NOMOR
TENTANG
MEMUTUSKAN;
1
(4) Asesmen awal sebagaimana dimaksud di pasal 2 ayat 2, berisikan
minimal:
a. status fisik
b. psiko-sosio-spiritual
c. ekonomi
d. riwayat kesehatan pasien
e. riwayat alergi
f. asesmen nyeri
g. risiko jatuh
h. asesmen fungsional
i. risiko nutrisional
j. kebutuhan edukasi
k. Perencanaan Pemulangan Pasien
(5) Asesmen awal pasien mencakup juga kebutuhan fungsional, termasuk
risiko jatuh, kemudian dirujuk untuk asesmen dan tindakan lebih lanjut
jika perlu.
Pasal 3
(1) Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan,
asesmen ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan
teridentifikasi risiko jatuh.
(2) Rumah sakit menetapkan kriteria asesmen kebutuhan fungsional dan risiko
jatuh, yang dikembangkan bersama staf yang kompeten dan berwenang.
(3) Pasien diskrining untuk kebutuhan fungsional termasuk risiko jatuh
(4) Pasien dengan kebutuhan fungsional lanjutan termasuk risiko jatuh,
memperoleh asuhan yang sesuai ketentuan rumah sakit.
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 15 Januari 2018 Direktur
Rumah Sakit X,
ttd
2
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT X
NOMOR
TENTANG
PEDOMAN PENCEGAHAN PASIEN
CEDERA KARENA JATUH
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab seluruh petugas di rumah sakit. Dalam rangka
menurunkan risiko cedera akibat jatuh pada pasien, petugas akan menilai dan melakukan penilaian ulang
terhadap kategori risiko jatuh pasien, serta bekerjasama dalam memberikan intervensi pencegahan jatuh
sesuai prosedur.
Banyak cedera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien jatuh. Berbagai faktor yang
meningkatkan riisiko pasien jatuh antara lain:
a) kondisi pasien;
b) gangguan fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, atau
perubahan status kognitif);
c) lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit;
d) riwayat jatuh pasien;
e) konsumsi obat tertentu;
f) konsumsi alkohol.
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat mendadak berubah menjadi
berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien,
serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit.
Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh.
Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan dengan ambulans dari
fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan radiologi. Pasien ini berisiko jatuh waktu dipindah dari
brankar ke meja periksa radiologi, atau waktu berubah posisi sewaktu berada di meja sempit tempat
periksa radiologi.
Lokasi spesifik dapat menyebabkan risiko jatuh bertambah karena layanan yang diberikan. Misalnya,
terapi fisik (rawat jalan dan rawat inap) memiliki banyak peralatan spesifik digunakan pasien yang dapat
menambah risiko pasien jatuh seperti parallel bars, freestanding staicases, dan peralatan lain untuk
latihan.
Rumah sakit melakukan evaluasi tentang pasien jatuh dan melakukan upaya mengurangi risiko pasien
jatuh. Rumah sakit membuat program untuk mengurangi pasien jatuh yang meliputi manajemen risiko
dan asesmen ulang secara berkala di populasi pasien dan atau lingkungan tempat pelayanan dan asuhan
itu diberikan.
3
Rumah sakit harus bertanggung jawab untuk identifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (pasien
datang dengan ambulans, transfer pasien dari kursi roda atau cart), tipe pasien, serta gangguan fungsional
pasien yang mungkin berisiko tinggi untuk jatuh.
Rumah sakit menjalankan program pengurangan risiko jatuh dengan menetapkan regulasi yang sesuai
dengan lingkungan dan fasilitas rumah sakit. Program ini mencakup monitoring terhadap kesengajaan dan
atau ke dak-sengajaan dari kejadian jatuh. Misalnya, pembatasan gerak (restrain) atau intake pembatasan
cairan.
1.3. Sasaran
Sasaran Panduan Upaya Mengurangi Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh tercapainya keselamatan pasien
di Rumah Sakit Prima Husada
1.5. Pengertian
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang
lain, tidak disengaja/ tidak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai
dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin).
Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan
dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera. Faktor risiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2
kategori:
1. Intrinsik: berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi psikologis
2. Ekstrinsik: berhubungan dengan lingkungan
Selain itu, faktor risiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat diperkirakan (anticipated) dan
tidak dapat diperkirakan (unanticipated). Faktor risiko yang dapat diperkirakan merupakan hal-hal yang
diperkirakan dapat terjadi sebelum pasien jatuh.
4
BAB II
Informasi yang diperoleh pada asesmen awal medis dan atau asesmen awal keperawatan, dapat
menunjukkan kebutuhan asesmen lebih lanjut atau lebih mendalam tentang status nutrisional (antara lain
metode MST- Malnutri on Screening Tools), fungsional (antara lain: dengan metode Barthel Index)
termasuk risiko pasien jatuh.
Asesmen lebih mendalam dibutuhkan untuk identifikasi pasien yang memerlukan intervensi nutrisi,
layanan rehabilitasi atau layanan lain terkait kemampuan untuk berfungsi mandiri. Secara umum seleksi
dilakukan melalui evaluasi sangat sederhana, mendalam terhadap pasien untuk menentukan apakah pasien
menunjukkan gejala sebagai sebuah risiko yang kemudian dibutuhkan asesmen lebih lanjut secara
mendalam. Misalnya, asesmen awal keperawatan memuat kriteria dasar untuk menyaring status nu
risional, seperti ada lima atau enam pertanyaan sederhana yang menghasilkan skor angka terkait dengan
makanan yang menurun, berat badan menurun selama 3 bulan yang lalu, mobilitas dan lain sebagainya.
Jumlah angka (skor) akan menunjukkan risiko nutrisional pasien yang membutuhkan asesmen nutrisional
lebih lanjut secara mendalam. Pada setiap kasus, kriteria pemeriksaan digunakan oleh staf yang kompeten
dan diberi kewenangan yang mampu melakukan asesmen lebih lanjut, jika perlu, memberikan pelayanan
yang diperlukan. Misalnya, kriteria pemeriksaan risiko nutrisional dibuat oleh perawat yang
menggunakan kriteria, die sen yang memberi saran intervensi diet, dan nutrisionis yang akan
mengintegrasikan kebutuhan nutrisi dengan kebutuhan lain pasien.
Informasi yang dikumpulkan dalam asesmen awal medis dan keperawatan termasuk asesmen lain yang
dibutuhkan antara lain untuk: gigi, pendengaran, penglihatan, dan sebagainya. Setelah pemulangan di
rumah sakit dilanjutkan asuhan di komunitas.
5
2.1. Asesmen Risiko Jatuh Pada Dewasa (Morse Fall Scale)
1. Riwayat jatuh:
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat kejadian jatuh
fisiologis dalam 12 bulan terakhir ini, seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan, berikan skor 25.
Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
2. Diagnosis sekunder:
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan skor 0.
3. Alat bantu:
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika pasien menggunakan tongkat /
alat penopang, berikan skor 15. Jik pasien dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor 0.
4. Terapi intravena (terpasang infus):
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0.
5. Gaya berjalan:
a. Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan untuk bangun dari kursi,
menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala menunduk, pandangan
mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan sedang – total untuk menjaga keseimbangan
dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu berjalan, dan langkah-langkahnya
pendek; berikan skor 20.
b. Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien membungkuk; tidak dapat mengangkat
kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau memerlukan bantuan ringan untuk berjalan; dan
langkah-langkahnya pendek; berikan skor 10.
c. Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0
6. Status mental:
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk berjalan. Jika pasien
mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika asesmen pasien sesuai
dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.
6
2.2. Asesmen Risiko Jatuh Pada Pediatrik
Asesmen risiko jatuh merupakan suatu alat yang dapat mengidentifikasi secara cepat mengenai faktor
risiko jatuh yang dimiliki pasien sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan, proteksi, dan
pemantauan pasien selama dirawat. Asesmen risiko jatuh ini termasuk dalam komponen program
pencegahan jatuh yang komprehensif.
Terdapat 4 hal yang diperkirakan berperan serta terhadap risiko jatuh pada pediatrik, yaitu:
1. Lingkungan serta penggunaan peralatan di rumah sakit yang baru (tidak familiar) terhadap pasien
pediatric
2. Pasien pediatri yang dirawat biasanya berkaitan dengan gangguan kemampuan motorik dan kognitif
pasien
3. Tahapan perkembangan kemampuan motorik dan kognitif pasien mempengaruhi risiko jatuh. Anak-
anak yang berisiko tinggi jatuh adalah:
1. Anak pre-sekolah
2. Usia < 10 tahun memiliki risiko jatuh 2 kali lipat lebih tinggi dalam populasi total
3. Anak dengan disabilitas dan keterbatasan gerak (mobilitas)
4. Anak yang menggunakan kursi roda, tanpa melihat kemampuan kognitifnya.
Asesmen Risiko Jatuh untuk Pediatrik: Humpty Dumpty Fall Prevention dinilai sebagai alat asesmen
risiko jatuh yang valid dan telah diterapkan oleh berbagai rumah sakit di seluruh dunia.
Asesmen Risiko Jatuh Pediatrik ‘Humpty Dumpty’, terdiri dari 6 kategori:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Diagnosis
4. Gangguan kognitif
5. Faktor lingkungan
6. Respons terhadap pembedahan / sedasi / anestesia dan penggunaan medikamentosa Identifikasi
pasien dengan label / stiker ‘Humpty Dumpty’ seperti di bawah ini. Tempelkan pada pasien, tempat
tidur, dan kartu perawatan pasien.
Berikut ini akan disajikan tabel mengenai asesmen risiko jatuh Humpty Dumpty
7
Perilaku 2
Lain-lain 1
Kognitif Keterbatasan daya pikir 3
Pelupa, berkurangnya orientasi sekitar 2
Dapat menggunakan daya pikir tanpa hambatan 1
Faktor Riwayat jatuh/bayi diletakkan di tempat tidur 4
Lingkungan dewasa 3
Pasien menggunakan alat bantu/ ditempatkan di TT 2
bayi 1
Pasien diletakkan di tempat tidur
Area di luar rumah sakit
Respon thd Dalam 24 jam 3
pembedahan, Dalam 48 jam 2
sedasi,anestesi 48 jam atau tidak menjalani pembedahan, sedasi, anestesi 1
KESIMPULAN : 7-11 : Risiko Rendah >12 : Risiko Tinggi (Skor minimal 7, maksimal
23)
8
f. Evaluasi waktu pemberian medikamentosa
g.Jangan menempatkan peralatan yang tidak diperlukan di dalam ruangan
h.Gunakan proteksi pada tempat-tempat yang berpotensi meningkatkan
risiko jatuh pasien, misalnya: celah di samping tempat tidur.
i. Pastikan pintu selalu terbuka setiap waktu kecuali diperlukan tindakan
isolasi
j. Pastikan tempat tidur berada dalam posisi terendah, kec pasien diawasi
langsung oleh orang lain
k.Berikan edukasi kepada pasien / keluarga mengenai pencegahan jatuh
l. Catatlah di dalam rekam medis pasien
9
Tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu 3 = 0. jika nilai
bantuan total total 4-6, maka
6 Mobilitas Mandiri (boleh menggunakan alat bantu 0 skor = 7
jalan)
Berjalan dg bantuan 1 orang (verbal / fisik) 1
Menggunakan kursi roda 2
Imobilisasi 3
Total skor
Tabel 2.6 Tatalaksana Pencegahan Resiko Jatuh Ontario Modified Stratify - Sydney Scoring
INTERPRETASI INTERVENSI
1. orientasi kamar tidur dan lingkungan rawat inap, beserta staf rumah sakit
0-5 2. posisikan tempat tidur pasien rendah. Pastikan rem tempat tidur berfungsi
Risiko Rendah dengan baik
3. alarm, tombol pemanggil, dan meja samping dapat dijangkau tangan
pasien, intruksikan pasien untuk memanggil bantuan jika memerlukan
sesuatu
4. pastikan penggunaan alas kaki yang aman saat mobilisasi
5. sediakan brosur pemakaian alas kaki yang aman kepada pasien dan
keluarga
6. pakaian pasien berukuran pas (tidak terlalu besar / kecil)
7. amankan area dari perabot yang tidak stabil, ruangan yang berantakan
8. sediakan brosur pencegahan jatuh kepada pasien dan keluarga
9. pastikan pasien memperoleh nutrisi dan hidrasi yang adekuat
10. peninjauan obat-obatan
11. obat-obatan untuk proteksi tulang: pertimbangkan suplementasi vitamin
D dan kalsium
12. pastikan pasien memakai kacamata dan alat bantu dengar (jika
diperlukan)
10
1. Merupakan suatu proses yang lebih mendetail daripada skrining dan digunakan untuk
mengidentifikasi faktor risiko jatuh yang dimiliki seseorang.
2. Dilakukan pada pasien dengan:
a. hasil skor ‘berisiko’ dalam skrining risiko jatuh
b. kejadian jatuh / datang ke rumah sakit karena jatuh
c. tempat tinggal / dirawat di unit dimana populasinya kebanyakan pasien dengan risiko tinggi
jatuh (misalnya: unit rehabilitasi stroke)
3. Asesmen ini diulang pada kondisi-kondisi berikut ini:
a. Setiap terjadi perubahan lingkungan di sekitar pasien (misalnya, pasien ditransfer ke unit lain
untuk alih rawat)
b. Setiap tedapat perubahan status fungsional / kesehatan pasien
c. Setelah kejadian jatuh
d. Saat pasien hendak dipulangkan
4. Alat asesmen yang dijadikan acuan di berbagai rumah sakit adalah ‘Fall Risk for Hospitalised
Older People (FRHOP)’. Berikut ini disajikan tabel mengenai FHROP.
11
mempengaruh i tungkai bawah
keseimbangan Gangg vestibular (pusing, hipotensi postural,
dan mobilitas? Meniere)
12
TERAPIS OKUPASIONAL
PERILAKU FUNGSIONAL (0-3)
Mobilitas dan 1. Pasien sadar akan kemampuan fungsionalnya saat
aktivitas hidup ini/mencari bantuan jika perlu (0)
sehari-hari pasien 2. Pasien cukup sadar akan kemampuan fungsionalnya,
mengindikasika kadang berperilaku berisiko jatuh (1)
n: 3. Pasien terlalu takut beraktivitas karena risiko jatuh (2)
4. Pasien beraktivitas melebihi kemampuan
fungsionalnya, sering berperilaku yang berisiko jatuh (3)
SKOR TOTAL
* Timed Up and Go Test
1. Pasien duduk di kursi dengan punggung menempel pada sandaran kursi
dan tangan pasien diletakkan pada lengan kursi.
2. Kemudian pasien diminta untuk berdiri dan berjalan sejauh 3 m (tandai area
tersebut) dengan kecepatan normal.
3. Setelah berjalan sejauh 3 m, pasien berjalan kembali ke tempat duduk, dan
duduk di kursi seperti posisi semula.
4. Catat waktu yang diperlukan pasien dari duduk-berjalan-duduk kembali
13
PETUNJUK PENGISIAN SKOR
Timed Up 1. Pasien duduk di kursi dengan punggung menempel 0-5 = risiko
and Go pada sandaran kursi dan tangan pasien diletakkan rendah
Test pada lengan kursi. 6-20 = risiko
2. Kemudian pasien diminta untuk berdiri dan berjalan sedang
sejauh 3 m (tandai area tersebut) dengan kecepatan 21-45 = risiko
normal. tinggi
3. Setelah berjalan sejauh 3 m, pasien berjalan kembali
ke tempat duduk, dan duduk di kursi seperti posisi
semula.
4. Catat waktu yang diperlukan pasien dari duduk-
berjalan-duduk kembali
CATATAN:
Saat melakukan tes, pasien menggunakan pakaian dan alas
kaki sehari-hari, pasien juga diperbolehkan menggunakan
alat bantu berjalan (yang secara rutin digunakan untuk
mobilisasi pasien). Dalam melakukan tes ini, pasien tidak
boleh dibantu oleh orang lain. Tidak ada batas waktu dalam
melakukan tes ini. Pasien boleh berhenti dan beristirahat
selama tes
berlangsung tetapi tidak boleh duduk.
Tes 1. pasien ber diri dengan kedua kaki sedikit tebuka < 18 detik:
Jangkauan 2. pasien diminta untuk men gepalkan tangan n normal
Fungsional dominan dan luruskan tanga hu ke depan hingga ≥ 18 detik:
sejajar ba iminta untuk me risiko tinggi
3. Pasien d ke depan, dan tid njangkau sejauh jatuh
mungkin angkahkan kakinya ak diperbolehkan
untuk mel rak antara titik aw .
4. Ukurlah ja titik referensi kep al kepalan tangan
(gunakan dengan titik akhir ala os metakarpal
jari ketiga) n yang dapat dicapai
oleh pasie
CATATAN: at menggunakan
Pengukuran dap tali pengukur /
penggaris laki-laki
Usia wanita
20-40 ≥40 c ≥30 cm
41-69 ≥30 cm ≥25 cm
70-87 ≥25 cm ≥23 cm
14
BAB III
TATA LAKSANA
3.1. Tatalaksana
1. Petugas penanggung jawab: Perawat penanggung jawab pelayanan (PPJP).
2. Perangkat kerja
a. Status Rekam Medis Pasien
b. Tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning)
c. Formulir pengkajian risiko pasien jatuh
d. Formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh
e. Formulir catatan kegiatan perawat tentang asesmen dan intervensi risiko jatuh
3. Tatalaksana
a. Asesmen awal / skrining
1) Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale
dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen ke dalam
computer
2) Rencana intervensi akan segera disusun, diimplementasikan, dan dicatat dalam
Rencana Keperawatan Interdisiplin dalam waktu 2 jam setelah skrining.
3) Skrining farmasi dan atau fisioterapi dilakukan jika terdapat adanya risiko jatuh pada
pasien.
b. Asesmen ulang
1) Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: dua kali se saat
transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh pada
pasien.
2) Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale dan Rencana
Keperawatan Interdisiplin akan diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan hasil
asesmen
3) Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah, diperlukan skor < 25
dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
c. Perawat penanggung jawab pelayanan yang bertugas akan mengidentifikasi dan
menerapkan “Prosedur Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada:
1) Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi)
2) Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien
3) Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices)
4) Asesmen Klinis Harian
d. “Prosedur Pencegahan Jatuh” pada pasien yang berisiko rendah, sedang, atau tinggi harus
diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus optimal.
e. Intervensi pencegahan jatuh
1) Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):
a) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
b) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan
tempat tidur tepasang dengan baik
c) Ruangan rapi
d) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol
panggilan, air minum, kacamata)
e) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dgn kebutuhan pasien)
f) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
g) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan
berfungsi)
h) Pantau efek obat-obatan
i) Anjuran ke kamar mandi secara rutin
15
j) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
k) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
2) Kategori risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini.
a) Beri tulisan di dekat tempat tidur pasien ‘Pencegahan Jatuh’
b) Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di pergelangan
tangan pasien
c) Sandal anti-licin
d) Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot setiap 2 jam (saat
pasien bangun), dan secara periodik (saat malam hari)
e) Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis
f) Nilai kebutuhan akan:
1. Fisioterapi dan terapi okupasi
2. Alarm tempat tidur
3. Tempat tidur rendah (khusus)
4. Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse
station)
4. Strategi Rencana Keperawatan
a. Strategi umum untuk pasien risiko jatuh, yaitu:
1) Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam (saat pasien bangun)
2) Gunakan 2-3 sisi pegangan tempat tidur
3) Lampu panggilan berada dalam jangkauan, perintahkan pasien untuk
mendemonstrasikan penggunaan lampu panggilan
4) Jangan ragu untuk meminta bantuan
5) Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
6) Adakan konferensi multidisiplin mingguan dengan partisipasi tim
keperawatan
7) Rujuk ke departemen yang sesuai untuk asesmen yang lebih spesifik, misalnya
fisioterapi
8) Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak turun dari
tempat tidur
b. Strategi untuk mengurangi / mengantisipasi kejadian jatuh fisiologis, yaitu:
1) Berikan orientasi kamar tidur kepada pasien
2) Libatkan pasien dalam pemilihan aktivitas sehari-harinya
3) Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika
4) Kurangi suara berisik
5) Lakukan asesmen ulang
6) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
c. Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, yaitu:
1) Lampu panggilan berada dalam jangkauan
2) Posisi tempat tidur rendah
3) Lantai tidak silau/memantul dan tidak licin
4) Pencahayaan yang adekuat
5) Ruangan rapi
6) Sarana toilet dekat dengan pasien
5. Manajemen Setelah Kejadian Jatuh
a. Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi, fraktur, cedera
kepala)
b. Nilai tanda vital
c. Nilai adanya keterbatasan gerak
d. Pantau pasien dengan ketat
e. Catat dalam status pasien (rekam medik)
16
f. Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi laporan insidens
g. Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien
6. Edukasi pasien/keluarga
Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan setuju untuk mengikuti
strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan. Pasien dan keluarga harus diberikan edukasi mengenai
faktor risiko jatuh di lingkungan rumah sakit dan melanjutkan keikutsertaannya sepanjang keperawatan
pasien.
a. Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum memulai penggunaan
alat bantu
b. Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding
c. Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-obatan, efek samping,
serta interaksinya dengan makanan/ obat-obatan lain.
7. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko jatuh pada catatan keperawatan. Bukti
Dokumen:
a. Dokumen assesmen risiko pasien jatuh
b. Dokumen pemberian informasi risiko pasien jatuh
c. Dokumen catatan keperawatan
17
A. Algoritma Pasien Saat Masuk Rumah Sakit
Asesmen Risiko jatuh Morse dilakukan saat pasien masuk RS bersamaan dengan asesmen
Skrining farmasi dan atau fisioterapi pada pasien dengan faktor risiko
Orientasi kamar rawat inap kepada pasien Asesmen Ulang Risiko Jatuh Morse
Tindakan pencegahan umum(semua pasien)
Tempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di kedua sisi tempat tidur terpasangDua
baikkali sehari
Ruangan rapi Saat transfer ke unit lain
Saat terdapat
Barang pribadi dalam jangkauan (telepon, lampu panggilan, air minum, kacamata, pispot)perubahan kondisi pasien
Pencahayaan adekuat Adanya kejadian jatuh
Alat bantu dalam jangkauan (walker, cane, crutch)
Optimalisasi penggunaan kacamata
dan alat bantu dengar
Pantau efek obat-obatan
Sediakan dukungan emosional dan psikologis
Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
Tindakan pencegahan umum, ditambah:
Beri tulisan di depan kamar pasien ‘Pencegahan Jatuh’
Penanda berupa gelang berwarna kuning di pergelangan tangan
Alas kaki anti-licin
Tawarkan bantuan ke kamar mandi
/ penggunaan pispot
Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam
Nilai kebutuhan akan:
Fisioterapi dan terapi okupasi
Alarm tempat tidur
Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos
Gambar 3.1 Algoritma Pasien Saat Masuk Rumah Sakit
encegahan kategori risiko tinggi (pasien denganskor Morse ≥ 45)
perawat
18
BAB IV
PROGRAM MUTU
Program mutu berpartisipasi dalam menetapkan seberapa sering data harus dikumpulkan dan dianalisis.
Frekuensi proses ini bergantung pada kegiatan program tersebut dan area yang diukur serta frekuensi
pengukuran. Sebagai contoh pemeriksaan data mutu dari laboratorium klinis mungkin dianalisis se ap
minggu untuk mematuhi peraturan perundangan-undangan dan data tentang pasien jatuh mungkin
dianalisis setiap bulan apabila jatuhnya pasien jarang terjadi. Maka, pengumpulan data pada kurun waktu
tertentu akan memungkinkan rumah sakit menilai stabilitas proses tertentu atau dapat menilai prediksi
hasil tertentu terkait dengan ekspektasi yang ada.
19
BAB V
MANAJEMEN RISIKO
Dalam menerapkan manajemen risiko rumah sakit perlu memperhatikan proses-proses berisiko yang dapat
terjadi pada pasien, antara lain meliputi:
a. manajemen pengobatan;
b. risiko jatuh;
c. pengendalian infeksi;
d. gizi
e. risiko peralatan; dan
f. risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lama berlangsung.
20
BAB VI
PENUTUP
Rumah sakit melakukan evaluasi tentang pasien jatuh dan melakukan upaya mengurangi risiko pasien
jatuh. Rumah sakit membuat program untuk mengurangi pasien jatuh yang meliputi manajemen risiko
dan asesmen ulang secara berkala di populasi pasien dan atau lingkungan tempat pelayanan dan asuhan
itu diberikan.
Rumah sakit harus bertanggung jawab untuk identifikasi lokasi (seperti unit terapi fisik), situasi (pasien
datang dengan ambulans, transfer pasien dari kursi roda atau cart), tipe pasien, serta gangguan fungsional
pasien yang mungkin berisiko tinggi untuk jatuh.
Semoga dengan disusunnya Panduan Upaya Mengurangi Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh dapat
digunakan sebagai pedoman atau acuan bagi seluruh staf di Rumah Sakit Prima Husada dalam
pencegahan pasien cedera karena jatuh.
Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 15 Januari 2018 Direktur
Rumah Sakit X,
ttd
21