Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPEMIMPINAN STRATEGIS

DAN BERFIKIR SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT


“TEORI KEPEMIMPINAN”

KELOMPOK 3:

DANI TIRTAJAYA PRAMANA 1911211016


PANESA ANGGRAILA 1911211040
SISKA MAYENI 1911211044
AZZAH FADHILAH 1911212001

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


dr. ADILLA KASNI ASTIENA, MARS

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan, sehingga kelompok diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Teori Kepemimpinan.” Shalawat serta salam
tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu dr.
Adilla Kasni Astiena, MARS selaku dosen mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem
Kesehatan Masyarakat yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan. Selain itu kami juga sadar
bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat
kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami
terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Padang, 29 Agustus 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Teori Kepemimpinan..................................................................................................3
2.2 Teori Great Man dan Teori Big Bang............................................................................................3
2.3 Teori Sifat atau karakteristik Kepribadian (Trait Theories).......................................................4
2.4 Teori Perilaku (Behavior Theories)................................................................................................6
2.5 Teori Kontingensi............................................................................................................................7
2.6 Teori Situasional..............................................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan
bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi.
Kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap
jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan. Kenyataan dan
gagasan, serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak maklum
adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis
seperti ganti tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah,
kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk dikaji.

Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1)
pendekatan sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2) pendekatan gaya atau
tindakan dalam memimpin, atau style approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau
contingency approach. Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-
cara menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan kesadaran tentang
kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan bermoral.

Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat menarik
untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi. Kepemimpinan itu
esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti
karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman
sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari
pemimpin yang baik (good leader). Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau
berkorban dan peduli untuk orang lain serta bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda.
Bila kita lihat sekarang para pemimpin kita, dari lapisan bawah sampai lapisan tertinggi, dari
pusat hingga ke daerah-daerah. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa mencerminkan sosok

1
pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan
rakyat, tidak peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani
masyarakat. Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih
mengutamakan kepentingan kelompok.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori Great Man dan teori Big Bang?
2. Apa-apa saja teori sifat (karakteristik) kepribadian?
3. Apa-apa saja teori perilaku (Behavior Theories)?
4. Apa yang dimaksud dengan teori kontigensi dan teori situasional?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan Teori Kepemimpinan.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui maksud dari teori Great Man dan teori Big Bang.
2. Mengetahui teori sifat (karakteristik) kepribadian.
3. Diketahuinya teori perilaku (Behavior Theories).
4. Diketahuinya maksud dari teori kontigensi dan teori situasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Kepemimpinan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Teori adalah:

1. Pendapat yg didasarkan pada penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan
argumentasi
2. Penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti,
logika, metodologi, argumentasi

Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam kehidupan manusia. Pemimpin senantiasa
akan muncul sejalan dengan peradaban manusia dari masa ke masa, dimana saja, dalam keadaan
bagaimanapun juga. Sehingga pada akhirnya akan membentuk pola kepemimpinan yang efektif
yang dapat teraplikasikan seiring dengan perkembangan zaman sendiri tanpa menafikan teori-
teori kepemimpinan yang ada.

2.2 Teori Great Man dan Teori Big Bang

Teori yang usianya cukup tua ini menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan bakat atau
bawaan sejak seseorang lahir. Bennis dan Nanus menjelaskan bahwa teori Great Man (orang
besar) berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Dalam teori ini melihat bahwa
kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu yang melalui proses pewarisan memiliki
kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi
sebagai pemimpin. Dengan istilah yang berlainan para pemimpin menurut teori ini berasal dari
keturunan tertentu, dalam negeri kita dikenal dengan keturunan darah biru yang berhak menjadi
pimpinan sedangkan yang lain hanya sebagai golongan yang dipimpin. Maka jika diumpakan
sebuah permisalan ungkapan yang mengatakan “ asalnya raja menjadi raja” jika terkait dengan
teori di atas bahwa anak raja pasti memiliki bakat untuk menjadi raja sebagai pimpinan
rakyatnya.

Bennis dan Nanus juga menyatakan bahwa dalam perkembangannya, teori kepemimpinan
berdasarkan bakat cenderung ditolak dan melahirkan teori Big Bang. Dalam teori ini

3
kepemimpinan yang baru dizamannya itu menyatakan bahwa pada peristiwa besar menciptakan
atau dapat membuat seseorang menjadi pemimpin. Teori ini mengitegrasikan antara situasi dan
pengikut/anggota organisasi sebagai jalan yang dapat menghantarkan seseorang menjadi
pemimpin. Jika di amati peristiwa yang dimaksud pada konteks teori di atas adalah peristiwa-
peristiwa atau kejadiankejadian besar seperti revolusi, kekacauan/kerusakan, pemberontakan,
reformasi dan lainnya. Yang memunculkan seseorang tokoh dapat diambil contoh para pemimpin
Indonesia pasca kemerdekaan dan pemimpin Orde Baru Soeharto muncul sebagai pemimpin
Orde Baru dan masih banyak contoh lainya.

2.3 Teori Sifat atau karakteristik Kepribadian (Trait Theories)

Teori sifat ini menekankan pada faktor genetik, asumsi yang digunakan adalah bahwa
keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh sifatsifat khusus yang dimilikinya yang
melekat sejak lahir. Horner (1997) mengatakan bahwa penelitian tentang kepemimpinan dimulai
oleh Bernard pada tahun 1926 yang menemukan bahwa kepemimpinan dapat dijelaskan oleh
kualitas internal/sifat yang dibawa manusia sejak lahir. Teori ini merupakan sebuah pandangan
yang mengatakan bahwa seseorang dianggap, diposisikan dan dipilih sebagai pemimpin
berdasarkan sifat khusus yang dimiliki oleh individu tersebut. Sifat khusus inilah yang membuat
seorang pemimpin berbeda dengan orang lain. Inti teori sifat ini adalah bahwa pemimpin
dilahirkan bukan dibuat dan bukan rekayasa.

Beberapa pakar perilaku organisasi telah mengemukakan beberapa sifat yang dimiliki individu
yang bisa membuatnya menjadi seorang pemimpin di antaranya McShane (2008) menyebutkan
beberapa sifat khusus yang membuat seseorang menjadi pemimpin adalah drive, motivasi
memimpin, integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, pengetahuan bisnis dan kecerdasan
emosional. Sifat-sifat khusus tersebut dikemukakan pula oleh Robbins (2009) yang berbeda
hanya karena dimasukkannya unsur kejujuran dan exstraversion. Untuk memahami makna dari
sifat-sifat pemimpin tersebut maka berikut penjelasan dari masing-masing sifat tersebut :

1. Drive berarti bahwa seorang pemimpin harus memiliki dorongan kuat dari dalam untuk
selalu melakukan berkarya, berprestasi dan melakukan hal terbaik.

4
2. Motivasi memimpin, seorang pemimpin harus selalu berusaha mendapatkan kekuatan
agar mampu mempengaruhi dan meyakinkan orang lain.
3. Integritas, pemimpin harus memiliki prinsip perkataan sesuai perbuatan.
4. Kepercayaan diri, seorang pemimpin harus yakin bahwa keterampilan dan kemampuan
yang dimilikinya akan membuatnya mampu mengantarkan organisasi pada pencapaian
tujuan.
5. Kecerdasan, seorang pemimpin harus mampu mengumpulkan, menyatukan dan
menafsirkan banyak informasi, juga dapat menciptakan misi, menyelesaikan berbagai
masalah, dan membuat berbagai keputusan dengan tepat.
6. Pengetahuan bisnis, pemimpin harus punya pemahaman yang baik tentang bisnis serta
lingkungan bisnis di mana bisnisnya dijalankan, hal ini perlu agar pemimpin mampu
menetapkan strategi terbaik bagi kesuksesan bisnisnya.
7. Kecerdasan emosi, seorang pemimpin harus selalu mampu mengendalikan diri, tenang
dan memiliki sikap dewasa dalam menghadapi berbagai kondisi.
8. Kejujuran, seorang pemimpin harus berkata dan bertindak apa adanya, berani mengakui
kesalahan serta supportive terhadap setiap keberhasilan. Kejujuran harus selalu
diutamakan dalam hubungan pemimpin dengan bawahan.
9. Exstraversion, seorang pemimpin harus energik, semangat, suka bergaul, tegas.
10. Kreativitas, seorang pemimpin harus kreatif dalam artian selalu memiliki ide-ide yang
bagus agar mampu berbagai situasi yang sulit sekalipun.
11. Fleksibilitas, seorang pemimpin harus fleksibel luwes dan tidak kaku namun tetap harus
memiliki ketegasan.

Selanjutnya Horner (1997) mengatakan bahwa sejak teori sifat terungkap maka mulailah peneliti
lain melakukan penelitian lanjutan, namun tidak ada jawaban yang valid dan jelas mengenai
berbagai sifat yang secara konsisten mampu menggambarkan tipe kepemimpinan yang efektif.
Selain itu teori ini juga tidak mampu menggambarkan hubungan yang jelas antara bawahan dan
atasan serta situasi pekerjaan

5
2.4 Teori Perilaku (Behavior Theories)

Kelemahan teori sifat menjadi dasar munculnya teori perilaku. Teori perilaku memandang
kesuksesan seorang pemimpin dilihat dari apa yang mereka lakukan. Teori ini meyakini bahwa
keefektifan kepemimpinan dalam mencapai tujuan organisasi sangat ditentukan oleh perilaku
atau cara bertindak dari seorang pemimpin.

1. Ohio State University Study

Penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University mengindikasikan bahwa perilaku pimpinan
didasarkan pada dua dimensi yaitu consideration dan initiating structure (Schermerhorn. et.al.
2010). Pemimpin dengan consideration yang tinggi sangat mempertimbangkan rasa
kemanusiaannya. Pemimpin seperti ini biasanya sensitif akan perasaan orang-orang di
sekitarnya, dan selalu mencoba untuk melakukan hal terbaik bagi bawahannya, mendengarkan
keluhan dan pendapat bawahan, memperlakukan bawahan secara adil, dan menunjukkan
perhatian pada kebutuhan bawahan. Sedangkan pemimpin yang memiliki initiating structure
yang tinggi, memberi perhatian pada persyaratan pekerjaan, pengendalian yang ketat atas
agenda-agenda kerja dan memacu karyawan untuk memaksimalkan kapasitas kinerja.

2. Michigan University Study

Studi yang dilakukan Michigan University menemukan dua bentuk perilaku kepemimpinan
yakni perilaku pemimpin yang berorientasi karyawan (employee centered behavior) yakni
menekankan pada hubungan antar pribadi dan pemimpin yang berorientasi tugas (job centered
behavior) menekankan pada aspek teknis dari tugas atau pekerjaan (Certo, 2009).

3. Teori Kepemimpinan Manajerial Grid

Menurut Blake & Mouton (1955) mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan di
dalam manajemen yang disebut dengan gaya manajerial grid. Gaya kepemimpinan ini lebih
menekankan pada pendekatan dua aspek yaitu aspek produksi di satu pihak, dan orang-orang di
pihak lain. Blake dan Mouton menghendaki bagaimana perhatian pemimpin terhadap produksi
dari bawahannya. Model kepemimpinan „manajerial grid‟ menerangkan kepemimpinan yang
berfokus pada dua hal yaitu „concern for people‟ dan „concern for production‟.

Terdapat lima gaya kepemimpinan dalam manajerial grid, di antaranya:

6
a. Impoverished, artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk
menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan
organisasi.
b. Country club, artinya kepemimpinan didasarkan pada hubungan informal antara individu,
keramah-tamahan, dan kegembiraan. Tekanan terletak pada penghargaan kepada
hubungan kemanusiaan secara maksimal.
c. Team, yang berarti keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah
individu yang penuh pengabdian. Penekanan kelompok terletak pada rasa saling
ketergantungan dengan dasar sikap saling percaya dan menghargai antar sesama
kelompok.
d. Task, artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai faktor utama untuk
keberhasilan organisasi. penekanan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.

4. Teori Getzels dan Guba

Getzels dan Guba (1957) mengadakan studi yang menganalisa perilaku pemimpin dalam sistem
sosial. Mereka mengemukakan dua kategori perilaku. Yang pertama ialah perilaku
kepemimpinan yang bergaya normatif dengan dimensi nomotetis yang meliputi usahanya untuk
memenuhi tuntutan organisasi. Dimensi ini mengacu kepada lembaganya yang ditandai dengan
peranan-peranan dan harapan tertentu sesuai dengan tujuan-tujuan organisasi.

Yang kedua ialah perilaku kepemimpinan yang bergaya personal yang disebut dimensi ideografis
yaitu pemimpin mengutamakan kebutuhan dan ekspektasi anggota organisasinya. Dimensi kedua
ini mengacu kepada individu-individu dalam organisasi yang masing-masing dengan kepribadian
dan disposisi kebutuhan tertentu. Dimensi pertama disebut juga dimensi sosiologis, sedangkan
dimensi kedua disebut dimensi psikologis. Sekolah selaku sistem sosial bisa dibayangkan
memiliki kedua dimensi tersebut, yang bisa dianggap berdiri sendiri-sendiri, tetapi dalam situasi
sebenarnya saling mempengaruhi.

2.5 Teori Kontingensi

Kelemahan teori perilaku akhirnya menjadi dasar munculnya teori situasional. Teori situasional
pada dasarnya menjelaskan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung pada situasi yang
dihadapi, hal ini sekaligus berarti bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang cocok

7
untuk berbagai situasi yang berbeda. Horner (1997) mengatakan bahwa teori situasional
dianggap sebagai pendekatan ideal untuk menjelaskan hubungan pemimpin, bawahan dan
situasi.

1. Model Kontingensi Fiedler

Model ini muncul pada tahun 1967 (Luthans, 2005). Model Fiedler‟s menjelaskan gaya
kepemimpinan yang terbaik bergantung pada 3 situasional control yaitu (1) leader-member
relations terkait tingkat kepercayaan dan penghargaan bawahan terhadap pemimpinnya serta
tingkat kesediaan bawahan untuk mengikuti petunjuk dari atasan; (2) Task Structure merujuk
pada kejelasan atau ambiguitas dari prosedur-prosedur kerja; dan (3) Position Power terkait
seberapa besar kekuatan yang dimiliki pemimpin untuk melegitimasi, memberikan reward,
bahkan memaksa para bawahan.

Kombinasi dari tiga variabel kontrol situasi akan berdampak pada gaya kepemimpinan seperti
apa yang paling sesuai. Pertama, seorang supervisor yang berpengalaman dan terlatih dengan
baik yang berada pada suatu perusahaan akan sangat didukung oleh para bawahannya dan
memiliki wewenang penuh untuk merekrut dan memecat bawahannya. Pemimpin ini akan
memiliki control situasi yang tinggi dan akan bekerja pada situasi I,II dan III (tingkat kontrol
situasi pada situasi II, III tentunya akan sedikit lebih rendah daripada situasi I). sebaliknya,
pemimpin yang memiliki control situasi rendah biasanya tidak disukai oleh bawahannya.
Fiedler‟s beranggapan bahwa pemimpin tersebut harus berperilaku directive untuk menjaga
kebersamaan kelompok kerja.

2. Path Goal Theory Robbins

Path Goal Theory merupakan teori kepemimpinan yang menjelaskan bagaimana perilaku
pemimpin yang akan mempengaruhi bagaimana persepsi karyawan tentang harapan (path) antara
usaha yang mereka lakukan dengan tujuan (goals). Robbins (2009) menegaskan bahwa Path
Goal Theory menekankan pada empat perilaku utama dari pemimpin yakni:

a. Supportive Leadership, memberi perhatian pada kebutuhan para bawahan,


memperlihatkan perhatian terhadap kesejahteraan mereka dan menciptakan suasana
bersahabat dalam unit kerja mereka.
b. Directive Leadership, memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan

8
pemimpin dari mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta bawahan untuk

9
mengikuti peraturan-peraturan dan prosedurprosedur, mengatur waktu dan
mengkoordinasi pekerjaan mereka.
c. Partisipative Leadership, melakukan konsultasi dengan para bawahan dan memperhatikan
opini dan pendapat mereka.
e. Achievement oriented leadership, menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mencari
perbaikan dalam kinerja, menekankan kepada keunggulan dalam kinerja dan
memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar tinggi
(Robbins, 2009).

Seperti teori situasional yang lain, path goal theory juga mengatakan bahwa pemimpin akan
sukses jika mereka mampu menyesuaikan perilaku mereka dengan situasi yang mereka hadapi.
Misalnya kepemimpinan direktif akan cocok jika karyawan kurang memiliki pengalaman dan
pengetahuan tentang pekerjaan, serta jika pekerjaan tidak terstruktur dan kompleks.

2.6 Teori Situasional

1. Teori Situasional menurut Reddin

Menurut Reddin dalam wahjosumidjo (1992) dinyatakan ada tiga pola dasar yang dapat
digunakan unuk menetapkan pola perilaku kepemimpinan yang biasa disebut dengan Model
Kepemimpinan Situasional Tiga Dimensi.

Model tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Berorientasi pada tugas (task oriented).

Menurut Reddin, tipe seseorang pemimpin dapat dilihat dari kualitas keinginannya untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan demikian ada seorang pemimpin yang memiliki
keinginan kuat untuk menyelesaikan pekerjaan yang dihadapinya, namun ada pula pemimpin
yang lemah hasratnya untuk menyelesaikan tugas.

2. Berorientasi pada hubungan (relationship oriented).

Reddin juga berpendapat bahwa tipe pemimpin dapat dilihat juga dari kualitas perhatiannya
terhadap hubungan dengan orang lain, baik dalam hubungan dengan atasannya, dengan
koleganya yang setingkat dan terutama dengan bawahannya. Dengan demikian ada pemimpin

1
yang mempunyai hubungan yang erat dengan orang lain, dan ada pula yang hubungannya sangat
bersifat formal.

3. Berorientasi pada efektifitas (effectiveness oriented).

Reddin berpendapat bahwa komponen ketiga, yang menyebabkan seorang pemimpin yang satu
berbeda dengan pemimpin lainnya adalah kemauan untuk memperoleh produktifitas yang tinggi.
Dengan demikian ada seorang pemimpin yang efektif sekali, dan ada pula pemimpin yang
kurang efektif, dan ada pula pemimpin yang tidak efektif sama sekali.

Kubus kepemimpinan menurut W.J. Reddin. Berdasarkan ketiga dasar komponen tersebut
Reddin membagi kepemimpinan menjadi 8 tipe, antara lain.

1. Deserter
Tipe pemimpin yang kurang memperhatikan produksi maupun terhadap orang orang
yang melaksanakannya. Cara kepemimpinannya tidak efektif.
2. Bureaucrat
Tipe pemimpin yang selalu mentaati prosedur dan peraturan perusahaan. Sekali peraturan
ditetapkan, ia akan mematuhinya, terlepas apakah peraturan itu tepat atau tidak. Karena
itu seorang "bureaucrat" akan cocok, kalau peraturan yang dibuat sudah benar. Gaya
kepemimpinannya harus mempunyai efektifitas saja.
3. Missionary
Tipe pemimpin yang hanya berorientasi pada yang melaksanakannya. Gaya
kepemimpinan ini condong pada manusia.
4. Developer
Tipe pemimpin yang memiliki orientasi atas efektifitas dan hubungan baik dengan orang
lain. Gaya kepemimpinannya efektif.
5. Autocrat
Tipe pemimpin yang mempunyai orientasi pada tugas saja sedangkan perhatian terhadap
orang yang melaksanakannya kurang. Gaya kepemimpinannya condong kepada prestasi
atau produksi.
6. Benevolent autocrat
Tipe pemimpin yang memiliki orientasi pada tugas dan efektifitas.
7. Compromiseer

1
Tipe pemimpin yang memiliki orientasi pada tugas dan hubungan baik dengan orang lain.
8. Executive
Tipe pemimpin yang memiliki tiga sifat, yaitu orientasi pada tugas, orientasi pada
hubungan baik dan orientasi efektifitas. Gaya kepemimpinan yang terbaik.

Tolok ukur dari tiga dimensi dar Redin adalah Kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif.

1. Kepemimpinan tidak efektif:


a. Deserter ( pembelot )
b. Autocrat ( Otokrasi )
c. Miiisionary ( pelindung )
d. Compromiser ( Kompromis )

2. Kepemimpinanefektif
a. Bureaucrat ( birocrat )
b. Developer ( pembangun )
c. Benevolent autocrat ( Otokrasi yang lunak)
d. Axecitutive ( eksekutif )

2. Teori Situasional Hersey dan Blanchard

Teori situasional Hersey and Blanchard menjelaskan bahwa keefektifan seorang pemimpin akan
ditentukan oleh tingkat kesiapan dari para pengikut. Tingkat kesiapan yang dimaksudkan dalam
hal ini merujuk pada sejauh mana seseorang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Hersey dan Blanchard (1977) dalam Robbins (2011)
mengembangkan 4 perilaku spesifik yakni :

a. Telling, sangat baik diterapkan bagi bawahan yang memiliki tingkat kesiapan rendah.
Gaya kepemimpinan yang cocok adalah direktif karena pada situasi ini bawahan biasanya
tidak punya kemampuan dan keinginan untuk bertanggung jawab pada suatu pekerjaan
dan dirinya sendiri.
b. Selling, sangat baik diterapkan bagi bawahan yang memiliki tingkat kesiapan rendah dan
menengah. Kepemimpinan yang sesuai adalah directive dan supportive karena pada

1
situasi ini, biasanya bawahan tidak memiliki kemampuan tapi punya keinginan untuk
bertanggung jawab pada pekerjaan.
c. Participating, sangat baik diterapkan bagi para bawahan yang memiliki tingkat kesiapan
menengah dan atas. Kepemimpinan yang cocok adalah supportive karena pada situasi ini,
bawahan mempunyai kemampuan tetapi tidak dibarengi oleh keinginan yang kuat untuk
menyelesaikan pekerjaan.
f. Delegating, sangat baik diterapkan bagi para bawahan yang memiliki tingkat “readiness”
yang tinggi.

3. Model Kepemimpinan Situasional dari Tannenbaum dan Schmidt

Perilaku atau gaya kepemimpinan menurut kontinum dari schmidt memiliki tiga faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam merealisasikan kepemimpinan yang efektif ketiga faktor tersebut
adalah :

1. Kekuatan pemimpin yaitu kondisi dari seorang pemimpin yang mendukung dalam
melaksanakan kepemimpinanya
2. Kekuatan anggota yaitu kondisi yang pada umumnya yang melaksanakan kepemimpinan
seorang pemimpin bertanggung jawab dalam bekerja.
3. Kekuatan situasi yaitu situasi dalam interaksi antara pemimpin dengan anggota organisasi
sebagai bawahan seperti suasana organisasi secara keseluruhan termasuk budaya
orgaisasi dan tekanan waktu dalam bekerja.

1
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori kepemimpinan membicarakan mengenai bagaimana seseorang menjadi pemimpin,


atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin, dan teori tentang kepemimpinan itu diantaranya
adalah teori Great Man dan teori Big Bang, teori sifat (karakteristik) kepribadian, teori perilaku
(Behavior Theories), dan teori kontigensi dan teori situasional.

Tipe kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor pendidikan, pengalaman, usia,
karakter tabiat atau sifat yang ada pada diri pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk
menguasai setiap situasi apabila menjadi pemimpin cenderung akan bersifat otoriter.

3.2 Saran
Dengan mempelajari ini, kita dapat lebih mengetahui apa saja mengenai tentang-tengtang
teori kepemimpinan, bagaimana konsep kepemimpinan, dan bagaimana penerapanya dalam
sebuah studi kasus.
Sebagai para generasi bangsa, hendaknya kita lebih memahami apa arti sebuah
kepemimpinan, dan bagaimana konsep kepemimpinan tersebut. Oleh karena itu, alangkah
baiknya sedari kini mengetahui konsep dasar tentang kepemimpinan tersebut.

1
DAFTAR PUSTAKA

Eddy, Suwardi. 1982. Aspek-aspek Kepemimpinan. Bandung : Penerbit Alumni

Kurniatun, Taufani C. dan Asep Suryana. 2016. Materi Pokok (BMP) MPDR5301
Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Dasar. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Mustiningsih. 2013. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Negeri Malang.

Pradiansyah, A., 2010. Your Are A Leader : Menjadi Pemimpin dengan Memanfaatkan Potensi
Terbesar yang Anda Miliki : Kekuatan Memilih!. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Wirawan, 2003. Teori Kepemimpinan Pengantar Untuk Praktek dan Penelitian. Jakarta:
Yayasan Bangun Indonesia dan Uhamka Press.

Anda mungkin juga menyukai