LP 2 (1) - 4
LP 2 (1) - 4
Disusun Oleh :
04204942
PRODI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan adanya tanda tangan pada lembar ini, maka mahasiswa dinyatakan telah selesai tugas
Laporan dipekan pertama.
Disahkan oleh :
Yogyakarta, 2022
( ) ( )
2
Latar Belakang
Penyakit kulit dalam dewasa ini masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di
Indonesia, penyakit kulit dan penyakit subkutan menurut ranking dari 10 penyakit terbanyak
di Indonesia menduduki peringkat kedua setelah penyakit infeksi saluran pernafasan akut
dengan jumlah 501.280 kasus atau 3,16%. Infeksi bakteri jamur, virus, dan karena dasar
alergi menjadi dominasi terbesar dalam penyebab penyakit kulit di Indonesia, sedangkan
factor degenerative menjadi penyebab penyakit kulit di Negara Barat. Selain factor yang
disebutkan di atas life style, lingkungan yang tidak bersih, personal hygine uga menjadi
penyebab timbulnya penyakit kulit (Becker et al., 2018).Salah satu penyakit kulit tersebut
adalah selulitis. Selulitis adalah inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
disebabkan oleh bakteri S.aeureus dan/ atau Streptococcus (Becker et al., 2018).Selulitis
diseluruh dunia tidak diketahui secara pasti sebuah studi tahun 2006 melaporkan insidensi
selulitis di Negara Utah, Amerika Serikat sebesar 24,6 kasus per seribu penduduk per tahun
dengan insidensi terbesar pada pasien lakilaki usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi
peningkatan kunjungan di pusat kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit
dan jaringan lunak kulit yaitu 32,1 kasus menjadi 48,1 kasus per seribu populasi dari 1997-
2005 pada tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus. Data dari rumah sakit inggris melaporkan
kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, selulitis ditungkai
menduduki tingkat pertama dengan jumlah 58.842 kasus. Data dari rumah sakit Australia
melaporkan inisidensi selulitis sebanyak 11,5 per sepuluh ribu populasi pada tahun 2001 dan
2002. di spanyol dilaporkan 86% (122 pasien) dalam periode 5 tahun menderita erysepelas
dan selulitis. Banyak penelitian yang melaporkan
kasus terbanyak terjadi pada laki-laki dan lokasi tersering di ekstermitas bawah
(Barlos & Koutsogianni, 2015) Prevelensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara
pasti. Menurut jurnal Celulitis-Epidemiological and Clinical Charactereristic (2012)
menganalisis
3
bahwa dalam 3 tahum terakhir ada 123 pasien, 35 pasien dengan tipe erisepelas superficial
dan 88 pasien dengan selulitis. Presentasi laki-laki lebih sering yaitu 56,09%, dengan usia
rata-rata 50,22 tahun. Prevelensi lokasi selulitis yaitu tungkai (71,56%), lengan (12,19%),
kepala/leher (13,08%), tubuh (3,25%) (Becker et al.,2018).Berdasarkan data statistik yang
penulis dapatkan dari Puskesmas kedungpring jumlah pasien dengan diagnosa medis selulitis
yang masuk dari bulan September 2017-Maret 2018 sebanyak 2 kasus dengan indikasi
Selulitis pada ekstermitas bawah dengan tindakan lanjutan debridement.Pada tanggal 12
November 2019 hingga tanggal 14 November 2019 penulis melaksanakan asuhan
keperawatan di desa tlanak pada klien dengan indikasi selulitis pedis sinistra, pada kasus
selulitis yang diderita klien telah terjadi perluasan jaringan nekrotik hingga harus dilakukan
tindakan debridemen akibat dari infeksi berat pada jaringan subkutan kulit. Asuhan
keperawatan yang diberikan secara komprehensif dan berkesinambungan serta memandang
pasien dari aspek bio-psiko-sosial-spiritual dan sesuai dengan kebutuhan pasien dapat
mempercepat proses penyembuhan klien. Penatalaksanaan selulitis meliputi istirahat, tungkai
bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), sedikit lebih tinggi daripada letak
jantung. Pengobatan sistemik ialah pemberian antibiotik, dan secara topikal diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik (Mitaart & Pandaleke, 2014).Managemen
nyeriadalah upaya dalam ilmu medis dalam menghilangkan keluhan nyeri yang di rasa pasien
nyeri. Bebarapa manajemen nyeri keperawatan adalah mengatur posisi fisiologis dan
imobilisasi ekstremitas yang mengalami nyeri, mengistirahatkan klien, kompres, manajemen
lingkungan, teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, manajemen sentuhan. Terapi non
farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
farmakologis yang lebih baik (Furlan, 2016). Selulitis menyebabkan kemerahan atau
peradangan pada ekstermitas juga biasa pada wajah, kulit menjadi bengkak, licin disertai
nyeri yang terasa panas. Gejala lainnya adalah demam, merasa tidak enak badan, bisa terjadi
kekakuan. Selulitis merupakan penyakit serius sampai harus dilakukan pembedahan, tapi bisa
dicegah, jika pasien menderita selulitis harus dilakukan perawatan untuk mengurangi
kesakitan serta mengecilkan pembengkakan sehingga penyebaran infeksi ke darah dan organ
lain dapat di cegah. Dari beberapa referensi, ciri manifestasi klinis dari selulitis adalah nyeri
akut disertai bengkak, jika nyeri dan bengkak tersebut menyerang ektermitas bawah tentu
akan mengganggu mobilitas pasien, terjadi kekakuan otot dan kekuatan otot pasien menurun
sehingga mengganggu pergerakan (Furlan, 2016).Lingkungan yang kurang bersih dan
pekerjaan yang dapat meningkatkan resiko trauma ekstremitas dan infeksi dapat menjadi
factor predisposisi selulitis. Penduduk perkampungan yang jauh dari daerah perkotaan
4
dengan fasilitas kesehatan yang kurang memadai rentan sekali terjangkit selulitis karena
aktifitas yang beresiko masuknya pathogen dan lingkungan kerja yang kotor. Keterlambatan
penanganan dapat menimbulkan kecacatan akibat nekrosis jaringan atau bahkan kematian
akibat sepsis (Kemenkes, 2015).Salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah bidang
keperawatan dimana mandi hangat untuk menghilangkan inflamasi dan meningkatkan
drainase dan berikan atau anjurkan pemberian sendiri analgetik sesuai ketentuan pantau
terhadap efek samping (Nettina, 2017). Mempertimbangkan hal tersebut penulis berperan
dalam mempertimbangkan asuhan keperawatan dengan proses pendekatan keperawatan pada
pasien yang mengalami selulitis yang akan penulis susun dalam bentuk laporan studi kasus
Asuhan Keperawatan Gerontik Nyeri Akut pada Klien selulitis di Desa Tlanak Kecamatan
Kedungpring kabupaten lamongan.
5
SELULITIS
A. Definisi penyakit
Selulitis adalah peradangan akut dan meluas dari dermis dan jaringansubkutan yang
berkaitan. Selulitis memiliki angka morbiditas yang tinggi danbiaya perawatan medis yang
besar. Selulitis paling sering mengenai ekstremitasbawah. Faktor risikoyang mengakibatkan
terjadinya selulitis adalah trauma(laserasi, luka bakar, abrasi, luka remuk, fraktur terbuka),
penggunaan obat-obat intravena, binatang atau manusia, riwayat infeksi selulitis
olehStreptococcus, tinea pedis, masektomi radikaldengan diseksi kelenjar limfeaksilaris,
cangkok yang diambil dari vena Saphena magna.
6
B. Etiologi
C. Tanda Gejala
D. Patofisiologi
Patofisiologi Bakteri patogen yang menembus lapisan luar penyebab infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi berjangkit pada orang
gemuk, gizi rendah, orang tua dan pada orang diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
7
adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan nyeri yang karakteristi hangat, tekan, demam
dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang
terkait dengan pertumbuhan bakterimia, etiologi mikroba yang pasti sulit ditentukan, untuk
abses lokalisata yang memiliki gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang
disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya campuran.
E. Phatway
8
F. Komplikasi
1.Bakteremia : nanah/lokal abses, super infeksi oleh bakteri gram negatif, lymphangitis,
tromboflebitis
4.Osteomielitis
5.Arthritis Septic
6.Glomerulonefritis
7.Fasciitis Necroticans
G. Data penunjang
9
H. Penatalaksanaan
1.Selulitis pasca trauma, khususnya setelah gigitan hewan, berikan antibiotik untuk
mengatasi basil gram negatif dan gram positif. Jika perlu berikan analgesik dan
NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam.
2.Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses. Insisi drainase merupakan salah
satu tindakan dalam ilmu bedah yang bertujuan untuk mengeluarkan abses atau pus
dari jaringan lunak akibat proses infeksi. Tindakan ini dilakukan pertama dengan
melakukan tindakan anestesi lokal, aspirasi pus pada daerah pembengkakan kemudian
dilakukan tindakan insisi drainase dan pemasangan drain.
10
I. Konsep dasar asuhan keperawatan (ASKEP)
A)Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan Utama :
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada luka infeksidan biasanya bengkak
3. Riwayat Kesehatan :
a.Riwayat penyakit sekarang : Tanyakan sejak kapan merasakan keluhan
b.Riwayat penyakit dahulu : Apakah dulu pasien pernah menderita penyakit seperti ini
c.Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini
d.Riwayat psikososial : apakah pasien merasakan cemas yang berlebihan.
4. Pemeriksaan Fisik :
Kepala: Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
Mata: Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
Hidung: Tidak ada pernafasan cuping
Mulut: Kebersihan, tidak pucat
Telinga: Tidak ada serumen
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung: Denyut jantung meningkat
Ekstremitas: Adakah luka pada ekstremitas
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau
d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi
cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
5. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut
Kerusakan integritas kulit
6. Perencanaan Keperawatan
11
a. Diagnosa Keperawatan :
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : pasien menampakkan ketenangan ekspresi muka rileks
ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
Kaji intensitas nyeri menggunakan skala/pringkat nyeri
Pertahankan ekstremitas yang dipengaruhi
Jelaskan kebutuhan akan imobilitasi
Ubah posisi sesering mungkin
Tingkatkan aktivitas ditraksi
12
7. Implementasi Keperawatan
Realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
Pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan.
8. Evaluasi Keperawatan
Untuk mempermudah perawat melakukan evaluasi atau memantu perkembangan kondisi
pasien dengan menggunakan komponen SOAP, Berikut pengertian SOAP :
S : Data subjektif (Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah tindakan)
O : Data Objektif (Data dari hasil pengukuran observasi perawat secara langsung kepada
Pasien)
A : Asessmen (Data yang terkumpul dari subjektif dan objektif yang merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah
atau diagnosis baru yang terjadi akibat berhubungan status kesehatan pasien yang telah
teridentifikasi datanya dalam subjektif dan objektif)
P : Planning (Perencanaan perawatan yang akan di lanjutkan, dihentikan, dimodivikasi, atau
di tambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang sebelumnya).
13
14
15