Laporan Minicex Dan Home Visit
Laporan Minicex Dan Home Visit
KASUS SCABIES
Disusun Oleh:
Hana Aqilah Nur Imania
012023143009
Pembimbing:
Linda Dewanti, dr., M.Kes, Ph.D.
Puskesmas Balongsari
Periode 16 Mei - 11 April 2022
2
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SLTA/sederajat
2. Anamnesis
2.1 Keluhan Utama
Tangan dan kaki gatal.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh gatal-gatal yang dirasakan pada pergelangan tangan dan kaki.
Keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu terakhir. Gatal dirasakan memberat saat malam hari
hingga waktu subuh dan berkurang saat beraktivitas. Dalam tiga hari terakhir, muncul
bintik-bintik kemerahan yang disertai keluarnya nanah terutama pada sela-sela jari tangan
dan kaki. Pasien mengeluh nyeri pada area luka yang bernanah. Keluhan ini sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien hingga kesulitan berjalan. Pasien mengaku tidak
ada penyebab gatal seperti alergi pada makanan atau obat-obatan sebelumnya.
Dua minggu yang lalu, adik pasien mengalami keluhan berupa gatal-gatal dan luka
yang sama pada area sela jari tangan, kaki, dan telapak kaki. Menurut keterangan
keluarga, keluhan adiknya tersebut didapat sepulang makan seafood di luar rumah
3
bersama teman-teman. Keluarga menyangkal adanya riwayat alergi makanan atau asma
pada anggota keluarga. Selama adiknya sakit, ibu pasien membantu merawat adik pasien
hingga akhirnya muncul gejala serupa pada ibu pasien. Dua minggu kemudian, gejala
muncul pada pasien.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien pernah mengalami keluhan gatal pada tangan dan kaki saat akhir tahun 2021.
- Riwayat alergi makanan mauun obat disangkal oleh pasien.
2.4 Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mendapat obat dari puskesmas pada tanggal 8 Desember 2021 dengan
keluhan gatal yang terdiri dari Amoxycilin, Dexamethasone, Cetirizine.
4
porsi makan pasien tetap banyak.
2.7 Riwayat Imunisasi
Pasien mengaku telah diimunisasi lengkap saat balita.
2.8 Riwayat Psikososial
Pasien merupakan perokok aktif hingga saat ini dan pernah mengonsumsi alkohol.
Pasien jarang berolahraga.
3. Pemeriksaan Fisik
3.1 Antropometri
- Tinggi Badan : 172 cm
- Berat Badan : 51 kg
- BMI : 15,8 kg/m2
- Status Gizi : Underweight
3.2 Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4V5M6
- Suara Bicara : Normal (bicara lancar)
3.3 Tanda-Tanda Vital
- Suhu : 37,5o C
- Heart rate : 104x/menit
- Respiratory rate : 18x/menit
- Tekanan Darah : 111/78mmHg
- SpO2 : Tidak dievaluasi
- Skala Nyeri : 7 (Wong Baker Scale)
3.4 Kepala/Leher
- Umum : Dalam batas normal
- Rambut : Hitam, lurus, normal
- Mata : Dalam batas normal
- Hidung : Dalam batas normal, tidak ada pernapasan cuping hidung
5
- Telinga : Dalam batas normal
- Leher : Dalam batas normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
3.5 Toraks, Pulmo, dan Cor
- Inspeksi : Dalam batas normal
- Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Auskultasi : Dalam batas normal
3.6 Abdomen
Tidak dilakukan pemeriksaan
3.7 Ekstremitas
- Ekstremitas atas: Ditemukan lesi multiple papulo-pustular dengan dasar eritematous
pada sela jari dan telapak tangan. Dari lesi keluar cairan bening, beberapa berwarna
putih, yang disertai nyeri. Akral kering, hangat, merah. CRT<2detik.
- Ekstremitas bawah: Ditemukan lesi multiple papulo-pustular dengan dasar eritematous
berjumlah banyak pada sela jari dan telapak tangan. Dari lesi keluar cairan bening,
beberapa berwarna putih, yang disertai nyeri.
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
5. Evaluasi 5 Aspek
5.1 Aspek Personal
- Alasan datang ke puskesmas: Pasien mengeluh tangan dan kakinya gatal sejak akhir
tahun lalu, hanya saja belakangan ini muncul luka kemerahan yang nyeri dan keluar
nanah serta cairan dari dasar luka. Pasien mengetahui indeks massa tubuh (IMT)
tergolong dalam kategori underweight. Pola makan pasien lebih teratur saat sakit.
- Harapan: Pasien ingin sembuh karena ada anggota keluarganya yang megalami hal
serupa.
- Kekhawatiran: Pasien sempat khawatir akan kesembuhan sakitnya dan takut bila
6
menularkan ke semakin banyak orang.
5.2 Aspek Klinik
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diperoleh diagnosis sebagai berikut:
- Diagnosis primer : Scabies
- Diagnosis banding : Dermatitis atopi
- Diagnosis sekunder : Secondary infection
- Diagnosis komplikasi : -
Pasien mengonsumsi obat secara teratur. Apabila obat habis, seperti Cetirizine dan
Amoxycilin, pasien secara mandiri membeli di apotek. Ibu dan adik pasien juga
mengonsumsi obat yang sama dengan yang pasien dapat dari puskesmas. Sejauh ini, lesi
pada area telapak kaki mulai mengering.
5.3 Aspek Risiko Internal
- Status gizi: Pasien tergolong kategori underweight.
- Perilaku hidup bersih dan sehat: Pasien tidak selalu mencuci tangan sepulang beraktivitas
dari luar rumah.
- Kebiasaan makan: Pola makan pasien tidak teratur 3 kali sehari namun porsi banyak.
- Kebiasaan aktifitas: Pasien jarang berolahraga.
- Kebiasaan lain: Pasien merupakan perokok aktif.
5.4 Aspek Risiko Eksternal
- Akses layanan kesehatan: Pasien dan seluruh anggota keluarga telah terdaftar sebagai
pengguna BPJS Kesehatan.
- Dukungan dari sekitar: Pasien tinggal bersama Ayah, Ibu, kedua adik, dan kakak dari
bapaknya. Dalam satu rumah, ibu dan adik pasien mengalami hal serupa. Namun
demikian, seluruh anggota keluarga secara suportif membantu kesembuhan pasien,
misalnya dengan memakai alat makan sekali pakai untuk pasien.
5.5 Aspek Fungsional
Pasien tergolong dalam derajat fungsional 2 yakni mampu melakukan perawatan diri
namun kesulitan melakukan aktivitas ringan. Semenjak sakit, pasien merasa tidak
maksimal beraktivitas. Pasien kesulitan berjalan karena nyeri yang dirasa pada luka di
7
kaki pasien. Selama sakit, pasien masih berkuliah secara daring sehingga tidak ada
masalah berarti untuk akomodasi sehari-hari ke kampus.
6. Tatalaksana Komprehensif
6.1 Promotif
a. Edukasi mengenai penyakit skabies secara umum mulai dari definisi, jenis-jenis,
penyebaran, hingga ke pengobatannya.
b. Asupan nutrisi harus seimbang agar sistem imun tetap baik dan tidak mudah terkena
penyakit.
c. Istirahat yang cukup agar imunitas tubuh tetap terjaga.
6.2 Preventif
a. Primer
i. Pencegahan primer pada saat fase pre patogenesis skabies dilakukan dengan
menjaga kebersihan badan, kebersihan pakaian, tidak menggunakan alat pribadi
seperti handuk, seprai, pakaian bersamasama dengan orang lain, dan penyuluhan
untuk komunitas.
ii. Semua pakaian, sprei, dan handuk harus dicuci dengan air panas minimal 2 kali
seminggu untuk mematikan tungau. Selanjutnya pakaian dijemur di bawah terik
sinar matahari minimal 30 menit lalu disetrika.
iii. Populasi yang tinggal bersama perlu diberikan edukasi mengenai tanda dan gejala
skabies, pencegahan penularan, dan mendorong peserta untuk memberikan
laporan apabila mengalami keluhan skabies setelah bepergian ke suatu tempat.
iv. Promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan perlu diberikan kepada masyarakat
awam khususnya subjek berisiko tinggi untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai skabies. Penyuluhan berisi informasi tentang penyebab, gejala dan
tanda, pengobatan, penularan, dan pencegahan skabies.
b. Sekunder
i. Mengobati penderita secara langsung agar tungau tidak menginfestasi orangorang
yang berada di sekitarnya.
ii. Untuk sementara, hindari kontak tubuh dalam waktu lama dan erat misalnya
8
melakukan hubungan seksual, berpelukan, dan tidur satu ranjang dengan
penderita. Orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan penderita atau
yang sering berada di sekitar penderita perlu diperiksa.
c. Tersier
i. Setelah penderita dinyatakan sembuh dari skabies, pakaian, handuk, dan sprei
yang digunakan lima hari terakhir oleh penderita harus dicuci dengan air panas
agar seluruh tungau mati. Cara lainnya adalah semua barang tersebut dicuci
bersih dengan deterjen dan dijemur di bawah terik sinar matahari.
ii. Barang-barang yang tidak dapat dicuci tetapi diduga terinfestasi tungau diisolasi
dalam kantong plastik tertutup di tempat yang tidak terjangkau manusia selama
seminggu sampai tungau mati.
6.3 Kuratif
6.3.1 Farmakologi
Prinsip tata laksana menyeluruh meliputi penggunaan skabisida yang efektif
untuk semua stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dan nara kontak secara
serempak, menjaga higiene, serta penanganan fomites yang tepat. Terdapat
beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
a. Topikal: Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8
jam. Dapat diulang setelah satu pekan.
b. Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal (Cetirizine).
c. Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik (Amoxycilin).
6.3.2 Non-farmakologi
a. Edukasi dan empowerment pasien, orang tua, serta caregiver.
b. Pemakaian obat secara benar dan kepada seluruh orang yang kontak secara
serempak.
c. Dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada suhu 60°C atau
disimpan dalam kantung plastik tertutup selama beberapa hari. Karpet, kasur,
bantal, tempat duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu dijemur di
bawah terik matahari setelah dilakukan penyedotan debu.
6.4 Rehabilitatif
9
a. Evaluasi gejala klinis berkala sebagai salah satu parameter apakah pengobatan yang
diberikan sudah berjalan sebagaimana mestinya.
b. Evaluasi efek samping obat dan keluhan lainnya juga perlu dilakukan. Intervensi
tertentu akan dilakukan sesuai dengan efek samping obat yang dirasakan pasien. c.
Evaluasi komplikasi yang mungkin terjadi.
7. Monitoring
Monitoring keluhan, perbaikan dan perburukan keluhan, komplikasi yang mungkin muncul,
kerutinan konsumsi obat-obatan, efek samping obat, keberhasilan terapi.
9. Persetujuan Tindakan
Tidak dilakukan kepada pasien.
10
10.1 Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga pada pasien ini adalah keluarga besar atau extended family karena
terdiri atas ayah (Tn. Wakid), ibu (Ny. Samar), dan ketiga anak (Tn. Azriel, An.
Azliyan, An. Aira) dan kakak perempuan dari Tn. Wakid dalam satu rumah.
10.2 Siklus Hidup Keluarga
Siklus keluarga pasien ini sedang berada pada siklus hidup keluarga tahap 6, yaitu
keluarga dengan anak dewasa. Anak pertama keluarga ini, yaitu Tn. Azriel yang sudah
berusia 21 tahun.
10.3 Family APGAR
Keluarga pasien saling berbagi peran dan mengisi dalam mengerjakan urusan rumah
tangga. Dalam mengambil keputusan, ayah dan ibu memiliki peran yang seimbang
namun lebih sering ayah mengarahkan anak-anak dalam pengambilan keputusan.
Dukungan emosional baik dalam keluarga, pemecahan masalah dalam keluarga
dilakukan dengan bersama-sama. Keluarga pasien memiliki waktu bersama yang cukup
walaupun tidak selalu menunjukkan emosi kasih sayang antar anggota keluarga.
11
Affection Bagaimana emosi seperti cinta, 0 = tidak pernah 1
marah, dan benci dibagi di 1 = kadang-kadang
antara anggota keluarga 2 = sering
terhadap keintiman dan relasi
emosional yang ada di keluarga
Total 8
Keterangan: Fungsi
8-10 = fungsi keluarga baik keluarga
4-7 = disfungsi keluarga moderat baik
0-3 = keluarga sakit/tidak sehat
12
LAPORAN HOME VISIT
13
- Jumlah lantai : 1
- Lantai : Ubin
- Atap : Ada plafon, genteng tanah liat
- Dinding : Tembok
- Penerangan : Saat siang hari, cahaya dapat masuk hingga ke dalam kamar. Rumah juga
dilengkapi dengan listrik dan terdapat lampu baik di dalam maupun luar
rumah dalam jumlah yang cukup.
- Jumlah penghuni : 6 orang
- Kepadatan : 10,3 m2/orang
- Ventilasi : Terdapat 10 jendela
- Kebersihan : Rumah selalu dibersihkan setiap hari
- Sumber air minum : Air galon
- Jumlah ruangan : 6 ruangan
- 4 kamar tidur masing-masing berukuran 2,5 x 2 m2
- 1 ruang keluarga sekaligus ruang tamu berukuran 3 x 3 m2
- 1 dapur berukuran 1 x 1,5 m2
- 1 kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 m2
14
- Limbah kamar mandi mengalir ke septic tank
- Limbah dapur mengalir ke selokan samping rumah
- Limbah padat : dibuang di tempat sampah depan rumah, setiap 2-3 kali
seminggu diambil oleh petugas sampah
- Hewan peliharaan : Tidak ada
3.2 Psikologis
- Keadaan emosional : Stabil, hanya terkadang ayah merasa anak pertama sulit diatur.
- Pengambilan keputusan : Mayoritas masih dipegang oleh orang tua.
- Ketergantungan obat : Tidak ada anggota keluarga yang ketergantungan obat.
- Rekreasi : Keluarga tidak terlalu sering rekreasi. Namun sempat
bepergian ke swalayan atau berkunung ke rumah keluarga
satu bulan sekali.
3.3 Spiritual
Setiap anggota keluarga rajin salat 5 waktu, ayah sering salat berjamaah di musala
15
dekat rumah sedangkan ibu dan anak perempuan salat di rumah.
3.4 Sosiokultural
- Suku bangsa : Ayah dan ibu merupakan suku Jawa
- Hubungan sosial : Dengan tetangga sekitar baik.
5.1 Advice
5.1.1 Non-farmakologis
A. Promotif
- Beristirahat cukup dan mengatur pola makan tiga kali sehari dengan porsi
cukup dan gizi seimbang.
- Menjaga kebiasaan pola hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan
sepulang beraktivitas di luar rumah.
- Mengurangi atau hingga mengehentikan kebiasaan merokok.
16
B. Preventif
- Rutin membersihkan rumah, terutama kain atau barang yang sering
dipakai pasien dengan dibilas menggunakan air panas tidak mendidih atau
di jemur di bawah sinar matahari.
- Menjaga jarak dengan orang lain untuk mencegah penularan agent
skabies.
- Mengatur siklus gatal-garuk agar tidak memperburuk kondisi infeksi
sekunder.
C. Kuratif
- Memakai produk scabiside dengan cara yang benar.
- Mengonsumsi antibiotik secara rutin dan hingga tuntas.
D. Rehabilitatif
- Evaluasi gejala klinis berkala sebagai salah satu parameter apakah
pengobatan yang diberikan sudah berjalan sebagaimana mestinya.
- Evaluasi efek samping obat dan keluhan lainnya juga perlu dilakukan.
Intervensi tertentu akan dilakukan sesuai dengan efek samping obat yang
dirasakan pasien.
- Evaluasi komplikasi yang mungkin terjadi.
5.1.2 Farmakologis
- Krim permetrin 5% dioleskan sebelum tidur dan dibilas keesokan hari, dipakai
satu minggu sekali
- Cetirizine 10mg diminum 3 kali sehari
- Amoxycilin 500mg diminum 3 kali sehari
17
bernanah dan harus mengonsumsi antibiotik. Pasien menyetujui terapi yang diberikan
oleh dokter puskesmas serta menerima advice dari dokter terkait kebiasaan hidup
bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri. Pasien
mengakui bahwa indeks masa tubuhnya termasuk kurang atau underweight sehingga
mencoba untuk mengatur pola makan tiga kali sehari terutama sejak sakit ini.
5.3 Assist
Menawarkan kepada pasien untuk mengonsultasikan kepada pihak puskesmas
apabila gejala belum membaik atau ditemukan penularan skabies pada orang lain.
5.4 Arrange to Follow Up
Menawarkan pendampingan pasien secara daring untuk membantu menilai
perkembangan kondisi pasien dan dapat segera membantu pasien dalam menghubungi
pihak puskesmas apabila terdapat perburukan gejala atau keluhan lain.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis mengenai riwayat penyakit saat ini maupun riwayat yang lain
dan pemeriksaan fisik, didapatkan bahwa pasien (Tn. A) menderita infeksi skabies. Keluhan utama
berupa gatal yang semakin lama disertai nyeri dan nanah pada area lesi sehingga dapat dicurigai
terjadinya infeksi sekunder. Dalam penilaian status gizi ditemukan bahwa pasien tergolong
underweight. Pasien juga merupakan perokok aktif dan sebelum sakit diketahui bahwa pasien
memiliki pola makan tidak teratur dan jarang berolahraga.Gejala yang dialami pasien sebenarnya
berawal dari Ibu dan Adik pasien 2 minggu sebelumnya, sehingga pasien berobat ke puskesmas agar
mendapat obat yang juga digunakan untuk anggota keluarnya. Pasien telah mendapat Krim
permetrin 5%, Antisedatif (Cetirizine), dan Antibiotik (Amoxycilin) sebagai tatalaksana kuratif dari
puskesmas. Pada dasarnya, keluarga pasien telah menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
namun pasien sendiri dirasa belum optimal menjalankan PHBS secara rutin. Keluarga pasien
diedukasi untuk menjemur pakaian, kasur, dan barang-barang yang digunakan dalam rumah selama
sakit ini dengan sinar matahari siang atau direndam dalam ari panas agar agen penyebab skabies
dapat dihilangkan. Pada tanggal 30 Mei 2022, dokter muda telah melakukan kunjunga rumah di
kediaman pasien dan keluarganya. Ditemukan bahwa tempat tinggal pasien dan keluargnya termasuk
kategori rumah sehat.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Home Visit
Dapur
19
Lampiran 2. Penilaian Rumah Sehat
I KOMPONEN RUMAH 31
1. Langit langit a.tidak ada 0 2
b.ada, kotor,sulit dibersihkan dan 1
rawan kecelakaan
c.ada, bersih dan tidak rawan 2
kecelakaan
2. Dinding a.bukan tembok (terbuat dari 1 2
anyaman bambu/ilalang)
b.semi permanen/setengah 2
tembok/pasangan bata atau batu
yang tidak di plester/papan tidak
kedap air
c.permanen (tembok/pasangan 3
batubata yang di plester), papan
kedap air
3. Lantai a.tanah 0 2
b.papan/anyaman bambu dekat 1
dengan tanah/plesteran yang retak
dan berdebu
C. di plester/ubin 2
/keramik/papan(rumah panggung)
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 1
b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga a. Ada 0 1
b. Tidak ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0 2
20
b. Ada, luas ventilasi permanen 1
dapur <10% dari luas lantai
c. Ada, luas ventilasi permanen 2
>10% luas lantai
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0 1
b. Ada, lubang ventilasi dapur <10 1
% dari luas lantai dapur
c. Ada, lubang ventilasi dapur >10 2
% dari luas lantai dapur (asap
keluar dengan sempourna), atau
ada exhaust fan/ ada peralatan
yang sejenis
8 Pencahayaaan a. Tidak terang (tidak dapat 0 2
digunakan untuk membaca)
b. Kurang terang, sehingga kurang 1
jelas untuk dipergunakan
membaca dengan normal
c. Terang dan tidak silau, 2
sehingga dapat dipergunakan
untuk membaca dengan normal
II Sarana Sanitasi 25
21
e. Ada, milik sendiri, dan 4
memenuhi syarat kesehatan
2 Jamban (sarana a. Tidak ada 0 4
pembuangan kotoran) b. Ada, bukan leheer angsa, tidak 1
ada tutup, disalurkan ke sungai
atau kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada 2
tutup (leher angsa), disalurkan
kesungai atau kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada 3
tutup, septik tank
e. Ada, leher angsa, septik tank 4
3 Saran pembuangan air a. Tidak ada, sehingga tergenang 0 4
limbah (SPAL) tidak teratur dihalaman rumah
b. Ada, diresapkan tetpai 1
mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air <10 meter)
c. Ada, dialirkan ke selokan 2
terbukan
d. Ada, diresapkan dan tidak 3
mencemari sumber air (jarak
dengan sumber air >10 m)
e. Ada, disalurkan kesaluran 4
tertutup (saluran kota) untuk
diolah lebih lanjut
4 Sarana pembuangan a. Tidak ada 0 2
sampah (tempat b. Ada, tapi kedap air dan tidak 1
sampah) ada tutup
22
C. ada, kedap air, dan 2
tidak bertututup
23
24