PENDAHULUAN
1
diwaspadai; Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi;
Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan Pengurangan
resiko pasien jatuh.
Kurangnya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan
dalam melayani pasien dan kesalahan dalam menangani pasien. Komunikasi
hanya terkadang berupa perintah dan konfirmasi saja tanpa diskusi dan transfer
pengetahuan. Komunikasi yang kurang sistematis dapat menjadi hambatan
untuk berinteraksi secara profesional (Mardiana, Kristina and Sulisno, 2019).
Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab nomor satu yang dapat
membahayakan pasien. Kesalahan dalam komunikasi muncul ketika informasi
penting pasien ada yang keliru, hilang, dan salah tafsir (Murphy & Dunn, 2010).
Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar
komunikasi di antara para petugas pemberi perawatan semakin efektif.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami
oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah
perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan. Adapun masalah – masalah yang
muncul di ruang perawatan yang didapatkan penulis selama empat bulan
bekerja dengan kondisi kurang tersedianya dokter yang cukup di Puskesmas
Iwoimendaa. Beberapa kali ditemukan perubahan instruksi obat maupun
tindakan ke pasien yang tidak dicantumkan ke dalam dokumentasi keperawatan,
tetapi hanya disampaikan saat operan jaga, sehingga dapat menimbulkan
kesalahan tindakan maupun pemberian terapi obat kepada pasien. Selanjutnya
pentingnya pendokumentasian komunikasi efektif antar tenaga kesehatan
dengan teknik SBAR TBaK dan stempel adalah sebagai bukti bahwa penerima
pesan telah benar menghubungi atau mendapatkan instruksi dari pemberi pesan
dan pemberi pesan telah menyetujui hasil konfirmasi ulang pesan/instruksi yang
diterima penerima pesan.
Metode SBAR terdiri dari situation, background, assesment,
recommendation. Situation menggambarkan keadaan situasi yang terjadi seperti
yang dialami pasien pada saat ini, keluhan utama pasien dan mengapa perawat
menghubungi dokter. Background membahas tentang apa yang
2
melatarbelakangi kondisi pasien, tanda-tanda vital dan riwayat penyakit, kondisi
yang akan datang dan keadaan yang mengarah pada kondisi tersebut.
Assesment merupakan hasil pengkajian pasien dan kemungkinan masalah yang
akan dihadapi pasien. Recommendation yaitu mengusulkan tindakan yang harus
dilakukan terkait kondisi pasien saat ini (Pope, Rodzen dan Spross, 2008).
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis mengangkat judul
“Pendokumentasian Komunikasi SBAR TbaK Melalui Penerapan SOP
diruang perawatan Puskesmas Iwoimendaa”.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan aktualisasi ini adalah untuk
mengoptimalisasikan nilai -nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmoni, Loyal,
Adaptif, dan Kolaboratif); dan mengaktualisasi kedudukan dan peran
ASN dalam melaksanakan tugas sebagai Perawat Terampil di UPTD
Puskesmas Iwoimendaa.
1.2.2 Khusus
Tujuan khusus kegiatan aktualisasi ini adalah untuk
mengoptimalisasikan pendokumentasian komunikasi efektif SBAR
TbaK diruang perawatan Puskesmas Iwoimendaa.
1.3. Manfaat
a. Manfaat Untuk Penulis
Memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yang
BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmoni, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai ASN di UPTD Puskesmas Iwoimendaa.
b. Manfaat Untuk Organisasi
Mendapatkan kontribusi dari peserta Pelatihan Dasar dalam
mencapai tujuan visi dan misi UPTD Puskesmas Iwoimendaa.
c. Manfaat Untuk Masyarakat
Mendapatkan kepuasan atas pelayanan kesehatan yang ditawarkan
oleh puskesmas, sehingga dapat berkontribusi terhadap pencapaian visi,
misi dan tujuan organisasi.
3
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan aktualisasi adalah di Ruang
Perawatan UPTD Puskesmas Iwoimendaa yang menerapkan nilai-nilai
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmoni, Loyal, Adaptif, dan
Kolaboratif sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk meningkatkan
pelayanan perawat melalui komunikasi efektif SBAR TbaK dalam pemberian
asuhan keperawatan. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi lapangan (off class)
ini dilaksanakan berdasarkan kalender Latihan Dasar CPNS Golongan II
yaitu dimulai tanggal 02 September – 05 Oktober 2022. Lokasi pelaksanaan
kegiatan aktualisasi ini bertempat di Ruang Perawatan UPTD Puskesmas
Iwoimendaa. Diharapkan dengan adanya aktualisasi ini, kepuasan
masyarakat terutama pasien dan keluarga pasien dalam mutu pelayanan
asuhan keperawatan akan semakin meningkat.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEPSI NILAI-NILAI DASAR,
KEDUDUKAN PERAN ASN DAN PENETAPAN ISU DAN PROFIL PESERTA
5
4) Sebelah Timur Berbatasan dengan Kec. Wolo.
per km2.
100%
10
Daratan
25
65 Perbukitan
Pantai
2.1.2.2. Misi
Misi adalah pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai oleh rumah sakit, sehingga membawa puskesmas kepada suatu fokus
untuk menggalang sumber daya yang ada guna melaksanakan aktivitas utama
puskesmas. Berdasarkan Visi tersebut di atas, Misi yang ingin dicapai
Puskesmas adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga dan
masyarakat;
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan;
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
2.1.2.3. Nilai
Motto Puskesmas Iwoimendaa “MELAYANI SELANGKAH LEBIH
MAJU” mencerminkan program Puskesmas untuk berupaya meningkatkan
kinerja dibanding tahun sebelumnya melalui inovasi-inovasi berdasarkan hasil
evaluasi dengan melestariakan budaya 10S dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, penjabarannya sebagai berikut:
8
1) Senyum : Sambut dengan senyum ketika pengunjung datang sebagai
langkah awal dalam memberikan pelayanan;
2) Salam : Sampaikan salam sebagai pembuka berkomunikasi;
3) Sapa : Menyapa dengan ramah pada setiap pengunjung sebagai
kesan positif dan rasa diperhatikan dalam kebutuhan
pelayanan;
4) Sopan : Bersikap sopan sebagai bentuk implementasi etika
profesional seorang pemberi pelayanan kepada pelanggan/
klien;
5) Santun : Bertutur santun dengan bahasa yang mudah dimengerti;
6) Sentuh : Menyentuh fisik yang wajar saat berinteraksi sehingga klien
merasa adanya perhatian dan puas dengan proses
pelayanan;
7) Simpati : Memperlihatkan rasa simpati dengan mendengarkan secara
seksama setiap pertanyaan atau keluhan yang
disampaikan;
8) Serius : Serius dalam menanggapi pertanyaan dan keluhan yang
disampaikan klien selama memberikan pelayanan;
9) Sabar Sabar menghadapi berbagai karakter dan sikap klien;
10) Sukses Kata “sukses” senantiasa tertanam dalam jiwa profesi
sebagai motivasi untuk bertindak atas Ridho Allah SWT.
9
2.1.2.4. Tujuan
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
Iwoimendaa bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat,
dengan masyarakat yang:
1) memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat;
2) mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu;
3) hidup dalam lingkungan sehat; dan
4) memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
10
3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
11
Pelayanan kesehatan kerja
2.1.5 Data-Data Sumber Daya yang Dimiliki Unit Kerja dan Data-Data
Terkait Isu yang Diangkat
12
Tabel 2.2 Jenis Prasarana Puskesmas Iwoimendaa
14
komunitas
12) Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area jiwa
13) Melakukan tindakan terapi komplementer holistic
14) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi
15) Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka melakukan perawatan
paliatif
16) Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan/berduka/menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan
17) Melakukan perawatan luka
18) Melakukan dokumentasi tindakan keperawatan
15
Menurut UU no 25 tahun 2009 masyarakat adalah seluruh pihak, baik
warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok,
maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat
pelayanan publik baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan
penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang tidak semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik. Adapun hal fundamental dalam pelayanan publik, yaitu:
1) Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi;
2) Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh 14
warga negara;
3) Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal
yang strategis bagi kemajuan bangsa dimasa yang akan datang;
4) Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga
berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga negara (proteksi).
Pelayanan prima penting dilakukan karena memberi kepuasan pelanggan
sebagai sarana untuk menghadapi kompetisi dimasa yang akan datang,
kepuasan pelanggan adalah promosi terbaik, kepuasan pelanggan merupakan
aset terpenting, kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan
perkembangan organisasi, pelanggan makin kritis dalam memilih produk atau
jasa, pelanggan puas akan kembali (customer retention), dan pelanggan yang
puas mudah memberikan referensi. Adapun prinsip dalam pelayanan publik,
yaitu:
1) Partisipatif: Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2) Transparan: Penyelenggara pelayanan penyelenggara pelayanan publik
harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal
yang terkait dengan pelayan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi
akses yang sebesarbesarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan
pengaduan;
3) Responsif; pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan
warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan
publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
16
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan;
4) Tidak diskriminatif: pelayanan publ;ik yang diselenggarakan oleh
pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara lainnya;
5) Mudah dan murah; mudah artinya berbagai persyaratan yang 15
dibutuhkan tersebut masuk akanl dan mudah untuk dipenuhi. Murah artinya
biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan
tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara;
6) Efektif dan efisien: penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan dilakukan dengan
prosedur yang sederhana , tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang
murah;
7) Aksesibel: pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan
non fisik:
8) Akuntabel: penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga
negara melalui pajak yang mereka bayar;
9) Berkeadilan: salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga
negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 mengenai pelayanan
publik, terdapat strategi peningkatan pelayanan prima, yaitu :
a. Menerapkan standar pelayanan dan maklumat pelayanan;
b. Melaksanakan survey kepuasan masyarakat, minimal 1 tahun sekali;
c. Pengelolaan pengaduan masyarakat;
d. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
e. Pengembangan inovasi;
f. Replikasi best practice;
g. Perbaikan berkelanjutan
Masyarakat memiliki keterlibatan dalam rangka peningkatan pelayanan
prima, meliputi: penyusunan kebijakan, penyusunan standar pelayanan dan
maklumat pelayanan, serta penyampaian dan pengelolaan pengaduan
pelayanan publik. Pelayanan publik yang diberikan harus berinovasi yang
17
bertujuan memberikan pelayanan yang bermutu sehingga custumer merasa
senang.
2.3.1.2. Akuntabel
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Responsibilitas adalah kewajibab untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan
publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan zonke, 2017). Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
2) Kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
3) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
4) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraanpemerintahan dan pelayanan publik;
5) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Aspek - Aspek Akuntabilitas terdiri atas:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results 17 oriented)
Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/ institusi dituntut untuk
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta
selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting)
18
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan
laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang
telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti
nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
1) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab,
dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut
dapat berupa penghargaan atau sanksi.
2) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber
daya yang tepat, dan evaluasi kinerja.
Adapun pedoman prilaku akuntabilitas, yaitu :
1) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan
berintegritas tinggi;
2) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
3) Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder. Adapun cara menciptakan lingkungan
akuntabel, yaitu:
1) Kepemimpinan: Adanya komitmen yang tinggi falam melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen;
2) Transparansi: mendorong komunikasi, memberikan perlindungan, dan
meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
3) Integritas: suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi semua
hukum yan berlaku, Undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan
yang berlaku.
19
4) Tanggung jawab (responsibility): Kewajiban bagi setiap individu dan lembag
bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap Tindakan yang telah dilakukan;
5) Keadilan: Landasan utama dari akuntabilitas. keadilan harus dipelihara Dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya.
6) Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain,
lingkungan akuntabilitas tidak akan lahirdari hal-hal yang tidak dapat
dipercaya.
7) Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan: Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk
menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas.
9) Konsistensi: Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak
konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki
konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel,
akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
2.3.1.3. Kompeten
Kompetensi merupakan perpaduan aspek penetahyan, keterampilan, dan
sikap yang terindikasikan dalam kemampuan dan prilaku seseorang sesuai
tuntutan pekerjaan. Adapun prinsip pengembangan kompetensi ASN, yaitu:
1) Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu
melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan pegawai.
2) Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi.
3) Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan.
4) Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan
jabatan dan pengembangan karir.
Menurut PP no 11 tahun 2017 pengembangan kompetensi dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu pendidikan dan pelatihan. Pada proses
pendidikan dapat dilakukan dengan pemberian tugas belajar yang bertujuan
memenuhi standar kompetensi jabatan dan pengembangan karir. Sedangkan
pelatihan dilakukan dengan dua metode, yaitu klasikal berupa pembelajaran
20
tatap muka di dalam kelas seperti pelatihan, seminar, kursus dan penataran.
Metode kedua yaitu dengan non klasikal melalui e-learning bimbingan di tempat
kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antara PNS sengan
pegawai swasta paling lama 1 tahun dengan koordinasi LAN dan BKN.
Kompeten memiliki tiga aspek penting, yaitu:
1) Meningkatkan kompetensi diri: Merubah mindset, menembangkan mandiri
secara heutagogik atau "net-centric", memanfaatkan sumber keahlian
pakar/konsultan, dan melakukan jejaring formal/informal.
2) Membantu orang lain belajar: Aktif dalam pasar pengetahuan,
memanfaatkan dokumen kerja, aktif mengakses dan mentransfer
pengetahuan, dan sosialisasi informal.
3) Melaksanakan tugas terbaik: pengetahuan menjadi karya, makna 20 hidup
dan bekerja baik, serta tipikal individu semangat berkarya.
2.3.1.4. Harmonis
Menurut kamus besar bahasa Indonesia harmonis bersangkut paut
dengan harmoni; seia sekata. Harmoni adalah kerjasama antara berbagai faktor
dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan
suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan
membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerjasama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Penegakkan etika ASN terjabarkan
dalam undang-undang non 5 tahun 2014. Upaya mewujudkan keharmonisan
dapat dilakukan dengan memahami tugas seorang ASN, yatu melaksanakan
kebijakan publik memeberikan pelayanan publik yang berkualitas dan
professional, dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara kesatuan
Republik Indonesia. Adapun pedoman prilaku harmonis, yaitu:
1) Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;
2) Suka menolong orang lain;
3) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
2.3.1.5. Loyal
21
Secara etimologis, istilah "loyal" diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu "Loial
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Loyal adalah berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. Adapun panduan prilaku dari
loyal, yaitu :
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, setia pada NKRI serta
pemerintahan yang sah.
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, Instansi, dan Negara.
3) Menjaga rahasia jabatan dan Negara.
2.3.1.6. Adaptif
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya
mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan
kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003). Adaptif
merupakan proses mengatasi halangan dari lingkungan, penyesuaian terhadap
norma-norma untuk menyalurkan, serta proses perubahan untuk menyesuaikan
dengan situasi yang berubah. Adaptif sebagai nilai ASN dan budaya ASN,
terdiri atas:
1) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat
mahir (personal mastery);
2) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang
sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang
akan dicapai bersama (shared vision);
3) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model);
4) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
untuk mewujudkan visinya (team learning);
5) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kacamata kuda, atau
bermental silo (systems thinking).
Penerapan budaya adaptif harus mampu mengantisipasi dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan, mendorong jiwa kewirausahaan, memanfaatkan
peluang-peluang yang berubah-ubah, terkait dengan kinerja instansi, serta
memperlihatkan kepentingankepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat, dan sebagainya. Adapun ciri-ciri individu adaptif, diantaranya:
22
eksperimen orang yang beradaptasi, melihat peluang di mana orang lain
melihat kegagalan, memiliki sumberdaya, selau berpikir ke depan, tidak mudah
mengeluh, tidak menyalahkan, tidak mencari popularitas, memiliki rasa ingin
tahu, memperhatikan sistem, membuka pikiran dan memahami apa yang
sedang diperjuangkan.
Adapun pedoman prilaku, yaitu:
1) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
2) Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas;
3) Bertindak proaktif.
2.3.1.7. Kolaboratif
Secara umum kolaborasi adalah hubungan antar organisasi yang saling
berpartisipasi dan saling menyetujui untuk bersama mencapai tujuan, berbagi
informasi, berbagi sumberdaya, berbagi manfaat, dan bertanggungjawab dalam
pengambilan keputusan bersama untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Emily R. Lai menjelaskan, “Collaboration is the mutual engagement of
participants in a coordinated effort to solve a problem together. Collaborative
interactions are characterized by shared goals, symmetry of structure, and a
high degree of negotiation, interactivy, and interdependence”. Definisi tersebut
menjelaskan bahwa kolaborasi adalah keterlibatan bersama dalam upaya
terkoordinasi untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Interaksi
kolaboratif ditandai dengan tujuan bersama, struktur yang simeteris dengan
negosiasi tingkat tinggi melalui intertivitas dan adanya saling ketergantungan.
Irawan (2017) mengungkapkan bahwa collaborative governance sebagai
sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
menguntungkan antar aktor governance. Hal ini mencakup kemitraan institusi
pemerintah untuk pelayanan publik.
Menurut Ansel dan Gash (2007:544), terdapat 6 kriteria penting untuk
kolaborasi, yaitu, forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga,
peserta dalam forum termasuk aktor nonstate, peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik,
forum secara resmi diatur dan 23 bertemu secara kolektif, forum ini bertujuan
untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau
23
manajemen. Ada 3 tahapan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola
kolaborasi, yaitu:
1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2) Merencanakan aksi kolaborasi;
3) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Model Collaborative Governance Ansan dan Gash (2012), Menurutnya
starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses
tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue,
commitment to process, pemahaman bersama, serta pengambangan outcome
antara. Desain kelembagaan yang salah satunya proses transparansi serta
faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi yang diharapkan
menghasilkan outcome yang diharapkan. Panduan perilaku kolaboratif
organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut :
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu
terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan
membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan
mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba
dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka
(bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong;
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas
layanan yang diberikan.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), aktivitas
kolaborasi antar organisasi, yaitu :
1) Kerjasama Informal;
2) Perjanjian Bantuan Bersama;
3) Memberikan Pelatihan;
4) Menerima Pelatihan;
5) Perencanaan Bersama;
24
6) Menyediakan Peralatan;
7) Menerima Peralatan;
8) Memberikan Bantuan Teknis;
9) Menerima Bantuan Teknis;
10)Memberikan Pengelolaan Hibah;
11)Menerima Pengelolaan Hibah.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga
pemerintah, yaitu kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan,
strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien
efektif antara entitas public.Sedangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah menurut Custumato (2021), yaitu
ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam
kesepakatan kolaborasi, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas. Adapun
panduan prilakunya, yaitu:
1) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
2) Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah;
3) Menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
30
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
Keterkaitan
Kondisi
N Kondisi Saat Isu Dengan Mata
TUSI Yang
O Ini Teridentifikasi Pelatihan Agenda
Diharapkan
III
1 Melakukan Perawat Perawat Belum Manajemen ASN:
dokumentasi belum mampu terlaksananya Melaksanakan
tindakan mampu mendokumen pendokumentasi proses
keperawatan mendokumen tasikan an komunikasi keperawatan
tasikan komunikasi SBAR TbaK dengan tanggung
komunikasi SBAR TBaK diruang jawab dan
SBAR TbaK perawatan integritas tinggi
Puskesmas Smart ASN:
Iwoimendaa Dalam
melaksanakan
tugas harus
bersikap jujur dan
berintegritas
2 Melakukan Masih ada Seluruh Belum Manajemen ASN:
komunikasi perawat yang perawat optimalnya Melaksanakan
terapeutik tidak mampu pelayanan proses
dalam menerapkan menerapkan asuhan keperawatan
31
pemberian komunikasi komunikasi keperawatan melalui komunikasi
asuhan terapeutik terapeutik terapeutik dengan
keperawatan dalam tanggung jawab,
pemberian dan integritas
asuhan tinggi, serta
keperawatan memegang teguh
nilai dasar ASN
dan selalu
menjaga reputasi
dan integritas ASN
Smart ASN:
Dalam
melaksanakan
komunikasi
mengutamakan
prinsip keramahan
dan integritas
3 Memfasilitasi Banyaknya Pembesuk Kurangnya Manajemen ASN:
suasana keluarga dan kepatuhan Dalam
lingkungan pasien dan keluarga jumlah melaksanakan
yang tenang pembesuk datang pembesuk tugas menertibkan
dan aman yang datang bergantian diruang jumlah pembesuk
serta bebas secara sesuai perawatan ASN harus
resiko bersamaan dengan cermat dan
penularan pembatasan disiplin.
infeksi jumlah Smart ASN:
pembesuk Dalam
diruang melaksanakan
perawatan. tugas menertibkan
jumlah pembesuk
ASN wajib
mengutamakan
prinsip
keramahan dan
integritas
32
Problematik (P) : Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komprehensif.
Kekhalayakan (K) : Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak.
Kelayakan (L) : Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal,
realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalah.
Berikut merupakan hasil penilaian isu dengan menggunakan metode
APKL
Kriteria Jumlah
No Isu Rangking
A P K L Skor
1 Belum terlaksananya
pendokumentasian 4 5 4 5 18 1
komunikasi SBAR TBaK
2 Kurangnya kepatuhan jumlah
4 4 3 3 14 3
pembesuk diruang perawatan
3 Belum optimalnya pelayanan
4 4 4 4 16 2
asuhan keperawatan
Keterangan skor 1-5 :
5 : Sangat besar
4 : Besar
3 : Sedang
2 : Kecil
1 : Sangat Kecil
33
Dalam menganalisis masalah, penulis menggunakan metode Problem Tree,
seperti tampak pada gambar di bawah ini;
Sosialisasi
Membuat SOP komunikasi efektif
dengan teknik SBAR TBaK
dan stempel
Gambar 2.2
Analisis menggunakan Problem Tree
35
a) Mempersiapkan format evaluasi;
b) Melakukan konsultasil;
c) Membuat laporan perbaikan evaluasi.
36
Tabel 3.3 Deskripsi Kegiatan
Kontribusi
Penguatan
N Keterkaitan Substansi Mata Terhadap Visi,
Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Nilai
O Pelatihan Agenda II Misi, dan Tusi
Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan a. Menyiapkan Tersedianya Akuntabel : Saya akan Kegiatan ini Kegiatan ini
konsultasi bahan bahan Menyediakan bahan mampu mendukung
dengan konsultasi konsultasi dan konsultasi merupakan bentuk memelihara nilai disiplin
pimpinan dan jadwal tanggung jawab saya dalam mutu pelayanan dan
mengatur konsultasi melaksanakan tugas kesehatan di profesional
jadwal aktualisasi. puskesmas dalam bekerja.
konsultasi Loyal : saya akan
berdedikasi untuk rela
mengorbankan tenaga,
pikiran, dan waktu demi
keberhasilan penyusunan
rencana kegiatan.
Adaptif : saya akan
proaktif dengan menyiapkan
bahan konsultasi terlebih
dahulu untuk melakukan
konsultasi kegiatan
37
yang menjadi tujuan adanya
transparansi
Kompeten : Saya akan
belajar dan mengembangkan
kapabilitas sebagai ASN dan
akan berupaya lincah dalam
konsultasi rencana
pelaksanaan kegiatan
aktualisasi.
Loyal : Saya berkomitmen
untuk melaksanakan apa yang
diarahkan pimpinan
Adaptif : Saya akan proaktif
berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan atasan.
Kontribusi
Penguatan
N Tahapan Keterkaitan Substansi Terhadap Visi,
Kegiatan Output / Hasil Nilai
O Kegiatan Mata Pelatihan Agenda II Misi, dan Tusi
Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
2 Membuat a. Mencari Terdapat materi Akuntabel : Mencari Kegiatan ini Kegiatan ini
SOP referensi untuk menyusun referensi merupakan mendukung misi mendukung
komunikasi materi SOP tindakan tanggung jawab puskesmas yakni nilai
efektif untuk saya untuk kepentingan meningkatkan mutu profesional
dengan menyusun bersama/publik dilakukan pelayanan dalam bekerja
teknik SOP dengan kerja keras kesehatan untuk
SBAR Loyal : Saya membuat meningkatkan
TBaK dan SOP sebagai wujud mutu
stempel mengaktualisasikan pelayanan
pengamalan pancasila sila
ke 3, yaitu rela berkorban,
untuk kepentingan publik
Adaptif : Saya akan
proaktif dengan
menyiapkan bahan
pembuatan SOP terlebih
dahulu untuk melakukan
konsultasi kegiatan.
39
Kompeten : Saya
akan terus belajar
dengan kinerja terbaik
untuk mendapatkan
referensi aktual dalam
penyusunan SOP
komunikasi terapeutik.
b.Merancang SOP dan stempel Berorientasi Pelayanan
SOP dan telah dirancang : Saya akan menyusun
Stempel SOP sebagai bentuk
pelayanan prima dan
memberikan kinerja terbaik
untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
Akuntabel : Menyusun
rancangan SOP sebagai
bentuk tanggung jawab
atas kepercayaan yang
telah diberikan
Kompeten : Saya akan
terus belajar dan
mengembangkan
kapabilitas dalam upaya
membuat rancangan SOP.
Loyal : Saya
berkomitmen untuk
mengutamakan
kepentingan bersama demi
keberhasilan penyusunan
rancangan SOP.
Adaptif : Saya berinovasi
40
dalam membuat
rancangan SOP
komunikasi
c. Melakukan c.Terlaksananya Akuntabel : Saya
konsultasi konsultasi bertanggung jawab atas
rancangan rancangan SPO yang diusulkan
SOP dan SOP dan dengan
stempel stempel ke mengaktualisasikan nilai
pimpinan dan pimpinan dan melaksanakan tugas
dokter dokter dengan baik dan benar.
Loyal : Dalam melakukan
konsultasi kepada atasan,
Penulis berkomitmen untuk
melaksanakan apa yang
diarahkan pimpinan
Berorientasi
pelayanan : Dari
tindakan penulis
mengandung keinginan
memberikan pelayanan
prima demi kepuasan
pasien .
Kolaboratif : Dalam
mencatat arahan atasan,
Penulis akan bersinergi
untuk hasil yang lebih baik.
Harmonis : Saya
akan menghargai
pendapat pemimpin
sebagai masukkan yang
bersifat membangun.
d. Menyusun d. Terbentuknya Akuntabel : Saya akan
41
kembali SOP yang konsisten dengan
perbaikan bermutu menunjukan integritas
rancangan yang tinggi dalam
SOP menyusun kembali revisi
rancangan SOP sesuai
dengan arahan
Loyal : Menyusun
penyempurnaaan SOP
komunikasi efektif dengan
kerja keras dan semangat.
Kompeten: Dalam proses
revisi rancangan SOP
penulis telah
melaksanakan tugas
dengan kualitas terbaik
e. Melegalkan e. SOP telah Akuntabel : Dari hasil
SOP disetujui dan pengesahan tersebut
dilegalkan oleh menunjukan saya akan
pimpinan tetap konsisten dalam
mengemukakan tujuannya
dengan jelas.
Loyal : Menunjukan
komitmen saya dalam
bekerja keras
mengutamakan
kepentingan bersama.
Kompeten: Tindakan ini
merupakan bentuk
pelaksanaan tugas dengan
kualitas terbaik yang saya
miliki
Keterkaitan Manajemen ASN Penyusunan SOP ini merupakan salah satu upaya dalam
42
Substansi Mata memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat,
Pelatihan Agenda III memberikan standar yang sama dalam pemberian pelayanan dan
tidak ada diskriminasi. Hal ini termasuk dalam bagian dari
Manajemen ASN.
Smart ASN Dalam menyusun SOP, dibutuhkan referensi baik dari media cetak
maupun elektronik sehingga memiliki wawasan global untuk
menghasilkan produk SOP bermutu tinggi.
Analisis Dampak Perkiraan Hambatan Pimpinan dan mentor tidak menyetujui rancangan SOP yang telah
disiapkan.
Dampak Bila Kegiatan Tidak Tidak adanya Standar Operasional Presedur (SOP) Komunikasi
Terlaksana
Alternatif Solusi Membuat ulang rancangan SOP yang lebih baik dengan tetap
memperhatikan aturan perundang-undangan yang berlaku.
47
coach, saya akan
bertanggung jawab
atas
kuisinoner yang
diusulkan dengan
mengaktualisasikan
nilai melaksanakan
tugas dengan baik dan
benar.
Loyal : Dalam
melakukan konsultasi
saya berkomitmen
untuk melaksanakan
apa yang diarahkan
mentor atau coach
Kolaboratif :
Dalam mencatat
arahan mentor/coach,
saya akan bersinergi
untuk hasil yang lebih
baik.
Harmonis : saya akan
bertoleransi dengan
saling menghargai
perbedaan yang ada.
c. Membuat Tersedianya Loyal : Pada saat
laporan laporan melakukan pelaporan
kegiatan kegiatan saya menggunakan
evaluasi Bahasa Indonesia
yang baik
Adaptif : Dalam
membuat laporan
48
hasil kegiatan saya
akan menggunakan
kecakapan dalam
menggunakan
teknologi.
Akuntabel : Dalam
membuat laporan hasil
kegiatan, saya akan
melaporkan secara
bertanggung jawab
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya
Keterkaitan Substansi Manajemen ASN Evaluasi ini bertujuan untuk menilai upaya petugas perinatologi
dalam memberikan pelayanan yang professional dan mematuhi
Mata Pelatihan kode etik keperawatan. Hal ini merupakan wujud dari
Agenda III Manajemen ASN.
Smart ASN Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan dengan menciptakan
kerjasama yang baik antar rekan kerja sejawat yang merupakan
bagian dari Smart ASN
Analisis Dampak Perkiraan Hambatan Perencanaan kegiatan evaluasi tidak terlaksana sesuai jadwal.
Dampak Bila Kegiatan Tidak Menggunakan waktu seefisien mungkin namun tetap mencapai
Terlaksana keefektifitasan.
Alternatif Solusi Tidak terselesaikannya laporan hasil kegiatan tepat waktu.
2. Akuntabel 3 5 3 3 14
3. Kompeten 1 4 1 1 7
4. Harmonis 1 1 2 1 5
5. Loyal 2 5 1 2 10
6. Adaptif 2 2 2 1 7
7. Kolaboratif 1 1 1 1 4
51
BAB IV
PENUTUP
52