240
ATAVISME,
Vol.
17,
No.
2,
Edisi
Desember
2014:
240—253
dengan
karakteristik
yang
khas.
Sama-‐ karena
itu,
masalah
yang
menjadi
fokus
wa,
sebagai
kelompok
etnis
yang
berdi-‐ penelitian
ini
adalah
bagaimana
struktur
am
di
wilayah
barat
Pulau
Sumbawa,
naratif
cerita
rakyat,
khususnya
yang
mempunyai
bahasa
dan
peradaban
sen-‐ berasal
dari
Sumbawa.
Penelitian
yang
diri
yang
hidup
sampai
sekarang
berkaitan
dengan
cerita
rakyat
Sumba-‐
(Suyasa,
2003:23).
wa
pernah
dilakukan
oleh
I
Nengah
Dalam
hal
kesastraan,
periode
awal
Kayun,
et
al.
(1987)
yang
berupa
doku-‐
kesastraan
Samawa,
nama
asli
Sumba-‐ mentasi
cerita
rakyat
daerah
Nusa
Teng-‐
wa,
dimulai
dengan
tradisi
lisan.
Kesas-‐ gara
Barat.
Nafron
Hasjim,
et
al.
(1963),
traan
permulaan
Samawa
ini
melukiskan
melakukan
penelitian
tema,
amanat,
dan
kecintaan
pada
alam
dan
manusia
serta
nilai
budaya
sastra
daerah
Nusa
Tengga-‐
menekankan
norma
perilaku-‐perilaku
ra
Barat,
dengan
mengambil
objek
cerita
kesetiaan
kepada
raja,
kealiman
anak,
rakyat.
Kajian
ini
bertujuan
mengkaji
hormat
kepada
guru
atau
yang
lebih
tua,
struktur
naratif
cerita
rakyat
Sumbawa
persahabatan
yang
tulus,
serta
kesucian
Barat
untuk
melihat
perbedaannya
de-‐
wanita.
Masyarakat
tradisional
Samawa
ngan
struktur
naratif
yang
diungkapkan
menulis
karya
sastranya
di
atas
daun
oleh
Vladimir
Propp.
lontar
yang
telah
dikeringkan,
disebut
bumung
(Raba,
2003:99—100).
Salah
sa-‐ TEORI
tu
wujud
sastra
yang
masih
hidup
di
Sa-‐ Untuk
menemukan
struktur
naratif
ceri-‐
mawa,
khususnya,
wilayah
Sumbawa
ta
rakyat
Sumbawa
Barat
digunakan
teo-‐
Barat
adalah
cerita
rakyat.
Kehidupan
ri
struktur
naratif
Vladimir
Propp.
Propp
sastra
lisan,
yang
salah
satunya
berwu-‐ meneliti
seratus
dongeng
Rusia
yang
di-‐
jud
cerita
rakyat,
akan
selalu
mengalami
sebutnya
sebagai
folktale.
Untuk
mem-‐
perubahan
sesuai
dengan
dinamika
mas-‐ bandingkan
dongeng-‐dongeng
tersebut
yarakat
pemiliknya.
Ada
sebagian
sastra
Propp
memisahkannya
dalam
kompo-‐
lisan
di
Indonesia
yang
telah
hilang
ka-‐ nen-‐komponen
cerita.
Hasilnya
berupa
rena
tidak
sempat
didokumentasikan,
morfologi,
yaitu
bentuk
cerita
berdasar-‐
padahal
wacana
lisan
memuat
sistem
kan
klasifikasi
komponen-‐komponen
kognitif
masyarakat,
sumber
identitas,
dan
hubungan
di
antara
komponen-‐
sarana
ekspresi,
sistem
religi,
keperca-‐ komponen
tersebut
dalam
keseluruhan
yaan,
pembentukan
dan
peneguhan
cerita.
adat-‐istiadat
dan
sejarah,
hukum,
peng-‐ Pada
dasarnya,
sebuah
cerita
memi-‐
obatan,
dan
kearifan
lokal
dalam
komu-‐ liki
konstruksi
yang
terdiri
atas
unsur
nitas,
serta
lingkungannya
(Sibarani,
pelaku,
perbuatan,
dan
penderita.
Unsur-‐
2012:6—7).
Cerita
rakyat,
menurut
unsur
tersebut
dikelompokkan
menjadi
Danandjaja
(2007:5)
merupakan
salah
dua
bagian,
yaitu
unsur
yang
tetap
dan
satu
genre
folklor.
Cerita
rakyat
digo-‐ unsur
yang
berubah.
Unsur
yang
tetap
longkan
dalam
folklor
lisan.
Folklor
lisan
berwujud
tindakan
atau
perbuatan,
se-‐
merupakan
folklor
yang
bentuknya
mur-‐ mentara
unsur
yang
berubah
adalah
pe-‐
ni
lisan
dan
disampaikan
secara
lisan
laku
dan
penderita.
Unsur
yang
terpen-‐
(Danandjaja,
2007:21).
Ragam
lisan
me-‐ ting
adalah
unsur
tetap
(Propp,
1979:
miliki
kecenderungan
untuk
cepat
hilang
19—24).
dan
berubah
seiring
dengan
perubahan
Dari
hasil
penelitiannya
terhadap
komunitas
pemiliknya.
Berubah
dan
hi-‐ seratus
dongeng
Rusia,
Propp
menyim-‐
langnya
suatu
ragam
sastra
lisan
adalah
pulkan
sebagai
berikut:
(1)
fungsi
ada-‐
berarti
punahnya
atau
berubahnya
keka-‐ lah
unsur
yang
mantap
dan
tidak
ber-‐
yaan
yang
terkandung
di
dalamnya.
Oleh
ubah
dalam
dongeng;
(2)
jumlah
fungsi
241
Struktur
Naratif
Cerita
Rakyat
…
(Nining
Nur
Alaini)
242
ATAVISME,
Vol.
17,
No.
2,
Edisi
Desember
2014:
240—253
243
Struktur
Naratif
Cerita
Rakyat
…
(Nining
Nur
Alaini)
(C↑),
reaksi
pahlawan
(E),
dan
tun-‐ an
(Rs),
dan
sebagainya.
Tipe
tutan
yang
tidak
berdasar
(L).
perkembangan
jenis
fungsi-‐fungsi
dise-‐
but
sebagai
satu
pergerakan
(Xod).
Se-‐
Fungsi-‐fungsi
ketiadaan/ketidakha-‐ tiap
satu
tindakan
kejahatan,
setiap
satu
diran
(β),
pelanggaran
(δ),
penipuan
(η),
kekurangan
menciptakan
satu
pergerak-‐
dan
keterlibatan
(θ),
sulit
ditafsir
ke
da-‐ an
baru.
Satu
pergerakan
dapat
secara
lam
tujuh
lingkungan
tindakan.
Melalui
langsung
mengikuti
pergerakan
yang
tujuh
lingkungan,
frekuensi
kemunculan
lain,
tetapi
dapat
pula
saling
menjatuh-‐
pelaku
dapat
dideteksi
dan
cara
bagai-‐ kan
satu
sama
lain.
Satu
pergerakan
te-‐
mana
watak
pelaku
diperkenalkan
dapat
lah
dimulai,
dapat
saja
tiba-‐tiba
berhenti,
diketahui.
kemudian
digantikan
dengan
pergerak-‐
Secara
morfologis
suatu
cerita
di-‐ an
yang
baru.
Sebuah
cerita
dimung-‐
tandai
oleh
satu
pergerakan
yang
dapat
kinkan
mengandung
beberapa
pergerak-‐
diawali
dari
tindakan
kejahatan
(A)
atau
an,
oleh
sebab
itu,
harus
diketahui
de-‐
kekurangan
(a)
setelah
melalui
fungsi-‐ ngan
pasti
jumlah
pergerakan
di
dalam
fungsi
perantara
(B)
hingga
ke
fungsi
cerita
yang
ditelitinya.
Propp
mengata-‐
pernikahan
(W),
atau
bisa
juga
fungsi-‐ kan,
meskipun
satu
cerita
dapat
didefi-‐
fungsi
lain
yang
dapat
bertugas
sebagai
nisikan
sebagai
suatu
pergerakan,
tetapi
penyelesaian.
Fungsi-‐fungsi
yang
bertu-‐ bukan
berarti
jumlah
pergerakan
selalu
gas
sebagai
penyelesaian
antara
lain
sama
dalam
suatu
cerita
(Propp,
adalah
penerimaan
alat
sakti
(F),
per-‐ 1972:92—96).
olehan
atau
penghapusan
penderitaan/
Pergerakan
cerita
dapat
diskema-‐
kekurangan
terpenuhi
(K),
penyelamat-‐ kan
sebagai
berikut.
1.
Satu
pergerakan
secara
langsung
diikuti
dengan
pergerakan
lain.
I.
A
III.
A
W2
2.
Satu
pergerakan
baru
dimulai,
sebelum
berakhir
telah
muncul
pergerakan
baru.
Pergerakan
baru
itu
selesai
kemudian
pergerakan
yang
satunya
pun
ikut
selesai.
I.
A
G
...................................
K
W
II.
a
K
3.
Satu
episode
(bagian)
cerita
dikendalikan
oleh
dua
pergerakan,
dan
dapat
dihentikan
sejenak.
Dalam
hal
ini
dihasilkan
skema
yang
agak
rumit.
I
...................................
...................................
E
...................................
III
4.
Sebuah
cerita
mungkin
berawal
dengan
dua
kejahatan
yang
serentak.
Kejahatan
pertama
mungkin
diselesaikan
terlebih
dahulu
sebelum
pergerakan
kedua.
Apabila
pahlawan
dibunuh
dan
alat
sakti
dicuri
oleh
penjahat,
maka
pembunuhan
itu
diselesaikan
lebih
dahulu,
baru
kemudian
pencurian
diselesaikan.
A2
I
K9
II
K1
...................................
244
ATAVISME,
Vol.
17,
No.
2,
Edisi
Desember
2014:
240—253
5.
Dua
pergerakan
mungkin
diakhiri
dengan
tindakan
yang
sama.
...................................
I
II
6.
Kadangkala
sebuah
cerita
mempunyai
dua
pahlawan
pencari
(cerita
no.
155).
Dua
pahlawan
tersebut
berpisah
di
tengah
pergerakan
yang
pertama.
Biasanya
kedua
pahlawan
itu
berpisah
di
persimpangan
jalan.
Persimpangan
jalan
ini
digunakan
sebagai
unsur
pemecahan
masalah.
Perpisahan
di
persimpangan
jalan
ditandai
dengan
lambang
(<).
Sewaktu
berpisah
pahlawan-‐pahlawan
itu
saling
memberi
tanda
(
seperti
:
saputangan,
cermin,
cincin,
dan
lain-‐lain).
Perpindahan
syarat
atau
tanda-‐tanda
ini
diberi
lambang
(Y).
...................................
II
I
<Y
...................................
III
METODE
mewawancarai
pihak-‐pihak
yang
dijadi-‐
Objek
kajian
ini
adalah
cerita
rakyat
kan
sumber
data.
Selain
data
primer
Sumbawa
Barat.
Data
cerita
rakyat
di-‐ yang
diperoleh
dengan
cara
wawancara
kumpulkan
di
wilayah-‐wilayah
Tongo,
secara
langsung,
juga
dimanfaatkan
data
Goa,
Jereweh,
Labuhan
Lalar,
Kuang,
yang
berupa
rekaman
maupun
data-‐data
Kertasari,
Arab,
dan
Meraran,
serta
wila-‐ pustaka.
yah-‐wilayah
transmigran
Sasak
dan
Bali
Pengumpulan
data
dilakukan
de-‐
di
kabupaten/kecamatan
Jereweh/Se-‐ ngan
cara
perekaman,
pencatatan,
dan
kongkang.
pemotretan.
Wawancara
dilakukan
un-‐
Data-‐data
yang
berupa
cerita
rakyat
tuk
mendapatkan
data
dari
informan.
yang
dianalisis
dalam
kajian
ini
adalah
Data
rekaman
ditranskripsikan
atau
di-‐
“Bangka
Bela”
(Ai
Suning,
Kecamatan
Se-‐ pindahkan
dari
bentuk
rekaman
ke
ben-‐
teluk),
“Siput
dan
Rusa”
(Ai
Suning,
Ke-‐ tuk
tulisan.
Kegiatan
pentranskripsian
camatan
Seteluk),
“Jompong
Suar”
(Mu-‐ dilakukan
segera
setelah
perekaman
da-‐
ra,
Kecamatan
Taliwang),
“Lalu
Lepang
ta
untuk
memperkecil
kemungkinan
sa-‐
Kuning”
(Mura,
Kecamatan
Taliwang),
lah
dengar.
Karya
sastra
yang
telah
di-‐
“Pangantan
No
Rere”
(Kecamatan
Jere-‐ transkripsi
diterjemahkan
dalam
bahasa
weh),
“Palio
Manjeng”
(Desa
Beru,
Keca-‐ Indonesia
untuk
memudahkan
pema-‐
matan
Jereweh),
“Liang
Serunga”
(Keca-‐ haman
pembaca.
Penerjemahan
dilaku-‐
matan
Jereweh),
“Mencari
Pemimpin
Je-‐ kan
secara
terikat
agar
tidak
mengubah
reweh”
(Kecamatan
Jereweh),
dan
“Batu
struktur
asli
karya.
Data-‐data
yang
telah
Plantolan”
(Kecamatan
Jereweh).
ditranskripsi
dan
diterjemahkan,
kemu-‐
Data
dikumpulkan
dari
lapangan
dian
dikaji
untuk
menemukan
struktur
dengan
cara
mendatangi
lokasi
dan
naratifnya.
245
Struktur
Naratif
Cerita
Rakyat
…
(Nining
Nur
Alaini)
246
ATAVISME,
Vol.
17,
No.
2,
Edisi
Desember
2014:
240—253
Dalam
cerita
“Bangka
Bela”
fungsi
ini
maksud
untuk
membunuhnya,
agar
sa-‐
muncul
dengan
kepergian
Tuan
Romoe
lah
satu
dari
mereka
dapat
merebut
Lalu
mencari
tempat
tinggal
yang
baru
ka-‐ Lepang
Kuning,
“Dengan
segala
tipu
da-‐
rena
daerah
asal
mereka
yang
lama
ke-‐ ya,
diajaklah
adiknya
yang
sedang
hamil
adaannya
sudah
tidak
tentram
dan
se-‐ tua
itu
bermain-‐main
di
laut
dengan
me-‐
ring
dilanda
bencana.
Bentuk
ini
pula
nggunakan
perahu.
Sesampainya
di
laut
yang
muncul
dalam
cerita
“Pangantan
dibuanglah
adiknya
itu
ke
dalam
laut.
Se-‐
No
Rere”
dan
“Mencari
Pemimpin
Jere-‐ telah
itu
mereka
meninggalkan
adiknya
weh”.
itu
dan
membiarkannya
terkatung-‐ka-‐
Bentuk
pemergian
yang
lebih
berat,
tung
dihempas
gelombang.”
yang
digambarkan
melalui
kematian
su-‐
ami
(β2)
muncul
dalam
cerita
“Batu
Fungsi
VII:
Mangsa
terpedaya
dan
de-‐
Plantalon”,
“Menjelang
musim
panen
ti-‐ ngan
demikian
tanpa
pengetahuan-‐
ba
sang
suami
menderita
sakit
yang
pa-‐ nya
membantu
musuhnya
(definisi:
rah
sampai
akhirnya
sang
suami
me-‐ muslihat,
lambang
o).
ninggal
dunia.”
Fungsi
ini
dalam
cerita
“Lalu
Lepang
Kuning”
diungkapkan
dengan
kesediaan
Fungsi
II:
Larangan
yang
diberlaku-‐ putri
bungsu
memenuhi
ajakan
kakak-‐
kan
untuk
pahlawan
(definisi:
larang-‐ kakaknya
untuk
bermain-‐main
di
laut
an,
lambang
γ )
dengan
menggunakan
perahu,
tanpa
me-‐
Fungsi
larangan
yang
muncul
dalam
ce-‐ nyadari
niat
buruk
saudara-‐saudaranya
rita
rakyat
Sumbawa
Barat
ini
adalah
tersebut.
bentuk
γ2,
yaitu
satu
bentuk
larangan
yang
digambarkan
melalui
perintah
atau
Fungsi
VIII:
Penjahat
menyebabkan
nasihat.
Dalam
cerita
“Jompong
Suar”,
la-‐ kesusahan
atau
melukai
salah
se-‐
rangan
tersebut
tampak
seperti
pada
ku-‐ orang
anggota
keluarga
(definisi:
ke-‐
tipan
berikut.
jahatan,
lambang
A).
Fungsi
VIII
yang
muncul
dalam
cerita
“Dalam
berbagai
kesulitan
itu,
Jompong
rakyat
Sumbawa
Barat
adalah
tipe
(A7),
Suar
tiada
berputus
asa.
Teringat
selalu
yaitu
penjahat
membuang
pahlawan
ke
pesan
ayahnya
bahwa
di
balik
kesulitan
dalam
laut
dan
tipe
(A1)
yang
muncul
akan
datang
kemuahan.
Kalimat
ini
dalam
cerita
“Jompong
Suar”.
Dalam
ce-‐
membuat
jiwanya
semakin
hidup,
tu-‐ rita
ini
dikisahkan
bahwa
kerajaan
Sadi-‐
lang
belulangnya
semakin
kokoh
dan
wangi
sedang
dilanda
duka
karena
hi-‐
langkahnya
kian
mantap.”
(Cerita
Rak-‐
langnya
putri
bungsu
baginda
yang
ber-‐
yat
Sumbawa,
2002:
23).
nama
Mandang
Wulan
dari
istana,
“Seki-‐
tar
setahun
lalu
putri
bungsu
baginda
Fungsi
VI:
Penjahat
mencoba
memper-‐
yang
bernama
Mandang
Wulan
hilang
daya
mangsanya
dengan
tujuan
untuk
dari
istana.
Tidak
diketahui
kemana
per-‐
memilikinya
atau
memiliki
kepunya-‐
ginya.
Apakah
dilarikan
orang
ataukah
annya
(definisi:
muslihat,
lambang
η )
telah
tewas
tiada
seorang
pun
yang
ta-‐
Fungsi
VI
yang
muncul
dalam
cerita
rak-‐
hu.”
yat
“Lalu
Lepang
Kuning”,
adalah
pen-‐
Sedangkan
tipe
(A7)
muncul
dalam
jahat
menggunakan
bujuk
rayu
dan
tipu
cerita
“Lalu
Lepang
Kuning”,
“Sesampai-‐
muslihat
(η1).
Dalam
cerita
“Lalu
Lepang
nya
di
tengah
laut
dibuanglah
adiknya
Kuning”,
bujuk
rayu
ini
dilakukan
oleh
itu
ke
dalam
laut.
Setelah
itu
mereka
me-‐
enam
gadis
yang
membujuk
adik
bung-‐ ninggalkan
adiknya
itu
dan
sunya
untuk
bermain-‐main
di
laut
de-‐
ngan
menggunakan
perahu
dengan
247
Struktur
Naratif
Cerita
Rakyat
…
(Nining
Nur
Alaini)
248
ATAVISME,
Vol.
17,
No.
2,
Edisi
Desember
2014:
240—253
dan
penjahat
tersebut
tidak
terjadi
seca-‐ Di
tengah
perjalanan,
barulah
Jompong
ra
langsung.
Pemanfaatan
alat
sakti
juga
Suar
mengetahui
bahwa
Putri
Mandang
buka
oleh
pahlawan,
tetapi
oleh
putri
Wulan
adalah
putri
Raja
Buntar
Buana.
yang
diselamatkan
oleh
pahlawan
ka-‐ Bersegeralah
mereka
menuju
ke
istana
rena
putri
inilah
yang
mengetahui
fungsi
raja
Buntar
Buana.
Dalam
cerita
“Lalu
dan
cara
menggunakan
alat
tersebut,
Lepang
Kuning”,
fungsi
ini
dimunculkan
“Kanda
berikan
bambu
itu
kepada
dinda,
melalui
kisah
Lalu
Lepang
Kuning
dan
is-‐
agaknya
kita
dalam
bahaya”,
ucapnya.
trinya.
Setelah
menyelamatkan
istrinya
dari
pulau
terpencil
tersebut,
Lalu
Fungsi
XVIII:
Penjahat
dikalahkan
Lepang
Kuning
segera
memerintahkan
(definisi:
kemenangan,
lambang
I)
nakhoda
dan
seluruh
awak
perahu
un-‐
Setelah
melalui
beberapa
perlawanan,
tuk
mengangkat
sauh,
mengembangkan
Putri
Mandang
Wulan
dengan
sekuat
te-‐ layar
untuk
melanjutkan
perjalanan.
naga
meniup
kuncup
ketiga
dan
keem-‐ Akhirnya,
setelah
dua
hari
dua
malam
pat
pohon
bambu
perak,
yaitu
kuncup
dalam
perjalanan,
sampailah
mereka
ke
api
dan
kuncup
tanah,
secara
bersama-‐ kampung
halamannya.
an.
Dari
kuncup
tersebut
bersemburan
api
yang
dapat
melalap
raksasa
yang
ga-‐ Fungsi
XXXI:
Pahlawan
menikah
dan
lak
dan
jahat
tersebut
sehingga
meng-‐ naik
tahta
(definisi:
pernikahan,
lam-‐
hanguskan
sayap
dan
seluruh
tubuhnya.
bang
W)
Petir
menggelegar
terdengar
dari
mulut
Berita
kembalinya
Jompong
Suar
dan
sang
raksasa.
Tanah
tempatnya
berdiri
Putri
Mandang
Wulan
yang
menghilang
terbelah
dan
membenamkan
tubuhnya
lebih
dari
setahun
segera
tersebar
ke
se-‐
hingga
batas
perutnya.
Kendati
pun
rak-‐ luruh
pelosok
kerajaan.
Raja
Buntar
sasa
yang
kuat
itu
berusaha
melepaskan
Buana
dan
seluruh
penghuni
istana
serta
diri
tetapi
jepitan
tanah
itu
seolah-‐olah
seluruh
rakyat
kerajaan
sangat
bersuka
semakin
kuat
saja
menjepitnya.
Tulang
cita.
Jompong
Suar
yang
dihukumnya
te-‐
belulangnya
remuk
dan
seluruh
daging
lah
berhasil
melaksanakan
hukuman
de-‐
di
tubuhnya
telah
hangus
terbakar,
dan
ngan
penuh
tanggung
jawab.
Bukan
saja
akhirnya
sang
raksasa
yang
ganas
itu
re-‐ bambu
yang
dibawanya
pulang,
tetapi
bah
ke
bumi,
tiada
bangun
lagi.
Putri
Mandang
Wulan
telah
pula
ditemu-‐
kannya.
Seluruh
rakyat
mengelu-‐elukan
Fungsi
XIX:
Kemalangan
atau
keku-‐ Baginda
Raja.
Jompong
Suar
dianugerahi
rangan
awal
dapat
diatasi
(definisi:
gelar
Pangeran
dan
dikawinkan
dengan
kekurangan
terpenuhi,
lambang
K)
Putri
Mandang
Wulan,
dan
akhirnya
me-‐
Tewasnya
raksasa
yang
menculik
putri
reka
hidup
bahagia.
Dalam
cerita
“Lalu
Mandang
Wulan
telah
membebaskan
Lepang
Kuning”,
tidak
ada
peristiwa
per-‐
Putri
Mandang
Wulan
dari
tawanannya,
nikahan
dan
naik
takhta,
karena
kedua
sekaligus
membebaskan
Jompong
Suar
tokoh
adalah
suami
istri,
dan
sang
istri
dari
hukuman
raja
karena
ia
telah
berha-‐ bukanlah
anak
raja.
Akhir
cerita
ditandai
sil
memenuhi
perintah
sang
raja
untuk
dengan
permohonan
maaf
keenam
sau-‐
mencari
sebatang
bambu
yang
berba-‐ dara
istri
Lalu
Lepang
Kuning.
Mereka
tang
perak,
berdaun
emas,
dan
berbuah
semua
akhirnya
hidup
bahagia.
Kebaha-‐
intan.
giaan
tersebut
makin
lengkap
setelah
Lalu
Lepang
Kuning
dikaruniai
seorang
Fungsi
XX:
Pahlawan
pulang
(definisi:
anak
yang
gagah
dan
tampan.
kepulangan,
lambang
↓ )
249
Struktur
Naratif
Cerita
Rakyat
…
(Nining
Nur
Alaini)
250
ATAVISME,
Vol.
17,
No.
2,
Edisi
Desember
2014:
240—253
251
Struktur
Naratif
Cerita
Rakyat
…
(Nining
Nur
Alaini)
dan
(5)
Lingkungan
tindakan
pahlawan
tindakan
seorang
ratu
dan
lingkungan
(hero),
meliputi
pahlawan
sepakat
untuk
tindakan
penolong.
mengadakan
tindakan
balasan
(C),
ke-‐
berangkatan
(↑),
reaksi
pahlawan
(E),
Skema
Pergerakan
Cerita
Rakyat
pahlawan
menerima
alat
sakti
(F),
pah-‐ Sumbawa
Barat
lawan
pulang
(↓),
kekurangan
awal
da-‐ Berdasarkan
urutan
fungsi
dan
bentuk
pat
diatasi
(K)
dan
pernikahan
(W).
kerangkanya,
cerita
rakyat
Sumbawa
Ba-‐
Fungsi
keberangkatan
(↑)
mencirikan
rat
terdiri
atas
satu
jalan
cerita
dengan
pahlawan
pencari.
Dari
distribusi
urutan
empat
pergerakan
yang
saling
berkaitan.
fungsi
pelaku
ke
dalam
tujuh
tindakan
di
Adapun
bentuk
skema
pergerakan
cerita
atas,
terdapat
dua
lingkungan
tindakan
rakyat
Sumbawa
Barat
adalah
sebagai
yang
tidak
ditemukan
dalam
cerita
berikut.
rakyat
Sumbawa
Barat,
yaitu
lingkungan
I.
ß
γ
II.
η
A
III.
B
H
IV.
I
W
Keterangan
I.
ß
γ
merupakan
pergerakan
kesatu,
yang
diawali
dengan
fungsi
sa-‐
lah
seorang
anggota
keluarga
yang
lebih
tua
pergi
dari
rumah,
sampai
dengan
fungsi
larangan
yang
diberlakukan
untuk
pah-‐
lawan.
II.
η
A
merupakan
pergerakan
kedua
yang
diawali
dengan
fungsi
pen-‐
jahat
menipu
korbannya
dengan
tujuan
dapat
memiliki
dirinya
atau
kepunyaannya,
sampai
dengan
fungsi
penjahat
menyebab-‐
kan
timbulnya
kesusahan
atau
melukai
salah
seorang
anggota
keluarga.
III.
B
H
merupakan
pergerakan
ketiga
yang
diawali
dengan
fungsi
ke-‐
tidakberuntungan
atau
kekurangan
membuat
pahlawan
dikenal,
pahlawan
diminta
atau
diperintah,
diizinkan
untuk
pergi
atau
menjadi
utusan
sampai
dengan
fungsi
pahlawan
dan
penjahat
terlibat
dalam
perkelahian
langsung.
IV.I
W
merupakan
pergerakan
keempat
yang
diawali
dengan
fungsi
penjahat
dikalahkan,
dan
diakhiri
dengan
fungsi
pahlawan
menikah
dan
naik
takhta.
SIMPULAN
(3)
penjahat
menggunakan
bujuk
rayu
Kajian
terhadap
cerita
rakyat
Sumbawa
dan
tipu
muslihat
untuk
memperdaya
Barat
menghasilkan
kesimpulan
sebagai
mangsanya
dengan
tujuan
untuk
memi-‐
berikut.
Jumlah
fungsi
pelaku
dalam
ce-‐ likinya
atau
memiliki
kepunyaannya
rita
rakyat
Sumbawa
terdiri
atas
14
(ŋ1);
(4)
pahlawan
bertindak
balas
ter-‐
fungsi
pelaku,
yaitu
(1)
pemergian
sau-‐ hadap
bujuk
rayu
dan
muslihat
lawan-‐
dara
yang
lebih
tua
(β1);
(2)
satu
bentuk
nya
(θ1);
(5)
kejahatan
(A);
(6)
ke-‐
larangan
atau
perintah
yang
digambar-‐ tidakberuntungan
membuat
pahlawan
kan
melalui
perintah
atau
nasihat
(γ2);
dikenal:
pahlawan
diminta
atau
252
ATAVISME,
Vol.
17,
No.
2,
Edisi
Desember
2014:
240—253
diperintah,
diizinkan
untuk
pergi
atau
Hasjim,
Nafron,
et
al.
1993.
Sastra
Dae-‐
menjadi
utusan
(B);
(7)
pahlawan
setuju
rah
di
Nusa
Tenggara
Barat:
Analisis
untuk
melakukan
tindak
balas
(C);
(8)
Tema,
Amanat,
dan
Nilai
Budaya.
Ja-‐
Pahlawan
pergi
meninggalkan
rumah
karta:
Pusat
Pembinaan
dan
Pe-‐
(↑);
(9)
pahlawan
menerima
alat
sakti
ngembangan
Bahasa,
Departemen
(F);
(10)
pahlawan
dan
penjahat
terlibat
Pendidikan
dan
Kebudayaan
dalam
perkelahian
(H);
(11)
penjahat
di-‐ Kayun,
I
Nengah,
et
al.
1987.
Cerita
Rak-‐
kalahkan
(I);
(12)
kemalangan
awal
da-‐ yat
Nusa
Tenggara
Barat.
Jakarta:
pat
diatasi
(
K);
(13)
pahlawan
pulang
Departemen
Pendidikan
dan
Kebu-‐
(↓);
dan
(14)
pahlawan
menikah
dan
dayaan.
naik
takhta
(W).
Propp,
Vladimir.
1979.
Morphology
of
the
Keempat
belas
fungsi
pelaku
ter-‐ Folktale.
Austin
and
London:
Uni-‐
sebut
dapat
didistribusikan
ke
dalam
li-‐ versity
of
Texas
Press.
ma
lingkungan
tindakan,
yaitu
(1)
ling-‐ Raba,
Manggaukang.
2003.
Fakta-‐Fakta
kungan
tindakan
penjahat
(villain);
(2)
tentang
Samawa.
Sumbawa
Besar:
lingkungan
tindakan
donor
atau
pem-‐ KASA
Indonesia
dan
Pemerintah
beri
(provider);
(3)
lingkungan
tindakan
Kabupaten
Sumbawa.
seorang
putri
raja
(princes)
dan
ayahnya;
Sibarani,
Robert.
2012.
Kearifan
Lokal
(4)
lingkungan
tindakan
perantara
atau
Hakikat,
Peran,
dan
Metode
Tradisi
pemberangkat
(dispatcher);
dan
(5)
ling-‐ Lisan.
Jakarta:
Asosiasi
Tradisi
kungan
tindakan
pahlawan
(hero).
Lisan.
Suyasa,
I
Made.
2003.
”Wawacan
Seni
Belawas
dalam
Masyarakat
Etnis
DAFTAR
PUSTAKA
Samawa”.
(Tesis).
Denpasar:
Prog-‐
ram
Magister
Universitas
Udayana.
Danandjaja,
James.
2007.
Folklor
Indone-‐ Sutrisno,
Sulastin.
1981.
Relevansi
Studi
sia
Ilmu
Gosip,
Dongeng
dan
Lain-‐ Filologi.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
Lain.
Jakarta:
Grafiti.
University
Press.
Dinas
Pendidikan
Nasional.
2002.
Hasil
Tuloli,
Nani.
1991.
Tanggomo
Salah
Satu
Pengumpulan
Cerita
Rakyat
Sumba-‐ Ragam
Sastra
Lisan
Gorontalo.
Ja-‐
wa.
Sumbawa:
Departemen
Pendi-‐ karta:
Intermasa
dikan
dan
Kebudayaan.
253