Anda di halaman 1dari 29

‫المفعول فيه‬

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Nahwu III


Dosen Pembimbing: Dr. Muh. Rappe, M.Pd.I.

OLEH :
KELOMPOK III
SHAFIYYAH SYAWALIAH NOPIANSYAH
20200121002
M. IRFAN
20200121014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan kepada nabi agung Muhammad saw yang syafa’atnya kita nantikan
kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah “Maf’ul Fiih” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Nahwu.

Penulis menyadari makalah bertema Maf’ul Fiih ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik
dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon
maaf.

Gowa, 17 September 2022

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A...Latar Belakang .....................................................................................1


B...Rumusan Masalah ................................................................................1
C...Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A...Definisi Maf’ul Fiihi.............................................................................3


B...Amil-amil yang menashabkan Maf’ul Fiihi ........................................ 3
C...Satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiihi............................................4
D...Hukum membuang amil Maf’ul Fiih ...................................................5
E... Hukum membuang dan pengganti posisinya Maf’ul Fiih ................... 6
F... Pembagian atau macam-macam Maf’ul Fiihi.......................................7
G...Maf’ul Fiihi antara mabni dan mu’rab..................................................16

BAB III PENUTUP

A...Kesimpulan .......................................................................................... 24
B...Saran .................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................26

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika kita tinggal di daerah ataupun Negara dengan bahasa resmi bahasa Arab,
tentu bukan menjadi suatu kesulitan bagi kita untuk mempelajari bahasa tersebut. Di
Indonesia sendiri sebenarnya, penutur bahasa Arab mudah sekali untuk kita temui.
Kemampuan yang dimiliki para penutur ini sangat beragam. Dari yang hanya
pendengar pasif sampai penutur aktif. Sekolah-sekolah berbasis agama di Indonesia
juga memasukkan bahasa Arab menjadi slah satu bahasa yang wajib untuk dipelajari
dari tingkat terrendah pendidikan. Selain di sekolah formal, bahasa Arab lebih
berkembang agi dengan baik pada sekolah-sekolah non formal. Semisal di pondok
pesantren dan madrasah-madrasah.
Maf’ul fih, merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk-bentuk susunan
kalimat maupun kata yang terrangkum dalam ilmu nahwu pada bahasa Arab.
Walaupun sudah banyak orang yang sudah bisa menuturkan bahasa Arab tapi untuk
membuat tuturan tersebut menjadi lebih benar, maka tidak ada salahnya untuk
belajar ilmu ini secara lebih lanjut. Dengan harapan apa yang menjadi materi pada
kesempatan kali ini dapat membuat orang-orang yang masih beajar untuk
memahami atau yang ingin menuturkan bahasa Arab dapat terbantu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat menarik beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Apa itu defenisi Maf’ul Fiih?
2. Bagaimana amil-amil yang menashabkan Maf’ul Fiih?
3. Bagaimana satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiih?
4. Bagaimana hukum membuang amil Maf’ul Fiih?
5. Bagaimana hukum membuang Maf’ul Fiih dan pengganti posisinya?
6. Bagaimana pembagian dan macam-macam Maf’ul Fiih?
7. Bagaimana Maf’ul Fiih antara mabni dan mu’rab?
2

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat menarik tujuan sebagai


berikut:

1. Untuk mengetahui defenisi Maf’ul Fiih


2. Untuk mengetahui amil-amil yang menasabkan Maf’ul Fiih
3. Untuk mengetahui satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiih
4. Untuk mengetahui hukum membuang amil Maf’ul Fiih
5. Untuk mengetahui hukum membuang maf’ul Fiih dan pengganti posisinya
6. Untuk mengetahui pembagian dan macam-macam Maf’ul Fiih
7. Untuk mengetahui Maf’ul Fiih antara mabni dan mu’rab.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Maf’ul Fiih


‫ََمى ا عل مم ععًمى ا عل مواِه هِ فهي هه ا عل نمَ م م‬
‫َ مم نُ مَ ععًنى‬ ‫ِ هبللَد عف هِ الّدا ه مل م‬
‫ُو ه‬ ‫لِ َ م هِ ا عل ممَ ه‬
‫ملِ ا عل مم عً ن‬ ‫ََمى د‬
‫الّ مَ ه‬ ‫ْ نُ َما لل م‬
‫ا ع‬
‫ََمى ال د‬
ِ‫ظ عرفهيد ه‬ ‫فهي الّدالد هِ م‬
Maf’ul Fiih adalah isim yang menunjukkan arti waktu atau tempat yang
dinashabkan dengan lafadz yang menunjukkan terjadinya suatu perbuatan yang
di dalamnya mengandung makna “‫ ”في‬.1
B. Amil-amil yang Menasabkan Maf’ul Fiih2
1. Fi’il ‫الفعل‬

ِ‫َ عَال دٌ عَ مْعَ ُجل مْ عَ ة‬


‫عَ عَ ع‬
Kholid pergi pada hari jum’at.
2. Masdar ‫المصدر‬

ٌ‫السهْ ليًال مُ رْهِ ق‬


‫م‬
Begadang di waktu malam melelahkan.
3. Isim Fai’l ‫اسم الفاعل‬
‫خال قً َي ه‬
ً‫اِ قٌ غ ل‬
Khalid akan datang besok
4. Isim Maf’ul ‫اسم المفعول‬

ً‫ا‬
‫سل‬ ‫اًا يَمُْرَي يٌَق يُ ي‬
‫ََي ل‬
‫الًرسٌم يُ رمفمُ رْ يًٌق ي‬
Sekolah itu dibuka di pagi hari dan ditutup di sore hari.
5. Sighah Musyabbah
‫خال قً َي هٌِ عن يً هسَ ه‬
‫اِ ُهار‬‫ي‬ ‫ق‬
Kholid sangat cerdas ketika mahir membaca.
1
Syaikh Fuad Ni’mah, mulakhkhos Qoa’idul Lughotil ‘Arobiyyah Cet: Darul Tsaqofah Islamiah, hal. 30.
2
Abdul Haris, Teori Nahwu & Ilmu Sharaf, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 40.
4

6. Isim tafdhil ‫اسم التفضيل‬

‫ُليَْ م‬
‫أْ عَن منه أمس‬ ‫ُلرُ ع‬
‫ل‬
Hari ini orang sakit itu lebih baik dari hari kemarin.
C. Satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiih3
Contohnya :

ِ‫أماَ ُلٌرس‬ ‫ة‬ ‫ة ة‬


‫َْ ُجَِْ ع‬
‫ُٔامََعِ لرعَ ع‬
Aku akan menunggumu pada hari jumat di depan sekolah.

ْ‫ َشَه المٌَ ُفعٌَ بلمعل انفظ‬،‫ ظْف زُان ُنصْب بلمفحٌ الظاِْة‬:ٌْ‫ي‬

‫ ُضاف إلًه مَْر بلكسْة الظاِْة‬:ٌ‫المع‬

ْ‫ َشَه المٌَ ُفعٌَ بلمعل انفظ‬،‫ ظْف ُكان ُنصْب بلمفحٌ الظاِْة‬:ٌ‫أُا‬

‫ ُضاف إلًه مَْر بلكسْة الظاِْة‬:‫الًَت‬

Namun apabila kedua dzharaf sama jenis, tidak boleh dari amil yang sama.
Contoh

‫ة‬ ‫ة‬
‫اْا‬
‫ََع ح‬
‫ُلَمَِ ع‬
‫َْ ع‬‫ألَعاِةُلِ ع ع‬
Aku akan menemuimu dihari sabtu pada waktu pagi.
Lafadz ‫ََبا حًا‬
‫ ب‬di’irab sebagai badal dari dzharaf َ‫و‬
‫ َب ب‬karena keduanya dzharaf
zaman
D. Hukum membuang amil Maf’ul Fiih4
a) Amil Boleh dibuang apabila kalimatnya sudah bisa dimengerti dengan baik-
baik.

‫َ َع مْعَ ُخع ةْيس‬


‫ أع مَ عَ ل‬: ٌ‫خعال د‬

3
Ahmad Al-Madani, Qoidah-Qoidah Ilmu Nahwu (Jakarta: Pustaka Raya, 2019), h. 59.
4
Daud Abu Umar, Panduan Ilmu Bahasa Arab Nahwu-I’rab, (Semarang: Pustaka Salin, 2017), h. 49.
5

b) Amil wajib dibuang dalam beberapa tempat berikut ini


 Apabila dzharaf menempati posisi khabar
ٌُ‫ُلمَحا لُ عَ ح‬

Ujian akan berlangsung besok.


 Apabila dzharaf menempati hal

‫اَ ةٌ م عن ةِ عسَةمي ةِ ل‬
ِ ‫ُل‬ ‫رأع ََِ ِن ُلَ ة‬
‫ع مل ع عمع ل ع‬
Aku melihatmu berada diantara Para Mujahidin Fisabilillah.
 Apabila dzharaf menempati posisi na’at
‫ة‬
ِ‫ُلٌرس‬ َ‫أما‬ ‫ة‬ ‫ة‬
‫ُلكَاَ م من مكََِ ع‬
‫ع‬ ٌ‫ُة مش ععرى َال د‬

Kholid membeli buku dari perpustakaan yang berada didepan sekolah.


 Apabila dzharaf menempati posisi maushul
ِِ ‫أماَ المدرس‬
‫الكتاَ ِمَب المكتَِ التي ب‬
‫ب‬ ‫اشتري خالدد‬
Kholid membeli buku dari perpustakaan itu yang terletak/berada
didepan sekolah.
 Apabila dzharaf menempati masygul anhu
ِِ ‫َ يمُت ِف يي‬
‫َب يو بَ الَبميس ت‬
Di hari kamis aku berpuasa.
 Karena bersifat sima’i (sudah dari kalam arab), seperti :
‫ة‬
ُ‫ْينئٍ ُل‬

َ‫ إ‬+ ‫ْن‬

Dua dzharaf disatukan menjadi satu kesatuan. Dalam hal ini,


terkadang salah satu ‘amil dibuang atau keduanya (wajib).
E. Hukum membuang Maf’ul Fiih5
Diantara isim-isim yang bisa mewakili posisi dzharaf ketika dibuang
diantaranya:
1. Mashdar

5
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), h.58.
6

Seringkali masdhar menjadi midhaf ilahi yang berada pada posisi zharaf
ketika dibuang. Masdhar berperan sebagai penganti dari dzharaf dengan
syaraf masdhar tersebut menjadi makna penjelas bagi dzharaf yang
dibuang.6
Contoh :
‫لْ ة‬
‫س‬ ‫ة‬
‫َ ُلّ م‬
‫أامََعِلرعَ ُلُل مْ ع‬

Aku akan menunggumu diwaktu terbitnya matahari

Lafadz َ
‫ ُلُل مْ ع‬adalah bentuk mashdar yang berperan sebagai pengganti
dzharaf yang dibuang. Dengan demikian, maksud dari terbitnya matahari
adalah waktu terbit. Kalimat perkiraanya:

‫لْ ة‬
‫س‬ ‫ة‬
‫ِ) ُلُل مْةَ ُلّ م‬
‫(ََم ع‬
‫أامََعِلرعَ ع‬
‫ مفَْل ِه‬،ِ‫ فاع‬،َِ‫ ف‬: َ‫أامََع ةِلرع‬

‫ ظرف زماُ اياِِ عن ظرف زماُ مٌَف ( ََِ ) ََْ مضاف‬: َ


‫ُلُل مْ ع‬
‫لْ ة‬
‫ مضاف إليه‬: ‫س‬ ‫ُلّ م‬
2. Isim ‘Ain
Isim ‘ain mewakili posisi dzharaf ketika ia idhafat kepada masdar, lalu
dharaf dan masdhar yang idharat itu dibuang secara bersamaan dan
kemudian posisinya ditempati isim ‘ain.
‫أعامََع ةِلرعَ ُل عف مرَع عٌ م ةن‬

Aku akan menunggumu saat muncul kedua bintang itu.

‫ِ ظل لُ مْةر ُل عف مرَع عٌ م ةن‬ ‫ة‬


‫ أعامََعِلرعَ عََم ع‬: ‫تقٌ ر‬

6
Abdul Umam, Teori Dasar Nahwu (Tegal:Al-Furqan), h. 123.
7

Lafadz perkiraan ‫ِ ظل لُ مْةر‬


‫ عََم ع‬dibuang secara bersamaan dan posisinya
ditempati Isim ‫ُل عف مرَع عٌ م ةن‬.

3. Lafadz-Lafadz
Apabila menemukan lafadz-lafadz seperti di aras, Irablah sebagai naib
(pengganti dzharaf manshub) dengan syaraf lafadz-lafadz tersebut idhafat
kepada isim dzharaf.
‫ُ لك لِ ة‬
ُِ‫» أي ِكِ ُلُي‬- ِ‫ُلُي‬ ‫عس عُ مر ل‬
‫عكَعََِ اةصف ُلَ ة‬
ِ‫» أي ِ اصف ُلَاع‬- ِ‫اع‬ ‫مل م ع ع‬

Aku bergadang setiap malam, artinya aku bergadang disetiap waktu malam.

4. Sifat
Selanjutnya yang berperan sebagai pengganti dzharaf ketika dibuang
yaitu sifat. Contohnya:
ً‫ِ َعُةمي ح‬
‫ عََعَ مف ل‬/ ً‫لَ مِْ ل ُعْ ح‬
ً‫ِ عََمََحا َعُةمي ح‬
‫ عََعَ مف ل‬/ ً‫ِ عزعمنحا ُعْ ح‬
‫َ مْ ل‬
‫ ل‬: ‫تقٌ ر‬
‫ط ح‬
Lafadz ًَ‫و‬ ‫ ب‬adalah sifat untuk dzharaf yang dibuang lalu sifat tersebut
menempati posisinya

F. Pembagian atau Macam-Macam Dzharaf7


Pertama: dzharaf zaman
1. Dharaf zaman berdasarkan kandungan makna

Dilihat dari kandungan maknanya, dzharaf zaman dikelompokkan menjadi


dua bagian yaitu:

 Zaman Mubham (‫)زمان مَهم‬


‫اُ عَ مةر عم مَُل ةَْ أ معَ لم عَ ل ة‬
‫ن‬ ‫ة‬
‫ف عزم ة‬
‫ُس ةٍ عد لل ععُعى ظعمر ع‬
‫لَ عْ لك لِ م‬
7
Imam Saiful Mu’min, Ilmu Nahwu . (Jakarta: Amzah: 2008), h. 58.
8

Dzharaf zaman mubham yaitu setiap isim yang kandungan maknanya


masih umum (tidak tertentu). Dzharaf-dzharaf zaman seperti ini belum
diketahui berapa lama masa dan priodenya. Seperti :
‫ضي عَالة دٌ ََمََحا ُْ ًح ةِ ة‬
ٍ‫َُُ ُلَةمُ ة‬ ‫أ معم ع‬
‫ع‬
Kholid menghabiskan waktu lama dalam menimba ilmu.
 Zaman Mukhtas/Ghair Mubham ( ٍَُ‫)مَص أَ َر م‬

‫اُ لم عق لٌ ةر َلمَة ة‬ ‫ة‬


‫ف عزم ة‬
‫ن‬ ‫ع‬ ‫ُس ةٍ عد لل ععُعى ظعمر ع‬
‫لَ عْ لك لِ م‬
Dzharaf zaman muktas adalah setiap isim yang menunjukkan waktu
tertentu (masa dan priodenya diketahui). Seperti :
ِ‫لَرة‬ ‫ة‬
‫ِ ُلّ ع‬ ‫ُٔعامََعِلرعَ عس ع‬
‫اعِح عمح ع‬
Aku akan menunggumu satu jam dibawah pohon itu.
 Zaman Musytaq
Zaman muystaq adalah isim zaman yang dibentuk dari fi’il dengan
berwazan َِ‫ عم مف ع‬/ ِ‫( عم مفَة‬menunjukkan tempat kejadian). Isim zaman

muystaq apabila ingin di’irab sebagai dzharaf mesti memenuhi satu


syarat mesti digunakan dalam suatu kalimat yang amilnya harus dari fi’il
yang sama. Contoh:
‫ُلضمي ة‬
‫ف‬ ‫ة‬
‫ِ ِ عم مق عٌَ ع‬
‫عَُع مَ ل‬
Aku duduk diwaktu duduknya tamu.
2. Dzharaf zaman dari sisi penggunannya
Dilihat dari sisi penggunaannya, dzharaf zaman diklasifikasikan menjadi
dua kelompok yaitu mutasharuf dang hair muthasarif. Maksud dari
muntasharif dan ghair muntasharif disini bukan seperti perubahan fi’il amr
dan lainnya. Namun, isitilah untuk klasifikasi isim-isim dzharaf zaman
anatara yang selalu tetap manshub dan yang terkadang berpaling ke lain irab
9

(marfu’ majrur atau manshub), seperti berperan menjadi hal,maf’ul bih,


mubtd, khabar dan lainnya.

‫صّةر ل‬
a. Dharaf zaman mutasharrif (‫ف‬ ‫(ُلِلمر ل‬
‫ف ُلم لَْع ع‬
‫ُأم ة ة‬
‫ُإ معر ة‬
‫َُ فعَيع لكْ لُ لممَََع عٌأح عَ عَ عحرُح‬ ‫ َإةلَعا مرلكُا إة عَ ْ عال ة‬، ِ‫َْ ُل ةٍي عل عً ةزَ ُلنلصَ عُعى ُلِلرفةيل ة‬
‫لَعرى م من م ع‬ ‫ع‬ ‫م ع عل ع‬ ‫ل ل م ع ع‬ ‫لع‬
‫اع حًح عَعم مفَل حْلح ِةةه‬
‫َفع ة‬
‫ع‬
Dzharaf zaman muntasharif adalah isim zaman yang tidak menetap
dengan kenashabnya sebagai dzharfiyah. Namun, ia terkadang berpindah
kelain I’rab. Isim dzharaf zaman seperti ini, peran I’robnya sesuai posisi
dia dalam kalimat, baik menjadi fail, mubtada, khabar, maf’ul bih, mudhaf
ilaih.
Contoh :
ِ ‫ة ة‬
‫أَسُ من ِال ع‬
‫عَينلِ ل‬
Lafadz ‫ َبميَت‬berperan sebagai mubtada.
 Dzharaf zaman mutasharrif mu’rab munsharif
Artinya, dzharaf zaman yang memiliki tanda irab asli seperti pada
umumnya yaitu rafa dengan dhmmah, nashab dengan fathah dan majrur
dengan kasrah dan juga tanwin.
 Dzharaf zaman muntasharif mu’rab ghair munsharif
Artinya, dzharaf zaman yang memiliki tanda irab majrur dengan
fathah pengganti kasrah dan tidak menerima tanwin (kebaikan dari
muntasharif di atas). Seperti :
ِ‫سسر ُّ ُلُيُِع إَ ٌََعِ أَ ِكرع‬

Di malam ini, Sungguh aku akan berjalan sampai besok pagi.


Seperti pada contoh di atas, Lafadz ‫ غدوَ ب‬atau َ‫ بكر‬memiliki
petunjuk dengan adanya kalimat ‘pada malam itu’. Artinya, waktu pagi
yang terkait dengan perjalanan pada malam itu. Ini yang dimaksud
dengan ta’yiin atau batasannya.
10

Apabila tidak ada ta’yiin seperti pada contoh di atas, maka kedua
dzharaf ini masuk kategori mutasharif mu’rab munsharif, yang artinya
menerima tanda majrur /khafad dengan kasrah dan juga menerima
tanwin.
 Dzharaf zaman mabni
Mabni yaitu tidak memiliki tanda irab seperti isim pada
umumnya. Namun, ia menetap dalam satu keadaan/bentuk dimanapun
posisinya berada. Misalkan, mabni sukun seperti (‫ إذا‬/‫)إذ‬, mabni kasrah
ِ ), mabni dhammah seperti ( ‫ ) بعا تل‬dan lainnya.
seperti ( ‫أمس‬
b. Dzharaf zaman ghair muntasharif (‫صّةرف‬
‫) عَ مر ُلَع ع‬ ‫ل‬
‫ عَةممنهل عما ل مََعَ مَ عْ لِ ظعمرفحا عََع مٌ عمرل لَ ُلِلمرفةيلِع عَعل ل عَ لْى ظعمرفحا‬،‫عَلَ عْ ُل ةٍي عل ل مََعَ مَ عْ لِ إةلل ظعمرفحا‬

‫إة عَ عشَع ةُهعا‬

Dzharaf zaman ghaur muntasharif adalah dzharaf zaman yang


selalu setia dan menetap dengan kenashabnya sebagai dzarfiyah yang
tidak mungkin di irab dengan yang lain dimanapun posisinya berada,
baik dari kategori mabni maupun mu’rab. Kecuali apabila didahului
huruf jar yang statusnya menjadi syibhul dzharaf atau syibhul jumlah.
Seperti :
‫ قب ط‬dipergunakan untuk lampau, harus didahului nafyi atau
Lafadz ٌ
istifham. Ia dihukumi mabni dhammah berada di tempat manshub dan
berperan sebagai dzharfiyyah. Contoh:

ٌ
‫أٌُْ َ د‬
‫ِ ح‬ ‫َِ عَ عٌ مع ع‬

Apakah kamu sama sekali tidak pernah menipu seseorang..?

‫أٌُْ َ د‬
ٌ ‫ِ ح‬ ‫ما عَ عٌ مع ل‬

Aku tidak menipu seseorang sama sekali sebelumnya.


11

Dzaraf Zaman Ghair Mutasharrif dari segi mu’rab dan mabni8

 Dzharaf zaman ghair mutasharrif mu’rab ghoir munshorif

‫ََاَ مَاَع‬ ‫ ع ع‬/ ‫ عس عحعر‬/ ِ‫ عّي‬/ َِْ‫عع‬


‫ ع‬/ َ‫َْ عَ مْع‬
Lafadz-lafadz di atas adalah contoj mu’rab yang masuk kategori
dzharaf zaman ghair muntasharif mu’rab ghair munsharif, dengan
syaraf tidak idhofatkan, bertanwin dan ditempati lam ta’rif. Apabila
tidak memenuhi ke tiga syarat ini., maka beralih menjadi dzharaf zaman
ghair muntasharif mu’rab munsharif.
 Dzharaf zaman ghair mutasharrif mu’rab munshorif

Pagi hari
‫اْا‬ Muhammad bangun dari ‫ة ةة‬
‫ََع ع‬
‫ع‬ tidurnya pagi-pagi.
‫ََع ححا‬
‫لُع لْ دٌ َع لق مْلَ م من اَع مْمه ع‬
‫لمَع ّةكحرا‬

Malam hari Ahmad membaca al-


ً‫لعمي‬ ‫َع مقعرأل ُع ممع لٌ ُلم لقرُع لُ لعميًع‬
Qur’an pada malam hari.

Siang hari
ُ‫عهع حار‬ Muhammad pulang dari ُ‫ار‬
‫عهع ح‬ ِ‫لُع لْ لٌ َعمرةَ لُ ةم عن ُلم عْ ةٌ مَنع ة‬
kota pada siang hari

Sore hari
ُ‫عم عَاَح‬ Mereka mengerjakan ‫ََُْلْ عُ ُلمْ ةََُ ة‬
ُ‫ا‬‫عم ع م ع ع‬
pekerjaan rumah pada
‫ة‬
sore hari. ‫ُلمْض مٌ عرسيلِع عم عَاَح‬

Lafadfz-lafadz di atas contoh dzharaf zaman ghair muntasharif


mu’rab munsharif.
 Dzharaf zaman ghair muntasharif mabni

8
Ahmad Sunarto, Ilmu Nahwu Tingkat Dasar, (Jakarta: Pustaka Amani, 1993), h. 70.
12

Dzharaf kategori ini banyak sekali yang dihukumi Mabni, seperti


‫ قب ط‬/ ‫ ) تم يْدت‬،Mabni Fathah ( َ‫ََا ب‬
Mabni Sukun ( ‫ )لبد يتن‬،Mabni Dhommah ( ٌ
َ‫َو‬ ‫ ب‬/َ‫بمسا ب‬
‫َوَ ب‬
3. Dzharaf makan dilihat dari sisi kandungan makna9
 Dzharaf makan mubham (ٍ‫) لممََ عُ د‬
‫ة‬
‫ف م عك ة‬
ٍ ‫ُ لٌَد‬ ‫اُ عَ مةر لم عَ ل ة‬
‫ن أ معَ عم‬ ‫ُس ةٍ عد لل ععُعى ظعمر ع‬
‫لَ عْ لك لِ م‬
Setiap isim yang menunjukkan tempat tidak tertentu.
a. Isim-isim yang termasuk dzharaf makan mubham dan disepakati
para ulama seperti :

Dibelakang Kandang itu ada di ‫ُللَةرِِل َرَُُلمََي ة‬


‫عَعرَُع‬ ِ ‫ع عع ع عم‬
belakang rumah.

‫إةعز عُد‬ ‫ة‬


‫ْْ عُ إةعز عُد ُلمكَعاِع ع‬
Di sisi Pulpen mereka ada di sisi ‫ين‬ ‫ُعلم عقُع م‬
buku mereka

Di sini ‫لَنعا‬ Di sini ada universitas ‫لَنعا ُجعا عم عَِل عكَة م عر‬
yang besar

ٌ
‫عَ عس ع‬
Di Tengah Rumah saya ada ditengah- ِ‫ٌ ُلٌ مَنع ة‬
‫ُلََي ةِ َس ع‬
tengah kota. ‫عم ع ع ع‬

Di antara Rumah saya berada di antara


‫ن‬
‫ِعم ع‬ َ‫ن ُل مٌ عر عسِع ع‬ ِ ‫ِ ةيي‬
sekolah dan kantor pos itu. ‫ع م عم ع ع‬
ٌ‫َ ِعةرم ع‬
‫ُلعكمَع ل‬

b. Isim-isim yang termasuk dzharaf makan mubham dan disepakati


para ulama seperti :
َُِ‫د‬

9
A Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis, (Bandung: ibn azka press, 2004), h. 80
13

ِ‫ َاَُِه ِ دَُِ ُلٌرس‬/ ِ‫َاَُِه دَُِ ُلٌرس‬

c. Isim-isim yang termasuk dzharaf makan mubham yang terdapat


perbedaan pendapat. Seperti :
‫ كنف‬/ ‫ ََه‬/ َُِ / َ‫ َاا‬/ ‫ َْف ُلٌُر‬/‫ بُن‬/ ‫ ظاَر‬/ ‫ َارج‬/ َُِ‫د‬

Karena pada dzharaf makan mubham terdapat perbedaan, maka


dzharaf-dzharaf ini bisa di’irab secara langsung sebagai maf’ul fih
(dzharfiyyah) atau mesti didahului huruf jar sehingga menjadi isim
majrur (Pendapat Mayoritas harus didahului huruf Jaf”)
ِ‫ َاَُِه ِ دَُِ ُلٌرس‬/ ِ‫َاَُِه دَُِ ُلٌرس‬

d. Terdapat isim-isim yang disebut dengan istilah mulhaaqat dzharaf


makan mubham seperti isim-isim yang berhubungan dengan arah dan
ukuran.

Di depan َ‫ُععم عا‬ Mobil itu ada di


depan sekolah. ِ‫ُعل لَيل عارِل ُعمععا ُلم عْ مٌ عر عس ة‬
Di atas َ‫فعَ مْ ع‬ Garpu itu ada di ِ‫ُلّ مْعكِل فعَ مْ عَ ُلم عْا ِة عٌ ة‬
‫ع‬
atas meja makan.
Di kanan ‫ن‬ ‫ة‬ Saya duduk di ‫ة ة‬
‫عَ مع‬ َ ‫ِ فعاُ عِْل عَ مع‬
‫ن عزمَنع ع‬ ‫عَُع عَ م‬
sebelah kanan
Zaenab
Di bawah ِ‫عمح‬ Pisau itu di bawah
‫ِ ُحعمْ ة‬
ِ ‫ة ة‬
wastafel ‫ُلَ ّكميَنعِل عمح ع‬
Di kiri ‫ةِع ع‬
‫ال‬ Rumah saya ‫َر‬
‫َ مع‬
‫لارةَ ع‬ ‫ُلَعَمي ة مي ةِع ع‬
‫ال ُُلّ ع‬
berada di kiri jalan
yang kecil.

 Dzharaf makan ghoir mubham (‫)مكان غير مَهم‬


14

Setiap isim yang menunjukkan tempat tertentu. Dzharaf makan


ghair mubham atau disebut juga dzharaf makan mukhtas termasuk
isim yang mengandung makna tempat yang tidak menerima nashab
atau di irab sebagai dzharfiyah karena isim-isim ini dalam
penggunaannya wajib didahului hurur jar (‫) في‬, seperti :

ِ‫ َرف‬/ ٌَُ‫ ُل‬/ ‫ ُلٌُر‬/ ِ‫ ُلَي‬/ِ‫ُلفص‬

Kecuali dalam dua keadaan

a. Apabila amil untuk dzharaf makan mukhtas tersebut berupa fi’il ( َِ‫عد‬

‫ اَل‬/‫ سكن‬/ ). Karena dengan 3 fi’il inilah orang arab menashabkan

setiap dzharaf makan mukhtas secara langsung. Contoh :


ٌَُ‫ َاَلِ ُل‬/ ِ‫ُلَي‬
‫ َسكنِ ع‬/ ‫ُلٌُر‬
‫َُِ ع‬

Meskipun sebaiknya untuk dzharaf-dzharaf makan seperti ini


di’irabkan sebagai maf’ul bih (bukan sebagai maf’ul fih).

b. Apabila yang digunakan sebagai dzharaf makan mukhtas itu


lafadz َ‫ الشا‬dengan amilnya beruba fi’il lafadz ‫ ذهب‬dan untuk
lafadz ِ‫ مك‬dengan amilnhya berupa fi’il lafadz ِ‫َ ببوّط‬.

‫ِ عم ّكِع‬
‫ تعَ عْ عَ مُ ل‬/ َ‫ُلّ عا‬
‫َِ ع‬‫َع عَ ل‬
4. Dzharaf makan dilihat dari sisi penggunaan
 Dzharaf makan muntasharif
Setiap dzharaf makan yang tidak selalu terikat untuk dijadikan
dzhorfiyah. Peran I’rabnya berubah seperti pada dzharafnya zaman.
Mungkin sebagai mubtada, khabar fa’il, dan lainnya.

‫ ِال‬/ ُ‫ مكا‬/ ‫ َن‬/

 Dzharaf makan ghair muntasharif


15

Setiap dzharaf makan yang selalu di’irab sebagai dzharfiyah


(maf’ul fih) kecuali didahului huruf jar yang menjadi syibhul jumlah
(jar majrur).

G. Dzharaf Antara Mabni dan Mu’rab10


Khusus dzharaf zaman
1. (‫ ) إذ‬Tatkala
 Lafadz ini untuk menunjukkan zaman lamapau
 Termasuk kategori dzharaf zaman muntasharif yang terkadang dijadikan
dzharaf dan kadang tidak.
 Hukumnya mabni sukun
 Harus idhafat kepada kalimat setelahnya
 Terdapat dua jenis (isim dan huruf)
2. (‫ ) إذبا‬Tatkala
 Lafadz ini untuk menunjukkan zaman mustaqbal
 Termasuk isim syarat yang tidak memjazemkan fi’ilnya
 Termasuk kategori dzharaf zaman muntasharif yang kadang di irab
maf’ul fih dan kadang tidak.
 Hukumnya mabni sukun
 Jika sebagai dzharaf (maf’ul fih), dia khusus masuk pada jumlah fi’liyyah.
Ketika ‫ إذبا‬masuk kategori isim, kedudukan irabnya berbeda beda. Kadang
menjadi dzharaf, hal dan majrur.
3. (‫ )الن‬Sekarang
 Dihukumi mabni fathah
 Masuk kategori dzharaf ghair mutasharrif yang hanya berubah irabnya
ketika dimasuki alif lam.
 Selalu dimasuki alif lam
 Menunjukkan waktu hal (sekarang)

10
Nurul Ulum, Bahasa Arab Jilid 1, (Jakarta: Balai Pustaka). h.90.
16

 Tidak ada bentuk tastniyah dan jamak, baik jamak taksir, jamak
mudzakkar salim, atau jamak muannats salim

Contoh : ُ‫ُل‬
‫أع مَ عَ ل‬
َ

‫ ) أ معم ة‬Kemarin
4. (‫س‬

 Termasuk isim ma’rifat meski tidak dimasuki alif lam


 Termasuk isim zaman muntasharif yang kadang di irabnya dzharaf
(maf’ul fih) dan terkadang tidak

 Apabila sedang berperan sebagai dzharaf (dzharaf fih) dia dihukumi


mabni kasrah

َ ‫ة‬
‫س ُعيّ د‬
‫ إ ُّ مُس معم ع‬/ ‫س ُعيََّحا‬
‫عكا عُ مُس معم ل‬
‫ة‬ ‫ُس دٍ ظعمرةِف عم مرفلَْد عَ عع عً عمِل عرفمَة ةه ُل ل‬
‫ض لِْل ُلِلاَعرِل م‬
ُ‫ُس لٍ عكا ع‬ ‫ م‬:‫س‬
‫مُس معم ل‬
ُ‫ُس لٍ إة م‬ ‫ة‬ ‫ ُسٍ ظعرةِف ممنصَْ َع عًمِل اع ة‬: ‫مُسعمس‬
‫صَةه ُلم عفمَ عحِل ُلِلاَعرِل م‬
‫م ل مد م ع ل د عع ع م‬
5. ( ‫ )أبَطانب‬Kapan/Kapankah
 Mnegandung isim istifham
 Termasuk isim syarat yang menjazemkan 2 fi’il
 Dihukumi mabni fathah
Contoh :
‫اع مٌ ُلعَ ةر ن َ ة‬
‫أّ عُ تلَ ة‬
‫ُلل‬
‫اع مٌ عَ ل‬ ‫ع مع ل ع‬ ‫ّ ع‬
Bilamana kau membantu orang lain, maka Allah akan membantumu.
6. (‫ ِعَميَنع عْا‬/ ‫ (ِعَميَنعا‬Tatkala

 Sebelum dimasuki ma, dihukumi mu’rab manshub, dan ketika masuk


‫ ما ب‬menjadi mabni sukun
 Harus idhafat kepada jumlah (ismiyyah /fi’liyyah)
 Membutuhkan jawaban untuk menyempurnakan makna karena
mengandung makna syarat
 Mengandung makna kejutan َ‫مفاّأ‬
17

 Termasuk dzharaf zaman ghair muntasharif


Contoh :
‫َِعميَنعْا عمحن ِ ة‬/‫َِعميَنعا‬
‫ُلطرِ عَاَع ُس م‬
‫لسَعاَل‬ ‫ع ل‬
‫ت‬ َ‫لسَعا‬
‫َ عَاَع ُس م‬
‫َِعميَنع عْا لكنعا اَعمُ عَ ل‬/‫َِعميَنعا‬
Tatkala kami dijalan, tiba-tiba ustadz datang / Tatkala kami bermain,
tiba-tiba ustadz datang
‫ ب‬Raitsa/Raitsama (‫) بر يََ ب بما‬
‫)رَ ب‬
7. (َ‫ي‬
Kedua Lafadz ini adalah bentuk mashdar dari kata kerja

‫عرُث – عةر ل‬
‫ُ – عرمًَحا‬
Asal artinya yaitu lambat/melambatkan/lama menunggu. Namun,
setelah masuk kategori dzharaf zaman, arti yang dimaksud adalah
takaran waktunya (hingga/sampai).
Contoh:
‫ة‬ ‫ة‬
ِ ‫ُامََع ةِ مرةِ عرم ع‬
‫ عرمًَع عْا َمئََل ع‬/ ُ

‫أي ُةامََع ةِ مرةِ َع مٌ مر لم ٌّ ةِ عةجميئةي‬


Tunggulah hingga aku datang.
Apabila fi’il setelah ‫ بر يََ ب بما‬/ َ‫ي‬
‫ برَ ب‬dari jenis fi’il madhi, maka / َ‫ي‬
‫برَ ب‬
‫ بر يََ ب بما‬dihukumi mabni fathah dan apabila mudhari’ dihukumi manshub
dengan fathah.

8. ( ‫ ) ًِييَب‬Ketika
 Termasuk zaman mubham muntasharif yang terkadang di irab sebagai
dzharaf dan terkadang tidak
 Harus idhafat dan terkadang tidak (satuan) atau jum’lah (kalimat)
 Bentuk jamaknya ‫أبًي يبان‬
 Dihukumi mabni fathah ketika menjadi dharaf dan mu’rab ketika
selain dzharaf.
18

9. (‫ ) بع يوض‬Aod
 Mengandung ‫اُ يال تم يست ب يَْب يل‬
‫ ( اِ يستِ يْ بر ت‬meniadakan zaman mustaqbal)
 Termasuk dzharaf zaman ghair muntasharif
 Dihukumi mabni dhammah juika tidak idhafat, seperti irab ‫ قب يَ بل‬dan
dihukumi mu’rab apabila idhafat
 Harus didahului nafyi atau istifham
Contoh:

ِ‫عِْ َل‬
‫ل أفَُه ع‬
Aku tidak akan melakukaanya diwaktu yang akan datang
َِ‫ ُسٍ ظرِ منصَْ بلفَح َعًمَه ُلفَحِ ُلِاَرِ عُى ُلِرفيِ ُلَماايِ مََُِ بلف‬: ِْ‫ع‬
‫ع‬
َِ‫‘أف‬
‫ )قب د‬Sama sekali/Sebelumnya
10. (ٌ
 ِ ‫اُ يال بم‬
Mengandung ‫اِي‬ ‫( ا يستِ يْ بر ت‬meniadakan zaman lampau)
 Termasuk dzharaf zaman ghair muntasharif
 Dihukumi mabni dhammah
 Penggunaannya dalam kalimat harus didahului nafyi atsu istifham
Contoh:
‫هل بخدبعيُب أًدحا ق د‬
ٌ
Apakah kamu sama sekali tidak pernah menipu seseorang..?
‫ما بخدبعيُت أًدحا ق د‬
ٌ
Aku sama sekali tidak pernah menipu seseorang.
‫ اسم ظرفي مَْي على الضم في محل الْصب على الظرفيِ الزمانيِ متعلق بالفعل‬:ٌ‫ق‬
‫‘خدع‬
11. (‫ ) بمت بى‬Kapan
 Dihukumi mabni sukun
 Digunakan untuk zaman lampau dan mustaqbal
 Termasuk isim istifham
 Termasuk isim syarat yang menjazemkan dua fi’il
 Dalam penggunaanya terkadang didahului huruf jar
19

Ketika ‫ متى‬sebagai Isim Istifham (alat bertanya) dan berperan sebagai


dzharafiyyah zamaniyah
‫متى َ ب يْه ت‬/ ِِ ‫متى ذب بهَيُب إلى المدرس‬
ِِ ‫بب إلى المدرس‬
Kapan kamu sudah/akan pergi ke sekolah ?

‫ اسم استفهاَ مَْى على السكون في محل الْصب على الظرفيِ الزمانيِ متعلق بالفعل‬: ‫متى‬
‫’‘ذهب‬

Contoh Ketika ‫ متى‬sebagai Isim syarat dan berperan sebagai


dzharafiyyah zamaniyyah

‫متى َتْبا ِِ ير ُ تتر يو ب‬


ِ ‫سَب َ ب يْ بَْي في المتِ بح‬
‫ان‬

Manakala kamu menghafal pelajaranmu, maka kamu akan lulus


dalam ujian.

‫ اسم الشرط الَازَ مَْى على السكون في محل الْصب على الظرفيِ الزمانيِ متعلق‬: ‫متى‬
‫بالفعل ‘ذاِر‬
12. (‫ ) لب مما‬Ketika/Tatkala
 Termasuk isim syarat yang tidak menjazemkan dan membutuhkan
jawaban untuk menyempurnakan maknanya
 Fi’il setelahnya berupa fi’il madhi
 Mabni sukun
 Terkadang berta’alluq kepada amil yang menjadi jawabannya
 Terkadang jawabannya dibuang
 Terkadang bermakna ‫ ِالَّ َا‬ististna (pengecualian)
Contoh:
13. (‫ ) تم يْ بو تم يْْت‬Mudz dan Mundzu
 Lafadz ‫ تم يْْت‬dihukumi mabni dhammah
 Lafadz ْ‫ تم ي‬dihukumi mabni sukun
 Keduanya terdapat dua macam (isim dan huruf)
20

 Isim setelahnya bisa marfu, majrur, baik berupa jumlah


(ismiyyah/fi’liyyah)
a. Ketika isim setelah ‫ تم يْ بو تم يْْت‬ber’irab marfu
‫ مَ وُْم َم وْ مُ الجَعة أْ َم وْ مَ ن‬/ُ‫مَا مَأ م وَُمُم مَ و‬
Contoh : ِ‫ا‬
Aku tidak melihat dia sejak hari jumat/sejak dua hari.
b. Ketika isim setelah ‫ تم يْ بو تم يْْت‬ber’irab majrur
Contoh : ‫ تم يْْت‬/ْ‫بما برأ ب يَتتِت تم ي‬

Khusus dzaharaf makan :

‫ ) بًي ت‬Dimana Saja


1. Haitsu (َ‫ي‬
 Mabni dhammah
 Dalam penggunaannya kebayankan diidhafatkan kepada kalimat.
 Terkadang didahuluhi huruf jar ‫ ِإلبى‬/َ‫ ِم ي‬dan di irab menjadi syibh jumlah
(jar majrur)
 Terkadang ditempeli huruf ma ‫ ما ب‬zaidah yang merubah fungsinya
menjadi isim syarat yang menjazemkan dua fi’il.
Contoh:

‫ف‬ ‫ة‬ ‫ة‬


‫ُ َال دٌ عََُ د‬
‫ف عْمي ل‬
‫َ م‬

‫ فَِ ُسمر‬: ‫ف‬ ‫ة‬


‫َ م‬

‫ ظرف مكاُ ِ ُِ ُلنصَ ََْ مضاف‬: ُ


‫عْمي ل‬

‫ مٌََأ‬: ٌ‫َال د‬

‫ َر‬: ‫ف‬ ‫ة‬


‫عََُ د‬

‫ مضاف إليه‬،‫ف’ ِ ُِ ُجر‬ ‫ة‬


‫جُِ ‘َال دٌ عََُ د‬

ٌ‫ف َال د‬
‫ُ عََع ع‬
‫ِ عْمي ل‬
‫عََعَ مف ل‬
21

ِ‫ فاع‬،َِ‫ ف‬: ِ
‫عََعَ مف ل‬
‫ ظرف مكاُ ِ ُِ ُلنصَ ََْ مضاف‬: ُ
‫عْمي ل‬

ِ‫ فاع‬،َِ‫ ف‬: ٌ‫ف َال د‬


‫عََع ع‬
‫ مضاف إليه‬،‫ف َال دٌ’ ِ ُِ ُجر‬
‫جُِ ‘ عََع ع‬
2. Hunaa (‫ ) تهْبا‬disini
Isim isyarah untuk menunjukkan tempat dekat.
 Termasuk isim isyarah
 Termasuk dzharaf makan ghair muntasharif
 Dihukumi mabni sukun
 Terkadang dimasuki huruf ha tanbih
 Terkadang dimasuki ‫لَ الَعد‬
 Terkadang didahului huruf jar ‫ ِإلبى‬/َ‫ِم ي‬
Contoh:
ِِ ِ‫تهْبا بميدانت الرَا‬
Disini ada stadion olahraga
3. Tsamma (‫ ) ث ب مم‬disana (jauh)
 Termasuk isim isyarah untuk menunjukkan tempat jauh
 Mabni fathah
 Termasuk dzharaf ghair muntasharif (selalu jadi dzharaf) kecuali apabila
didahului huruf jar dan menjadi syibhu dzharaf (syibhul jumlah)
 Terkadang dimasuki َ‫ َأَ التأني‬Menjadi ‫ث ب طمُب‬/‫ث ب ممِب‬
 Terkadang didahului huruf jar
4. Aina ( ‫ )أبَيَب‬dimana
 Termasuk isim istifham
 Termasuk isim syarat yang menjazemkan 2 fi’il
 Mabni fathah
 Terkadang didahului huruf jar min/ilaa
22

 Terkadang ditempeli huruf ma zaidah untuk taukid (penegasan)


Contoh :
‫ ِم يَ أبَيَب ّئُ ؟‬/ ‫بب؟‬
‫ إلى أبَيَب َ ب يْه ت‬/‫ أََ ِـُْب ؟‬/‫أبَيَب خبالدد ؟‬
Dimana Kholid?/Dimana kau?/kemana kau akan pergi?
‫أبَيَب خبالدد‬
َ‫ اسم استفهاَ مَْي على الفتْ في محل نصب على الظرفيِ المكانيِ متعلق بََر مْد‬: ََ‫أ‬
ُ‫ َْدَره موّو‬,‫محْوف‬

‫ مَتدأ مؤخر‬: ‫خبالدد‬

Khusus dzharaf zaman dan makan (mu’rab dan mabni)

1. Qobla dan Ba’da (‫) قب يَ بل و بب يعدب‬


 Mu’rab ketika idhafat
 Mabni dhammah ketika tidak idhaf (mudhof ilahi dibuang)
 Terkadang didahului huruf jar
a. Lafadz ‫ قب يَ بل‬Dihukumi (mu’rab ,manshub tidak bertanwin) apabila lafadz
mudhaf ilahi Nampak dan maknanya diniatkan.
b. Lafadz ‫ قب يَ بل‬dihukumi (mu’rab manshub tanpa tanwin) apabila lafadz mudhaf
ilahi dibuang. Namun, lafadz tersebut dan maknanya masih diniatkan, hanya
saja dengan diperkirakan. Dalam hal ini, lafadz ‫ قب يَ بل و بب يعدب‬boleh manshub
sebagai dzharfiyyah atau majrur yang keduanya tanpa tanwin, Karena berniat
memoerkirakan mudhaf ilahi yang dibuang.
c. Lafadz ‫ قب يَ بل‬dihukumi (mu’rab manshub bertanwin) apabila lafadz dan makna
mudhaf ilahi tidaka diniatkan idhafat. Dalam hal ini, lafadz ‫ قب يَ بل و بب يعدب‬boleh
manshub bertanwin sebagai dzharfiyyah atau majrur bertanwin
d. Lafadz ‫ قب يَ بل‬Dihukumi (mabni dhammah) apabila lafadz mudhaf ilahi dibuang
dan tidak diniatkan. Namun, secara makna masih diniatkan idhafat. Dalam
haal ini di irab sebagai dzharfiyyah mabni dhammah.
2. Awwal (‫ ) أ ب مولت‬Pertama
 Termasuk dzharaf zaman muntasharif (terkadang diirab dzharfiyyah dan
terkadang tidak)
23

 Terkadang mu’rab/mabni
 Terkadang dimasuki huruf jar
3. Duna ( ‫ ) ُ يتونب‬Maknanya dekat. Namun terkadang bermakna ‘selain’
 Menurut sebagian ulama bahawa lafdz ‫ ُ يتونب‬termasuk dzharaf makan ghair
munsharif (sibawaih dan ulama bashrah)
 Menurut yang lainnya termasuk dzharaf makan munsharif (imam akhfas
dan ulama kuffah)
 Terkadang mu’rab/mabni
 Terkadang dimasuki huruf jar
24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Maf’ul Fiih adalah isim yang menunjukkan arti waktu dan tempat yang
dinashabkan dengan lafadz yang menunjukkan perbuatan didalamnya.
2. Amil-amil yang menashabkan Maf’ul Fiih yang menjadi ta’alluqnya
yaitu fiil, masdhar, isim fa’il, isim maf’ul, sifat musyabbahah, sighah
mubalagah, dan isim tafdhil.
3. Satu amil memiliki beberapa Maf’ul Fiih yaitu pada lafaz ‫َع مَْع‬

4. Hukum membuang amil Maf’ul Fiih


a. Amil boleh dibuang apabila kalimatnya sudah bisa dimengerti dengan
baik.
b. Amil wajib dibuang pada beberapa tempat (khabar, hal, na’at, shilah
maushul dan masygul anhu)
5. Hukum membuang Maf’ul Fiih dan pengganti posisinya. Isim-isim yang
bisa mewakili posisi dzharaf ketika dibuang yaitu: masdhar, isim ‘ain,
dan sifat.
6. Macam-macam Maf’ul Fiih
a. Dzharaf zaman berdasarkan kandungan makna yaitu: zaman
mubham, zaman mukhtas, zaman mustaq.
b. Dzharaf zaman dari sisi penggunaanya (zaman mutasharrif, zaman
ghaira mutasharrif)
c. Dzharaf makan dilihat dari sisi kandungan makna yaitu: makan
mubham, makan ghaira mubham.
d. Dzharaf makan dilihat dari sisi penggunaannya yaitu: makan
mutasharrif, makan ghaira mutasharrif.
7. Maf’ul Fiih antara mabni dan mu’rab
a. Khusus dzharaf zaman
25

‫ رعم ع‬،‫ َِعيمَنعا عَ َِعيمَنعْعا‬،‫ أعَلنعا‬،‫ أعممسع‬،ُ‫ ُلع‬،ُ‫ ةَُع‬،َ‫ةُ م‬


) ،ِ‫ مع ع‬،ٌّ ‫ َع‬،ِْ‫ عع م‬،‫ ةْنمع‬،‫ رعَمًعٍع‬/ ُ

‫ مل مٍ & ملنمٍ ل‬،‫لع لْا‬

b. Khusus dzharaf makan ( ‫ أع منع‬،‫ معل‬،‫َلنعا‬،ُ


‫(ْعيم ل‬.
B. Saran
Dari pembahasan makalah di atas, adapun sarannya penulis sangat
mengaharapkan kritikan dan saran atas penulisan ini, apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini terlebih dahulu
penulis meminta maaf yang sedalam-dalamnya. Dan dalam penulisan ini
agar wawasan penulis tentang bahasa arab bertambah maju dan di amalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
26

DAFTAR PUSTAKA

Abu, Daud Umar. 2017. Panduan Ilmu Bahasa Arab Nahwu-I’rab, Semarang: Pustaka
Salin.
Al-Madani, Ahmad. 2019. Qoidah-Qoidah Ilmu Nahwu, Jakarta: Pustaka Raya.
Anwar, Moch. 1995. Ilmu Nahwu Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Fuad, Syaikh Ni’mah, mulakhkhos Qoa’idul Lughotil ‘Arobiyyah Cet: Darul Tsaqofah
Islamiah.

Haris, Abdul. 2002. Teori Nahwu & Ilmu Sharaf, Jakarta: Amzah.

Saiful, Imam Mukmin. 2008. Ilmu Nahwu . Jakarta: AlFurqan.

Sunarto, Ahmad. 1993. Ilmu Nahwu Tingkat Dasar. Jakarta: Pustaka Amani

Umam, Abdul. 2018. Teori Dasar Nahwu & Sharaf . Tegal: Al-Bidayah.
Ulum, Nurul. Bahasa Arab Jilid 1. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai