi rusak.

Dengan inilah karakter anak dan mental anak terbentuk dari apa yang
dirasakan, didapatkan dan dilihat didalam keluargannya akan sangat memicu
perkembangan pasif dan aktifnya seorang santri.

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan adalah tempat kedua bagi anak untuk belajar berinteraksi, mereka
akan mendapatkan teman dilingkungannya, oleh karena itu sebagai orang tua
hendaknya memperkenalkan anaknya dengan lingkungannya sejak dini, sehingga
anak dabat belajar berkomunikasi dengan orang lain, dapat bergaul dengan tema-
temannya, dapat mempelajari kondisi yang ada dilingkungannya, dapat mengenal
karakter-karakter seseorang, sehingga antara anak dan orang-orang dilingkungan
sekitarnya saling mengenal dan akan membentuk interaksi yang baik.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial yang sangat pentin karena


disini anak mendapatkan pendidikan akademik dan non akademik, disekolah juga
anak melakukan interaksi yang luas dengan teman-temannya, dimana anak akan
mendapatkan teman yang memiliki banyak karakter, beda pendapat dan memiliki
beragam suku dan budaya, disinilah dapat dilihat bagaimana cara anak tersebut
berinteraksi sehingga dapat menciptakan hubungan yang baik dengan tema-
temannya walaupun berbeda karakter, suku dan budaya. Begitu juga anak akan
berinteraksi dengan guru-gurunya, bagaimana cara mereka bertuturkata kepada
gurunya, menangapi apa yang disampaikan gurunya ketika belajar dan ketika
gurunya memberikan nasehat dan bagai mana etika mereka ketika bertemu guru.
Dengan ini akan terlihat pasif tidaknya santri didalam lingkungan sekolah dan

18
masyarakatnya bagaimana mereka menangapi dan pekanya mereka terhadap
dilingkungannya.

c. Kepribadian

Kepribadian seseorang seringkali dibicarakan dan dipertanyakan ketika


mereka mualai berinteraksi, baik dari segi penampilan, pemikiran, dan gaya
hidup. Banyak orang menilai seseorang dari penampilan yang mereka lihat, dari
pemikiran yang ia salurkan dan dari gaya hidup mereka. Ketika seseorang tersebut
tidak setara dengannya maka ia menjahuinya, begitujuga ketika pemikirannya
tidak selaras maka ia akan menjahuinya juga, dan dari segi gaya hidup juga seperti
itu juga. Padaha seharusnya seseorang tidak membeda-bedakankan atau
mengkelas-kelaskan derajat seseorang, karena dengan ada pembeda dan
pengklasifikasian itu akan menjadikan seseorang minder dan menjadikan
kepribadiannya tidak percaya diri ketika ia tidak dapat sebanding dengan teman-
temannya.. Karena ketika seseorang menilai orang lain dari penampilannya, orang
yang memiliki penampilan yang tidak menarik cenderung akan dikucilkan.
Dengan ini peran orang tua dan guru untuk memberikan arahan bahwa
penampilan seseorang itu bukanlah gambaran dari kepribadian seseorang,
kepribadian seseorang itu dapat dilihat dari tingkahlaku dan etutnya dengan orang
lain dan menanamkan nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain
tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi ataupun penampilan.

Dan untuk membentuk kepribadian yang baik didalam diri anak atau santri,
maka sejak awal anak harus diarahkan untuk menghargai dirinya dan memahami
kekurangan dan kelebihan pada dirinya, dengan memberikan arahan kepada anak
tentang menghargai dirinya, anak tidak mudah frustasi ketika dirinya gagal dalam
suatuhal, bahkan anak akan banga meskipun ia gagal karena dia merasa dengan
kegagalan inilah ia belajar dan akan lebih semangat lagi karena dia dapat
menghargai usaha yang telah diperjuangkannay. Sebaliknya ketika anak tidak
dapat menghargai dirinya anak akan mudah frustasi dan menyalahkan dirinya,
karena dirinya yang kurang berusaha sehinga hal tersebut akan menjadikan

19
mentalnya kecil dan takut untuk mencoba sehingga menyebabkannya pasif karna
tidak mau mencoba dan mencoba meskipun gagal. Kemudian memberikan arahan
tentang menghargai kekurangan dan kelebihannya, sehingga anak selalu semangat
dalam berkopetisi meskipun anak tersebut memiliki kekurangan, karna anak
tersebut dapat menghargai kekurangannya, dan selalu berfikir positif dengan
menunjukan kelebihannya maka akan tertutupilah kekurangannya. Dan beda
halnya dengan anak yang tidak bisa menghargai kekurangan dan kelebihan pada
dirinya, ia akan cenderung menyendiri, takut untuk berbicara didepan umum, dan
merasa minder ketika bergaul. Dengan hal ini orang tua dam guru harus selalu
mendukung dan memotivasi anak meskipun nilai yang dicapai oleh anak belum
sampai didalam standar penilaian, karena ini merupakan suatu penghargaan akan
jerih payah dan usaha yang telah diperjuangkan.

C. Cara Membangun Karakter Santri Yang Pasif Dengan Akhlak Terpuji


Akhal terpuji adalah prilaku-prilaku yang baik yang dilakukan oleh seseorang
akhlak juga berperan dalam membangun karakter santri yang baik, karena akhlak
yang baik akan menjadikan seseorang berperan didalam lingkungannya. Karena
orang yang memiliki akhlak yang baik akan mudah bergaul dan banyak dipercaya
orang.
Al-Ghazali (w.421 H/1030M) sebagaimana dijelaskan oleh Asmaran
menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tentang keadaan jiwa yang tertanam
secara mendalam, keadaan jiwa itu melahirkn tindakan dengan mudah dan
gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.13 Dari pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa akhlak adalah perbuatan yang dilakukan tanpa
berfikir maksudnya perilaku, atau tidakannya dilakukan sepontan dikarenakan
sudah terbiasa, sehingga tubuhpun langsung merespon dengan baik, contohnya,
ketika melewati orang yang lebih tua sedikit membungkukan badan sehingga
terkesan menghormati orang yang lebih tua, tindakan yang dilakukannya tanpa
terfikirkan oleh diri seseorang tetapi langsung sepontan karena itu sudah menjadi
13
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017)hlm.107

20
kebiasannya ketika bertemu seseorang yang lebih tua sedikit membungkukan
badannya. Hal ini dapat menjadikan penilaian yang baik bagi masyarakat ketika
seseorang memiliki akhlak yang baik, karena akhlak yang baik akan membawa
ketentraman dan kenyamanan pada diri seseorang dan orang yang ada
disekitarnya. Nilai-nilai akhlak mulia hendaknya telah ditanamkan oleh orang tua
sejak dini, sehingga anak akan terbiasa dengan tingkahlaku-tingkahlaku yang baik
sehingga ketika anak tersebut tumbuh dewasa mereka bisa mengaplikasikannya
dimasyarakat dan ketika bergaul dengan teman-temannya dia memiliki etitud yang
baik, sehingga dia akan saling menolong dan membantu ketika temannya didalam
kesulita
a. Metode Membangun Karakter Akhlak14
Untuk membangun akhlak didalam diri seseorang harus mempunyai
keteladanan yang khusus, dan untuk bisa menerapkan akhlak baik tentu
dibutuhkan keteladanan akhlak rasulullah, membangun karakter akhlak pada diri
anak dapat dilakukan dengan memberikan arahan bahwa dengan memiliki akhlak
yang baik itu sebagai pengontrol diri didalam bergaul sekaligus sebagai penilaian
terhadap kesempurnaan keimanan seseorang, karena keimanan seseoran dapat
dilihat dari tingkahlaku akhlak yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari
ketika berinteraksi baik dengan keluarga, masyarakat dan teman-teman sebayanya
dan tingginya iman seseorang dapat dilihat dari moral dan akhlaknya ditengah-
tengah masyarakat.
Metode yang dapat digunakan dalam membangun karakter akhlak antara lain:
1) Metode Uswah(teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-
nilai kemanusiaan, manusia yang harus dicontoh dan diteladani adalah
Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-ahzab ayat
21:
“Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu”
14
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017)hlm.111-113

21
2) Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Membentuk karakter pada diri anak dapat dilakukan dengan cara membiasakan
anak dengan hal-hal yang baik, karena kebiasaan yang baik akan menciptakan
akhlakul karimah pada diri anak. Aplikasi metode pembiasaan diantaranya,
membiasakan anak untuk berdoa sebelum makan dan aktifitas lainnya,
membiasakan anak untuksolat tepat waktu, membiasakan anak untuk bangun
pagi, membiasakan anak untuk makan sebelum kesekolah, membiasakan anak
untuk mengaji setelah solat magrib, dan masih banyak lagi pembiasan yang
baik yang dapat ditanamkan didalam diri anak sejak dini sehingga anak
tersebut memiliki akhlakul karimah.
3) Metode Mauidzah (nasehat)
Menasehat dimana orang tua memberikan nasehat tentang akhlak dengan
lembut, baik sehingga anak merespon nasehat tersebut dengan baik juga, orang
tua dan guru menasehati tentang perkara yang tidak baik dilakukan, menasehati
tentang amal ibadah dan banyak lagi nasehat-nasehat yang baik, yang
hendaknya diberikan kepada anak agar hatinay lembut dalam menerima saran
dan masukan. Namun ada yang paling terpenting, pemberi nasehat
mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak
demikian, maka nasehat akan menjadi omong kosong.15
4) Metode Qisas ( cerita)
Bercerita adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan pendidikan
kepada anak melai pengalaman yang pernah dialami, tentang sejarah secara
kronologis kepada anak, karena didalam sebuah cerita memiliki pelajaran
tersendiri yang dapat dipetik oleh anak sebagai acuannya dalam menjalankan
hidupnya, seperti menceritakan kepada anak tentang perjuangan Rasulullah
untuk membela agama Allah, menceritakan kehidupan yang digambarkan
Rasululllah dalam sebuah hadis, dan memberikan hikmah dan maksud dari
sebuah cerita itu, sehingga anak dapat menelaah dan mengambil pelajaran yang

15
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial Dengan
Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017)hlm.112

22
ada didalamnya, dan menceritakan kepada anak tentang para ulama besar yang
menjunjung tinggi akhlak dengan itu anak akan terus penasaran, dari rasa
penasaran itulah mereka akan menerapkan ajaran yang baik itu didalam dirinya
sehingga menjadi anak yang memiliki akhlakul karimah.
5) Metode Amsal ( perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metedo yang dilakukan untuk memberikan
permisalan kepada anak sehingga anak dapat berfikir dan mengingat
pembelajaran tersebut, dimana perumpamaan ini dilakukan untuk
membandingkan satu masalah dengan masalah yang lainnya, contohnya
perumpamaan orang yang menyimpan bangkai akan kecium baunya,
maksudnya, seberapa pintar orang tersebut menyimpan rahasia pasti suatu saat
akan terbongkar juga. Dengan memberikan perumpamaan-perumpamaan
kepada anak itu akan mengembangkan pola pikirnya.
6) Metode Sawab (ganjaran)
Metode ini dimana orang tua dan guru memberikan ganjaran baik ganjaran
berupa hadiah ataupun hukuman, ganjaran yang diberikan berupa hadiah
contohya, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka,
bermain dan bercanda dengan mereka, memberikan apresiasi yang baik akan
usahanya dan lainnya, sedangkan ganjaran berupa hukuman, contohnya
memarahinya ketika ia bersalah, memberikan ancaman positif bertujuan agar
anak jerah dan memberikan hukuman fisik sebagai alternative terakhir.
Dengan metode-metode yang telah dijelaskan diatas, semoga menjadikan
orang tua, guru dapat menerapkannya pada anak didik mereka, guna menjadikan
anak memiliki akhlak terpuji, sehingga anak dapat menjadi anak yang soleh dan
soleha dan akan menjadi generasi yang baik dimasa yang akan datang dengan
bekal akhlak yang baik, dan pola pikir yang baik, yang telah mereka tanamkan
sejak dini sehingga ketika mereka bergaul tidak mudah terpengaru dengan
pergaulan yang kurang baik untuk dirinya dan dapat memilah mana yang baik dan
tidak untuk dirinya. Dan akan luas dalam pergaulannya karena mereka mudah
bergaul dan mempunyai akhlak yang baik didalam bergaul, sehingga benar-benar
penting akhlak yang baik ada dalam diri seseorang, kara akhlak yang baik akan

23
berdampak baik pula dimasyarakatnya dan sebaliknya akhlak yang buruk akan
meresahkan lingkungannya, karenah tingkah lakunya yang membuat marah,
jengkel orang-orang disekitarnay.
Metode-metode yang telah dijelaskan dapat dijadikan sebagai rujukan
untuk mendidik anak dan dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang selama ini
diberikan kepada anak, sehingga dengan acuan yang telah diketahui orang tua
agas lebih sigap dalam mengatasi kepribadian anak dengan menanamkan akhlak
kulkarimah dan menjunjung nilai-nilai norma, karena nilai norma berhubungan
dengan akhlak, dan akhlak dapat menjadikan nilai baik seseorang dimasyarakat
atau lingkungannya.

D. Menjadikan Santri Trampil Didalaml Sosia


1. Keterampilan Sosia pada diri santri
Sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, yang memiliki ragam
sifat, salah satu ragam sifat tersebut adalah bersifat sosial, dikatakan sifat sosial
ketika seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain. Ketika kita baru
dilahirkan kita belum memilikiki sifat sosial, dalam arti kita belum melakukan
interaksi dengan orang lain. Keterampilan sosial ini dilahirkan dari pengalaman
dan pergaulan seseoran dimasyarakat, dan anak yang baru lahir dapat mulai
berinteraksi ketika usianya telah sampai kurang lebih 1 tahun, anak pertama kali
mengenal sosial itu dari orang tuanya, dimana ketika orang tuanya mulai
melatihnya untuk berbicara, disanalah anak mulai mengenali wajah orang tuanya.
Kererampilan sosial adalah kemampuan seseorang dalam berinteraksi
dengan caranya sendiri, dengan pola pikirnya yang mempunyai ide-ide yang dapat
di gunakan sebagai pengembangan dirinya didalam sosial dan bertingkahlaku
dengan cara-caranya sendiri yang dapat menciptakan hubungan baik dengan orang
lain, sehingga membuat orang tertarik untuk bergaul dengannya, dan mau berkerja
sama dengannya.
Didalam keterampilan sosial, dimana anak mempunyai kemampuan untuk
mengontrol emosinya dan tingkahlakunya sehingga dia dapat berdampingan baik
dengan orang-orang disekitarnya dengan cara-cara nya sendiri, seperti untuk

24
menghilangkan emosinya dan kegelisahannya orang tersebut memilih untuk
berrekreasi, jalan-jalan untuk meredamkan emosinya, banyak cara yang dilakukan
setiap orang agar bisa merasa nyaman dan aman didalam lingkungannya tanpa
adanya tekenan-tekanan yang membuat dirinya merasa tidaknyaman. Setiap
manusia selalu mengharapkan kasih sayang dan perhatian dari orang terdekatnya
dan lingkungannya dengan itu banyak hal yang dilakukan seseorang demi
mendapatkan itu semua, tetapi tidak jarang kita temui anak yang melakukan hal-
hal yang kurang bermanfaat, seperti merajuk yang berlebihan, kabur dari rumah
dan banyak lagi hal yang dilakukan anak, semua itu mereka lakukan demi
mendapat perhatian dari orang terdekatnya, tetapi tak jarang orang tua atau orang
terdekatnya dapat mengerti bahwa sesungguhnya dia mminta perhatian lebih yang
tidak ia dapatkan.
2. Arti Penting Keterampilan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial yakni saling membutuhkan antara yang
satu dengan yang lainya, dan selalu hidup berdampingan sehingga sebagai
makhluk sosial kita harus mampu memiliki kemampuan sosial, sosial yang baik
akan menciptakan perdamaian.
Keterampilan sosial dalam hidup bermasyarakat sangat dibutuhkan,
keterampilan sosial ini dapat dibentuk dengan bimbingan dari orang tua dan guru,
seperti memberikan pertanyaan mengenai bagaimana cara memecahan suatu
masalah, sehinga akan timbul jawaban-jawaban dari anak dengan ini anak akan
mulai belajar untuk menyelesaikan masalah dengan keterampilannya atau dengan
kemampuannya mencari cara dan jalan keluar suatu permasalahan.
Jhonson dan jhonson (1999) ada 6 hasil penting dari memiliki
keterampilan sosial, yaitu:16
1. Perkembangan kepribadian dan identitas
Perkembangan kepribadian dan identitas sosial seorang anak banyak terbentuk
dari identitas lingkungan dan masyarakatnya, sebelum anak terjun
kemasyarakat dan lingkungannya anak harus memahami karakter dalam
16
Afrian Budiarto, “ Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Aktif Dan Pasif Dalam
Organisasi Kesiswaan Di SMP Negri 2 Binangun”, Program Studi Bimbingan Dan Konseling ,
(Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta, Agustus 2016), hlm. 114-116

25
kepribadiannya terlebih dahulu, guna sebagai tolak ukur ketika dia bergaul.
Dengan mengembangkan potensinya, sehingga indentitas anak tersebut akan
baik.
2. Mengembangkan kemampuan kerja, produktifitas, dan kesuksesan karir
Keterampilan sosial juga cenderung mengembangkan kemampuan kerja,
produktifitas, kesuksesan, karena dengan memiliki keterampilan didalam
bekerja seseorang akan mudah dipercaya, karena anak tersebut mempunyai
kemampuan kerja yang baik.
3. Meningkatkan kualitas hidup
Dengan adanya keterampilan didalam hidup seseorang, maka hidupnya penuh
dengan ide-ide yang baik dan tidak akan berhenti disatu titik tetapi orang
tersebut akan mengembangkan dan mencari jalan keluar dari kesulitannya.
Dengan keterampilan juga seseorang akan menciptakan hal yang baru dalam
hidupnya guna untuk mengembangkan dirinya agar lebih berkualitas.
4. Meningkatkan kesehatan fisik
Dengan keterampilan seseorang akan selalu mencari cara agar hidupnya selalu
merasa bahagia, tanpa adanya tekanan-tekanan batin yang dapat memmbuatnya
frustasi, sehinga dengan hidup yang baik akan menciptakan fisik yang baik
judisosiga.
5. Meningkatkan kesehatan psikologis
Dengan keterampilan seseorang akan menciptakan pola pikir yang baik sehinga
akan membuat kpercayaan dalam dirinya pun baik, sehingga mental anak tidak
akan terganggu, karena orang yang memiliki keterampilan sosial memiliki
banyak cara agar hubungan yang dijalani tetap harmonis.
6. Kemampuan mengatasi stres
Dengan memiliki keterampilan sosial seseorang dapat menciptakan suasana
yang nyaman karena orang tersebut tau dan dapat mengambarkan kondisi
lingkungannya, dan akan membentuk kelompok kerja yang mengasyikan,
contohnya grup masak dengan menciptakan makanan-makanan yang baru,
grup ini akan mengurangi kesetresan didalam diri seseorang. melakukan

26
rekreasi sehingga pemikiran kita menjadi jerni kembali dengan canda tawa dan
menikmati alam, itu dapat menghilangkan stres.
Dengan uraian diatas telah menjelaskan akan pentingnya keterampilan
sosial ada didalam diri seseorang, agar orang tersebut tidak pasif ketika bersosial,
dengan adanya penanaman sifat keterampilan sosial anak akan mandiridan akan
aktif, meskipun didalam hidupnya terdapat masalah dia tetap berusaha tenang
dalam menghadapinya karena anak tersebut dapat mengatasi masalahnya dengan
banyak cara, kemampuan memecahkan masalah itu didapat karena anak terseut
memiliki keterampilan sosial, sehingga menjadikan pola pikirnya maju.

BAB III
PENUTUP

27
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan dapat
diambil kesimpulan yaitu banyaknya factor penyebab pasifnya seorang santri dan
banyak juga metode-metode yang dapat diterapkan untuk membangun karakter
pada diri santri, sehingga santri tidak pasif, dan penjelansan dari pembahasan
dapat disimpilkan juga bahwa peran orang tua, guru, dan lingkungan sangat
mempengaruhi, karakter anak yang dapat menjadikan pasif dan aktifnya anak.
Sebagai mana ini dibuktikan dari penjelasan pembahasan diatas yang telah
diterangkan oleh peneliti dan semua itu juga kembali kepada diri anak tersebut
bagaimana ia memotifasi dirinya agar bisa ikut berkopetisi dan bertingkahlaku
yang baik dimasyarakat.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, ada beberapa saran yang dapat
disampaikan yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru bimbingan dan konseling, disarankan untuk memberikan layanan
bimbingan sosial dan konseling yang khusus bagi santri yang pasif di dalam
sosialnya. Sehingga santri yang pasif juga dapat mengembangkan
kemampuannya.
2. Bagi santri yang pasif diharapkan untuk dapat memahami akan pentingnya
keterampilan sosial dengan orang dilingkungan masyarakat maupun
dilingkungan sekolah agar terjalin hubungan sosial yang baik antar siswa.
3. Bagi orang tua, hendaknya memperhatikan dan mengupayakan untuk tidak
hanya menekankan pada prestasi akademik saja tetapi juga memberikan arahan
mengenai sosialisasinya dengan kelompok, lingkungannya, dan teman-
temannya. Agar anak tidak pasif didalam bersosial.

C. Kata Penutup

28
Demikianlah karya ilmia dengan judul “ Pentingnya Bimbingan Terhadap
Santri yang pasif " yang dapat dijelaskan, menyadari bahwa penelitian masih jauh
dari kata sempurna, dengan ini kedepannya peneliti akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan karya ilmiah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak,
yang tentunya dapat lebih dipertangung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

29
Abd Ghafur, “Membangun karakter Anak Di Panti Sosial Dalam Berinteraksi Sosial
Dengan Masyarakat”, Al-tatwir, ( Vol. 4 No. 1, Oktober 2017)
--------
Afrian Budiarto, “ Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Aktif Dan Pasif Dalam
Organisasi Kesiswaan Di SMP Negri 2 Binangun”, Program Studi Bimbingan Dan
Konseling , (Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta, Agustus 2016)
--------
Muhammad Mushfi El Iq dan Mohammad Fajar Sodik Fadli, “ Implementasi Nilai-nilai
Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Ketahanan Mental Santri”, Jurnal
Studi Keislaman Dan Pendidikan , (Vol. 7 No.1, Mei 2019)
-------
Try Wahyuni, “ Peranan Layanan Bimbingan Dan Konseling Terhdap Tingkah Laku Sosial
Siswa’’, Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan, ( Vol. 5 No. 3, Th.2018)
--------

30
RIWAYAR HIDUP

A. Indentitas Diri

1. Nama Lengkap : Indri Maisyah Putri

2. Tempat & Tgl. Lahir : Palembang, 05 Maret 2004

3. Alamat : Ds. Durian Depun, Kec. Merigi, Kab.


Kepahiang, Prv. Bengkulu

Hp : 081279901146

E- mail : indrimaisyahputri243@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan :

1. TK. Raudlotul Athfal “Muslimat” Kungkai Baru

2. SD. 09 Curup Selatan

3. MTS.S.01 Darussalam Kepahiang

4. MAS. 01 Darussalam Kepahiang

C. Prestasi Akademik

1. Juara 1 Fahmil Quran Sekecamatan Kepahiang

2. Juara 1 Fahmil Quran Sekabupaten Kepahiang

31

Anda mungkin juga menyukai