Anda di halaman 1dari 64

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI
DESA TIFU KECAMATAN LOLONG GUBA
KABUPATEN BURU

Oleh :

DELTIAN LESMANA SOLISSA

NIM. P.1507012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukkan oleh

Nama : Deltian L. Solissa

NIM : P1507012

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif

Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Tifu Kecamatan Lolong

Guba Kabupaten Buru

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Dipertahankan Pada

Sidang Skripsi Di Hadapan Dewan Penguji

Ditetapkan di : Ambon

Tanggal :

Pembimbing

Basrul Makatita, S.Kep., Ns., M.Kes.


NIDN : 1217069401

Mengetahui

Ketua Program Studi Keperawatan

Harianti Fajar, S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN : 1225079001

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Deltian L. Solissa

NIM : P1507012

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare

Pada Bayi Di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba Kabupaten Buru”, adalah benar hasil

karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar.

Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Stikes Pasapua Ambon.

Ambon, November 2020

Deltian L. Solissa

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas berkat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini walaupun dalam

bentuk yang paling sederhana dapat terlaksana dan terselesaikan sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes

Pasapua Ambon dengan judul “HUBUNGAN PENGATAHUAN IBU TENTANG

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA TIFU

KECAMATAN LOLONG GUBA KABUPATEN BURU”.

Dalam kesempatan ini, penulis laturkan ucapan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada :

1. Rikanita Primarhayu Ake, S.Kom selaku Ketua Yayasan STIKES Pasapua Ambon

2. Dewi Arwini Bugis, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua STIKES Pasapua Ambon

3. Bazrul Makatita. S, Kep, Ns, M. Kes Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan sekaligus pembimbing yang banyak memberikan bimbingan,

masukan, maupun saran kepada penulis demin terselesaikannya skripsi ini.

4. Segenap dosen dan staf pengajar STIKES Pasapua Ambon yang telah banyak

membantu penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan

5. Rasa hormat dan penuh cinta kepada kedua orang tua serta adik-adik serta adik

penulis serta saudara penulis yang telah banyak memberikan semangat dan

dorongan baik material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini

iv
6. Tak lupa juga buat teman-teman / sahabat-sahabatku yang tercinta tanpa terkecuali

dan special untuk seeorang yang selama ini banyak baik dalam membantu saya

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan guna perbaikan lebih

lanjut sehingga skripsi ini dapat berguna serta bermanfaat bagi semua yang

membacanya.

Ambon, November 2020

Peneliti

v
ABSTRAK

Progran Studi Ilmu Keperawatan

Stikes Pasapua Ambon

Skripsi, November 2020

Deltian L. Solissa (P1507012)

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan

Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru.

Dibimbing oleh Basrul Makatita

Latar Belakang : Pemberian ASI merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi yang
baik, menigkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan serta
faktor anti bakteri dan anti firus yang melindungi bayi terhadap infeksi, salahsatunya
diare.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian diare di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten buru.
Metode : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat korelasi
dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas adalah pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif dan variabel terikat adalah kejadian diare. Peneliatian
dilaksanakan pada bulan November 2020. Sampel penelitian dipilih menggunakan
teknik accidental sampling yang berjumlah 35 sampel. Uji statistic yang digunakan yaitu
uji Chi Square.
Hasil : Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan
Lolong Guba Kabupaten Buru dengan hasil uji statistik p=0,000 (p<0,05).
Simpulan : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di desa Tifu Kecamatan Lolong Guba
Kabupaten Buru.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, ASI Eksklusif, Kejadian Diare


Pustaka :

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................vi

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL....................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.............................................................................................1

Rumusan Masalah.......................................................................................4

Tujuan Penelitian.........................................................................................4

Manfaat Penelitian.......................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar ASI Eksklusif........................................................................6

Konsep Dasar Balita..................................................................................13

Konsep Dasar Diare...................................................................................16

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

Kerangka Konsep.......................................................................................21

vii
Hipotesis.....................................................................................................21

Defenisi Operasional..................................................................................22

BAB IV METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian..........................................................................................23

Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................23

Populasi dan Sampel.................................................................................23

Instrumen Penelitian..................................................................................24

Pengumpulan Data....................................................................................25

Analisa Data...............................................................................................26

Etika Penelitian..........................................................................................26

BAB V HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi...........................................................................28

Analisa Univariat........................................................................................29

Analisa Bivariat..........................................................................................30

........................................................................................................................

BAB VI PEMBAHASAN

Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif

di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru............................33

Kejadian Diare Pada Bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba

Kabupaten Buru.........................................................................................34

........................................................................................................................

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif

Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Tifu

viii
Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru................................................34

BAB VII PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................39

Saran..........................................................................................................40

........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum dan ASI................................................................8

Tabel 3.1 Defenisi Operasional............................................................................22

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik.................................29

Tabel 5.2 Variabel Penelitian................................................................................30

Tabel 5.3 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI

dengan Kejadian Diare Pada Bayi di Desa Tifu

Keamatan Lolong Guba Kabupaten Buru............................................31

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.............................................................................21

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Kuesioner

Lampiran 2 : Hasil Olah Data SPSS

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi

Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penurunan ASI secara penuh (hanya ASI) pada bayi sejak lahir tanpa

tambahan minuman atau makan lain seperti air putih, atau susu formula, madu, jus,

buah dan lain-lain kecuali obat dan cairan untuk dehidrasi, WHO

merekommendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan. ASI merupakan minuman alami

bagi bayi pada bulan-bulan pertama hidupnya selain itu juga ASI mengandung

nutrisi antioksidan hormone dan antibodi yang diperlukan oleh seorang bayi untuk

bertahan dan berkembang, bayi yang diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan

pertama kehidupannya dan seterusnya sampai usia dua tahun resiko terkena

penyakit infeksi lebih sedikit di bandikan mereka yang tidak diberikan ASI eksklusif.

(AmertaNurt, 2019).

Pemberian ASI merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi yang baik,

menigkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa pertumbuhan

dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan serta faktor

anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi terhadap infeksi.

Penularan diare dapat dengan cara fokal-oral melalui makanan atau

minuman yang tercemar oleh entropatogen, yang melalui finger, flies, atau yang di

kenal dengan 4f faktor resiko diare salah satu diantaranya adalah tidak diberikan air

susu ibu (ASI) secara penuh pada bayi usia 4-6 bulan pertama hidupnya.

1
Menurut WHO pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi diketahui

dapat melindunggi, untuk melawan diare, antibodi yang diperoleh dari maternal

membantu untuk melawan agen infeksi bertanggung jawab terhadap penyakit diare

(Yilgwandan Okolo, 2017). Di Negara berpenghasilan rendah dan menegah, 37%

bayi usia 6 bulan memperoleh ASI eksklusif sebagai perbandingan, pemberian ASI

eksklusif. Bayi yang tidak disusui memiliki resiko 6 kali lipat lebih besar meningal

akibat penyakit menular termasuk diare pada dua bulan pertama kehidupanya

(WHO, 2018).

Menurut data WHO pada tahun 2013 diare merupakan pennyakit kedua yang

menyebabkan kematian pada anak-anak balita (dibawah lima tahun) dan diare

sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar penderita diare

yang meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi atau kehilangan cairan dalam

jumah besar. Di dunia, terdapat 1,7 milyar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

(RISKESDAS, 2015).

Data WHO Asia Tenggara sendiri angka kematian balita akibat diare

mencapai 8,5%, prevalensi diare pada balita adalah 12,3%. Pada anak usia 0-59

bulan dan berlanjut sebagai kematian no 2 pada kelompok ini, saat ini sangat

penting untuk mengetahui manfaat menyusui atau pemberian ASI eksklusif terhadap

mortabiditas dan mortabilitas diare (WHO, 2016).

Pada praktik pelaksanaan ASI eksklusif di dunia makin rendah. Afrika, Asia,

Amerika Latin, dan Karimbian, hanya didapatkan sekitar 47-57 bayi usia kurang dari

2 bulan, 25-31% bayi dengan usia 2-5 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan

bahkan proprorsi bayi usia 6-11 bulan yang mendapat ASI eksklusif lebih rendah.

2
Penyakit diare menyebabkan kematian sekitar 1,34 juta pada anak usia 0-59

dan berlanjut sebagai kematian No 2 pada kelompok ini. Saat ini penting untuk

mengetahui manfaat menyusui/pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortabilitas

diare (Analita, 2019).

Di Indonesia presentase ibu yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan

adalah 15,3%. Inisiasi dini menyusui kurang-kurang dari 1 jam setelah bayi lahir

adalah 29,3% dan tertinggi di Asia Tengara Timur 56,2% dan terendah di Maluku

13,0% sebagaian besar proses mulai menyusui dilakukan ada kisar waktu 1-6 jam

setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% yang menyusui setelah 48 jam untuk

pemberian kolostrum cukup baik dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya

(RISKESDAS, 2015).

Umunya di kota besar banyak bayi-bayi yang diberikan susu botol daripada di

susui oleh ibunya, sementara di pedesaan banyak dijumpai bayi yang masih berusia

satu bulan sudah diberikan pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI

(Rahmawati, 2016). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Maluku cakupan

presentase bayi yang diberikan ASI eksklusif dari tahun 2010 s/d 2015 cenderung

menurun secara signifikan, hanya pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar

10,33%, dibandingkan tahun 2007. Pencapaian pada tahun 2015 sebesar 20,33%

merupakan pencapaian terendah selama kurung waktu 2010 s/d 2015 (DINKES,

2015).

Berdasarkan hasil pengabilan data awal yang dilaksanakan di Desa Tifu

Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru dengan jumlah jiwa 639 dan jumlah ibu

menyusui berjumlah 35 responden. Pemberian ASI secara baik dan benar tetap

3
dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan (2 tahun). Selain membantu dan

meninkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti diare, ASI juga

dapat menjalin kasih saying antara ibu dan anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanlatarbelakang di atas maka peneliti ingin mengetahui apakah ada

hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare

pada balita di DesaTifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penilitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu

tentang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu

Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi di

Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru.

b. Mengetahui kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba

Kabupaten Buru.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif

dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba

Kabupaten Buru.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu keperawatan khusunya

di bagian pemberian ASI. Dan juga manfaat bagi lembaga-lembaga lainnya

berkaitan dengan Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif

Dengan Kejadian Diare Pada Bayi.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Ibu dan Keluarga

Hasil penilitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu dan

keluarga mengenai pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada

bayi.

b. Bagi Peneliti

Hasil penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi bagi

peneliti yang memiliki tema yang sama.

c. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan

pemberian pendidikan pada balita dengan kejadian diare.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Konsep Dasar ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang

bersifat alamih. ASI mengadung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Defenisi WHO menyebutkan bahwa ASI

eksklusif yaitu bayi hanya diberikan ASI saja, tanpa cairan atau makan pada

apapun, kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai

usia 6 bulan (WHO, 2017).

Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)

merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun

pada tahun 2001 telah melakukan penilitian secara sistematik dan berkomunikasi

dengan para pakar, WHO merevisi, rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6

bulan menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan

penambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan

memadai (WHO, 2010).

Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan

akan membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan

lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan

adanya antibody penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang

lebih sedikit), akan melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alargi.

6
Untuk alasan tersebut, semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum

(Rahmi, 2008; Aprilia, 2009).

Selama itu inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama dapat mencegah kematian lahir dari infant yang lebih besar dengan

mereduksi resiko penyakit inti infeksi (WHO, 2010).

a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang mengandung

sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif

terhadap berbagai jenis pathogen.

b. ASI eksklusif dapat mengeliminasi mikro organisme patogen yang

berkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat

mencegah kerusakan imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab

alargi pada susu formula atau makanan (WHO 2010).

2. Komposisi ASI

Air susu ibu (ASI) selama mengalami perubahan selama beberapa

periode terutama. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Anomin, 2010).

a. Kolostrum

Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan minggu pertama

setelah bayi lahir merupakan ASI yang keluar dari hari 1 sampai hari ke-4

yang kaya saat anti infeksi dan protein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali

lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna

kuning atau dapat pulah jernih yang megandung sel hidup yang menyerupai

sel darah putih yang membunuh kuman penyakit.

b. ASI peralihan/transisi

7
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI mature

(kadang hari ke-4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar protein makin rendah,

sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga makin

meningkat.

c. ASI Mature

ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-4 dan

seterusnya, komposisi relative konstan pada ibu yang sehat dengan produksi

ASI yang cukup, ASI merupakan makan satu-satunya yang baik dan cukup

untuk bayi sampai umur enam bulan, tidak menggupal jika dipanaskan.

Tabel 1. Komposisi Kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)

No Zat-zatgizi Satuan Kolostrum ASI

1 Energi Kkl 58,0 70

2 Protein G 2,3 0,9

3 Kasein Mg 140,0 mg 187,0

4 Laktosa G 5,3 7,3

5 Lemak G 2,9 4,0

6 Vitamin A Ug 151,0 75,0

7 Vitamin B1 Ug 1,9 14,0

8 Vitamin B2 Ug 30,0 40,0

9 Vitamin B12 Ug 0,05 0,1

10 Kalsium Mg 39,0 35,0

11 Zatbesi Mg 70,0 100,0

12 Fosfor Mg 14,0 15,0

Ayurai.wordpress.com

8
3. Kandungan Nutrisi dalam ASI

ASI mengandung komponen mikro dan makro nutrisi. Yang termasuk

mikro nutrient adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien

adalah vitamin dan mineral (Baskoro 2015).

a. Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah

satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI

hampir 2 kali. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7: 4 sehinga

ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI hal ini menyebabkan bayi

yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.

Kamitin menpunyai peran membantu proses pembentukan energi yang

diperlukan untuk mempertahankan metabolism tubuh. Konsetrasi kamitin bayi

yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu

formula.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian

protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir

seluruhnya terserap oleh sistem percernaan bayi yaitu protein unsur.

Perbandingan protein unsure dan casein dalam ASI adalah 65 : 35,

sedangkan dalam PASI 20:80 artinya protein pada PASI hanya sepertiga

protein ASI yang sukar diabsorpsi.

c. Mineral

9
ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative rendah,

tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi hingga bayi berusia 6 bulan. Zat besi

dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah

diserap dalam jumlahnya yang tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dan dalam

PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat

diserap, hal ini akan memper berat kerja usus bayi serta mengganggu

keseimbangan dalam usus dan menigkatkan pertumbuhan bakteri yang

merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi

akan kembung, gelisah karena ostipasi, atau ganguan metabolisme.

4. Volume ASI

Pada bulan-bulan terakir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada

payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,

maka poroduksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI

diproduksi sebanyak 10-+100cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi

konstan setelah hari ke-10 sampai ke-14. Bayi yang sehat selanjudnya

mengomsumsi sebanyak 700-800cc atau bahkan hampir satu liter per hari dan

tetap menunjukan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada

ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil atau pun menyusui dapat

mempegaruhi volume ASI. Dan produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya

berkisar antara 500-700 cc pada bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada

bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2015).

5. Manfaat ASI

a. Manfaat ASI bagi bayi

10
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat

dirasakan yaitu:

1) ASI sebagainutrisi

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh

3) Menurunkan resiko mortalitas, resiko penyakit akut dan kronis

4) Meningkatkan kecerdasan

5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih saying

6) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai usia selam 6 bulan

7) Mengandung asam lemak yang diperlukan pertumbuhan otak sehingga

bayi yang diberikan ASI eksklusif lebih pandai

8) Mengurangi resiko terkena penyakit racing manis, kanker pada anak dan

mengurangi kemungkinan penderitaan penyakit jantung (Haniarti 2011).

b. Manfaat ASI bagi ibu

Manfaat ASI bagi ibu antara lain :

1) pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efesien

selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja

(eksklusif) dan belum terjadi kembali menstruasi kembali.

2) Menurunkan resiko kanker payudara dan ovarium.

3) Membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan.

4) Meningkatakan hubungan batin antara ibu dan bayi (WHO, 2010).

c. Manfaat ASI bagi keluarga

Adapun manfaat ASI bagi keluarga :

11
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak

untuk merebus air, susu atau peralatan.

2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)

dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan

sakit.

3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif.

4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebihsehat.

5) pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga

sebab ASI selalu siap tersedia (aprilia, 2010).

6. Faktor Penyebab Berkurangnya ASI

a. Faktor Menyusui

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,

menjadwal pemberian ASI, bayi diberikan minum dari botol atau dot sebelum

ASI keluar selalu pada posisi dan berlekatan bayi pada saat menyusui.

b. Faktor Psikologi Ibu

Persiapan pisikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui ibu yang

tidak mempunyai keyakinan memproduksi ASI umumnya produksi ASI akan

berkurang. Stres, kuatir, tidak bahagia ibu pada priode menyusui sangat

berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif.

c. Faktor Bayi

Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit,

premature, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan

ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang.

12
d. Faktor Fisik Ibu

Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lainnya

yang mengandung hormone, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,

perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi

produksi ASI (Depkes, 2015).

B. Tinjauan Umum Tentang Konsep Dasar Balita

1. Pengertian Balita

Balita adalah anak yang berusia lima tahun kebawah (Marimbi, 2010)

balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah

(3-5 tahun). Saat usia balita anak masih tergantu penuh kepada orang tua untuk

melakukan kegiantan-kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun

kemampuan lain masi terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam

proses tumbuh kembang manusia (Anggraeni, 2010).

a. Pertumbuhan fisik balita

Menurut Rekawarti (2013) Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik

(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena

adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga di sebabkan

oleh bertambah besarnya sel (Rekawati, 2013). Pertumbuhan balita menurut

(Rekawati, 2103).

1) Lingkar kepala

13
Pertumbuhan pada lingkaran kepalah terjadi dengan sangat cepat sekitar

6 bulan pertama, yaitu 35-43 cm. Pada usia-usia selanjudnya

pertumbuhan lingkaran kepalah mengalami perlambatan. Pada usia satu

tahun hanya mengalami pertumbuhan kuran lebih 46,5 cm. Pada usia 2

tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian ankan

pertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ketiga dan bertambah lagi

kurang lebih 5 cm sampai dengan usaia remajas (Hidayat, 2010).

2) Panjang badan

Pada masa pertumbuhan berata badan bayi akan mengalami

pertambahan tinggi bada sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12

bulan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap

bulannya pada akir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50% dari

tinggi badan waktu lahir (Hidayat 2011).

3) Berat badan

Pada masa pertumbuhan berat badan baiy dibagi menjadi 2, yaitu 0-6

bulan dan usia 6-12 bulan . untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat

badan akan mengalami penambahan setiap mingggu sekitar 140-200

gram. berat badan akan menjadi dua kali berata badan lahir pada akir

bulan ke-6. Sedangakan pada usia 6-12 bulan ter4jadi penamabahan

setiap minggu sekitar 25-40 gram pada akir bulan ke-12 akan terjadi

penambahan tiga kali lipat berat badan lahir (Hidayat, 2011).

2. Kebutuhan Dasar Untuk tumbuh kembang Balita

14
Tumbuh kebang seorang anak secara optimal di pengaruhi oleh hasil

interaksi antara faktor genetik, dan konsitusi dengan faktor lingkungan. Ada

faktor lingkungan memberikan pengaruh positif bagi tumbuh kembang anak

maka diperlukan kebutuhan dasar tertentu. Kebutuhan dasara ini dapat

dikelompokan menjadi 3 yaitu:

a. Kebutuhan asuh (fisik) yang termasuk kebutuhan asuh adalah : 1). Nutrisi

yang mencukupi dan seibang, 2). Perawat kesehatan dasar (imunisasi,

kontrol ke puskesmas, posiyandu secara berkala, diperiksa segerah bilah

sakit), 3). Pakain (bersih dan nyaman), 4). Perumahan yang layak (sehat

cukup, ventilasi serta terjaga kebersihan dan kerapiannya), 5). Hyegiene diri

dari lingkungan, 6). Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi).

b. Kebutuhan asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang) yang termasuk

kebutuhan asih adalah 1). Kasih sayang orang tua, 2). Rasa aman 3). Harga

diri (setiap anak harus di akui keberadaan dan keinginanya), 4).

Dukunggan/doronggan, 5). Mandiri, 6). Rasa memiliki, 7). Kebutuhan akan

sukses, mendapat kesempatan dan pengalaman.

c. Kebutuhan stimulasi adalah perangsagan dari lingkungan luar anak yang

berupa latihan atau bermain. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang

terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang

mendapat kan stimulasi. Stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak masa

prenatal dan setelah lahir dengan cara menetukan balita dan ibunya sedini

mungkin (Nursalam 2013).

15
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Menurut Hidayat (2010), faktor-faktor yang mempegaruhi pertumbuhan

dan perkembagangan anak, yaitu hederite dan lingkungan. a). Faktor hederite

meliputi genetik/bawaan, jenis kelamin dan umur, b). Faktor lingkungan meliputi

lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal. Lingkungan prenatal merupakan

lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi sampai lahir yanmg meliputi gizi

pada waktu ibu hamil lingkungan mekanis (posisi jani dalam uterus, saat kimia

atau toksin), radiasi ifeksi dalam kandungan stres , fakmtor imunisasi,

kekurangan oksigen pada janin. Lingkungan posnatal merupakan lingkungan

setelah lahir yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya

lingkungan, sosial ekonomi keluarga nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi

anak dalam keluarga, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu serta

pekerjaan orang tua.

C. Tinjauan Umum Tentang Konsep Dasar Diare

1. Pengertian Diare

Diare merupakan suatu kondisi diman seorang buang aer besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air dan frekuensinya lebih

dari 4 kali dalam 1 hari (Rekawati,2013).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau

tidak seperti biasanya. Pengertian diare adalah seringnya frekuensi buang air

besar lebih dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Wiknjosastro,

2010).

16
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair.Buang air besar

yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi lebih banyak dari

biasanya (Wewni, 2010) Diaere adalah keadaan dimana sering Buang Air Besar,

paling tidak terjadi 3x dalam sehari serta tinja cair (Swansanti, 2013).

2. Etiologi Diare

(Menurut Ngastiyah 2013), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa

bentuk.

a. Bentuk infeksi

Infeksi interial, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi enterial terdiri dari tiga bentuk yaitu:

1) Bentuk bakteri : vibrio, E. Coli, salmobella, Aeromonas dan sebagainya.

2) Bentukl virus : Enterovirus, Adenovirus dan lain-lain.

3) Bentuk infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, oxiyuris, Strongiloides),

protosoa (Entamoeba, Giardia Lambia), jamur (Candidat Albicans).

b. Infeksi parental

Infeksi parental yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti

Otitus Media Akut (OMA), Tonsilafaringitis, Bronko pneumonia, Ensefalitis

dan sebagainya kejadian ini tercdapat pada balita dan anak berumur dibawa

2 tahun (Ngastiyah, 2013).

c. Bentuk malabsobsi

1) Malabsorbsi : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), pada

balita dan anak yang terpenting dan sering ialah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak.

17
3) Malabsorbsi protein.

d. Jenis makanan (makanan basi, makanan yang bannyak mengandung lemak,

sayur-sayuran yang masak kuran matang).

3. Patofisiologi Diare

Menurut (FKUI 2016), mekanisme dasar yang menyebabkan timbunya

diare adalah:

a. Ganguaan osmotik

Akibat terdapat makan atau zat yang tidak dapat diserat akan menbyebabkan

terkena osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran

air elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangcsan usus untuk mengeluarkannya sehinga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus selanjut timbul

diare karena terdapat peningkata isi rongga usus.

c. Gangguan motolitas

Hiperperistaltik akan menggakibatkan berkuranya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehinga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan menggakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya

dapat menimbulkan diare.

d. Gambaran klinis

Tanda/gejala klinis pennyakit diare dengan dehidrasi menurut (Weni 2010),

adalah sebagai berikut:


18
1) Cengen.

2) Gelisa

3) Suhu menigkat

4) nafsu makan menurun

5) Tinja cair

6) Lendir

7) Darah (terkadang ada)

8) Warna tinja lama kelama berwarna hijau karena tercampur dengan

empedu

9) Anus lecet

10)Tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyak asam laktat yang

keluar).

4. Akibat Penyebab Diare

Penyakit diare dapat mengakibatkan tejadinya dehidrasi dan pada

penderita diare jika tidak segerah ditangani maka dapat terjadi dehidrasi ringan,

dehidrasi sedang dan kemudian berlanjut menjadi dehidrasi berat. Dehidrasi

adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan keadan yang merupakan akibat

kehilangan air abnormal (Ramali, 2015).

5. Komplikasi

Komplikasi kehilangan akibat diare (Ngastiyah 2015) :

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan

elektrokadiogram)

b. Rejatan hipovolemik

19
c. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

d. Intolerangsi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defesien enzim

laktase.

6. Pencegahan

Menurut WHO (2015), pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara,

anatara lain sebagai berikut:

a. Pemberian asi ekskultif (0-4 bulan).

b. Memperbaiki cara penyajihan.

c. Pergubakan air untuk hygiene dan air bersih untuk minum.

20
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini mengambarkan ada tidaknya hubungan

pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita.

Variabel independen variabel dependen

Pengetahuan ibu Kejadian diare

Gambar 3. 1 kerangka konsep

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Hubungan

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dalil sementara suatu penilitian

yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penilitian tersebut.

1. Hipotesis Alternatif (Ho)

21
Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan

kejadian diare di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba kabupaten Buru.

2. Hipotesis (Ha)

Ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan

kejadian diare di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru.

C. Defenisi Operasional

Variabel
Defenisi operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

Independen

Pengetahuan Pemahaman Ibu Kuesioner Baik jika skor Nilai Ordinal


ibu >60% Dan kurang
Desa Tifu tentang cara Wewancara
baik Jika skor nilai
Pemberian ASI eksklusif
<60%

Dependen

Kejadian diare Kejadian diare Kuesioner Baikjikaskor Nilai Ordinal


megakibatkan dehidrasi >50% Dan kurang
ringan, sedang,
baik jika skor nilai
berat,hipotono otot,
lemah, bradikardi, <50%
perubahan
elektrokadiogram

BAB IV

22
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah yaitu dengan

pendekatan cross sectional desain penelitian atau penelahan hubungan antara dua

variabel atau lebih pada situasi atau kelompok sampel tertentu.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada November 2020

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tifu Kecamatan lolong Guba Kabupaten Buru

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu yang mempunyai bayi

di DesaTifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru yang berjumblah 35

responden.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan di teliti (Arikunto,

2012). Sampel pada penelitian ini adalah ibumenyusui yang ada di desa Tifu

Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru.

23
Teknik Pengabilan Sampel Teknik yang digunakan peneliti pada penelitian

ini mengunakan Aksidental sampling. Aksidental sampling adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kebutulan atau insidental beremu dengan

peneliti digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang ditemui itu cocok

sebagai sumber data. (Nursalam 2012). Teknik pengambilan sampel didasarkan

pada kriteria inklusi dan eklusi yang ditentukan oleh peneliti, yaitu.

a. Kriteria inklusi

1) Bersedia menjadi responden peneliti

2) Ibu menyusui

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak bisa baca tulis.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penilitian ini instrumen yang dilakukan adalah kuesioner yaitu

memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab tetapi jawaban sudah

disediakan dan diarahkan oleh peneliti setelah kuesioner sebagi alat/instrumen

peneliti selesai disusun, kemudian di lakukan observasi, uji validitas dan reabilitas.

1. Kuesioner pemberian ASI eksklusif mengunakan 10 pertanyaan dengan bobot

nilai 1 untuk (ya) dan 0 untuk (tidak) serta mengunakan skala Oridinal. Penila ian

baik jika skor nilai >50% dan kurang baik jika skor nilai <50%.

2. Kuesioner kejadiandiare mengunakan 10 pertanyaan dengan bobot nilai 1 untuk

jawaban (ya) dan 0 untuk (tidak) serta menggunakan skalah Oridinal penilaian

baik jika skor nilai >60% dan tidak baik jika skor nilai <60%.

24
a. Uji validitas

Validitas berasal dari kata valid yang mempunyai arti sejau mana ketepatan

atau kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur sebuah data (Santoso

2013).

b. Uji reabilitas

Reabilitas adala suatu ukuran yang menujukan mana hasil pengukuran tetap

konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejalah yang sama

(Santoso, 2013).

E. Pengumpulan Data

1. Pengeditan Data (editing)

Dilakukan dengan melakukan koreksi atas kuesioner yang telah diisi dan

apabilah ada yang belum lengkap responden dimintah untuk melengkapi.

2. Pengkodean data (coditing)

Dilakukan dengan memberikan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam sebuah

angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada

suatu informasi atau data yang yang akan dianalisa.

3. Pemberian skor (Scoring)

Setelah dilakukan koditing data, maka dilakukan pemberian skor pada masinng

masing variabel dan di jumlahkan.

4. Pemprosesan data (processing)

25
Setelah data dikumpulkan kemudian diproses dengan menggunakan computer

untuk dianalisa.

5. Pembersihan data (cleaning)

Pembersihan data dilakukan untuk mengoreksi jika ada kesalahan pengelohan

data sehingga dapat diberikan.

F. Analisa Data

Analisa data yaitu menganalisa data untuk dapat membuktikan hipotesi .

analisa data yang dilakukan untuk menyederhanakn dan memudahkan penafsiran

melalui proses komputerisasi dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase

1. Anlisa univariat

Analisa univariat adalah analisis terhadap seluruh variabel yang akan digunakan

untuk melihat distribusi variabel dependen dan independen yaitu pengetahuan

ibu frekuensi dan kejadian diare

2. Anlisa bivariat

Anlisa bivariat anlisa yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel

dependen dengan variabel independen secara bersamaan dengan

menggunakan anlisis statistic chi-square, dengan tingkat kemaknaan p < a =

0,05.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitia, peneliti memandang perlu korelasi dari pihak lain

dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi penilitian. Setelah itu

26
memperoleh isin dari istansi terkait, penilitian dapa dilakukan dengang menekankan

masalah etika, yang meliputi:

1. Informen conse

Infornen consent merupakan lembaran persetujuan yang diberikan oleh peneliti

kepada calon responden. Tujuan adalah agar subyek mengetahui maksud dan

tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selam pengumpulan data jika subyek

berseedia diteliti maka harus mendatangani lembran peersetujuan. Jika subyek

menolak untuk di teliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati

haknya (Nursalm 2012)

2. Anonymity (tampa nama)

Mejaga kerahasian identitas subye, yang diisi ole subyek. Lembran tersebut

hanya diberikan nomor kode tertentu (Nursalam, 2012)

3. Confidientiality

Kerahasian informasi dijamin oleh penelitian, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan sebagai hasi penilitian.

27
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru Provinsi Maluku,

awalnya bernama Dusun Adat yang dihuni hanya oleh satu Marga (Salasiwa).

Seiring berjalannya waktu datanglah datanglah beberapa Marga tinggal dan

menetap di Dusun Adat, yaitu Marga Solissa dan Belen. Setelah berkembangnya

zaman, bertambahnya penduduk dan telah memnuhi syarat untuk membentuk

sebuah Desa, maka Dusun Adat diubah menjadi Desa Tifu.

Secara geografis, letak dan batas Desa Tifu berada antara sebelah utara

saluran/irigasi, sebelah selatan sungai waigeren, sebelah barat makm dan sebelah

timur Desa Waigeren. Luas wilayah Desa Tifi adalah 20 Km 2, dengan jumlah

penduduk 410 jiwa, 82 KK, laki-laki 199 jiwa dan perempuan 181 jiwa. Desa Tifu

tidak memiliki puskesmas namun memiliki 1 unit Posyandu dan 2 unit Balai

kesehatan Masyarakat.

28
B. Analisa Univariat

1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

Analisa univariat berdasarkan karakteristik yaitu umur, pendidikan terakhir

dan pekerjaan sebagaimana terlampir pada tabel 5.1 dibawah ini :

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Meliputi
Umur, Pendidikan Terakhir, dan Pekerjaan di Desa Tifu
Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru
Karakteristik Responden n %
Umur
21-30 Tahun 22 62,9
31-40 Tahun 10 28,5
> 40 Tahun 3 8,6
Total 35 100
Pendidikan Terakhir
SD 1 2,9
SMP 1 2,9
SMA 25 71,4
D-III 2 5,7
Sarjana 6 17,1
Total 35 100
Pekerjaan
Petani 12 34,3
Swasta 3 8,6
Ibu Rumah Tangga 20 57,1
Total 35 100
Sumber : Data Primer, 2020

Hasil analisis tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur sebagian besar pada

21-30 tahun yaitu sebanyak 22 orang (62,9%), pendidikan terakhir sebagian

besar SMA yaitu sebanyak 25 orang (71,4%) dan pekerjaan sebagian besar

adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 20 orang (57,1%).

29
2. Variabel Penelitian

Analisa univariat berdasarkan variabel penelitian yaitu pengetahuan ibu

tentang pemberian ASI eksklusif dan kejadian diare sebagaimana terlampir pada

tabel 5.2 dibawah ini :

Tabel 5.2
Variabel Penelitian Meliputi Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian ASI Eksklusif dan Kejadian Diare
di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba
Kabupaten Buru
Variabel Penelitian n %
Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian ASI Eksklusif
Baik 13 37,1
Kurang Baik 22 62,9
Total 35 100
Kejadian Diare
Ya 20 57,1
Tidak 15 42,9
Total 35 100
Sumber : Data Primer, 2020

Hasil analisis tabel 5.2 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif sebagian besar kurang baik yaitu sebanyak 22 orang

(62,9%) dan kejadian diare sebagian besar diare yaitu sebanyak 20 orang

(57,1%).

C. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis

hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare

pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba Kabupaten Buru dengan

30
menggunakan uji Chi Square dengan nilai p<0,05 dapat dilihat pada tabel 5.3

dibawah ini :

Tabel 5.3
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi Dengan Kejadian Diare Di Desa Tifu
Kecamatan Lolong Guba
Kabupaten Buru
Kejadian Diare P
Pengetahuan Ibu Tentang Ya Tidak Total value
Pemberian ASI Eksklusif n % n % N %
Baik 1 7,7 12 92,3 13 100
0,000
Kurang Baik 19 86,4 3 13,6 22 100
Total 20 57,1 15 42,9 35 100
Sumber : data Primer, 2020

Hasil analisis tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti

terdapat ibu menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI

eksklusif namun bayi mengalami kejadian diare sebanyak 1 orang (7,7%) dan ibu

menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI eksklusif dan

bayi tidak mengalami kejadian diare sebanyak 12 orang (92,3%). Sedangkan ibu

menyusui yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif

dan bayi mengalami kejadian diare sebanyak 19 orang (86,4%) dan ibu menyusui

yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif namun

bayi tidak mengalami kejadian diare sebanyak 3 orang (13,6%). Dengan demikian,

dapat dilihat bahwa ibu menyusui yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang

pemberian ASI eksklusif cenderung bayi mengalami kejadian diare.

Hal ini didukung dengan hasil uji statistik yang menggunakan uji Chi Square

menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dengan nilai p<0,05 (p=0,000) yang

berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang

31
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare di desa Tifu Kecamatan Lolong

Guba Kabupaten Buru.

32
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tifu Kabupaten

Lolong Guba Kecamatan Buru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 35 responden yang diteliti,

didapatkan ibu menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI

eksklusif sebanyak 13 orang (37,1%) dan ibu menyusui yang memiliki pengetahuan

kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif sebanyak 22 orang (62,9%). Hal ini

menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan pada ibu menyusui tentang

pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian yang dilakukan, didapatkan tingkat pendidikan terakhir sebagian

besar SMA yaitu 25 orang (71,4%) dan pekerjaan sebagian besar adalah ibu rumah

tangga yaitu 20 orang (57,1%). Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh pada

umumnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula

pengetahuannya. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat

kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Murti, 2016).

Informasi yang diberikan baik oleh keluarga maupun petugas kesehatan mengenai

33
ASI eksklusif dapat berhubungan dengan pengetahuan ibu. Bila informasi yang

diberikan kurang tepat, maka informasi yang diterima ibu juga akan salah. Hal ini

menyebabkan pengetahuan ibu masih sangat rendah, karena informasi yang

diberikan tentang ASI eksklusif masih kurang (Ayu, 2018). Pengetahuan yang baik

dapat mendasari untuk tindakan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya, dimana

ibu dengan pengetahuan baik akan lebih memahami pentingnya pemberian dan

manfaat ASI Eksklusif. Kemudian ibu tersebut akan mengaplikasikan dan

merealisasikan secara langsung pemberian ASI Eksklusif kepada bayi (Chairul,

2018).

Dengan demikian menurut asumsi peneliti, ibu yang mempunyai tingkat

pengetahuan yang tinggi, maka akan ikut menentukan mudah tidaknya ibu untuk

memahami dan menyerap informasi tentang ASI eksklusif, karena semakin tinggi

tingkat pengetahuan ibu, maka makin tinggi pula ibu dalam menyerap informasi

tantang ASI eksklusif. Sehingga melalui pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya, pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan dan faktor

intrinsik lainnya dapat membentuk pengetahuan seseorang dalam pemberian ASI

eksklusif pada bayi.

B. Kejadian Diare Pada Bayi di Desa Tifu Kabupaten Lolong Guba Kecamatan

Buru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 35 responden yang diteliti,

didapatkan bayi yang mengalami kejadian diare sebanyak 20 orang (57,1%) dan

bayi yang tidak mengalami kejadian diare sebanyak 15 orang (42,9%). Hal ini

34
menunjukkan bahwa sebagian besar bayi mengalami kejadian diare. Kejadian diare

tidak hanya disebabkan oleh tingkat pengetahuan ibu saja tetapi juga oleh karena

faktor lain seperti: sumber air minum yang tidak bersih, hygiene dan sanitasi

lingkungan, gizi balita, dan lainnya. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kejadian diare. Ketersediaan jamban yang bersih dan layak

serta ketersediaan air bersih di rumah. Ketersediaan jamban yang tidak sehat,

pembuangan BAB yang tidak pada tempatnya dapat mencemari sumber air minum

dan dapat menjadi media penularan diare (Arsurya, 2017).

Diare terkait erat dengan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat

khususnya ibu, karena ibu sebagai penanggungjawab utama dalam pemeliharaan

kesejahteraan keluarga. Mereka mengurus rumah tangga, menyiapkan keperluan

rumah tangga, merawat keluarga yang sakit, dan lain sebagainya. Karena itu

sangatlah diperlukan adanya penyebaran informasi kepada masyarakat mengenai

diare, agar masyarakat khususnya ibu dapat menyikapi lebih dini segala hal-hal

yang berkaitan dengan diare itu sendiri (Prafita, 2018).

Dengan demikian menurut asumsi peneliti, kejadian diare yang terjadi pada

bayi, disebabkan oleh perilaku ibu yang kurang baik dalam merawat bayi.

Kebersihan lingkungan, ketersediaan air bersih bahkan pemberian ASI eksklusif

yang baik dapat menghindarkan bayi dari kejadian diare. Keikutsertaan ibu dalam

penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan juga

dapat membantu ibu dalam menambah informasi tentang merawat anak dengan

baik dan bersih sehingga anak terhindar dari kejadian diare yang sering terjadi pada

anak bayi dan balita.

35
C. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan

Kejadian Diare Pada Bayi di Desa Tifu Kabupaten Lolongguba Kecamatan

Buru

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 35 responden yang diteliti

ibu menyusui yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian ASI eksklusif

cenderung bayi tidak mengalami diare Sedangkan ibu menyusui yang memiliki

pengetahuan kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif cenderung bayi

mengalami diare. Hal ini didukung dengan uji Chi Square yang menunjukkan bahwa

nilai p<0,05 (p=0,000) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.

Keberlangsungan seorang ibu dalam upaya pemberian ASI eksklusif juga

perlu mendapatkan perhatian. Pemberian ASI eksklusif pada bayi dapat

menurunkan keparahan penyakit diare. Untuk menjamin keberlangsungan

pemberian ASI eksklusif yaitu diperlukan suatu program peningkatan penggunaan

ASI khususnya ASI eksklusif sebagai prioritas dan program pengendalian penyakit

diare karena dampaknya yang sangat besar terhadap kesehatan bayi dan balita

(Armina, 2019).

Hal ini sesuai dengan penelitian Ibrahim (2013) yang menyebutkan bahwa

angka kejadian infeksi pada bayi lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang

tidak mendapatkan ASI. Angka kejadian diare pada bayi umur 6-12 bulan yang

mendapatkan ASI Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak

mendapatkan ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan

36
bersih bagi bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolostrum,

sehingga sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke

dalam tubuh bayi.

Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif secara langsung mendapatkan

kekebalan yang bersifat anti infeksi. ASI juga memberikan proteksi pasif bagi tubuh

anak untuk menghadapi pathogen yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian ASI

sebagai makanan alamiah terbaik yang dapat diberikan ibu kepada anaknya,

dimana komposisi ASI sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi serta

pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi. Peran ASI tidak hanya menyediakan

perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu

perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan

zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga

mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang fungsinya belum banyak yang

diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal

kehidupannya (Soetjiningsih, 2015).

Penelitian Matondang,dkk (2018) ASI merupakan komponen penting pada

sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-alasan

itulah angka kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih rendah

apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Hasrianti (2015) dengan hasil

penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif dengan kejadian diare dengan nilai p-value=0,000 (p<0,05),

37
diakatakan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif maka

semakin rendah angka kejadian diare pada anak.

Dengan demikian menurut asumsi peneliti, Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif secara otomatis mendapatkan kekebalan yang bersifat anti infeksi. ASI

juga memberikan proteksi pasif bagi tubuh anak untuk menghadapi patogen yang

masuk ke dalam tubuh. Pemberian ASI sebagai makanan alamiah terbaik yang

dapat diberikan ibu kepada anaknya, dimana komposisi ASI sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi serta pelindung bayi dari berbagai penyakit

infeksi seperti diare. Peran ASI belum mampu digantikan oelh susu formula seperti

peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi

tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

38
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif dengan kejadia diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan

Lolongguba Kabupaten Buru, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di Desa Tifu Kecamatan

Lolongguba Kabupaten Buru sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang

baik yaitu sebanyak 22 orang (37,1%) dari 35 responden yang diteliti.

2. Kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba Kabupaten Buru

sebagian besar mengalami kejadia diare yaitu sebanyak 20 orang (57,1%) dari

36 responden yang diteliti.

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang pemberian ASI

eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Desa Tifu Kecamatan Lolongguba

Kabupaten Buru. Dengan hasil uji Chi Square didapat nilai p=0,000 artinya nilai

p<0,05.

39
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran-saran yang peneliti

sampaikan sebagai berikut:

1. Bagi Ibu dan Keluarga

Hasil penilitiaan ini disarankan dapat menambah pengetahuan ibu dan keluarga

mengenai pemberian Asi eksklusif dengan kejadian diare pada bayi.

2. Bagi Peneliti

Hasil penilitian ini disarankan dapat menambah wawasan dan referensi bagi

peneliti yasng memiliki tema yang sama.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penilitian ini disarankan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan

pemberian pendidikan pada balita dengan kejadian diare

40
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2012. Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta RinekaCipta.

Apriliya, 2010, hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asi Ekslusif Dengan
Pemberian Ekslusif. Jurnal komunikasi kesehatan.

Anonym, 2010. Diare Akut Dengan Dehidrasi Sedang. www. Scribd com. Diakses
padatangal 19 Maret 2020.

Dinkes. 2015 ProfilKesehatan Dare Istimewa Yogyakarta 2014. Yongyakarta: dinkes


DIY

Depkes RI 2015 Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Depkes RI 2015 Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2010 (Riskesdas
2010).DepartemenKesehatan RI Jakarta

FKUI 2016 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta FKUIHidayat 2010 Metode Penelitian
Kebidanan Teknik Analisis Data.Jakarta: Selemba Media.

Hidayat 2011 Metode Penilitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Nuha
Medika

Ngastiyah, 2015 Perawat Anak Sakit Jakarta EGC

Nursalam, 2012 Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta Selemba Media

Ngastiyah, 2013 Perawat Anak Sakit EGC

Riskesdas 2015 Laporan Riskesdas 2013 Depertemen Kesehatan RI 2013

Rahmawati 2016 Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan Dan
Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Asi Eksklusif, Jurnal Kesehatan 2014

41
Santoso 2013 Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu Dan Dukungan Suami
Dengan Praktek Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Kesehatan 2014

WHO 2016 Pentingnya Pengasuh Anak Interaksi Untuk Kelangsungan Hidup Dan
Perkembangan Yang Sehat Dari Anak-Anak

WHO 2017 Gizi Kecukupan Asi Eksklusif Untuk Bayi Cukup Bulan Selama 6 Bulan
Pertama Kehidupan

WHO 2010 Diarrhoea: Why Chidren Are Still Dying And What Can Be Done. Geneva,
Switzerland.

42
Lampiran 1

KUESIONER

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA


TIFU KECAMATAN LOLONG GUBA KABUPATEN BURU

IdentitasResponden
a. Nama
b. Umur
c. Pendidikan
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. DIII
5. SI
d. Pekerjaan

No Pernyataan Ya Tidak
1. ASI harus diberikan secara eksklusif hingga bayi usia 6 bulan

2. Pemberian ASI tidak boleh bersamaan dengan pemberian makanan tambahan dan
minuman apapun termasuk air putih

3. ASI diberikan sesering mungkin, walaupun bayi tertidur, bayi harus dibangunkan
dan diberi ASI

4 Setelah usia 6 bulan, bayi tetap harus diberikan ASI (makanan pendamping ASI)

5 Susu formula boleh diberikan kepada bayi setelah lebih dari 6 bulan

6 Susu formula diizinkan apabila pemberian ASI dianggap kurang memenuhi gizi
bayi

7 ASI saja tidak cukup, sehingga ASI dan sekalian diberikan susu formula

8 Kolostrum merupakan susu basi yang dapat menyebabkan bayi sakit

9 Kolostrum harus dibuang, setelah kolostrum habis baru bisa disusui

43
10 .ASI diberikan pada bayi hanya pada saat menangis

Kejadian Diare :
Ya

Tidak

44
Lampiran 2

HASIL OLAH DATA

Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 21-30 Tahun 22 62.9 62.9 62.9

31-40 Tahun 10 28.5 28.5 91.4

> 40 Tahun 3 8.6 8.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 1 2.9 2.9 2.9

SMP 1 2.9 2.9 5.7

SMA 25 71.4 71.4 77.1

DIII 2 5.7 5.7 82.9

Sarjana 6 17.1 17.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

45
Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Petani 12 34.3 34.3 34.3

Swasta 3 8.6 8.6 42.9

Ibu Rumah Tangga 20 57.1 57.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 13 37.1 37.1 37.1

Kurang Baik 22 62.9 62.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

Kejadian Diare

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 20 57.1 57.1 57.1

Tidak 15 42.9 42.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

46
Crosstabs

Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif * Kejadian Diare Crosstabulation

Kejadian Diare

Ya Tidak Total

Pengetahuan Ibu Tentang Baik Count 1 12 13


Pemberian ASI Eksklusif
Expected Count 7.4 5.6 13.0

% within Pengetahuan Ibu


Tentang Pemberian ASI 7.7% 92.3% 100.0%
Eksklusif

Kurang Baik Count 19 3 22

Expected Count 12.6 9.4 22.0

% within Pengetahuan Ibu


Tentang Pemberian ASI 86.4% 13.6% 100.0%
Eksklusif

Total Count 20 15 35

Expected Count 20.0 15.0 35.0

% within Pengetahuan Ibu


Tentang Pemberian ASI 57.1% 42.9% 100.0%
Eksklusif

47
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 20.651a 1 .000

Continuity Correctionb 17.564 1 .000

Likelihood Ratio 23.227 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 20.061 1 .000

N of Valid Casesb 35

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.57.

b. Computed only for a 2x2 table

48
Lampiran 3

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


STIKES PASAPUA AMBON
Jl. Suli Raya Waiyari –Malteng; Email : stikespasapua@yahoo.com
Izin : Mentri Pendidikan Nasional R.I Nomor : 172/D/O/2009
Rekomendasi Depkes R.I Nomor : HK/051/II/4/4611/2009

LEMBARAN KONSULTASI PROPOSAL

Nama : DELTIAN L SOLISA


Nim : P 1507012
Judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA TIFU
KECAMATAN LOLONG GUBA KABU PATEN BURU

No Tanggal Uraian Perbaikan PARAF


PEMBIBING

Mengetahui

49
Pembimbing

Bazrul Makatita. S, Kep, Ns, M. Kes.


Lampiran 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

50
51

Anda mungkin juga menyukai