Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PENGEMBANGAN KOTA

Green City, Smart City, Compact City, Mega


City, Kota Satelit/Baru

NURUL HASANAH
3613100509

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2015
GREEN CITY

PENGERTIAN

Kota Hijau merupakan salah satu konsep pendekatan perencanaan kota yang
berkelanjutan. Kota Hijau juga dikenal sebagai Kota Ekologis atau kota yang sehat. Artinya adanya
keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan.
Dengan kota yang sehat dapat mewujudkan suatu kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan
sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat
melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan
perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota
masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders). Dapat dikatakan pula bahwa Kota hijau (green
city) merupakan kota yang sehat secara ekologis. Kota hijau harus dipahami sebagai kota yang
memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah,
menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan menyinergikan
lingkungan alami dan buatan. Kota hijau atau green city adalah konsep perkotaan, dimana masalah
lingkungan hidup, ekonomi, dan sosial budaya (kearifan lokal) harus seimbang demi generasi
mendatang yang lebih baik.

CIRI

Kota hijau berkorelasi dengan faktor urbanisasi yang menyebabkan pertumbuhan kota-
kota besar menjadi tidak terkendali bila tidak ditata dengan baik. Adapun kriteria kota hijau
setidaknya memiliki delapan atribut, yaitu:
1. Green planning and design (Perencanaan dan rancangan hijau)
Perencanaan dan rancangan hijau adalah perencanaan tata ruang yang berprinsip pada
konsep pembangunan kota berkelanjutan. Green city menuntut perencanaan tata guna
lahan dan tata bangunan yang ramah lingkungan serta penciptaan tata ruang yang atraktif
dan estetik.
2. Green open space (Ruang terbuka hijau)
Ruang terbuka hijau adalah salah satu elemen terpenting kota hijau. Ruang terbuka hijau
berguna dalam mengurangi polusi, menambah estetika kota, serta menciptakan iklim mikro
yang nyaman. Hal ini dapat diciptakan dengan perluasan lahan taman, koridor hijau dan lain-
lain.
3. Green Waste (Pengelolaan sampah hijau)
Green waste adalah pengelolaan sampah hijau yang berprinsip pada reduce (pengurangan),
reuse (penggunaan ulang) dan recycle (daur ulang). Selain itu, pengelolaan sampah hijau
juga harus didukung oleh teknologi pengolahan dan pembuangan sampah yang ramah
lingkungan.
4. Green transportation (Transportasi hijau)
Green transportation adalah transportasi umum hijau yang fokus pada pembangunan
transportasi massal yang berkualitas. Green transportation bertujuan untuk meningkatkan
penggunaan transportasi massal, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, penciptaan
infrastruktur jalan yang mendukung perkembangan transportasi massal, mengurangi emisi
kendaraan, serta menciptakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan pengguna
sepeda.

5. Green water (manajemen air yang hijau)


Konsep green water bertujuan untuk penggunaan air yang hemat serta penciptaan air yang
berkualitas. Dengan teknologi yang maju, konsep ini bisa diperluas hingga penggunaan
hemat blue water (air baku/ air segar), penyediaan air siap minum, penggunaan ulang dan
pengolahan grey water (air yang telah digunakan), serta penjagaan kualitas green water (air
yang tersimpan di dalam tanah).
6. Green energy (Energi hijau)
Green energi adalah strategi kota hijau yang fokus pada pengurangan penggunaan energi
melalui penghemetan penggunaan serta peningkatan penggunaan energi terbaharukan,
seperti listrik tenaga surya, listrik tenaga angin, listrik dari emisi methana TPA dan lain-lain.
7. Green building (Bangunan hijau)
Green building adalah struktur dan rancangan bangunan yang ramah lingkungan dan
pembangunannya bersifat efisien, baik dalam rancangan, konstruksi, perawatan, renovasi
bahkan dalam perubuhan. Green building harus bersifat ekonomis, tepat guna, tahan lama,
serta nyaman. Green building dirancang untuk mengurangi dampah negatif bangunan
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dengan penggunaan energi, air, dan lain-lain
yang efisien, menjaga kesehatan penghuni serta mampu mengurangi sampah, polusi dan
kerusakan lingkungan.
8. Green Community (Komunitas hijau)
Green community adalah strategi pelibatan berbagai stakeholder dari kalangan pemerintah,
kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam pembangunan kota hijau. Green community
bertujuan untuk menciptakan partisipasi nyata stakeholder dalam pembangunan kota hijau
dan membangun masyarakat yang memiliki karakter dan kebiasaan yang ramah lingkungan,
termasuk dalam kebiasaan membuang sampah dan partisipasi aktif masyarakat dalam
program-program kota hijau pemerintah.

Misi kota hijau sebenarnya tidak hanya sekedar ‘menghijaukan’ kota. Lebih dari itu, kota
hijau dengan visinya yang lebih luas dan komprehensif, yaitu Kota yang Ramah Lingkungan, memiliki
misi antara lain memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi
limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan
Mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang
berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan baik secara lingkungan, sosial dan
ekonomi secara seimbang.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan dari konsep Kota Hijau adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah
lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan
lingkugan lainnya. Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga.
Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah
memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro,
dan sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan erosi, di
pantai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan polusi udara,
serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masing-masing kota memiliki
fungsi ekologis yang berbeda. Disamping itu, penerapannya saat ini kebanyakan pelaksanaan
penghijauannya tidak terkonseptual, sehingga menimbulkan citra penghijauan asal jadi tanpa
melihat siapa yang dapat mengambil manfaat positif dari penghijauan.

Hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan kota hijau di Indonesia dapat
dicermati dalam beberapa aspek, yaitu aspek Turbinlakwas, ekonomi, sosial, lingkungan, tata kelola,
dan spasial. Dalam aspek Turbinlakwas, ada masalah pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan yang harus diperhatikan. Pengaturan P2KH sebenarnya sudah cukup lengkap, namun
masih perlu dilengkapi dengan peraturan turunan yang lebih detail, seperti Juknis, sehingga lebih
mudah dalam operasionalisasinya. Lalu dalam pembinaan, P2KH terkendala karena belum
optimalnya kapasitas kelembagaan dalam rangka perwujudan kota hijau di Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, Rencana Tata Ruang belum sepenuhnya digunakan sebagai acuan pembangunan
serta rendahnya keterlibatan stakeholders dalam penyelenggaraan RTH. Sedangkan masalah
pengawasan adalah kurang optimalnya pengawasan oleh aparat.
Pada aspek ekonomi, P2KH menghadapi tantangan, yaitu tingginya pendanaan serta
terbatasnya lahan perkotaan dalam mewujudkan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luas kota.
Dalam aspek sosial, P2KH menghadapi masalah antara lain kecenderungan perilaku masyarakat yang
kontraproduktif dan destruktif, serta kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya aspek
lingkungan sehingga peran masyarakat dalam perwujudannya kota hijau rendah. Sedangkan dalam
aspek lingkungan P2KH menghadapi tantangan, yaitu peningkatan jumlah penduduk perkotaan dari
waktu ke waktu yang menyebabkan meningkatnya beban yang harus didukung oleh lingkungan,
serta pembangunan yang cenderung berorientasi pada aspek ekonomi dan kurang memperhatikan
aspek lingkungan.

Dalam aspek tata kelola, P2KH menghadapi masalah yaitu masih rendahnya kerjasama dan
koordinasi antar sektor dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian yang terakhir, dalam aspek
spasial, tantangan P2KH adalah perkembangan kawasan perkotaan yang cenderung bersifat
ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang tidak terkendali, alihfungsi kawasan pertanian
subur di pinggiran kota dan meningkatnya ketergantungan pada kendaraan bermotor, serta
kurangnya lahan perkotaan yang dapat digunakan sebagai RTH.

PENERAPAN

Indonesia

Indonesia mulai menerapkan konsep green city yang dituangkan dalam Program Pengembangan
Kota Hijau (P2KH). P2KH diawali dengan penggalangan prakarsa dan komitmen kabupaten/kota
melalui perumusan local action plan atau rencana aksi kota hijau (RAKH). RAKH merupakan salah
satu bagian implementasi RTRW yang utamanya memuat prakarsa, program, dan komitmen daerah
sebagai langkah awal mewujudkan kota hijau. Bentuk Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
adalah sinergi dan kolaborasi dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota serta masyarakat dan dunia usaha.
MASYARAKAT/DUNIA
USAHA:
-Implementasi
-Replikasi
PEMERINTAH PUSAT: -Advokasi
PEMERINTAH KOTA:
-Bantuan Teknis
-Implementasi Fisisk
-Bimbingan Teknis
-Sosialisasi
-Dukungan Program
-Pelatihan -Penjaringan Prakarsa
Masyarakat
-Kampanye Publik
-Replikasi

P2KH

CURITIBA

Dengan ruang terbuka hijau di area publik seluas 52 meter persegi per orang – lebih besar daripada
kota manapun di dunia – Curitiba merupakan kota terhijau di Bumi. Di beberapa taman kota,
rerumputannya dipotong oleh domba, sementara beberapa taman kota lainnya memiliki zona
pengelolaan dan tangkapan air hujan alami.

Program pemerintah kota didesain untuk melindungi masyarakat miskin kota dari ketidakadilan
sosial, diantaranya program daur ulang dan penukaran sampah dengan bahan makanan segar atau
token bis yang dapat digunakan untuk berangkat ke tempat kerja.
SMART CITY

PENGERTIAN

Konsep smart city awalnya diciptakan oleh perusahaan IBM. Seblumnya berbagai nama
sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city atau smart city. Intinya smart city ini
menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan roda kehidupan kita yang lebih efisien. Versi
IBM, smart city adalah sebuah kota yang instrumennya saling berhubungan dan berfungsi cerdas.
Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang berada di
dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien danmemberikan informasi yang
tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukankegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian
yang tak terduga sebelumnya. Smart City cenderungmengintegrasikan informasi di dalam kehidupan
masyarakat kota.definisilainnya Smart City didefinisikan juga sebagai kota yang mampu
menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, denganmanajemen
sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasimasyarakat (Caragliu,A., dkk
dalam Schaffers,2010:3). Konsep smart city pada umumnya meliputi:
1. Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk,
pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup
2. Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur
3. Smart city dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur sosial, dan
bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota
4. Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni
5. Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan fasilitasnya saling
berhubungan dan efisien.

Perbedaan konsep smart city di Indonesia dan luar negeri ialah, Indonesia menggunakan
konsep smart city sebagai upaya dalam pembenahan kota, dan belum didukung dengan adanya
fasilitas kota berbasis teknologi. Sedangkan jika di luar negeri konsep smart city digunakan sebagai
upaya untuk menciptakan kota yang ramah lingkungan dan sudah didukung dengan fasilitas kota
berbasis teknologi ramah.
CIRI

Smart City mempunyai 6 dimensi, yaitu Smart Government, Smart Economy, Smart Live, Smart
Living, Smart People, dan Smart Mobility. Berikut adalah penjelasan lebih lanjutnya.
1) Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan), semakin tinggiinovasi-inovasi baru yang
ditingkatkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar
usaha/modal.
2) Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur), pengelolaan infrastruktur kota yang
dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistem pengelolaan terpadu dan
diorientasikan untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik.
3) Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial), pembangunan senantiasa membutuhkan
modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal usaha (human capital), maupun
modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM
dapat meningkatkan kemampuan keterampilan mereka dalam mengembangkan usahanya.
Modal sosial termasuk elemen-elemen seperti kepercayaan, gotong-royong, toleransi,
penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti
meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi
dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat
kejahatan.
4) Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya), lingkungan pintar itu berarti lingkungan
yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun
non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat dan publik lingkungan yang bersih tertata,
RTH yang stabil merupakan contoh dari penerapan lingkungan pintar.
5) Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan), berbudaya berarti bahwa manusia memiliki
kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian
selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara
langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan
yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas
merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
6) Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan partisipasi), kunci utama keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan adalah Good Governance, yang merupakan paradigma,
sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan
prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,
transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap
tegaknya nilai dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih,
bertanggung jawab, dan berdaya saing”.

CONTOH SMART CITY

 Jakarta Smart City


Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang mulai menerapkan konsep smart city.
Baru-baru ini pemerintah kota jakarta mengeluarkan aplikasi Jakarta Smart City yang
bertujuan untuk memberikan informasi transparan kepada masyarakat dengan
memperlihatkan hasil kerja pemerintah Jakarta dalam menangani permasalahan yang ada di
Kota Jakarta. Berikut adalah tampilan dari website smartcity.jakarta.go.id

 Kota Surabaya
Kota Surabaya yang telah memenangi 3 kategori penghargaan pada ajang Smart City Award
2011 lalu telah memenuhi indikator yang dijadikan penentu kemenangan dalam ajang
tersebut. Misalnya, kemenangan kota Surabaya di kategori penghargaan Smart Government
adalah karena kota Surabaya sudah memenuhi rencana strategis teknologi informasi dan
komunikasi, keterlibatan publik dalam pengambilan keputusan, sistem administrasi
kependudukan, partisipasi warga, sistem administrasi perijinan, dan sistem monitoring area
publik. Kota Surabaya juga layak mendapatkan penghargaan di kategori Smart Environment
karena sudah terpenuhinya sistem peringatan dini bencana, sistem pengolahan sampah
berbasis teknologi informasi, dan sistem pengawasan air berbasis teknologi.
 TOKYO
Satu hal yang menonjol dari Tokyo adalah bekerja sama dengan vendor Panasonic,
Accenture, dan Tokyo Gas untuk membuat rumah dengan panel surya, penyimpanan daya
baterai, dan peralatan yang hemat energi dimana semuanya akan terhubung. Selain, Tokyo
juga fokus dalam mempromosikan solusi smart mobility. Infrastruktur internet di kota ini
salah satu yang terbaik di dunia, juga yang termurah, untuk internet super cepat 100 Mbps
‘hanya’ $50 atau setara 500 ribu rupiah. Yang luar biasa akses internet menggunakan fiber
optik dengan kecepatan 1 Gbps yang dikenal dengan ‘Fibre to the Home’ (FTTH) disediakan
oleh Kansai Electric Power ‘hanya’ dengan $90 per bulan. Tidak heran kalau SMS sudah tidak
populer di negara Anime ini, mayoritas warga menggunakan e-mail untuk komunikasi sehari-
hari, membuat SMS tampak ‘kuno’. Ada juga teknologi unik dan lucu yang hanya ada di
Tokyo, seperti toilet digital, dan parkir digital untuk sepeda yang otomatis menaruh sepeda
anda di bawah tanah, seperti lift untuk sepeda. Sistem transportasi di kota ini juga yang
terbaik di dunia, dengan kereta super cepat disebut juga kereta peluru (bullet train), dan
mesin pemesanan tiket otomatis.

 HONG KONG
Hongkong termasuk ranking tinggi dalam
pemerintahan digital. Saat ini Hong Kong
sedang menguji coba teknologi RFID di
bandara serta rangkaian suplai hasil
pertaniannya. Disini, smart cards telah
digunakan jutaan penduduknya untuk
mendapatkan layanan umum seperti
transportasi, akses perpustakaan, akses gedung, belanja, dan parkir mobil. Tram sebagai
salah satu angkutan terpopuler di Hong Kong menggunakan smart card (kartu pintar) untuk
sistem pembayaran. Internet pun tidak kalah murah dari Seoul dan Tokyo, dengan hanya
$16 anda mendapatkan kecepatan 10 Mbps; untuk kecepatan 100 Mbps anda cukup
membayar $34. Selain itu penetrasi TV kabel di Hong Kong merupakan salah satu yang
tertinggi di dunia dengan mayoritas orang berlangganan TV Kabel dengan harga sangat
murah.
COMPACT CITY

PENGERTIAN

Definisi compact city menurut Burton (2000) dalam tulisannya menekankan pada dimensi
‘kepadatan yang tinggi’. Pendekatan compact city adalah meningkatkan kawasan terbangun dan
kepadatan penduduk pemukiman, mengintensifkan aktivitas ekonomi, sosial dan budaya perkotaan,
memanipulasi ukuran kota, brntuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka
mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan
fungsi-fungsi perkotaan (Jenks, 2000). Ide kota kompak ini pada awalnya adalah sebuah respon
dari pembangunan kota acak (urban sprawl development). Compact city memang muncul sebagai
satu konsep yang menentang pembangunan kotaacak (urban sprawl
development ). Konsep pembangunan sprawl inilah yang dianggap menciptakan pola hidup boros
energi, merusak lingkungan, dan belum humanis. Hal ini menjadikan Compact City dianggap sebagai
satu konsep yang cocokdengan kebutuhan bumi saat ini. Adapun konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) ini muncul akibat 2 alasan yaitu:
1. Konsep kebutuhan (The Concept of Need): sustainability dianggap muncul karena
manusia butuh hidup dari alam yang semakin lama semakin rusak
2. Konsep keterbatasan (The Concept of Limit): sustainability dianggap muncul akibat
keterbatasan yang dimiliki alam mafasilitasi kebutuhan manusia sementara populasi
terus bertambah dan kebutuhan meningkat.
CIRI

Konsep Compact City mempunyai beberapa aspek pendukung utama, yaitu:

1. Mixed Use
Compact City menawarkan banyak fungsi dalam satu kawasan. Hal ini memungkinkan
penduduk tinggal, bekerja, maupun belajar dalam satu wilayah. Konsep ini sering kali disebut
one stop living. Keterjangkauan yang mudah diharapkan mampu mengurangi tingkat
mobilitas penduduk terutama ketergantungan terhadap kendaraan pribadi yang seringkali
melanda kota-kota dengan pembagunan acak (sprawl development). Inilah kenapa Compact
City dianggap mampu mengurangi kemacetan dan meminimalisir emisi karbon yang
dihasilkan.
2. Small Walkable Blocks
Kota dengan blok-blok yang memungkinkan mobilitas penduduk dengan berjalan kaki
sebagaimana tercantum dalam konsep new urbanism memang kerap dijadikan sebagai salah
satu kriteria Compact City . Konsep superblock yang mirip konsep kota kompak hanya saja
berskala lebih kecil juga seringkali diidentikkan dengan pembangunan kota kompak.
3. Mingling of Building Ages and Types
Kepadatan dalam satu kawasan memungkinkan banya jenis dan tipe bangunan dalam
tempat berdekatan sekaligus. Dalam hal ini Compact City tidak seperti fenomena urban
sprawl yang mempunyai zonasi ketat dan cenderung punya keseragaman jenis dan fungsi
bangunan.
4. Dense Consentration of People
Kepadatan sebagai salah satu ciri kota kompak dapat dikatakan merupakan atribut utama
kota kompak yang menjadi pembeda utama kota kompak dan sprawl development sebagai
konsep yang ditentang.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Sebenarnya kota kompak merupakan konsep tradisional bagi negara-negara Eropa yang
sudah diterapkan sejak abad pertengahan (wall cities). Indikasi umumnya yaitu pembangunan yang
intensif, terdapat pemisah antara lahan terbangun dengan non-terbangun seperti benteng yang
diterapkan pada zaman dahulu namun sekarang digunakan green buffer atau sejenisnya, lalu ukuran
kota yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Dibalik kelebihan yang tertera diatas ada beberapa
kelemahan dari kota kompak seperti: upaya pengurangan pergerakan horisontal justru
meningkatkan pergerakan vertikal seperti lift, eskalator yang tidak hemat energi; suhu panas yang
ditimbulkan gedung-gedung tinggi; daya dukung lingkungan yang menampung beban berat akibat
kepadatan dipaksakan.

Dampak Compact Ciy


Kelebihan Kekurangan
1. Pengurangan ketergantungan pada 1. Menambah penggunaan energi
kendaraan pribadi pergerakan vertikal-lift
2. Meminimalisir biaya transport 2. Urban heat / suhu panas yang
3. Penyediaan infrastruktur dan servis ditimbulkan kepadatan
publik yang efisisen 3. Pemusatan kemacetan, polusi, dan
4. Mengurangi biaya pelayanan umum bising perkotaan
5. Komunitas yang aktif melalui hunian 4. Mengancam daya dukung ruang yang
berkepadatan tinggi / pembauran sosial ada
6. Revitalisasi pusat kota 5. Penurunan ketersediaan dan kualitas air
7. Zonasi yang tegas antara permukiman bersih
dan pertanian serta kawasan lindung
8. Mempu mengakomodasi lebih banyak
orang
9. Menghemat lahan, infrastruktur, dan
energi
10. Mengurangi waktu terbuang untuk
perjalanan
11. Membantu konservasi ruang hijau

Kendala penerapan konsep compact city di Indonesia:


1) Pemerintah tidak bisa lepas dari kepentingan politik
2) Banyaknya pembangunan permukiman yang melanggar peraturan tata ruang
3) Pertimbangan habit, behavior, dan culture masyarakat setempat
4) Belum meungkinkan untuk melakukan peremajaan kota
5) Sosialisai kebijakan pemerintah ke masyarakat hasilnya belum optimal
CONTOH COMPACT CITY

Roppongi Hills, Minato, Tokyo

konsep yang dipakai untuk Roppongi Hills adalah menciptakan kawasan yang kompak,
komplit, terintegrasi, dalam ruang vertikal kota yang nikmat dan terjangkau (dalam sebuah kawasan
besar dan acak bernama Tokyo). Didirikan di atas lahan tak lebih dari 12 hektar, Roppongi Hills
memadukan kebutuhan hidup manusia sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Tanpa harus jauh-
jauh beranjak dari sebuah lokasi, mereka bisa melakukannya “all in one easy location”.

Pedestrian, jalan-jalan di taman serta luar bangunan, antarbangunan, dan dalam bangunan
sengaja diciptakan dengan berbagai tema yang tak seragam. Untuk menghadirkan rasa dan
pengalaman yang berbeda itu, kompleks Roppongi Hills ini dibagi dalam 8 tema yang berbeda. Ada
yang menampilkan tipikal jalan dan suasana tradisional tempo dulu di Jepang, namun secara kontras
juga menampilkan kemajuan teknologi yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya. Tampak
sekali kesukaan berjalan orang Jepang bisa tersalurkan di kawasan ini.
MEGACITY

PENGERTIAN

Megalopolitan atau megalopolis; merupakan nama yang diberikan kepada sistem kota yang
bersifat kompleks, merupakan kota besar dan berpenduduk berjuta-juta yang terdiri atas banyak
metropolis (Kamus Tata Ruang, IAP & Cipta Karya, 1997). Hal tersebut ditekankan oleh Larry S.
Bourne (Internal Structure of The City, hal. 15) bahwa: “…the metropolitan areas may extend as
much as hundred miles in all directions beyond the outer limits of the built up or developed urban
area”. Megacity; dicirikan dengan ukuran dan kepadatan yang tinggi, tekanan pelayanan lingkungan
yang besar, tingginya aliran lalu lintas dan kemacetan, luasnya kawasan kumuh, nilai tanah yang
tinggi, beragamnya instansi yang terlibat dalam proses pembangunan, dan kapasitas
pengembangannya tinggi. Kota inti mempunyai besaran lebih dari 10 juta jiwa (The World Bank,
1996). Berikut adalah megacities yang ada di dunia.

Sumber: http://www.demographia.com/db-megacity.pdf

Hal-hal yang mendorong terjadinya megacities adalah pertumbuhan ekonomi,


meningkatnya angka kelahiran, dan migrasi dari desa ke kota. Faktor yang berpengaruh paling besar
adalah migrasi, migrasi ini terjadi karena tertarik dengan kesempatan kerja, standar hidup yang lebih
tinggi, peluang pendidikan, hiburan, budaya, pariwisata, fasilitas medis, dan lainnya. Beberapa
masalah yang dihadapi megacities adalah pertumbuhan penduduk, kemiskinan, masalah
infrastruktur, masalah lingkungan, dan penyakit.

CONTOH KOTA MEGACITIES

TOKYO
Penduduk kota inti Tokyo sembilan juta jiwa. Pengembangan kota inti ke kota-kota satelit sekitarnya
atau yang disebut metropolitan Tokyo dihuni sekitar 35 juta jiwa. Metropolitan Tokyo merupakan
megacity terbesar di dunia. Hitungan jumlah penduduknya berdeda-beda antara satu sumber
dengan sumber lainnya, tergantung darimana sumber batasan geografisnya dilihat.

MUMBAI
Megacity Mumbai merupakan pusat perekonomian dan simbol booming India. Universitas, teater
dan museum juga membuat megacity ini menjadi pusat budaya. Industri film terbesar dunia
Bollywood berkantor pusat di sini. Lebih dari 40 persen penduduk kota ini hidup di bawah garis
kemiskinan. Pada tahun 2015 mendatang, jumlah populasi di kawasan ini diperkirakan naik menjadi
lebih dari 20 juta orang.
KOTA SATELIT/BARU

PENGERTIAN

Kota satelit merupakan suatu daerah memiliki sifat perkotaan dan daerah ini memberi
daya dukung bagi kehidupan kota. Kota satelit terbentuk akibat perkembangan yang terjadi di dalam
inti kota. Menurut F.Schnore, kota satelit merupakan pusat-pusat kecil dibidang industri yang
berfungsi sebagai kota produksi.

Menurut Menurut Gallion 2 (1994: 242) Kota baru yang sengaja dibangun untuk aktivitas
pemerintahan, dirancang sebagai kota mandiri, dengan menyediakan aktivitas (pekerjaan) bagi
penduduknya agar kota baru dapat menjadi tempat bermukim para pendatang (Alonso dalam
Bourne, 1978: 536)

Kategori Kota Baru menurut Fungsinya


1) Kota Baru Penunjang (Supporting New Town), yaitu direncanakan dan dikembangkan
sebagai upaya membantu memecahkan masalah di kota inti (induk) dalam rangka
penyediaan perumahan atau perluasan kota, dengan kriteria sebagai berikut:
 Secara Sosial Dan Ekonomis Masih Tergantung Pada Kota Induknya (75 - 90 %)
 Jarak fisik terhadap kota induk kurang dari 60 Km

Jenis kota baru penunjang:


1. Kota Satelit, permukiman lengkap berskala besar di pinggiran/luar kota induk yang
berfungsi sebagai Dormitory Town (BSD, Citra Raya, Lippo Karawaci, dsb)
2. kota kecil di sekitar kota induk yang ditingkatkan dan dikembangkan yang berfungsi
sebagai penunjang wilayah Metropolitan (Depok, Cibinong, Waru, dsb)
2) Kota Baru Mandiri (Self Sufficient New Town) yaitu direncanakan dan dikembangkan dengan
fungsi khusus sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan potensi wilayah, dengan
kriteria sebagai berikut:
 Secara sosial dan ekonomis dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga
ketergantungan terhadap kota induk relatif kecil (10 - 25 %)
 Jarak terhadap kota induk relatif jauh ( > 60 km) dan dipisahkan oleh kawasan bukan
perkotaan

Jenis kota baru mandiri:


1. Kota Pusat Pemerintahan (Administrative Town), yaitu kota baru yang dibangun sebagai
pusat pemerintahan
2. Kota Perusahaan (Company Town), yaitu kota baru yang dibangun oleh perusahaan-
perusahaan bisnis yang akan menyelenggarakan kegiatan ekonomi bagi komunitasnya,
misal kota pertambangan, kota usaha kehutanan, kota industri
3. Kota Khusus, yaitu kota baru yang dibangun dengan fungsi dan kegiatan tertentu yang
dapat mandiri seperti hankam, riset, pendidikan, rekreasi dsb.
Kota satelit bisa dikatakan sebagai kota baru, namun kota baru belum tentu kota satelit. Berikut
adalah reaksi negatif dari kota baru:
1) Disintegrasi sistem infrastruktur kota
Perencanaan dan pembangunan jaringan PSU yang terpisah-pisah untuk masing-masing
kawasan menyebabkan terjadinya fragmentasi.
2) Lahan Tidur
Lahan-lahan tidur terus berkembang, tidak terkendali, berubah menjadi ruang marjinal
kota, tidak sesuai master plan.
3) Segregasi Sosial, Kota-kota yang berkembang menjalar-jalar (sprawl) dan berserakan
(scattered), Menurunnya Kualitas Lingkungan Kota

CONTOH

GRESIK KOTA BARU

Gresik kotabaru merupakan kawasan terbesar di wilayah gresik yang bisa disebut kota satelit. Kota
ini telah berkembang pesat dengan lebih dari 10.000 rumah, tempat usaha, pusat pendidikan, klinik
kesehatan, dan berbagai fasilitas. Perkembangan kota baru ini diinisiasi oleh berkembangnya
berbagai industri besar di kawasan ini.
Daftar Pustaka

(BKPRN), B. K. (2012, Januari-Februari). Buletin tataruang. GERAKAN KOTA HIJAU.

(2011). Panduan Pelaksanaan PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU (P2KH). Kementrian


Pekerjaan Umum.

Compact City Solusi Kota Berkelanjutan. (t.thn.). Diambil kembali dari academia.edu:
https://www.academia.edu/6978531/Compact_City_Solusi_Kota_Berkelanjutan

Curitiba Kota Terhijau di Dunia. (t.thn.). Dipetik Maret 22, 2015, dari www.greeners.co:
http://www.greeners.co/ide-inovasi/curitiba-kota-terhijau-di-dunia/

Green City. (t.thn.). Dipetik Maret 23, 2015, dari pu.go.id: http://pu.go.id/search?q=green%20city

Smart City. (t.thn.). Dipetik Maret 23, 2015, dari pu.go.id: http://pu.go.id/search?q=smart%20city

Umum, K. P. (t.thn.). Pedoman Penyusunan Reancana Tata Ruang Kawasan Perkotaan. Diambil
kembali dari penataanruang.pu.go.id:
http://penataanruang.pu.go.id/taru/upload/nspk/pedoman/peny_RTRK_perkotaan.pdf

Anda mungkin juga menyukai