Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PECAHAN SEDERHANA

MENGGUNAKAN MEDIA KERTAS LIPATPADA SISWA KELAS III SDN


NGINDEN JANGKUNGAN I / 247 SURABAYA

SUCI NURYANI
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (email: sucinur@yahoo.co.id)

Abstrak: Latar belakang penelitian ini adalah aktivitas pasif yang ditunjukkan siswa, yang
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, sehingga diperlukan strategi pembelajaran baru
yaitu menggunakan media konkret berupa kertas lipat karena dipandang sesuai untuk mata
pelajaran matematika dalam menanamkan konsep bilangan pecahan sederhana, karena jika dilihat
dari bentuknya yang yang geometris, dapat memudahkan siswa untuk memanipulasinya. Subyek
penelitian adalah siswa kelas III SDN Nginden Jangkungan I/247 Surabaya sebanyak 39 siswa.
Penelitian yang menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus.
Hasil penelitian menunjukkan presentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 65 % dan 87,5% pada
siklus II. Sedangkan presentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 60% dan 90% pada siklus II.
Untuk pengamatan hasil belajar siswa, juga terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-
rata nilai sebesar 67,03 pada siklus I dan 80 pada siklus II. Hasil yang telah diperoleh pada
Penelitian Tindakan Kelas ini, dapat disimpulkan bahwa media konkret berupa kertas lipat dapat
meningkatkan aktivitas guru, siswa dan juga hasil belajar siswa pada siswa Kelas III di SDN
Nginden Jangkungan I/247 Surabaya.

Kata Kunci : Media Kertas Lipat, Hasil Belajar Siswa

Abstract: The background of this research is a passive activity that indicated the students because
of that the result of student learning outcomes is low, thus requiring a new learning strategy that is
used paper folding media because it can viewed from its shape, the geometric shapes of colored
paper, can facilitate students to manipulate. Subjects were third class of SDN Nginden
Jangkungan I/247 Surabaya is about 39 students. This research uses classroom action research
design that consisted of two cycles. Percentage of teacher activity at the first cycle is 65% and
87,5% in the second cycle. While the percentage of student activities at the first cycle is 60% and
90% for the second cycle. For student learning outcomes, there is also increasing with the average
score of 67,03 for the first cycle and 80 for the second cycle. This research indicated that folding
paper as concrete media is work to increase the student’s outcome for mathematics for third class
of SDN Nginden Jangkungan I No. 247 Surabaya.

Keywords : Folding Paper Media, Learn Value of Student

PENDAHULUAN media pembelajaran yang sesuai untuk anak


Pembelajaran matematika sering dijumpai didiknya. Sesuai dengan teori Piaget tentang
dalam kehidupan sehari-hari, seperti pecahan. perkembangan mental anak. Anak usia SD
Pecahan merupakan bagian dari keseluruhan. pada umumnya berada pada tahap berpikir
Ada berbagai macam pecahan, yaitu pecahan operasional konkret usia 7-12 tahun. Piaget
sederhana dan pecahan tidak sederhana. berpendapat bahwa siswa yang berada pada
Pecahan tidak sederhana adalah pecahan yang tahap berpikirnya masih ada pada tahap
pembilangnya masih bisa disederhanakan lagi. operasional konkret yaitu tahapan umur pada
Misalnya , nilai pembilangnya adalah 2, angka anak SD tidak akan dapat memahami operasi
2 masih bisa disederhanakan lagi dan diikuti logis dalam konsep matematika tanpa dibantu
juga dengan menyederhanakan penyebutnya. oleh benda-benda konkret Muchtar, 1996 :
Sedangkan pecahan sederhana adalah bentuk 20.
pecahan yang pembilangnya tidak bisa Kenyataan yang terjadi di SDN Nginden
Jangkungan I / 247 Surabaya, pada
disederhanakan lagi. Misalnya , nilai
pembelajaran matematika SK 3. memahami
pembilangnya adalah 1. Angka 1 tidak bisa pecahan sederhana dan penggunaannya dalam
disederhanakan lagi. pemecahan masalah dan KD 3.1 mengenal
Di tingkat SD, seorang guru dalam proses pecahan sederhana yang menyangkut materi
belajar-mengajarnya harus memperhatikan mengenal pecahan sederhana, membaca
tingkat perkembangan berpikir anak sehingga pecahan sederhana dan menentukan pecahan
pengajar mampu menentukan metode maupun sederhana belum memenuhi Kriteria
1
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ingin dicapai Tingkat keberhasilan tersebut adalah
siswa kelas III SDN Nginden Jangkungan I / sebagai berikut: (1) istimewa / maksimal :
247 adalah 75. Sedangkan hasil pengamatan Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan
prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti, itu dapat dikuasai oleh siswa; (2) baik sekali /
didapati hasil belajar siswa hanya mencapai optimal : Apabila sebagian besar (76 % s.d 99
nilai 61,75. Hal ini disebabkan karena beberapa %) bahan pelajaran yang diajarkan dapat
hal, antara lain : (1) dalam menyajikan materi, dikuasai oleh siswa; (3) baik / minimal :
guru masih menggunakan pola pembelajaran Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya
yang bersifat teacher centered, yang 60% sampai dengan 75% saja dikuasai oleh
mengakibatkan rendahnya pengembangan siswa; (4) Kurang : Apabila bahan
potensi siswa dalam pembelajaran sehinggha pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 %
hasil belajar siswa tidak optimal; (2) dalam dikuasai oleh siswa.
penyampaian materi, guru menggunakan Menurut William Brownell, dalam
pendekatan yang abstrak, padahal pola berpikir mengerjakan matematika di Pendidikan Dasar
siswa kelas III masih berada pada taraf operasi sebaiknya: (1) menggunakan alat peraga benda
konkret; (3) guru belum terbiasa menggunakan konkret; (2) materi disajikan secara permanen
media pembelajaran dalam kegiatan belajar dan terus menerus dalam jangka waktu yang
mengajar, khususnya mata pelajaran lama.
matematika; dan (4) masih banyak siswa yang Pada hakekatnya pengajaran matematika di
masih belum mengerti tentang konsep pecahan sekolah memiliki kegunaan yang kompleks,
sederhana. Sehingga mengakibatkan siswa yakni kegunaan untuk kepentingan matematika
merasa bosan dan terkadang tidak sendiri dan kegunaan dalam kehidupan sehari-
memperhatikan penjelasan guru. hari di bidang non matematika. Dengan
Salah satu cara untuk menanamkan diajarkannya matematika kepada siswa di
konsep pecahan sebagai pelajaran yang semua tingkat, maka konsep-konsep
menyenangkan bagi anak adalah dengan matematika dapat diberikan secara bertahap
menggunakan media yang memungkinkan sesuai dengan tingkat penalaran dan
siswa terlibat aktif pada materi mengenal pemahaman siswa akan senantiasa berkembang
pecahan sederhana, membandingkan pecahan ke tingkat yang lebih logis dan kritis. Inilah
dan menyelesaikan masalah pecahan di kelas yang dimaksud dengan kegunaan matematika
III Sekolah Dasar. Misalnya menggunakan untuk kepentingan matematika sendiri.
media kertas lipat. Penggunaan kertas lipat Pada matematika Sekolah Dasar sudah
menekankan kepada keaktifan siswa dalam disepakati arti kata pecahan yaitu bilangan
memanipulasi benda konkret, sehingga siswa (bilangan rasional), bukan bilangan bulat.
terlibat dalam proses belajar yang Pecahan sederhana merupakan pecahan yang
menyenangkan. pembilangnya tidak dapat disederhanakan lagi.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Contoh 1 :


mendeskripsikan aktivitas guru dalam a.
pembelajaran pecahan sederhana dengan
menggunakan media kertas lipat pada siswa
Kelas III SDN Nginden Jangkungan I No. 247
Surabaya; (2) mendeskripsikan aktivitas siswa
dalam pembelajaran pecahan sederhana dengan
menggunakan media kertas lipat pada siswa
Kelas III SDN Nginden Jangkungan I No. 247
Surabaya; (3) mengetahui hasil belajar dalam Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian
pembelajaran pecahan sederhana dengan dari 2. Oleh karena itu, daerah tersebut
menggunakan media kertas lipat pada siswa menunjukkan pecahan
Kelas III SDN Nginden Jangkungan I No. 247
Surabaya.
Dimyati dan Mudjiono menyatakan
bahwa : “Hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa
dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
b. Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian
afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi
dari 4. Oleh karena itu, daerah tersebut
guru, hasil belajar terlihat dari keberhasilan
mendidik siswa dan mencapai tujuan menunjukkan pecahan
pembelajaran dari yang diharapkan.

2
d) Fungsi kompensatoris media pembelajaran
terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks
dan mengingatnya kembali.

c. Daerah yang diberi warna di samping 5. Macam-macam Media Pembelajaran


menunjukkan pecahan Dilihat dari jenisnya, media
pembelajaran terbagi menjadi:
a. Media auditif
Media yang hanyamengandalkan suara saja
seperi radio,kaset rekoorder, peringan
hitam.media ini tidak cocok untuk orang
tuli atau mempunyai kelainan
pendengaran.
b. Media visual
Media yang hanya mengandalkan indera
d. Daerah yang diberi warna di samping
penglihatan. Media ini ada yang
menunjukkan pecahan menampilkan gambar diam seperti film
strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan
Kata media berasal dari bahasa latin dan cetakan. Ada pula yang menampilkan
merupakan bentuk jamak dari kata medium gambar atau simbol yang bergerak seperti
yang secara harfiah berarti perantara atau film bisu, dan film kartun.
pengantar (Sadiman, dkk, 1984 ; 6). Menurut
Raharjo dalam Kustandi (2011 ; 7) bahwa
media adalah wadah dari pesan yang oleh c. Media audio visual
sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran Media yang mempunyai unsur suara dan
atau penerima pesan tersebut. Materi yang unsur gambar. Jenis media ini mempunya
diterima adalah pesan instruksional, sedangkan kemampuan yang lebih baik karena
tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses meliputi kedua jenis media yang pertama
belajar. dan kedua. Media ini dibagi dalam: audio
Dalam bahasa Arab, “wasaaila” yang visual murni dan audio visual tidak murni.
artinya perantara atau pengantar pesan dari Dilihat dari daya liputnya, media
pengirim kepada penerima pesan. Media adalah pembelajaran terbagi menjadi:
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak a. Media dengan daya liput luas dan serentak
maupun audio visual seta peralatannya :
(Sadiman, dkk, 1984 ; 7). b. Media dengan daya liput terbatas oleh
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ruang dan tempat
disimpulkan bahawa media pembelajaran c. Media untuk pembelajaran invidual
adalah alat yang dapat membentuk proses Dilihat dari bahan-bahannya, media
belajar mengajar dan berfungsi untuk pembelajaran terbagi menjadi:
memperjelas makna pesan yang disampaikan, a. Media sederhana
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran b. Media kompleks
dengan lebih baik dan sempurna.
Fungsi media pembelajaran menurut Evie Dengan melihat uraian di atas, maka
dan Lentz (dalam Kustandi, 2011 ; 21) ada kertas lipat yang digunakan dalam penelitian
empat fungsi khususnya media visual, yaitu : ini adalah termasuk dalam media sederhana.
(a) fungsi atensi visual merupakan inti, yaitu Karena media sederhana berupa kertas lipat
menarik dan mengarahkan perhatian siswa merupakan media mudah diperoleh dan
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang harganya murah, cara pembuatannya mudah,
berkaitan dengan makna visual yang dan penggunaannya tidak sulit.
ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran; (b) fungsi afektif media visual dapat 6. Media Kertas Lipat
terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika Media kertas lipat yaitu media yang
belajar (atau membaca) teks yang bergambar; terbuat dari kertas yang berwarna dan bisa
(c) fungsi kognitif media visual terlihat dari digunakan untuk melipat-lipat menjadi lipatan
temuan-temuan penelitian yang bagian yang sama besar. Bentuk kertas lipat
mengungkapkan bahwa lambing visual atau bermacam-macam dan beranekaragam
ambar memperlancar pencaian tujuan untuk warnanya.
memahami dan mengingat informasi atau pesan Penggunaan media kertas lipat dalam
yang terkandung dalam gambar pembelajaran bertujuan untuk memberikan

3
variasi dalam cara-cara mengajar, memberikan Tindakan Kelas merupakan suatu kecermatan
lebih banyak realitas dalam mengajar, sehingga terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
lebih terwujud dan lebih terarah untuk tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
mencapai tujuan. dalam sebuah kelas secara bersama Arikunto,
Media kertas lipat dipandang sesuai untuk 2006 ; 3.
mata pelajaran matematika dalam menanamkan Penelitian ini menggunakan metode
konsep bilangan pecahan sederhana, karena penelitian deskriptif kuantitatif. Penulis
jika dilihat dari bentuknya, bentuk kertas warna menganalisis data pemahaman konsep siswa
yang geometris, dapat memudahkan siswa dari persentase keberhasilan aktivitas guru dan
untuk memanipulasinya. Kertas warna mudah siswa selama proses pembelajaran, serta hasil
untuk dilipat-lipat dimana hasil lipatannya tes pemahaman materi nilai pecahan sederhana
merupakan bagian-bagian dari keseluruhan. ke arah kualitas yang lebih baik.
Disamping bentuknya yang geometris, kertas Subyek pada penelitian ini adalah seluruh
warna juga memiliki warna yang berlainan siswa kelas III B di SDN Nginden Jangkungan
sehingga siswa akan tertarik dan senang untuk I / 247 Surabaya dengan jumlah siswa laki-laki
memanipulasinya. sebanyak 21 dan siswa perempuan sebanyak
Media pembelajaran kertas lipat 19. Pemilihan subyek didasarkan pada siswa
dipergunakan agar siswa memahami materi kelas III telah berada dalam tahap berpikir
bilangan pecahan sederhana. Agar siswa operasional konkret.
mengerti tentang materi bilangan pecahan Lokasi penelitian ini adalah di SDN
sederhana yang pembilangnya 1 dilakukan Nginden Jangkungan I/247 Surabaya.
dengan cara melipat-lipat, kemudian hasil Pemilihan lokasi ini dikarenakan SDN Nginden
lipatannya digunting atau dipotong sehingga Jangkungan I/247 merupakan sekolah tempat
menjadi bagian-bagian yang terpisah. peneliti mengajar dan juga karena masih belum
Sedangkan untuk menanamkan konsep tercapainya KKM siswa kelas III untuk mata
bilangan pecahan sederhana yang pelajaran matematika pada materi pecahan
pembilangnya bukan 1 dilakukan dengan cara sederhana.
melipat-lipat hingga hasil lipatan tersebut Data serta instrumen yang diperlukan
menunjukkan sejumlah bilangan penyebut dari pada penelitian tindakan kelas ini adalah
pecahan yang dimaksudkan, kemudian sebagai berikut: (1) data aktivitas guru dengan
mengarsir beberapa bagian dari hasil lipatan menggunakan instrumen lembar pengamatan
sebelumnya untuk menunjukkan bilangan dari aktivitas guru; (2) data aktivitas siswa dengan
pembilang pecahan yang dimaksud. menggunakan instrumen lembar pengamatan
Media yang digunakan dalam penelitian aktivitas siswa; (3) data nilai tes siswa dengan
ini adalah media kertas lipat. Media ini sangat menggunakan instrumen penilaian tes tulis.
sesuai dengan karakteristik materi pecahan Intrumen tes tulis berupa lembar penilaian yang
sederhana, khususnya pada KD 3.1 mengenal telah dipersiapkan pada saat menyusun Silabus
pecahan sederhana (BSNP, 2008 ; 7). dan RPP.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahap Mengacu pada rumusan masalah yang
konkret, mereka belajar melalui benda-benda ada, teknik pengumpulan data yang dilakukan
konkret untuk memahami sebuah konsep. dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : (1)
Penggunaan media konkret menunjang untuk menjawab rumusan masalah yang
kegiatan belajar siswa. Media kertas lipat pertama, maka teknik pengumpulan data yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk digunakan adalah melakukan observasi
mengenal pecahan sederhana. Media kertas terhadap aktivitas guru dan siswa dalam
lipat dapat memberikan pengalaman yang lebih pembelajaran pecahan sederhana dengan
bermakna bagi siswa, sebab siswa dapat menggunakan media kertas lipat; (2) untuk
mengamati secara langsung media kertas lipat menjawab rumusan masalah yang kedua, maka
tersebut. Dimana ada bagian kertas lipat yang teknik pengumpulan data yang digunakan
diarsir yang menunjukkan bahwa bagian adalah melakukan tes pada siswa pada materi
tersebut merupakan pembilang dari bilangan pecahan sederhana dengan menggunakan
pecahan. Pecahan yang diperagakan dengan media kertas lipat.
menggunakan kertas lipat ini adalah pecahan Data pengamatan aktivitas guru dan siswa
sederhana yang pembilangnya tidak dapat selama pembelajaran dianalisis dengan
disederhanakan lagi. Oleh karena itu, media menggunakan prosentase. Indikator
kertas lipat sangat memungkinkan membantu keberhasilan penelitian adalah sebagai berikut :
siswa untuk menguasai konsep tentang (1) nilai rata-rata hasil tes siswa > 75
mengenal pecahan sederhana yang ada dalam (mencapai KKM yang ditentukan); (2) jumlah
materi matematika kelas III semester II. persentase aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar mencapai 80%; (3) jumlah persentase
METODE aktivitas guru selama proses belajar mengajar
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti mencapai 80%
adalah Penelitian Tindakan Kelas Penelitian

4
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan media kertas lipat dan siswa
Siklus I aktif dalam pembelajaran yang berlangsung
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I 9
ini dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2012. sebanyak x 100% = 22,5% masuk pada
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I 40
mempunyai prosentase 65%, terdiri dari : Guru kategori “kadang-kadang”. Dan pada aktivitas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, yang masuk pada kategori “sering” adalah
membentuk kelompok belajar, memberikan melakukan refleksi hasil pembelajaran nilai
kuis kepada siswa, melakukan refleksi dan 4
pecahan sederhana sebesar x 100% =
memberikan penghargaan atas prestasi siswa 40
mendapat jumlah prosentase terbanyak sebesar 10%. Sedangkan untuk aktivitas yang masuk
15 pada kategori “tidak” adalah minat siswa jika
x 100% = 37,5%. Aktivitas yang
40 1
diberikan tugas oleh guru, sebanyak x
dilakukan guru masih pada kategori ”kadang- 40
kadang”, hal ini terjadi karena terlihat guru 100% = 2,5%.
masih belum mampu memotivasi siswa dalam Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa
belajar dan siswa masih terlihat ribut pada saat proses aktivitas belajar siswa masih kurang
pembelajaran berlangsung. optimal dan kurang aktif, pada umumnya siswa
Untuk aktivitas guru pada kategori baru aktif dan optimal setelah ditunjuk oleh
6 guru. Siswa masih kurang berani berbicara
”jarang” jumlah prosentase x 100% =
40 mengungkapkan ide dan gagasannya. Saat tiba
15%, aktivitas yang terjadi adalah guru giliran kelompok untuk menentukan nilai
menyampaikan materi nilai pecahan sederhana pecahan sederhana juga masih terkesan lambat
dengan menggunakan kertas lipat, memberikan dan mengulur waktu. Dari data di atas dapat
bimbingan pada kelompok belajar yang dijadikan bahan kajian untuk merefleksikan
mengalami kesulitan, dan melaksanakan dan revisi yang akan dilakukan pada sikIus II.
evaluasi hasil belajar siswa. Aktivitas siswa positif yang muncul adalah
Sedangkan untuk aktivitas guru siswa sering mengajukan pertanyaan, pendapat,
menyampaikan pendahuluan / apersepsi dan mengemukakan idenya sendiri, siswa juga
memperhatikan materi pelajaran yang
4 disampaikan oleh guru, serta siswa mencatat
sebanyak x 100% = 10% masuk pada
40 hal-hal yang penting ketika Proses Belajar
kategori ”sering”. Aktivitas ini sering Mengajar berlangsung. Aktivitas siswa negatif
dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran yang muncul adalah siswa sering bekerja sama
berlangsung. Tetapi ada juga aktivitas yang dengan teman dalam mengerjakan tugas, siswa
masuk pada kategori ”tidak” yaitu guru tidak juga sering lambat dalam mengerjakan tugas,
melaksanakan pembelajaran yang memicu dan siswa juga ditemuka sering bergurau dalam
memelihara keterlibatan siswa dengan jumlah proses pembelajaran.
1 Dari data yang diperoleh dari penelitian
persentase sebanyak x 100% = 2,5%. Hal dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa
40 kelas III SDN Nginden Jangkungan I Surabaya
ini disebabkan guru masih belum bisa mendapatkan nilai 67,03 pada siklus I. Nilai
menguasai kelas dengan baik pada saat siswa dalam pembelajaran nilai pecahan
pembelajaran berlangsung. sederhana dengan menggunakan media kertas
Hasil pengamatan pada aktivitas siswa lipat pada siklus I ini hasilnya kurang baik
siklus I sebesar 60% dengan rincian sebagai karena masih banyak siswa yang mendapat
berikut : aktivitas siswa dalam memberikan nilai di bawah 75. Kemampuan siswa dalam
umpan balik terhadap pembelajaran, kurang mmenentukan nilai pecahan sederhana
memperhatikan materi pelajaran yang menggunakan media kertas lipat masih kurang
disampaikan guru, kurangnya antusiasme siswa baik dalam ketepatan maupun kecepatan
terhadap pembelajaran dengan media kertas mereka dalam menyelesaikan soal. Mereka
lipat dan kurangnya keaktifan siswa dalam terkesan masih bingung dengan penggunaan
menjawab pertanyaan serta kekurangmampuan media kertas lipat karena dirasa masih baru
siswa menyelesaikan soal untuk materi nilai untuk siswa dan sebelumnya belum pernah
pecahan sederhana dengan menggunakan dilakukan dalam pembelajaran matematika
10 khususnya materi nilai pecahan sederhana.
media kertas lipat sebanyak x 100% =
40 Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pada
25% masuk dalam kategori “jarang”. Untuk siklus II agar tercapai hasil yang memuaskan
aktivitas mencatat hal-hal penting pada saat dan menumbuhkan semangat mereka untuk
proses belajar mengajar, merasa senang dengan ikut aktif dalam proses pembelajaran nilai
pembelajaran matematika dengan pecahan sederhana pada siklus selanjutnya.
Nilai rata-rata pada siklus I ini kurang

5
memuaskan karena siswa masih belum terbiasa siswa dalam memperhatikan materi pelajaran
dengan menggunakan media kertas lipat. yang disampaikan, siswa merasa senang dalam
Pada siklus I siswa belum mencapai pembelajaran nilai pecahan sederhana dengan
indikator yang ada pada rancangan media kertas lipat, siswa melakukan refleksi
pembelajaran, antara lain mencatat pokok- hasil pembelajaran nilai pecahan sederhana,
pokok materi pembelajaran yang disampaikan, siswa antusias dalam proses pembelajaran nilai
menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan. pecahan sederhana, siswa aktif dalam
Kecepatan, ketepatan, serta kerja sama siswa menjawab pertanyaan dan siswa mampu
dalam pembelajaran nilai pecahan sederhana menyelesaikan soal nilai pecahan sederhana
masih kurang sehingga menyebabkan belum dengan menggunakan media kertas lipat
tercapainya indikator. Nilai rata-rata pada 24
siklus I ini kurang memuaskan karena siswa sebanyak x 100% = 60% masuk pada
masih belum, terbiasa dengan media kertas 40
lipat. kategori ”sering”. Sedangkan untuk aktivitas
Dari hasil pembelajaran dan pengamatan yang masuk pada kategori ”kadang-kadang”
pada siklus I, revisi yang perlu dilakukan guru 12
mendapatkan jumlah persentase sebanyak
untuk dilaksanakan pada siklus II adalah : (a) 40
guru akan berusaha memotivasi siswa dalam x 100% = 30 % yaitu aktivitas siswa dalam
membentuk suasana belajar yang belajar yang mencatat hal-hal yang penting ketika proses
efektif; (b) guru akan berusaha menjelaskan belajar mengajar berlangsung, siswa merasa
apa yang diperoleh siswa sesuai dengan apa senang bila diberi tugas, siswa merasa senang
yang diajarkan dalam proses belajar mengajar bila diberi tugas, dalam kegiatan pembelajaran
khususnya dengan menggunakan media kertas ada umpan balik dari siswa dan siswa aktif
lipat dalam pembelajaran matematika materi ketika pembelajaran.
nilai pecahan sederhana; (c) guru akan Rata-rata hasil kemampauan menyimak
berusaha memberikan umpan balik kepada informasi siswa pada Siklus II ini menunjukkan
siswa dalam proses pembelajaran serta bahwa hasil nilai rata-rata semakin meningkat.
berusaha membuat semua siswa aktif ketika Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran; (d) guru akan lebih menentukan nilai pecahan sederhana
berusaha memberikan penjelasan tentang menggunakan media kertas lipat pada siklus II
proses belajar mengajar yang akan dilakukan. adalah 80.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi
Siklus II pada sikus II, aktivitas dan rata-rata siswa
Hasil pengamatan pada aktivitas guru semakin meningkat. Dengan teknik
yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebesar pembelajaran yang tepat dan motivasi siswa
87,5% dengan rincian sebagai berikut : serta suasana pembelajaran yang santai,
aktivitas guru melakukan kegiatan pendahuluan ternyata mampu menumbuhkan keberanian dan
apersepsi, menyampaikan tujuan kemauan siswa dalam bertanya dan
pembelajaran, membentuk kelompok belajar, berpendapat dalam pembelajaran menyimak
memberikan kuis pada siswa, melakukan informasi. Siswa belajar atas pengalaman
refleksi dan memberikan penghargaan atas sesuai dengan situasi dan kondisi mereka
24 secara nyata yang dialami. Pada siklus II ini,
prestasi siswa sebanyak x 100% = 60%
40 tampilan mereka saat menentukan nilai
yang masuk pada kategori ”sering”. Sedangkan pecahan sederhana berjalan dengan baik dan
lancar karena siswa sudah mulai terbiasa
9 dengan media kertas lipat dalam pembelajaran
yang mencapai persentase sebanyak x
40 nilai pecahan sederhana. Siswa juga tidak
100% = 22,5% yang masuk pada kategori mengulur waktu dan sangat antusias dalam
”kadang-kadang” meliputi aktivitas guru belajar.
menyampaikan materi pecahan sederhana
dengan menggunakan media kertas lipat, Pembahasan
memberikan bimbingan pada kelompok belajar
yang mengalami kesulitan dan melakukan
evaluasi hasil belajar siswa. Dan aktivitas yang
masuk pada kategori ”jarang” jumlah
2
persentasenya sebanyak x 100% = 5%
40
adalah kegiatan melaksanakan pembelajaran
yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada Grafik 1. Aktivitas Guru
siklus II ini adalah sebesar 90%. Aktivitas

6
Berdasarkan diagram di atas, aktivitas guru menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan
pada siklus I dalam pembelajaran nilai pecahan oleh siswa mengalami peningkatan.
sederhana dengan media kertas lipat pada Hasil belajar siswa dengan menggunakan
siklus pertama 65% hal ini masih kurang dari media kertas lipat pada materi menentukan
yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pecahan sederhana meningkat. Hal ini dapat
aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar diketahui dari adanya peningkatan nilai dari
belum dilaksanakan dengan baik. siklus I ke siklus II
Sedangkan aktivitas guru siklus II dalam
pembelajaran pada penelitian ini, mengalami Saran
peningkatan dari persentase 65% pada siklus I Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan
menjadi 87,5% pada siklus II. bahan refleksi bagi guru mata pelajaran
Matematika dalam penggunaan media
pembelajaran dalam menentukan pecahan
sederhana, sebab media kertas lipat ini telah
terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami materi.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian tindakan kelas yang
digunakan untuk memotivasi siswa dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami cara menentukan pecahan
Grafik 1. Aktivitas Siswa sederhana dengan media kertas lipat dan
diharapkan dapat memperbaiki kekurangan
Berdasarkan diagram di atas, aktivitas yang ada pada penelitian ini.
siswa pada siklus I hanya mencapai persentase
60%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
siswa pada saat pembelajaran masih belum DAFTAR PUSTAKA
aktif. Sedangkan aktivitas siswa dalam Ahmad, H., Soenarjo, RJ. 2005. Matematika
pembelajaran nilai pecahan sederhana dengan Tangkas Berhitung. Bandung :
media kertas lipat mengalami peningkatan pada PT. Raja Rosdakarya.
siklus II ini jika pada siklus I 60%, setelah
Arends, Richard, I. 1997. Classroom
mengalami perbaikan pada siklus kedua
Instruction and Management. New
meningkat menjadi 90%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa York : ME Graw Hill Companies, Inc.
dalam pembelajaran nilai pecahan sederhana Arikunto, Suharsimi, dkk, 2006, Penelitian
dengan media kertas lipat dapat ditingkatkan Tindakan Kelas, Kalarta, Bumi
sehingga guru dan siswa menjadi lebih aktif. Aksara.
Hasil pembelajaran nilai pecahan BNSP. 2008. Model Silabus Tematik Kelas III.
sederhana dengan media kertas lipat Jakarta : Depdiknas Dirjen
mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Manajemen Pendidikan Dasar dan
Hasil belajar siswa menunjukkan nilai rata-rata Menengah.
67,03 yang masih berada di bawah KKM yang Dadi, Permana, A., Triyati. 2008. Bersahabat
ditentukan sekolah yaitu 75. Pada siklus kedua, dengan Matematika. Surabaya : PT.
pembelajaran nilai pecahan sederhana dari JePe Press Media Utama.
rekanan dengan menggunakan media kertas
lipat sudah menunjukkan peningkatan yakni Dimyanti dan Mudjiono. 2008. Pengertian
mencapai nilai rata-rata 80. Hasil yang Hasil Belajar (online). Diakses
menunjukkan peningkatan tersebut juga tanggal 20 Februari 2012.
menunjukkan bahwa hasil tersebut mampu http://buku.infogue.com/hasil_belajar_
mencapai bahkan melampaui indikator pengertian_dan_definisi/
keberhasilan yang telah ditentukan peneliti.
Fajri, Zul. EM dan Ratu Aprilia S. 2008.
PENUTUP Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Simpulan Semarang : Aneka Ilmu.
Aktivitas guru dalam pada pembelajaran
menentukan pecahan sederhana mata pelajaran
matematika menggunakan media kertas lipat, Hudoyo, H. 1998. Mengajar Belajar
menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan Matematika. Jakarta : Dirjen Dikti
oleh guru mengalami peningkatan. Depdikbud.
Aktivitas siswa dalam pada pembelajaran
menentukan pecahan sederhana mata pelajaran
matematika menggunakan media kertas lipat,

7
Karim, Muchtar, dkk. 1996. Pendidikan
Matematika 1. Jakarta : Depdikbud Sadiman, dkk, 1984, Media Pendidikan
Ditjen Dikti, PPTK. (Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya), Jakarta, Rajawali
Khafid M, Suyati. 2004. Pelajaran Matematika Pers.
Penekanan Pandai Berhitung. Jakarta
: Erlangga. Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat. 2002.
Metodologi Penelitian. Bandung :
Kustandi, Cecep, dkk. 2011. Media Mandar Maju.
Pembelajaran Manual dan Digital.
Jakarta : Ghalia Indonesia. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Moleong, LJ. 2000. Metodologi Penelitian Cipta.
Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. Sukayati. 2003. Pecahan : Modul Pelatihan
Supervisi Pengajaran untuk Sekolah
Nur Muhammad. 1998. Pendekatan Dasar. Yogyakarta : PPPG
Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Matematika.
Surabaya : IKIP.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Tim Bina Kompetisi Guru SD/MI. 2009.
Gramedia Widiasarna. Cermat Kelas 3. Surakarta :
Adinugraha.
Poerwadarminto. 1996. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai