MAKALAH
OLEH :
KELOMPOK III
SHAFIYYAH SYAWALIAH NOPIANSYAH
20200121002
M. IRFAN
20200121014
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan kepada nabi agung Muhammad saw yang syafa’atnya kita nantikan
kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah “Maf’ul Fiih” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Nahwu.
Penulis menyadari makalah bertema Maf’ul Fiih ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik
dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon
maaf.
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A...Kesimpulan .......................................................................................... 24
B...Saran .................................................................................................... 25
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika kita tinggal di daerah ataupun Negara dengan bahasa resmi bahasa Arab,
tentu bukan menjadi suatu kesulitan bagi kita untuk mempelajari bahasa tersebut. Di
Indonesia sendiri sebenarnya, penutur bahasa Arab mudah sekali untuk kita temui.
Kemampuan yang dimiliki para penutur ini sangat beragam. Dari yang hanya
pendengar pasif sampai penutur aktif. Sekolah-sekolah berbasis agama di Indonesia
juga memasukkan bahasa Arab menjadi slah satu bahasa yang wajib untuk dipelajari
dari tingkat terrendah pendidikan. Selain di sekolah formal, bahasa Arab lebih
berkembang agi dengan baik pada sekolah-sekolah non formal. Semisal di pondok
pesantren dan madrasah-madrasah.
Maf’ul fih, merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk-bentuk susunan
kalimat maupun kata yang terrangkum dalam ilmu nahwu pada bahasa Arab.
Walaupun sudah banyak orang yang sudah bisa menuturkan bahasa Arab tapi untuk
membuat tuturan tersebut menjadi lebih benar, maka tidak ada salahnya untuk
belajar ilmu ini secara lebih lanjut. Dengan harapan apa yang menjadi materi pada
kesempatan kali ini dapat membuat orang-orang yang masih beajar untuk
memahami atau yang ingin menuturkan bahasa Arab dapat terbantu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat menarik beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Apa itu defenisi Maf’ul Fiih?
2. Bagaimana amil-amil yang menashabkan Maf’ul Fiih?
3. Bagaimana satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiih?
4. Bagaimana hukum membuang amil Maf’ul Fiih?
5. Bagaimana hukum membuang Maf’ul Fiih dan pengganti posisinya?
6. Bagaimana pembagian dan macam-macam Maf’ul Fiih?
7. Bagaimana Maf’ul Fiih antara mabni dan mu’rab?
2
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
ًا
سل اًا يَمُْرَي يٌَق يُ ي
ََي ل
الًرسٌم يُ رمفمُ رْ يًٌق ي
Sekolah itu dibuka di pagi hari dan ditutup di sore hari.
5. Sighah Musyabbah
خال قً َي هٌِ عن يً هسَ ه
اِ ُهاري ق
Kholid sangat cerdas ketika mahir membaca.
1
Syaikh Fuad Ni’mah, mulakhkhos Qoa’idul Lughotil ‘Arobiyyah Cet: Darul Tsaqofah Islamiah, hal. 30.
2
Abdul Haris, Teori Nahwu & Ilmu Sharaf, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 40.
4
ُليَْ م
أْ عَن منه أمس ُلرُ ع
ل
Hari ini orang sakit itu lebih baik dari hari kemarin.
C. Satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiih3
Contohnya :
ْ َشَه المٌَ ُفعٌَ بلمعل انفظ، ظْف زُان ُنصْب بلمفحٌ الظاِْة:ٌْي
ْ َشَه المٌَ ُفعٌَ بلمعل انفظ، ظْف ُكان ُنصْب بلمفحٌ الظاِْة:ٌأُا
Namun apabila kedua dzharaf sama jenis, tidak boleh dari amil yang sama.
Contoh
ة ة
اْا
ََع ح
ُلَمَِ ع
َْ عألَعاِةُلِ ع ع
Aku akan menemuimu dihari sabtu pada waktu pagi.
Lafadz ََبا حًا
بdi’irab sebagai badal dari dzharaf َو
َب بkarena keduanya dzharaf
zaman
D. Hukum membuang amil Maf’ul Fiih4
a) Amil Boleh dibuang apabila kalimatnya sudah bisa dimengerti dengan baik-
baik.
3
Ahmad Al-Madani, Qoidah-Qoidah Ilmu Nahwu (Jakarta: Pustaka Raya, 2019), h. 59.
4
Daud Abu Umar, Panduan Ilmu Bahasa Arab Nahwu-I’rab, (Semarang: Pustaka Salin, 2017), h. 49.
5
اَ ةٌ م عن ةِ عسَةمي ةِ ل
ِ ُل رأع ََِ ِن ُلَ ة
ع مل ع عمع ل ع
Aku melihatmu berada diantara Para Mujahidin Fisabilillah.
Apabila dzharaf menempati posisi na’at
ة
ُِلٌرس َأما ة ة
ُلكَاَ م من مكََِ ع
ع ٌُة مش ععرى َال د
َ إ+ ْن
5
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), h.58.
6
Seringkali masdhar menjadi midhaf ilahi yang berada pada posisi zharaf
ketika dibuang. Masdhar berperan sebagai penganti dari dzharaf dengan
syaraf masdhar tersebut menjadi makna penjelas bagi dzharaf yang
dibuang.6
Contoh :
لْ ة
س ة
َ ُلّ م
أامََعِلرعَ ُلُل مْ ع
Lafadz َ
ُلُل مْ عadalah bentuk mashdar yang berperan sebagai pengganti
dzharaf yang dibuang. Dengan demikian, maksud dari terbitnya matahari
adalah waktu terbit. Kalimat perkiraanya:
لْ ة
س ة
ِ) ُلُل مْةَ ُلّ م
(ََم ع
أامََعِلرعَ ع
مفَْل ِه،ِ فاع،َِ ف: َأامََع ةِلرع
6
Abdul Umam, Teori Dasar Nahwu (Tegal:Al-Furqan), h. 123.
7
3. Lafadz-Lafadz
Apabila menemukan lafadz-lafadz seperti di aras, Irablah sebagai naib
(pengganti dzharaf manshub) dengan syaraf lafadz-lafadz tersebut idhafat
kepada isim dzharaf.
ُ لك لِ ة
ُِ» أي ِكِ ُلُي- ُِلُي عس عُ مر ل
عكَعََِ اةصف ُلَ ة
ِ» أي ِ اصف ُلَاع- ِاع مل م ع ع
Aku bergadang setiap malam, artinya aku bergadang disetiap waktu malam.
4. Sifat
Selanjutnya yang berperan sebagai pengganti dzharaf ketika dibuang
yaitu sifat. Contohnya:
ًِ َعُةمي ح
عََعَ مف ل/ ًلَ مِْ ل ُعْ ح
ًِ عََمََحا َعُةمي ح
عََعَ مف ل/ ًِ عزعمنحا ُعْ ح
َ مْ ل
ل: تقٌ ر
ط ح
Lafadz ًَو بadalah sifat untuk dzharaf yang dibuang lalu sifat tersebut
menempati posisinya
صّةر ل
a. Dharaf zaman mutasharrif (ف (ُلِلمر ل
ف ُلم لَْع ع
ُأم ة ة
ُإ معر ة
َُ فعَيع لكْ لُ لممَََع عٌأح عَ عَ عحرُح َإةلَعا مرلكُا إة عَ ْ عال ة، َِْ ُل ةٍي عل عً ةزَ ُلنلصَ عُعى ُلِلرفةيل ة
لَعرى م من م ع ع م ع عل ع ل ل م ع ع لع
اع حًح عَعم مفَل حْلح ِةةه
َفع ة
ع
Dzharaf zaman muntasharif adalah isim zaman yang tidak menetap
dengan kenashabnya sebagai dzharfiyah. Namun, ia terkadang berpindah
kelain I’rab. Isim dzharaf zaman seperti ini, peran I’robnya sesuai posisi
dia dalam kalimat, baik menjadi fail, mubtada, khabar, maf’ul bih, mudhaf
ilaih.
Contoh :
ِ ة ة
أَسُ من ِال ع
عَينلِ ل
Lafadz َبميَتberperan sebagai mubtada.
Dzharaf zaman mutasharrif mu’rab munsharif
Artinya, dzharaf zaman yang memiliki tanda irab asli seperti pada
umumnya yaitu rafa dengan dhmmah, nashab dengan fathah dan majrur
dengan kasrah dan juga tanwin.
Dzharaf zaman muntasharif mu’rab ghair munsharif
Artinya, dzharaf zaman yang memiliki tanda irab majrur dengan
fathah pengganti kasrah dan tidak menerima tanwin (kebaikan dari
muntasharif di atas). Seperti :
ِسسر ُّ ُلُيُِع إَ ٌََعِ أَ ِكرع
Apabila tidak ada ta’yiin seperti pada contoh di atas, maka kedua
dzharaf ini masuk kategori mutasharif mu’rab munsharif, yang artinya
menerima tanda majrur /khafad dengan kasrah dan juga menerima
tanwin.
Dzharaf zaman mabni
Mabni yaitu tidak memiliki tanda irab seperti isim pada
umumnya. Namun, ia menetap dalam satu keadaan/bentuk dimanapun
posisinya berada. Misalkan, mabni sukun seperti ( إذا/)إذ, mabni kasrah
ِ ), mabni dhammah seperti ( ) بعا تلdan lainnya.
seperti ( أمس
b. Dzharaf zaman ghair muntasharif (صّةرف
) عَ مر ُلَع ع ل
عَةممنهل عما ل مََعَ مَ عْ لِ ظعمرفحا عََع مٌ عمرل لَ ُلِلمرفةيلِع عَعل ل عَ لْى ظعمرفحا،عَلَ عْ ُل ةٍي عل ل مََعَ مَ عْ لِ إةلل ظعمرفحا
ٌ
أٌُْ َ د
ِ ح َِ عَ عٌ مع ع
أٌُْ َ د
ٌ ِ ح ما عَ عٌ مع ل
Pagi hari
اْا Muhammad bangun dari ة ةة
ََع ع
ع tidurnya pagi-pagi.
ََع ححا
لُع لْ دٌ َع لق مْلَ م من اَع مْمه ع
لمَع ّةكحرا
Siang hari
ُعهع حار Muhammad pulang dari ُار
عهع ح ِلُع لْ لٌ َعمرةَ لُ ةم عن ُلم عْ ةٌ مَنع ة
kota pada siang hari
Sore hari
ُعم عَاَح Mereka mengerjakan ََُْلْ عُ ُلمْ ةََُ ة
ُاعم ع م ع ع
pekerjaan rumah pada
ة
sore hari. ُلمْض مٌ عرسيلِع عم عَاَح
8
Ahmad Sunarto, Ilmu Nahwu Tingkat Dasar, (Jakarta: Pustaka Amani, 1993), h. 70.
12
Di sini لَنعا Di sini ada universitas لَنعا ُجعا عم عَِل عكَة م عر
yang besar
ٌ
عَ عس ع
Di Tengah Rumah saya ada ditengah- ٌِ ُلٌ مَنع ة
ُلََي ةِ َس ع
tengah kota. عم ع ع ع
9
A Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis, (Bandung: ibn azka press, 2004), h. 80
13
a. Apabila amil untuk dzharaf makan mukhtas tersebut berupa fi’il ( َِعد
ِ عم ّكِع
تعَ عْ عَ مُ ل/ َُلّ عا
َِ عَع عَ ل
4. Dzharaf makan dilihat dari sisi penggunaan
Dzharaf makan muntasharif
Setiap dzharaf makan yang tidak selalu terikat untuk dijadikan
dzhorfiyah. Peran I’rabnya berubah seperti pada dzharafnya zaman.
Mungkin sebagai mubtada, khabar fa’il, dan lainnya.
10
Nurul Ulum, Bahasa Arab Jilid 1, (Jakarta: Balai Pustaka). h.90.
16
Tidak ada bentuk tastniyah dan jamak, baik jamak taksir, jamak
mudzakkar salim, atau jamak muannats salim
Contoh : ُُل
أع مَ عَ ل
َ
) أ معم ةKemarin
4. (س
َ ة
س ُعيّ د
إ ُّ مُس معم ع/ س ُعيََّحا
عكا عُ مُس معم ل
ة ُس دٍ ظعمرةِف عم مرفلَْد عَ عع عً عمِل عرفمَة ةه ُل ل
ض لِْل ُلِلاَعرِل م
ُُس لٍ عكا ع م:س
مُس معم ل
ُُس لٍ إة م ة ُسٍ ظعرةِف ممنصَْ َع عًمِل اع ة: مُسعمس
صَةه ُلم عفمَ عحِل ُلِلاَعرِل م
م ل مد م ع ل د عع ع م
5. ( )أبَطانبKapan/Kapankah
Mnegandung isim istifham
Termasuk isim syarat yang menjazemkan 2 fi’il
Dihukumi mabni fathah
Contoh :
اع مٌ ُلعَ ةر ن َ ة
أّ عُ تلَ ة
ُلل
اع مٌ عَ ل ع مع ل ع ّ ع
Bilamana kau membantu orang lain, maka Allah akan membantumu.
6. ( ِعَميَنع عْا/ (ِعَميَنعاTatkala
عرُث – عةر ل
ُ – عرمًَحا
Asal artinya yaitu lambat/melambatkan/lama menunggu. Namun,
setelah masuk kategori dzharaf zaman, arti yang dimaksud adalah
takaran waktunya (hingga/sampai).
Contoh:
ة ة
ِ ُامََع ةِ مرةِ عرم ع
عرمًَع عْا َمئََل ع/ ُ
8. ( ) ًِييَبKetika
Termasuk zaman mubham muntasharif yang terkadang di irab sebagai
dzharaf dan terkadang tidak
Harus idhafat dan terkadang tidak (satuan) atau jum’lah (kalimat)
Bentuk jamaknya أبًي يبان
Dihukumi mabni fathah ketika menjadi dharaf dan mu’rab ketika
selain dzharaf.
18
9. ( ) بع يوضAod
Mengandung اُ يال تم يست ب يَْب يل
( اِ يستِ يْ بر تmeniadakan zaman mustaqbal)
Termasuk dzharaf zaman ghair muntasharif
Dihukumi mabni dhammah juika tidak idhafat, seperti irab قب يَ بلdan
dihukumi mu’rab apabila idhafat
Harus didahului nafyi atau istifham
Contoh:
ِعِْ َل
ل أفَُه ع
Aku tidak akan melakukaanya diwaktu yang akan datang
َِ ُسٍ ظرِ منصَْ بلفَح َعًمَه ُلفَحِ ُلِاَرِ عُى ُلِرفيِ ُلَماايِ مََُِ بلف: ِْع
ع
َِ‘أف
)قب دSama sekali/Sebelumnya
10. (ٌ
ِ اُ يال بم
Mengandung اِي ( ا يستِ يْ بر تmeniadakan zaman lampau)
Termasuk dzharaf zaman ghair muntasharif
Dihukumi mabni dhammah
Penggunaannya dalam kalimat harus didahului nafyi atsu istifham
Contoh:
هل بخدبعيُب أًدحا ق د
ٌ
Apakah kamu sama sekali tidak pernah menipu seseorang..?
ما بخدبعيُت أًدحا ق د
ٌ
Aku sama sekali tidak pernah menipu seseorang.
اسم ظرفي مَْي على الضم في محل الْصب على الظرفيِ الزمانيِ متعلق بالفعل:ٌق
‘خدع
11. ( ) بمت بىKapan
Dihukumi mabni sukun
Digunakan untuk zaman lampau dan mustaqbal
Termasuk isim istifham
Termasuk isim syarat yang menjazemkan dua fi’il
Dalam penggunaanya terkadang didahului huruf jar
19
اسم استفهاَ مَْى على السكون في محل الْصب على الظرفيِ الزمانيِ متعلق بالفعل: متى
’‘ذهب
اسم الشرط الَازَ مَْى على السكون في محل الْصب على الظرفيِ الزمانيِ متعلق: متى
بالفعل ‘ذاِر
12. ( ) لب مماKetika/Tatkala
Termasuk isim syarat yang tidak menjazemkan dan membutuhkan
jawaban untuk menyempurnakan maknanya
Fi’il setelahnya berupa fi’il madhi
Mabni sukun
Terkadang berta’alluq kepada amil yang menjadi jawabannya
Terkadang jawabannya dibuang
Terkadang bermakna ِالَّ َاististna (pengecualian)
Contoh:
13. ( ) تم يْ بو تم يْْتMudz dan Mundzu
Lafadz تم يْْتdihukumi mabni dhammah
Lafadz ْ تم يdihukumi mabni sukun
Keduanya terdapat dua macam (isim dan huruf)
20
مٌََأ: ٌَال د
ٌف َال د
ُ عََع ع
ِ عْمي ل
عََعَ مف ل
21
ِ فاع،َِ ف: ِ
عََعَ مف ل
ظرف مكاُ ِ ُِ ُلنصَ ََْ مضاف: ُ
عْمي ل
Terkadang mu’rab/mabni
Terkadang dimasuki huruf jar
3. Duna ( ) ُ يتونبMaknanya dekat. Namun terkadang bermakna ‘selain’
Menurut sebagian ulama bahawa lafdz ُ يتونبtermasuk dzharaf makan ghair
munsharif (sibawaih dan ulama bashrah)
Menurut yang lainnya termasuk dzharaf makan munsharif (imam akhfas
dan ulama kuffah)
Terkadang mu’rab/mabni
Terkadang dimasuki huruf jar
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Maf’ul Fiih adalah isim yang menunjukkan arti waktu dan tempat yang
dinashabkan dengan lafadz yang menunjukkan perbuatan didalamnya.
2. Amil-amil yang menashabkan Maf’ul Fiih yang menjadi ta’alluqnya
yaitu fiil, masdhar, isim fa’il, isim maf’ul, sifat musyabbahah, sighah
mubalagah, dan isim tafdhil.
3. Satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiih yaitu pada lafaz َع مَْع
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Daud Umar. 2017. Panduan Ilmu Bahasa Arab Nahwu-I’rab, Semarang: Pustaka
Salin.
Al-Madani, Ahmad. 2019. Qoidah-Qoidah Ilmu Nahwu, Jakarta: Pustaka Raya.
Anwar, Moch. 1995. Ilmu Nahwu Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Fuad, Syaikh Ni’mah, mulakhkhos Qoa’idul Lughotil ‘Arobiyyah Cet: Darul Tsaqofah
Islamiah.
Haris, Abdul. 2002. Teori Nahwu & Ilmu Sharaf, Jakarta: Amzah.
Sunarto, Ahmad. 1993. Ilmu Nahwu Tingkat Dasar. Jakarta: Pustaka Amani
Umam, Abdul. 2018. Teori Dasar Nahwu & Sharaf . Tegal: Al-Bidayah.
Ulum, Nurul. Bahasa Arab Jilid 1. Jakarta: Balai Pustaka.