Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN PRAKTIS KLINIS

GINEKOLOGI
RSIA PROF.DR.H.M. FARID MAKASSAR

PANDUAN PRAKTIS KLINIS


DEP./SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSIA PROF.DR.H.M. FARID MAKASSAR
2019
RSIA Prof.dr.H.M.Farid
HISTEREKTOMI RADIKAL
1. Pengertian (definisi) Histerektomi radikal melibatkan pengangkatan rahim, leher rahim,
dan sepertiga atas sampai setengah dari vagina bersama dengan
jaringan parametrium.
2. Indikasi  Kanker serviks stadium IA2 – IIA2 (FIGO)
 Kanker vagina invasif stadium I dan II (FIGO)
 Kanker endometrium stadium II (FIGO)
 Kanker serviks persisten atau berulang terbatas pada serviks atau
forniks proksimal vagina, yang setelah dilakukan radioterapi
3. Prosedur  Insisi mediana inferior atau insisi transversal rendah (Maylard,
Cherney, atau Pfannenstiel) dapat memberikan eksposur yang
cukup untuk kasus-kasus tertentu.
 Reseksi ligamentum sakrouterina didekat perlekatan paling distal
juga dilakukan. Pengangkatan ovarium yang tidak terlibat bukan
merupakan bagian yang diharuskan dari prosedur dan harus
dilakukan berdasarkan pertimbangan independen.
 Jika terapi radiasi adjuvant dapat dilakukan, ovarium dapat
dialihkan ke atas tulang krista iliaka untuk membantu mengurangi
risiko menopause yang disebabkan oleh radiasi. Prosedur ini
biasanya disertai limfadenektomi pelvis bilateral, yang dapat
dilakukan sebelum atau setelah histerektomi. Kelenjar getah
bening panggul harus diperiksa secara teliti untuk menentukan
resektabilitas.
 Ligamentum rotundum diklem, diligasi, dan dipotong hingga
dekat dinding samping panggul.
 Peritoneum diinsisi sehingga ruang retroperitoneal terbuka.
 Salpingo-ooforektomi dapat dilakukan jika ada indikasi.
 Ruang paravesical kemudian diperluas.
 Memperluas ruang paravesikal dan pararektal.
 Diseksi tumpul ruang paravesikal dan pararektal penggunakan
jari, gunting atau klem.
 Ruang paravesikal dapat diperluas sebelum transeksi ligamentum
rotundum.
 Limfadenektomi panggul dapat dilakukan sebelum atau setelah
histerektomi radikal.
 Limfadenektomi panggul dimulai dengan menginsisi peritoneum
yang melapisi arteri iliaka eksternal.
 Dilanjutkan dengan pengangkatan lengkap jaringan limfatik yang
terlihat. Hal tersebut merupakan prosedur diagnostik dan terapeutik.
 Limfadenektomi dimulai proksimal pada arteri iliaka komunis dan
hingga distal sampai ke dalam sirkumfleksa iliaka vena menyilang
hingga arteri iliaka eksternal.
 Pasien ini memiliki anomali yang tidak biasa dari vena cava inferior
yang terduplikasi.
 Ruang obturator dapat dimasuki dari sisi lateral atau medial hingga
pembuluh darah iliaka eksternal.
 Nervus obturator terlihat lateral pada arteri iliaka eksternal, dan
beberapa kelenjar getah bening obturator telah diangkat, diseksi lebih
lanjut akan mengangkat jaringan limfatik tambahan.
 Setelah memperluas ruang panggul dan transeksi ligamen rotundum,
peritoneum vesikouterina diinsisi untuk memobilisasi kandung kemih
dari uterus, serviks, dan vagina bagian atas untuk diseksi kandung
kemih
 Diseksi ini dilanjutkan turun kebawah sampai bagian atas 1-2 cm
vagina.
 Arteri uterina didiseksi dari pangkalnya, cabang anterior dari arteri
iliaka interna.
 Ureter berjalan dibagian inferior dari arteri uterina.
 Arteri uterina dapat diikat/diligasi
 Ureter dibebaskan melalui kanal paramterium sampai insersinya ke
dalam kandung kemih.
 Transeksi ligamentum sakrouterina.
 Ureter telah dimobilisasi dari medial ligamentum yang luas dan terpisah
dari ligamentum uterosakral.
 Ligamentum sakrouterina ditranseksi
 Setelah ligamentum sakrouterina transeksi dan kandung kemih secara
memadai dimobilisasi dari vagina anterior, vagina ditranseksi.
 Bagian atas 1-2 cm dari vagina dijepit dengan klem Wertheim atau
Zeppelin klem.
 Vagina kemudian di sayat dengan pisau, gunting, atau elektrokauter
 Vagina telah diaproksimasi dengan jahitan hemostatik atau stapler
torakoabdominal.
 Rongga panggul dan peritoneum panggul tidak perlu ditutup
 Abdomen ditutup dengan metode standar
4. Unit Terkait Dipergunakan dikamar operasi
Makassar 7 Januari 2019
Ketua Komite Medik Direktur

Dr. dr. Monika Fitria Farid Sp.OG Dr. dr. Imam Ahmadi Farid, Sp.OG(K)

Anda mungkin juga menyukai