Anda di halaman 1dari 3

DRUG ERUPTION

DEFINISI

Alergi obat sering kali menyebabkan persepsi yang salah terhadap pasien sebagai kasus malpraktek. Terkadang pasien
atau keluarga menganggap alergi ini terjadi karena kesalahan pengobatan yang diberikan oleh dokter. Padahal drug
eruption itu adalah….
• Reaksi tubuh menjadi alergi pada kulit / mucocutan (mukosa)
• Obat sebagai faktor penyebab utama sehingga muncul hipersensitisasi terhadap obat tertentu
• Gangguan erupsi yang umum terjadi pada obat bisa pada derajat ringan  berat atau mengancam kehidupan
(kulit melepuh)
ETIOLOGI
 Penting untuk mendapatkan anamnesis tentang riwayat obat rinci termasuk: over-the-counter (OTC) tanpa resep,
dan naturopathic remedies obat herbal (madu jamur, jamu) (botanical medicine, nutritional therapies, acupuncture,
and physiotherapy), obat baru dimulai di awal atau obat yang sudah 6-8 minggu lalu dikonsumsi.
 Dikondisi lain, pasien biasanya saat ditanya riwayat obatnya, dia bilang gak tau atau gak ada, karena lagi gatel
mungkin atau gak fokus akibat kondisinya yang lagi alergi. Jadi caranya itu, dokter tanyak kemarin-keamrin ada sakit
apa? Kepala? Gigi? Mata? Terus tanya minumnya obat apaan, obat tetespun bisa buat alergi.
 Biasanya keluhan alergi obat steroid itu tandanya: striae, moon face
PATOGENESIS

Faktor utamanya obat (baik obatnya, bentuk metaboliknya, pengantarnya, atau faktor bahan penunjang obat lainnya) 
reaksi mediated immune
DIAGNOSIS & MANAGEMENT

1. Kuncinya adalah pola klinisnya (TIDAK ADA GOLD STANDARD)  skin test jarang
2. Perubahan hati, ginjal, respirasi, hematologis dan neurologis harus dicari & tanda sistemik apapun harus
diselidiki lewat CBC, LFT (Liver Function Test), RFT, urinalysis

Yang perlu diperhatikan:


• Jika pasien menggunakan obat yang ternyata tidak perlukan, harus dihentikan
• Observasi ketat: Pasien harus ditanya tentang semua obat-obatan yang dikonsumsi, khususnya obat tanpa resep
atau tanpa konsultasi medis (tetes mata, supositoria, implan, injeksi & tempel), washing outnya lama (obat
kenjang)  sambil observasi bisa dikasi steroid untuk menurunkan alerginya
• Tidak peduli seberapa atipikal reaksi kutaneous pasien, selalu anggap obat pasien sebagai kemungkinan
penyebabnya
• Waktu pemberian obat harus berkorelasi dengan kemunculan drug eruption

CLINICAL MORPHOLOGY

Exanthems (morbiliform), Fixed drug reactions, Urticarial eruption, Bullous drug reactions (SSJ & TEN)

1. Exanthems/ Morbiliform/ Maculopapular Reactions


 Bentuk yang paling umum
 Ditandai dengan eritema, seringkali disertai papula kecil (peninggian dan penebalan)
 Pruritus hampir selalu hadir, simetris, gatal banget, macula papul merah
 Mulai di badandisebarkan secara perifer.Banyak di badan dan sedikit di ekstremitas
 Disebabkan oleh: obat penicillins, Sulfonamides, nevirapine(obat HIV)dan anti epilepsi
 Jika gejala bersamaan dengan demam dan keterlibatan organ dalam (misalnya hati, ginjal, SSP), ini reaksi lebih
serius: Hypersensitivity syndrom reaction (HSR)
 Management
 Elimination all the offending medication
 Steroid (methyl prednisolon 3 x 8 mg)
 Antihistamin  anti gatal
 Salisilic acid pwd topically

Differential diagnosis:

- Viral exanthema

- Allergic contact dermatitis

- Pitiriasis rosea Ada healer/mother patch, christmas tree

- Morbili Badan sama memerah


Disebabkan oleh virus
Dimulai dari luar yaitu kepala  badan 
kaki (sampe kaki panas badan akan turun)
Mata merah
Pada ekstremitas tidak terlalu gatal

2. Fixed Drug Reactions

 Terjadi selalu di tempat yang sama tiap alergi, penyebabnya bisa obat yang
Sama atau beda dari sebelumnya
 30 menit - 8-16 jam
 Dibagian tubuh mana saja bisa,bisa di kulit,sering di mukosa oral dan genital
 Etiologi: bnyak obat: ibuprofen, sulfonamida, naproksen, tetrasiklin, dll
 Lesinya bisa 1 atau 6 <<, lebih sering 1 lesi
 Makula merah soliter  keunguan  jadi gelap, eritematosa
 Sensasi terbakar dan menyengat/perih
 Setelah fase akut berlangsung selama beberapa hari- minggu, aka nada hiperpigmentasi keabu-abuan atau kerutan
 Management SAMA KAYAK DIATAS
 DD: morbusHansen (penebalan saraf/
Kulit tidak merasakan apa-apa, anastesi)

DRUG ALLERGIC TEST

 Bisa dilakukan pada 6 minggu - 6 bulan setelah lesi mereda

 Tidak dianjurkan untuk dilakukan pada reaksi alergi yang parah (seperti SSJ, SSJ-TEN overlapping , TEN, erythroderma,
drug hypersensitivity syndrome and angioedema), atau ada keterlibatan organ lain

 Dalam bentuk uji tusukan (prick test) atau uji temple (patch test)

 Obat yang dikonsumsi dicampur jadi satu

 Oral provocation test adalah GOLD STANDARD

 Sebaiknya di rawat inap dan terdapat peralatan kegawat darurat


lengkap

PREVENTION
Pemberian kartu berisi nama pasien, jensi obat penyebab alergi, dan reaksi alergi yang sudah pernah dialami. Kartu ini
wajib dibawa tiap berobat. Disuruh taruh di dompet biar gak lupaaa

Anda mungkin juga menyukai