Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA ISLAM

“ HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK DINUL ISLAM “

Disusun Oleh :

1. Dimas Adrianto
2. Abdul Halim
3. Tika Wulandari

Dosen Pengampu : Tiara Rochmawati, M.E

PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN

UNIVERSITAS PASIR PANGARAIAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


 Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Pendidikan Agama
Islam dengan judul ”DINUL ISLAM DAN HUKUM ISLAM”. Dalam
penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah
memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit pembelajaran dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang

Ajaran islam adalah ajaran yang paling sempurna bagi seluruh umat. Karena ajaran
islam mengajarkan umatnya tidak hanya berbuat untuk dunia tapi juga berbuat untuk akherat,
supaya mencapai kebahagiaan dunia akherat yang dijanjikan Allah SWT dalam Al- Quran.
Nabi Muhammad yang menjadi tuntunan manusia dalam berbuat, untuk mencapai tujuan
hidup manusia.
Di dalam ajaran islam terdapat hukum yang berasal dari beberapa sumber hukum
islam yang telah ditetapkan dan sudah tidak diragukan lagi kebenarannya. Walaupun masih
ada beberapa perbedaan pendapat antara beberapa para ulama, islam memberi kebebasan
umatnya dalam memilih hukum yang ada dengan tidak menyimpang dari sumber hukum
islam yang paling murni dari Allah SWT yaitu Al-Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu Dinul Islam
 Apa saja yang terdapat di dalam dinul islam
 Apa itu hukum islam
 Apa saja macam-macam hukum islam

1.3  Tujuan
 Mengetahui arti dari Dinul Islam
 Mengetahui apa saja karakteristik  Dinul Islam
 Mengetahui arti hukum islam
 Mengetahui macam-macam hukum islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dinul Islam


Dalam bahasa Indonesia, yang dimaksud dinul Islam adalah agama Islam. Ad-
Din diartikan agama. Sedangkan arti agama berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Sebutan agama jika tidak digandengkan dengan kata Islam mencakup seluruh agama,
baik agama yang benar maupun yang batil. Di dunia ini, agama yang dianut oleh umat
manusia cukup banyak. Di Indonesia saja, untuk saat ini ada enam agama yang diakui dan
diridhai oleh pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Islam, Katholik,
Protestan, Hindu, Budha dan yang terbaru Konghuchu.
Dalam bahasa Arab, kata ad-Din adalah masdar dari kalimat ‫ ِدينُ ِدينًا‬AAAAَ‫دَانَ ي‬ yaitu
ketundukan. Di dalam al-Qur’an kata ad-Din disebut dengan beragam makna, diantaranya
ketundukan, kekuasaan, hukum, perintah, ketaatan, peribadatan dan pelayanan, syariat,
undang-undang, dan pembalasan.
Ali ibn Muhammad al-Jurjani berkata, “ad-Din (agama) adalah aturan Tuhan yang
mengajak makhluk yang diberi akal untuk menerima apa-apa yang dibawa oleh Rasulallah
S.A.W.”
al-Jurjani juga menjelaskan tentang ad-Din dan al-Millah bahwa dua istilah ini
hakikatnya sama, perbedaannya hanya pengungkapannya saja. Ada juga yang mengatakan
bahwa al-Din dinisbatkan kepada Allah Ta’ala. al-Millah dinisbatkan kepada Rasul.
Adapun mazhab dinisbatkan kepada seorang seorang mujtahid.
Sedangkan istilah ad-Din secara keseluruhan yang dimaksudkan di dalam ayat-ayat al-Qur’an
adalah:
‫لخلُقِيَّ ِة َو ْال َع َملِيَّ ِة‬ َ ‫نِظَا ُم ْا‬
ُ ‫لحيَا ِة ْال َكا ِم ِل الشَّا ِم ِل لِنَ َوا ِح ْي َها ْا ِال ْعتِقَا ِديَّ ِة َو ْالفِ ْك ِريَّ ِة َو ْا‬
“Aturan hidup yang sempurna lagi menyeluruh yang meliputi segala aspeknya, baik
keyakinan, pemikiran, akhlak dan juga amal perbuatan.”
Berdasarkan pemahaman ad-Din sebagai ketaatan, ketundukan, aturan, hukum,
syariat, dan lain-lain, maka orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai muslim untuk
tunduk dan patuh hanya kepada aturan, hukum dan syariat yang Allah Ta’ala turunkan.
Namum, jika masih tetap melakukan ritual-ritual kesyirikan seperti sesajen, ruwatan,
perdukunan, sihir, santet, pesugihan dan ritual kesyirikan lainnya berarti belum tunduk dan
patuh kepada Allah Ta’ala. Hal ini disebabkan, ritual dan praktek tersebut merupakan
perbuatan yang mencerminkan ketundukan dan kepatuhan kepada selain Allah Ta’ala.
Begitupula sistem yang tidak menjadikan hukum Islam sebagai undang-undang. Maka,
undang-undang selain hukum Islam adalah agama tandingan Islam, karena masyarakatnya
dipaksa untuk tunduk dan patuh kepada aturan tersebut sekalipun bertentangan dengan aturan
Islam.
Adapun makna Islam secara bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu masdar dari
kata aslama yang berarti ketundukan dan kepatuhan. Secara istilah, Islam adalah:
 “Menyerahkan diri kepada Allah Ta’ala dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh hanya
kepada-Nya serta berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya.”
Definisi Islam di atas berdasarkan dalil al-Qur’an, yaitu Allah Ta’ala menggunakan
kata Islam yang bermakna penyerahan diri seorang hamba kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
ْ ‫سنُ ِدينًا ِم َّمنْ َأ‬
ِ ‫سلَ َم َو ْج َههُ هَّلِل ِ َو ُه َو ُم ْح‬
‫سنٌ َوات ََّب‬ َ ‫َع ِملَّةَ ِإ ْب َرا ِهي َم َحنِيفًا َو َمنْ َأ ْح‬
“Siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. an-Nisa [04]: 125)
Allah Ta’ala berfirman:
‫ ُمو ِرعَاقِبَةُ اُأْل‬  ِ ‫س َك بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَى َوِإلَى هَّللا‬ ْ ‫سنٌ فَقَ ِد ا‬
َ ‫ستَ ْم‬ ِ ‫سلِ ْم َو ْج َههُ ِإلَى هَّللا ِ َو ُه َو ُم ْح‬
ْ ُ‫َو َمنْ ي‬
 “Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya
kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Lukman [31]: 22)
Allah Ta’ala berfirman:
ٌ‫ِإلَه‬ ‫فَِإلَ ُه ُك ْم‬  َ‫ش ِر ا ْل ُم ْخبِتِين‬ ْ ‫اح ٌد فَلَهُ َأ‬
ِّ َ‫سلِ ُموا َوب‬ ِ ‫َو‬
 “Maka Tuhan kalian ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kalian
kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh.” (QS. al-
Hajj [22]: 34)
Dengan demikian, maka hakikat seseorang beragama Islam adalah menyerahkan
dirinya untuk tunduk dan patuh pada aturan agama Islam di semua sendi kehidupan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Dinul-Islam atau sering disebut dengan agama
Islam adalah agama yang diturunkan Allah Ta’ala, dianut dan didakwahkan oleh para utusan
Allah Ta’ala dari kalangan nabi dan rasul. Agama Islam adalah satu-satunya agama hak dan
satu-satunya agama yang diridhai serta diterima Allah Ta’ala.
Kebenaran Islam sebagai satu-satunya agama yang hak lagi diridhai Allah Ta’ala berdasarkan
al-Qur’an, al-Sunnah dan ijma’ serta logika akal sehat.
Allah Ta’ala berfirman:
ْ ‫ِإنَّ الدِّينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اِإْل‬
‫ساَل ُم‬
“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19)
Maksud dari ayat ini adalah sesungguhnya Agama yang Allah Ta’ala ridhai untuk
makhluk-Nya dan karena Dia mengutus rasul-rasul-Nya dan Dia tidak menerima agama
selainnya, ia adalah Islam. Yaitu ketundukan kepada Allah semata dengan ketaatan dan
penyerahan diri kepada-Nya dengan penghambaan, mengikuti rasul-rasul-Nya dalam agama
yang dengannya Allah mengutus mereka di setiap zaman sampai mereka ditutup dengan
Muhammad S.A.W.
Imam Qatadah, seorang ahli tafsir dari tabi’in menafsirkan ayat di atas dengan
mengatakan, “Persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan hak selain
Allah Ta’ala dan berikrar juga terhadap apa-apa yang datang dari Allah Ta’ala
yaitu dinullah (agama Allah) yang Dia syariatkan untuk-Nya yang dengannya Allah
mengutus para rasul-rasul serta memberi petunjuk kepada wali-wali-Nya. Maka, Dia tidak
akan menerima selain Islam dan tidak akan membari balasan (pahala) melainkan dengan
Islam.”
Syaikh Abdurrahman bin Nasir al-Sa’di menjelaskan bahwa maksud (Sesungguhnya
agama di sisi Allah) yakni agama yang tidak ada agama selainnya dan tidak ada agama yang
diterima selainnya, yaitu (al-Islam) yang berarti ketundukan kepada Allah semata secara lahir
dan batin sesuai dengan syariat lisan Rasul-Nya.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat tersebut, bahwa tidak ada agama yang
diterima dari seorangpun melainkan Islam, yaitu itiba’ (pengikutan) kepada para Rasulullah
S.A.W. dan barangsiapa yang bertemu dengan Allah setelah diutusnya Muhammad S.A.W.
dengan agama yang bukan syariat-Nya maka tidak akan diterima.
Allah Ta’ala berfirman:
ِ ‫ساَل ِم ِدينًا فَلَنْ يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوه َُو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ا ْل َخ‬
َ‫اس ِرين‬ ْ ‫َو َمنْ يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اِإْل‬
“Barangsiapa menganut agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima agama itu dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS.
Ali Imran [3]: 85)
Berdasarkan ayat ini, Allah Ta’ala menegaskan bahwa orang yang menganut agama
selain Islam, tunduk dan patuh kepada selain Allah Ta’ala hanyalah akan menuai kerugian
karena seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi tunduk kepada Allah Ta’ala secara
suka rela seperti orang-orang beriman, atau terpaksa seperti orang-orang kafir pada saat
terjadi kesulitan-kesulitan. Maka, hendaknya tidak ada seorang makhluk pun yang tidak
menganut agama Islam.
Imam Al-Baidhawi berkata, “Barangsiapa mencari selain Islam sebagai agama, yakni
selain tauhid dan ketundukan terhadap hukum Allah. Maka tidak diterima darinya dan dia di
akhirat termasuk orang-orang merugi yaitu mereka menjadi terjatuh pada kerugian.
Maknanya adalah orang yang berpaling dari Islam dan mencari selain Islam berarti dia telah
kehilangan manfaat dan terjerumus pada kerugian dengan membatalkan fitrah yang lurus
yang difitrahkan kepada manusia.”
Dengan demikian, tiga dalil di atas menunjukan kebatilan seluruh agama selain Islam,
termasuk di antaranya paham Liberalisme yang mengatakan perasamaan semua agama,
karena Allah Ta’ala menyatakan bahwa hanya Islam agama yang diridhai oleh-Nya.

2.2 Karakteristik Dinul islam


1. Rabbaniyah
Dinul islam berarti sederhana yaitu agama islam. Ciri khas dari dinul islam sendiri
adalah rabbaniyah. Mengapa disebut rabbaniyah. Karena dinul islam adalah agama yang
datang langsung dari Allah SWT. Dinul islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah
SWT. Karena satu-satunya agama yang diakui dan diridhoi Allah SWT maka jelas akan
tujuan dinul islam adalah membuat seluruh umat manusia di muka bumi ini hanya
menyembah kepada Allah SWT saja. Tujuan ini juga dimuat jelas dalam surat Adz-Zariat
ayat 56.
2. Insaniyah Alamiyah
Yang dimaksud dari insaniyah alamiyah disini adalah dinul islam bersifat
kemanusiaan serta universal. Dinul islam diturunkan untuk dianut semua kaum di muka
bumi, tanpa terkecuali. Meskipun awalnya ditujukan untuk masyarakat arab saja, dinul islam
sebenarnya bersifat universal dan bisa diterapkan pada seluruh kebudayaan di dunia.
3. Syumuliyah
Syumuliyah berarti lengkap. Tidak seperti pada agama lain, dalam dinul islam seluruh
aspek kehidupan sudah ditetapkan. Dinul islam adalah agama paling lengkap di muka bumi
ini. Bahkan dalam hal pekerjaan baik kecil maupun besar sudah ditetapkan dan diterangkan
mengenai hukum-hukumnya.
4. Al-Basathah
Al-Basathah berarti mudah. Dinul islam menghendaki kemudahan bagi seluruh
pengikutnya. Dinul islam tidak membebani pengikutnya bahkan dalam hal ibadah karena
sudah disesuaikan dengan kemampuan hambanya. Pada dasarnya, tidak ada kesulitan untuk
mengerjakan kewajiban dan ibadah dalam islam sedikitpun.
5. Al-Adalah
Al-Adalah berarti keadilan mutlak. Yang dimaksud disini adalah dinul islam
ajarannya mengajarkan manusia untuk mencapai persaudaraan yang mutlak. Manusia
dilarang saling menyakiti, mendzalimi, atau melakukan hal buruk yang merugikan
saudaranya. Manusia juga disarankan untuk memaafkan segala perbuatan saudaranya yang
telah menyakiti hati daripada balas dendam. Islam adalah agama yang sangat cinta damai.
6. Tawazun
Tawazun berarti keseimbangan. Seorang muslim haruslah bisa menjaga
keseimbangan antara kepentingan umum dan pribadi. Tidak hanya itu saja, dinul islam juga
mengajarkan bahwa sebaiknya seorang muslim mampu menjaga keseimbangan antara badan
dan jiwa, serta kepentingan dunia dan akhirat. Janganlah seorang muslim berat pada salah
satu bagian saja karena akan merugikan diri sendiri.

2.3 Pengertian Hukum Islam


Menurut Ahmad Rofiq, Pengertian Hukum Islam adalah seperangkat kaidah-kaidah
hukum yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah
laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang
mengikat bagi semua pemeluk agama islam.

Pengertian Hukum Islam menurut Zainuddin Ali, Hukum Islam adalah hukum yang
diinterprestasikan dan dilaksanakan oleh para sahabat nabi yang merupakan hasil ijtihad dari
para mujtahid dan hukum-hukum yang dihasilkan oleh ahli hukum islam melalui metode
qiyas dan metode ijtihad lainnya.

Hukum islam merupakan istilah khas di Indonesia, sebagai terjemahan dari al-fiqh al-
islam atau dalam konteks tertentu dari as-syariah al-Islamy. Dalam wacana ahli hukum Barat
istilah ini disebut Islamic Law.
Pada dimensi lain penyebutan hukum islam selalu dihubungankan dengan legalitas formal
suatu negara, baik yang telah terdapat di dalam kitab-kitab fiqih maupun yang belum. Jika
demikian adanya, kedudukan fiqih islam bukan lagi sebagai hukum islam in abstracto (pada
tataran fatwa atau doktrin) melainkan sudah menjadi hukum islam in concreto (pada tataran
aplikasi atau pembumian). Hukum islam secara formal sudah dinyatakan berlaku sebagai
hukum positif, yang berarti bahwa aturan yang mengikat dalam suatu negara.

2.4 Macam-Macam Hukum Islam  


1. Wajib
Para ‘ulama’ memberikan banyak pengertian mengenainya, antara lain:
“Suatu ketentuan agama yang harus dikerjakan kalau tidak berdosa“. Atau “Suatu ketentuan
jika ditinggalkan mendapat adzab”
Contoh lain, Shalat subuh hukumnya wajib, yakni suatu ketentuan dari agama yang harus
dikerjakan, jika tidak berdosalah ia.
2.Sunnah
“Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak
berdosa“. Atau bisa anda katakan : “Suatu perbuatan yang diminta oleh syari’ tetapi tidak
wajib, dan meninggalkannya tidak berdosa”.
3.Haram
“Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau orang
melanggarnya, berdosalah orang itu“.
Contoh: Nabi saw bersabda:
َ‫الَتَاْتُوا ال ُكهَّان‬
“Janganlah kamu datangi tukang-tukang ramal/dukun“. Hadits riwayat Imam Thabrani.
Mendatangi tukang-tukang ramal/dukun dengan tujuan menyakan sesuatu hal ghaib lalu
dipercayainya itu tidak boleh. Kalau orang melakukan hal itu, berdosalah ia.
4.Makruh
 Arti makruh secara bahasa adalah dibenci. “Suatu ketentuan larangan yang lebih baik
tidak dikerjakan dari pada dilakukan“. Atau “meninggalkannya lebih baik dari pada
melakukannya“.
Sebagai contoh: Makan binatang buas. Dalam hadits-hadits memang ada larangannya, dan
kita memberi hukum (tentang makan binatang buas) itu makruh.
Begini penjelasannya: binatang yang diharamkan untuk dimakan hanya ada satu saja, lihat
Al-Qur’an Al-Baqarah: 173 yang berbunyi:
ِ ‫…ِإنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَ ْح َم ا ْل ِخ ْن ِزي ِر َو َما ُأ ِه َّل بِ ِه لِ َغ ْي ِر هَّللا‬
“Tidak lain melainkan yang Allah haramkan adalah bangkai ,darah, daging babi dan binatang
yang disembelih bukan karena Allah….”
Kata ‫ِإنَّ َما‬ dalam bahasa Arab disebut sebagai “huruf hashr” yaitu huruf yang dipakai untuk
membatas sesuatu. Kata ini diterjemahkan dengan arti: hanya, tidak lain melainkan.
5. Mubah
Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal.
“Satu perbuatan yang tidak ada ganjaran atau siksaan bagi orang yang mengerjakannya atau
tidak mengerjakannya” atau “Segala sesuatu yang diidzinkan oleh Allah untuk
mengerjakannya atau meninggalkannya tanpa dikenakan siksa bagi pelakunya”
Contoh: dalam Al-Qur’an ada perintah makan, yaitu:
‫س ِرفُوا‬ ْ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم‬  َ‫س ِرفِين‬
ْ ُ‫س ِج ٍد َو ُكلُوا َواش َْربُوا َوالَ ت‬ ْ ‫ِإنَّهُ الَيُ ِح ُّب ا ْل ُم‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan” Al-A’raf: 31
Akan tetapi perintah ini dianggap mubah. Jika kita mewajibkan perintah makan maka
anggapan ini tidak tepat, karena urusan makan atau minum ini adalah hal yang pasti
dilakukan oleh seluruh manusia baik masih balita atau jompo. Sesuatu yang tidak bisa dielak
dan menjadi kemestian bagi manusia tidak perlu memberi hukum wajib, maka perintah Allah
dalam ayat diatas bukanlah wajib, jika bukan wajib maka ada 2 kemungkian hukum yang
dapat kita ambil, yaitu: sunnah atau mubah. Urusan makan atau minum ini adalah bersifat
keduniaan dan tidak dijanjikan ganjarannya jika melakukannya, maka jika suatu amal yang
tidak mendapat ganjaran maka hal itu termasuk dalam hukum mubah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Ajaran islam adalah ajaran yang paling sempurna bagi seluruh umat. Karena ajaran
islam mengajarkan umatnya tidak hanya berbuat untuk dunia tapi juga berbuat untuk akherat,
supaya mencapai kebahagiaan dunia akherat yang dijanjikan Allah SWT dalam Al- Quran.
Nabi Muhammad yang menjadi tuntunan manusia dalam berbuat, untuk mencapai tujuan
hidup manusia.
Di dalam ajaran islam terdapat hukum yang berasal dari beberapa sumber hukum
islam yang telah ditetapkan dan sudah tidak diragukan lagi kebenarannya. Walaupun masih
ada beberapa perbedaan pendapat antara beberapa para ulama, islam memberi kebebasan
umatnya dalam memilih hukum yang ada dengan tidak menyimpang dari sumber hukum
islam yang paling murni dari Allah SWT yaitu Al-Qur’an.
Hukum dalam agama islam terbagi ke dalam lima jenis, yaitu: wajib (harus), sunnah,
haram, mubah dan makruh. Hukum tersebut berasal dari tiga sumber yaitu: Al-Qur’an, Al-
Hadist dan Ijtihad.

3.2 Saran
Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar bisa membantu pembaca dalam memahami
sedikit rasa keingintahuan mengenai dinul islam dan hukum islam. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com

http://www.wikipedia.com

https://www.facebook.com/notes/iman-wahyudi/perbedaan-antara-istilah-dinul-islam-
agama-islam/10152105294433420/

http://dainusantara.com/memahami-makna-dinul-islam/

http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-6-ciri-khas-dinul-islam/

http://dokumen.tips/documents/makalah-agama-dinul-islam.html

http://www.madinatuliman.com/3/2/560-hukum-islam-ada-5-yakni-wajib,-sunnah,-
mubah,-makruh-dan-haram.html

https://fospi.wordpress.com/2008/07/22/mengenal-macam-macam-hukum-di-syariat-
islam/

http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-dan-ruang-lingkup-hukum-
islam.html#_

http://masatox-education.blogspot.co.id/2012/01/bab-v-memahami-sumber-sumber-
hukum.html

Anda mungkin juga menyukai