Anda di halaman 1dari 7

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


No. Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi
diidentifikasi penyebab masalah
1 Kemampuan peserta didik I. Kajian literatur:
dalam penguasaan 1. Peserta didik belum
vocabulary, pronunciation dan 1. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami memiliki kosa kata
listening comprehension arti sebuah kata selama proses pembelajaran guru Bahasa Inggris dari
masih rendah. memberikan jalan pintas pada mereka dengan tingkat pendidikan
cara menyuruh siswa mencari arti kata tersebut sebelumnya.
dalam kamus atau bahkan memberitahu secara 2. Kemampuan literasi
langsung arti dari kata tersebut. Cara tersebut membaca peserta didik
dinilai kurang efektif dan apabila sering digunakan masih kurang.
dapat berakibat kurang baik bagi siswa karena 3. Guru menyampaikan
tidak semua siswa memiliki kamus dan siswa pembelajaran hanya
sering menunggu guru mengartikan kosakata. dengan metode ceramah
(Amalia,N.2018) dan penggunaan media
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEAR/ yang masih minim.
article/download/12326/8834/18714 4. Peserta didik kurang
berlatih melafalkan kosa
2. It possibly happened because they always were kata Bahasa Inggris.
given the translation by the teacher without any 5. Guru sulit menemukan
stimulus, they were not given the opportunity to metode yang tepat untuk
participate in practicing the pronunciation and meningkatkan listening
identifying the spelling and emphasizing how to comprehension peserta
use the words correctly. So,teaching and learning didik.
activities became passive, the students looked 6. Peserta didik jarang
unmotivated and sometimes they made chaos by mendengarkan audio
themselves because there was no participation. dalam Bahasa Inggris,
(Mirnawati. 2016) hanya 1 x dalam
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/articl sepekan.
e/view/17420
3. kosakata Bahasa Inggris dirasa masih sulit,
dikarenakan guru menyampaikan pembelajaran
hanya dengan metode ceramah, apalagi
penggunaan media yang sangat minim. (Halid, A &
Zahra, VF.2018)
https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/auladuna
/article/download/577/403/
4. Karena pelafalan bahasa Inggris jelas berbeda dari
pelafalan dalam bahasa Indonesia, siswa
diharuskan untuk belajar dan berlatih pelafalan
bahasa Inggris secara terperinci. Suara dalam
pengucapan bahasa Inggris sangat berbeda dan
memiliki jumlah suara lebih banyak daripada
suara dalam pengucapan bahasa Indonesia. Selain
itu, kompleksitas pengucapan bahasa Inggris
sangat menarik sehingga siswa dituntut untuk
mempelajari setiap bunyi pengucapan bahasa
Inggris. (Tegris, E.2020)
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/semnas20
20/article/view/7302/3456
5. Listening activities are not common for the
students. So, this is a serious problem because
some students cannot understand the whole text
after listening. Beside that, the teachers find it
difficult to find the suitable method or technique to
stimulate students in learning listening. The
students have poor mastery of English listening
skills because they have a lack of motivation.
(Hidayati.2019)
https://ojs.umada.ac.id/index.php/jme/article/vi
ew/60
6. Most of the students admitted that they had
difficulties in the listening section. First, they have
problems with different accents and pronunciation.
Second, they don’t recognize the words while
listening. Third, length and speed of listening
which led the student became difficult to
understand the point of contents’ what the speaker
says. Another problem related to materials. The
materials used in teaching learning activities were
mostly taken from the course book containing
complicated and monotonous material and tasks.
The last problem was related to the learning style.
The learning activities were more teacher-centered
oriented which the teacher was the main focus.
Teacher takes responsibility for all the paperwork
and organization while the students are not given
more opportunities to explore their listening skill.
(Susiani.2020)
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/dedikas
i/article/view/1108
II. Hasil wawancara
1. Literasi peserta didik masih rendah
2. Kurang memiliki kosa kata bahasa Inggris dari
tingkat pendidikan sebelumnya.
2 Peserta didik tidak percaya I. Kajian literatur 1. Peserta didik merasa
diri menyebutkan kata atau pelajaran Bahasa Inggris
membaca teks bacaan 1. The problem that usually happened in the itu sulit.
Bahasa Inggris classroom is when the teacher asked them to 2. Peserta didik
speak in English, they preferred to keep silent. menganggap Bahasa
However, the students were able to write, read and Inggris kurang penting
listen. This is due to lack of self confidence in untuk dipelajari karena
those who are afraid, shy, lacking mastery of bukan bahasa native
vocabulary, lack of the grammar and incorrect mereka.
pronunciation, so the students prefer to remain 3. Peserta didik merasa
silent. (Nadila, Ulfa. 2021) minder, malu, takut
http://eprints.uniska-bjm.ac.id/5040/ salah dalam
menyebutkan kosa kata
2. Tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang atau membaca teks
cukup, lingkungan dan latar belakang yang Bahasa Inggris.
berbeda sangat mempengaruhi pembentukan rasa
percaya diri setiap masing-masing individu.
Kendala yang dialami setiap siswa seperti rasa
malu, minder, dan takut. (Musriani, V. 2018)
http://repository.unmuhjember.ac.id/6862/11/k.
%20Artikel%20.pdf
3. Banyak hal yang melatarbelakangi ketidak
percayaan diri seseorang seperti rasa minder,
kekhawatiran melakukan kesalahan dan
kekhawatiran sulit dipahami oleh lawan
bicaranya. (Puteri.2015)
http://repository.upi.edu/20424/4/S_KTP_11051
74_Chapter1.pdf
II. Hasil wawancara
1. Peserta didik merasa pelajaran Bahasa Inggris itu
sulit
2. Peserta didik beranggapan tidak begitu penting
mempelajari Bahasa Inggris karena bukan bahasa
native
3 - Peserta didik tidak I. Kajian literatur 1. Peserta didik segan
memiliki keberanian Sebagian besar siswa mengaku bahwa dirinya kepada guru dan takut
untuk mengemukakan jarang mengungkapkan pendapat karena menurut mendapat ejekan dari
pendapatnya pada guru siswa mendengarkan penjelasan dari guru saja teman dalam
sudah cukup sehingga sebagian besar siswa mengemukakan
menganggap mengemukakan pendapat di dalam pendapat.
kelas merupakan hal yang tidak perlu untuk
dilakukan. Selain itu, terdapat beberapa siswa 2. metode ceramah yang
yang mengungkapkan bahwa dirinya takut digunakan guru kurang
menjadi bahan ejekan teman-temannya sehingga memicu keaktifan
dirinya memilih untuk diam saja dan juga siswa peserta didik dalam
tidak tahu apa yang harus disampaikan ketika pembelajaran
diminta untuk mengemukakan pendapat.Kegiatan
pembelajaran masih menggunakan metode
ceramah sehingga hal tersebut kurang memicu
siswa untuk dapat aktif dalam kegiatan
pembelajaran. (Fatimah, T. 2016)
https://core.ac.uk/download/78025622.pdf
II. Hasil wawancara
1. Peserta didik segan pada guru dan takut
mengemukakan pendapat
2. Peserta didik merasa tidak percaya diri dan takut
salah.
- Orangtua kurang I. Kajian literatur 1. Orangtua menyerahkan
kooperatif mengenai Para orang tua yang kurang memperhatikan sepenuhnya pendidikan
pembelajaran peserta pendidikan anak bisa dilihat dari keseharian yang kepada sekolah karena
didik di sekolah sibuk bekerja, tidak banyak meluangkan waktu kesibukannya.
untuk anaknya,jarang mengingatkan anak untuk 2. Orangtua enggan hadir
mengerjakan tugas sekolah, jarang menyuruh dalam pertemuan dengan
belajar, dan tidak mau tahu tentang kemajuan guru saat anaknya
belajar anak di sekolah. (Syahrani, K.) bermasalah di sekolah.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/articl
e/download/11421/10823
II. Hasil wawancara
1. Orang tua memiliki kesibukan sehingga
menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada
sekolah
2. Orang tua kurang berpartisipasi dalam pertemuan
orang tua dan guru
4 - Guru belum maksimal I. Kajian literatur 1. Guru belum menguasai
memanfaatkan Pengelolaan pembelajaran inovatif merupakan pengelolaan
model-model masalah yang cukup mendasar, hal tersebut pembelajaran inovatif.
pembelajaran inovatif nampak pada masih kurangnya penggunaan 2. Guru memiliki waktu
sesuai dengan materi metode-metode pembelajaran inovatif, serta yang kurang dalam
pembelajaran pengelolaannya yang belum optimal. (Nurhamidah, merancang pembelajaran
A. 2017) inovatif.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpe 3. Kurangnya sarana yang
ndidikan/article/download/3255/1687 memadai untuk
menerapkan
II. Hasil wawancara pembelajaran inovatif.
1. Guru kurang memiliki waktu merancang
pembelajaran inovatif
2. Terbatasnya pemahaman guru tentang penerapan
pembelajaran inovatif di kelas
3. Kurangnya sarana yang memadai untuk
menerapkan pembelajaran yang inovatif
5. Kegiatan pembelajaran di I. Kajian literatur 1. Guru dan peserta didik
kelas belum berbasis HOTS Guru dan siswa hanya menggunakan satu buku menggunakan sumber
pegangan dan 1 LKS untuk bahan mengajar dan belajar yang minim,
jarang menggunakan sumber lain. Selain itu, guru misalnya hanya
juga belum mempuyai pengalaman atau pelatihan menggunakan LK.
dalam penyusunan bahan ajar yang menerapkan 2. Guru belum meiliki
kurikulum 2013 dan berorientasi pada HOTS. pengalaman atau
(Hikmah.2020) pelatihan dalam
https://jurnal.uns.ac.id/jdc/article/view/46198/2 menyusun pembelajaran
9664 berbasis HOTS.
II. Hasil wawancara 3. Guru masih memilih
1. Peserta didik masih belum mampu menjawab pembelajaran berbasis
soal-soal berbasis HOTS sehingga membutuhkan LOTS karena guru tinggal
waktu yang lama untuk menjawabnya menerangkan dan
2. Guru memiliki waktu yang terbatas untuk peserta didik
mendesain pembelajaran dan mengikuti pelatihan menghafalkan.
terkait pembelajaran berbasis HOTS.
3. Guru merasa lebih mudah merancang
pembelajaran berbasis LOTS
6 Guru belum maksimal I. Kajian literatur 1. Guru kurang
memanfaatkan TIK dalam Hambatan yang paling dominan dalam memanfaatkan media TIK
pembelajaran pembelajaran berbasis TIK adalah berkaitan karena keterbatasan
dengan kompetensi guru dalam pemanfaatan sarana
teknologi informasi dan komunikasi dalam 2. Guru kurang
pembelajaran, hambatan lainnya yang ditemukan mendapatkan pelatihan
oleh penulismberupa masalah teknis dan mengenai penggunaan
pembiayaan. (Tekege, M.2017) TIK dalam pembelajaran.
https://uswim.e-journal.id/fateksa/article/view/3 3. Waktu guru untuk
8 mengikuti pelatihan
kurang karena kesibukan
II. Hasil wawancara administrasi.
1. Guru jarang menggunakan ppt interaktif dalam
pembelajaran karena keterbatasan infocus.
2. Guru belum memiliki wawasan tentang
penggunaan TIK dalam pembelajaran karena
kurangnya pelatihan.
3. Kurangnya pelatihan juga dikarenakan waktu
yang dimiliki guru kurang dan disibukkan dengan
urusan administrasi

Anda mungkin juga menyukai