Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

PANCASILA

Disusun oleh :

Alfina Dwi Sovia

2114401046

D3 Keperawatan

Dosen pengampu :

Ibu Purwati,SPd,.MAP

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKTIK


KESEHATAN TANJUNG KARANG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANJUNG KARANG TAHUN AJARAN 2021/2022
PEMBELAJARAN 4

Pancasila sebagai Ideologi terbuka

Faktor pendorong pemikiran keterbukaan ideologi Pancasila: 1. Kenyataan dalam proses


pembangunan nasional berencana dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat 2.
Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku cenderung
meredupkan perkembangan dirinya 3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau yang
pernah dialami bangsa 4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar
Pancasila yang bersifat abadi sebagai asas dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan
bernegara, dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai
tujuan nasional Urgensi keterbukaan ideologi bukan saja merupakan suatu penegasan kembali
dari pola pikir yang dinamis dari para pendiri negara kita dalam tahun 1945, tetapi juga
merupakan suatu kebutuhan konseptual dalam dunia modern yang berubah dengan semakin
cepat. Batas-batas keterbukaan Ideologi Pancasila yang tak boleh dilanggar: 1. Stabilitas
nasional yang dinamis 2. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, komunisme 3.
Mencegah berkembangnya paham liberalis 4. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang
menggelisahkan kehidupan masyarakat 5. Penciptaan norma yang baru harus melalui
konsensus.

Pancasila Sebagai Working Ideology

Menurut Latif (2020). Setidaknya terdapat lima jalur yang mesti ditempuh jika Pancasila
dikehendaki menjadi Working Ideology:

1. Jalur penguatan pemahaman Pancasila menuju Indonesia cerdas kewargaan

2. Jalur kerukunan kebangsaan menuju Indonesia bersatu

3. Jalur pendekatan keadilan sosial menuju Indonesia berbagi kemakmuran

4. Jalur pelembagaan Pancasila dalam pranata kenegaraan-kemasyarakatan menuju Indonesia


tertata-lembaga

5. Jalur penyuburan keteladanan menuju Indonesia terpuji. Inilah jalan kebahagiaan-


kemajuan hidup bersama
PEMBELAJARAN 5

Pancasila sebagai sistem filsafat

A. Pengertian Pancasila Pancasila Sebagai Filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan dengan satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan
satu dengan yang lainnya.

1. Pengertian Filsafat Filsafat adalah upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang
bermanfaat bagi peradaban manusia.

2. Pengertian Pancasila Pancasila adalah lima sila dengan satu kesatuan yang berasal dari
nilai-nilai luhur dan bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang majemuk
dan beragam dalam artian Bhinneka Tunggal Ika.

3. Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara: Filsafat Pancasila adalah
semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berpedoman pada Pancasila

4. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan
dengan cara deduktif dan induktif.

a. Deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusun secara
sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.

b. Induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikan


dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Pancasila yang terdiri atas lima
sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.

B. Pengertian Filsafat Istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, (philosophia), tersusun
dari kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan
kata sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,
inteligensi (Barata, 2011). Dengan demikian philosophia secara harfiah berarti mencintai
kebijaksanaan. Kata kebijaksanaan juga dikenal dalam bahasa Inggris, wisdom. Berdasarkan
makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk
mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi
peradaban manusia (Kamilah, 2012).

Anda mungkin juga menyukai