Anda di halaman 1dari 5

Putu Sindy Reiska Jayanti

Astrocalyx 15

Primer Protein and Energi Malnutrisi

1. 2 jenis protein and energi malnutrisi (PEM), antara lain:


 Primer = akibat tidak adekuat atau kurangnya intake diet makronutrient
(karbohidrat, protein, lemak yang menghasilkan energi)
 Sekunder = akibat penyakit kronis yang diderita, pada kondisi sakit maka
seseorang akan mengalami mual muntah, diare, loss apetit, maupun anoreksia
yang membuat intake makanan berkurang, disisi lain kondisi sakit ini perlu
energy yang lebih besar karena ada faktor stress yang harus dilawan, hal ini
yang membuat munculnya PEM.
2. Manifestasi klinis dari PEM sangat bervariasi, dimana dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain:
 Intensitas defisiensi
 Severity (Berat-sedang-ringan) dan durasi
 Usia
 Asosiasi dengan defisiensi nutrisi lain (misalnya micronutrient vitamin dan
mineral)
 Asosiasi dengan infeksi (pada PEM kondisi imun akan menurun sehingga
rentan terkena infeksi, bisa pula infeksi muncul lebih awal kemudian diikuti
dengan PEM sekunder)
3. Etiologi Primer PEM, antara lain:
 Sosial-ekonomi = kemiskinan membuat orang tidak bisa membeli atau
mengakses makanan
 Lingkungan = kekeringan (misalnya di NTT), kondisi terisolasi, dan
lingkungan yang rentan menularkan infeksi
 Biologi = kondisi penyakit dasar yang memang telah dimiliki seseorang
4. Kejadian PEM terjadi mayoritas pada balita dan anak-anak. Sehingga diperlukan
monitoring pertumbuhan dengan acuan Growth Chart.

Atas = Tinggi terhadap usia


Bawah = Berat terhadap usia
Condong ke bawah = PEM
Putu Sindy Reiska Jayanti
Astrocalyx 15

5. Ada 2 tipe dari PEM, antara lain:


 Kwasiorkor = PEM dengan edema pitting
(bengkak saat ditekan menjadi cekung)
disertai wajah seperti bulan (moon face)
Akibat kekurangan protein berat yang
dominan, sedangkan kekurangan calori
sedang disertai infeksi.
 Marasmus = kurus hingga otot mengecil (wasting), menyisakan tulang
berbalut kulit paling jelas pada tulang iga (iga gambang), tonjolan epifisis
tulang panjang sangat menonjol, rambut
menjadi rontok dan loss pigmen, dan
wajah menjadi tua (old face).
Akibat kekurangan calori berat
(wasting) dan tidak dominan
kekurangan protein.
6. Asosiasi defisiensi micronutrient, misalnya:
 Zat besi = glositis, anemia, cognitive disorders, masalah pada kuku
 Iodine = goiter, growth retardasi, MR
 Vitamin A = buta senja, xeroptalmia, growth retardasi, kuku
 Vitamin D = hipokalsemia, riketsia, growth retardasi
 Asam folat = glositis dan anemia
7. Antropometri ada 3 jenis malnutrisi, antara lain:
 Underweight = Berat badan terhadap usia dibawah -2 standart deviasi
 Stunting = Tinggi badan terhadap usia dibawah -2 standart deviasi
 Wasting = Berat badan terhadap tinggi badan dibawah -2 standart deviasi
8. Protein energy malnutrisi disebut juga protein calori malnutrisi, karena energy itu
satuannya calori jadi sama saja.
9. Tiga klasifikasi yang dapat digunakan, antara lain:
 Gomes = berdasarkan berat badan terhadap usia
% = (BB pasien / BB normal usia yang sama) x 100%

Normal = 90 – 110 % Grade 2 (moderat) = 60 – 74 %


Grade 1 (mild) = 75 – 89 % Grade 3 (severe) = <60 %
 Wellcome = mirip gomes tapi isi kaitannya dengan klinis
Putu Sindy Reiska Jayanti
Astrocalyx 15

Dengan udeme Tanpa Udeme


60-80 % Kwashiorkor Underweight
<60 % Kwashiorkor dan Marasmus
marasmus
 Waterlow = menggunakan krtiteria wasting dan stunting
Wasting = berat badan terhadap tinggi badan
Stunting = tinggi badan terhadap usia

Wasting Stunting
Normal >90 >95
Mild 80-90 90-95
Moderat 70-80 85-90
Severe <70 <85
10. Pada intinya kalau di Indonesia lihat standar deviasi, bila dibawah -2 artinya sudah
malnutrisi. Contoh perhitungan:
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun, mengalami sakit selama 6 minggu. Tinggi
badannya 106 cm, namun beratnya hanya 10 kg, padahal kalau anak tinggi 106 cm
harusnya berat badannya 18 kg. Dia masuk kriteria apa?
Berat badan terhadap tinggi badan = 10/18 x 100% = 55 % (under 60% berarti sudah
marasmus berat)
11. Epidemiologi Primer PEM pada asia termasuk Indonesia sangat besar, sehingga
Indonesia menerapkan program SUN (Straight Upper Nutrient) pada 1000 HPK (ibu
hamil dan anak usia 2 tahun)

12. Causa
direct PEM Primer, antara lain:
 Penyapihan dari ibu yang terlalu dini
 Memulai makanan pendamping ASI yang terlambat
 Intake protein yang tidak adekuat
Putu Sindy Reiska Jayanti
Astrocalyx 15

 Penyakit infeksi yang berat dan sering.


13. Skema dari kejadian PEM ini berawal dari masalah sosial ekonomi yakni berupa
kemiskinan sehingga inilah yang harus diberantas.

14. Cara diagnosis Primer PEM, antara lain:


 Diet dan Health History
 Antropometri dan pemeriksaan fisik
 Laboraorium Biokimia
Pada stadium awal gejala tidak terlalu jelas maka pemeriksaan yang bisa
dipakai adalah diet and health history serta antropometri.
15. Malnutrisi ini akan membuat stunting yaitu laki-laki lebih pendek 12,5 cm dan wanita
lebih pendek 9,8 cm, sehingga akan berpengaruh pada BMI yang kriterianya berbeda
dengan WHO.
16. Health history, meliputi:
 Penyakit akut dan kronis
 Penyakit defisiensi nutrient yang mendasari
 Sosial ekonomi (kemiskinan, perang, gajih orang tua, status marital orang tua,
abuse)
17. Diet history, meliputi:
 Kualitas dan kuantitas makanan
 ASI, makanan komplemen, volume, dan cara pemberian makanan.
18. Management Primer PEM, antara lain:
 Preventif dan promosi melalui posyandu
Putu Sindy Reiska Jayanti
Astrocalyx 15

Bila sudah marasmus atau kwashiorkor harus dirawat di RS, namun yang
ringan jangan karena takutnya terkena infeksi di RS, cukup penanganan
komunitas seperti dapat obat di posyandu
 Monitoring Growth Reguler
Di Posyandu juga akan dilakukan timbang berat badan. Bisa gunakan BMI
sesuai kelompok umur (anak under 18 tahun), kalau orang dewasa pakai BMI

Wasting <18,5
Normal 18,5 – 23,9
Overweight 23,9 – 24,9
Obese >25 (bukan >30)
 Suplemen Makanan
Bila diberikan pada anak yang sehat disebut sebagai penyuluhan (promosi),
sedangkan bila diberikan pada anak yang kurang gizi disebut pemulihan.
 Informasi/Edukasi/Konseling
Berupa penyuluhan gizi seimbang (pakai tumpeng makanan), konseling gizi,
promosi ASI eksklusif (inisiasi menyusui dini), dan pemberian makanan
pendamping asi yang benar.
Bila anak diberikan ASI = lanjutkan ASI, dan usia 6-8 bulan >2x makanan
tambahan, usia 9-23 bulan >3x makanan tambahan
Bila anak tidak diberikan ASI = berikan susu, keju maupun yogurt, berikan
makanan tambahan >4x dan >4 grup makanan beserta pengganti ASI tetap
dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai