Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


pada pasal 10 menyebutkan bahwa ASN sebagai bagian dari pemerintah yang
mempunyai fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
perekat dan pemersatu bangsa. Sebagai ASN yang profesional, diharapkan
setiap ASN mengetahui tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai Aparatur
Sipil Negara. Kondisi ideal tata perilaku ASN diatur dengan detail dalam UU
ASN Nomor 5 Tahun 2014 pasal 3 yaitu bertingkah laku sesuai nilai dasar, kode
etik dan kode prilaku, komitmen, integritas, tanggung jawab pada pelayanan
publik, berkompeten dan profesional dalam menjalankan tugasnya. Dalam
menjalankan fungsinya, seorang ASN harus selalu memegang teguh dan
mengamalkan nilai-nilai dasar Berakhlak yang meliputi Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaborasi . ASN juga
mempunyai kedudukan peran yaitu : Smart ASN dan Manajemen ASN.
Berdasarkan fungsi dan perannya itu diharapkan ASN dapat menerapkannya
ditempat tugasnya masing-masing.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas diatur kembali dengan
Peraturan Menteri Kesehatan yang baru yaitu Permenkes 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak
terhadap pelayanan kesehatan. Tujuan sasaran keselamatan pasien nasional
adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan
pasien. Sasaran keselamatan pasien ada enam yaitu Ketepatan identifikasi
pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan keamanan obat yang
perlu

1
diwaspadai; Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi;
Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan Pengurangan
resiko pasien jatuh.
Kurangnya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan
dalam melayani pasien dan kesalahan dalam menangani pasien. Komunikasi
hanya terkadang berupa perintah dan konfirmasi saja tanpa diskusi dan transfer
pengetahuan. Komunikasi yang kurang sistematis dapat menjadi hambatan
untuk berinteraksi secara profesional (Mardiana, Kristina and Sulisno, 2019).
Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab nomor satu yang dapat
membahayakan pasien. Kesalahan dalam komunikasi muncul ketika informasi
penting pasien ada yang keliru, hilang, dan salah tafsir (Murphy & Dunn, 2010).
Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar
komunikasi di antara para petugas pemberi perawatan semakin efektif.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami
oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah
perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan. Adapun masalah – masalah yang
muncul di ruang perawatan yang didapatkan penulis selama empat bulan
bekerja dengan kondisi kurang tersedianya dokter yang cukup di Puskesmas
Iwoimendaa. Beberapa kali ditemukan perubahan instruksi obat maupun
tindakan ke pasien yang tidak dicantumkan ke dalam dokumentasi keperawatan,
tetapi hanya disampaikan saat operan jaga, sehingga dapat menimbulkan
kesalahan tindakan maupun pemberian terapi obat kepada pasien. Selanjutnya
pentingnya pendokumentasian komunikasi efektif antar tenaga kesehatan
dengan teknik SBAR TBaK dan stempel adalah sebagai bukti bahwa penerima
pesan telah benar menghubungi atau mendapatkan instruksi dari pemberi pesan
dan pemberi pesan telah menyetujui hasil konfirmasi ulang pesan/instruksi yang
diterima penerima pesan.
Metode SBAR terdiri dari situation, background, assesment,
recommendation. Situation menggambarkan keadaan situasi yang terjadi seperti
yang dialami pasien pada saat ini, keluhan utama pasien dan mengapa perawat
menghubungi dokter. Background membahas tentang apa yang
2
melatarbelakangi kondisi pasien, tanda-tanda vital dan riwayat penyakit, kondisi
yang akan datang dan keadaan yang mengarah pada kondisi tersebut.
Assesment merupakan hasil pengkajian pasien dan kemungkinan masalah yang
akan dihadapi pasien. Recommendation yaitu mengusulkan tindakan yang harus
dilakukan terkait kondisi pasien saat ini (Pope, Rodzen dan Spross, 2008).
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis mengangkat judul
“Pendokumentasian Komunikasi SBAR TbaK Melalui Penerapan SOP
diruang perawatan Puskesmas Iwoimendaa”.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan aktualisasi ini adalah untuk
mengoptimalisasikan nilai -nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmoni, Loyal,
Adaptif, dan Kolaboratif); dan mengaktualisasi kedudukan dan peran
ASN dalam melaksanakan tugas sebagai Perawat Terampil di UPTD
Puskesmas Iwoimendaa.
1.2.2 Khusus
Tujuan khusus kegiatan aktualisasi ini adalah untuk
mengoptimalisasikan pendokumentasian komunikasi efektif SBAR
TbaK diruang perawatan Puskesmas Iwoimendaa.
1.3. Manfaat
a. Manfaat Untuk Penulis
Memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yang
BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmoni, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai ASN di UPTD Puskesmas Iwoimendaa.
b. Manfaat Untuk Organisasi
Mendapatkan kontribusi dari peserta Pelatihan Dasar dalam
mencapai tujuan visi dan misi UPTD Puskesmas Iwoimendaa.
c. Manfaat Untuk Masyarakat
Mendapatkan kepuasan atas pelayanan kesehatan yang ditawarkan
oleh puskesmas, sehingga dapat berkontribusi terhadap pencapaian visi,
misi dan tujuan organisasi.

3
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan aktualisasi adalah di Ruang
Perawatan UPTD Puskesmas Iwoimendaa yang menerapkan nilai-nilai
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmoni, Loyal, Adaptif, dan
Kolaboratif sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk meningkatkan
pelayanan perawat melalui komunikasi efektif SBAR TbaK dalam pemberian
asuhan keperawatan. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi lapangan (off class)
ini dilaksanakan berdasarkan kalender Latihan Dasar CPNS Golongan II
yaitu dimulai tanggal 02 September – 05 Oktober 2022. Lokasi pelaksanaan
kegiatan aktualisasi ini bertempat di Ruang Perawatan UPTD Puskesmas
Iwoimendaa. Diharapkan dengan adanya aktualisasi ini, kepuasan
masyarakat terutama pasien dan keluarga pasien dalam mutu pelayanan
asuhan keperawatan akan semakin meningkat.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEPSI NILAI-NILAI DASAR,
KEDUDUKAN PERAN ASN DAN PENETAPAN ISU DAN PROFIL PESERTA

2.1 . Gambaran Umum Organisasi


2.1.1 Kedudukan Organisasi
Permenkes No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
menyatakan bahwa puskesmas merupakan unit organisasi bersifat fungsional
dan unit layanan yang bekerja secara profesional. Puskesmas berkedudukan
sebagai unit pelaksana teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Puskesmas Iwoimendaa merupakan puskesmas induk non perawatan,
defenitif sejak tahun 2012. Kemudian pada tahun 2022 berubah status menjadi
puskesmas perawatan dengan telah adanya fasilitas gedung rawat inap
Berkedudukan di bagian Barat Ibu Kota Kabupaten Kolaka yang berbatasan
langsung dengan Kab, Kolaka Utara, tepatnya di Desa Iwoimendaa, kecamatan
Iwoimendaa, dengan jarak tempuh ± 79 km serta memiliki luas wilayah kerja +
202,8 km2. Secara administrasi terbagi menjadi 10 Desa, yaitu:
1) DesaTamborasi
2) Desa Ulukalo
3) Desa Lawolia
4) Desa Iwoimendaa
5) Desa Watumelewe
6) Desa Landoula
7) Desa Ladahai
8) Desa Wonualaku
9) Desa Lasiroku
10)Desa Lambopini
Batas wilayah kerja Puskesmas Iwoimendaa:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Timur.
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Utara.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone.

5
4) Sebelah Timur Berbatasan dengan Kec. Wolo.

Sumber Gambar: Denah UPTD Puskesmas Iwoimendaa Tahun 2020


Gambar 2.1. Peta Wilayah Puskesmas Iwoimendaa
Berdasarkan tabel 2.1 diatas, terlihat bahwa desa yang terluas adalah

Desa Tamborasi dengan luas 40,4 km 2, sedangkan jumlah penduduk


terbanyak adalah Desa Ulukalo dengan jumlah 1.398 jiwa dan desa yang
terpadat adalah Desa Landowula dengan kepadatan penduduk mencapai 236,2

per km2.

100%

10

Daratan
25
65 Perbukitan
Pantai

Sumber Data: Dokumen UPTD Puskesmas Iwoimendaa tahun 2021

Gambar 2.2. Kondisi Geografi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Iwoimendaa

Berdasarkan gambar di atas, maka wilayah kerja UPTD Puskesmas


Iwoimendaa terdiri dari wilayah daratan 65%, sedangkan yang menjadi kendala
dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu daerah perbukitan mencapai
25% dan daerah pesisir pantai mencapai 10%.
6
Adapun struktur organisasi Puskesmas Iwoimendaa adalah sebagai
berikut:

Sumber Data : Dokumen UPTD Puskesmas Iwoimendaa tahun 2021


Gambar 2.3. Struktur Organisasi UPTD PKM Puskesmas Iwoimendaa
7
2.1.2 Visi, Misi dan Nilai Organisasi, dan Tujuan
2.1.2.1. Visi
Visi merupakan gambaran masa depan puskesmas yang hendak diraih
yang bersifat realistis, nyata, menarik dan menantang. Dengan penetapan visi,
diharapkan seluruh komponen puskesmas memiliki pandangan jauh ke depan
ke arah mana puskesmas akan dibawa sesuai dengan harapan skateholders.
Berdasarkan berbagai kajian dan pertimbangan atas semua aspek yang
mempengaruhi Puskesmas Iwoimendaa Kabupaten Kolaka menetapkan
rumusan visi sebagai berikut:
“Menciptakan Masyarakat hidup sehat dalam lingkungan dan berperilaku
sehat dengan kesadaran dan kemampuan secara mandiri untuk
memelihara kesehatan”.

2.1.2.2. Misi
Misi adalah pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai oleh rumah sakit, sehingga membawa puskesmas kepada suatu fokus
untuk menggalang sumber daya yang ada guna melaksanakan aktivitas utama
puskesmas. Berdasarkan Visi tersebut di atas, Misi yang ingin dicapai
Puskesmas adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga dan
masyarakat;
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan;
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

2.1.2.3. Nilai
Motto Puskesmas Iwoimendaa “MELAYANI SELANGKAH LEBIH
MAJU” mencerminkan program Puskesmas untuk berupaya meningkatkan
kinerja dibanding tahun sebelumnya melalui inovasi-inovasi berdasarkan hasil
evaluasi dengan melestariakan budaya 10S dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, penjabarannya sebagai berikut:

8
1) Senyum : Sambut dengan senyum ketika pengunjung datang sebagai
langkah awal dalam memberikan pelayanan;
2) Salam : Sampaikan salam sebagai pembuka berkomunikasi;
3) Sapa : Menyapa dengan ramah pada setiap pengunjung sebagai
kesan positif dan rasa diperhatikan dalam kebutuhan
pelayanan;
4) Sopan : Bersikap sopan sebagai bentuk implementasi etika
profesional seorang pemberi pelayanan kepada pelanggan/
klien;
5) Santun : Bertutur santun dengan bahasa yang mudah dimengerti;
6) Sentuh : Menyentuh fisik yang wajar saat berinteraksi sehingga klien
merasa adanya perhatian dan puas dengan proses
pelayanan;
7) Simpati : Memperlihatkan rasa simpati dengan mendengarkan secara
seksama setiap pertanyaan atau keluhan yang
disampaikan;
8) Serius : Serius dalam menanggapi pertanyaan dan keluhan yang
disampaikan klien selama memberikan pelayanan;
9) Sabar Sabar menghadapi berbagai karakter dan sikap klien;
10) Sukses Kata “sukses” senantiasa tertanam dalam jiwa profesi
sebagai motivasi untuk bertindak atas Ridho Allah SWT.

Tata Nilai UPTD Puskesmas Iwoimendaa “DEMPO”:


D : Disiplin dalam bekerja, yaitu disiplin waktu, disiplin
peraturan, disiplin prosedur, disiplin tanggung jawab;
E : Empati;
M : Mampu memberikan pelayanan yang optimal untuk
meningkatkan mutu pelayanan;
P : Professional dalam bekerja;
O : Objektif (pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh
semua lapisan masyarakat).

9
2.1.2.4. Tujuan
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
Iwoimendaa bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat,
dengan masyarakat yang:
1) memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat;
2) mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu;
3) hidup dalam lingkungan sehat; dan
4) memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.

2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi


2.1.3.1. Tugas Pokok
Puskesmas berada digarda terdepan mempunyai tugas sebagai
pelaksana tekhnis yang bergerak dalam bidang pelayanan, mempunyai misi
sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan mandiri dalam membina
kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk
masyarakat.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas merupakan salah satu bentuk
kegiatan pokok ditambah beberapa program kesehatan yang dalam kurun
waktu perlu di evaluasi secara jujur dan kritis untuk memperoleh gambaran
kegiatan dan pengembangan program serta sejauhmana keberhasilan atau
pencapaian dibandingkan dengan target yang ditetapkan dan bagaimana
dampak terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat; termasuk
hambatan, peluang dan tantangan yang dihadapi.

2.1.3.2. Fungsi Puskesmas


Terdapat tiga fungsi pokok puskesmas, yaitu: 
1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya.
2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

10
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

2.1.4 Program dan Kegiatan Utama Unit Kerja (OPD)


Kegiatan pokok Puskesmas dilakukan sesuai kemampuan
tenaga maupun fasilitasnya karena kegiatan pokok setiap puskesmas dapat
berbeda-beda. Namun, kegiatan pokok puskesmas yang lazim dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
 Pelayanan pemeriksaan umum
 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
 Pelayanan gawat darurat
 Pelayanan rawat inap
 Pelayanan kesehatan keluarga bersifat UKP
 Pelayanan gizi yang bersifat UKP
 Pelayanan persalinan
 Pelayanan kefarmasian
 Pelayanan laboratorium
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) terdiri dari 2 pelayanan yaitu UKM
Essensial dan UKM Pengembangan.
a. UKM Essensial meliputi beberapa program yang dilakukan yaitu:
 Pelayanan promosi kesehatan
 Pelayanan kesehatan lingkungan
 Pelayanan kesehatan keluarga yang bersifat UKM
 Pelayanan gizi yang bersifat UKM
 Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
 Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
b. UKM Pengembangan meliputi beberapa program yang dilakukan yaitu:
 Pelayanan kesehatan jiwa
 Pelayanan kesehatan olahraga
 Pelayanan kesehatan tradisional
 Pelayanan kesehatan lansia

11
 Pelayanan kesehatan kerja
2.1.5 Data-Data Sumber Daya yang Dimiliki Unit Kerja dan Data-Data
Terkait Isu yang Diangkat

A. Data-data Sumber Daya yang Dimiliki


Sumber daya yang dimiliki UPTD Puskesmas Iwoimendaa Kec.
Iwoimendaa Kab. Kolaka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Jenis Ketenagaan Puskesmas Iwoimendaa
No Jenis Ketenagaan Jumlah Staf
1 Dokter umum 1 Orang
2 Apoteker 1 Orang
3 S1 Kesmas 6 Orang
4 S1 Keperawatan 4 Orang
5 S1 Komputer 1 Orang
6 S1 Administrasi Publik 2 Orang
7 S1 Farmasi 1 Orang
8 S1 Ekonomi 1 Orang
9 DIV Keperawatan Gigi 1 Orang
10 DIV Kebidanan 1 Orang
11 DIII Keperawatan 29 Orang
12 DIII Kebidanan 28 Orang
13 DIII Keperawatan Gigi 4 Orang
14 DIII Gizi 2 Orang
15 DIII Kesling 1 Orang
16 DIII Analis Kesehatan 3 Orang
17 SMA 5 Orang
Jumlah 90 Orang

12
Tabel 2.2 Jenis Prasarana Puskesmas Iwoimendaa

B. Data-Data Terkait Isu Yang Diangkat


Berdasarkan pengalaman yang didapatkan penulis selama
empat bulan bekerja dengan kondisi kurang tersedianya dokter yang
cukup di Puskesmas Iwoimendaa. Beberapa kali ditemukan perubahan
instruksi obat maupun tindakan ke pasien yang tidak dicantumkan ke
dalam dokumentasi keperawatan, tetapi hanya disampaikan saat
operan jaga, sehingga dapat menimbulkan kesalahan tindakan
maupun pemberian terapi obat kepada pasien.

2.2 Profil Peserta


Nama : Ika Puspita Sari, AMK.
NIP : 19890818 202203 2 001
Pendidikan : DIII Keperawatan
Jabatan : Terampil-Perawat
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Iwoimendaa
13
Tugas dan Fungsi Jabatan
a. Tugas Pokok
Melaksanakan asuhan keperawatan
b. Fungsi
Melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien sesuai dengan
pedoman standar operasional perosedur, tupoksi dan arahan pimpinan
untuk memberikan pelayanan keperawatan.
c. Uraian Tugas
Uraian tugas dan fungsi sebagai perawat ahli pertama menurut Peraturan
Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2019 tentang jabatan fungsional
perawat sebagai berikut :
1) Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu
2) Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
3) Melaksanakan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam
rangka melakukan upaya promotive
4) Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan/pelindung fisik pada
pasien untuk mencegah risiko cedera pada individu dalam rangka upaya
preventif
5) Memberikan oksigenasi sederhana
6) Memberikan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/ bencana/
kritikal
7) Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman serta bebas
risiko penularan infeksi
8) Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana pada area
medikal bedah
9) Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area anak
10) Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area
maternitas
11) Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area

14
komunitas
12) Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area jiwa
13) Melakukan tindakan terapi komplementer holistic
14) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi
15) Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka melakukan perawatan
paliatif
16) Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan/berduka/menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan
17) Melakukan perawatan luka
18) Melakukan dokumentasi tindakan keperawatan

Pengalaman Kerja : Perawat di RS Benyamin Guluh Kolaka (2014-2021)

2.1 Konsepsi Nilai Dasar, Kedudukan dan Peran ASN


2.1.1.1 Konsepsi Nilai Dasar
2.3.1.1. Berorientasi Pelayanan
Berorentasi pelayanan merujuk pada 3 hal, yaitu memahami dan
memenuhi kebutuhan masyarakat, ramah cekatan, solutif dan dapat
diandalkan, serta melakukan perbaikan tiada henti. Pelayanan publik adalah
semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa
yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat serta
penyediaanya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan bersama yang
tercantum dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik
dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan
strategis pemerintah, dan komitmen dunia internasional (Agus Dwiyanto,
2010:21). Penyelenggaraan pelayanan publik memiliki unsur penting yang
harus ada, yaitu:
1) ASN sebagai penyelenggara
2) Publik/masyarakat sebagai penerima layanan
3) Kepuasaan masyarakat/pelanggan (customer satisfaction)

15
Menurut UU no 25 tahun 2009 masyarakat adalah seluruh pihak, baik
warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok,
maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang tidak semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik. Adapun hal fundamental dalam pelayanan publik, yaitu:
1) Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi;
2) Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh 14
warga negara;
3) Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal
yang strategis bagi kemajuan bangsa dimasa yang akan datang;
4) Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga
berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga negara (proteksi).
Pelayanan prima penting dilakukan karena memberi kepuasan pelanggan
sebagai sarana untuk menghadapi kompetisi dimasa yang akan datang,
kepuasan pelanggan adalah promosi terbaik, kepuasan pelanggan merupakan
aset terpenting, kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan
perkembangan organisasi, pelanggan makin kritis dalam memilih produk atau
jasa, pelanggan puas akan kembali (customer retention), dan pelanggan yang
puas mudah memberikan referensi. Adapun prinsip dalam pelayanan publik,
yaitu:
1) Partisipatif: Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2) Transparan: Penyelenggara pelayanan penyelenggara pelayanan publik
harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal
yang terkait dengan pelayan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi
akses yang sebesarbesarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan
pengaduan;
3) Responsif; pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan
warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan
publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
16
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan;
4) Tidak diskriminatif: pelayanan publ;ik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara lainnya;
5) Mudah dan murah; mudah artinya berbagai persyaratan yang 15
dibutuhkan tersebut masuk akanl dan mudah untuk dipenuhi. Murah artinya
biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan
tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara;
6) Efektif dan efisien: penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan dilakukan dengan
prosedur yang sederhana , tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang
murah;
7) Aksesibel: pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan
non fisik:
8) Akuntabel: penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga
negara melalui pajak yang mereka bayar;
9) Berkeadilan: salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga
negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 mengenai pelayanan
publik, terdapat strategi peningkatan pelayanan prima, yaitu :
a. Menerapkan standar pelayanan dan maklumat pelayanan;
b. Melaksanakan survey kepuasan masyarakat, minimal 1 tahun sekali;
c. Pengelolaan pengaduan masyarakat;
d. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
e. Pengembangan inovasi;
f. Replikasi best practice;
g. Perbaikan berkelanjutan
Masyarakat memiliki keterlibatan dalam rangka peningkatan pelayanan
prima, meliputi: penyusunan kebijakan, penyusunan standar pelayanan dan
maklumat pelayanan, serta penyampaian dan pengelolaan pengaduan
pelayanan publik. Pelayanan publik yang diberikan harus berinovasi yang
17
bertujuan memberikan pelayanan yang bermutu sehingga custumer merasa
senang.
2.3.1.2. Akuntabel
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Responsibilitas adalah kewajibab untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan
publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan zonke, 2017). Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
2) Kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
3) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
4) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraanpemerintahan dan pelayanan publik;
5) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Aspek - Aspek Akuntabilitas terdiri atas:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results 17 oriented)
Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/ institusi dituntut untuk
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta
selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting)
18
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan
laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang
telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti
nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
1) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab,
dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut
dapat berupa penghargaan atau sanksi.
2) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber
daya yang tepat, dan evaluasi kinerja.
Adapun pedoman prilaku akuntabilitas, yaitu :
1) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan
berintegritas tinggi;
2) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
3) Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder. Adapun cara menciptakan lingkungan
akuntabel, yaitu:
1) Kepemimpinan: Adanya komitmen yang tinggi falam melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen;
2) Transparansi: mendorong komunikasi, memberikan perlindungan, dan
meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
3) Integritas: suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi semua
hukum yan berlaku, Undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan
yang berlaku.
19
4) Tanggung jawab (responsibility): Kewajiban bagi setiap individu dan lembag
bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap Tindakan yang telah dilakukan;
5) Keadilan: Landasan utama dari akuntabilitas. keadilan harus dipelihara Dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya.
6) Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain,
lingkungan akuntabilitas tidak akan lahirdari hal-hal yang tidak dapat
dipercaya.
7) Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan: Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk
menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas.
9) Konsistensi: Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak
konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki
konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel,
akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
2.3.1.3. Kompeten
Kompetensi merupakan perpaduan aspek penetahyan, keterampilan, dan
sikap yang terindikasikan dalam kemampuan dan prilaku seseorang sesuai
tuntutan pekerjaan. Adapun prinsip pengembangan kompetensi ASN, yaitu:
1) Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu
melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan pegawai.
2) Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi.
3) Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan.
4) Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan
jabatan dan pengembangan karir.
Menurut PP no 11 tahun 2017 pengembangan kompetensi dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu pendidikan dan pelatihan. Pada proses
pendidikan dapat dilakukan dengan pemberian tugas belajar yang bertujuan
memenuhi standar kompetensi jabatan dan pengembangan karir. Sedangkan
pelatihan dilakukan dengan dua metode, yaitu klasikal berupa pembelajaran
20
tatap muka di dalam kelas seperti pelatihan, seminar, kursus dan penataran.
Metode kedua yaitu dengan non klasikal melalui e-learning bimbingan di tempat
kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antara PNS sengan
pegawai swasta paling lama 1 tahun dengan koordinasi LAN dan BKN.
Kompeten memiliki tiga aspek penting, yaitu:
1) Meningkatkan kompetensi diri: Merubah mindset, menembangkan mandiri
secara heutagogik atau "net-centric", memanfaatkan sumber keahlian
pakar/konsultan, dan melakukan jejaring formal/informal.
2) Membantu orang lain belajar: Aktif dalam pasar pengetahuan,
memanfaatkan dokumen kerja, aktif mengakses dan mentransfer
pengetahuan, dan sosialisasi informal.
3) Melaksanakan tugas terbaik: pengetahuan menjadi karya, makna 20 hidup
dan bekerja baik, serta tipikal individu semangat berkarya.
2.3.1.4. Harmonis
Menurut kamus besar bahasa Indonesia harmonis bersangkut paut
dengan harmoni; seia sekata. Harmoni adalah kerjasama antara berbagai faktor
dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan
suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan
membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerjasama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Penegakkan etika ASN terjabarkan
dalam undang-undang non 5 tahun 2014. Upaya mewujudkan keharmonisan
dapat dilakukan dengan memahami tugas seorang ASN, yatu melaksanakan
kebijakan publik memeberikan pelayanan publik yang berkualitas dan
professional, dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara kesatuan
Republik Indonesia. Adapun pedoman prilaku harmonis, yaitu:
1) Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;
2) Suka menolong orang lain;
3) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
2.3.1.5. Loyal

21
Secara etimologis, istilah "loyal" diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu "Loial
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Loyal adalah berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. Adapun panduan prilaku dari
loyal, yaitu :
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, setia pada NKRI serta
pemerintahan yang sah.
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, Instansi, dan Negara.
3) Menjaga rahasia jabatan dan Negara.
2.3.1.6. Adaptif
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya
mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan
kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003). Adaptif
merupakan proses mengatasi halangan dari lingkungan, penyesuaian terhadap
norma-norma untuk menyalurkan, serta proses perubahan untuk menyesuaikan
dengan situasi yang berubah. Adaptif sebagai nilai ASN dan budaya ASN,
terdiri atas:
1) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat
mahir (personal mastery);
2) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang
sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang
akan dicapai bersama (shared vision);
3) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model);
4) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
untuk mewujudkan visinya (team learning);
5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kacamata kuda, atau
bermental silo (systems thinking).
Penerapan budaya adaptif harus mampu mengantisipasi dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan, mendorong jiwa kewirausahaan, memanfaatkan
peluang-peluang yang berubah-ubah, terkait dengan kinerja instansi, serta
memperlihatkan kepentingankepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat, dan sebagainya. Adapun ciri-ciri individu adaptif, diantaranya:
22
eksperimen orang yang beradaptasi, melihat peluang di mana orang lain
melihat kegagalan, memiliki sumberdaya, selau berpikir ke depan, tidak mudah
mengeluh, tidak menyalahkan, tidak mencari popularitas, memiliki rasa ingin
tahu, memperhatikan sistem, membuka pikiran dan memahami apa yang
sedang diperjuangkan.
Adapun pedoman prilaku, yaitu:
1) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
2) Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas;
3) Bertindak proaktif.
2.3.1.7. Kolaboratif
Secara umum kolaborasi adalah hubungan antar organisasi yang saling
berpartisipasi dan saling menyetujui untuk bersama mencapai tujuan, berbagi
informasi, berbagi sumberdaya, berbagi manfaat, dan bertanggungjawab dalam
pengambilan keputusan bersama untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Emily R. Lai menjelaskan, “Collaboration is the mutual engagement of
participants in a coordinated effort to solve a problem together. Collaborative
interactions are characterized by shared goals, symmetry of structure, and a
high degree of negotiation, interactivy, and interdependence”. Definisi tersebut
menjelaskan bahwa kolaborasi adalah keterlibatan bersama dalam upaya
terkoordinasi untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Interaksi
kolaboratif ditandai dengan tujuan bersama, struktur yang simeteris dengan
negosiasi tingkat tinggi melalui intertivitas dan adanya saling ketergantungan.
Irawan (2017) mengungkapkan bahwa collaborative governance sebagai
sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
menguntungkan antar aktor governance. Hal ini mencakup kemitraan institusi
pemerintah untuk pelayanan publik.
Menurut Ansel dan Gash (2007:544), terdapat 6 kriteria penting untuk
kolaborasi, yaitu, forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga,
peserta dalam forum termasuk aktor nonstate, peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik,
forum secara resmi diatur dan 23 bertemu secara kolektif, forum ini bertujuan
untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau

23
manajemen. Ada 3 tahapan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola
kolaborasi, yaitu:
1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) Merencanakan aksi kolaborasi;
3) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Model Collaborative Governance Ansan dan Gash (2012), Menurutnya
starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses
tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue,
commitment to process, pemahaman bersama, serta pengambangan outcome
antara. Desain kelembagaan yang salah satunya proses transparansi serta
faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi yang diharapkan
menghasilkan outcome yang diharapkan. Panduan perilaku kolaboratif
organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut :
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu
terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba
dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka
(bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong;
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), aktivitas
kolaborasi antar organisasi, yaitu :
1) Kerjasama Informal;
2) Perjanjian Bantuan Bersama;
3) Memberikan Pelatihan;
4) Menerima Pelatihan;
5) Perencanaan Bersama;
24
6) Menyediakan Peralatan;
7) Menerima Peralatan;
8) Memberikan Bantuan Teknis;
9) Menerima Bantuan Teknis;
10)Memberikan Pengelolaan Hibah;
11)Menerima Pengelolaan Hibah.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga
pemerintah, yaitu kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan,
strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien
efektif antara entitas public.Sedangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah menurut Custumato (2021), yaitu
ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam
kesepakatan kolaborasi, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas. Adapun
panduan prilakunya, yaitu:
1) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
2) Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah;
3) Menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

2.1.2 Kedudukan dan Peran ASN


Peran dan kedudukan ASN dapat dilihat dari kemampuan memahami
manajemen ASN, Whole of Government (WOG), serta Pelayanan Publik.
2.3.2.1. Manajemen ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam
mengelola aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik 25 untuk PNS
maupun PPK. Manajemen ASN akan membuat seorang ASN mengerti apa saja
kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kode etik ASN (Lembaga Administrasi
Negara, 2017)
Kedudukan ASN dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Berdasarkan
jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN berkedudukan
sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik.
1) Peran ASN
25
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN
berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
(1) Pelaksana Kebijakan Publik Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi
pada kepentingan publik.
(2) Pelayan Publik Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan
kepuasan pelanggan.
(3) Perekat dan Pemersatu Bangsa ASN berfungsi, bertugas dan berperan
untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan
pemerintah.ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
diri sendiri, seseorang dan golongan.
2) Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah salah satu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, baik pribadi maupun umum.Dapat diartikan bahwa hak adalah
sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dengan baik, dan dapat meningkatkan produktivitas,
menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan
hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur di Undang-undang No 5 tahun 2014
tentang ASN sebagai berikut. Seorang ASN mempunyai kewajiban dan hak
sebagai berikut:
(1) Gaji, tunjangan dan fasilitas
(2) Cuti
(3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
(4) Perlindungan
(5) Pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU No.
5 tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki
hak serta kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya.
26
Berdasarkan pasal 92 pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa:
(1) Jaminan Kesehatan
(2) Jaminan kecelakaan kerja
(3) Jaminan kematian
(4) Bantuan hukum Kewajiban ASN adalah suatu beban atau tanggunan
yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan.
Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:
(1) Setia dan taat kepada pancasila, dan UUD 195, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah
(2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
(3) Melaksanakan kebijakan yang dirumusan pejabat pemerintah yang
berwewenang
(4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
(5) Melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran
dan penuh tanggung jawab
(6) Menunjukan Integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik diluar maupun didalam
kedinasan
(7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan perundang- undang dan bersedia
ditempatkan diseluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU no.5 tahun 2014 tentang ASN disebutan bahwa ASN sebagai
profesi berdasarkan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik
dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN:
(1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
(2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
(3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
(4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
27
(5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundangundangan dan etika pemerintahan;
(6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
(7) Menggunakan kekayaan dan BMN secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien;
(8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
(9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
(10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain;
(11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
(12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenaidisiplin pegawai ASN.
2.3.2.2. Smart ASN
Membekali peserta dengan kemampuan kecakapan digital dasar pada
perspekti fliterasi digital smart ASN. Literasi digital adalah lingkungan yang kaya
akan informasi. Transformasi digital disektor pendidikan Indonesia muncul
berbagai perbincangan, regulasi pendukung dan upaya konkret menerapkan
transformasi digital dilingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di
Indonesia. Terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak yang
sangat luar biasa dalam aspek ini.
Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh
internet. Perubahan media komunikasi yang digunakan dalam masyarakat
Indonesia tidak terlepas dengan perubahan tekhnologi komunikasi. ASN
dituntut tidak Gaptek (Gagap Teknologi) dan informasi yakni dapat
mengoperasikan dan memanfaatkan aplikasiaplikasi produk IT termasuk dapat
dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan dalam nmeningkatkan
efektifitas dan efisiensi untuk meningkatlkan kinerja dalam rangka
meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan pengabdian
kepada masyarakat. Adapun nilai-nilai dasar dalam smart ASN, yaitu:
28
1) Integritas
Integritas Pegawai ASN yang dimaksud adalah “konsistensi Pegawai ASN
dalam berperilaku yang selaras dengan nilai, norma dan/atau etika
organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan atasan, rekan kerja,
bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, serta mampu mendorong
terciptanya budaya etika tinggi dan bertanggung jawab.
2) Nasionalisme
Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.
Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu
terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat
nasionalisme adalah dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya oleh
setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah. Seorang
PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air Indonesia
(nasionalisme) dan mengedepankan kepentinga nasional. Nasionalisme
merupakan salah satu perwujudan dari fungsi PNS sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Dalam menjalankan tugas, seorang ASN senantiasa
harus mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kepentingan kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi
kepentingan yang lebih besar,yaitu kepentingan bangsa dan Negara di atas
segalanya.
3) Profesionalisme
Pegawai Negeri Sipil adalah terpenuhinya kecocokan antara kemampuan
aparatur dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur
yang profesional. Artinya, keahlian dan kemampuan aparat merefleksikan
arah dan tujuan yang dicapai oleh sebuah organisasi.
4) Berwawasan global
Merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersiapkan
anak didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna
memasuki kehidupan yang bersifat kompetitif dan dengan derajat saling
menggantungkan antar bangsa yang sangat tinggi.
5) Menguasai IT dan bahasa asing
ASN dituntut tidak Gaptek (Gagap Tekhnologi) dan informasi yakni dapat
mengoprasikan dan memanfaatkan aplikasi – aplikasi produk IT (informasi
29
Tekhnology) termasuk dapat dengan bijak memanfaatkan internet yang
digunakan dalam meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam
pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. Seorang ASN selain
menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar juga memiliki
kemampuan menguasai bahasa Asing seperti bahasa Inggris, Mandarin
dan lain sebagainya.
6) Berjiwa hospitality (Keramahan)
Hospitality/keramahan adalah memiliki sifat baik hati dan menarik budi
bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya dalam setiap menjalankan
aktivitas pelaksanaan tugas dan pekerjaan khususnya dalam menampilkan
pelayanan prima kepada masyarakat.
7) ASN memiliki kemampuan networking
Networking adalah membangun menjalin hubungan dengan orang lain atau
organisasi yang berpengaruh positif pada kesuksesan professional maupun
personal.
8) ASN memiliki jiwa enterpeneurship
ASN dituntut memiliki kemampuan enterpeneurship, yakni berjiwa
kewirausahaan yang ditandai dengan dimilikinya keberanian, kreativitas,
inovatif, pantang menyerah, dan cerdas dalam menangkap dan
menciptakan peluang serta bertanggung jawab. Enterpeneurship juga dapat
diartikan berpikir tentang masa depan orang banyak. Kehidupan orang
banyak ,kesejahteraan masyarakat dan bagaimana cara membantu mereka
yang membutuhkan. Dan dengan dimilikinya kemampuan Enterpeneurship
ini maka seorang ASN akan mampu meningkatkan kinerja dalam setiap
waktunya.

30
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi dan Analisis Isu


3.1.1 Identifikasi dan Penetapan Isu

Identifikasi dan penetapan isu dilakukan sebelum penetapan judul


rancangan aktualisasi. Penulis melakukan identifkasi dan mendeskripsikan
isu-isu dengan mengacu pada sumber isu dan lingkup isu sesuai dengan
data/fakta yang ada. Dari hasil identifikasi isu tersebut akan menghasilkan isu
yang layak dan dijadikan rancangan aktualisasi. Beberapa isu berikut ditemukan
oleh penulis dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai perawat terampil.
Adapun Identifikasi isu berdasarkan tugas dan fungsi yang bermasalah dapat
dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Identifikasi isu berdasarkan tugas dan fungsi

Keterkaitan
Kondisi
N Kondisi Saat Isu Dengan Mata
TUSI Yang
O Ini Teridentifikasi Pelatihan Agenda
Diharapkan
III
1 Melakukan Perawat Perawat Belum Manajemen ASN:
dokumentasi belum mampu terlaksananya Melaksanakan
tindakan mampu mendokumen pendokumentasi proses
keperawatan mendokumen tasikan an komunikasi keperawatan
tasikan komunikasi SBAR TbaK dengan tanggung
komunikasi SBAR TBaK diruang jawab dan
SBAR TbaK perawatan integritas tinggi
Puskesmas Smart ASN:
Iwoimendaa Dalam
melaksanakan
tugas harus
bersikap jujur dan
berintegritas
2 Melakukan Masih ada Seluruh Belum Manajemen ASN:
komunikasi perawat yang perawat optimalnya Melaksanakan
terapeutik tidak mampu pelayanan proses
dalam menerapkan menerapkan asuhan keperawatan
31
pemberian komunikasi komunikasi keperawatan melalui komunikasi
asuhan terapeutik terapeutik terapeutik dengan
keperawatan dalam tanggung jawab,
pemberian dan integritas
asuhan tinggi, serta
keperawatan memegang teguh
nilai dasar ASN
dan selalu
menjaga reputasi
dan integritas ASN
Smart ASN:
Dalam
melaksanakan
komunikasi
mengutamakan
prinsip keramahan
dan integritas
3 Memfasilitasi Banyaknya Pembesuk Kurangnya Manajemen ASN:
suasana keluarga dan kepatuhan Dalam
lingkungan pasien dan keluarga jumlah melaksanakan
yang tenang pembesuk datang pembesuk tugas menertibkan
dan aman yang datang bergantian diruang jumlah pembesuk
serta bebas secara sesuai perawatan ASN harus
resiko bersamaan dengan cermat dan
penularan pembatasan disiplin.
infeksi jumlah Smart ASN:
pembesuk Dalam
diruang melaksanakan
perawatan. tugas menertibkan
jumlah pembesuk
ASN wajib
mengutamakan
prinsip
keramahan dan
integritas

3.1.2. Analisis Isu

Penyusunan perioritas isu dilakukan dengan cara pemberian nilai


dengan skala 1-5. Isu dengan total nilai tertinggi merupakan isu prioritas
dengan metode APKL.
 Aktual (A) : Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan
sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.

32
 Problematik (P) : Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komprehensif.
 Kekhalayakan (K) : Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak.
 Kelayakan (L) : Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal,
realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalah.
Berikut merupakan hasil penilaian isu dengan menggunakan metode
APKL

Kriteria Jumlah
No Isu Rangking
A P K L Skor
1 Belum terlaksananya
pendokumentasian 4 5 4 5 18 1
komunikasi SBAR TBaK
2 Kurangnya kepatuhan jumlah
4 4 3 3 14 3
pembesuk diruang perawatan
3 Belum optimalnya pelayanan
4 4 4 4 16 2
asuhan keperawatan
Keterangan skor 1-5 :
5 : Sangat besar
4 : Besar
3 : Sedang
2 : Kecil
1 : Sangat Kecil

3.1.3 Analisis Dampak Isu


Berdasarkan penetapan peringkat pertama pada metode APKL, ditetapkan isu
mengenai Belum efektifnya komunikasi antar tenaga kesehatan di ruang perawatan
Puskesmas Iwoimendaa. Dampak yang terjadi jika isu tidak segera diselesaikan
bahwa:
(a) Terjadi kesalahan pemberian asuhan keperawatan karena ketidakjelasan
pesan/instruksi; (b) Berpotensi menyebabkan penurunan derajat kesehatan pasien;
(c) Menimbulkan masalah hukum karena kesalahan pelayanan keperawatan

33
Dalam menganalisis masalah, penulis menggunakan metode Problem Tree,
seperti tampak pada gambar di bawah ini;

Menimbulkan masalah hukum karena


kesalahan pelayanan keperawatan

Terjadi kesalahan pemberian asuhan keperawatan


karena ketidakjelasan pesan/instruksi

Belum terlaksananya pendokumentasian komunikasi SBAR


TBaK

Kurangnya pengetahuan Belum ada SOP komunikasi


efektif dengan teknik SBAR TBaK

Sosialisasi
Membuat SOP komunikasi efektif
dengan teknik SBAR TBaK
dan stempel

Gambar 2.2
Analisis menggunakan Problem Tree

3.2. Gagasan Kreatif Sebagai Pemecahan Isu


Dari hasil analisis penetapan isu dengan metode APKL, maka isu terpilih
adalah isu terkait belum terlaksananyanya komunikasi antar tenaga kesehatan
di ruang perawatan Puskesmas Iwoimendaa. Oleh karena itu, muncul
gagasan pemecahan isu yaitu Pendokumentasian komunikasi SBAR TBaK
melalui Penerapan SOP Di Ruang Perawatan Puskesmas Iwoimendaa.
Komunikasi efektif dengan teknik SBAR TBaK dan stempel pada asuhan
keperawatan pasien perlu dilakukan untuk mengetahui dengan jelas
pesan/instruksi dari dokter, sehingga dengan adanya SOP komunikasi efektif
dengan teknik SBAR TBaK dan stempel maka akan memudahkan tenaga
34
kesehatan dalam berkomunikasi tentang tindakan yang akan dilakukan
maupun yang akan diberikan kepada pasien.

3.3. Deskripsi /Penjelasan Kegiatan

a. Nama : Ika Puspita Sari, AMK


b. Jabatan : Perawat Terampil
c. Unit kerja : UPTD Puskesmas Iwoimendaa
d. Isu yang diangkat : Belum terlaksananya
pendokumentasian SBAR TBaK
e. Gagasan pemecahan isu :
Pe n do ku me n ta si a n SBAR TBa K
me la l ui pe n e ra p a n SOP

Adapun kegiatan dan tahapan kegiatan dalam pelaksanaan rancangan yang


akan dilakukan dalam pemecahan Isu yaitu;
1. Melakukan konsultasi dengan pimpinan, meliputi:
a) Menyiapkan bahan konsultasi dan mengatur jadwal konsultasi;
b) Melakukan pertemuan dan menjelaskan rencana kegiatan kepada
pimpinan;
c) Meminta izin kegiatan dan meminta dukungan untuk melaksanakan
kegiatan aktualisasi.
2. Menyusun SOP komunikasi efektif dengan teknik SBAR TBaK dan stempel,
meliputi:
a) Mencari referensi materi untuk menyusun SOP;
b) Merancang SOP dan Stempel;
c) Melakukan konsultasi rancangan SOP dan stempel ke pimpinan dan dokter;
d) Melakukan hasil perbaikan konsultasi; dan
e) Melegalkan SOP.
3. Melakukan sosialisasi pada perawat, meliputi:
a) Mengatur jadwal sosialisasi
b) Mengkonsultasikan kepada pimpinan dan dokter
c) Menyiapkan alat dan bahan serta tempat untuk melakukan sosialisasi
d) Sosialisasi penerapan SOP dan penggunaan stempel; dan
4. Melakukan evaluasi, meliputi:

35
a) Mempersiapkan format evaluasi;
b) Melakukan konsultasil;
c) Membuat laporan perbaikan evaluasi.

36
Tabel 3.3 Deskripsi Kegiatan
Kontribusi
Penguatan
N Keterkaitan Substansi Mata Terhadap Visi,
Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Nilai
O Pelatihan Agenda II Misi, dan Tusi
Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan a. Menyiapkan Tersedianya Akuntabel : Saya akan Kegiatan ini Kegiatan ini
konsultasi bahan bahan Menyediakan bahan mampu mendukung
dengan konsultasi konsultasi dan konsultasi merupakan bentuk memelihara nilai disiplin
pimpinan dan jadwal tanggung jawab saya dalam mutu pelayanan dan
mengatur konsultasi melaksanakan tugas kesehatan di profesional
jadwal aktualisasi. puskesmas dalam bekerja.
konsultasi Loyal : saya akan
berdedikasi untuk rela
mengorbankan tenaga,
pikiran, dan waktu demi
keberhasilan penyusunan
rencana kegiatan.
Adaptif : saya akan
proaktif dengan menyiapkan
bahan konsultasi terlebih
dahulu untuk melakukan
konsultasi kegiatan

b.Melakukan Terlaksananya Berorientasi Pelayanan :


pertemuan dan pertemuan Saya akan responsif mencatat
menjelaskan dengan seluruh arahan dengan jelas
rencana kegiatan pimpinan Akuntabel : Saya akan
kepada pimpinan membangun komunikasi yang
lebih besar dan kerjasama
antara kelompok internal

37
yang menjadi tujuan adanya
transparansi
Kompeten : Saya akan
belajar dan mengembangkan
kapabilitas sebagai ASN dan
akan berupaya lincah dalam
konsultasi rencana
pelaksanaan kegiatan
aktualisasi.
Loyal : Saya berkomitmen
untuk melaksanakan apa yang
diarahkan pimpinan
Adaptif : Saya akan proaktif
berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan atasan.

c. Meminta izin c. Mendapatkan Akuntabel : saya akan


kegiatan izin kegiatan bertanggung jawab dan
dan meminta dan bersikap jujur pada
dukungan untuk dukungan saat mengkoordinasikan
melaksanakan untuk kegiatan yang akan dilakukan
kegiatan melaksanaka kepada pimpinan.
aktualisasi n kegiatan Harmonis : Saya akan
menghargai pendapat atasan
dalam meminta persetujuan
Kolaboratif : Saya akan
menjaga komunikasi dan
bertutur kata dengan sopan
dan bersedia bekerja sama.
Keterkaitan Manajemen ASN Kegiatan Konsultasi kepada atasan dengan sikap terbuka
Substansi Mata merupakan bagian dari pengelolaan atau Manajemen ASN yang
Pelatihan Agenda erat kaitannya dengan tujuan mewujudkan pelayanan publik yang
38
III profesional.
Smart ASN Dalam berkomunikasi dengan atasan mengutamakan keramahan
Analisis Dampak Perkiraan Hambatan Pimpinan dan mentor tidak ada di tempat.
Dampak Bila Kegiatan Tidak Tidak adanya persetujuan dari pimpinan dan mentor untuk
Terlaksana melaksanakan kegiatan aktualisasi
Alternatif Solusi Berkoordinasi dan menentukan jadwal sebelum melakukan
konsultasi

Kontribusi
Penguatan
N Tahapan Keterkaitan Substansi Terhadap Visi,
Kegiatan Output / Hasil Nilai
O Kegiatan Mata Pelatihan Agenda II Misi, dan Tusi
Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
2 Membuat a. Mencari Terdapat materi Akuntabel : Mencari Kegiatan ini Kegiatan ini
SOP referensi untuk menyusun referensi merupakan mendukung misi mendukung
komunikasi materi SOP tindakan tanggung jawab puskesmas yakni nilai
efektif untuk saya untuk kepentingan meningkatkan mutu profesional
dengan menyusun bersama/publik dilakukan pelayanan dalam bekerja
teknik SOP dengan kerja keras kesehatan untuk
SBAR Loyal : Saya membuat meningkatkan
TBaK dan SOP sebagai wujud mutu
stempel mengaktualisasikan pelayanan
pengamalan pancasila sila
ke 3, yaitu rela berkorban,
untuk kepentingan publik
Adaptif : Saya akan
proaktif dengan
menyiapkan bahan
pembuatan SOP terlebih
dahulu untuk melakukan
konsultasi kegiatan.
39
Kompeten : Saya
akan terus belajar
dengan kinerja terbaik
untuk mendapatkan
referensi aktual dalam
penyusunan SOP
komunikasi terapeutik.
b.Merancang SOP dan stempel Berorientasi Pelayanan
SOP dan telah dirancang : Saya akan menyusun
Stempel SOP sebagai bentuk
pelayanan prima dan
memberikan kinerja terbaik
untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
Akuntabel : Menyusun
rancangan SOP sebagai
bentuk tanggung jawab
atas kepercayaan yang
telah diberikan
Kompeten : Saya akan
terus belajar dan
mengembangkan
kapabilitas dalam upaya
membuat rancangan SOP.
Loyal : Saya
berkomitmen untuk
mengutamakan
kepentingan bersama demi
keberhasilan penyusunan
rancangan SOP.
Adaptif : Saya berinovasi
40
dalam membuat
rancangan SOP
komunikasi
c. Melakukan c.Terlaksananya Akuntabel : Saya
konsultasi konsultasi bertanggung jawab atas
rancangan rancangan SPO yang diusulkan
SOP dan SOP dan dengan
stempel stempel ke mengaktualisasikan nilai
pimpinan dan pimpinan dan melaksanakan tugas
dokter dokter dengan baik dan benar.
Loyal : Dalam melakukan
konsultasi kepada atasan,
Penulis berkomitmen untuk
melaksanakan apa yang
diarahkan pimpinan
Berorientasi
pelayanan : Dari
tindakan penulis
mengandung keinginan
memberikan pelayanan
prima demi kepuasan
pasien .
Kolaboratif : Dalam
mencatat arahan atasan,
Penulis akan bersinergi
untuk hasil yang lebih baik.
Harmonis : Saya
akan menghargai
pendapat pemimpin
sebagai masukkan yang
bersifat membangun.
d. Menyusun d. Terbentuknya Akuntabel : Saya akan
41
kembali SOP yang konsisten dengan
perbaikan bermutu menunjukan integritas
rancangan yang tinggi dalam
SOP menyusun kembali revisi
rancangan SOP sesuai
dengan arahan
Loyal : Menyusun
penyempurnaaan SOP
komunikasi efektif dengan
kerja keras dan semangat.
Kompeten: Dalam proses
revisi rancangan SOP
penulis telah
melaksanakan tugas
dengan kualitas terbaik
e. Melegalkan e. SOP telah Akuntabel : Dari hasil
SOP disetujui dan pengesahan tersebut
dilegalkan oleh menunjukan saya akan
pimpinan tetap konsisten dalam
mengemukakan tujuannya
dengan jelas.
Loyal : Menunjukan
komitmen saya dalam
bekerja keras
mengutamakan
kepentingan bersama.
Kompeten: Tindakan ini
merupakan bentuk
pelaksanaan tugas dengan
kualitas terbaik yang saya
miliki
Keterkaitan Manajemen ASN Penyusunan SOP ini merupakan salah satu upaya dalam
42
Substansi Mata memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat,
Pelatihan Agenda III memberikan standar yang sama dalam pemberian pelayanan dan
tidak ada diskriminasi. Hal ini termasuk dalam bagian dari
Manajemen ASN.
Smart ASN Dalam menyusun SOP, dibutuhkan referensi baik dari media cetak
maupun elektronik sehingga memiliki wawasan global untuk
menghasilkan produk SOP bermutu tinggi.
Analisis Dampak Perkiraan Hambatan Pimpinan dan mentor tidak menyetujui rancangan SOP yang telah
disiapkan.
Dampak Bila Kegiatan Tidak Tidak adanya Standar Operasional Presedur (SOP) Komunikasi
Terlaksana
Alternatif Solusi Membuat ulang rancangan SOP yang lebih baik dengan tetap
memperhatikan aturan perundang-undangan yang berlaku.

N Keterkaitan Kontribusi Penguatan


Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil
O Substansi Mata Terhadap Nilai
43
Visi, Misi, dan
Pelatihan Agenda II Tusi Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
3 Melaksanakan a. Melaksanakan Terlaksananya Akuntabel : Saya  Kegiatan ini Sosialisasi ini
sosialisasi pada koordinasi dengan koordinasi yang bertanggung jawab mampu dapat
perawat kepala ruangan baik terkait melanjutkan tugas membuat staf menggalang
perawatan waktu yang diberikan dalam puskesmas SDM yang ada
mengenai pelaksanaan, mensosialisasikan memelihara untuk bersikap
sosialisasi tempat dan SPO komunikasi dan profesional
peserta terapeutik meningkatkan dalam bekerja
kegiatan Harmonis : Dalam kesehatan dan mampu
melakukan koordinasi individu, memberikan
dengan kepala keluarga dan pelayanan
ruangan, saya akan masyarakat yang optimal
menerapkan nilai dengan untuk
saling menghargai memberikan meningkatkan
setiap masukkan pelayanan mutu
yang diberikan kesehatan pelayanan.
untuk yang bermutu.
b. Mempersiapkan Tersedianya Berorientasi
materi, sarana dan materi dalam pelayanan : Saya
prasarana bentuk PPT cekatan menyiapkan
sosialisasi dan undangan alat dan bahan.
SOP sosialisasi, Akuntabel : Saya
handout dan akan menyiapkan
LCD alat dan bahan
sebagai bentuk
tanggung jawab.
Adaptif : Saya akan
terus berinovasi dan
mengembangkan
44
kreativias untuk
menghasilkan design
PPT yang menarik.
Kompeten: Saya
akan meningkatkan
kompetensi dalam
menggunakan
teknologi untuk
melakukan sosialisasi
c. Sosialisasi SOP Terlaksananya Berorientasi
Komunikasi SBAR kegiatan Pelayanan : Saya
TBaK pada sosialisasi, akan memberikan
perawat jaga tersedianya pelayanan prima
daftar hadir berupa pemberian
dan informasi kepada
dokumentasi Perawat dan akan
kegiatan bersikap ramah pada
saat berdiskusi.
Akuntabel : Saya
akan bertanggung
jawab atas
kepercayaan yang
telah diberikan dalam
memberikan
penjelasan mengenai
penerapan SOP
komunikasi.
Harmonis : Saya
akan bersikap
toleransi dengan
saling menghargai
perbedaan dan
45
menghormati seluruh
peserta.
Loyal : Saya
akan berdedikasi
dan berkontribusi
untuk kepentingan
masyarakat dalam
meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Adaptif : Saya akan
berinovasi dan
antusias dalam
pemberian informasi
kesehatan dengan
upaya kreatif, inovatif,
serta proaktif untuk
memberikan
pelayanan terbaik
pada masyarakat
Kolaboratif : Saya
akan membangun
kerjasama yang
sinergis dalam upaya
memberi kesempatan
kepada petugas
kesehatan lain untuk
berkontribusi agar
tercapainya rencana
kegiatan.
Keterkaitan Substansi Manajemen ASN Sosialisasi penerapan SOP bertujuan untuk membentuk
Mata Pelatihan petugas yang professional dan mematuhi kode etik
Agenda III keperawatan. Hal ini merupakan wujud dari Manajemen
46
ASN.
Smart ASN Sosialisasi ini dilaksanakan dengan menggunakan
media pendukung baik cetak maupun elektronik sebagai
bentuk adaptasi perkembangan IPTEK dalam
menyampaikan informasi diharapakan dapat maksimal
yang merupakan bagian dari Smart ASN
Analisis Dampak Perkiraan Hambatan 1. Peserta tidak hadir dalam kegiatan sosialisasi.
2. Peserta tidak kooperatif dalam kegiatan sosialisasi.
Dampak Bila Kegiatan Tidak Terlaksana Tidak optimalnya penerapan SOP
Alternatif Solusi Membuat penyajian materi sosialisasi secara menarik,
singkat dan jelas.

Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan


Tahapan
NO Kegiatan Output / Hasil Mata Pelatihan Terhadap Visi, Misi, Nilai
Kegiatan
Agenda II dan Tusi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
4 Melaksanakan a. Mempersiapkan Adanya lembar Akuntabel : Saya Dengan Kegiatan ini
evaluasi pada format evaluasi evaluasi bertanggung jawab diterapkannya mengandung
perawat perawat dalam menyiapkan kegiatan ini nilai disiplin
format evaluasi diharapkan dapat dalam
Kompeten : Dalam memelihara mutu prosedur dan
membuat format pelayanan disiplin dalam
evaluasi saya puskesmas. tanggung
melaksanakan dengan jawab
kualitas terbaik
b. Melaksanakan Diperolehnya Akuntabel : Dalam
konsultasi saran mengenai mengkonsultasikan
lembar kuisioner
kepada Mentor atau

47
coach, saya akan
bertanggung jawab
atas
kuisinoner yang
diusulkan dengan
mengaktualisasikan
nilai melaksanakan
tugas dengan baik dan
benar.
Loyal : Dalam
melakukan konsultasi
saya berkomitmen
untuk melaksanakan
apa yang diarahkan
mentor atau coach
Kolaboratif :
Dalam mencatat
arahan mentor/coach,
saya akan bersinergi
untuk hasil yang lebih
baik.
Harmonis : saya akan
bertoleransi dengan
saling menghargai
perbedaan yang ada.
c. Membuat Tersedianya Loyal : Pada saat
laporan laporan melakukan pelaporan
kegiatan kegiatan saya menggunakan
evaluasi Bahasa Indonesia
yang baik
Adaptif : Dalam
membuat laporan
48
hasil kegiatan saya
akan menggunakan
kecakapan dalam
menggunakan
teknologi.
Akuntabel : Dalam
membuat laporan hasil
kegiatan, saya akan
melaporkan secara
bertanggung jawab
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya
Keterkaitan Substansi Manajemen ASN Evaluasi ini bertujuan untuk menilai upaya petugas perinatologi
dalam memberikan pelayanan yang professional dan mematuhi
Mata Pelatihan kode etik keperawatan. Hal ini merupakan wujud dari
Agenda III Manajemen ASN.
Smart ASN Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan dengan menciptakan
kerjasama yang baik antar rekan kerja sejawat yang merupakan
bagian dari Smart ASN
Analisis Dampak Perkiraan Hambatan Perencanaan kegiatan evaluasi tidak terlaksana sesuai jadwal.
Dampak Bila Kegiatan Tidak Menggunakan waktu seefisien mungkin namun tetap mencapai
Terlaksana keefektifitasan.
Alternatif Solusi Tidak terselesaikannya laporan hasil kegiatan tepat waktu.

3.5 Matriks Rekapitulasi Rencana Habituasi Cores Value ASN


Jumlah
Kegiatan Aktualisasi per
No Mata Pelatihan Mata Pelatihan
1 2 3 4 5
49
1. Berorientasi Pelayanan 1 2 2 1 6

2. Akuntabel 3 5 3 3 14

3. Kompeten 1 4 1 1 7

4. Harmonis 1 1 2 1 5

5. Loyal 2 5 1 2 10

6. Adaptif 2 2 2 1 7

7. Kolaboratif 1 1 1 1 4

Jumlah Aktualisasi Per


11 20 12 10 53
Kegiatan

3.5 Estimasi Biaya

No Kegiatan Estimasi biaya yang tersedia Keterangan

1 Kegiatan 1 Rp. 50.000 Transportasi


2 Kegiatan 2 Rp. 150.000 ATK
50
3 Kegiatan 3 Rp. 200.000 Snack
4 Kegiatan 4 Rp. 100.000 ATK

3.6 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Waktu Pelaksanaan
N September Oktober
Kegiatan
o
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Melakukan
konsultasi
dengan
1 pimpinan
mengenai
rancangan
kegiatan
Membuat
2
SOP
Melaksanak
3 an
sosialisasi
Melakukan
4
evaluasi

51
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis mampu mengidentifikasi isu


dan menemukan penyebab – penyebab serta menganalisis dari dampak isu tersebut
jika tidak terselesaikan. Sehingga penulis menemukan gagasan dalam penyelesaian
dengan menyusun rancangan aktualisasi yang mengambil judul isu
“Pendokumentasian Komunikasi SBAR TbaK Melalui Penerapan SOP diruang
perawatan Puskesmas Iwoimendaa Kabupaten Kolaka”. Gagasan pemecah isu ini
dilakukan dengan melakukan beberapa kegiatan seperti membuat SOP dan melakukan
sosialisasi.
Di kegiatan – kegiatan tersebut diatas yang telah dtuangkan dalam beberapa
tahapan kegiatan diharapkan mampu meningkatkan kedisiplinan petugas kesehatan
dalam mendokumentasikan komunikasi SBAR TBaK di wilayah Puskesmas yang
bersumber dari keterikatan gagasan penyelesaian isu dengan nilai-nilai dasar
BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif).

52

Anda mungkin juga menyukai