Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

MENILIK PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN


DI INDONESIA BERDASARKAN PARADIGMA PANCASILA

Dosen Pembimbing
Dr. Dra. Lusila Andriani Purwastuti, M.Hum.

Disusun Oleh :
1. Bella Febila Mahardika ( 20303241029 )
2. Fatih Enzati Sayoga Wardana ( 20303241030 )
3. Dinda Aryuni Nurhananti ( 20303241031 )
4. Muhammad Khoirudin Salim ( 20303241033 )
5. Atikah Puspita Sari ( 20303241034 )

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM
PENDIDIKAN KIMIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad.SAW beserta keluarga dan kita selaku umatnya.
Makalah berjudul “Menilik Pembangunan Sumber Daya Alam
Pertambangan Di Indonesia Berdasarkan Paradigma Pancasila” ini akan
membahas tentang peran nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pada aspek sumber daya alam di Indonesia. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila merupakan perwujudan dari cita-cita dan
ideologi bangsa. Hal tersebut bermakna bahwa setiap tindak perilaku yang
berkaitan dengan harkat hidup banyak orang harus bersesuaian dengan nilai
pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang bagaimana peran Pancasila sebagai ideologi Indonesia yang
dijadikan paradigma pembangunan nasional. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Dra. Lusila Andrani Purwastuti, M.Hum. selaku dosen mata kuliah
Pancasila dan pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna dari berbagai segi. Oleh karena itu, kami dengan segala hormat
mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan sumber daya alam pertambangan berdasarkan Nilai Ketuhanan
2.2 Pembangunan sumber daya alam pertambangan berdasarkan Nilai
Kemanusiaan.....................................................................................................
2.3 Pembangunan sumber daya alam pertambangan berdasarkan Nilai Persatuan
2.4 Pembangunan sumber daya alam pertambangan berdasarkan Nilai Kerakyatan
2.5 Pembangunan sumber daya alam pertambangan berdasarkan Nilai Keadilan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Kritik dan Saran.........................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik
daratan maupun lautan. Secara geografis, Indonesia terletak pada tengah
equator bumi atau garis khatulistiwa dan dilewati oleh gugus lingkar gunung
berapi aktif (ring of fire). Selain itu, Indonesia juga merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.000 gugus pulau kecil
dan besar. Hal tersebut menyebabkan banyaknya cadangan sumber daya alam
yang melimpah di tanah ibu pertiwi ini.
Sumber Daya alam merupakan unsur-unsur alam, meliputi fisik maupun
hayati yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan serta
meningkatkan kesejahteraan hidup (Soerianegara, 1977). Sumber daya alam
merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan bagi manusia, yaitu jumlah
persediaan (stock), sumber daya (resources), dan cadangan (reserve)
(Chapman, 1969). Sudah semestinya sumber daya alam di Indonesia
digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan warganya. Salah contohnya
adalah sumber daya alam pertambangan. Tanah Indonesia memiliki banyak
kandungan mineral dan hasil pertambangan yang baik.
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu
pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia
ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul
“The Structure of Scientific Revolution” paradigma juga merupakan suatu
asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum (merupakan
suatu sumber nilai). Sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum,
metode, seru penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma itu juga
sendiri merupakan asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi nilai (merupakan
sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta karakter
ilmu pengetahuan sendiri.
Arti paradigma ditinjau dari asal-usul dari beberapa Bahasa diantaranya,
menurut bahasa inggris paradigma berarti keadaan lingkungan. Sedangkan
menurut bahasa yunani paradigma yakni ‘para’ yang berarti disamping,
disebelah, dan dikenal. Kemudian menurut kamus psikologi paradigma
diartikan sebagai satu model atau pola mendemonstrasikan semua fungsi yang
memungkinkan dari apa yang tersajikan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dirumuskan pada makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila berperan dalam pembangunan sumber
daya alam pertambangan di Indonesia, yang ditinjau dari :
a. Nilai Ketuhanan
b. Nilai Kemanusiaan
c. Nilai Persatuan
d. Nilai Kerakyatan
e. Nilai Keadilan

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu :
1. Dapat menjelaskan peran nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan
sumber daya alam pertambangan di Indonesia, yang ditinjau dari:
a. Nilai Ketuhanan
b. Nilai Kemanusiaan
c. Nilai Persatuan
d. Nilai Kerakyatan
e. Nilai Keadilan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Nilai Pancasila dalam Mengelola Sumber Daya Alam


Pancasila sebagai cita negara dan cita hukum memiliki fungsi
konstitutif dan regulatif bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam berbangsa
dan bernegara (Soeprapto, 2013). Konstitutif artinya menjalankan fungsi
ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan yaitu UUD 1945 atau
sebagainya. Sedangkan regulatif menurut KBBI artinya bersangkutan
dengan peraturan. Sebagai ideologi terbuka Pancasila diharapkan selalu
tetap komunikatif dengan perkembangan masyarakat yang dinamis dan
sekaligus memantapkan keyakinan masyarakat terhadapnya. Sebagai dasar
negara, Pancasila dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan
pemerintahan negara (Subandi, 2012).
Dalam kapasitasnya sebagai ideologi negara, Pancasila harus dijadikan
paradigma (kerangka berpikir, sumber nilai, dan orientasi arah) dalam
pembangunan hukum (Mahmud, 2011). Kaitannya dengan pengelolaan
sumber daya alam adalah dalam proses pengelolaan seluruh sumber daya
alam yang tersebar di Indonesia harus dikelola sesuai dengan aturan
ketatanegaraan (UUD 1945) atau berpedoman pada nilai-nilai Pancasila
sebagai Dasar Negara.
2.2. Peranan Nilai-nilai Pancasila dalam Pembangunan Sumber Daya
Alam Pertambangan di Indonesia
Nilai-nilai Pancasila
2.2.1. Nilai Ketuhanan
Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
memiliki arti yang luas. Arti dari kata “maha” disini bukan
bermakna “sangat” tetapi maknanya adalah mulia. Kata “esa” juga
bukan bermakna tunggal melainkan memiliki makna yaitu
kemutlakan (Saragih, 2017 : 6-7). Pemaknaan kata yang
terkandung dalam sila pertama Pancasila tersebut dapat
menjelaskan bahwa sila pertama Pancasila tidak melulu tentang
jumlah dari Tuhan yang ada di dunia ini, melainkan memiliki
makna yang sangat luas. Makna sila pertama Pancasila adalah
mengenai bangsa Indonesia yang seharusnya mempunyai sifat
yang luhur serta mulia.
Pemaknaan sila pertama tersebut selaras dengan yang dikatakan
Saragih (2017 : 6) yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat
mendorong masyarakat Indonesia dalam melaksanakan serta
membentuk kehidupan yang setara, seimbang, selaras,
berkesinambungan, dan serasi baik antar manusia Indonesia, alam,
maupun lingkungan serta semua makhluk ciptaan Tuhan. Sila
pertama ini menunjukkan bahwasanya manusia hanyalah makhluk
ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan segala keterbatasannya
dalam menjalani apa-apa di dunia ini. Manusia diciptakan tidak
kurang dan tidak lebih berbarengan dengan terciptanya makhluk
lainnya di dunia ini. Seperti halnya tumbuhan, hewan, bebatuan,
lautan, dan semua mahkluk di dunia ini manusia dengan makhluk
yang lain adalah berkaitan sifatnya.
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya
alam. Tuhan memberikan limpahan anugerah berupa luasnya
samudera, pulau yang tak terhitung jumlahnya, kekayaan flora
fauna yang tersebar, kelimpahan mineral, batu-bara, emas, dan
segala hal lain yang dinilai sangat berharga baik yang sifatnya
terbaharukan maupun tidak terbaharukan. Fakta tersebut tidak
menutup kemungkinan bahwa Indonesia melaksanakan kegiatan
pembangunan dalam lingkup pertambangan. Indonesia banyak
melaksanakan pembangunan pertambangan dibidang mineral dan
batu-bara. Pengelolaan sumber daya alam mineral dan batu-bara
dengan metode pertambangan ini dilandasi oleh pasal 33 ayat (3)
UUD NRI 1945 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebsar-besar kemakmuran rakyat.” Faktanya di
Indonesia proses pembangunan sektor pertambangan ini masih
belum mencapai tujuan yang sebenarnya yang dimaksud dalam
pasal 33 tersebut. Pertambangan kerap menimbulkan masalah baru
diantaranya yaitu kerusakan lingkungan , kerugian, dan hal tersebut
semakin menjauhkan Indonesia dari kata kesejahteraan. Kerusakan
lingkungan sangat dirasakan oleh alam beserta penghuninya yaitu
manusia dan makhluk hidp lainnya dan kerugian dialami karena
adanya kegiatan untuk pemulihan lingkungan tersebut.
Pemikiran tentang pertambangan tidak melulu tentang kegiatan
menggali yang dapat menghasilkan sesuatu tetapi juga tentang
bagaimana perencanaan pencegahan masalah yang timbul akan
kegiatan tersebut, oleh karena itu sila pertama Pancasila berperan
penting dalam pembangunan. Sifat mulia dan luhur yang
terkandung dalam sila pertama ini dibutuhkan. Sifat tersebut dapat
diwujudkan dengan rasa syukur kepada Tuhan karena telah
melimpahkan karunianya kepada bangsa Indonesia sehingga dapat
melaksanakan kegiatan yang diusung demi kesejahteraan
manusianya. Kemudian juga sifat yang menggambarkan peduli
akan lingkungan dengan menghargai tidak melulu sesama manusia
saja melainkan juga dengan makhluk lain yang Tuhan ciptakan
beseta dengan tempat mereka hidup.
Sila pertama Pancasila mengingatkan pada semua yang ada dan
tercipta di dunia ini berasal dari Tuhan dan semua yang telah
terbentuk di dunia ini sifatnya adalah saling terhubung dan timbal
balik. Manusia diingatkan bahwa alam semesta ini bisa tetap ada
walaupun tidak ada manusia, namun manusia tidak akan pernah
bisa hidup jika alam semesta ini tiada. Kendati demikian dalam hal
ini manusia terbentuk untuk bisa merawat, menjaga, melestarikan,
mengolah, dan memanfaatkan sesuatu yang ada di dunia ini.
Karena manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan
dalam berakal dan berpikir. Dengan kuasa dan anugrah dari Tuhan
tersebut, sebagai manusia hendaknya dapat memilah dan memilih
bagaimana cara yang tepat untuk bisa menjaga alam yang mereka
huni dan yang telah Tuhan berikan. Sehingga nantinya pasal 2
Undang-undang No.4 tahun 2009 yang membahas asas tentang
pertambangan Mineral dan Batu bara dapat terlaksana, yang salah
satunya yaitu asas tentang manfaat, keadilan, dan keseimbangan.
2.2.2. Nilai Kemanusiaan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
karena mereka dibekali akal pikiran dan perasaan sebagai tindak
perilakunya. Manusia mampu berpikir secara mendalam, kritis,
komprehensif, rasional, dan mempertimbangkan nilai-nilai
kebenaran dari Sang Pencipta. Manusia adalah makhluk yang
memiliki keunikan dimana manusia mempunyai kecerdasan baik
rasional, emosional dan spiritual (Murtadha, 1998: 117). Menurut
J. Sudaminta pada dasarnya manusia akan membentuk suatu
idealismenya sendiri sebagai tolak ukur dan konsep terhadap nilai-
nilai kebenaran. Konsep merupakan sebuah kerangka pokok
pikiran yang dijadikan sebagai ide atau pengertian dari sebuah
representasi abstrak dan umum terhadap sesuatu (Sugono, 2008:
725). Segala sesuatu nilai yang berhubungan dengan perilaku dan
perbuatan manusia disebut sebagai nilai kemanusiaan. Nilai
kemanusiaan merupakan sebuah konsep dalam pemikiran yang
ditaati dan dilakukan dengan kesadaran diri dan hati sebagai
realisasi terhadap penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia
dan martabatnya sesuai dengan nilai-nilai akidah dan moral dalam
masyarakat.
Pancasila sebagai dasar negera Indonesia memuat berbagai nilai
yang menjadikannya sebagai ideologi bangsa. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tercermin pada setiap sila-silanya.
Salah satu sila Pancasila yaitu sila ke-2 “kemanusiaan yang adil
dan beradab” mencerminkan nilai kemanusiaan yang terkandung di
dalam Pancasila. Pancasila juga merupakan sebuah hasil pemikiran
yang berdasarkan pada nilai moral dan kebenaran. Hal tersebut
dibuktikan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan negara di
Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai sebuah paradigma.
Paradigma adalah sebuah sistem nilai yang digunakan sebagai
patokan, kerangka-acuan, atau sebagai sistem nilai yang menjadi
pusat landasan dan sekaligus orientasi tujuan yang akan dicapai
(Ratnanigsih, 2018). Paradigma pancasila berarti menempatkan
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai landasan
keberhasilan.
Pembangunan nasional adalah upaya-upaya dalam mewujudkan
tujuan nasional yang berlandaskan pada paradigma pancasila.
Pembangunan nasional dilakukan secara berkesinambungan dan
mencakup ke dalam kehidupan masyarakat di Indonesia (Bappeda,
2016). Pembangunan nasional dalam sektor sumber daya alam
dilakukan oleh pemerintahan dan pihak-pihak terkait sebagai
pelaksananya. Sesuai dengan paradigma pancasila sila ke-2 yaitu
nilai kemanusiaan, pengelolaan sumber daya alam pertambangan di
Indonesia harus didasarkan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat. Nilai kemanusiaan harus diimplentasikan ke dalam
proses pengelolaan terhadap sumber daya tambang Indonesia.
Pertambangan yang dilakukan haruslah bersesuai dengan prinsip
pengelolaan limbah. Pertama, Sampah hasil tambang harus
dikelola agar tidak menimbulkan pencermaran lingkungan. Sebagai
manusia, kita harus memiliki rasa kepedulian terhadap sesama
makhluk hidup beserta lingungkan hidupnya. Kedua, setiap praktek
pertambangan di Indonesia harus bermanfaat bagi lingkungan di
sekitarnya. Sebagai contoh, masyarakat sekitar pertambangan juga
dapat berhak mendapatkan kebermanfaatan baik dari segi proses
maupun hasil dari praktek pertambangan. Ketiga, pelaksanaan
praktek pertambangan tidak boleh dilakukan dengan cara
mengeksploitasi baik pekerja dan sumber daya alam secara
berlebihan. Eksploitasi pekerja seperti memperkerjakan masyarakat
kecil untuk mendapatkan hasil tambang sedangkan hasilnya
dinikmati oleh golongan-golongan yang berada diatasnya.
Pasal 27 Ayat (2) UUD NRI 1945, “Tiap-tiap warga
negaraberhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.”Pasal 28D Ayat (2), “Setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapatimbalan dan perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja.”Pasal 28H Ayat (1), “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.”Dari beberapa ketentuan dalam
UUD NRI 1945 yang merupakan penjabaran sila ke-2 Pancasila,
bahwa masyarakat harus diperlakukan secara layak bagi
kemanusiaan.
2.2.3. Nilai Persatuan
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai
dengan banyaknya etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan, di
dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki
latar belakang budaya (cultural background) beragam.
Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya
perbedaan (Oktapiani, 2016).
Menurut Syarbaini (2010: 43) menyatakan bahwa: Persatuan
mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi. Kesatuan
adalah ke-Esaan, sifat tunggal atau keseutuhan. Sedangkan
menurut WJS. Poerwadarminta (2003: 30), kesatuan bangsa berarti
gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu.
Konsep persatuan dan kesatuan ini terlihat dari semboyan
Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Secara mendalam Bhineka
Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat
banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain
sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah
air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang,
bahasa dan lain-lain yang sama. Jadi rakyat Indonesia pada
dasarnya harus mempunyai konsep persatuan dan kesatuan
didirinya masing-masing, karena dengan konsep persatuan dan
kesatuan inilah rakyat Indonesia bisa menjalankan kehidupannya
dengan sejahtera dan makmur, karena tidak mempermasalahkan
perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan tersebut menjadi
salah satu keunikan negara Indonesia. Konsep persatuan dan
kesatuan ini juga ada di landasan ideal dan konstitusional negara
Indonesia yaitu, landasan idealnya adalah Pancasila yaitu sila 3
yang berbunyi: “Persatuan Indonesia” (Oktapiani, 2016).
Aktivitas ekonomi Pancasila dipahami sebagai konsekuensi yang
harus diterima atas kebangsaan dan keharusan untuk menjaga
persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sumber daya alam yang
ada di Indonesia sangat berlimpah, untuk itu sebaiknya seluruh
warga Negara Indonesia patut mengolah dengan sebaik-baiknya.
Pengelolaan Sumber Daya Alam tersebut harus dilandasi dengan
prinsip kekeluargaan. Artinya dalam mengelola semua sumber
daya alam di Indonesia, jangan sampai saling berebut atau
menimbulkan kekacauan sehingga dapat merusak persatuan
Indonesia. Eksplorasi timah harus dikelola berdasarkan prinsip
kekeluargaan, bukan mengksploitasi sebesar-besarnya dengan terus
mengangkat suber daya timah ke luar negeri melalui berbagai jalur
penyelundupan.
Warga Indonesia selama ini diberi keleluasaan untuk menggali
timah tanpa ada kontrol dari pemerintah sehingga terkesan tidak
ada pembatasan dan sangat bebas atau terjadi pembiaran. Ditambah
lagi dengan adanya kasus pengeksporan timah keluar negeri secara
besar-besaran dan ilegal karena melalui jalur penyelundupan. Hasil
penjualan timah akan dikuasai oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab, rakyat biasa tidak dapat menikmati hasil penjualan. Hal ini
jika dibiarkan akan menimbulkan adanya ketidakadilan sehingga
akan memicu masalah disintegrasi bangsa. Sikap disintegrasi ini
akan menghancurkan persatuan Bangsa Indonesia.
Sebagai contoh Papua yang kaya akan emas tetapi tidak
menikmati hasilnya, sehingga muncul simpul-simpul disintegrasi
dari kelompok-kelompok masyarakat. Oleh karenanya, kebijakan
publik bidang tambang harus mengakomodir kepentingan daerah
dan penduduk lokal, sehingga ancaman-ancama disintegrasi dapat
dihindari.
Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, “Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar.”. Rumusan pasal ini apabila ditafsirkan akan mengandung
maksa bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi, tetapi
penyelenggaraannya sesuai dengan UUD 1945. Pentingnya
Pancasila disini adalah sebagai titik tonggak dalam
penyelenggaraan kekuasaan tersebut, dalam hal ini adalah sebagai
titik tonggak dalam mengelola sumber daya alam yang ada di
Indonesia secara efektif, sehingga keharmonisan seluruh warga
negara tercapai dan membentuk persatuan seutuhnya.
2.2.4. Nilai Kerakyatan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan Sumber Daya Alam
(SDA) pertambangan adalah menilik nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila sebagai sumber nilai pembangunan Sumber Daya
Alam (SDA) dalam pertambangan. Sumber nilai pembangunan
Sumber Daya Alam (SDA) dalam pertambangan harus mengacu
pada nilai-nilai pancasila terutama sila ke-4 dimana semua praktik
pembangunan Sumber Daya Alam (SDA) dalam pertambangan
harus berkembang atas asas kerakyatan. Hal ini dikarenakan warga
negara merupakan pelaku pembangunan Sumber Daya Alam
(SDA) dalam pertambangan sehingga masyarakat harus mampu
menempatkan peran pelaku pembangunan pertambangan tersebut
sebagai warga negara Indonesia yang menganut pembangunan
Sumber Daya Alam (SDA) berdasarkan asas kerakyatan yaitu
pembangunan pertambangan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Warga Indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan
sebagai subjek atau pelaku pembangunan Sumber Daya Alam
(SDA) dalam pertambangan bukan hanya sekedar sebagai
penikmat hasil pembangunan pertambangan tanpa mengetahui
bagaimana seluk beluk pembanguan pertambangan tersebut.
Karena pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan
Sumber Daya Alam (SDA) dalam pertambangan harus dapat
meningkatkan harkat martabat manusia. Pembangunan Sumber
Daya Alam (SDA) dalam pertambangan di Indonesia yang bertolak
dari manusia sebagai subyek atau pelaku pembangunan Sumber
Daya Alam (SDA) harus mampu menempatkan kekuasaan
tertinggi pada rakyat. Kekuasan yang dimaksud disini adalah
kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pembangunan Sumber Daya Alam (SDA) dalam pertambangan di
Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah
Pembangunan Sumber Daya Alam (SDA) berdasarkan asas
kerakyatan bukan asas otoriter.
Salah satu contoh pertambangan di Indonesia adalah
pertambangan mineral dan pertambangan batubara yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batubara (UU Minerba). Kekayaan alam berupa
mineral dan batubara adalah kekayaan yang tak terbarukan,
memiliki nilai yang luar biasa tinggi, dan diperlukan oleh orang
banyak. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara mendefinisikan pertambangan
mineral sebagai pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih
atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air
tanah. Sedangkan pertambangan batubara adalah pertambangan
endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen
padat, gambut, dan batuan aspal.
Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara, sebagai sumber daya alam
yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional yang dikuasai
oleh negara untuk kesejahteraan rakyat sebesar-besarnya.
2.2.5. Nilai Keadilan
Pancasila sila ke-5 berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia merupakan pengrucutan dari sila-sila Pancasila
sebelumnya. Tersirat juga tujuan negara Indonesia untuk mencapai
masyarakat yang adil, sejahtera, dan makmur. Pancasila tidak dapat
dipandang secara terpisah hanya pada sila ke-5 saja, tetapi perlu
dipandang sebagai satu-kesatuan utuh. Surip, Ngadino dalam
sebuah jurnal (Indriani & Rianto , 2019), menjelaskan :
Perumusan persatuan dan kesatuan sila kelima, yaitu: keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang Berketuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
bersatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Pancasila sebagai dasar negara di dalamnya terkandung tujuan
dan cita-cita luhur bangsa haruslah tercermin dalam semua aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu aspek berbangsa
dan bernegara adalah pembangunan negara Indonesia. Pancasila
harus hadir dalam semua aspek pembangunan negara. Hal tersebut
penting agar pembangunan di Indonesia mengarah pada
tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa, yaitu mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur.
Salah satu aspek pembangunan negara dapat dilihat dari
pembangunan sumber daya alamnya. Indonesia kaya akan mineral
yang tersimpan dalam perut ibu pertiwi. Pengolahan yang
dilakukan oleh pemerintah haruslah berlandaskan Pancasila.
Selama ini pengelolaan pertambangan Indonesia telah signifikan
menyumbang PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) bagi
Indonesia termasuk dalamnya pertambangan nonmigas (Said ,
2017). Namun, hal terpenting disini bukan bagaimana sumbangan
pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, melainkan
bagaimana pertambangan Indonesia benar-benar memberikan
kontribusi mewujudkan cita-cita luhur yaitu, kesjahteraan,
kemakmuran, dan keadilan rakyat Indonesia.
Pengelolaan pertambangan dilakukan oleh negara. Peran negara
harus tetap bertujuan untuk kepentingan rakyat bukan kepentingan
golongan. Seperti yang tertulis dalam konstitusi UUD 1945 pasal
33 ayat 3 dijelaskan bahwa pengelolaan pertambangan baik di
dalam bumi maupun air harus ditujukan bagi terwujudnya
kesejahteraan rakyat. Artinya, meskipun negara melalui
pemerintahnya mengambil alih peran pengelolaan, tetap saja hasil
pengelolaan tersebut dikembalikan lagi untuk rakyat dan kemajuan
negara Indoensia. Oleh karena itu, pemerintah sebagai wakil
negara haruslah mengawasi pengelolaan berbagai SDA di
Indonesia termasuk sektor pertambangan agar kemanfaatan
sebesar-besarnya dari hasil eksplorassi dan pemerintah juga
mengusahakan agar mendapat hasil tambang yang optimal demi
kesejahteran masyarakat sehingga mampu mewujudkan cita-cita
luhur Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik
daratan maupun lautan. Hal tersebut tak menutup kemungkinan bahwa
Indonesia memiliki cadangan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu
contohnya yaitu sumber daya alam pertambangan mineral dan batu bara.
Dalam pelaksanaan pembangunan sumber daya alam dalam sektor
pertambangan di Indonesia perlu berpegangan dan mengacu pada pancasila
yang merupakan ideologi dari bangsa Indonesia. Pancasila dalam hal ini
berperan sebagai paradigma, yaitu sumber hukum, metode, dan asumsi dasar
serta asumsi nilai.
Dalam menilik pembangunan sumber daya alam sektor pertambangan
perlu didasarkan pada paradigma Pancasila. Pembangunan sumber daya alam
tersebut harus mengacu pada sila-sila Pancasila, terutama pada sila pertama
dimana sila pertama menggambarkan makna tentang sifat luhur dan mulia
yang dibutuhkan dalam pembangunan dengan menghargai ciptaan Tuhan
serta dapat memanfaatkan ciptaan-Nya dengan asas keseimbangan. Sila
kedua dimana nilai kemanusiaan harus diimplementasikan ke dalam proses
pengelolaan sumber daya tambang melalui rasa kemanusiaaan dan kepedulian
terhadap lingkungan. Sila ketiga yaitu melandasi proses dengan prinsip
kekeluargaan dimana nantinya tidak akan ada perebutan yang menimbulkan
kekacauan serta kerusakan persatuan Indonesia. Juga sila keempat dimana
pembangunan SDA pertambangan harus berkembang atas asas kerakyatan
karena disini rakyat merupakan pelaku pembangunan SDA pertambangan
tersebut. Serta sila kelima juga turut hadir dalam aspek pembangunan negara
yang mana dapat memberikan kontribusi cita-cita luhur berupa kesejahteraan,
kemakmuran, dan keadilan rakyat Indonesia.
3.2. Saran
Berdasarkan kegiatan pembangunan sumber daya alam pada sektor
pertambangan sebaiknya menggunakan paradigma pancasila, yaitu sumber
hukum, metode, asumsi dasar serta asumsi nilai berdasarkan nilai yang
terkandung di dalam Pancasila. Dengan demikian, pembangunan sumber daya
alam sektor pertambangan tidak hanya berhasil dalam pembangunannya
melainkan juga berhasil dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia
sesuai dengan peran dan tujuanya.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai