Anda di halaman 1dari 5

NAMA : KHUSNI INDRA MUKTI

NPM : 229031495807
KELAS : 010 IPA
LK. 1.3 : Penentuan Penyebab Masalah

Hasil Eksplorasi Akar Penyebab


No. Analisis Akar Penyebab Masalah
Penyebab Masalah Masalah
1. Kemampuan komunikasi Pembelajaran Berdasarkan hasil analisis dan diskusi
peserta didik masih berpusat pada guru yang telah dilakukan, akar penyebab
rendah. masalah (root cause)/ key facktor dari
1. Keterampilan rendahnya kemampuan komunikasi peserta
berbicara didik karna pembelajaran dikelas masih
2. Kepercayaan diri berpusat pada guru.
3. Takut salah Saat keterampilan komunikasi peserta
4. Inisiatif didik masih rendah, maka pembelajaran
5. Tanggung jawab seharusnya berpusat pada peserta didik.
6. Proses pembelajaran Dimana peserta didik lah yang harus lebih
monoton aktiv dalam membangun sendiri
pengetahuannya, guru cukup menjadi
fasilitator dan mengarahkan ketika peserta
didik melenceng dari konsep yang
seharusnya. Sehingga peserta didik
memiliki kesempatan untuk
mengemukakan pendapat serta
keterampilan komunikasi nya dapat diasah
dan berkembang setiap harinya.
Oleh karena itu, guru akan merancang
pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik yang dapat meningkatkan
komunikasi belajar peserta didik.

2. Rendahnya Literasi siswa Model Berdasarkan hasil analisis dan diskusi


1. Kemauan pembelajaran yang telah dilakukan, akar penyebab
2. Pembelajaran dikelas belum dapat masalah (root cause)/ key facktor
tidak kontekstual meningkatkan rendahnya literasi peserta didik adalah
3. Lingkungan keluarga literasi peserta model pembelajaran belum dapat
4. Miskonsepsi pada didik meningkatkan literasi peserta didik.
materi klasifikasi Model pembelajaran yang dipilih
makhluk hidup seharusnya menyertakan pembiasaan
5. Pembiasaan literasi didalamnya. Pembiasaan ini harus
6. Penguatan disertadi dengan penguatan atau asesmen
agar peningkatan yang diinginkan dapat
terukur. Pembiasaan ini erat kaitannya
dengan faktor lain penyebab rendahnya
literasi peserta didik. Jika pembiasaan
tidak dilakukan, akan semakin minim
kemauan membaca peserta didik, dan
semakin rendah pula kemauan membaca
ketika di rumah. Miskonsepsi materi akan
semakin sering terjadi karna tidak banyak
kosa kata dan pemahaman yang relevan.
Pembiasaan membaca ini juga harus
dibarengi dengan penguatan sehingga
peserta didik tidak hanya membaca tetapi
juga mampu memaknai dan memahami
apa yang dibacanya.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari
Dadi Setiadi (9 (1) 2021 ”Model
Pembelajaran Berbasis Peningkatan
Literasi Sains dan Implementasinya Pada
Kurikulum Sains SMP 2013): Efektivitas
model pembelajaran memiliki persyaratan
pada peserta didik dan pendidik untuk bisa
dilaksanakannya pembelajaran tersebut
dan dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains. Pendidik harus mampu
mengelola proses pembelajaran untuk bisa
membimbing, menggali ide-ide dari
peserta didik atau mengarahkan
pendapatnya untuk dapat memahami sains
dalam situasi kehidupan nyata dalam
masyarakat. Juga memahami materi
pelajaran dengan baik dan
hubungannganya dengan isu-isu sains
yang ada dalam kehidupan, serta mampu
mendisain kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan pengembangan literasi
sains, termasuk alat asesmen yang
dikembangkan untuk mengukur
kemampuan literasi sains tersebut.
Oleh karena itu, perlunya guru
menerapkan model pembelajaran yag
dapat meningkatkan literasi peserta didik.

3. Peserta didik masih Model Berdasarkan hasil analisis dan diskusi


kesulitan menyelesaikan pembelajaran yang yang telah dilakukan, akar penyebab
soal HOTS diterapkan oleh masalah (root cause)/ key facktor
1. Penguasaan materi guru belum mampu kesulitan peserta didik dalam mengerjakan
2. Ketelitian meningkatkan soal HOTS karna model pembelajaran
3. Latihan penalaran kemampuan belum tepat.
4. Gaya belajar yang penyelesaian HOTS Model pembelajaran yang dipilih oleh
berbeda-beda peserta didik. guru seharusnya dapat membangun
5. Soal latihan C1-C3 kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta
6. Pembelajaran didik. Peserta didik dapat melakukannya,
monoton jika peserta didik telah paham materi dasar
7. Kemampuan analisis dengan baik, sehingga masalah-masalah
yang disajikan oleh guru, dapat dipahami
dan dianalisis dengan baik. Penguatan
pengetahuan dasar ini harus selalu dilatih
agar tuntas masalah level C1-C3. Sehingga
guru fokus pada pemberian masalah yang
harus dianalisis peserta didik.
Oleh karena itu, perlunya guru
menerapkan model pembelajaran yang
mengasah dan meningkatkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi peserta didik
sehingga peserta didik dapat
menyelesaikan soal HOTS yang disajikan.

4. Rendahnya Motivasi Model Berdasarkan hasil analisis dan diskusi yang


belajar peserta didik pembelajaran tidak telah dilakukan, akar penyebab masalah (root
1. Kurangnya inovatif cause)/ key facktor rendahnya motivasi belajar
penghargaan peserta didik adalah karena pembelajaran tidak
inovatif.
2. Rasa ingintahu
Motivasi peserta didik paling berpengaruh
Pelajaran IPA
dari dalam diri peserta didik itu sendiri,
3. Kemauan membaca
dalam hal ini adalah kemauan dan rasa
rendah
ingintahu nya. selain itu juga faktor
4. Peserta didik terlena
lingkungan kelas dan keluarga juga
bermain gawai
menjadi faktor eksternal yang tidak kalah
5. Lingkungan kelas
penting. Pembelajaran yang tidak menarik
6. Lingkungan keluarga
akan semakin menurunkan semangat
7. Kondisi fisik
belajar peserta didik. Rendahnya motivasi
8. Kondisi psikologis
belajar peserta didik dikarenakan model
9. Proses pembelajaran
pembelajaran di kelas tidak inovatif.
tidak menarik
Hal ini sejalan penelitian Annisa dan Husnul (5
(2) 2020 ”Pengembangan Keterampilan
Multimedia interaktif Pembelajaran IPA): Pada
era sekarang ini, pendidik dilatih untuk
mentransformasi pembelajaran yang
berpusat pada guru pada pembelajaran
yang berpusat pada siswa dengan
menggunakan teknologi berbasis lingkungan.
Dengan menggunakan teknologi maka siswa
termotivasi untuk berpartisipasi aktif dan
berinteraksi selama proses pembelajaran.
Oleh karena itu, perlunya guru
menerapkan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan motivasi peserta
didik.

5. Proses Pembelajaran Model Berdasarkan hasil analisis dan diskusi


masih Monoton pembelajaran yang telah dilakukan, akar penyebab
1. Penguasaan beberapa inovatif masalah (root cause)/ key facktor proses
materi pembelajaran di kelas yang masih
2. Sumber belajar monoton adalah karena guru belum
3. Keaktifan menerapkan pembelajaran yang inovatif.
4. Pembelajaran dikelas Cara mengajar guru akan ikut
monoton berkontribusi untuk mempengaruhi faktor
5. Waktu yang terbatas penyebab masalah lainnya. Cara mengajar
6. Penguasaan IT guru yang inovatif kontekstual dan tepat
7. Guru belum maksimal akan mampu meningkatkan minat peserta
menggunakan didik, motivasi, perhatian peserta didik,
berbagai fasilitas yang memudahkan penguasaan materi bagi
ada (kreatifitas guru) peserta didik dll.
Proses pembelajaran dapat diwujudkan
melalui perencanaan pembelajaran yang
tepat dan pelaksanaan pembelajaran sesuai
berdasarkan perencanaan yang ditetapkan
dan model yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
Oleh karena itu, perlunya guru
menerapkan model pembelajaran yang
inovatif sehingga pembelajaran tidak selau
berpusat pada guru.

6. Rendahnya kolaborasi Pembelajaran yang Berdasarkan hasil analisis dan diskusi yang
peserta didik. dilakukan berpusat telah dilakukan, akar penyebab masalah (root
1. Kondisi emosional pada guru cause)/ key facktor rendahnya kolaborasi
2. Lingkungan kelas peserta didik adalah pembelajaran yang masih
berpusat pada guru.
3. Dukungan keluarga
Ketika pembelajaran masih berpusat pada
4. Kepercayaan diri
guru, berarti pembelajaran ini monoton
5. Memilih teman
dan tidak variatif, sehingga akan
6. Persaingan antar
mempengaruhi faktor penyebab yang lain.
peserta didik
Karakter peserta didik yang heterogen
7. Tanggungjawab
seharusnya dapat di kuasai oleh guru
8. Karakter peserta didik
dengan melatihkan peserta didik
yang heterogen
berkolaborasi antar sesama peserta didik.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Febrianto Yopi dkk (1 (3) 2021: Efektifitas
Metode Pembelajaran Jigsaw Dalam
Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi Siswa
SMP): Keterampilan kolaborasi membuat
sebuah kelompok akan bergerak dalam satu
kesatuan yang harmonis sehingga dalam
kelompok mudah tercapai. Kelompok yang
berjalan dengan harmonis akan mempermudah
para peserta didik dalam menyelesaikan
masalah terutama dalam mengatasi
permasalahan internal dalam kelompok.
Permasalahan dasar seperti perbedaan-
perbedaan pandangan dan perbedaan faktor
bawaan seperti suku, aliran, ras dan agama
dalam kelompok akan cepat terselesaikan dan
tidak menghambat proses jalannya diskusi
dalam kelompok. Penerapan model
pembelajaran yang tepat akan mendorong
peserta didik untuk mencapai tujuan bersama
(kelompok).

Anda mungkin juga menyukai