0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas hubungan situasi tutur dan tindak tutur pada pendekatan guru dan siswa kelas 1 SD dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa. Secara khusus dibahas mengenai makna dasar, fungsi, dan efek dari tindak tutur dalam komunikasi antara guru dan siswa di kelas. Jenis-jenis wacana seperti prosa, puisi, dan drama juga dibahas sebagai unsur penting dalam pembelajaran bahasa.
Deskripsi Asli:
hubungan situasi
Judul Asli
Hubungan situasi tutur dan Tindak Tutur pada pendekatan guru dan siswa kelas 1 sd n no 226
Dokumen ini membahas hubungan situasi tutur dan tindak tutur pada pendekatan guru dan siswa kelas 1 SD dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa. Secara khusus dibahas mengenai makna dasar, fungsi, dan efek dari tindak tutur dalam komunikasi antara guru dan siswa di kelas. Jenis-jenis wacana seperti prosa, puisi, dan drama juga dibahas sebagai unsur penting dalam pembelajaran bahasa.
Dokumen ini membahas hubungan situasi tutur dan tindak tutur pada pendekatan guru dan siswa kelas 1 SD dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa. Secara khusus dibahas mengenai makna dasar, fungsi, dan efek dari tindak tutur dalam komunikasi antara guru dan siswa di kelas. Jenis-jenis wacana seperti prosa, puisi, dan drama juga dibahas sebagai unsur penting dalam pembelajaran bahasa.
Hubungan situasi tutur dan Tindak Tutur pada pendekatan guru dan siswa kelas 1 sd n no 226/vii
sebagai alternative peningkatan bacaan siswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan salah satu alat kumunikasi manusi, dengan bahsa pula setiap Manusia mampu menyampaikan segala jenis informasi dengan berbagai jenis gagasan, perasaan, serta magsud dan tujuan, menurut Austin mengucapkan sesuatu merupakan melakukan sesuatu dengan segala bahasa atau tutur yang tepat di pakai untuk membuat sebuah kejadian kerena banyak ujaran yang merupakan tindak tutur, mempunyai daya-daya. Oleh karena itu, setiap komunikasi akan terhjadi sebauah pristiwa ativitas bicara tindak tutur, maka terjadilah lokusi,ilokusi dan perlokusi, daya daya dalam tindak tutur. Maka terjadilah lokusi, ilokusi dan perlokusi. Daya-daya dalam tindak tutur meliputi tiga jenis daya. Pertama daya lokusi, adalah makna dasar dan referensi (makna yang diacu) oleh ujaran itu. Kedua daya ilokusi, adalah daya yang ditimbulkan oleh penggunanya sebagai perintah, ejekan, keluhan, janji, pujian, dan sebagainya. Jadi dalam hal ini, daya ilokusi merupakan fungsi tindak tutur yang ―inheren‖ atau padu dalam tutur. Ketiga daya perlokusi, adalah hasil atau efek ujaran terhadap pendengarnya, baik yang nyata maupun yang diharapkan.1 Disamping itu, pembahasan tentang tindak tutur tentunya tidak pernah lepas dari penutur dan petutur. Penutur adalah orang yang bertutur, sedangkan Petutur adalah orang yang diajak bertutur, atau lawan tutur. Hal ini termasuk dalam ranah kajian pragmatik. Kesatuan bahasa yang lengkap tidaklah hanya terdiri dari kata atau kalimat saja. Namun juga membutuhkan wacana atau discourse. Sebab itu penyelidikan dan deskripsi sintaksis tidak hanya dibatasi pada satuan kalimat saja, akan tetapi harus melanjutkan ke kesatuan yang lebih besar yaitu wacana. Wacana adalah suatu bahasan yang kompleks dan lengkap.3 Karena di dalamnya terdapat fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan sebuah karya yang utuh. Akan tetapi pada dasarnya wacana merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai piranti yang cukup banyak, karena kajian tentang wacana wajib ada dalam proses pembelajaran bahasa. Jenis wacana diantaranya adalah wacana fiksi, wacana fiksi terdiri dari wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan atau dituliskan dalam bentuk prosa berupa novel, cerpen, artikel, makalah, skripsi, tesis, dan lain sebagainya. Wacana puisi yaitu jenis wacana yang dituturkan dalam bentuk puisi, wacana puisi berbentuk tulisan dan lisan bahasa dan isinya berorientasi pada kualitas estetika (keindahan). Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama dan umumnya berbentuk percakapan dan dialog. Dalam wacana ini harus ada penutur dan petutur. Wacana nonfiksi disebut juga wacana ilmiah yang mana disampaikan dengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahasa yang digunakan bersifat denotatif, lugas, dan jelas.