Oleh :
NIM. P.1507012
AMBON
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : P1507012
Ditetapkan di : Ambon
Tanggal :
Pembimbing
Mengetahui
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : P1507012
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare
Pada Bayi Di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba Kabupaten Buru”, adalah benar hasil
karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Stikes Pasapua Ambon.
Deltian L. Solissa
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini walaupun dalam
bentuk yang paling sederhana dapat terlaksana dan terselesaikan sebagai salah satu
Dalam kesempatan ini, penulis laturkan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada :
1. Rikanita Primarhayu Ake, S.Kom selaku Ketua Yayasan STIKES Pasapua Ambon
2. Dewi Arwini Bugis, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua STIKES Pasapua Ambon
3. Bazrul Makatita. S, Kep, Ns, M. Kes Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
4. Segenap dosen dan staf pengajar STIKES Pasapua Ambon yang telah banyak
5. Rasa hormat dan penuh cinta kepada kedua orang tua serta adik-adik serta adik
penulis serta saudara penulis yang telah banyak memberikan semangat dan
Skripsi ini
iv
6. Tak lupa juga buat teman-teman / sahabat-sahabatku yang tercinta tanpa terkecuali
dan special untuk seeorang yang selama ini banyak baik dalam membantu saya
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan guna perbaikan lebih
lanjut sehingga skripsi ini dapat berguna serta bermanfaat bagi semua yang
membacanya.
Peneliti
v
ABSTRAK
Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru.
Latar Belakang : Pemberian ASI merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi yang
baik, menigkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan serta
faktor anti bakteri dan anti firus yang melindungi bayi terhadap infeksi, salahsatunya
diare.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian diare di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten buru.
Metode : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat korelasi
dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas adalah pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif dan variabel terikat adalah kejadian diare. Peneliatian
dilaksanakan pada bulan November 2020. Sampel penelitian dipilih menggunakan
teknik accidental sampling yang berjumlah 35 sampel. Uji statistic yang digunakan yaitu
uji Chi Square.
Hasil : Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan
Lolong Guba Kabupaten Buru dengan hasil uji statistik p=0,000 (p<0,05).
Simpulan : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di desa Tifu Kecamatan Lolong Guba
Kabupaten Buru.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah.......................................................................................4
Tujuan Penelitian.........................................................................................4
Manfaat Penelitian.......................................................................................5
Kerangka Konsep.......................................................................................21
vii
Hipotesis.....................................................................................................21
Defenisi Operasional..................................................................................22
Jenis Penelitian..........................................................................................23
Instrumen Penelitian..................................................................................24
Pengumpulan Data....................................................................................25
Analisa Data...............................................................................................26
Etika Penelitian..........................................................................................26
Analisa Univariat........................................................................................29
Analisa Bivariat..........................................................................................30
........................................................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN
Kabupaten Buru.........................................................................................34
........................................................................................................................
viii
Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru................................................34
Kesimpulan................................................................................................39
Saran..........................................................................................................40
........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penurunan ASI secara penuh (hanya ASI) pada bayi sejak lahir tanpa
tambahan minuman atau makan lain seperti air putih, atau susu formula, madu, jus,
buah dan lain-lain kecuali obat dan cairan untuk dehidrasi, WHO
bagi bayi pada bulan-bulan pertama hidupnya selain itu juga ASI mengandung
nutrisi antioksidan hormone dan antibodi yang diperlukan oleh seorang bayi untuk
bertahan dan berkembang, bayi yang diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan
pertama kehidupannya dan seterusnya sampai usia dua tahun resiko terkena
penyakit infeksi lebih sedikit di bandikan mereka yang tidak diberikan ASI eksklusif.
(AmertaNurt, 2019).
Pemberian ASI merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi yang baik,
menigkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa pertumbuhan
dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan serta faktor
anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi terhadap infeksi.
minuman yang tercemar oleh entropatogen, yang melalui finger, flies, atau yang di
kenal dengan 4f faktor resiko diare salah satu diantaranya adalah tidak diberikan air
susu ibu (ASI) secara penuh pada bayi usia 4-6 bulan pertama hidupnya.
1
Menurut WHO pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi diketahui
dapat melindunggi, untuk melawan diare, antibodi yang diperoleh dari maternal
membantu untuk melawan agen infeksi bertanggung jawab terhadap penyakit diare
bayi usia 6 bulan memperoleh ASI eksklusif sebagai perbandingan, pemberian ASI
eksklusif. Bayi yang tidak disusui memiliki resiko 6 kali lipat lebih besar meningal
akibat penyakit menular termasuk diare pada dua bulan pertama kehidupanya
(WHO, 2018).
Menurut data WHO pada tahun 2013 diare merupakan pennyakit kedua yang
menyebabkan kematian pada anak-anak balita (dibawah lima tahun) dan diare
sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar penderita diare
jumah besar. Di dunia, terdapat 1,7 milyar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.
(RISKESDAS, 2015).
Data WHO Asia Tenggara sendiri angka kematian balita akibat diare
mencapai 8,5%, prevalensi diare pada balita adalah 12,3%. Pada anak usia 0-59
bulan dan berlanjut sebagai kematian no 2 pada kelompok ini, saat ini sangat
penting untuk mengetahui manfaat menyusui atau pemberian ASI eksklusif terhadap
Pada praktik pelaksanaan ASI eksklusif di dunia makin rendah. Afrika, Asia,
Amerika Latin, dan Karimbian, hanya didapatkan sekitar 47-57 bayi usia kurang dari
2 bulan, 25-31% bayi dengan usia 2-5 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan
bahkan proprorsi bayi usia 6-11 bulan yang mendapat ASI eksklusif lebih rendah.
2
Penyakit diare menyebabkan kematian sekitar 1,34 juta pada anak usia 0-59
dan berlanjut sebagai kematian No 2 pada kelompok ini. Saat ini penting untuk
adalah 15,3%. Inisiasi dini menyusui kurang-kurang dari 1 jam setelah bayi lahir
adalah 29,3% dan tertinggi di Asia Tengara Timur 56,2% dan terendah di Maluku
13,0% sebagaian besar proses mulai menyusui dilakukan ada kisar waktu 1-6 jam
setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% yang menyusui setelah 48 jam untuk
pemberian kolostrum cukup baik dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya
(RISKESDAS, 2015).
Umunya di kota besar banyak bayi-bayi yang diberikan susu botol daripada di
susui oleh ibunya, sementara di pedesaan banyak dijumpai bayi yang masih berusia
satu bulan sudah diberikan pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI
presentase bayi yang diberikan ASI eksklusif dari tahun 2010 s/d 2015 cenderung
menurun secara signifikan, hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar
10,33%, dibandingkan tahun 2007. Pencapaian pada tahun 2015 sebesar 20,33%
merupakan pencapaian terendah selama kurung waktu 2010 s/d 2015 (DINKES,
2015).
Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru dengan jumlah jiwa 639 dan jumlah ibu
menyusui berjumlah 35 responden. Pemberian ASI secara baik dan benar tetap
3
dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan (2 tahun). Selain membantu dan
meninkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti diare, ASI juga
B. Rumusan Masalah
hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tentang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu
2. Tujuan Khusus
b. Mengetahui kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba
Kabupaten Buru.
dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba
Kabupaten Buru.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Aplikatif
bayi.
b. Bagi Peneliti
Hasil penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi bagi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang
bersifat alamih. ASI mengadung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
eksklusif yaitu bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa cairan atau makan pada
apapun, kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
pada tahun 2001 telah melakukan penilitian secara sistematik dan berkomunikasi
dengan para pakar, WHO merevisi, rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6
bulan menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan
lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan
adanya antibody penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang
lebih sedikit), akan melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alargi.
6
Untuk alasan tersebut, semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum
Selama itu inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama dapat mencegah kematian lahir dari infant yang lebih besar dengan
sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif
2. Komposisi ASI
periode terutama. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Anomin, 2010).
a. Kolostrum
setelah bayi lahir merupakan ASI yang keluar dari hari 1 sampai hari ke-4
yang kaya saat anti infeksi dan protein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali
lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna
kuning atau dapat pulah jernih yang megandung sel hidup yang menyerupai
b. ASI peralihan/transisi
7
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI mature
(kadang hari ke-4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar protein makin rendah,
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga makin
meningkat.
c. ASI Mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-4 dan
seterusnya, komposisi relative konstan pada ibu yang sehat dengan produksi
ASI yang cukup, ASI merupakan makan satu-satunya yang baik dan cukup
untuk bayi sampai umur enam bulan, tidak menggupal jika dipanaskan.
Ayurai.wordpress.com
8
3. Kandungan Nutrisi dalam ASI
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI
hampir 2 kali. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7: 4 sehinga
ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI hal ini menyebabkan bayi
yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.
yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu
formula.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian
sedangkan dalam PASI 20:80 artinya protein pada PASI hanya sepertiga
c. Mineral
9
ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi hingga bayi berusia 6 bulan. Zat besi
dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah
diserap dalam jumlahnya yang tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dan dalam
PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat
diserap, hal ini akan memper berat kerja usus bayi serta mengganggu
4. Volume ASI
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,
maka poroduksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI
konstan setelah hari ke-10 sampai ke-14. Bayi yang sehat selanjudnya
mengomsumsi sebanyak 700-800cc atau bahkan hampir satu liter per hari dan
tetap menunjukan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada
ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil atau pun menyusui dapat
mempegaruhi volume ASI. Dan produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya
berkisar antara 500-700 cc pada bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada
bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2015).
5. Manfaat ASI
10
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat
dirasakan yaitu:
1) ASI sebagainutrisi
4) Meningkatkan kecerdasan
8) Mengurangi resiko terkena penyakit racing manis, kanker pada anak dan
selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja
11
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak
sakit.
5) pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga
a. Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,
menjadwal pemberian ASI, bayi diberikan minum dari botol atau dot sebelum
ASI keluar selalu pada posisi dan berlekatan bayi pada saat menyusui.
berkurang. Stres, kuatir, tidak bahagia ibu pada priode menyusui sangat
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit,
premature, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan
12
d. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lainnya
yang mengandung hormone, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,
1. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang berusia lima tahun kebawah (Marimbi, 2010)
balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah
(3-5 tahun). Saat usia balita anak masih tergantu penuh kepada orang tua untuk
kemampuan lain masi terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam
(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena
(Rekawati, 2103).
1) Lingkar kepala
13
Pertumbuhan pada lingkaran kepalah terjadi dengan sangat cepat sekitar
tahun hanya mengalami pertumbuhan kuran lebih 46,5 cm. Pada usia 2
2) Panjang badan
pertambahan tinggi bada sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12
bulannya pada akir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari
3) Berat badan
Pada masa pertumbuhan berat badan baiy dibagi menjadi 2, yaitu 0-6
bulan dan usia 6-12 bulan . untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat
gram. berat badan akan menjadi dua kali berata badan lahir pada akir
setiap minggu sekitar 25-40 gram pada akir bulan ke-12 akan terjadi
14
Tumbuh kebang seorang anak secara optimal di pengaruhi oleh hasil
interaksi antara faktor genetik, dan konsitusi dengan faktor lingkungan. Ada
a. Kebutuhan asuh (fisik) yang termasuk kebutuhan asuh adalah : 1). Nutrisi
sakit), 3). Pakain (bersih dan nyaman), 4). Perumahan yang layak (sehat
cukup, ventilasi serta terjaga kebersihan dan kerapiannya), 5). Hyegiene diri
kebutuhan asih adalah 1). Kasih sayang orang tua, 2). Rasa aman 3). Harga
berupa latihan atau bermain. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang
mendapat kan stimulasi. Stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa
prenatal dan setelah lahir dengan cara menetukan balita dan ibunya sedini
15
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
dan perkembagangan anak, yaitu hederite dan lingkungan. a). Faktor hederite
meliputi genetik/bawaan, jenis kelamin dan umur, b). Faktor lingkungan meliputi
lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yanmg meliputi gizi
pada waktu ibu hamil lingkungan mekanis (posisi jani dalam uterus, saat kimia
setelah lahir yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya
lingkungan, sosial ekonomi keluarga nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi
anak dalam keluarga, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu serta
1. Pengertian Diare
Diare merupakan suatu kondisi diman seorang buang aer besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air dan frekuensinya lebih
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Pengertian diare adalah seringnya frekuensi buang air
besar lebih dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Wiknjosastro,
2010).
16
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.Buang air besar
yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya (Wewni, 2010) Diaere adalah keadaan dimana sering Buang Air Besar,
paling tidak terjadi 3x dalam sehari serta tinja cair (Swansanti, 2013).
2. Etiologi Diare
bentuk.
a. Bentuk infeksi
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enterial terdiri dari tiga bentuk yaitu:
b. Infeksi parental
Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti
dan sebagainya kejadian ini tercdapat pada balita dan anak berumur dibawa
c. Bentuk malabsobsi
balita dan anak yang terpenting dan sering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak.
17
3) Malabsorbsi protein.
3. Patofisiologi Diare
diare adalah:
a. Ganguaan osmotik
Akibat terdapat makan atau zat yang tidak dapat diserat akan menbyebabkan
air elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus selanjut timbul
c. Gangguan motolitas
d. Gambaran klinis
2) Gelisa
3) Suhu menigkat
5) Tinja cair
6) Lendir
empedu
9) Anus lecet
10)Tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyak asam laktat yang
keluar).
penderita diare jika tidak segerah ditangani maka dapat terjadi dehidrasi ringan,
adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan keadan yang merupakan akibat
5. Komplikasi
elektrokadiogram)
b. Rejatan hipovolemik
19
c. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
d. Intolerangsi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesien enzim
laktase.
6. Pencegahan
20
BAB III
A. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Hubungan
B. Hipotesis
21
Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan
2. Hipotesis (Ha)
C. Defenisi Operasional
Variabel
Defenisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala
Independen
Dependen
BAB IV
22
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah yaitu dengan
pendekatan cross sectional desain penelitian atau penelahan hubungan antara dua
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
1. Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu yang mempunyai bayi
responden.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan di teliti (Arikunto,
2012). Sampel pada penelitian ini adalah ibumenyusui yang ada di desa Tifu
23
Teknik Pengabilan Sampel Teknik yang digunakan peneliti pada penelitian
peneliti digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang ditemui itu cocok
pada kriteria inklusi dan eklusi yang ditentukan oleh peneliti, yaitu.
a. Kriteria inklusi
2) Ibu menyusui
b. Kriteria eksklusi
D. Instrumen Penelitian
peneliti selesai disusun, kemudian di lakukan observasi, uji validitas dan reabilitas.
nilai 1 untuk (ya) dan 0 untuk (tidak) serta mengunakan skala Oridinal. Penila ian
baik jika skor nilai >50% dan kurang baik jika skor nilai <50%.
jawaban (ya) dan 0 untuk (tidak) serta menggunakan skalah Oridinal penilaian
baik jika skor nilai >60% dan tidak baik jika skor nilai <60%.
24
a. Uji validitas
Validitas berasal dari kata valid yang mempunyai arti sejau mana ketepatan
atau kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur sebuah data (Santoso
2013).
b. Uji reabilitas
Reabilitas adala suatu ukuran yang menujukan mana hasil pengukuran tetap
konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejalah yang sama
(Santoso, 2013).
E. Pengumpulan Data
Dilakukan dengan melakukan koreksi atas kuesioner yang telah diisi dan
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam sebuah
Setelah dilakukan koditing data, maka dilakukan pemberian skor pada masinng
25
Setelah data dikumpulkan kemudian diproses dengan menggunakan computer
untuk dianalisa.
F. Analisa Data
1. Anlisa univariat
Analisa univariat adalah analisis terhadap seluruh variabel yang akan digunakan
2. Anlisa bivariat
Anlisa bivariat anlisa yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel
0,05.
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitia, peneliti memandang perlu korelasi dari pihak lain
26
memperoleh isin dari istansi terkait, penilitian dapa dilakukan dengang menekankan
1. Informen conse
kepada calon responden. Tujuan adalah agar subyek mengetahui maksud dan
tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selam pengumpulan data jika subyek
menolak untuk di teliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati
Mejaga kerahasian identitas subye, yang diisi ole subyek. Lembran tersebut
3. Confidientiality
Kerahasian informasi dijamin oleh penelitian, hanya kelompok data tertentu yang
27
BAB V
HASIL PENELITIAN
awalnya bernama Dusun Adat yang dihuni hanya oleh satu Marga (Salasiwa).
menetap di Dusun Adat, yaitu Marga Solissa dan Belen. Setelah berkembangnya
Secara geografis, letak dan batas Desa Tifu berada antara sebelah utara
saluran/irigasi, sebelah selatan sungai waigeren, sebelah barat makm dan sebelah
timur Desa Waigeren. Luas wilayah Desa Tifi adalah 20 Km 2, dengan jumlah
penduduk 410 jiwa, 82 KK, laki-laki 199 jiwa dan perempuan 181 jiwa. Desa Tifu
tidak memiliki puskesmas namun memiliki 1 unit Posyandu dan 2 unit Balai
kesehatan Masyarakat.
28
B. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Meliputi
Umur, Pendidikan Terakhir, dan Pekerjaan di Desa Tifu
Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru
Karakteristik Responden n %
Umur
21-30 Tahun 22 62,9
31-40 Tahun 10 28,5
> 40 Tahun 3 8,6
Total 35 100
Pendidikan Terakhir
SD 1 2,9
SMP 1 2,9
SMA 25 71,4
D-III 2 5,7
Sarjana 6 17,1
Total 35 100
Pekerjaan
Petani 12 34,3
Swasta 3 8,6
Ibu Rumah Tangga 20 57,1
Total 35 100
Sumber : Data Primer, 2020
Hasil analisis tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur sebagian besar pada
besar SMA yaitu sebanyak 25 orang (71,4%) dan pekerjaan sebagian besar
29
2. Variabel Penelitian
tentang pemberian ASI eksklusif dan kejadian diare sebagaimana terlampir pada
Tabel 5.2
Variabel Penelitian Meliputi Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian ASI Eksklusif dan Kejadian Diare
di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba
Kabupaten Buru
Variabel Penelitian n %
Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian ASI Eksklusif
Baik 13 37,1
Kurang Baik 22 62,9
Total 35 100
Kejadian Diare
Ya 20 57,1
Tidak 15 42,9
Total 35 100
Sumber : Data Primer, 2020
pemberian ASI eksklusif sebagian besar kurang baik yaitu sebanyak 22 orang
(62,9%) dan kejadian diare sebagian besar diare yaitu sebanyak 20 orang
(57,1%).
C. Analisa Bivariat
hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare
30
menggunakan uji Chi Square dengan nilai p<0,05 dapat dilihat pada tabel 5.3
dibawah ini :
Tabel 5.3
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi Dengan Kejadian Diare Di Desa Tifu
Kecamatan Lolong Guba
Kabupaten Buru
Kejadian Diare P
Pengetahuan Ibu Tentang Ya Tidak Total value
Pemberian ASI Eksklusif n % n % N %
Baik 1 7,7 12 92,3 13 100
0,000
Kurang Baik 19 86,4 3 13,6 22 100
Total 20 57,1 15 42,9 35 100
Sumber : data Primer, 2020
Hasil analisis tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti
terdapat ibu menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI
eksklusif namun bayi mengalami kejadian diare sebanyak 1 orang (7,7%) dan ibu
menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI eksklusif dan
bayi tidak mengalami kejadian diare sebanyak 12 orang (92,3%). Sedangkan ibu
menyusui yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif
dan bayi mengalami kejadian diare sebanyak 19 orang (86,4%) dan ibu menyusui
yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif namun
bayi tidak mengalami kejadian diare sebanyak 3 orang (13,6%). Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa ibu menyusui yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang
Hal ini didukung dengan hasil uji statistik yang menggunakan uji Chi Square
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan nilai p<0,05 (p=0,000) yang
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang
31
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare di desa Tifu Kecamatan Lolong
32
BAB VI
PEMBAHASAN
didapatkan ibu menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI
eksklusif sebanyak 13 orang (37,1%) dan ibu menyusui yang memiliki pengetahuan
kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif sebanyak 22 orang (62,9%). Hal ini
pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penelitian ternyata sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
besar SMA yaitu 25 orang (71,4%) dan pekerjaan sebagian besar adalah ibu rumah
tangga yaitu 20 orang (57,1%). Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat
kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Murti, 2016).
Informasi yang diberikan baik oleh keluarga maupun petugas kesehatan mengenai
33
ASI eksklusif dapat berhubungan dengan pengetahuan ibu. Bila informasi yang
diberikan kurang tepat, maka informasi yang diterima ibu juga akan salah. Hal ini
diberikan tentang ASI eksklusif masih kurang (Ayu, 2018). Pengetahuan yang baik
dapat mendasari untuk tindakan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya, dimana
ibu dengan pengetahuan baik akan lebih memahami pentingnya pemberian dan
2018).
pengetahuan yang tinggi, maka akan ikut menentukan mudah tidaknya ibu untuk
memahami dan menyerap informasi tentang ASI eksklusif, karena semakin tinggi
tingkat pengetahuan ibu, maka makin tinggi pula ibu dalam menyerap informasi
B. Kejadian Diare Pada Bayi di Desa Tifu Kabupaten Lolong Guba Kecamatan
Buru
didapatkan bayi yang mengalami kejadian diare sebanyak 20 orang (57,1%) dan
bayi yang tidak mengalami kejadian diare sebanyak 15 orang (42,9%). Hal ini
34
menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mengalami kejadian diare. Kejadian diare
tidak hanya disebabkan oleh tingkat pengetahuan ibu saja tetapi juga oleh karena
faktor lain seperti: sumber air minum yang tidak bersih, hygiene dan sanitasi
lingkungan, gizi balita, dan lainnya. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kejadian diare. Ketersediaan jamban yang bersih dan layak
serta ketersediaan air bersih di rumah. Ketersediaan jamban yang tidak sehat,
pembuangan BAB yang tidak pada tempatnya dapat mencemari sumber air minum
rumah tangga, merawat keluarga yang sakit, dan lain sebagainya. Karena itu
diare, agar masyarakat khususnya ibu dapat menyikapi lebih dini segala hal-hal
Dengan demikian menurut asumsi peneliti, kejadian diare yang terjadi pada
bayi, disebabkan oleh perilaku ibu yang kurang baik dalam merawat bayi.
yang baik dapat menghindarkan bayi dari kejadian diare. Keikutsertaan ibu dalam
dapat membantu ibu dalam menambah informasi tentang merawat anak dengan
baik dan bersih sehingga anak terhindar dari kejadian diare yang sering terjadi pada
35
C. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Buru
ibu menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI eksklusif
cenderung bayi tidak mengalami diare Sedangkan ibu menyusui yang memiliki
mengalami diare. Hal ini didukung dengan uji Chi Square yang menunjukkan bahwa
nilai p<0,05 (p=0,000) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara
ASI khususnya ASI eksklusif sebagai prioritas dan program pengendalian penyakit
diare karena dampaknya yang sangat besar terhadap kesehatan bayi dan balita
(Armina, 2019).
Hal ini sesuai dengan penelitian Ibrahim (2013) yang menyebutkan bahwa
angka kejadian infeksi pada bayi lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang
tidak mendapatkan ASI. Angka kejadian diare pada bayi umur 6-12 bulan yang
mendapatkan ASI Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan
36
bersih bagi bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolostrum,
sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke
kekebalan yang bersifat anti infeksi. ASI juga memberikan proteksi pasif bagi tubuh
anak untuk menghadapi pathogen yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian ASI
sebagai makanan alamiah terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya,
dimana komposisi ASI sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi serta
pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi. Peran ASI tidak hanya menyediakan
perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu
perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan
zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga
diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal
itulah angka kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Hasrianti (2015) dengan hasil
tentang ASI eksklusif dengan kejadian diare dengan nilai p-value=0,000 (p<0,05),
37
diakatakan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif maka
eksklusif secara otomatis mendapatkan kekebalan yang bersifat anti infeksi. ASI
juga memberikan proteksi pasif bagi tubuh anak untuk menghadapi patogen yang
masuk ke dalam tubuh. Pemberian ASI sebagai makanan alamiah terbaik yang
dapat diberikan ibu kepada anaknya, dimana komposisi ASI sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi serta pelindung bayi dari berbagai penyakit
infeksi seperti diare. Peran ASI belum mampu digantikan oelh susu formula seperti
peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi
38
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadia diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan
2. Kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba Kabupaten Buru
sebagian besar mengalami kejadia diare yaitu sebanyak 20 orang (57,1%) dari
3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba
Kabupaten Buru. Dengan hasil uji Chi Square didapat nilai p=0,000 artinya nilai
p<0,05.
39
B. Saran
Hasil penilitiaan ini disarankan dapat menambah pengetahuan ibu dan keluarga
2. Bagi Peneliti
Hasil penilitian ini disarankan dapat menambah wawasan dan referensi bagi
40
DAFTAR PUSTAKA
Apriliya, 2010, hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif Dengan
Pemberian Ekslusif. Jurnal komunikasi kesehatan.
Anonym, 2010. Diare Akut Dengan Dehidrasi Sedang. www. Scribd com. Diakses
padatangal 19 Maret 2020.
Depkes RI 2015 Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2010 (Riskesdas
2010).DepartemenKesehatan RI Jakarta
FKUI 2016 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta FKUIHidayat 2010 Metode Penelitian
Kebidanan Teknik Analisis Data.Jakarta: Selemba Media.
Hidayat 2011 Metode Penilitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Nuha
Medika
Nursalam, 2012 Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta Selemba Media
Rahmawati 2016 Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan Dan
Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Asi Eksklusif, Jurnal Kesehatan 2014
41
Santoso 2013 Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu Dan Dukungan Suami
Dengan Praktek Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Kesehatan 2014
WHO 2016 Pentingnya Pengasuh Anak Interaksi Untuk Kelangsungan Hidup Dan
Perkembangan Yang Sehat Dari Anak-Anak
WHO 2017 Gizi Kecukupan Asi Eksklusif Untuk Bayi Cukup Bulan Selama 6 Bulan
Pertama Kehidupan
WHO 2010 Diarrhoea: Why Chidren Are Still Dying And What Can Be Done. Geneva,
Switzerland.
42
Lampiran 1
KUESIONER
IdentitasResponden
a. Nama
b. Umur
c. Pendidikan
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. DIII
5. SI
d. Pekerjaan
No Pernyataan Ya Tidak
1. ASI harus diberikan secara eksklusif hingga bayi usia 6 bulan
2. Pemberian ASI tidak boleh bersamaan dengan pemberian makanan tambahan dan
minuman apapun termasuk air putih
3. ASI diberikan sesering mungkin, walaupun bayi tertidur, bayi harus dibangunkan
dan diberi ASI
4 Setelah usia 6 bulan, bayi tetap harus diberikan ASI (makanan pendamping ASI)
5 Susu formula boleh diberikan kepada bayi setelah lebih dari 6 bulan
6 Susu formula diizinkan apabila pemberian ASI dianggap kurang memenuhi gizi
bayi
7 ASI saja tidak cukup, sehingga ASI dan sekalian diberikan susu formula
43
10 .ASI diberikan pada bayi hanya pada saat menangis
Kejadian Diare :
Ya
Tidak
44
Lampiran 2
Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
45
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejadian Diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
46
Crosstabs
Kejadian Diare
Ya Tidak Total
Total Count 20 15 35
47
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 35
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.57.
48
Lampiran 3
Mengetahui
49
Pembimbing
DOKUMENTASI PENELITIAN
50
51