Pengantar Psikologi & Konseling Kristen 2 (Optimized)
Pengantar Psikologi & Konseling Kristen 2 (Optimized)
PBRA/13/April 2004/0473
Penerjemah : Johny The
Peredaksi : Suryadi
Desain Sampul : Fidelis Felix
DTP : Parwanto
Percetakan : ANDI Offset, Yogyakarta
~
C·B·A
::c~ :d~ng Vc~~ep C3A ' r;do ~ cs :a
C9P3:J::c::<:IC9A 'ca
Untuk Guru Kami
(Rohani dan Profesional)
yang telah mcngajar
dan membimbing kehidupan kami
selama lebih dari 30 tahun .
Daftar lsi
Prakata Edisi Pertarna ..... .......... .. ...... ............ .... ............. ....... ..... ...... .......... .......... ... .. . ix
Prakata Edisi Kedua ...... ............................................................ ... ........ :..................... xi
10. Perkernbangan Anak ............. ............................... .... .............. ........... .... .... ... 1
Teori-teori Perkernbangan Anak
Pola-pola Perkernbangan Anak
12. Kepribadian ............... ... ...... .... .................. ..... ............... ............... .......... .... .. 69
Teori tentang Kepribadian
Tes Kepribadian
Mekanisrne Pertahanan Diri
13. Psikologi Agarna ............ ............ ...................... ..... .... ........... ....... .............. .. 93
Pandangan Freud tentang Agarna
Pola Dasar Jung
Pengalarnan Puncak Maslow
Teori Allport tentang Prasangka Keagarnaan
Mengapa Menjadi Orang Kristen?
Perkernbangan Konsep-konsep Agarna
Mernbantu Perturnbuhan Rohani
Perkernbangan Rohani
Dasar Rohani untuk Masalah Ernosi
vi
14. Psikologi Abnormal .. ... ....... ......... ....... ..... ............................. .................. . 121
Definisi Abnormal
Kesehatan Mental
Penyebab Masalah Psikologis
Gangguan-gangguan Psikologis
15. Psikoterapi dan Konseling Pribadi ........ ....... ....... ............ .. ............. .. ..... 165
Ahli Terapi dan Konselor
Penanganan oleh Psikiater di Rumah Sakit
Konseling Sekular
Konselir1g Kristen
Apakah Konseling dan Terapi Bisa Efektif?
Konseling Eklektik
16. Konseling Kelompok dan Keluarga ............ ........... ..... .. .. ........ .............. 197
Konseling Kelompok
Konseling Pranikah
Konseling Pernikahan dan Keluarga
Etika dalam Konseling dan Terapi
Akhir Kata ....... ..... ...... ........... .. ........ .. .... ..... .. ... .. .......... ....... ... ..... ... ... ....... ... ....... 225
Lamp iran: Proyek Pengubahan Diri Sendiri ..................... .. .... ............... ..... 229
Daftar Istilah ......... .. ................................... .... ......... ... ....... ............... ....... .......... 235
vii
Prakata Edisi Pertama
D
alam pengantar buku Christian Psychiatry (Psikiatri Kristen) saya telah
menulis bahwa saya memperkirakan bidang konseling Kristen akan
mencapai popularitas pada tahun-tahun yang akan datang. Memang,
konseling telah me njadi bidang yang menarik minat besar di antara kaum Injili
konservatif. Menyadari bahwa belum banyak buku teks dalam bidang tersebut,
re kan-rekan sejawat saya dan saya menulis buku teks tentang psikologi dan
konseling Kristen ini.
Seperti halnya Psikiatri Kristen , karya kami tetap berdasarkan Alkitab. Kami
me mandang Alkitab se ba~ai Firman Allah yang tidak bisa salah dan sebagai dasar
dan penuntun ke hidupan kami.
Kami tE~ tap be rusaha me njaga kese imbangan dalam pend e katan kami
terhadap konseling - keseimbangan antara perasaan dan tingkah laku , antara
masa lalu dan sekarang, dan antara teori dan praktek. Latar belakang pendidikan
kallli yang beragalll membantu me17lamin keseimbangan itu .
Kami berdoa agar Allah Illemberkati buku ini untuk kemuliaan Anak-Nya,
Yesus Kristus . Kami berdoa agar Allah memakai buku ini untuk mempengaruhi
anak-anak muda Kristen sehingga mere ka bisa m:mjadi konselor-konselor yang
sehat dan cakap.
F
ada tahun-tahun terakhir "tamparan psikologi" telah menjadi bahan
pembicaraan favorit di antara orang-orang Kristen tertentu . Banyak or
ang telah menentang penggunaan bahkan juga studi tentang psikologi oleh
orang-orang Kristen. Benarkah psikologi telah menjadi bagian dari
persekongkolan Gerakan Zaman Baru?
Para mahasiswa kadang-kadang masuk seminari Kristen dan bertanya,
"Mengapa say a harus belajar psikologi? Saya merencanakan untuk menjadi
pendeta (atau misionaris, atau pendidik Kristen, atau .... ), jadi mengapa saya
harus mempelajari mata kuliah lain selain Alkitab?" Apakah psikologi relevan
untuk orang Kristen? Haruskah orang Kristen memikirkan belajar psikologi?
Di sisi lain, banyak orang Kristen seperti James Dobson, seorang psikolog
klinis, tidak melakukan kompromi dengan iman mereka ketika mereka
mempelajari dan menggunakan psikologi. Bahkan beberapa orang telah mema-
kai disiplin ini untuk menjadi pemimpin Kristen yang lebih efektif. Mungkin
bahayanya terletak bukan pad a psikologinya, melainkan pada prioritas yang
si;lIah. Menjadikan psikologi sebagai ilah seseorang sarna menyesatkannya seperti
menghilangkannya sebagai pekerjaan Iblis. Sudah tentu tidak setiap ide yang
disarankan oleh para psikolog harus segera diterima, tetapi sarna haInya disiplin
ini tidak bisa langsung ditolak mentah-mentah.
Bagi banyak orang, edisi pertama Pengantar Psikologi dan Konseling telah
membantu memilah-milah masaIah ini, dengan menemukan aspek psikologi yang
berguna dan menunjukkan niIainya yang praktis. Edisi pertama disambut dengan
penuh antusias. Banyak sekolah dan seminari yang menggunakannya sebagai buku
teks, selain itu buku ini terjuaI dengan baik di masyarakat umum. DaIam waktu
enam tahun, buku ini sudah dicetak uIang tujuh kali. Karni bersyukur untuk hal ini.
Dalam edisi baru ini, bagian pertama buku ini telah dikembangkan lebih
luas sehingga mencakup beberapa informasi lain yang relevan yang harus
dipikirkan orang Kristen, juga beberapa penerapan tambahan yang bisa dipakai
oleh para pernimpin gereja. Bagian akhir buku ini telah dipadatkan dan disusun
uIang supaya sesuai dengan cara normatif untuk mengajarkan psikologi secara
umum . Dalam proses kami berusaha untuk mempcrtahankan bagian buku yang
membant u me mbuat buku ini terkenal juga di masyarakat umum .
Yang baru dalam cdisi ini adalah bagian khusus atau "fokus" yang
menje laskan o rang-o rang, ide-ide, dan pcnerapan yang rell'van . ['ada umumnya
peniela~an itu menl'ka nkan penggunaan psiklliogi di dalam gl'reja . Dalam
pengertian apa pun jangan dipa ndang sebagai jawaban akhir, karena dalam
situasi-si tuasi ya ng nyata masa lahnya jauh lebih rumit daripada penjelasan yang
disedl'rhanakan ini . Namun diharapkan bahwa dengan me mpertimbangkan satu
konsep psikologis untuk satu s ituasi khusus, para murid akan mulai menerapkan
id e dasarnya. Dalam s ituasi nya ta, Lwberapa ko nsep psikologis harus dipikirkan,
bcrsamaan d engan prinsip-prinsip Alkitab, untuk memrerole h pemahamar dan
pe nc ra pa n ya ng lebih lengkap .
Ciri khas buku ini sudah tampak je las dan dapat diringkas menjadi tiga K.
C iri khas ya ng palin g penting adalah buku ini bersifat Kristialli . Kami telah
berusaha untuk menu lis sebuah buku yang sepenuhnya kristiani - dati sudut
pandang ya ng me ndasar sampai penerapan khusus. Para penulis percaya bahwa
A lkitab adalah sumber ke be naran yang terpe nting dan sepenuhnya dapat
dipercaya . Ada penekanan pada penerapan praktis dalam konteks Kristen,
termas uk gereja.
Studi psikologi secara klasik ditekankan sepanjang karya ini. Riset terbaru
tid ak selalu me rupakan riset terbaik, dan mun g ' ~ in banyaknya perhatian pada
penemuan terbaru dalam bL;ku pengantar pada umumnya membuat penemuan
itu cepa t terkenal. Buku ini tidak mengabaikan riset terbaru dan terpenting, tetapi
penulis percaya bahwa para mahasiswa yang belajar pengantar ini perfu memiliki
dasar yang kuat dalam studi psikologi klasik yang bisa memba ntu membentuk
disiplin ini dan akan terus menjadi fondasi bagi riset terbaru .
Ciri khas ketiga buku ini adalah orientasi kiillis, seperti di tekankan pada
bagian akhir judul buku ini. Penulis tidak mengabaikan sudut pandang dan topik
lainnya, namun penulis menempatkan prioritas pada konseling Kristen dalam
buku ini, dan dua bab buku ini yang terpanjang dikhususkan untuk membahas
topik ini. Orientasi ini sebagian berakar dari latar belakang para penulis
sebelumnya (psikiatri) dan sebagian dari kcya kinan yang dipegang oleh semua
pcnulis bahwa ko nseling me rupakan salah satu bidang paling penting di mana
psikologi bisa membantu umat manusia.
Kami ingin berterima kasih atas bantuan mereka dalam edisi pertama: Judy
Slease atas bantuan editorialnya dalam draf awal; Betty DeVries, yang melayani
sebagai editor senior dan koordinator produksi; Walter R. Hearn, editor; dan
Daniel J. Maida, desainer.
Karni juga ingin berterima kasih kepada Allan Fisher, direktur publikasi,
atas bantuannya untuk edisi kedua, dan Maria E. den Boer yang telah menyunting
salinan naskah ini. Kami juga menghargai para psikolog yang meninjau draf
pertama edisi kedua ini dan memberikan banyak komentar bermanfaat.
,
xii
Kami percaya bahwa edisi kedua ini akan jauh lebih bermanfaat daripada
edisi pertama . Orang Kristen memerlukan psikologi sebagai alat untuk membantu
mereka memahami diri sendiri dan orang lain. Kami berdoa agar edisi ini
membantu kita mencapai tujuan itu, sepl'rti halnya edisi pertama.
xiii
10
Perkembangan Anak
Pada saat ini, mungkin kesimpulan yang paling aman adalah konsep tahap-
tahap pe rkemban ga n be rmanfaat untuk memahami bagaimana anak-a nak
be rtumbuh dan berkembang, tetapi ko nsep itu scbaiknya d ig unaka n seca ra
fl e ksibe l. Perubahan-perubahan berkaitan d e ngan usia mun g kin tidak bisa
seragam seperti pandangan beberapa pence tus teo ri tahap perke mbaP~an ka rena
ada perbedaan dalam pe ndidikan dan mungkin dalam tahap kedewasaan. Kita
perlu memberi kelonggaran bagi munculnya variasi c ukup besar unlUk usia
tertentu di mana anak-anak mencapai tahap terte ntu; dan seora ng anak tertentu
mungkin tidak seragam dalam suatu tahap tertentu . Tahap-tahap itu lebih tepat
menje laskan perbedaan antara anak usia 4 tahun dan usia H tahun daripada
menjelaskan anak usia 4 tahun dan anak usia 5 tahun. Tahap-tahap tersebut pal-
ing tidak memberikan panduan umum untuk memahami per kembangan anak.
Secara ringkas, kita bisa me ngatakan bahwa perkembangan seorang anak
teratur dan berurutan; tidak datar (ada gejolak naik-turun); unik (tidak ada dua
anak yang berkembang dengan kecepatan yang persis sama); dan merupakan
hasil proses kedewasaan dan proses belajar.
Tahap ketiga bagi Freud adalah tahap phallic (berhubungan dengan phalllls),
yang berlangsung antara usia tiga sarnpai enarn tahun. "Phallus" adalah istilah
teknis untuk organ seks laki-Iaki, yang merupakan pusat perhatian anak-anak
pad a tahap ini. Pusat kepuasan anak-anak tidak lagi pad a fungsi kebersihan,
melainkan pada orangtua yang jenis kelarninnya berbeda dari dia. Freud berkata
anak laki-laki tertarik kepada ibu mereka secara romantis dan seksual (Oedipus
complex). Sebaliknya, anak-anak perempuan pra-sekolah tertarik kepada ayah
mereka (Electra complex). Karena anak laki-laki menyadari bahwa mereka sekarang
adalah pesaing ayah mereka untuk mendapatkan perhatian ibu, mereka mulai
mengembangkan kekhawatiran pengebirian, yang hanya bisa diredakan pada
saat mereka akhirnya menyamakan dirinya dengan ayah mereka. Anak-anak
perempuan merasa kehilangan, dan akhirnya mengembangkan cemburu penis,
tetapi akhirnya mereka membereskan hal itu dengan menyamakan dirinya dengan
ibu mereka.
Hal ini mungkin merupakan bagian teori Freud yang paling kontroversial,
tetapi orangtua memang mengakui bahwa pada tahap ini kadang-kadang anak-
anak berbicara tentang niatnya menikahi orangtua yang lawan jenisnya berbeda
dari dia. Meskipun hal ini tidak membuktikan teori Freud, ia mungkin telah mene-
mukan satu kecenderungan tertentu pada tahap ini. Namun hal ini bukan ciri
terpenting masa pra-sekolah!
Mengandaikan bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik, anak-anak usia
sekolah mem.:isuki tahap latency (gerakan tak sadar narnun tidak aktif), pad a saat
minat seksualnya mulai menurun. Anak-anak mulai lebih tertarik pada ternan-ternan
sebaya yang sejenis daripada lawan jenis mereka. Anak-anak yang menderita trauma
atau frustrasi yang berlebihan pada tahap ini harus segera ditangani (bukan setelah
tahap ini) supaya pada masa dewasa mereka tidak menghindari hubungan dengan
lawan jenis.
Apakah tekanan Freud pad a teman yang sejenis selarna Sekolah Dasar akurat?
Tentu saja ada beberapa ahli yang merasa keberatan. Sikap antipati pad a lawan
jenis, misalnya, tidak muncul dalam beberapa budaya; jadi terlihat bahwa ini
bukan ciri dasar kepribadian manusia. Ketidaksukaan pada lawan jenis pada tahap
ini mungkin merupakan akibat pengaruh budaya dan bukan sifat bawaan.
Dengan mengandaikan bahwa tidak ada trauma besar pada tahap
sebelumnya, anak remaja masuk ke tahap genital (berhubungan dengan organ-
organ seks luar) seksualitas. Selarna tahap ini remaja mengembangkan seksualitas
pada tingkat dewasa, matang ketika organ-organ kelarnin luar menjadi sumber
utama daya tarik.
Pada umumnya orang pad a tahap ini mulai bertindak berdasarkan dorongan-
dorongan heteroseksual dengan merasa tertarik pad a kelompok lawan jenis.
Mengapa beberapa orang menjadi tertarik pada orang-orang yang berkelarnin
sejenis dengan mereka? Bukti yang jelas masih belum bisa ditemukan, tetapi
tampaknya homoseksual disebabkan oleh sejumlah penyebab yang mungkin.
Beberapa homoseksual, misalnya, merasa tidak aman dalam identifikasi peran
seks mereka, yang bisa dilacak dalam kesulitan-kesulitan yang mereka alarni
Perkembangan Anak
hal-hal yang membuat anak-anak merasa bersalah secara berlebihan, yang akan
dibawa sampai masa dewasa.
Anak usia sekolah ditandai dengan perkembangan kerajinan atau sikap
rendah diri. Anak harus menerima umpan balik karena produktivitasnya melalui
dorongan semangat dan kadang-kadang hadiah yang nyata, dan jangan membuat
1
mereka merasa rendah diri.
kejadian pada masa yang lalu dan masa yang akan datang. Selama tahap ini anak-
anak bersikap egosentris; mereka tidak mampu membayangkan sudut pandang
lain, selain dirinya sendiri.
Selama tahap 3, operasi konkret (usia 7 sampai 11 tahun), anak-anak
mengembangkan sistem organisasi untuk kejadian-kejadian d i lingkungan,
termasuk struktur logika. Mereka menguasai operasi materna tis dan konsep ruang.
Pengetahuan bahwa jumlah zat tidak berubah meskipun penampilannya mungkin
berubah dengan dipindahkan ke tempat yang ukuran atau bentuknya lain, juga
ikut berkembang. Konsep kekekalan ini menuntut anak untuk memberi respons
terhadap dua atau lebih dimensi stimulus secara bersamaan. Misalnya, jika dua
volume air dalam jumlah ya ng sama dituangkan ke dalam gelas yang sama persis,
Fokus 10.1.
Penerapan Teori Piaget di Gereja
Piaget menyatakan bahwa anak-anak muda, terutama usia prasekolah, hid up dalam
, dunia yang penuh keajaiban. Kisah-kisah ten tang mukjizat dan kebangkitan Yesus mudah
diterima tanpa banyak pertanyaan; jika segala sesuatu penuh keajaiban, maka mukjizat
I justru diharapkan. Anak-anak tidak memandang kematian sebagai hal yang permanen
I pada usia ini (Tamminen dan rekan-rekan 1988); jaqi, kisah kebangkitan tidak dipertanyakan.
Beberapa kejadian yang supernatural belakangan agak diabaikan, ketika anak-anak mulai
menyadari bahwa dunia ini tidak ajaib. Mungkin pengajaran tentang mukjizat akan disimpan
untuk satu waktu di mana anak-anak akan melihat hal itu sungguh-sungguh supernatural.
Anak-anak muda bisa belajar peranan tertentu yang dipentaskan dalam pelayanan
gereja (Ratcliff, 1986). Sarna halnya mereka bisa mempelajari beberapa aspek peranan
lain yang dijelaskan dalam Alkitab, seperti peranan ibu dan ayah. Kisah-kisah dalam Alkitab
bisa diperagakan oleh anak-anak muda (Ratcliff, 1988b); anak-anak belajar dengan
melakukan. Melalui permainan peran anak-anak bisa mulai memahami siapa orang Farisi
itu dan siapa Firaun itu.
Beberapa ahli bertanya-tanya pada usia berapa anak-anak bisa menerima l~ristus.
Hal ini kecil kemungkinannya terjadi pada usia prasekolah karena anak-anak belum mampu
menengok kembali kehidupannya secara global ("reversibility" atau kemampuan me/ihat
ke belakang menu rut istilah Piaget) dan menyerahkan segala sesuatu pada Tuhan ..Namun,
Kristus menegur murid-murid-Nya yang berusaha menyuruh anak-anak pergi. Hal yang
terbaik adalah jangan mengecilkan minat anak-anak untuk melayani Allah, tetapi doronglah
mereka untuk mengakui dosa-dosa mereka kepada Allah. Sebagian besar anak-anak yang
dibesarkan dalam rumah tangga yang saleh akan memiliki rasa ingin tahu dan minat yang
alamiah untuk menjadi orang Kristen, tetapi orangtua mungkin seharusnya tidak
mengharapkan anaknya untuk membuat keputusan menerima Kristus, sampai pada waktu
yang tepa! kemudian.
Ban yak gereja yang berusaha mengajarkan konsep-konsep kepada anak-anak yang
tidak mampu dipahami oleh mereka. Anak-anak mudah menjadi bingung, seperti anak
Perkembangan Anak
anak yang berusia lima, enarn a tau tujuh tahun biasanya akan melaporkan bahwa
gelas itu menampung air dalam jumlah yang sarna. Narnun jika air dari salah
satu gelas itu dituangkan ke gelas yang lebih tinggi dan Iebih kurus, sebagian
besar anak yang berusia lima tahun merasa yakin bahwa ada Iebih banyak air
dalam gelas yang Iebih tinggi. Sedangkan anak-anak yang Iebih tua mungkin
tahu bahwa air dalarn kedua gelas itu jurnlahnya sama. Anak dalarn tahap operasi
konkret mulai memahami bahwa konsep tentang isi tergantung pada tinggi
maupun Iebar.
Tahap 4 Piaget, periode operasi formal, berlangsung sejak usia dua belas tahun
sampai dewasa. Selama tahap akhir perkembangan kognitif ini, penalaran
mungkin berkembang sepenuhnya dari abstrak verbal. Kernarnpuan untuk
yang dilaporkan mendengar jemaat menyanyi "Dengan sukacita, kita pikul salib!" Jika anak-
anak Udak bisa memahami satu konsep, mereka tentu saja tidak bisa menerapkan hal itu
dalam hidup mereka. Hasil akhirnya mung kin adalah pemisahan pengetahuan keagamaan
dari kehidupan sehari-hari- ini merupakan masalah yang nyata bagi ban yak orang Kristen
dewasa. Berapa ban yak dari kita menyanyikan lagu-lagu di gereja tanpa memikirkan kata-
katanya? Mungkin kita belajar melakukan hal itu pada saat kita masih anak-anak kecil dan
kebiasaan itu kita bawa sampai masa dewasa.
Bisakah anak-anak memahami metafora abstrak? Rise! terbaik baru-baru ini
menunjukkan bahwa anak-anak memakai metafora paling cepat pada usia tujuh sampai
sembilan tahun dengan pemahaman, tetapi mereka masih belum bisa menjelaskan arti
metafora itu sampai waktu berikutnya (Hyde, 1991). Metafora dan perumpamaan yang
memakai ide-ide dan benda-benda yang sudah dikenal bisa dipahami lebih awal, seperti
halnya orang-orang yang menggunakan terminologi sensorik. Namun, sering kali anak-
anak tidak mampu menghubungkan sekelompok konsep umum pada konsep lainnya secara ·
abstrak sampai ia berusia sebelas atau dua belas tahun. Jadi cara terbaik untuk mengajarkan
penginjilan kepada anak-anak dalam usia ini adalah dengan kisah yang konkret dan nyata,
seperti kisah Andreas yang membawa Petrus; mereka kurang memahami perumpamaan
ten tang penabur dan benih. Kebanyakan anak mud a belajar menyanyi, "Aku akan membuat
engkau menjadi penjala manusia", yang melibatkan pemikiran yang lebih abstrak daripada
yang mampu mereka pahami. Sayangnya, anak-anak baru bisa memahami hal itu di waktu
kemudian. Kemudian pada waktu mereka remaja keUka mereka bisa memahami sifat konsep
yang abstrak itu, hal itu dipandang kekanak-kanakan dan mereka tidak menghargai nilai
metaforisnya yang kaya.
Pelayanan gereja yang standar harus dibebaskan untuk anak-anak berkaitan dengan
· pengalaman gereja muda dengan banyak menyanyi, mengisahkan cerita, bermain peran
dan kerajinan. Meskipun menghadiri kebaktian gereja secara singkat bisa diterima, anak-
anak juga perlu dibentuk secara bertahap untuk terlibat penuh dalam pelayanan rutin di
gereja selama tahun-tahun awal remaja.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Gadis yang baik - Anak laki-laki yang baik Hukum dan Peraturan
Fokus 10.2.
Menggunakan Teori Kohlberg
Teori Kohlberg dapat membantu kita dalam menganalisis diskusi-diskusi di gereja.
Misalnya, Kohlberg menemukan bahwa orang-orang hanya bisa memahami satu tahap di
atas penalaran yang secara khusus biasa mereka pakai dalam penalaran mereka sendiri.
Jadi, jika anggota kelas Sekolah Minggu mulai menjelaskan keadilan dengan menggunakan
penalaran tahap 3 (yaitu menjadi orang yang baik), anggota kelas yang lain yang
menekankan pembalasan (tahap 2) masih akan bisa memahami argumen itu.
Orang tidak selalu bernalar pada satu tahap secara konsisten; seseorang bisa
berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya, tergantung pada topiknya. Kohlberg melihat
tahap individu yang bersangkutan sebagai tahap terlinggi yang digunakan. Oleh sebab itu,
kita harus berhati-hati dalam menyimpulkan bahwa orang tertentu telah terpaku pada tahap
tertentu. Ia mungkin mampu melakukan penalaran pada tahap yang lebih tinggi dalam
beberapa topik tertentu.
Pertimbangkan situasi yang lain. Anggota gereja bertemu dalam kelompok-kelompok
kecil untuk melakukan doa malam pada hari Rabu. Ketika seseorang menemukan peraturan
pemerintah setempat yang melarang kelompok semacam itu untuk berkumpul di rumah-
rumah pribadi, rapat diadakan untuk membahas masalah itu. Jones berkata gereja harus
berhenti melakukan pertemuan di rumah-rumah karena "kita harus menjadi warga negara
yang menaati hukum". Smith menambahkan, "dan selain itu, kita tidak mau membayar
denda apa pun." Dengan menggunakan teori Kohlberg, kita bisa menyimpulkan bahwa
Jones sedang menggunakan penalaran tahap 4 (hukum dan peraturan), sedang Smith
berada pada tahap 1 (menghindari hukuman).
Teori Kohlberg lebih ban yak membahas struktur daripada isi, sehingga penggunaan
. teorinya semata-mata tidak akan memberikan jawaban terhadap apa yang benar untuk
dilakukan dalam situasi ini. Meskipun Kohlberg menekankan gaya pemikiran yang lebih
relatif dalam tahap-tahap yang lebih tinggi (tidak dijelaskan dalam teks), posisi orang Kristen
menyatakan bahwa hukum dan prinsip-prinsip Allah jauh lebih tinggi daripada hukum
manusia. Jadi, bagi orang Kristen struktur tahap keempat Kohlberg harus dilengkapi dengan
petunjuk Allah melalui penyataan-Nya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Perkembangan Pranatal
Meskipun kita bisa mengamati lingkungan keluarga yang membentuk
kepribadian anak harnpir seketika setelah kelahiran, perkembangan sesungguhnya
telah dimulai sejak masa keharnilan. Kepribadian dibangun di atas perlengkapan
fisik dan mental yang kita peroleh dari orangtua kita - dan pada puncaknya dari
Allah. Misalnya, perhatikan perkembangan kecerdasan anak. Meskipun ada fakta
bahwa beberapa anak yang jenius dilahirkan dengan berat hanya beberapa pound
(1 pound = 12 ons) dan beberapa orang yang terbelakang mentalnya memiliki
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
berat badan yang lebih besar pada saat kelahiran, riset menunjukkan bahwa ada
korelasi positif antara berat saat kelahiran dengan IQ. Jelas, gizi yang baik selama
kehamilan (konsumsi protein, kaIsium dan zat besi setiap hari) bisa memberi
kontribusi positif untuk perkerr':Jangan mental anak yang baru dilahirkan. Riset
juga menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu, alkoholdan rokok bisa menim-
bulkan efek merusak pad a bayi dalam kandungan (Hall, Lamb, dan Perlmutter,
1986, 97-98).
Bidang perhatian Iainnya selama kehamilan adalah kondisi emosi si ibu.
Kel·.amilan, terutama selama kehamilan pertama, bisa merupakan pengalaman
yang menimbulkan kecemasan. Merupakan hal yang normal bagi wanita kalau
memiliki perasaan yang bertentangan berkaitan dengan kehamilan. Namun
demikian, merupakan hal berbahaya bagi wanita yang merasabersalah terhadap
perasaan yang bertentangan itu, atau mencoba untuk meyakinkan diri sendiri
bahwa ia tidak memiliki perasaan yang bertentangan itu. Jika ia menekan perasaan
tersebut, hal itu akan menyebabkan perubahan psikologis dalam proses kimiawi
tubuhnya, yang bukan hanya bisa membahayakan kesehatannya, melainkan juga
menimbulkan efek yang mengganggu pada perkembangan fisik dan emosi janin.
Seorang wani~ hamiI seharusnya membicarakan perasaan yang bertentangan
itu dengan suaminya dan orang-orang penting lainnya dalam hidupnya. Akan
bermanfaat baginya jika membicarakan hal itu dengan wanita lain yang juga
mengalami pengalaman yang sarna. Kebutuhan emosi dan rohani wanita yang
hamiI harus dipenuhi dengan cara yang normal untuk menciptakan suasana emosi
yang sehat dalam keluarga ketika bayi itu lahir. Kebutuhan emosi dan rohani
ayah juga tidak boleh diabaikan dalam proses. Seorang bayi sehat yang dilahirkan
dalam keluarga yang sehat merupakan hal ideal yang Allah inginkan.
MENYUSUI
Pada umumnya para dokter setuju bahwa air susu ibu jauh lebih bagus
daripada susu botol, terutama selama beberapa bulan pertama kehldupan bayi
itu (Ziai, 1969, 193).
Rumah-rumah sakit modern memberikan kesempatan kepada ibu-ibu untuk
menyusui anaknya jika ibu bayi memintanya. Selama beberapa jam pertama bayi-
bayi tidak mendapatkan banyak susu dari ibu mereka (mereka tidak memerIu-
kannya), tetapi mereka mendapatkan cairan yang mengandung antibodi ibunya
yang melindungi mereka dari infeksi. Susu ibu lebih bagus daripada susu sapi
dalam kualitas protein dan kebebashamaannya (steril). AS! juga tidak mahal. Selain
itu, proses menyusui juga mendatangkan kehangatan emosional baik bagi ibu
maupun bayinya. Hormon-hormon tertentu yang dilepaskan ibu saat menyusui
bukan hanya menyebabkan pinggulnya pulih ke ukuran normal, melainkan juga
berfungsi sebagai zat penenang alami, yang menghasilkan perasaan puas dan
penerimaan terhadap bayinya (Wilson, Beecham, dan Carrington, 1966, 613).
Beberapa metode menyusui lebih bermanfaat daripada metode yang lain.
Studi McGrade (1968) tentang 30 respons be-yi yang baru lahir terhadap proses
menyusui diIanjutkan sampai bayi-bayi berumur delapan bulan. Bayi-bayi yang
menangis dan meronta-ronta ketika mereka dilepaskan dari puting ibunya merasa
tegang pada saat berumur delapan bulan, dan hal itu terlihat dari sikap penarikan
diri mereka terhadap orang dewasa yang asing dan situasi yang baru. Bayi-bayi
yang merasa puas menyusu ketika mereka baru lahir, terlihat dari kegiatan mereka
yang tinggi tetapi tidak tegang setelah dilepas dari puting ibu mereka, lebih aktif
dan lebih bahagia dan tidak tegang ketika mereka berumur delapan bulan.
REAKSllBu
Dalam satu studi menarik oleh Formby (1967), kaset berisi rekaman suara
tangis tiga puluh satu bayi yang baru lahir diputar untuk delapan ibu yang baru
melahirkan selama empat puluh delapan jam. Kedelapan ibu itu bisa memilih
tangis bayi mereka sendiri. Kelompok kedua yang terdiri dari sepuluh ibu yang
tinggal di kamar rumah. sakit multibed (tempat tidur ganda) setelah melahirkan,
diamati guna melihat apakah mereka bangun paJa malam hari saat mendengar
bayi mereka atau bayi lain menangis. Selama tiga malam pertarna, lima belas dari
dua puluh episode bangun disebabkan oleh tangisan bayi ibu itu sendiri. Setelah
malam ketiga, dua puluh dua dari dua puluh tiga episode bangun merupakan
respons ibu itu terhadap bayinya sendiri.
Robson berusaha menganalisis perkembangan perasaan keterikatan dalam
diri lima puluh empat ibu selama tiga bulan pertama kehidupan anak pertarna
mereka. Selama enam minggu pertama, "ibu yang menjadi model itu mengalami
perasaan sayang yang impersonal terhadap bayinya, yang cenderung ia pandang
sebagai objek non-so sial yang anonim" (Robson dan rekan-rekan, 1970, 1976).
Pad a bulan kedua, ketika bayi itu mulai tersenyum dan memandang pada benda-
-benda lebih lama, "perasaan ibu mulai mendalam dan bayi itu sekarang dipandang
sebagai satu pribadi dengan sifat-sifat yang unik yang bisa mengenal ibunya."
Setelah tiga bulan berlalu, "keterikatan ibu sudah cukup kuat sehingga ia merasa
kurang nyaman jika tidak berada di dekat bayinya dan bayangan kehilangan bayi
itu menjadi sesuatu yang tidak bisa dibiarkan", Menurut Robson, "Ibu-ibu yang
mengembangkan keterikatan lebih lambat atau sarna sekali tidak, ada
kemungkinan tidak menghendaki bayi itu atau memiliki bayi-bayi dengan
perilaku yang menyimpang" (hlm. 976). Jelaslah bahwa peristiwa-peristiwa yang
terjadi selama tiga bulan pertama kehidupan bayi akan mempengaruhi perasaan
emosi akhir ibu.
Depresi postpartum mungkin segera dial ami setelah melahirkan dan kadang-
kadang bisa berubah menjadi serius. Wanita yang mengalarni hal itu mungkin
pada awalnya perlu mendapatkan antidepresan, diikuti dengan konseling jangka
panjang untuk membantu mereka menerima status sebagai ibu. Perasaan tertekan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRI STEN 2
yang dialami sebagian besar ibu setelah melahirkan merupakan hal yang wajar.
Bagaimanapun, ibu itu telah kehilangan banyak darah, anemia, dan sekarang
diperhadapkan pada tugas bangun pada malam hari untuk mengganti popok
dan menyusui bayinya. Situasi ini biasanya akan membaik dengan sendirinya
setelah ibu itu mendapat bantuan, makan dengan baik, dan cukup beristirahat.
Bayi juga biasanya mulai memiliki jadwal yang teratur setelah berusia beberapa
minggu. Dokter anak bisa membantu ibu yang cemas untuk mengatur bayi yant7
terlalu ban yak menuntut dengan jadwal yang teratur setelah satu a tau dua bulan.·
Fokus 10.3.
Cacat Lahir
- --l
Beberapa kelahiran membawa masalah buat keluarga, terutama jika bayi yang
dilahirkan cacat. Allah telah merancang fisiologi wanita sedemikian rupa sehingga pacta
umumnya jan in yang tidak normal akan gugur dalam waktu tiga atau empat bulan kehamilan.
Kurang lebih satu kali keguguran terjadi setiap empat atau lima kali kehamilan . Beberapa
bayi dilahirkan dalam keadaan cacat. terutama yang menderita sindrom Down (dulu disebut
mongoloid) . Tanpa melakukan perdebatan apakah hal itu merupakan kehendak Allah yang
bersifat direktif atau permisif, kita bisa memahami bahwa Allah mengizinkan hal-hal seperti
itu terjadi. Mazmur 139 mengatakan bahwa kita dirancang Allah dalam kandungan ibu kita
dan bahwa cetak biru untuk rancangan itu sudah dibuat bahkan sebelum kita dikandung.
Tidak seorang pun bisa mengklaim bahwa ia tahu pikiran Allah (lihat Ul. 29:29), tetapi kita
bisa menyatakan bahwa Allah itu kasih, dan bahwa "Allah turut beke~a dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Rm. 8:28). Orangtua bayi yang cacat sering
melewati beberapa tahap dukacita seperti dialami oleh orang yang ditinggal mati oleh
orang yang ia kasihi: (1) penyangkalan; (2) kemarahan terhadap orang lain dan terhadap
Allah; (3) kemarahan yang diarahkan ke dalam; (4) dukacita yang sejati; dan (5) resolusi.
Pada akhirnya keluarga mungkin harus memutuskan apakah akan menaruh anak yang
cacat berat dalam panti khusus atau merawat anak itu di rumah meskipun kehidupan seluruh
keluarga akan terganggu. Tidak ada jawaban pintas untuk dilema semacam itu. Beberapa
orangtua merawat anak mereka yang cacat mental di panti dan mereka senang mereka
telah melakukan hal itu. Orangtua lain bersyukur mereka merawat anak-anak seperti itu di
rumah mereka sendiri. Kadang-kadang lebih baik anak yang cacat mental berat dirawat di
panti di mana mereka bisa mendapat latihan khusus, dan orangtuanya kadang-kadang
berkunjung jika diperlukan. Dalam situasi yang lain lebih baik anak-anak tetap tinggal di
rumah orangtuanya. (Lihat Juga fokus 8.5.).
Perkembangan Anak
"..,..,,.,~~,~. __ ,,',", ,"'''->'~' / ·.... Xv.·A "b_,~ ~,~,_.
disatukan dengan begitu solid dalarn dirinya, dan menjadi bagian dirinya tanpa
bisa diubah, seperti masa bayinya" (Lidz, 1968, 117). Seperti halnya kurang
merawat tubuh kita bisa menyebabkan kesehatan kita memburuk atau bahkan
kematian, dernikian pula kurang merawat kehidupan so sial kita bisa menimbulkan
perkembangan emosional yang menyimpang dan pertumbuhan intelektual yang
terhambat.
Kurang gizi bisa mempengaruhi kemampuan intelektual puncak bayi
(Cravioto dan Robles, 1965) sebab semua sel saraf dan otak yang akan dirnilikinya
dihasilkan dalarn enam bulan pertarna usianya. Setelah enam bulan, sel-sel otak
mungkin akan terus membesar dan membentuk hubungan yang baru, tetapi tidak
akan ada sel-sel baru yang akan dibentuk. Itulah sebabnya mengapa bayi
membutuhkan banyak protein, terutama dari susu, selama enam bulan pertama
kehidupan. Banyak ibu rniskin yang telah terbujuk untuk menghentikan ASI dan
mengganti dengan susu botol tidak mampu membeli susu; oleh sebab itu, mereka
mengehcerkan susu botol itu atau menambahkan zat lainnya, seperti air guIa ke
dalam botol susu bayinya. Gizi yang buruk selama masa bayi menimbulkan efek
yang permanen. Bahkan program penarnbahan gizi awal biasanya sudah terlalu
terlambat untuk menggantikan kehilangan itu . Selama enam bulan pertama
kebutuhan fisik bayi merupakan hal yang paling dorninan. Setelah itu sosialisasi
dan kasih sayang sarna pentingnya seperti kebutuhan fisik.
Meskipun bayi manusia mungkin adalah makhluk ciptaan Allah yang pal-
ing tergantung, mereka harus mengembangkan respons terhadap stimulus dari
lingkungan; belajar mengendalikan fungsi tubuh secara normal; seperti makan,
membuang kotoran dan tidur; adaptasi terhadap penyakit fisik dan perubahan
perilaku utarna seperti disapih; hidup sesuai harapan sosial yang semakin mening-
kat yang ditanamkan orangtua; dan menghadapi mode mobilitas yang semakin
cepat berkembang (merangkak, berdiri, berjalan).
Collins (1971, 4) mencatat bahwa bidang problem fisik bayi dan ibu mereka
berkisar antara "memberi makan, menyapih, tidur, mengisap jempol, menangis
secara berlebihan dan yang terakhir, latihan kebersihan". Ia menyebutkan bahwa
"pada masa lalu, ibu mendapat dukungan, dorongan dan nasihat tentang hal-hal
ini dari saudara yang lebih berpengalaman dan menaruh simpati, tetapi semua
itu telah berubah dengan mobilitas keluarga pad a masa kini. Di Amerika Serikat
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Umur (bulan)
Kotak berwarna menunjukkan lingkup di mana sebagian besar bayi Ielah mencapai prestasi yang disebutkan.
I Gari~_hitam menunjukkan usia di mana 50 persen bayi sudah mencapainya. _ .
kurang lebih satu keluarga diantara empat pindah setiap tahun. Sekarang saudara-
saudara sering kali tinggal berjauhan dan orangtua yang masih muda yang tinggal
dalam masyarakat yang kurang begitu dekat hubungannya, harus lebih banyak
bergantung pada buku-buku dan artikel-artikel - yang sebagian memberikan
nasihat yang membingungkan dan saling bertentangan.
Perkembangan anak lebih diperumit oleh orangtua yang terlalu khawatir
atas hal-hal yang sama sekali normal - terutama dengan anak pertamanya. Misal-
nya, mengisap jempol, bermain dengan organ seksnya, dan "selimut keamanan"
merupakan cara yang normal bagi bayi untuk mendapatkan kesenangan. Bayi
yang tidak mendapatkan kepuasan dari hal-hal seperti itu mungkin menjadi
frustrasi dan mer as a semakin tidak aman.
Orangtua juga bisa khawatir bahwa berbagai stres psikologis kedl akan
melukai kesehatan mental bayinya, me&kipun dalam kenyataan stres dalam
tingkatan tertentu justru bermanfaat bagi bayi. Lidz (1968, 88) menyatakan bahwa
"sikap terlalu melindungi atau perkembangan dalam lingkungan yang terlalu
stabil dan homogen cenderung menghasilkan orang yang tidak menarik. Seperti
tampak dalam pengalaman sehari-hari, kesulitan bisa memperkuat seseorang;
trauma bisa menghasilkan pertahanan yang bisa berfungsi dengan baik ketika
menghadapi keadaan darurat lainnya; kerugian bisa membuat dirinya kuat."
Selama bulan pertama kehidupan, bayi-bayi belajar dengan mengulang
gerakan refleks bawaan, seperti menyedot susu, menan gis, mengedipkan mata
dan bernapas. Dahlin bulan kedua, bayi belajar bahwa mereka bisa mengendalikan
beberapa res pons otomatis mereka secara sukarela. Mereka menempelkan jempol
mereka di mulut mereka, menatap dengan tajam, menyedot susu, dan membuat
suara-suara menurut kehendaknya. Selama enam atau tujuh bulan berikutnya,
mereka belajar bermain, menunjukkan emosi, meniru dan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menyelidiki berbagai objek dengan menempelkannya pad a
mulut mereka dan mengusapnya. Mendekati akhir tahun pertama, mereka bisa
merangkak ke mana-mana dan mungkin sudah mulai bisa berjalan. Bayi-bayi
berusaha mengalarni segala sesuatu yang tersedia; itu berarti bahwa orangtua
harus menyingkirkan benda-benda yang berbahaya dari dalam rumah. Pada
umurnnya rumah tangga di Amerika memiliki sejurnlah zat beracun atau obat-
obatan yang terjangkau oleh bayi yang senang menyelidik, seperti pelitur mebel,
aspirin, insektisida, dan obat-obatan dari resep. Penyebab utama kematian bayi
adalah kecelakaan, terutama kecelakaan di dalam rumah atau kelebihan dosis
obat. Namun orang-tua hams menyadari bahwa bayi yang terus-menerus dipukul
tangannya karena memasukkan benda-bend a ke dalam mulutnya bisa bertumbuh
menjadi orang dew as a yang kaku dalam pemikirannya dan takut mencoba ide-
ide yang bam.
Bayi yang berusia rata-rata satu tahun bisa berkata satu atai.! dua kata, seperti
"dada" dan "mama", meskipun beberapa bayi mungkin bisa mengucapkan lebih
banyak kata dan yang lain belum mulai berbicara. Kecepatan perkembangan
bicara, kecuali sangat terlambat, bukan petunjuk akhir IQ. Rasa takut terhadap
orang asing dan binatang biasanya berkembang sampai akhir tahun pertama.
Beberapa anak mungkin takut terhadap permukaan air yang luas, seperti laut,
ketika mereka melihatnya untuk pertama kalinya. Rasa takut terhadap ketinggian
sering kali dipelajari setelah jatuh dari tempat tidurnya beberapa kali.
Masa Belajar lalan: Lima belas bulan sampai tiga puluh bulan
Selama masa belajar berjalan kebutuhan akan disiplin berkembang dengan
pesat. Masa antara 15 - 30 bulan mungkin merupakan masa yang paling sulit
bagi orangtua mana pun. Anak mereka sudah mendapatkan keterampilan motorik
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
baru yang luar biasa, tetapi masih memiliki kemampuan mental yang kurang.
Kapasitas mental utama tampaknya adalah keingintahuan yang tidak pernah
terpuaskan terhadap segala sesuatu yang dikatakan orangtuanya "tidak, tidak" .
Tentu saja, dengan menyingkirkan banyak "tidak, tidak" irti, orangtua bisa meng-
izinkan a tau bahkan mendorong anak-anak yang baru belajar berjalan untuk meng-
ikuti kecenderungan alarniah mereka untuk menyelidik.
DISIPLIN
Orangtua perlu mendorong sikap mandiri dalam diri anak mereka. Namun
pada waktu yang sama mereka harus mengajar anak-anak mereka yang baru
belajar berjalan unhtuk menghormati batas-batas dan menolak kepuasan sesaat.
Dalam bulan-bulan yang penting ini, ibu yang terlalu dominan, terlalu menuntut
dan terlalu protektif bisa menghalangi anak itu dalam usaha inengembangkan
kepercayaan diri, harga diri dan inisiatif. Perasaan tidak berharga mungkin muncul
dari sikap hidup yang tidak sesuai harapan orangtua terus-menerus.
Fokus 10.4.
Keturunan, Lingkungan, dan Disiplin
Debat antara faktor lingkungan dengan faktor keturunan telah berjalan selama
bertahun-tahun, dengan pendulum pendapat yang berayun ke sana atau ke sini. Selama
dua generasi Y.ang lalu, faktor keturunan ditekankan secara berlebihan . Pemikiran yang
salah seperti itu terus berlanjut sampai saat ini dalam lingkungan tertentu. Generasi
berikutnya cenderung menyalahkan hampir segala sesuatu pada lingkungan dan
mengabaikan pengaruh keturunan. Setelah berjilid-jilid data rise! terus bertambah, para
ahli sekarang mengambil sikap yang baru baik terhadap faktor keturunan maupun ling-
kungan. Sebagian besar aspek tubuh dan pikiran man usia dipengaruhi oleh faktor keturunan
dan lingkungan.
Alkitab sepenuhnya realistis terhadap sifat anak. Anak-anak tidak dilahirkan dalam
keadaan moral yang "baik", tetapi dengan kecenderungan bawaan untuk berbuat dosa,
untuk memberontak terhadap Allah. Tentu saja orangtua juga dilahirkan dengan cara yang
sama, namun melalui kasih karunia Allah yang menyelamatkan, orangtua bisa memberikan
contoh-contoh yang baik untuk anak-anak mereka. Anak-anak harus diajar berbuat baik.
Firman Allah memberi tahu kita bahwa "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi
tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya" (Ams. 22:15). Meskipun kita mewarisi
sifat berdosa, melalui disiplin kita belajar untuk menjadi baik. Kaplan dan Saddock (1975,
580) mengakui bahwa "secara khas anak-anak belajar untuk berkata tidak sebelum ia
belajar berkata ya. Ia tahu apa yang tidak ia inginkan jauh sebelum ia bisa menyusun apa
yang ia inginkan·. Studi Piaget meneguhkan bahwa perilaku moral dipelajari, dan bahwa
anak-anak tidak dilahirkan dengan kondisi moral yang baik. Anak-anak muda berusaha
meniru dan menyenangkan orangtua mereka untuk menghindari hukuman karena bersikap
buruk, da~ mendapatkan persetujuan karena bersikap baik.
Ban yak referensi dalam Kitab Amsal menekankan disiplin sebagai bagian yang penting ,
dalam perkembangan anak. ·
Dalam mendisiplin anak dan menentukan batas-batas yang tegas, orangtua
harus realistis terhadap apa yang bisa dicapai anak dalam usia tertentu. Anak
sulung qengan orangtua yang belum berpengalaman yang tidak tahu apa yang
bisa. diharapkan secara realistis biasanya mengalarni masa-masa yang lebih sulit
Fokus 10.5.
Problem Umum pada Saat Anak Belajar Berjalan
Problem Saran
Tidak mau makan Mungkin ini merupakan perilaku manipulatif atau sungguh-
sungguh tidak suka. Jika jenis makanan penting bagi anak,
orangtua bisa memberikan hanya makanan itu saja kepada anak
selama beberapa hari. Orangtua tidak perlu marah, sebaliknya ia
sekadar menyingkirkan makanan itu jika anak mulai bersikap
negatif dan berlama-lama. Tidak makan satu atau dua kali tidak
akan membuat anak sakit. Snack di antara waktu makan tidak
boleh diberikan kecuali anak makan makanannya secukupnya.
Kempongan Kempongan tidak boleh diikatkan melingkar di leher, karen a ada
kemungkinan anak-anak akan tercekik jika ia terjatuh. Kempongan
yang sudah rusak harus diganti karena ujung karetnya mungkin
sudah kendor sehingga bisa mencekik anak. Kempongan
membantu memberikan kepuasan oral yang dibutuhkan anak.
Mengisap jempol Anak-anak yang mengempong selama dua tahun pertama
mungkin tidak akan mengisap jempol terlalu lama pada waktu
kemudian. Tindakan mengisap jempol bisa diabaikan karen a anak-
anak biasanya menghentikan perilaku itu pada saat mereka mulai
masuk sekolah . Beberapa orang percaya bahwa tindakan
mengisap jempol setelah usia empat tahun mungkin menunjukkan
bahwa anak itu hanya mendapat sedikit perhatian selama masa
bayi. Gigi yang tonggos jarang merupakan akibat mengisap jempol.
Bermain alat kelamin Orangtua sebaiknya mengabaikan hal itu kecuali jika dilakukan di
depan umum. Anak-anak yang didisiplin karena melakukan hal
ini mungkin akan mengembangkan konsep seksual yang buruk
pada masa kemudian. Bermain alat kelamin merupakan bagian
alamiah untuk menyelidiki tubuhnya pada usia ini. Jika anak-anak
bertanya tentang alai kelaminnya, orangtua seharusnya mem-
berikan jawaban yang jujur dengan menggunakan istilah yang
tepa! (seperti vagina, penis, urine, dsb.)
Keegoisan Fondasi untuk sikap berbagi harus diajarkan selama masa anak
belajar berjalan. Orangtua harus memuji anak atas sikapnya yang
tidak egois, maupun memberikan contoh yang baik. Orangtua juga
harus mengajar anak-anak tentang akibat mencuri, mungkin
melalui cerita-cerita dengan topik ini.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSElING KRISTEN 2
daripada ternan sebayanya. Kebanyakan anak sernacarn itu akan rnenjadi orang
yang perfeksionis, seperti rnungkin terlihat dari fakta bahwa 15 orang dari 16
astronot pertarna Arnerika adalah anak sulung. Konseling bisa rnernbantu orangtua
yang belurn berpengalarnan untuk rnengetahui apa yang bisa diharapkan,
rnisalnya, dengan rnernperhatikan latihan kebersihan. Beberapa ibu berusaha
rnelatih anak rnereka rnelakukan kebersihan setelah rnereka rnencapai usia satu
tahun, rneskipun rata-rata anak secara neurologis belurn siap sebelurn berusia
delapan belas bulan sarnpai lebih dari empat tahun.
Sebelum anak berusia tiga puluh enarn bulan, setiap usaha untuk melakukan
penalaran pada level abstrak dengan anak hanya sekadar memboroskan waktu.
Tf'~...:c"n verbal kadang-kadang sudah cukup, tetapi jika anak memberontak secara
terbuka, pukulan mungkin merupakan bentuk disiplin yang paling efektif.
Pukulan hanya boleh dipakai jika anak secara sengaja melanggai peraturan atau
memberontak secara terbuka. Namun orangtua sering kali merasa frustrasi setelah
rnereka mernukul anak atas ketidaktaatan yang terang-terangan, mereka
menemukan bahwa anak itu mengulang perilaku yang sarna lima menit kemudian.
Hal yang benar untuk dilakukan adalah dengan sabar rnernukul anak itu lagi,
dan jangan rnerasa putus asa. Anak-anak dalam masa belajar berjalan hanya
merniliki rentang waktu perhatian dan memori yang pendek. Orangtua yang
menyadari karakteristik usia anak itu tahu bahwa instruksi "lakukan dan jangan
lakukan" perlu diulang-ulang beberapa kali sebelum anak memaharni hal itu.
Meskipun perilaku anak mungkin menjengkelkan, terutama saat mereka
merusakkan benda-benda berharga atau rnembuat ruangan menjadi berantakan
sehingga sulit dibersihkan, hal yang dibutuhkan oleh anak pada tahap kehidupan
ini adalah orangtua yang tenang.
Beberapa orangtua rnengancarn anak-anak dengan hukuman tetapi jarang
menindaklanjuti. Anak-anak semacam itu akan menjalani kehidupan dengan
mencoba hal-hal yang salah tanpa takut akan mendapat hukurnan. Dalarn
kehidupan nyata, rnereka tidak akan rnenerirna peringatan dan rnungkin akan
tertangkap setelah pelanggaran pertama, kedua atau ketiga.
SOSIALISASI
Dalam usia kurang lebih dua tahun, anak-anak yang baru belajar berjalan
sudah rnempunyai kepercayaan dasar yang cukup sehingga bisa rnengernbangkan
hubungan dengan anak-anak lain, termasuk kebebasan untuk menyatakan dan
menonjolkan dirinya, bahkan dengan cara-cara yang tidak dewasa. Kehadiran
anak-anak lain setelah usia dua tahun sangat penting, karena anak-anak secara
neurologis dan emosional sudah siap untuk belajar keterarnpilan sosial.
Setelah berusia lima belas bulan, ketika sebagian besar anak rnenggunakan
kata-kata tunggal untuk menyebut orang atau benda yang sudah dikenal, seperti
"marna", "dada", "anjmg", "makan", rnereka juga mengeluarkan kata-kata yang
tidak ada artinya. Akhirnya mereka mulai rnenyatukan dua kata atau lebih
bersarna-sarna, sehingga rata-rata anak bisa bercakap-cakap dengan kalirnat yang
cukup baik ketika berusia tiga tahun, yaitu pada akhir usia belajar berjalan.
Perkembangan Anak
....."", ,,-"
,;~.~", .....
"~.,.:,,,~,..- '"
satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu
seperti cara mereka.
Selama masa-masa yang penting ini, anak-anak mengambil langkah besar
untuk bersikap mandiri. Mereka belajar makan sendiri dan memotong-motong
makanannya sendiri di piring mereka. Mereka mulai berpakruan sendiri, biasanya
dengan petunjuk orangtua tentang apa yang harus dipakai dan bukan tentang
bagaimana memakainya. Mereka sudah terlatih menjaga kebersihan, dan
menggunakan kamar mandi jika mereka membutuhkan dan setelah itu
membersihkan diri sendiri. Mereka tidak lagi terlalu bergantung pada ibu mereka
secara sosial karena mereka mulai mempunyai banyak ternan.
Tahun-tahun prasekolah merupakan tahun-tahun ketika identitas seksual
diteguhkan. Anak-anak membutuhkan orangtua yang sejenis untuk mengiden-
tifikasikan diri dan meneladani mereka. Waktu yang dilewatkan dengan anak-
anak pra-sekolah harus bersifat kuantitatif dan kualitatif. Meskipun orangtua harus
Fokus 10.6.
Orangtua Tunggal
lbu dan ayah, yang masing-masing punya harga diri, karakter, dan kasih yang mumi,
dan menunjukkan sikap saling menghormaU dan mengakui Kristus sebagai kepala rumah
tangga mereka, cenderung menghasilkan anak-anak yang sehat mentalnya dengan harga
diri, karakter, dan kasih yang murni satu dengan yang lain.
Meskipun oleh kasih karunia Allah keturunan yang sehat mentalnya bisa juga berasal
dari keluarga orangtua tunggal, anak-anak ini mungkin memiliki masalah khusus akibat
perpisahan orang-tuanya, antara lain kekhawatiran, dukacita, kemarahan, identitas diri,
kesepian, dan identitas seksual diri yang buruk. Tragisnya, jutaan anak di Amerika saat ini
hidup dalam rumah tangga tanpa ayah.
Anak-anak di Amerika yang berasal dari keluarga yang retak semakin meningkat
jumlahnya. Anak-anak itu telah melihat salah satu atau kedua orangtuanya bersikap egois
dan sombong. Sering kali jal~n keluar yang mudah untuk pasangan yang mengalami konflik
pernikahan dan psikologis itu adalah bercerai dan menikah lagi, dan akan menghasilkan
Perkembangan Anak
dua keluarga, dan bukan hanya satu, dengan konflik pemikahan dan psikologis dengan
anak-anak yang terluka di antara rnereka. Satu studi (Cline dan Westman, 1971} terhadap
115 keluarga yang rnengalarni perceraian rnenunjukkan bahwa 52 persen tetap rnerniliki
interaksi yang berrnusuhan bahkan setelah perceraian itu terjadi, dan 31 persen
membutuhkan intervensi pengadilan dua sarnpai sepuluh kali selarna rnasa tindak lanjut
selarna dua tahun. Studi itu juga rnenunjukkan bahwa persekongkolan antara satu orangtua
dengan anaknya rnenentang orangtua lainnya rnerupakan hal yang urnurn.
Riset lebih baru yang dilakukan oleh Wallerstein dan Blakeslee (1989} rnenunjukkan
bahwa hanya 34 persen anak-anak yang orangtuanya bercerai bisa rnenyesuaikan diri
dengan baik; 29 persen bisa rnengatasi hal itu tetapi tidak bisa pulih; 37 persen lainnya
rnengalarni rnasalah yang berat. Pengaruh tersebut terus berlanjut sarnpai sepuluh tahun
setelah perceraian . Cukup banyak anak yang tetap rnengalarni kesep ian dan
ketidakbahagiaan secara urnurn bahkan dalarn kategori "bisa rnenyesuaikan diri dengan
baik".
Angka perceraian yang tinggi di Arnerika rnernisahkan banyak anak dari ayahnya.
Karen a ibu yang bercerai sering kali terpaksa harus bekerja, anak-anak juga tidak rnerniliki
hubt 1ngan yang stabil dengan ibu rnereka. Tidak rnengherankan jika firrnan Allah berkata,
"Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan rnanusia." (Mrk.
10:9}.
Kadang-kadang kernatian anggota keluarga rnenyebabkan anak-anak yang baru
· belajar berjalan kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya. Dalarn kondisi ini kakek -
nenek, anggota keluarga yang lain, atau ternan-ternan dekat harus rnernbantu anak yang
baru belajar be~alan itu untuk rnernbangun kernbali hubungan yang dekat ala orangtua
sesegera rnungkin , bahkan sekalipun keluarga atau ternan dekat itu tidak tinggal dalarn
rurnah yang sarna
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 10.7.
Masalah Umum Anak Masa Prasekolah
Masalah Saran
Kemarahan Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan
secara tiba-tiba. Oalam hal ini orangtua jangan memberikan apa
yang dimiota anak sebagai tanggapan terhadap kemarahannya
itu, sebab hal itu akan dipandang anak sebagai pahala. Orang-
tua harus mengabaikan kemarahan pertama anak. Jika usaha ini
tidak berhasil untuk meredakan kemarahannya, orangtua perlu
berbicara dengan tegas. Dalam beberapa kasus anak perlu
dipukul.
Cacat Sikap orangtua dan perkembangan anak secara umum bisa
sangat dipengaruhi oleh kondisi cacat (Bentovim, 1972). Anak
cacat bisa menjadi terlalu bergantung dan menarik diri. Orang-
tua dan anggota keluarga lainnya yang merasa kasihan terhadap
anak itu mung kin akan membiarkan anak itu bersikap begitu, tetapi
hal itu akan menimbulkan masalah perilaku. Anak yang cacat
harus didorong untuk sebisa mung kin mandiri, tanpa menyangkal
kondisi cacatnya.
Kegemukan . Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya
diejek teman-temannya, jadi orangtua harus mencegah masalah
itu dengan risiko apa pun. Memberi anak terlalu ban yak makanan,
kemudian meminta mereka "untuk membersihkan piringnya" bisa
menyebabkan kegemukan.
Mengmpol Masalah ini biasa untuk anak masa pra-sekolah, tetapi itu akan
menjadi masalah besar jika masih berfanjut sampai masa sekolah.
Kurang lebih 16 persen anak-anak kadang-kadang masih
mengompol setelah berumur 5 tahun (Rae-Grant, Carr, dan
Berman, 1983, 181). Orangtua tidak boleh mengolok-olok anak
yang masih mengompol; sebaliknya ia sebaiknya menyuruh anak
itu untuk membersihkan tempat tidurnya setiap kali hal itu terjadi.
Berak di celana Enkopresis, seperti halnya mengompol, juga merupakan hal yang
normal untuk anak masa prasekolah. Jika hal ini terus berlanjut
setelah umur 4 tahun, orangtua bisa melakukan konsultasi dengan
ahli psikologi. Kadang-kadang mengompol atau berak di celana
merupakan masalah medis, yang bisa diobati dengan obat-obatan
tertentu.
Menggigit jari Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan
hal yang normal. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu
ditawari pahala; namun hukuman untuk hal ini tidak disarankan. 1
I
Gerenyel Perilaku seperli gerakan liba-liba yang lidak panlas, seperli
mengedipkan mala dan berdehem lerus-menerus disebul
gerenyet. Orang ilu mungkin memerlukan konseling karena
perilaku ini biasanya disebabkan oleh konflik emosional yang
mendasarinya. Gerenyel lersebul akan hilang dengan sendirinya
jika konflik lersebul diselesaikan (Freedman, Kaplan, dan
Saddrock, 1975, 1398-1399). Pengobatan mungkin juga dipakai
unluk mengalasi masalah itu sementara.
Gagap Gagap pada anak pra-sekolah dipandang normal dan biasanya
akan hilang saal anak itu berumur enam tahun. Gagap biasanya
disebabkan oleh ketidakmatangan neurologis. Orangtua sebaiknya
mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjul sampai masa sekolah.
Makin ban yak diberi perhatian, masalah ini justru makin bertambah
parah.
Rasa takul Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan
dan masalah lidur tidak perlu terlalu dikhawatirkan . Orangtua harus meyakinkan anak
itu berulang-ulang. Mimpi buruk dan teror malam mungkin
merupakan akibat konflik emosional. Dalam beberapa kasus,
dibutuhkan pengobatan, terulama dengan teror malam di mana
anak-anak berteriak dan meronta-ronla letapi tidak bangun. Lampu
malam mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong unluk
kembali ke kamar mereka lagi, dan jangan tidur di kamar orang-
lua. Men gig au merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak
kecil. Jika itu terjadi berulang kali, mungkin dibutuhkan
pengobatan.
Depresi Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak
kehilangan oranglua alau benda yang dikasihi. Depresi sering
kali muncul dalam benluk penarikan diri, kesedihan yang berlarut-
larut dan peningkatan atau penurunan lingkat aktivitas yang
mencolok. Mungkin dibutuhkan konseling; kadang-kadang obat
antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan.
Sires Sekolah Minggu, pindah ke rumah yang baru, kunjungan ke dokter
gigi atau ke dokter, alau kelahiran adik mungkin menyebabkan
sires yang cukup beral bagi anak. Oranglua perlu mempersiapkan
anak ilu dengan membicarakan kejadian ilu dengan jujur. Oranglua
harus memberi tahu anak-anak jika akan mempekerjakan penga-
suh unluk mengurangi sires anak.
Kita telah melihat bahwa tuntutan yang diberikan pad a anak sulung bisa membuat
anak sulung menjadi perfeksionis pada saat dewasa. Anak kedua, terutama jika
sering digoda anak pertama, kadang-kadang menjadi anak yang lebih pemalu,
sopan dan berusaha menyenangkan semua orang. Anak ketiga dan seterusnya,
sering kali tidak terlalu malu, lebih ramah dan terbuka, dan umumnya lebih
menikmati hid up daripada anak sulung, meskipun secara finansial mereka kurang
begitu sukses. Anak bungsu kemungkinan besar manja, lebih tergantung, dan
kurang dewasa, tergantung pada kedewasaan orangtua. Anak-anak orangtua yang
usianya lebih tua cenderung lebih serius daripada anak-anak dari orangtua yang
usianya lebih muda. Tentu saja selalu ada perkecualian pada setiap peraturan.
Bangsa Cina mempunyai istilah khusus yang ditujukan pada orang-orang
dengan posisi masing-masing dalam keluarga, dengan status dan peranan khusus
untuk setiap posisi. Studi oleh Zajonc, Markus, dan Markus (1979) menyatakan
bahwa anak sulung memiliki skor IQ paling tinggi, dan bahwa skor IQ tersebut
menurun secara tipis tetapi pasti sesuai urutan kelahiran. Studi lain menunjukkan
bahwa permulaan menstruasi terjadi lebih lambat pada anak perempuan yang
berasal dari keluarga besar dibanding anak perempuan yang berasal dari keluarga
yang kecil Oames, 1973).
Tanpa melihat urutan kelahiran, anak-anak mungkin memiliki berbagai
peranan khusus dalam keluarga, seperti kambing hi tam, bayi, binatang peliharaan,
Fokus 10.8.
Menyesuaikan Diri di Sekolah
Daerah otak yang bertanggung jawab untuk membaca dan menulis mencapai
kematangan lebih belakangan dalam diri beberapa anak. Akibatnya ban yak anak laki-laki,
dan beberapa anak perempuan, akan mengalami ketidakmampuan belajar yang kecil,
seperti melihat atau menulis huruf-huruf secara terbalik, sampai saraf yang berkaitan dengan
kegiatan ini berkembang sepenuhnya. Guru yang suka mengkritik bisa membuat anak
semacam itu merasa bodoh, sekalipun mereka memiliki kecerdasan rata-rata, atau lebih
dari rata-rata. Sekali seorang anak diberi label bodoh, sangat sulit baginya untuk melepaskan
label itu. Guru-guru kelas satu sangat penting peranannya karena mereka memberikan
dampak yang sangat besar pada sikap anak terhadap pendidikan secara umum. Guru-
guru yang baik mengasihi dan memahami tetapi pad a saat yang sama menjalankan disiplin
dengan tegas.
Anak mungkin merasa takut pergi ke sekolah dan tinggal di sana sepanjang hari.
Fobia sekolah bisa berkembang tergantung pada beberapa sebab.
Pertama, hal itu mung kin disebabkan karen a ketergantungan pada ibu, seperti sudah
disebutkan sebelumnya dalam buku ini. Kedua, masalah ini bisa disebabkan karena anak
tidak bergaul dengan anak-anak lain. Anak-anak perlu mengembangkan keterampilan sosial
seperti kerja sama sebelum mereka masuk sekolah . Ketiga, anak mungkin bereaksi
ketakutan karena pembiasaan yang kurang menguntungkan. Misalnya, seorang anak
menjadi takut ke Sekolah Minggu karen a dua anak yang lebih tua diizinkan menyiksa anak
lain di kelas.
Perkembangan A~ak
TELEVISI
Fokus 10.9.
Anak-anak Misionaris
Anak-anak misionaris yang dibesarkan di negara asing sering kali inenghadapi masalah
yang lebih banyak daripada anak biasa. Namun banyak masalah khusus anak misionaris
yang tinggal di negara asing bisa dihindari, dikurangi atau diatasi, sesuai dengan studi rise!
oleh Werkman (1972, 997). Werkman menemukan bahwa orangtua yang tinggal dalam
budaya asing sering harus menghadapi praktek mendidik anak dan kebiasaan yang tidak
biasa, masalah dengan pengasuh anak, seksualitas yang menyimpang, rasa takut yang
khusus, dan perasaan !erasing. Werkman menyimpulkan bahwa orangtua harus
mengantisipasi masalah yang mungkin timbul ini, membicarakannya secara terbuka,
membuat rencana untuk menghindari atau meminimalkan hal itu, dan bertindak dengan
tegas untuk anak-anak mereka.
Sering kali anak-anak di ladang misi harus dikirim jauh dari rumah selama sembilan
bulan dalam setahun. Beberapa anak menjadi ateis yang penuh kepahitan sebagai reaksi
terhadap penolakan orangtua. Membesarkan anak harus dipandang sebagai panggilan
Allah yang pertama dan terutama.
kepada anak-anak yang berusia empat dan lima tahun sambil terus mengukur
jumlah keringat mereka yang keluar (respons kulit galvonik). Anak-anak juga
disuruh menonton dua film yang tanpa kekerasan. Anak-anak memberi respons
yang lebih emosional pada episode yang penuh kekerasan dan mengingat hal itu
lebih baik setelah satu minggu. Ketika ditanya yang mana dari kelima episode itu
(tiga penuh kekerasan dan dua tanpa kekerasan) yang paling mereka sukai, mereka
memilih dua kartun yang mereka lihat, salah satu yang penuh kekerasan dan
yang lain tanpa kekerasan. Emosi yang ditimbulkan oleh adegan kekerasan ter-
utama adalah ketakutan. Adegan-adegan kekerasan dengan tokoh manusia lebih
membangkitkan ketakutan daripada adegan kekerasan dengan tokoh kartun.
Anak-anak mampu mengingat rincian adegan tentang kekerasan manusia dua
kali lebih banyak daripada film lainnya yang mereka lihat; hal ini menyiratkan
hubungan antara hal-hal yang berkaitan dengan emosi dengan penyimpanan
informasi dan pengingatan kembali. Televisi bisa bermanfaat atau merupakan
gangguan yang besar untuk kedewasaan emosional dan spiritual anak-anak,
tergantung pada bagaimana hal itu digunakan.
ANAK KEMBAR
kernbar rnernakai model baju yang berbeda, tergantung pada selera rnereka sendiri
dan bahkan rnasuk kelas yang berbeda di sekolah.
PERKEMBANGAN SEKSUAL
.Merupakan hal yang sangat penting bagi anak laki-laki usia sekolah untuk
rnengidentifikasikan dirinya dengan orang laki-laki dan anak perempuan untuk
mengidentifikasikan dirinya dengan orang perempuan. Tanpa identifikasi
semacam itu, anak-anak mungkin akan mengalarni ketidakmampuan menyesuai-
kan diri secara seksual dalam pernikahan atau cenderung menjadi homoseks.
Anak Sekolah Dasar biasanya mengembangkan sikap merendahkan terhadap
anak perempuan atau hal-hal yang berbau perempuan. Hampir semua anak laki-
laki dan perempuan kadang-kadang berharap untuk menjadi lawan jenisnya,
sehingga mereka mengembangkan sikap merendahkan untuk menekan keinginan
itu selama tahun-tahun ini. Kedua jenis seks perlu mengembangkan sikap ber-
syukur bahwa mereka menjadi seperti itu, dan perlu melihat bahwa masing-
masing jenis seks memiliki keuntungannya sendiri.
Pendidikan seks sangat penting selama tahun-tahun ini. Hal itu harus dilaku-
kan secara bertahap dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak
itu, dan tidak lebih dari itu. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
jujur dan apa adanya, orangtua bisa membantu anak-anak mereka mengetahui
seluruh fakta kehidupan pada saat mereka berurnur sepuluh atau sebelas tahun.
Menstruasi harus dijelaskan lebih awal kepada anak-anak perempuan di Sekolah
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Dasar karena permulaan mens rata-rata terjadi an tara umur sembilan sampai enam
belas tahun, dengan rata-rata umur 13 tahun di Amerika Serikat (Malina, 1979).
Permulaan pubertas pada anak laki-laki biasanya lebih lambat, biasanya sekitar
umur 13 - 15 tahun. Itulah sebabnya anak perempuan kelas satu SLIP sering
lebih besar daripada anak laki-laki.
Fokus. 10.10.
Masalah Umum Anak Sekolah
Masalah Saran
Kematian Kematian dalam keluarga bisa menjadi pengalaman yang mendewasakan
bagi anak-anak jika ditangani dengan benar. Anak-anak biasanya melalui
tahap-tahap dukacita yang sama seperti orang dewasa ketika mereka
mempelajari tentang kematian atau kematian yang akan datang dalam
keluarga (lihat bab 4). Anak-anak yang lebih muda mungkin mengalami
kepahitan atau kemarahan terhadap orangtua yang hampir mati atau
sudah mati, karena mereka percaya bahwa orangtua itu memilih untuk
meninggalkan mereka. Mereka juga merasa bersalah dan menyalahkan
diri sendiri atas kematian orangtuanya. Merupakan hal yang baik bagi
anak-anak untuk ikut hadir dalam upacara pemakaman orang yang
dikasihi, jika mereka memilih untuk ikut, dan untuk mengungkapkan duka-
cita tanpa menekan perasaan yang sesungguhnya. Jika tidak diizinkan
untuk mengungkapkan perasaannya, anak-anak mungkin akan mengalami
konflik yang tidak terselesaikan pada saat mereka dewasa.
Kakek-nenek Kakek-nenek dan anggota keluarga lain sebaiknya tidak tinggal bersama
keluarga, kecuali ada kepastian bahwa hal itu tidak ban yak menimbulkan
konflik. Ban yak keluarga yang menyesal karena mengizinkan kakek-nenek
tinggal bersama mereka, dan sangat sulit membatalkan komitmen itu.
Namun beberapa orang melaporkan bahwa kakek-nenek yang tinggal
bersama mereka membuat hidup mereka lebih berarti. Jika kakek-nenek
tidak tinggal dengan keluarga, umumnya mereka diharapkan tinggal tidak
terlalu jauh. Anak-anak sering kali memiliki hubungan khusus dengan
kakek-nenek dan hubungan yang kuat dengan kakek-nenek yang sejenis
membantu memperkuat peranan seks mereka. Orangtua harus membantu
merawat kakek-nenek, karen a hal ini memberi kesempatan kepada anak-
anak untuk mengamati dan mengajar mereka untuk melakukan hal yang
sama ketika orangtua mereka tua (I Tim. 5:8).
Cacat Minde dan rekan-rekan (1972) menemukan bahwa anak-anak Sekolah
Dasar yang cacat menyadari bahwa cacat mereka tidak akan hilang. Dan
biasanya dengan menyadari hal itu mereka akan mengalami depresi.
Orangtua perlu membantu anak-anak menerima kondisi mereka, dan
melihat bagaimana Allah bisa memakai cacat mereka, serta menunjukkan
bagaimaoa mereka bisa meleburkan masalah mereka ke dalam rencana
hidup mereka.
Perkembangan Anak
~·,..- ·~- '
REFERENSI
American Psychiatric Association. 1987. Diagnostic and statistical manual of mental disor-
ders. Edisi revisi ke-3. Washington, D. C.: American Psychiatric Association.
Bentovim, A. 1972. Handicapped pre-school children and their families- effects on the
child's early emotional development. British M edical Journal3: 634.
Blazer, D. 1989. Faith development in early childhood. Kansas City, Mo.: Sheed and Ward.
Blitchington, W. 1980. Sex roles anf the Christian f amily. Wheaton, Ill. : Tyndale.
Clarke-Stewart, A., dan G. Fein. 1983. Early childhood programs. Dalam Handbook of
child psychology. Edisi ke-4. Vol. 2., editor P. Mussen. New York: Wiley.
Cline, D., dan J. Westman. 1971 . The impact of divorce on the family. Child Psychology
and Human Development 2: 78-83.
Clouse, B. 1985. Moral Development. Grand Rapids: Baker.
Collins, G. 1971 . Man in transition . Carol Stream, Ill. : Creation.
Cravioto, J., dan B. Robles. 1965. Evolution of adaption and motor behavior during
rehabilitation. American Journal of Orthopsychiatry 35: 449.
Dasen, P. 1972. Cross-cultural Piagetian research. Journal of Cross-Cultural Psychology 3:
23-39.
Davis, J. 1986. The Christian 's guide to pregnancy and childbirth. Westchester, Ill.: Cross-
. way.
Dobbins, R. 1985. Venturing into a child's world. Old Tappan, N.J. : Revell.
Dobson, J. 1970. Dare to discipline. Wheaton, Ill. : Tyndale.
-------.1978. The strong-w illed child. Wheaton, lll.: Tyndale.
Erikson, E. 1963. Childhood and society. Edisi revisi ke-2. New York: ~orton .
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Evans, 5., J. Reinhart, dan R. Succop. 1972. Failure to thrive. Journal of the American
A cademy of Child Psychology 11 : 440-57.
Formby, D. 1967. Maternal recognition of infant's cry. Developmental Medicine and Child
Neurology 9: 293-298.
Fowler, J. 1981. Stages offaith. San Francisco: Harper and Row.
Freedman, A., H . Kaplan, dan B. Saddock. 1975. Comprehensive textbook of psychiatry.
Baltimore: Williams and Wilkins.
Freud, S. 1905 (cetak ulang 1982). Three essays on the theory of sexuality. New York: Basic.
Hall, E., M. Lamb, dan M. Perlmutter. 1986. Child psychology today. Edisi ke-2. New
York: Random.
Harlow, H., dan M. Harlow. 1965. The affectional systems in behavior of non-human pri-
mates, editor A. M. Schrier eta!. Vol. 2. New York: Academic.
Hooper, D., eta!. 1972. The health of young families in new housing. Journal of Psycho-
somatic Research 16: 367-374.
Houmes, D., dan P. Meier. 1985. Growing in step. Richardson, Tex.: Today.
Hyde, K. Religion in childhood and adolescence. Biringham, Ala. : Religious Education.
James, W. 1973. Age at menarche, family size and birth order. American Journal of Obstet-
rics and Gynecology 116: 292-293.
Joy, D. 1983. Moral development foundations . Nashville: Abingdon.
Kaufman, 1., eta!. 1969. Effects of separation from mother on the emotional behavior of
infant monkeys. Annals of the New York Academy of Science 159: 681-695.
Kohlberg, L. 1983. The psychology of moral development. New York: Harper and Row.
Lawrence, L. 1983. Stages offaith. Psychology Today 17:56-62.
Lidz, T. 1968. The person. New York: Basic.
---. 1972. The nature and origins of schizophrenic disorders. Annals of Internal Medicine
77: 639-645.
Linn, M., S. Fabricant, dan D. Linn. 1988. Healing the eight stages of life. Mahwah, N.J.:
Paulist.
McCandless, B., dan E. EVans. 1973. Children and youth. Hinsdale, III.: Dryden.
McCandless, B., dan R. Trotter. 1977. Children: Behavior and development. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
McCarron, M. 1987. Folktales as transmitters of values. Religious Education 82: 20-29.
McDanald, E. 1967. Emotional growth of the child. Texas Medicine 63: 73-79.
McGrade, B. 1968. Newborn activity and emotional response at eight months. Child
development 39:1247-1252.
Mahler, M., F. Pine, dan A. Bergman. 1975. The psychology birth of the human infant. New
York: Basic.
Malina, R. 1979. Secular changes in size and maturity. Monographs ofthe society for reasearch
in Child Development 44: 59-102.
Meier, P. 1977. Christian child-rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Melzack, R. 1969. The role of early experience in emotional arousal. Annals of the New
York Academy of Science 159: 721-730.
Minde, K., eta!. 1972. How they grow up. American Journal of Psychiatry 128: 1554-1560.
Mitchell, E. 1986. Oral tradition. Religious Education 81: 93-112.
Moore, R., dan D. Moore. 1979. School can wait. Provo: Brigham Young University Press.
Niebuhr, G. 1987. Philosopher of morality. Atlanta Constitution (18 Feb.): 1b-2b.
Osborn, D., dan M. Endsley. 1971. Emotional reactions of young children to TV vio-
lence. Child Development 42: 321-331.
Piaget, J. 1950. Psychology of intelligence. Boston: Routledge and Keagan Paul.
Perkembangan Anak
***
1 Lihat Linn, Fabricant, dan Linn 1988, untuk diskusi tentang doa d an tahap-tahap Erikson. Blazer 1989
mengaitkan tahap pertama Erikson dengan iman.
2 Dua buku tentang kehamilan dan masa awal anak-anak yang sangat bagus ditulis oleh Davis 1986 dan
Dobbins 1985.
•
11
Perkembangan
Masa Remaja dan Dewasa
ternan dari kedua jenis seks. Anak-anak yang dahulu adalah ternan baik bisa
menjadi pesaing atau bahkan musuh besar.
Fokus 11.1.
Orang Kristen Generasi Pertama
Orang percaya generasi kedua secara khusus kehilangan vitalitas generasi pertama.
Generasi ketiga dan keempat mengamati orangtua dan kakek-nenek mereka (generasi
kedua) dan menolak iman mereka yang tidak bersemangat. Pada saat generasi ketiga dan
keempat, "iman bapa-bapa" hilang.
Gejala ini bisa diamati dalam denominasi tertentu di mana para pendirinya memiliki
iman yang bersemangat; anak-anak memelihara iman itu; dan cucu mereka malu melihat
iman generasi pertama yang antusias dan cemas terhadap iman generasi kedua yang
kosong. Keragu-raguan generasi ketiga cenderung menghasilkan generasi keempat yang
menolak iman itu sama sekali.
Beberapa remaja dan mahasiswa memiliki iman yang dangkal yang dipinjam dari
orangtua atau kakek-nenek. Setelah mereka jauh dari rumah , mereka tertarik untuk
bergabung dengan kumpulan orang yang salah. Mereka mengkompromikan iman mereka
yang kecil. lman mereka tidak mempunyai akar yang dalam dan ketika diuji, orang percaya
yang masih muda ini goncang secara kerohanian.
Solusi untuk kemerosotan rohani adalah setiap generasi harus menjadi orang Kristen
generasi pertama. lman yang vital merupakan akibat komitmen kepada Kristus yang radikal
dan personal yang bukan sekadar merupakan penyesuaian diri. Kita harus membantu remaja
mengembangkan iman mereka sendiri yang berbeda, akibat perjumpaan pribadi dengan
Kristus . Perjumpaan seperti itu mungkin muncul setelah mereka dengan tajam
mempertanyakan iman yang melingkungi mereka selama ini, dan hal itu sering kali terjadi
selama masa remaja.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Menjaga agar jalur komunikasi tetap terbuka merupakan hal yang sangat
penting dalam keluarga yang memiliki anak remaja. Banyak keluarga untuk
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
di sisi kanan garis. Kontrak semacam itu harus dibuat untuk mas a dua bulan,
dan ada pertemuan keluarga mingguan untuk membahas bagaimana semua hal
berjalan. Selama masa itu orangtua harus berusaha menunjukkan respek kepada
anak remajanya sebagai orang dewasa yang masih muda, dan mendengarkan
apa yang mereka katakan, bahkan sekalipun orangtua tidak setuju.
Setelah dua bulan berlalu, kontrak itu dirundingkan lagi, dengan kebebasan
sedikit lebih banyak dalam kontrak baru jika remaja telah melakukan tugasnya
dengan baik. Penampilan yang buruk mungkin memerlukan kontrak yang lebih
ketat. Tujuannya adalah untuk menjaga agar komunikasi tetap konstruktif dan
positif, dan untuk mengucapkan selamat kepada remaja yang menunjukkan
tanggung jawab. Teknik kontrak membantu mengurangi perebutan kekuasaan
dan pada waktu yang sarna mengakui remaja sebagai pribadi dengan menilai
pendapat mereka berdasarkan peraturan yang harus mereka jalaiti.
Masalah khusus yang perlu disebutkan paling tidak secara singkat adalah
masalah komunikasi ayah-anak perempuan. Anak perempuan kecil senang duduk
di pangkuan ayahnya. Namun pada umumnya ayah merasa kurang nyarnan dengan
day a tarik anak perempuan remajanya yang sangat kuat. Karena tidak menyadari
bahwa perasaan itu sangat normal, beberapa ayah menarik diri dari anak
perempuannya, mungkin dengan bekerja ekstra untuk menghindari konfrontasi.
Anak perempuan itu, karena merasa ditolak oleh ayahnya yang sangat ia cintai,
mungkin mengembangkan berbagai masalah psikologis. Misalnya, pada waktu
kemudian karena merasa tidak layak, ia merasa tidak diterima oleh Allah dan
suaminya. Ayah harus selalu menyediakan diri untuk anak laki-Iaki ataupun anak
perempuannya; meskipun interaksi ibu-anak semakin meningkat ketika ayah
hadir (Gjerde, 1986).
MENGATASI DEPRESI
Depresi psikologis pada anak remaja sering disembunyikan. Jika orang dewasa
yang depresi kehilangan nafsu makan dan dorongan seksnya, sering kali tidak bisa
tidur pada waktu malam, sakit kepala, atau merasa putus asa, remaja sering
menunjukkan depresi mereka dengan cara yang lain. Remaja yang tidak pernah
punya masalah mungkin tiba-tiba, selama beberapa minggu atau bulan, menjadi
mudah marah, suka memberontak, dan bersikap bermusuhan, dengan perasaan
bersalah yang campur aduk. Gejala itu mungkin menunjukkan depresi. Depresi
biasanya tidak terlihat dalam diri remaja yang telah menjadi masalah selama hidup
mereka.
Remaja yang sebelumnya baik, tetapi saat ini mengalami depresi mudah
ditangani. Kadang-kadang hanya dengan memberi mereka obat anti-depresan,
sudah mengurangi masalah mereka secara dramatis dalam waktu 10-20 hari. Setelah
itu sesi konseling dengan seluruh keluarga diperlukan untuk meneguhkan kembali
pola komunikasi yang sudah retak.
Jika orangtua berpikir bahwa anak laki-laki atau perempuan remajanya
sedang mengalarni depresi, hal pertama yang harus dilakukan adalah meneguh-
kan kembali komunikasi yang positif dengan sikap penerirnaan yang penuh kasih.
Merupakan hal yang bermanfaat bagi kita untuk membandingkan peraturan
keluarga kita dengan peraturan keluarga Kristen lain. Sering, orangtua remaja
yang depresi bersikap terlalu ketat ata:u terlalu longgar.
Fokus. 11.2.
Buku-buku Kristen tentang Remaja
Ada beberapa buku bagus yang bisa membantu orang Kristen memahami remaja
dengan lebih baik. Mungkin buku pertama dalam daftar adalah Understanding Adoles-
cence karya Kotesky (1987). Kotesky menentang beberapa mitos tentang masa remaja
dan memberikan panduan yang bermanfaat untuk orangtua dan orang lain yang bekerja di
antara kaum muda.
The Lilly Endowment telah menyumbangkan dua studi utama tentang kaum muda di
gereja. Yang pertama membahas lima masalah remaja paling penting: (1) citra diri yang
rendah dan kesepian; (2) kesulitan keluarga; (3) keinginan untuk membantu orang lain dan
keprihaUnan sosial alas terjadinya ketidakadilan; (4) ketidaksukaan alas sikap tertutup dan
prasangka; dan (5) keinginan untuk melayani. Sifat-sifat tersebut muncul ke permukaan
melalui studi terhadap lebih dari tujuh ribu kaum muda di sejumlah denominasi, dan
penemuan itu tetap konsisten sejak saat riset mula-mula sampai riset lanjutan tujuh tahun
kemudian. Penemuan riset itu diringkas dalam buku Five Cries of Youth karya Strommen
(1988).
Proyek kedua yang disumbang oleh the Lilly Endowment menghasilkan Religious
Education Ministry with Youth (Wyckoff dan Richter, 1982). Bab pertama merangkum
sejumlah proyek riset terhadap kaum muda, sedang bab lainnya mengutip beberapa
pendekatan terhadap topik itu.
Dobson menu lis Preparing for Adolescence (1978) untuk remaja agar dibaca bersama
orangtuanya. Sesuai dengan tekanan Dobson tentang menjangkau praremaja, Strommen
(1984) menyarankan agar pelayanan kaum muda dimulai sebelum masa remaja, bahkan
sejak anak kelas lima atau enam (The Myth , 1984). Sejumlah penulis lnjili telah
mengumpulkan hikmat dan pengalaman prakUs bersama dalam buku Parents and Teen-
agers (Kesler 1984). David Elkind, seorang psikolog anak religius, yang dikenal melalui
program radio Dobson, telah menulis All Grown Up dan No Place to Go (1984; lihat fokus
11 .3). Karya Tony Campolo bisa bermanfaat untuk memahami remaja, termasuk seri film
dan buku populernya You Can Make a Difference (1984). Pemimpin kaum muda pasti akan
memandang buku Sociology of Youth Ministry (1989) bermanfaat karena memperluas
pemahaman mereka tentang tahap penting kehidupan ini.
TEKANAN KELOMPOK
Kesetiaan anak-anak kecil adalah pada orangtua mereka. Karena mereka ingin
orangtua mereka mengasihi mereka, mereka pada umumnya hid up sesuai dengan
harapan orangtua. Tetapi terutama pada masa remaja awal, kesetiaan itu bergeser
dari orangtua ke ternan sekelompok. Sejauh tertentu, pada umumnya remaja
menggunakan moral ternan sekelompok. Keseragaman tersebut memuncak dari
PENGANTAR
_ ·......._ ·PSIKOLOGI
· _ _DAN ""', _ KONSELING
_ __ _ KRISTEN
_ _ __ 2 _______ b_~"'_ ..... _, _ _ ,,_ _ ~ _ _ , _ . . , . _
usia sebelas sampai tiga belas tahun dan setelah itu menurun (Costanzo dan Shaw,
1966; Steinberg dan Silverberg, 1986).
Namun jika orangtua telah membesarkan mereka dengan baik, rernaja
cenderung mernilih ternan sebaya yang rnernpercayai hal-hal yang sarna dengan
orangtua mereka. Meskipun Sebald dan White (1980) mencatat bahwa rernaja
cenderung menyesuaikan diri dengan orangtua daripada ternan sebaya ketika
menghadapi masalah yang sangat penting, dalam mencari popularitas dan pene-
rimaan sosial, kecocokan dengan ideologi ternan sekelornpok, kesetiaan, dan
norma-norma yang terutama.
Orangtua hanya rnerniliki kontrol yang terbatas atas ternan-ternan yang
dipilih anak remaja di luar rurnah. Hal yang bisa dilakukan orangtua hanya
mengontrol siapa yang diizinkan bermain ke rurnah dan memberi petunjuk kepada
anak remajanya dengan siapa mereka seharusnya di luar rumah, dan berharap
agar mereka taat. Jika jalur kornunikasi tetap terbuka, orangtua akan menemukan
bahwa pendapat mereka dihorrnati anaknya ketika saat untuk panduan sernacarn
itu tiba.
Hubungan antarpribadi yang dikembangkan selarna rnasa remaja sering kali
lebih penting daripada apa yang dipelajari dari pelajaran di sekolah. Setelah
mempelajari literatur tentang sosialisasi remaja, Segal dan rekan-rekan (1967, 173)
berkomentar bahwa "setiap studi psikiatri sosial utama pada dekade terakhir
mengarahkan perhatian pada adanya kemungkinan bahwa tidak adanya hubung-
an antarpribadi yang memuaskan rnerupakan penyebab, dan bukan hanya sebagai
akibat, gangguan emosional."
SEKS
Pada akhir masa remaja banyak individu yang secara emosional sudah siap
untuk membuat kornitmen yang berarti pada Kristus. Akhir masa remaja juga
merupakan waktu di mana mereka mulai berpikir serius tentang karier yang akan
mereka tekuni, prestasi yang mereka harapkan seumur hidup mereka, dan
pasangan yang akan mereka pilih untuk hidup bersarna selarna sisa hidup mereka.
Banyak remaja pada akhir masa remajanya yang menjadi kritis terhadap
·orangtua mereka. Hal ini sebagian disebabkan tujuan pribadi mereka, yang sering
kali sangat idealistis dan tidak mungkin dicapai, yang diproyeksikan pada dan
diharapkan dari orang lain - terutarna orangtua mereka. Rernaja mungkin melihat
oningtua mereka tidak hidup sesuai harapan yang ingin mereka capai suatu hari
nanti. Namun ketika mereka semakin bertambah umur dan semakin dewasa,
mereka akan semakin menerirna orangtua mereka.
Saat mencapai kedewasaan awal, individu tidak begitu introspektif dan lebih
berorientasi pada tujuan. Narnun Glasser (1965) percaya bahwa kaum mud a saat
ini kurang begitu berorientasi pada tujuan dibanding kaum muda satu generasi
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
sebelumnya. Kaum muda saat ini tampaknya lebih berorientasi pada kesenangan
dan pengalaman.
Tentu saja remaja pada saat ini menghadapi masalah yang tidak muncul secara
signifikan satu generasi sebelumnya, seperti obat-obatan dan okultisme. Meskipun
kegiatan politik mendorninasi banyak mahasiswa pada tahun 196Q-.an, remaja saat
ini lebih sering ditandai dengan sikap apatis daripada dengan jenis aktivitas apa
pun. Karena merasakan kekosongan dalam hidup, me~ cka berusaha mengisinya
dengan obat-obatan atau dengan pengalaman liar lainnya. Bahkan banyak remaja
Kristen yang tampak bosan dan apatis, dan lebih mementingkan pengalaman
emosional yang narsistis daripada dengan Kristus. Kelompok Injili seperti Navi-
gator, Persekutuan AtIet Kristen, Campus Crusade, Perkantas, dan Young Life
membantu banyak orang muda untuk menerima Kristus secara pribadi. Bagi
orang Kristen, kornitmen ini sangat penting untuk mendapatkan identitas pribadi
yang benar (Campolo, 1984, 13).
MElARIKAN DIRI DARI RUMAH
Melarikan diri dari rumah merupakan masalah remaja yang umum terjadi.
Para psikiater bisa menentukan banyak hal ten tang remaja dan orangtuanya
berdasarkan pola melarikan diri. Remaja yang manja dan terlalu bergantung
(bias any a anak perempuan) melarikan diri untuk menghukum keluarganya yang
tidak mengizinkan mereka melakukan sesuatu menurut cara mereka sendiri.
Mereka biasanya akan segera ditemukan dalam waktu dua puluh empat jam
sampai empat puluh delapan jam; mereka tidak sanggup tinggal jauh dari ibu
mereka lebih lama dari itu.
Remaja yang melarikan diri dan tinggal di tempat jauh mungkin lebih sehat
daripada remaja yang melarikan diri hanya selama satu atau dua hari. Beberapa
remaja mungkin menjadi lebih dewasa dengan melarikan diri daripada tinggal
dalam keluarga yang tidak stabil secara mental. Remaja yang melarikan diri untuk
membuat orangtuanya merasa bersalah jangan diberi pahala ketika mereka pulang.
Jika melarikan diri merupakan masalah yang terus berulang, keluarga harus
melakukan konseling untuk menemukan psikodinamika keluarga. Menurut
Stierlin (1973), antara enam ratus ribu sampai satu juta remaja melarikan diri dari
rumah setiap tahun di Amerika. Lebih dari setengah jumlah itu adalah anak-anak
perempuan, dan pada umumnya berasal dari daerah pinggiran kota. Stierlin (hIm.
59) mencatat bahwa
makin banyak orangtua yang senang mengikat (memanjakan) berusaha
menuruti dan memenuhi perrnintaan anaknya. Mereka ini tanpa sadar akan
makin banyak menciptakan masalah, sulit dipuaskan, dan menjadi seperti
monster. Skenario antarpribadi ini - kekecewaaan yang cepat dengan ternan
bermain, konflik yang meningkat dengan orangtua - menjelaskan mengapa
ban yak remaja melarikan diri, namun kembali ke rumah dengan cepat
seperti pelarian yang gagal.
Tugas ahli terapi dalam situasi seperti itu adalah mendorong orangtua dan
anak untuk menjadi lebih mandiri satu dengan yang lain. Sesungguhnya, anak /I
yang sukses melarikan diri menjadi tanda kemajuan, bukan kemunduran, sebab
hal itu mencerminkan peningkatan kemampuan remaja ini (dan orangtuanya)
untuk hidup terpisah dari mereka, dan mandiri satu dengan yang lain" (hlm. 59).
DORONGAN SEMANGAT UNTUK ORANGTUA KRISTEN
Mungkin satu-satunya hal yang lebih sulit daripada menjadi remaja adalah
menjadi orangtua remaja. Banyak orangtua Kristen takut mereka kehilangan
kontrol atas anak-anak mereka, atau kecil hati melihat beberapa pilihan yang dibuat
anak remaja mereka. Orangtua memerlukan dorongan semangat, terutama ketika
mereka merasa telah melakukan kesalahan besar. Salah satu pendekatan adalah
dengan mengingatkan mereka ten tang hal itu. Paulus membandingkan kehidupan
Kristen dengan perlombaan: "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang
pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja
yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu
memperolehnya!" (I Kor. 9:24). Semangat bersaing Paulus bisa menjadi stimulus
bagi orangtua Kristen, yang sesungguhnya sedang bersaing dengan dunia dan
pengaruhnya atas anak-anak mereka. Orangtua berjuang untuk menghasilkan
anak-anak yang sehat secara emosional dan spiritual.
Setiap tahun pemain sepakbola di kampus yang terbaik dipilih menjadi tim
profesional d,uam draft profesional. Apa yang akan terjadi jika Allah memiliki "draft
IrrQ" setiap tahun untuk memilih orangtua Kristen yang terbaik dalam
membesarkan anak-anak? Paulus berkata, "Karena itu larilah begitu rupa, sehingga
kamu memperolehnya!" Orangtua sering merasa bahwa mereka telah melakukan
kesalahan. Tetapi tidak ada gunanya untuk tinggal pad a masa yang lalu~ Mereka
harus berjuang untuk menjadi orangtua yang terbaik bagi anak-anak mereka.
Anak-anak bisa memberi toler ansi terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
orangtua mereka. Kadang-kadang pola umum dalam membesarkan anak lebih
penting daripada kesalahan (Kagan, 1979).
Orangtua Kristen harus menyerahkan diri mereka kepada Allah sehingga la
bisa menggenapi apa yang ingin la lakukan dalam hidup anak-anak mereka. la
telah berjanji membantu mereka menjadi orangtua yang sesuai panggilan-Nya.
Orangtua harus mengakui kesalahannya pada masa yang lalu kepada Allah,
dengan tetap mengingat janji-Nya bahwa "Jika kita mengaku dosa kita, maka la
adalah setia dan adil, sehingga la akan mengampuni segala dosa kita dan menyu-
cikan kita dari segala kejahatan" (I Yoh.l : 9). Orangtua harus belajar mengampuni
diri mereka sendiri dan maju terus, "melupakan apa yang telah di belakangku
dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku" (FIp. 3:13). Allah akan
memberi pahala dengan limpah kepada orangtua yang berpaling dari ambisi dunia
yang egois dan secara total menyerahkan diri mereka untuk memenuhi panggilan
yang tertinggi: menjadi orangtua Kristen yang bijaksana, kuat, mengasihi dan .
saleh.
PEN GANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 11.4.
Mengizinkan Pergi
Banyak orangtua Kristen tidak tahu kapan mereka harus "membiarkan pergi". Ketika
anak burung robin mencapai tahap perkembangan tertentu, ibunya mendorong dia keluar
dari sarangnya dan burung robin muda itu belajar terbang sendiri turun ke tanah. Tanpa
mengalami kesulitan dan mencoba bersikap, tidak ada remaja yang akan bertumbuh dan
"belajar terbang". Psikiatris menemukan banyak pasien yang neurotik dan tidak utuh yang
masih hidup bersama orangtuanya sampai usia tiga puluh tahun atau bahkan lebih tua.
Hal ini terutama berlaku untuk orang dewasa muda yang akhirnya menjadi skizofrenik. Hal
itu juga berlaku untuk laki-laki pecandu alkohol. Ban yak dari mereka yang menikah dengan
perempuan yang tipenya mirip dengan ibunya, sebelum akhirnya bercerai dan kembali
kepada ibunya untuk meneruskan hidup mereka yang pendek.
Suatu tindakan yang bijaksana bagi anak remaja yang telah lulus sekolah menengah
atau kost di tempat yang tidak begitu jauh dari rumah mereka. Di universitas atau dalam
situasi lain mereka bisa mengembangkan talenta yang dikaruniakan Allah dan mempelajari
pelajaran kehidupan yang sulit dengan membuat kesalahan dan kemudian mengoreksinya.
Jika orangtua sudah membesarkan mereka dalam norma Allah selama enam tahun pertama
kehidupan mereka yang penting, ketika kepribadian pada mulanya dibentuk, sebagian besar
mereka akan berhasil dengan baik.
Orangtua harus mempercayai anak-anak mereka. Jika mereka tidak rnambesarkan
anak-anak mereka dengan prinsip-prinsip Allah, usaha-usaha untuk mengajar anak ynng
berusia delapan belas tahun sesuatu yang seharusnya mereka pelajari dalam usia tiga
tahun akan sia-sia. Mereka perlu belajar dari kehidupan; orangtua harus berdoa agar Allah
mendewasakan ariak-anak mereka. Kebebasan yang terbesar adalah untuk membuat
kesalahan dan dari sana maju terus, dengan mempelajari pelajaran yang berharga dari
pengalaman itu . Orangtua jangan menendang anaknya ketika mereka jatuh. Mereka
mungkin perlu menendang diri mereka sendiri ketika tidak ada orang melihat. Jika mereka
bisa belajar menghilangkan rasa takut mereka terhadap kegagalan, mereka mempelajari
pelajaran yang penting.
menyedihkan, hanya sedikit orang yang bisa mencapai potensi cinta mereka yang
sejati dalam hubungan pernikahan.
Cinta yang baru saja ditemukan remaja, yang dijelaskan dengan istilah yang
jujur, sering berarti sesuatu seperti ini: "Aku ingin memakai kamu untuk mem-
buktikan siapa aku, dan untuk memuaskan kebutuhan fisik dan egoku." Orang
yang palos sering merasa mabuk kepayang dengan jenis cinta ini; orang yang
emosinya dewasa dan realistis, yang mungkin juga merasa mabuk kepayang secara
fisik, tahu bahwa cinta semacam itu tidak akan memuaskan jiwa dan roh. Cinta
yang dewasa itu sabar. Cinta yang dewasa itu lemah lembut. Cinta yang dewasa
berusaha memberikan yang terbaik untuk orang lain, dan tidak mengharapkan
balasan, meskipun ia sangat menghargai jika cintanya yang sejati dibalas (I Kor.
13).
Pad a umumnya orang telah belajar (dan memilih) untuk mencintai pada tingkat
bayi, kekanak-kanakan atau remaja saja. Cinta yang dewasa dan akrab hanya
ditemukan pada diri beberapa orang dewasa saja. Orang itu biasanya berusaha
mendapatkan pertolongan Allah, yang ad?.lah kasih, untuk mencapai kondisi itu:
"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita sating mengasihi, sebab kasih itu
berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal
Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah
kasih" (I Yoh. 4:7-8).
PERANAN SUAMI DAN ISTERI
Kaum suarni dan kaum isteri itu sejajar, tetapi mereka mempunyai peranan
yang berbeda. Peranan suarni adalah sebagai penyedia. Suarni menyediakan baik
kebutuhan rohani, psikologis dan fisik keluarga maupun kebutuhan seksual
isterinya. Dalam pernikahan tradisional suarni dipandang sebagai otoritas akhir
dalam rumahnya, meskipun ia berkonsultasi dengan isterinya ketika membuat
keputusan. Akhirnya suarni adalah pemirnpin (Blitchington, 1980, 65-78).
Beberapa panduan Alkitab bisa mem-
bantu suami menjalankan peranannya .
Prioritas suarni haruslah mengasihi isterinya
dengan sikap mau berkorban dan setia seperti
halnya Kristus mengasihi gereja (Ef. 5:25-33).
Kasih semacam itu memberikan ketenangan
dan keamanan. Kasih yang sejati menghindari
kekasaran (Kol. 3:19). Ungkapan kasih, seperti
bunga, pujian, dan menelepon , juga me-
nekankan perhatian seorang suami kepada
isterinya.
Suarni harus sopan dan penuh perhatian,
serta menunjukkan rasa hormat kepada isteri-
'Meskipun kita menikmati sedikit kedamaian nya dengan membukakan pintu atau mem-
dan ketenangan, mari kita membicarakan bantunya duduk. Pujian di depan umum
beberapa kesalahanmu.' merupakan pengakuan yang positif yang akan
Perkembangan Masa Remaja dan Dewasa
" . , .-
memperkuat sifat yang diinginkan. Suami juga harus secara pribadi dan verbal
memberi tahu isterinya bahwa ia mengasihi dia dan alasannya. Isteri harus di-
ingatkan tentang posisi khususnya sebagai isteri. Kritikan harus dilakukan secara
pribadi dan tidak boleh diarahkan pad a sifat isteri yang tidak bisa diubah. Seorang
suami yang bijaksana tidak akan membandingkan isterinya dengan wanita lain
dan berharap lebih kepadanya. Akhirnya suami harus menghindar pergi ke tempat
tidur dalam keadaan tetap marah (Ef. 4:26-27). Kemarahan harus dibereskan
dengan segera dan kedua belah pihak harus saling mengampuni, entah mereka
setuju dengan masalah itu atau tidak, pada saat mereka pergi ke tempat tidur.
Peranan isteri, seperti dicatat sebelumnya, tidak lebih rendah daripada
suaminya, tetapi berbeda. Meskipun Alkitab menggambarkan peranan isteri sebagai
orang yang menundukkan diri (Ef. 5:22), itu tidak berarti bahwa isteri akan menjadi
budak atau keset yang tidak berbicara dan tidak berotak. Penundukan diri pad a
dasarnya merupakan sikap hormat terhadap suami dan pengakuan atas kepe-
mimpinannya di rurnah.
Panduan untuk isteri mencakup sikap menunjukkan rasa hormat terhadap
suaminya. Suami memerlukan penghormatan seperti halnya isteri memerlukan
kasih. Isteri harus menghindari membicarakan kesalahan suaminya di muka
umum. Isteri harus mengasihi suaminya dengan mengetahui apa yang menye-
nangkan dia. Menggerutu, membuat gosip, dan mempertanyakan kemampuan
suaminya dalam membuat keputusan sama sekali dilarang.
Isteri juga harus menyadari bahwa laki-Iaki lebih mementingkan aspek fisik
dalam respons seksualnya, sedangkan seksualitas wanita lebih bersifat emosional.
Laki-Iaki lebih mudah terangsang dan cenderung menuntut hubungan seks lebih
banyak, kadang-kadang menghendaki hubungan seks lebih sering daripada
isterinya. Suami/isteri perlu belajar memuaskan pasangannya secara seksual.
Misalnya, suami harus berusaha memperlama foreplay seksual sehingga isterinya
bisa mencapai orgasme. Banyak wanita yang gagal memberi respons seksual karena
suaminya sangat tergesa-gesa dalam melakukan hubungan seks tanpa memikirkan
isterinya (Wheat dan Wheat, 1981,89-107).
Isteri harus menjadi manajer yang baik. Arnsal 31 menjelaskan bahwa isteri
yang ideal memiliki keterampilan bisnis yang bagus. Ia tidak boleh malas, tetapi
sebaliknya ia harus sibuk baik di dalam (fit. 2:3-5) maupun di luar rurnah (Arns.
31). Namun ia tidak boleh terlibat terlalu banyak di luar rurnah sehingga tanggung
jawab di rumah kurang tertangani dengan baik.
TANTANGAN UNTUK ORANGTUA
Aspek utama orang dewasa muda adalah hal menjadi orangtua. Orang-or-
ang pada zaman ini tampaknya lebih menyukai memiliki anak lebih sedikit
daripada zaman dulu. Banyak pasangan yang menunggu sampai mereka berurnur
tiga puIuh tahun untuk memiliki anak yang pertama. Tentu saja tidak memiliki
anak segera setelah menikah merupakan hal yang bijaksana. Suami-isteri
membutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan diri dan dengan peranan baru
mereka sebagai suami-isteri. Tentu saja, ada keuntungan dan kerugian untuk
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
membentuk keluarga lebih awal, tetapi keuntungannya biasanya jauh lebih banyak
daripada kerugiannya (Olds, 1983). Meskipun anak-anak bisa menimbulkan
ketegangan seeara ekonomi dan finansial, ada bukti bahwa pada umumnya riset
dalam bidang ini mengambil pandangan negatif yang tidak adil tentang mem-
besarkan anak pad a tahun-tahun awal pernikahan (?apalia dan Olds, 1986, 422).
Allah telah memberikan tanggung jawab yang luar biasa kepada orangtua
untuk "mendidik orang mud" menurut jalan yang patut baginya" (Arns: 22:6).
Bagaimana orangtua mendidii< anak-anak mereka selama enam tahun pertama
kehidupan mereka akan mempengaruhi kehidupan anak-anak mungkin selama
enam puluh atau tujuh puluh tahun, dan mungkin menentukan seberapa banyak
sukacita dan kesuksesan yang akan mereka alami.
Perhatian Allah kepada anak-anak sangat jelas sepanjang Alk,itab. "Lalu orang
membawa anak-anak keeil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi
murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu" (Mrk. 10:13). Murid-murid
tampaknya berpikir bahwa Kristus sudah terlalu sibuk berbicara dengan orang-
orang dewasa sehingga tidak boleh memboroskan waktu-Nya dengan anak-anak.
Tetapi
ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan
anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka,
sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan
Allah seperti seorang anak keeil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu
Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka
Ia memberkati mereka. (Mrk. 10:14-16)
Sifat anak keeil yang baik dipandang sebagai contoh untuk orang dewasa dalam
perikop Matius, yang juga memberikan peringatan tentang sikap kita terhadap
anak-anak.
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak keeil dan menempatkannya di
tengah-tengah mereka, lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak keeil ini, kamu tidak
akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan
diri dan menjadi seperti anak keeil ini, dialah yang terbesar dalcim Kerajaan
Surga.
Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-
Ku, ia menyambut Aku. Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-
anak keeil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelarnkan ke dalam laut.
Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan
harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya." (Mat. 18:1-7)
Fokus 11 .5.
Buku-buku tentang
Pernikahan dan Menjadi Orangtua
Banyak buku Kristen dengan topik-topik pernikahan dan menjadi orangtua tersedia.
Banyak di antara topik-topik ini berdasarkan pengalaman pribadi, sedang buku lainnya
menggunakan riset ilmiah.
Di antara buku terbaik tentang pernikahan dan keluarga (di luar buku yang sudah
disebutkan di bab lain teks ini) terdapat buku Marriage and Family.karya Grunlan (1984),
The Family karya Balswicks (1989); dan Family Building karya Rekers (1985). Family Building
merupakan kumpulan bahan tulisan 23 penulis. Buku ini berfokus pada enam sifat yang
biasanya ditemukan dalam keluarga yang kuat: komitmen, waktu yang dilewatkan bersama,
komunikasi yang baik, ungkapan penghargaan untuk pasangannya, komitmen rohani dan
kemampuan untuk menangani situasi krisis. Buku keempat yang cukup bagus adalah Marital
Counseling (1981 ), yang ditulis oleh konselor Kristen yang terkenal Norman Wright. Akhimya,
James Dobson telah menulis, dalam hitungan terakhir, dua belas buku yang membahas
masalah-masalah pernikahan dan menjadi orangtua, yang semuanya sangat mudah dibaca
dan sangat menarik. Sudut pandang praktisnya secara psikologis masuk akal dan
sepenuhnya kristiani.
Penulis baru-baru ini cenderung menggabungkan masalah pernikahan dengan tahap-
tahap perkembangan menjadi orang dewasa, seperti Your Marriage Can Survive Mid-Life
Crisis karya Conway (1988), Seasons of a Marriage karya Wright (1982) dan Keeping Our
Troth karya Olthuis (1986).
anak-anak semacam itu akan takut pergi ke sekolah karena mereka terlibat
hubungan dengan ibunya yang terlalu neurotik. Dalam masa remaja mereka,
karena menyadari kekurangan mereka, mereka mungkin berpaling pada obat-
obatan atau alkohol, membenci ibu mereka, dan gagal menjadi dewasa secara
emosional. Ketika anak itu akhirnya menikah dan mempunyai anak sendiri, ibu
yang neurotik mungkin berusaha meneruskan dominasinya dalam rurnah tangga
baru, dan memberikan apa yang diminta cucunya dan memisahkan orangtua
mereka. Beberapa generasi bisa dipengaruhi oleh suami atau isteri yang tidak
saling mengasihi sebagaimana seharusnya.
Orangtua yang menjalani kehidupan berdosa, kehidupan yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip firman Allah yang menghasilkan kesehatan, akan
memberikan dampak yang dalam pada anak-anak dan cucu mereka, sampai tiga
a tau empat generasi. Allah tidak menghukum keturunan mereka karena dosa mereka,
melainkan orangtua itu sendiri- karena mereka tidak hid up sesuai dengan perintah-
Nya.
--_.._-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 11.7.
Menggunakan Mentor di Gereja
Pada umumnya gereja mempunyai "penatua" yang membantu pendeta untuk
mengatasi kebutuhan jemaat Mung kin orang-orang seperti itu bisa dipakai sebagai men-
tor untuk orang dewasa yang lebih muda di gereja, terutama orang-orang yang rohaninya
belum dewasa. Orang Kristen terlalu sering melakukan sesuatu sendiri meskipun Alkitab
dengan jelas menyatakan bahwa kita merupakan anggota kumpulan orang percaya. Joy
(1988, 109-112) mencatat bahwa Paulus adalah mentor Timotius. Sering pendeta agak
terpisah dari jemaat Program pemuridan yang melibatkan para penatua, orang awam
Kristen yang lebih dewasa diperlukan. Keberadaan mentor bukan saja bisa membantu
mengatasi masalah yang dihadapi orang-orang yang lebih muda, melainkan juga bisa
dilakukan pemeriksaan rohani secara berkala untuk menentukan apakah orang dewasa
yang lebih muda.berkembang rohaninya. Mentor rohani harus menghindari sikap dominan
dalam hubungan itu. Harus ada sikap saling memberi dan menerima.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Namun bukti terbaru menunjukkan bahwa krisis semacam itu paling sering
terjadi di antara laki-Iaki kelas menengah ke bawah, seperti pekerja kantor dan
pengusaha kedl (Farrell dan Rosenberg, 1981, 83-88). Orang-orang demikian
tampak cukup pandai menyesuaikan diri, tetapi cenderung memproyeksikan
masalah mereka pada orang lain. Krisis itu bisa diperparah oleh isteri yang
mengancam akan pergi karena sikap pura-pura itu. Dua belas persen orang dalam
situasi ini mengalami krisis yang jelas; 56 persen mengalami krisis tetapi
menyembunyikannya atau tidak sepenuhnya menyadari bahwa hal itu terjadi;
dan sisanya tidak mengalarni krisis. Sesungguhnya, "krisis pertengahan umur"
sering merupakan ungkapan perasaan tidak aman jangka panjang. Mungkin krisis
iiu secara nyaman telah dipakai sebagai dalih untuk perzinaan dan perilaku lain
yang tidak bertanggung jawab.
Levinson menekankan bahwa orang yang berurnur 40-45 tahun berada dalam
masa transisi, sesuai dengan apa yang dianggap sebagai "krisis umur pertengahan",
tetapi orang yang berusia pertengahan empat puluh tahunan sekali lagi masa itu
dengan menggunakan kegiatan rutin yang diteguhkan sebelumnya dalam
kehidupan atau mengambil pilihan baru yang muncul dari krisis selama transisi.
Levinson mencatat bahwa banyak orang menemukan masa ini merupakan masa
kehidupan mereka yang paling kreatif dan paling memuaskan.
Dari urnUI 50 sampai 55 tahun laki-Iaki mungkin sekali lagi mengalarni transisi,
tetapi ia mungkin tidak akan mengalarni krisis lain kecuali ia gagal mengatasi hal
itu sebelumnya. Dari 55-60 tahun ia sekali lagi merasa puas; dari 60-65 tahun ia
mulai mengalarni transisi menuju mas a pensiun dan kedewasaan akhir. Selama
fase dewasa pertengahan ini perempuan harus melakukan penyesuaian diri dengan
"sarang yang kosong" ketika anak-anak meninggalkan rumah, ataupun
ketegangan fisik karena menopause. Namun, peneliti menyimpulkan bahwa
penyesuaian ini tidak sesulit yang dibayangkan, meskipun perempuan pada masa
itu melaporkan pergumulan yang berat dalam menjalani transisi dari berpusat
pada rumah dan keluarga menjadi penerima peranan baru di luar rurnah (Baruch,
Barnett dan Rivers, 1983; Rubin, 1979).
REFERENSI
Alexander, J. 1973. Defensive and supportive communications in normal and deviant
families . Journal of Consulting Clinical Psychiatry 40: 223-231.
Balswick, J., dan J. Balswick. 1989. The family. Grand Rapids: Baker.
Baruch, G., R. Barnett, dan C. Rivers. 1983. Life prints. New York: McGraw-Hill.
Blitchington, W. 1980. Sex roles and the christian family. Wheaton, III.: Tyndale.
Bios, P. 1962. On adolescence. New York: Free.
Caine, N. 1986. Behavior during puberty and adolescence. Dalam Comparative primate
biology, editor. G. Mitchell dan J. Erwin. Vol. 2. New York: Liss.
Campolo, A 1984. You can make a difference. Waco: Word.
- -. 1986. Who switched the price tags? Waco: Word.
- - --. 1989. A sociology of youth ministry. Grand Rapids: Zondervnn.
Campolo, A., danS. Ratcliff. 1991. Activist youth ministry. Dalam Handbook of Youth
Ministry, editor D. Ratcliff dan J. Davies. Birmingham, Ala. : Religious Educa-
tion.
Collins, G. 1971. Man in transition. Carol Stream, III.: Creation.
Conway, J., danS. Conway. 1988. Your marriage can survive mid-life crisis. Nasville: Nelson.
Costanzo, P., dan M. Shaw. 1966. Conformity as a function of age level. Child Develop-
ment 37: 967-975.
Dobson, J. 1978a. Preparing for adolescence. Santa Ana, Calif.: Vision.
- - -. 1978b. The strong-willed child. Wheaton_ III.: Tyndale.
----. 1980. Emotions: can you trust them? Ventura, Calif.: Regal.
- - . 1987. Parenting isn't for Cowards. Waco: Word.
Elkind, D. 19h"i. The hurried child. Reading, Mass.: Addison-Wesley.
- -. 1984. All grown up and no place to go. Reading, Mass.: Addison-Wesley.
Erikson, ED. 1963. Childhood and society. Edisi revisi ke-2. New York: Norton.
Farrell, M., danS. Rosenberg. 1981. Men at midlife. Boston: Auburn.
Gilligan, C. 1983.In a different voice. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.
Gjerde, P. 1986. The interpersonal structure of family interaction settings. Developmen-
tal Psychology 22: 297-304.
Glasser, W. Reality therapy. New York: Harper and Row.
Graham, B. 1987. Facing death and the life after. Waco: Word.
Grunlan, S. 1984. Marriage and the family. Grand Rapids: Zondervan.
Havighurst, R. 1972. Developmental tasks and education. Edisi ke-3. New York: David
McKay.
Joy, D. 1988. Walk on. Wheaton, III.: Victor.
Jung, C. 1933. Modern man in search of a soul. New York: Harcourt, Brace.
Perkembangan Masa Remaja dan Dewasa
• "' _ __ "A • A
Kagan, J. 1979. Family experience and the child's development. American Psychologist
34: 886-891 .
Kesler, J., editor. 1984. Parents and teenagers. Wheaton, Ill.: Victor.
Kinsey, A., et al. 1948. Sexual behavior in the human male. Philadelphia: Saunders.
-----.1953. Sexual behavior in the human female. Philadelphia: Saunders.
Kopp, R. 1980. VVhen someone you love is dying. Grand Rapids: Zondervan.
Kotesky, R. 1981 . Growing up too late, too soon. Christianity Today (13 Mar.): 24-28.
-------.1987. Understanding adolescence. Wheaton, Ill.: Victor.
-------. 1991 . Adolescence as a cultural invention. Dalam Handbook of Youth Ministry,
editor D. Ratcliff dan J. Davies. Birmingham, Ala.: Religious Education.
Levinson, D. 1978. Seasons of a man's life. New York: Knopf.
Lidz, T. 1968. The person. New York: Basic.
McKenzie, L. 1982. The religious education of adults. Birmingham, Ala .: Religious Educa-
tion. .
McPherson,S., et al. 1973. Who listens? Who commuicates? Archives of General Psyciiia-
try 28: 393-399.
Maloney, H. 1986. The graying of America. Christianity Today (17 Jan.): 8.1-9.1.
Montemayor, R. 1982. The relationship between parent-adolescent conflict and the
amount of time adolescents spend alone. Child Development 53: 1512-1519.
The myth of the generation gap. 1984. Christianity Today (19 Okt.): 14-19.
Odom, L., J. Seeman, dan J. Newbrough .. 1971 . A study of family communication
patterns and personality integration in children. Child Psychiatry and Human
Development 1: 285.
Olds, 5. 1983. The working parents' survival guide . New York: Bantam.
Olthuis, J. 1986. Keeping our troth. San Francisco: Harper and Row.
Papalia, D., dan S. Olds. 1986. Human development. New York: McGraw-Hill.
Peters, J. 1985. Youth and aging. Dalam Social problems: Christian perspectives, editor. C
De-Santo dan M. Poloma. Winston-Salem, N .C: Hunter.
Peterson, A. 1988. Adolescent development. Annual Review of Psychology 39: 583-607.
Piaget, J. 1967. Six psychological studies. New York: Random.
Platt, L., dan R. Branch. 1988. Resources for ministry in death and dying. Nashville:
Broadman.
Reardon, D. 1987. Aborted women. Westchester, Ill.: Crossway.
Rekers, G. 1985. Family building. Ventura, Calif.: Regal.
Richards, L., dan P. Johnson. 1980. Death and the caring community. Portland, Oreg.:
Multnomah.
Rubin, C 1979. Women of a certain age. New York: Harper.
Sebald, H., dan B. White. 1980. Teenagers' divided reference groups. Adolescence 15:
979-989.
Segal, B., et al. 1967. Work, play and emotional disturbance. Archives of General Psychia-
try 15: 173.
Sell, C 1985. Transition. Chicago: Moody.
Selman, R. 1980. The growth of interpersonal understanding. New York: Academic.
Sheenly, G. 1967. Passages. New York: Dutton.
Steinberg, L., dan 5. Silverberg. 1986. The vicissitudes of autonomy in early adoles-
cence. Child Development 57: 841-851.
Stierlin, H. 1973. A family perspective on adolescent runaways. Archives ofGeneral Psy-
chiatry 29:59.
Strommen, M. 1988. Five cries of youth. Edisi revisi . San Francisco: Harper and Row.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Strommen, M., dan A. Strommen. 1985. Five cries of parents. San Francisco: Harper and
Row.
Stubblefield, J. 1986. A church ministering to adults. Nashville: Broadman.
Udry, R., dan L. Tolbert. 1988. Sex hormone effects on personality at puberty. Journal of
Personality and Social Psychology 54: 291-295.
Vogel, L. 1984. The religious education of older adults. Birmingham, Ala.: Religious Educa-
tion.
Wheat, E., dan C. Wheat. 1981. Intended for pleasure. Edisi revisi. O ld Tappan, N.J. :
Revell.
Wilson, J., c. Beecham, dan E. Carrington. 1966. Obstetrics and gynecology. St. Louis:
Mosby.
Wright, H . 1981 . Marital counseling. Denver, Colo.: Christian Marriage Enrichment.
-----.1982. Seasons of a marn·age. Ventura, Calif.: Regal.
Wyckoff, D., dan D. Richter. 1982. Religious education ministry with youth. Birmingham,
Ala .: Religious Education.
***
12
Kepribadian
I(;
pribadian adalah pola perilaku, pemikiran, dan perasaan yang melekat
pad a diri seseorang secara konsisten dalam segala situasi dan waktu.
eskipun kita cenderung bertindak berbeda tergantung dengan siapa
kita berbicara, ada kecenderungan tertentu dalam perilaku dan pemikiran yang
tetap sarna tidak peduli situasi atau siapa pun orangnya.
Kita tidak akan mengamati sifat-sifat, tetapi menyimpulkan hal itu daril_perilaku.
Selain itu, teori sifat cenderung mengabaikan pengaruh konteks pada perilaku.
Akhirnya, selalu ada masalah stereotip seperti dicatat sebelumnya. Sifat-sifat tidak
selalu berada dalam satu kelompok (misalnya, tidak semua orang yang gemuk
selalu mudah bergaul seperti pendapat Sheldon).
Ada teori yang agak rr~rip dengan teori sifat, yaitu teori konsep-pribadi Kelly.
Menurut Kelly, oraJ g menciptakan konsep diri mereka sendiri dalam kategori
4
bahwa kebaikan merupakan sifat dasar manusia, hal itu tidak perlu membuat
kita membuang teori fenomenologis sama sekali.
Dari suatu sudut pandang Kristen, kita bisa menemukan nilai dalam keempat
teori itu masing-masing dalam usaha mereka mengembangkan sudut pandang
yang utuh ten tang kepribadian. Teori FreuG. menekankan sisi gelap keadaan manu-
sia. Seperti penjelasan Heinroth, id adalah sifat dosa yang kita rniliki. Ada sesuatu
yang secara fundamental menyimpang dalam sifat manusia, dan konsep Alkitab
tentang dosa warisan merupakan penjelasan terbaik untuk penyimpangan itu.
Namun, seper'i Darling (1969, 25) telah nyatakan secara meyakinkan, "para
teolog tampaknya telah memberi tabu kita kebenaran, tetapi sayangnya mereka
tidak memberi tahu kita seluruh kebenaran." Mereka juga merniliki sesuatu yang
sangat baik dari diri mereka; mereka masih membawa gambar Allah sejak
penciptaan, meskipun gambar itu sudah rusak berat.
Teori perilaku bisa membantu kita mengisi gambaran kepribadian dengan
lebih lengkap. Paham perilaku membantu menjelaskan mengapa orang-orang
bertindak seperti yang mereka lakukan dengan berfokus pada hadiah dan
hukuman. Paham perilaku membantu menjelaskan perilaku berdosa tertentu,
bukan fakta bahwa orang-orang memang berbuat dosa. Dengan menggabungkan
teori-teori utama kepribadian ini dan doktrin Kristen kita akan mendapatkan suatu
I
fondasi bagi teori kepribadian Kristen.
TES KEPRIBADIAN
Para psikolog dan para peneliti lainnya kadang-kadang menggunakan tes
dalam us aha mereka untuk memaharni kepribadian. Ada tes kepribadian objektif
dan proyektif. Kedua hal itu berbeda dalam bentuk dan asurnsi yang men-
dasarinya. Tes objektif sebagian besar dipengaruhi oleh teori sifat, sedang tes
proyektif dikembangkan terutama melalui pengaruh teori Freud.
Tes-tes objektif merupakan inventarisasi laporan diri di mana individu
ditanya beberapa pertanyaan, seperti "Apakah Anda suka membaca majalah
permesinan?" atau "Apakah Anda bangun pagi dengan perasaan segar dan santai
dengan sebagian besar waktu?" Dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang
berkaitan dengan aspek kepribadian tertentu, kecenderungan tertentu dalam
jawaban itu bisa ditemukan, yang dipandang mencerminkan pola kepribadian.
Tes-tes kepribadian objektif sering dipakai oleh kampus-kampus perguruan tinggi,
para majikan dan dewan rnisi untuk mengenal orang-orang yang memiliki masalah
kepribadian yang besar.
The Taylor-Johnson and Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) lazim
digunakan sebagai tes-tes kepribadian objektif. MMPI merupakan alat standar dokter
klinik untuk menangani atau mengevaluasi psikopatologi. Penulis mengembangkan
tes itu untuk mencerrninkan penyimpangan dari kondisi normal pada sepuluh skala
klinis gangguan psikiatris, seperti depresi, penyimpangan psikopatis, dan schizo-
phrenia. Oleh sebab itu, MMPI bisa menjadi indikator gangguan emosional, meskipun
tes itu memberikan penjelasan yang relatif buruk tentang kepribadian yang normal.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Tes proyektif menyodorkan satu perangkat stimulus yang ambigu atau netral
yang sudah dibakukan, semacam bercak tinta atau gambar untuk ditanggapi oleh
seseorang. Orang yang menjalankan tes kemudian secara subjektif menafsirkan
jawaban itu. Tes proyektif biasanya memerlukan administrasi individual dan
cenderung sangat dipengaruhi oleh asumsi penulis dan pengevaluasi tes itu. Ror-
schach Ink-Blot Test (lihat tabeI12.1) dan Thematic Apperception Test (TAT) dikenal
sebagai tes proyektif. Asurnsi di belakang tes ini adalah kepribadian tersembunyi
jauh di dalam pikiran bawah sadar orang itu, yang hanya bisa diperiksa secara
tidak langsung. Secara umum, tes kepribadian proyektif lebih sulit diandalkan
dan kurang valid dibanding dengan tes-tes objektif.
Salah satu keberatan Mischel adalah karena banyak pertanyaan dalam tes
kepribadian bersifat kabur; pertanyaan yang sama bisa dijawab dengan berbagai
cara yang berbeda tergantung pada penafsiran dan suasana hati seseorang. Juga
ada bukti bahwa skor tes tidak menentukan perilaku masalah dan catatan sejarah
lama yang relevan. Tes kepribadian tidak memberi ruang untuk perbedaan budaya
dan etnis. Juga ada kemungkinan untuk memalsukan jawaban yang dikehendaki
secara sosial. Mischel menjelaskan masalah pelabelan: penentuan kategori perilaku
memperbesar kemungkinan bagi konselor untuk mengabaikan bukti yang berten-
tangan atau bahkan menciptakan a tau mendorong perilaku patologis yang konsis-
ten dengan kategori yang tertentu. Akhirnya, model medis tidak bisa dijadikan
dasar untuk memaharni semua masalah secara memadai. Hal itu ditunjukkan
melalui tidak adanya bukti untuk substitusi gejala (Stuart, 1970, 9, 103-17).
Satu pengalaman bercerita tertentu mungkin membantu menunjukkan
mengapa tes kepribadian tetap populer di antara para konselor:
Fokus 12.1.
Etika Tes Kepribadian
Pada tahun-tahun terakhir ini masalah etis dalam tes kepribadian mulai dipikirkan.
Orang-orang yang menggunakan alat ini punya kewajiban untuk melakukan hal itu secara
etis; manusia bukan objek untuk dimanipulasi. Asosiasi Psikologi Amerika (1981)
sesungguhnya telah mengembangkan sejumlah prinsip etis yang berkaitan dengan riset,
terapi, dan tes.
Kerahasiaan dan campur tang an dalam hal-hal yang bersifat pribadi adalah masalah
dalam tes kepribadian. Tidak hanya hasil tes akan menjadi rahasia umum dan karena itu
membuat kita menaruh prasangka yang tidak adil pada orang lain, tetapi orang lain mungkin
akan menggunakan hasil tes itu tanpa menyadari keterbatasan tes semacam itu. Pada
umumnya para konselor memakai tes sebagai indikator masalah yang mungkin ada, bukan
sebagai garis besar kepribadian yang otoritatif. Meskipun hasil tes mungkin menunjukkan
kecenderungan tertentu, seseorang yang tidak terbiasa dengan keterbatasan tes semacam
itu mungkin secara tidak adil menyimpulkan bahwa kekurangan tertentu telah ditemukan
karena skornya tidak biasa.
Misalnya, seorang murid diberi inventarisasi Taylor-Johnson yang sudah populer itu.
Ia menerima skor yang buruk pada setiap skala tes. Namun ketika ia diwawancarai oleh
harus dib,erikan dengan hati-hati, jika tes itu harus digunakan, karena tes itu
diciptakan oleh manusia, sehingga memiliki kelemahan dan kurang sempurna.
kita mengatasi rasa sakit ketika melihat diri kita sebagaimana adanya secara utuh.
Psikiatris yang berpengalaman tahu bahwa pasien harus menanggalkan
mekanisme pertahanan diri mereka setara bertahap; dan melakukannya secara
cepat bisa menghasilkan istirahat psikotis untuk melepaskan diri dari rasa sakit
emosional yang begitu besar.
Ada berbagai mekanisme pertahanan diri (DSM III-R 1987, 393, 95). Beberapa
mekanisme itu berkaitan dengan masalah psikologis yang berat (lihat bab 14 dan
15). Di sini kita akan membahas beberapa mekanisme pertahanan diri yang
2
umum.
Represi
Lidz (1968, 256) mendefinisikan represi sebagai "pemenjaraan atau
penyingkiran memori, persepsi, atau perasaan yang akan membangkitkan hal-
hal yang dilarang" . Lidz percaya bahwa "untuk mencegah munculnya kembali
beberapa pengalaman seksual pad a masa kecil atau ketidaknyamanan karena
mengingat kembali keinginan seksual terhadap orangtuanya, seluruh periode
masa kecil awal mungkin ditekan."
Represi tidak hanya menyembunyikan ide-ide dan impuls-impuls dari
kesadaran, tetapi juga menghalangi isi hal yang ditekan sebelumnya agar tidak
muncul dalam kesadaran yang disadari. Represi merupakan mekanisme per-
tahanan diri utama yang menjadi dasar bagi semua mekanisme pertahanan diri
lainnya, sehingga menjadi mekanisme pertahanan diri yang paling sering
digunakan.
Proyeksi
Proyeksi melibatkan pengenaan impuls atau harapan pribadi pad a orang
lain. Anak laki-Iaki yang merasa bermusuhan dengan saudara perempuannya,
tetapi yang tidak menghendaki perasaan tidak nyaman yang menyertai harapan
permusuhan itu, mungkin meyakinkan dirinya sendiri bahwa saudara perem-
puannya itulah yang marah kepadanya. Orang dewasa yang memiliki citra diri
yang rendah sering memakai proyeksi, dan menjadi sangat kritis terhadap orang
lain yang secara tidak sadar mengingatkan mereka terhadap kelemahan dirinya
sendiri. Yesus berbicara tentang penggunaan proyeksi dalam Matius 7:1-5:
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakirni. Karena
dengan penghakirnan yang kamu pakai untuk menghakirni, kamu akan
dihakirni dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu.
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan
balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat
berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluar-
kanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas
untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.
PENGANTAR PSIKOLOG! C'.A.N KONSELING I<R!STEN 2
Fokus 12.2
Mekanisme Pertahanan Diri dalam Gereja (1)
Tekanan yang berlebihan pada doktrin tertentu di gereja mungkin disebabkan oleh
alternatif lain yang mengancam, yang menimbulkan kekhawatiran di bawah sadar. Lebih
mudah mengabaikan alternatif lain daripada memikirkan hal itu secara serius. Karena itu
konflik di antara pendekatan yang diterima dengan alternatif yang sah ditekan dan status
quo dipertahankan.
Proyeksi sering kali dilakukan di gereja. Tekanan !ertentu yang dilakukan pendeta
dalam khotbahnya mungkin memunculkan konflik batinia"' dalam hati beberapa anggota
gereja. Mereka mungkin menganggap lebih mudah memikirkan orang lain yang memiliki
masalah khusus itu daripada menyadari bahwa mereka juga memiliki masalah yang sama.
Seorang pendeta mungkin secara tidak sadar berpikir tentar;g melakukan perzinaan,
sehingga ia berkhotbah tentang topik itu beberapa kali dalam rentang waktu dua bulan.
Seorang wanita muda mungkin mulai percaya bahwa Allah menghendakinya untuk pergi
ke luar negeri sebagai misionaris padahal ia sebenarnya secara tidak sadar ingin dekat
dengan orangtuanya yang juga menjadi misionaris di bagian dunia itu.
The Putneys (1964, 49-51) menceritakan tentang seorang ateis dan orang Kristen
yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdE:bat tentang posisi mana yang benar.
Karena orang Kristen itu telah dibesarkan dalam keluarga agnostik, ia sesungguhnya
lsolasi
Berbagai emosi yang tidak bisa diterima (seperti iri hati, ketamakan, dan
hawa nafsu) rnungkin dipisahkan dari pikiran sadar dan diisolasi dari kesadaran
yang disadari. Mekanisme pertahanan diri ini biasanya digunakan oleh orang
yang kornpulsif yang hati nuraninya sangat tegas sehingga rnereka secara salah
berpikir bahwa sernua kernarahan itu dosa; akibatnya, mereka rnengisolasi
kernarahan rnereka untuk rneredakan rasa bersalah mereka yang palsu. Dalarn
kenyataan mereka sedang berbuat dosa karena tidak mengalarni ernosi arnarah
yang negatif. Allah lebih. suka mereka menyadari kernarahan rnereka sehingga
bisa rnenanganinya dengan dewasa dan rnengarnpuni orang lain "sebelum
rnatahari tenggelarn" (Ef. 4:26; Irn. 19:17-18).
Kepribadian
- - ~-·------~·-·. -···----·--,~-·~·-·-~-------~-··--·--·-··-~-·~---~ --
berusaha menyingkirkan keragu-raguan di bawah sadamya ten tang iman Kristennya dengan
berdebat begitu giat dengan ateis itu. Orang ateis itu, karena dibesarkan dalam keluarga
yang religius, berdebat sama kuatnya, karena berusaha menyingkirkan dirinya dari keragu-
raguan di bawah sadarnya tentang ateisme yang ia anut. Jelaslah bahwa apa yang
diceritakan the Putneys merupakan proyeksL Jauh lebih baik bagi kita untuk mengatasi
keragu-raguan itu pada tingkat kesadaran dan kemudian mempengaruhi orang lain dengan
cara yang tidak begitu defensif (lihat bab 9). Orang Kristen yang emosinya dewasa
menceritakan Kristus kepada orang lain, namun ia mengizinkan mereka untuk memiliki
pandangan yang berbeda. Yesus tidak pernah memaksa orang lain untuk beriman.
lntelektualisasi digambarkan melalui kecenderungan beberapa pendeta menggunakan
jargon teologis dan religius secara berlebihan. Hal ini dengan mudah bisa menggantikan
ungkapan yang murni tentang diri sendiri, termasuk emosi diri sendirL Pendeta mungkin
menemukan dirinya menafsirkan masalah dalam istilah intelektual atau teologis, bukannya
menaruh empati pada konseiL Hal ini mungkin disebabkan ia memiliki konflik yang
tersembunyi di bawah sadar. Pendeta merasakan beban emosional untuk "ikut merasakan"
beban orang lain atau berkata "Saya tidak tahu"; jauh lebih mudah baginya untuk
menggunakan istilah klise atau istilah teknis. Kristus mendengarkan dan berempati serta
menganalisis kondisi orang lain dengan baik. Kita perlu mengingat bahwa Roh Kudus beke~a
bukan hanya secara kognitif, melainkan juga secara afektif.
Intelektualisasi
Orang-orang mungkin menghindari kesadaran tentang perasaan inferior dan
konflik bawah sadar lainnya dengan penggunaan kosakata, pikiran, diskusi dan
filosofi intelektual yang berlebihan. Ini merupakan mekanisme pertahanan diri
yang umum.
Misalnya, seorang anak laki-laki dibesarkan dalarn keluarga kelas atas yang
sangat kritis dan dingin. Karena tidak menyadari perasaan inferioritas mereka,
orangtua memandang rendah setiap orang yang seleranya tidak sarnpai pada level
mereka. Anak laki-laki itu mendapat nilai-nilai A atau B di sekolah, tetapi hal ini
tidak cukup memuaskan orangtuanya. Saat kuliah ia mernilih jurusan filsafat,
dan menggunakan kata-kata yang panjang, jarang digunakan, hanya untuk
membicarakan masalah-masalah filosofis (tidak pernah tentang perasaannya
sendiri), dan memandang rendah orang-orang yang lebih bodoh daripada dirinya.
Rasionalisasi
Orang-orang bisa membenarkan sikap, keyakinan dan perilaku yang tidak
bisa diterirna dengan penerapan dalih yang masuk akal atau dengan penemuan
alasan palsu secara salah. Konselor pastoral mungkin menghabiskan waktu yang
sangat banyak dengan konseli wanita, karena pikirannya yang penuh hawa nafsu
tetapi tidak disadarinya terhadap wanita, karena ia telah meyakinkan dirinya
sendiri bahwa motifnya murni. Ia membuat rasionalisasi bahwa ia melihat dari
PE , ~GANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
kacamata kasih Kristen, sehingga wanita itu perlu menghabiskan waktu bersama
seorang figur ayah untuk menggantikan ayahnya yang mengabaikan dirinya pada
masa kecilnya.
Formasi Reaksi
Sikap dan perilaku yang bertentangan dengan perasaan seseorang yang
sebenarnya atau impuls yang tidak disadari bisa diambil. 1ni dikenal sebagai
formasi reaksi. Sebagai ilustrasi, pendeta melakukan kampanye tentang kekudusan
seksual dan integritas, tetapi secara tidak sadar menggoda konseli wanita. Jadi,
dengan mernisahkan perasaan seksualnya dari tindakan, pendeta itu menganggap
dirinya tidak bersalah dalam situasi itu dan tidak munafik secara sadar. Contoh
lainnya, seorang pemirnpin agama yang mengikuti dorongan homoseksual dan/
atau heteroseksual yang kuat, namun juga dengan kuat berkhotbah menentang
hubungan seks bebas.
Pengalihan
Orang-orang mungkin mengalihkan emosi dari objek asal ke objek pengganti
yang lebih dapat diterima. Seorang yang marah kepada bosnya, tetapi takut
menyatakan kemarahannya di tempat kerja pulang ke rumah dan mengkritik
isterinya atau memukul anaknya atas tindakan yang biasanya ia abaikan. Seorang
anak perempuan berumur lima tahun yang tidak menyadari konflik ten tang
cintanya yang mendalam kepada ayahnya, termasuk keinginan untuk menikah
dengannya ketika ia dewasa, mengalihkan cintanya kepada boneka beruangnya
dan membawanya ke mana pun ia pergi.
Saul mungkin telah mengalihkan kemarahannya terhadap Allah kepada
Daud. Musa memukul batu karang agar mengeluarkan air dan membanting loh
batu berisi perintah Allah, untuk mengalihkan kemarahannya yang timbul karena
dosa umat Israel.
Identifikasi
1dentifikasi mungkin bisa sehat, terutama jika tindakan itu dilakukan dengan
sadar (meskipun secara teknis tidak, tetapi tindakan itu merupakan mekanisme
pertahanan diri karena berdasarkan definisinya mekanisme semacam itu
merupakan proses bawah sadar). 1dentifikasi muncul ketika orang-orang meniru
nilai-nilai, sikap dan perilaku orang lain tanpa mengetahui mengapa mereka
melakukannya.
Seorang anak yang menonton pahlawan hebat di televisi, remaja yang
menonton film erotis, atau karyawan yang mengamati metode bisnis tuannya
yang licik merupakan contoh yang baik tentang bagaimana mekanisme pertahanan
diri ini bisa mempengaruhi orang. Orang-orang juga bisa mengidenfikasikan
dirinya dengan nilai-nilai dan sikap kelompok, seperti pada sekte. Contoh
identifikasi yang positif adalah pengidentifikasian kita dengan Kristus.
m---xy,·>-_,.-~.-~--. ~-
Kepribadian
Regresi
Beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti regresi, dinyatakan pada awal
masa kecil. Regresi muncul ketika orang-orang yang diperhadapkan pada konflik
baru-baru ini kembali pada tahap ketidakdewasaan emosional pada masa sebe-
lumnya. Mereka berbuat demikian karena merasa lebih terlindung dari stres
kehidupan.
Sebagai gambaran, anak laki-laki umur empat tahun yang sudah terlatih
buang kotoran sendiri dan mencapai kedewasaan seusianya diperhadapkan pada
kelahiran adiknya. Ia mengalami konflik bawah sadar karena ibunya menginap
di rumah sakit selama satu minggu, sehingga ia menghabiskan Iebih banyak
waktunya dengan bayi yang baru lahir itu. Ia tiba-tiba mulai mengompol, meng-
Fokus 12.3.
Mekanisme Pertahanan Diri dalam Gereja (2)
Beberapa pendeta cenderung menggunakan ide yang sama berulang-ulang, mungkin
ia mengutip leks yang berbeda, tetapi ia menyampaikan khotbah yang sama. Kita semua
memiliki topik favorit, tetapi hanya menyampaikan satu khotbah yang kita sukai merupakan
penyimpangan terhadap firman Allah. Sungguh mengherankan betapa ban yak bag ian Alkitab
yang tidak pernah digunakan oleh penginjil atau pendeta, sementara perikop tertentu telah
digunakan berulang-ulang sehingga jemaat hampir bisa meramalkan poin-poin utama
khotbah setelah ayat referensinya diberikan. Beberapa orang berpendapat bahwa "Firman
Allah tidak akan kembali dengan sia-sia", atau "Anda selalu bisa mendapatkan lebih banyak
kebenaran dari Alkitab", Namun sesungguhnya, mereka sedang melakukan rasionalisasi.
Dalam kenyataan, pendeta itu mungkin terlalu malas untuk mempelajari bagian Alkitab
lainnya.
Rasionalisasi juga bisa berada di belakang pendapat untuk mempertahankan King
James Version sebagai terjemahan utama untuk studi atau penyembahan. Pendukung
posisi ini, misalnya, mungkin berkata bahwa saat ini ada banyak versi Alkitab atau bahwa
King James merupakan te~emahan yang paling akurat atau paling ban yak diterima. Mungkin
alasan sebenarnya adalah para pemimpin merasa takut mengecewakan anggota jemaat
yang kaku.
Bahkan para misionaris tidak kebal terhadap mekanisme pertahanan diri. Misalnya,
seorang misionaris mungkin bersikap ramah dan hangat terhadap orang-orang nasional
ketika mereka mengunjunginya, tetapi segera mengkritik mereka setelah mereka
meninggalkan rumahnya. Pola ini bisa dikenali sebagai bentuk formasi reaksi. Misionaris
lainnya berbicara keras menentang pelanggaran seksual, semen tara menggalang dana di
negara asalnya, tetapi pemimpin nasional menceritakan hubungan gelap yang ia lakukan.
Anggota gereja mungkin memanipulasi orang lain dengan menyebut mereka pelayan untuk
menekankan kekuasaan mereka- ini merupakan bentuk lain formasi reaksi. Betapa jauh
bedanya dengan Kristus, yang tidak hanya menyarankan agar kita menjadi hamba,
melainkan juga memberikan contoh dengan membasuh kaki murid-murid-Nya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fiksasi
Bukannya kembali ke tahap emosional yang lebih awal, orang yang
melakukan fiksasi menghadapi trauma pada waktu tertentu dalam hidupnya dan
tetap berada pada tingkat perkembangan emosional tersebut. Orang itu mungkin
bertindak tidak bertanggung jawab dan kekanak-kanakan pada masa dewasa.
Mereka mungkin membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang tidak perlu, tanpa
mernikirkan bertumpuknya tagihan yang tidak terbayar. Atau mereka mungkin
mengabaikan keluarga derni menonton pertandingan sepakbola di televisi.
Perkembangan rohani mungkin menghasilkan konflik bawah sadar karena
pertumbuhan rohani sering membutuhkan pengorbanan dan kerendahan hati.
Orang-orang menolak untuk dikoreksi karena berbagai alasan, dan kebutuhan
untuk berkembang secara rohani bisa bertentangan dengan pergumulan emosional
pada tingkat bawah sadar, dan mengakibatkan fiksasi rohani. Gereja-gereja sering
kali merniliki banyak bayi rohani yang tidak bertumbuh dewasa dalam imannya
Fokus 12.4.
Mekanisme Pertahanan Diri dalam Gereja (3)
Mekanisme pertahanan diri pengalihan mungkin diakibatkan oleh khotbah yang
berbicara tentang kelemahan dalam kehidupan seseorang, sehingga menciptakan
kekhawatiran. Di pintu masuk pendeta menerima senyuman dan jabatan tangan. Namun
di rumah sore hari itu, anak-anak menerima pukulan yang keras karena kesalahan kecil
yang dilakukannya. Minggu berikutnya, selama pertemuan dewan anggota jemaat yang
merasa bersalah membuat warna karpet yang baru sebagai masalah yang besar. Ia bahkan
mengancam akan meninggalkan gereja hanya karen a karpet itu.
Meskipun identifikasi merupakan hal yang normal pada masa anak-anak, hal itu
kadang-kadang muncul ke permukaan pada masa dewasa, jika anggota jemaat secara
tidak sadar meniru pendetanya. Seseorang mungkin meniru orang yang agresif yang me-
nimbulkan kekhawatiran; maka peneladanan bawah sadar te~adi. Para psikolog kadang-
kadang menyebut hal ini sebagai "identifikasi terhadap orang yang agresif'. Orang Kristen
harus berhati-hati untuk tidak meniru pendekatan yang bermusuhan seperti yang dilakukan
beberapa musuh mereka; teguran yang penuh kasih lebih baik daripada kemarahan.
Kepribadlan
atau mengambil tempat mereka yang sesuai dalam tubuh Kristus. Pertumbuhan
dalam Kristus, bukan fiksasi rohani, itu[ah yang menjadi norma. Kita harus
"menyingkirkan hal-hal yang kekanak-kanakan".
Pembatalan
Orang-orang mung kin me[akukan tindakan atau komunikasi verbal yang
tidak disadari untuk meniadakan kesalahan sebelumnya, sehingga kesalahan itu
seolah-olah tidak pernah terjadi.
Pada saat pacaran, seorang gadis dengan hangat menyatakan cintanya, tetapi
kemudian ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia hanya bercanda dan
memperlakukan pacarnya dengan sopan tetapi dingin. Contoh lain adalah orang
Kristen yang mengkritik sesama orang Kristen, kemudian keesokan harinya ia
merasa berdosa di bawah sadar dan berbalik memuji orang yang ia kritik tanpa
mengingat bahwa ia sudah mengkritiknya atau tanpa mengetahui mengapa ia
memuji-muji dia sedernikian rupa. llustrasi lainnya adalah [aki-[aki muda yang
merasakan keyakinan yang kuat untuk menjadi misionaris tetapi di bawah sadar
ia bergumul dengan kesulitan yang akan ia hadapi kalau meninggalkan negaranya.
Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh ingin
menjadi misionaris sebagai prioritas hidupnya dan berakhir dengan melakukan
pekerjaan sekular, tetapi ia menjadi ketua lembaga misionaris di gereja lokaInya.
Peniadaan jangan dicampuradukkan dengan padanannya yang sehat,
restitusi secara sadar atau permintaan maaf atas kesalahan yang telah dilakukan.
Kompensasi
Orang-orang mungkin berusaha menggantikan kekurangan pribadi yang
nyata ataupun khayalan dalam kondisi fisik, penampilan, talenta atau atribut
psikologis. Hal ini bisa menjadi pertahanan diri yang sehat jika kompensasi itu
dilakukan secara sadar dan dengan motif yang benar. Namun kompensasi di sini
mengacu pad a pergumulan untuk menggantikan perasaan rendah diri yang timbul
karena kurang menerima cara Allah menciptakan kita. Misalnya, seorang
perempuan muda tiba-tiba melakukan hubungan seks bebas tanpa menyadari
bahwa ia melakukan hal itu untuk melakukan kompensasi atas perasaan rendah
diri yang dalam atas keadaannya yang kurang menarik (entah nyata atau
khayalan).
Overkompensasi
Kompensasi merupakan cara menggantikan kekurangan yang bisa diterima
secara sosial, sedang overkompensasi merupakan usaha untuk menggantikan
kekurangan yang tidak bisa diterima secara sosial. MisaInya, seseorang mungkin
berusaha menjadi seorang yang menghidupkan pesta, sehingga melakukan
kompensasi yang terlalu berlebihan atas citra dirinya yang rendah, dengan
menceritakan lelucon yang tidak dianggap lucu oleh siapa pun. Sekalipun
mendapat kelu han dan umpan balik yang negatif dari orang lain, ia tetap
menceritakan [e[uconnya yang tidak [u(c, , ·::'jngga ia semakin menjauhkan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
dirinya dari orang lain dalam kelompok dan semakin meningkatkan citra dirinya
van g negatif.
Di gereja overkompensasi mu ngkm di gambarkan oleh orang yang selalu
meminta izin kepada pend etanya untuk menyanyi solo, meskipun ia tidak
memiliki talenta itu. Meskipu n ia berusaha menutupi ·kel emahannya dalam
keterampilan antarpri badi, ia tidak mampu menyadari bahwa orang lain menjaga
jarak darinya karena keinginannya yang agresif untuk membuktikan dirinya
send iri dengan menyany i.
Fokus 12.5.
Mekanisme Pertahanan Diri
dalam Gereja (4)
Suatu kali saya mengunjungi gereja di mana kelas Sekolah Minggunya diajar oleh
remaja. Pemuda itu berbicara panjang Iebar ten tang pikiran seksual yang ia alami dengan
gadis-gadis tertentu, bahkan ia menyebutkan orang-orang yang ia pikirkan! Pembicaraan
itu mungkin merupakan usaha untuk melakukan rasionalisasi terhadap pikiran yang
membuatnya merasa berdosa.
Berbeda dengan sikap peniadaan, seseorang bisa secara sadar melakukan restitusi
1
atau permintaan ampun . Hal ini perlu terjadi sedemikian rupa sehingga siklus pengakuan
dosa merupakan siklus perbuatan. Jika seseorang telah melakukan dosa terhadap Allah ,
1a harus mengakui hal itu kepada-Nya. Sebaliknya, jika seseorang berdosa kepada seluruh
jemaat, jemaat harus menerima pengakuan dosa. Mungkin hal inilah yang dipikirkan Yakobus
ketika ia berkata, "Hendaklah kamu saling mengaku dosamu" (Yak. 5:16).
Kompensasi mungkin digambarkan oleh seorang wanita yang menghabiskan sangat
banyak waktu di gereja dan terus-menerus terlibat dalam berbagai komisi dan aktivitas
lainnya. Ia menghabiskan sedikit waktu di rumah karena suaminya terus-menerus mengkritik 1
Sublimasi
Dengan sublimasi yang tidak sehat, dorongan yang tidak diterima secara
sadar (seperti permusuhan atau haw a nafsu) disalurkan dengan cara yang diterirna
tanpa orang itu pernah menyadari bahwa dorongan yang tidak diinginkan itu
tetap ada. Hal yang lebih sehat seharusnya adalah menyadari dorongan semacam
itu, mendoakan, dan kemudian secara sadar mengarahkan ulang hal itu. Misalnya,
seorang atlet mungkin berusaha memperhalus impuls seksualnya dengan
menggunakan energi tersebut di arena olahraga. Atau seorang gadis mungkin
menyalurkan kemarahannya dengan mengarahkan energi tersebut secara
konstruktif dengan melukis.
Paulus berbicara tentang orang-orang yang melajang yang mampu
menyalurkan seluruh energinya untuk memberitakan Injil (I Kor. 7:32-35). Tentu
saja penginjil atau rnisionaris lebih bebas untuk bepergian dan memiliki waktu
lebih banyak untuk berbagai aktivitas jika ia melajang. Mungkin energi seksual
yang disublimasi merupakan pilihan bagi beberapa orang Kristen yang merniliki
talenta yang begitu banyak (Campolo, 1988, 64-68).
Substitusi
Sementara sublimasi merupakan ungkapan dorongan hati yang tidak dapat
diterima dengan mengarahkan kembali dorongan itu melalui saluran yang tidak
berkaitan, substitusi terjadi jika orang-orang menipu diri mereka sendiri berkaitan
dengan keinginan mereka yang sejati dan berakhir dengan menerirna pemenuhan
keinginan itu secara sebagian atau sudah sedikit diubah.
Sebagai ilustrasi, seorang laki-laki muda mungkin tidak sadar bahwa ia
merniliki sikap bermusuhan yang disembunyikan terhadap ibunya dan kaum
wanita pada umurnnya. Ia membuat
lelucon yang penuh kritikan tentang
kebodohan dan kerendahdirian
wanita dan kemudian tidak mema-
harni mengapa beberapa orang mera-
sa tersinggung. Contoh lainnya
adalah anak laki-laki yang tumbuh
dewasa dalam keluarga yang sangat
religius. Karena menyadari bahwa
dorongan sikap bermusuhannya
yang kuat akan melukai kebanggaan
dan hati nuraninya, maka pada masa
anak-anak ia menjadi pemburu ahli,
dan membunuh banyak binatang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Pemisah-misahan
Orang-orang secara tidak sadar bisa merniliki sikap seolah-olah hal itu tidak
berhubungan dan tidak berkaitan - dalarn ruang otak mereka yang terpisah -
untuk menyembunyikan konflik antara perasaan dan motif yang tidak bisa
diterima dengan perasaan dan motif ideal mereka dari kesadaran mereka.
Misalnya, orang laki-laki dewasa yang sangat cemas mulai menyadari perasaan
bersalah secara tidak sadar ketika ia melihat hubungan antara khayalan saat ini
dengan konflik baru-baru ini yang ia alarni. Pikiran bawah sadarnya segera meya-
kinkan dia bahwa khayalan dan konflik itu tidak berkaitan, sehingga ia merasa
tenang untuk sementara dan mulai memikirkan hal lainnya. Surat Yakobus
menekankan bahwa kita perlu melangkah lebih jauh daripada sekadar berbicara
tentang lnjil dan sungguh-sungguh melakukannya, jadi dengan demikian
mengatasi pernisah-rnisahan agarna dan kehidupan.
Penyangkalan
Penyangkalan adalah "kemarnpuan untuk menyangkal keberadaan sesuatu
yang mengganggu, seperti kemarahan diri sendiri atau perasaan seksual" (Lidz,
1968, 258). Pikiran, perasaan, harapan atau motif disangkal agar tidak memasuki
kesadaran. Ini merupakan mekanisme pertahanan diri utarna kepribadian histri-
onic, yang menyangkal pikiran berdosa, perasaan, harapan atau motif mereka
sendiri bahkan meskipun hal itu tampak jelas bagi orang-orang di sekeliling
mereka. Misalnya, seorang wanita mungkin bersikap menggoda, tetapi ia tidak
menyadari bahwa ia melakukan hal itu karena sikap penyangkalan, kemudian ia
menjadi marah kepada laki-laki yang secara tidak sadar ia goda karena melakukan
respons bernada seksual. Jika apa yang ia lakukan ditunjukkan kepadanya, ia
dengan keras akan menyangkalnya (lihat juga Arns. 14:15; 16:2; Yak. 3:14).
Konselor sering kali tidak mau menunjukkan masalah klien mereka yang
tarnpak jelas karena ada kemungkinan besar kliennya akan menyangkal. Konselor
harus membantu klien itu mengenali masalah mereka sendiri, dan meneguhkan
apa yang diusulkan oleh klien tanpa takut menghadapi penyangkalan. Sekali klien
menyangkal diagnosis, ia akan sulit untuk mengakui bahwa ia sungguh-sungguh
menghadapi masalah pada waktu yang akan datang.
Fokus. 12.6.
Mekanisme Pertahanan Diri
dalam Gereja (5)
Pemisah-misahan bisa digambarkan oleh seseorang yang percaya bahwa tidak ada
tempat bagi psikologi di gereja karena psikologi ya psikologi, gereja ya gereja. Orang itu
mungkin menyembunyikan konflik bawah sadar yang ditimbulkan oleh studi psikologi yang
menerangi bidang-bidang yang tidak mampu memenuhi idealisme tertentu. Konflik itu te~adi
pad a tingkat bawah sadar, jadi pikiran memisahkan gereja dan psikologi menjadi dua bagian.
Ia menolak melihat adanya kemungkinan hubungan dian tara keduanya. Namun jelas bahwa
prinsip-prinsip yang valid dalam kehidupan sehari-hari juga valid dalam kehidupan di gereja.
Salah satu masalah paling berat yang dihadapi pendeta adalah orang-orang yang
menyebut diri mereka Kristen, namun memisahkan kehidupan mereka menjadi suci (hari
Minggu di gereja) dan sekular (hari-hari lainnya). Sebuah fakta yang menyedihkan bahwa
ban yak orang hadir di gereja selama bertahun-tahun tanpa menemukan hubungan an tara
iman dengan kehidupan sehari-hari. Situasi ini, yang biasa ditemukan dalam gereja yang
bagus sekalipun, merupakan contoh pemisah-misahan. Kita semua bisa menerapkan
prinsip-prinsip yang kita temukan dalam Alkitab dan gereja dalam kehidupan kita sehari-
hari. Sesungguhnya, ini merupakan syarat penting jika kita ingin menjadi orang Kristen
yang utuh. Kita perlu melihat seluruh bidang kehidupan, bukan hanya kehidupan di gereja,
itu suci dan menjadi milik Allah.
Beberapa orang menekankan "pikiran tentang kemungkinan" dan "membuat
pengakuan yang bag us" sampai batas ekstrem sehingga mengabaikan masalah yang murni
dalam diri mereka sendiri dan orang lain. Seorang l~risten mungkin tidak mau mengakui
kesulitan yang tampak jelas dan menuntut suatu ucapan "puji Tuhan" dalam segala situasi.
Konflik antara teologi tidak ada penyakit dan kenyataan adanya penyakit mungkin
mengakibatkan penolakan untuk mengakui gejala itu. Jelas, orang itu terlibat dalam
penyangkalan dalam situasi semacam itu. Beberapa mengikuti agama perfeksionistik namun
gaga! memahami dosa yang tampak jelas dalam kesombongan mereka dan sikap-sikap
lainnya. Hal ini dengan jelas digambarkan oleh Paulus dalam pengakuan yang terbuka
ten tang pergumulannya dengan dosa (Rm. 7) dan kesadaran Yohanes bahwa orang Kristen
bisa dan memang melakukan dosa (I Yoh. 2:1).
Freud. Seperti dicatat Benner (1988, 116), pertumbuhan rohani berkaitan erat
dengan pertumbuhan psikologis.
Pada saat bertumbuh menjadi dewasa seperti Kristus, orang Kristen harus
berjuang untuk menjadi sadar dan secara bertahap menyingkirkan mekanisme
pertahanan diri di bawah sadar. Pertahanan diri dengan menipu diri sendiri harus
digantikan dengan pertahanan diri yang sehat.
Mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita atau mengampuni diri
kita sendiri ketika kita telah melakukan kesalahan atau berbuat dosa, merupakan
pertahanan diri yang sehat, alkitabiah dan sesuai psikologi terhadap ketidak-
bahagiaan dan depresi. Kita bisa saja marah - tanpa berbuat dosa - tetapi tidal<
pernah merniliki roh pendendam dan menyimpan sakit hati (1m. 19:17-18; Ef. 4:26).
Pertahanan diri utama terhadap sakit emosional yang muncul dari rasa
bersalah yang sejati secara sadar adalah pengakuan kepada Allah, diikuti dengan
sikap pengampunan terhadap diri sendiri (I Yoh. 1:9). Orang Kristen didorong
untuk saling mengakui dosa mereka dan dijanjikan bahwa pengakuan semacam
itu akan menyebabkan kesembuhan fisik/rohani (Yak. 5:16).
Kesabaran merupakan pertahanan diri yang sangat bagus terhadap frustrasi
kecil dalam kehidupan yang sering kita alarni. Orang yang egois dan tidak dewasa
yang memberi diri sendiri terlalu banyak hak akan terus-menerus terganggu
dengan kemarahan, karena begitu banyak "hak" mereka yang dilanggar.
Menyerahkan hak tersebut kepada Allah dan mengharapkan lebih sedikit hal
untuk sempurna akan menghasilkan kesabaran, kerendahhatian yang lebih besar,
kemarahan yang lebih sedikit, dan sukacita yang lebih besar dalam kehidupan.
Kasih adalah pilihan sadar. Pemberian dan penerimaan kasih Kristen yang
sejati merupakan pertahanan diri secara sadar terhadap perasaan inferior dan
kesepian. Amanat Agung yang diberikan oleh Kristus (Luk. 10:25-27) mencakup
hal mengasihi Allah, orang lain dan diri sendiri (ekspresi citra diri yang saleh).
Kekhawatiran muncul karena sikap kurang beriman. Kegagalan untuk
mengetahui apa yang bisa kita lakukan dengan pertolongan Allah merupakan
penyebab utama kekhawatiran. Mengantisipasi situasi yang sulit dengan banyak
berdoa dan sikap percaya bisa mengurangi kekhawatiran. Salomo mendorong
anak-anak Allah untuk merniliki iman terhadap prinsip-prinsip Allah ("hikmat
dan kebijaksanaan yang sehat"). "Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan
aman, dan kakimu tidak akan terantuk. Jikalau engkau berbaring, engkau tidak
akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak." (Arns. 3:23-24;
juga lihat 3:5-7).
Kesadaran tentang kekurangan pribadi (cacat yang bisa dikoreksi) membuat
kita meminta dan mengharapkan pertolongan Allah untuk mengatasi kelemahan
itu (Flp. 4:13). Ini bukan hanya meningkatkan citra diri kita, melainkan juga
membuat kita lebih efisien dalam melebarkan karya Kristus.
Altruisme pad a dasarnya melakukan perbuatan baik untuk menyukakan
Tuhan dan mempunyai banyak keuntungan. (1) Memperluas karya Kristus dan
Kepribadian
merupakan tindakan ketaatan kepada Allah. (2) Meningkatkan citra diri (lebih
mudah bagi kita untuk menyukai diri kita sendiri jika kita berharga bagi orang
lain). (3) Memampukan kita untuk melepaskan pikiran pada diri sendiri dan tidak
terlalu khawatir tentang frustrasi pribadi yang kecil. (4) Membangun persahabatan,
yang sangat penting untuk kesehatan mental.
Hanya sedikit konflik yang berlalu dengan sendirinya dengan hanya
menunggu hal itu hilang. Melakukan kontrol secara sadar berarti sikap bertang-
gung jawab dan membuat pilihan secara sadar untuk mengatasi konflik. Kontrol
secara sadar memampukan kita untuk mengatasi banyak mekanisme pertahanan
diri di bawah sadar yang akan mengontrol perilaku kita jika kita tetap pasif.
Identifikasi yang sehat berarti membuat pilihan secara sadar untuk me-
ngembangkan beberapa sifat pribadi yang saleh yang tampak pada orang Kristen
lain yang kita kagurni. Allah tidak menghendaki orang Kristen untuk berusaha
menjadi orang lain; identifikasi utama orang Kristen haruslah Kristus sendiri (Rm.
8:29) .
REFERENSI
Allport, G. 1937. Personality. New York: Holt, Rinehart and Winston.
American psychological association. 1981 . Ethical principles of psychologists. Ameri-
can Psychologist 36: 633-638.
Benner, D. 1988. Psychotherapy and the spiritual quest. Grand Rapids: Baker.
Burke, T. 1987. Man and mind: a Christian theory of personality. Hillsdale, Mich. : Hillsdale
College Press.
Campolo, A. 1988. Twenty hot potatoes. Dallas: Word.
Cattell, R. 1973. Personality and mood by questionnaire. San Francisco: Jossey-Bass.
Darling, H. 1969. Man in triumph. Grand Rapids: Zondervan.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders . Edisi revisi ke-3. 1987. Washington,
D.C.: American Psychiatric Association.
Dobson, J. 1979. Hide or seek. Edisi revisi. Old Tappan, N.J.: Revell.
Freud, S. 1900. The interpretation of dreams. New York: Modem Library.
Hughes, P. 1984. Grace. Dalam Evangelical Distionary ofTheology, editor W. Elwell. Grand
Rapids: Baker.
Kotesky, R. 1980. Psychology from a Christian perspective. Nashville: Abingdon.
LaHaye, T. 1971 . Transformed temperaments. Wheaton, Ill.: Tyndale.
Lidz, T. 1968. The person. New York: Basic.
Mischel, W. 1968. Personality and assessment. New York: Wiley.
Nelson, M. 1976. The psychology of spiritual conflict. Journal of Psychology and Theology
4: 34-41 .
Phares, E. 1988. Introduction to personality. Edisi ke-2. Glenview, Ill.: Scott, Foresman.
Philipchalk, R. 1988. Psychology and Christianity. Edisi ke-2. Lanham, Md.: University
Press of America.
Putney, S., dan G. Putney. 1964. The adjusted American. New York: Harper a11d Row.
Rogers, C. 1959. A theory of therapy, personality, and interpersonal relationships. Dalam
Psychology, editorS. Koch. New York: McGraw-Hill.
Ryrie, C. 1984. Total depravity. Dalam Evangelical Dictionary ofTheology, editor W. Elwell.
Grand Rapids: Baker.
Sheldon, W. 1942. The varieties of temperament. New York: Harper and Row.
Stuart, R. 1970. Trick or treatment. Champaign, Ill.: Research.
Tucker, L. 1983. Muscular strength and mental health. Journal of Personality and Social
Psychology 45:1355-1360.
VanLeeuwen, M. 1985. The person in psychology. Grand Rapids: Eerdmans.
***
Kepribadian
«r·'<M."·'';'~·,,·~, " <""'_ '''''''''''_''''''''''~'''' '_~'''''''~'_-.uw<;.;., . , : " ·.<:>-'_¥"'.«@.r",'>_ _ m,,,,,,,,,,",· ::·: ~-*~,'!&> o"'<~%<" ',· w · ,N'~ """"-·:~, ,,,,,<,:,;*,*,*,,,~,,,;.,.~;W.« :%· *""""'~:-<. ,.•-~."...","_*, '~"':, ~,:"".""":" -,,-,:",-v""·"'_
1 Juga lihat Burke, 1987; Va n Leeuwen, 1985; Philipchalk, 1988; dan Kotesky, 1980 untuk menemukan cara
alam bab 1 kita telah membahas beberapa kemungkinan ten tang relasi
pada dorongan yang nyata karena aspek sifat manusia itu telah lama ditekan
oleh agama. Namun, Freud berpendapat bahwa orang-orang yang tidak merasa
aman merindukan figur bapa secara kosmik untuk memberikan rasa aman.
,-----------------------------------------~----------~
Fokus 13.1.
Rasa Bersalah yang Benar dan Palsu
Kita perlu membedakan rasa bersalah yang benar dengan yang palsu. Freud
tampaknya berpikir bahwa semua rasa bersalah itu palsu dan ban yak psikiater pada masa
kini yang setuju dengan hal itu. Orang Kristen tidak setuju bahwa rasa bersalah selalu
merupakan hal yang tidak sehat. Rasa bersalah yang benar adalah kesadaran batiniah
yang menyebabkan rasa tidak nyaman karena kita telah melanggar hukum moral Allah.
Rasa bersalah yang benar sebagian dihasilkan oleh tuduhan Roh Kudus dan sebagian
oleh hati nurani kita sendiri.
Freud menyebut hati nurani sebagai superego. Hati nurani dibentuk oleh berbagai
pengaruh dalam lingkungan kita: apa yang diajarkan sebagai hal yang benar atau salah
oleh orangtua kita, apa yang mereka praktekkan (tidak selalu sama dengan yang mereka
ajarkan), apa yang diajarkan sebagai hal yang benar atau salah oleh gereja kita, apa yang
dipraktekkan anggota-anggota gereja, apa yang diajarkan sebagai hal yang benar atau
salah oleh ternan-ternan dan guru kita, dan sebagainya. Hati nurani orang Kristen dibentuk
oleh apa yang dikatakan sebagai hal yang benar atau salah oleh Alkitab, tetapi hal itu pun
dipengaruhi oleh penafsiran pribadi. Tidak ada hati nurani yang persis sama. Meskipun
Roh Kudus selalu benar, hati nurani kita bisa mengabaikan hal yang salah yang kita lakukan.
Hati nurani yang diperluas, yang mengajar secara salah bahwa segala sesuatu itu dosa,
akan mengganggu kita bahkan sekalipun kita melakukan hal-hal yang tidak dipandang
salah oleh Allah. Rasa bersalah yang palsu adalah perasaan bersalah untuk sesuatu yang
tidak dikutuk oleh Allah dan firman-Nya dalam hal apa pun.
Rasa bersalah yang benar itu sangat penting. Rasa bersalah tersebut bisa menuntun
kita pada pertobatan. Jika kita melakukan apa yang benar, persekutuan kita dengan Allah
akan sangat menyenangkan dan kita akan lebih menyukai diri kita sendiri. Melakukan apa
yang salah akan menurunkan harga diri kita. Pada umumnya ketika orang-orang memberi
tahu psikiater bahwa mereka merasa bersalah, mereka memang bersa/ah. Meluruskan
apa yang mereka lakukan secara keliru kadang-kadang merupakan satu-satunya hal yang
diperlukan untuk mengatasi perasaan depresi mereka.
Orang-orang Kristen dari gereja legalistik sering kali mengungkapkan perasaan
bersalah untuk hal-hal yang tidak dikutuk oleh Alkitab. Misalnya mereka mungkin merasa
bersalah karen a dicobai. Dicobai itu bukan dosa; tinggal dalam pencobaan dan menyerah
kepadanya itu baru dosa. Kristus sendiri dicobai: "Sebab Imam Besar yang kita punya,
bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (lbr. 4:15).
Tournier menyebut rasa bersalah yang benar "rasa bersalah yang berharga" dan
menyebut rasa bersalah palsu "rasa bersalah fungsional":
Perasaan "rasa bersalah fungsional" adalah perasaan yang muncul dari sugesti
sosial, takut terhadap hal-hal tabu atau kehilangan kasih orang lain. Perasaan "bersalah
yang berharga" adalah kesadaran yang murni karena mengkhianati norma otentik; itu
merupakan penilaian diri sendiri secara bebas. Berdasarkan asumsi ini, ada oposisi
penuh an tara kedua mekanisme yang menimbulkan rasa bersalah: yang satu dijalankan
oleh sugesti sosial, dan yang satunya oleh keyakinan moral ... "Rasa bersalah yang
palsu" adalah rasa bersalah yang muncul sebagai akibat penilaian dan sugesti orang-
orang lain. "Rasa bersalah yang benar: adalah rasa bersalah yang muncul dari penilaian
Allah ... Sebab itu rasa bersalah yang benar sering kali merupakan sesuatu yang sangat
berbeda dari rasa bersalah yang terus-menerus menekan kita, karena rasa takut kita
terhadap penghakiman sosial dan penolakan orang lain. Kita menjadi terbebas dari
mereka sejauh kita bergantung pada Allah (Tournier, 1962, 64-70).
Hyder menyatakan .bahwa
Penyebab rasa bersalah yang palsu berakar pada cara anak dibesarkan pada
masa kecilnya. Jika terlalu kaku, superego atau hati nurani hanya bisa dikembangkan
oleh harapan atau standar yang terlalu kaku yang dipaksakan oleh orangtua. Misalnya,
orangtua yang menyalahkan, menghukum, menghakimi, dan menuduh anak mereka
secara berlebihan ketika mereka gaga! memenuhi harapan orangtua, menyebabkan
mereka tumbuh dengan ide yang tidak seimbang tentang norma mana yang sesuai.
Orangtua yang tidak mudah mengampuni, yang menghukum dengan berlebihan
meningkatkan rasa bersalah. Hukuman yang sesuai dan secukupnya yang diberikan
dengan kasih dan penjelasan akan menyingkirkan rasa bersalah. Beberapa orang-tua
kurang memberikan dorongan, pujian, ucapan terima kasih, ucapan selamat, atau
penghargaan. Seberapa bagus pun anak-anak berprestasi dalam bidang apa pun di
sekolah, permainan, olahraga, atau perilaku sosial, orangtua membuat dia merasa
bahwa mereka tidak puas karena ia tidak bisa berbuat lebih baik. Anak itu melihat diri
rnereka sendiri sebagai orang yang selalu gaga!, dan ia dibuat merasa bersalah karena
kegagalannya. Dalam usianya yang masih sangat muda ia tidak menyadari dampak
negatif apa yang ditimbulkan orangtuanya pada perasaan harga dirinya pada masa
yang akan datang. Ia tumbuh dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang kurang
dari sempurna itu kegagalan. Seberapa keras pun ia berusaha, dan sebagus apa pun
tindakannya sesungguhnya, ia bertumbuh dengan perasaan bersalah dan rendah diri.
Sebagai orang dewasa ia menderita neurotik atau rasa bersalah palsu, harga diri
yang rendah, perasaan tidak aman, dan penampilan luar yang pesimistik dan
merendahkan diri sendiri dalam semua usaha dan ambisinya. Ia kemudian menyalahkan
dirinya sendiri dan hal ini menuntun pada kemarahan yang diarahkan pada diri sendiri.
Ia berusaha menghukum diri sendiri karena perasaan tidak berharganya. Kegagalannya
pantas untuk dihakimi dan dihukum, dan karena tidak ada orang lain yang melakukan
itu bagi dirinya, ia menghukum dirinya sendiri. Pembalasan pada diri sendiri, yang
sebagian disebabkan oleh kemarahan dan sebagian oleh sikap permusuhan ini, tak
dapat dihindari akan menuntun pada depresi. Hal itu juga bisa menyebabkan keluhan
psikosomatis dan jenis-jenis tindakan yang tidak tepat. (Hyder, 1971 , 121-122)
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Menu rut Hyder, satu-satunya cara untuk mengatasi rasa bersalah yang palsu adalah
dengan memahami hal itu dan menilainya apa adanya. Perasaan pahit dan kesombongan
perlu dipisahkan dari perasaan bersalah. Orang-orang bisa dibantu untuk memahami bahwa
mereka tidak punya hak untuk menyalahkan diri sendiri; hanya Allah yang punya hak tersebut
dan orang Kristen harus menyerahkan penghakiman dan penghukuman pada Allah semata.
Kemudian mereka perlu menetapkan tujuan yang baru untuk diri mereka sendiri yang bisa
dicapai secara realistis dan tidak lagi membandingkan diri mereka dengan orang lain yang
lebih berbakat daripada mereka dalam bidang tertentu. Kita harus membandingkan
penampilan kila dengan apa yang kita yakini diharapkan oleh Allah. Allah tidak
mengharapkan anak-anaknya mencapai kesempumaan tanpa dosa dalam kehidupan ini.
Tetapi Ia memang menghendaki kita supaya mencari kehendak-Nya dengan segala
kemampuan kita sebaik mungkin.
transenden (Allah yang tinggal "jauh di sana"), tetapi ia melihat psyche yang
menjangkau jauh ke belakang pada masa lalu yang prirnitif untuk menemukan
arti dalam eksistensi saat ini.
Meskipun orang Kristen percaya pada Allah yang transenden, merupakan
hal yang menarik untuk melihat kemungkinan adanya kesamaan antara pola dasar
Jung tentang Allah dan teologi Alkitab. Bahkan Agustinus juga berbicara ten tang
kehampaan Allah yang dialarni setiap orang, kekosongan yang hanya bisa diisi
oleh Allah. Kekosongan ini bisa disangkal dan orang itu bisa mengeraskan hatinya
(Yes. 6:9-10), tetapi rasa lapar itu masih tetap ada. Kita sesungguhnya diciptakan
untuk Allah dan hukum-hukum-Nya (Pkh. 3:11; Rrn. 2:15).
Ketiga, ada kelahiran baru, kehidupan baru. Apakah pandangan teologis itu cocok
dengan keempat sudut pandang psikologis di atas? Teori Freud mengingatkan
kita bahwa kita perlu mengizinkan Roh Kudus menginsafkan orang-orang
berdosa, dan tidak memanipulasi orang-orang dari mimbar(Collins, 1969, 144-
158). Jung memberikan motivasi untuk pertobatan: kita tidal< utuh jika terlepas
dari Allah. Maslow menggambarkan bagian unsur emosional iman, sekalipun
hal itu bukan merupakan hal utama bagi iman. Akhirnya, riset Allport meng-
ingatkan kita bahwa kekristenan sejati menjauhkan kita dari prasangka.
1988). Anak-anak kecil memproyeksikan sifat manusia pada Allah. Sifat-sifat Allah
dikaitkan secara erat dengan pengalaman yang dialarni anak itu dengan orang
tuanya. Tokoh-tokoh dongeng kadang-kadang tampak nyata. Anak-anak mungkin
percaya bahwa Allah tinggal jauh di istana, tetapi biasanya m~reka membedakan
Allah dari tokoh-tokoh khayalan seperti Santa Klaus. Anak-anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak beragama cenderung memiliki konsep tentang Allah
yang suram atau menakutkan, tetapi secara umum gambaran mental ten tang Allah
bersifat positif pad a tahap ini.
Meskipun sifat-sifat manusia sangat dorninan dalam konsep anak prasekolah
tentang Allah, anak yang berumur 5 atau 6 tahun merniliki pemahaman sebagian
tentang Allah yang Mahakuasa dan Maha Tahu. Allah menjadi lebih daripada
manusia biasa semata-mata, dan menjadi tukang sihir, raksasa atau manusia yang
tidak kelihatan.
Riset di Belgia (Tamrninen dan rekan-rekan, 1988) mencatat bahwa sampai
pada usia dua setengah tahun anak mungkin merasa bingung untuk membedakan
Yesus dengan benda yang berkaitan dengan-Nya (seperti salib), tetapi setelah
tahap ini kedua hal itu bisa dibedakan dengan jelas. Seorang anak mungkin
percaya bahwa Allah hid up dan tidur di gereja. Pendeta, penerima tamu atau
pekerja gereja lainnya mungkin dikacaukan dengan Allah. Saat berumur tiga tahun
dan seterusnya anak mulai menyadari bahwa Allah tinggal di surga, tetapi
mungkin pada mulanya menentang penyataan ini. Allah dip"harni turun dari
surga untuk mempengaruhi peristiwa-peristiwa alarniah, seperti cuaca atau situasi
di rumah. Allah dipandang menaruh perhatian terhadap harapan dan keinginan
anak secara eksklusif. Ketika berumur empat atau lima tahun anak memandang
Allah secara lebih transenden.
campuran antara kedua sifat ini. Allah dipaharni mengendalikan dan menggu-
nakan alam untuk ikut campur dalam masalah manusia, tetapi tidak secara
langsung. Allah dipandang lebih bei'sifat pribadi pada usia ini dibanding sebe-
lumnya. Ia dipandang lebih sebagai ternan daripada sebagai orangtua. Anak laki-
laki cenderung menggambarkan Allah sebagai pribadi yang spontan, sedang anak
perempuan memaharni Allah dengan gaya yang lebih statis.
Pada usia remaja Allah dipaharni sebagai penegak hukum-hukum alam. Ia
dipandang menaruh perhatian terhadap orang-orang dan tidak sekadar menghakirni
mereka. Remaja menyadari bahwa Allah lebih dari sekadar pengalaman sensorik;
perjumpaan seseorang dengan Allah bersifat internal dan mental, dan bukan secara
eksternal. Remaja secara khas merasa tidak layak di hadapan Allah dan mungkin
menyadari bahwa ketika Allah tidak adil hal itu karena manusia tidak melihat
gambarnya secara utuh.
Bayi-bayi
Beberapa fondasi bagi perkembangan rohani bisa diletakkan selama masa bayi.
Bayi tentu saja tidak memaharni kepercayaan dan konsep agama, tetapi keyakinan
agama sangat mempengaruhi sikap orangtua terhadap bayi itu. Anak itu, karena
merasakan seluruh suasana rumah tangga, mulai menanggapi perilaku dan sikap
orangtua.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Anak Prasekolah
Anak-anak prasekolah menambahkan ribuan kata ke dalam kosakata mereka
tetapi pengetahuan mereka tentang konsep abstrak rnasih terbatas. Mereka bernalar
seeara konkret, tetapi segal a sesuatu masih bersifat hitam atau putih. Tanpa
lingkungan yang merangsang atau pendidikan formal, banyak orang yang tidak
pernah menguasai eara berpikir yang dikotorni ini.
Anak-anak prasekolah sangat konkret dalam pernikiran mereka. Collins (1971,
48) meneatat bahwa selama menyanyikan lagu kebangsaan, anak-anak sering
mengganti kata-katanya seperti "kakek-kakek yang kita lihat berteriak dengan
begitu Ian tang" .
Riset Piaget tentang perkembangan neurologis, sosial, dan moral anak-anak
telah dibahas dalam bab 10. Studi Piaget menunjukkan bahwa anak-anak yang
berumur tiga sampai enam tahun mempereayai harnpir segala sesuatu yang
dikatakan orangtua rnereka dan berpikir bahwa orangtua mereka merniliki sifat
ilahi (Piaget 1967, 67). Penalaran ten tang perbuatan mereka yang salah merupakan
hal yang sia-sia; jawaban ya atau tidak atau pukulan jauh lebih efektif pada tahap
ini. Orangtua perlu memahami tingkat penalaran anak-anak untuk membuat
pengajaran rohani efektif. Misalnya, eerita-eerita tentang Yesus bersama anak-anak
keeil dalam Alkitab sangat berarti bagi anak-anak prasekolah, tetapi meneoba
mengajar mereka konsep yang abstrak seperti penafsiran perumpamaan atau kasih
agape hanya akan membuat mereka berharap agar orangtua mereka cepat selesai
sehingga mereka bisa segera kembali ke mainan mereka. Makin coeok pelatihan
rohani yang diterima anak-anak selama masa tiga tahun ini, makin besar
kemungkinannya mereka akan bersandar pada iman Kristen ketika mereka
berturnbuh dewasa dan membuat kornitrnen pribadi kepada Yesus Kristus. Beberapa
anak yang belurn meneapai urnur enam tahun sudah merniliki irnan yang sederhanct
kepada Kristus: mereka tahu bahwa mereka orang yang berdosa, menghendaki agar
Allah rnengampuni rnereka, dan ingin rnereka hidup selarnanya di surga.
Untuk rnernbantu anak-anak prasekolah rnengernbangkan rohani rnereka,
kita harus selalu berpikir bahwa sumber utama proses belajar rnereka adalah
pengalaman hidup secara total dan bukan hanya kata-kata orang dewasa. Seperti
pernyataan Collins (1971, 53), "'Bapa di surga yang penuh kasih' rnerupakan satu
kebodohan jika pandangan anak-anak tentang Allah, surga, rnalaikat dan neraka
rnenggunakan garnbaran tentang apa yang rnereka lihat." Seperti kita pelajari
sebelurnnya, anak-anak sering berdoa seolah-olah Allah adalah tukang sulap di
langit yang tugasnya rnernberikan apa yang rnereka inginkan. Tentu saja banyak
orang dewasa yang berdoa seperti itu juga, dan berusaha rnenipu Allah atau
rnenggunakan keajaiban Allah untuk rnernenuhi kehendak rnereka, dan bukannya
rnerninta agar Allah rnenunjukkan kehendak-Nya kepada mereka sehingga rnereka
bisa bertindak sesuai kehendak-Nya. Pada saat orangtua berdoa bersama anak-
anak rnereka, rnereka harus rnenunjukkan melalui contoh bahwa doa adalah sarana
untuk rnenyatukan kehendak rnereka dengan kehendak Allah. Anak-anak
prasekolah rnendapatkan ide mereka ten tang apa yang salah dan benar dari apa
yang rnereka lihat dilakukan orangtua rnereka, bukan dari apa yang dikatakan
benar atau salah oleh orang-tua rnereka.
Orangtua harus rnendorong anak-anak untuk mernberi tahu mereka jika
rnereka merasa marah. Anak-anak yang rnernukul orangtua ketika rnereka rnarah
atau rnelernparkan benda-benda ke arah orangtua harus dipukul; tetapi anak-
anak yang rnemberi tahu orangtua bahwa rnereka merasa rnarah kepada rnereka
atau orang lain harus dipuji atas keterusterangan rnereka dan didorong untuk
mernbicarakan situasinya . Orangtua bisa rnernakai kesernpatan itu untuk
rnenyarankan beberapa cara yang sesuai untuk menangani kernarahan.
Orangtua harus hati-hati untuk rnenceritakan kebenaran kepada anak-anak
mereka. Bahkan bagi banyak anak Kristen, Santa Klaus rnenjadi pengganti untuk
Yesus Kristus. Ketika anak-anak yang berumur enam tahun pergi ke sekolah dan
rnendapati orangtua rnereka berbohong tentang sesuatu yang telah rnenjadi bagian
utarna keyakinan rnereka, rnereka rnungkin rnulai rneragukan segala sesuatu yang
lain yang telah diajarkan kepada rnereka - terutama tentang Allah.
Sebaliknya, orangtua jangan hanya rnenceritakan sisi Natal yang
rnenyenangkan sernata-rnata. Di department store selama masa Natal, rnereka bisa
rnernbawa anak-anak ke bagian Santa dan mernberi tahu rnereka sambil berjalan:
"Lihat! Ada orang lain yang rnernakai jubah rnerah yang lucu dan berjanggut. Sana,
naiklah ke pangkuannya dan ia akan rnernberi kamu perrnen."
Tidak hanya ada satu cara yang benar untuk rnerayakan Natal, tetapi ada
banyak cara yang salah untuk rnerayakan kelahiran Kristus. Kado Natal bisa
rnengingatkan kita bahwa orang-orang Majus rnernbawa hadiah untuk Yesus, dan
bahwa Yesus adalah hadiah Allah untuk kita. Anak-anak juga bisa diberi tahu
tentang Martin Luther, yang berkata bahwa ia rnenaruh pohon pinus di dalarn
rumahnya pada hari Natal karena pohon itu berbentuk anak panah yang terarah
pada Allah di surga. Beberapa orang Kristen rnenolak bertukar kado pada hari
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Natal. Mereka mendapatkan kesenangan dengan cara yang lain, dan menjelaskan
kepada anak-anak mengapa mereka tidak membeli kado pad a hari yang khusus
itu.
Orangtua Kristen harus memberi tahu anak-anak mereka ten tang kisah
Paskah secara sederhana - bahwa Yesus mati dan bangkit kembali karena Ia Al-
lah, bahwa Ia masih hidup dan membantu kita setiap hari, dan bahwa suatu hari
nanti orang-orang Kristen akan naik ke surga untuk tinggal bersama-Nya untuk
selama-Iamanya. Tetapi hal itu tidak perlu menghalangi orangtua untuk membawa
anak-anak ke acara perburuan telur Paskah di gereja atau mewarnai telur sebagai
acara keluarga.
Orangtua bisa menjadi contoh kebenaran dengan memberi tahu anak-anak
ketika mereka menceritakan dongeng dan ketika mereka menceritakan kisah yang
sejati. Anak-anak kecil mengalarni kesulitan membedakan keduanya. Beberapa
dongeng tradisional bisa memiliki dampak yang merusak pada anak-anak kecil.
Cerita-cerita tentang tukang sihir yang penuh kekerasan dcin orang-orang yang
memo tong kepala orang lain menciptakan ketakutan yang sangat besar pada anak-
anak prasekolah, yang mungkin melihat raksasa jahat yang bersembunyi di kIoset
mereka pada waktu malam. Orangtua harus selektif dalam memilih cerita AIkitab
yang akan diceritakan kepada mereka. Anak-anak harus belajar cerita-cerita
1
AIkitab, tetapi hanya pada saat mereka siap memaharni pentingnya cerita itu.
MasaRemaja
Kaum remaja semakin menaruh minat pada hal-hal yang ideal dan ideologi
pad a saat mereka mencari identitas diri. Sementara mereka berada pada tahap
perkembangan ini, mereka siap melakukan komitmen rohani yang serius,
meskipun kekristenan sebelurnnya merupakan hal yang membosankan bagi mereka.
Mereka memiliki kebutuhan yang kuat untuk memperkuat hati nurani dan
mencari arti hidup. Mereka mulai mengintegrasikan iman ke dalam sis tern hidup
mereka, dan membuat perjanjian dengan Allah (Piaget, 1967, 67).
Sebelurnnya kita telah melihat pentingnya menciptakan suasana rohani dalam
keluarga, dengan penekanan komunikasi yang positif antara orangtua dan remaja.
Mungkin pengamatan yang lebih dekat perlu dilakukan untuk melihat bagaimana
pada umurnnya orang Yahudi memelihara tradisi keagamaan dalam rumah tangga
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
--------~--""'"'------.-.,--..-..,-.<, ..
mereka, terutama melalui upacara Bar Mitzvah. Pada saat anak laki-Iaki berumur
tiga bel as tahun, keluarga dan ternan-ternan dekat diundang untuk mengikuti
upacara keagamaan di mana ia dinyatakan sebagai orang dew as a muda, dengan
tanggung jawab dan kebebasan yang lebih besar. Orangtua melakukan kontrak
verbal dengan anak itu. Dalam beberapa jemaat Yahudi Konservatif atau Reformed,
keluarga-keluarga melakukan upacara yang serupa untuk anak perempuan yang
berumur tiga belas tahun.
Seperti dijelaskan dalam bab 11, orangtua Kristen bisa menu lis kontrak
dengan anak-anak mereka, dan memberi mereka kebebasan baru bersamaan
dengan tanggung jawab baru. Orangtua harus setuju untuk tidak memukul remaja
muda, karena menyadari bahwa pukulan yang biasanya efektif untuk anak-anak
yang lebih muda, sekarang kurang begitu efektif untuk anak remaja. Orangtua
juga harus mengingatkan remaja muda pada tanggung jawab mereka di hadapan
Tuhan, dan mendorong mereka melakukan komitrnen kepada Tuhan, mungkin
dalam bentuk ibadah pribadi. Namun komitrnen semacam itu harus dibuat oleh
anak muda itu sendiri, tanpa tekanan orangtua.
Saudara-saudara dan ternan-ternan dekat bisa diundang ke upacara "perjanjian"
ini, ditambah ternan-ternan yang ingin dilibatkan oleh anak remaja kita. Tamu-tamu
tidak diizinkan membawa kado. Jalan menuju kedewasaan memiliki banyak
irnplikasi emosional dan rohani yang tidak boleh dikacaukan dengan perolehan
materi.
Upacara Kristen semacam itu akan memberi nilai tambahan untuk
mengingatkan orangtua bahwa anak-anak mereka sudah menjadi dewasa.
Orangtua sering memperlakukan anak remaja seakan-akan mereka masih anak-
anak. Remaja bisa bernalar seperti orang dewasa, bahkan sekalipun mereka belum
dewasa. Komunikasi dengan mereka harus diwarnai bukan hanya dengan kasih
melainkan dengan rasa hormat.
Beberapa perkembangan rohani yang konsisten secara khusus terjadi pada masa
remaja akhir atau awal usia dua puluhan tahun. Meskipun anak-anak muda
biasanya menerirna segala sesuatu yang dikatakan orangtua sebagai kebenaran
dan menganggap keyakinan agama orangtua mereka sebagai keyakinan mereka
sendiri, memiliki kebutuhan yang besar untuk merasa bebas dari orangtua mereka.
Tournier, dalam The Whole Person in a Broken World (1964), menggambarkan tahap
ini sebagai tahap penanggalan "jubah" moralitas orangtua dan "merajut" jubah
pribadi. Tournier mengatakan bahwa
krisis ini perlu dan normal. Sebelum ia mencapai kedewasaan orang dewasa
anak-anak muda harus melalui masa badai dan stres ini pada saat ia harus
mempertanyakan segala sesuatu. Saatnya akan tiba di mana ia akan
menemukan lagi banyak harta bend a selama masa kecilnya, ketika ia
kembali pada irnan yang ia pegang selama bertumbuh dewasa dan prinsip-
prinsip yang ditanamkan dalam dirinya. Tetapi kemudian ia akan memberi
balasan yang bersifat sangat pribadi. Ia akan memiliki hal itu sebagai
keyakinannya sendiri, yang didasarkan pada pengalarnannya yang paling
dalarn. Dalarn psikologi, hal ini disebut integrasi. (hlm. 2).
PERKEMBANGAN RoHANI
Perolehan konsep-konsep keagarnaan harus dibedakan dengan perkembangan
rohani. Perkembangan rohani bisa terjadi pada usia berapa pun, meskipun hal
itu cenderung tampak seperti kemarnpuan orang dewasa a tau paling tidak remaja.
Bagaimana sebenarnya konsep keagarnaan dan sifat perkembangan lain berkaitan
3
dengan perkembangan rohani adalah suatu bidang yang bel urn dikembangkan.
Hal mendasar untuk konsep perkembangan rohani adalah gagasan tentang
suatu awal perkembangan yang berbeda dengan bidang-bidang perkembangan lain
Awal ini sering digarnbarkan oleh orang Kristen sebagai pertobatan atau kelahiran
rohani. Price (1981) memandang kebenaran supernatural sebagai pengalarnan yang
lebih penting dibanding pengalarnan supernatural dalam fase awal kehidupan
Kristen, sedangkan Oakland (1974) menyarnakan pertumbuhan rohani berikutnya
(yang secara teologis disebut "pengudusan") dengan perwujudan diri Maslow.
Narnun dalarn lingkup perkembangan manusia, kelahiran bukan permulaan
kehidupan. Bayi yang belum dilahirkan melalui masa awal (pembuahan sarnpai
dua minggu setelah keharnilan), periode embrio (dua sarnpai delapan minggu),
dan periode fetus (delapan minggu sarnpai lahir). Mungkinkah perkembangan
rohani merniliki kesamaan dengan perkembangan prakelahiran ini?
Engel dan Norton (1975, 45) menjelaskan delapan tahap perkembangan rohani
sebelum pengalaman kelahiran baru. Pertama, seseorang menyadari eksistensi
Allah yang Mahakuasa tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang lnjil. Melalui ·
pemberitaan lnjil muncul penyesalan dan kesadaran embrionik tentang pesan
Kristus. Kesadaran awal ini muncul dan mencakup hal-hal dasar dari pesan itu
dalarn tahap ketiga. Implikasi Injil mulai dipaharni (tahap 4), dan diikuti dengan
sikap yang makin positif terhadap Kristus dan Injil (tahap 5). Dalarn tahap 6 or-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN
-------~----<0<
2
____ . ___ . ,. ,. .- -··N·--~ ...
ang itu mulai menyadari adanya masalah - tidak selamat, dan kadang-kadang
berkaitan dengan masalah pribadi lainnya. Tahap 7 mencakup keputusan untuk
menerima atau menolak Injil, sedang tahap 8 mencakup pertobatan dan iman
kepada Kristus.
Para teolog telah lama berdebat tentang bagaimana tepatnya pertumbuhan
rohani bisa digambarkan setelah seseorang diselamatkan. Sudut pandang yang
paling dominan, yang dipegang oleh kebanyakan aliran Baptis, Presbiterian, dan
aliran Reformed lainnya, adalah setelah seseorang diselamatkan ada pertumbuhan
secara bertahap dalam Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa ada banyak
karya anugerah lain selain karya keselamatan, tetapi perkembangan tersebut
biasanya merupakan tambahan kecil-kecil dan bukan tahap perubahan besar.
Pandangan lainnya dianut oleh aliran kekudusan dan Pentakosta. Para
penganut tradisi Wesley biasanya membedakan dua karya anugerah, yaitu
keselamatan awal dan krisis berikutnya yang mencakup penyucian tambahan.
Beberapa dari aliran ini menyatakan bahwa mereka menerima "pengudusan
sepenuh" di mana kecenderungan untuk berbuat dosa disingkirkan dan orang
itu hidup tanpa berdosa dalam kehidupan sehari-hari. Variasi pandangan
Wesleyan mencakup beberapa aliran Pentakosta dan Karismatik yang percaya
.
(~0
~-!} ,~ : ~ -Psikosis
-
•.
;''
-Neurosis
/,} Kemunduran
Pembesaran putaran
5. lnvesA:si
I. """""'''" / 4. Penerapan ,C.} 1. Penilaian
~
pada diri sendiri . /2. Pengakuan
1 3. Peneguhan
Sepanjang jalan ada putaran kecil dalam kemajuan. Putaran kedl itu
merupakan langkah-langkah yang menjarnin kemajuan yang terus-menerus dalarn
perkembangan rohani. Tiap putaran keeil itu melibatkan penilaian terhadap
kelemahan dan kekurangan; pengakuan dosa atau kegagalan; peneguhan atas
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
kasih dan pengampunan Allah; penerapan sumber kekuatan Allah pada diri
sendiri; dan investasi pada sumber kekuatan itu dalam hidup orang lain.
Fokus 13.3.
Model Perkembangan Rohani Benner
Benner (1988, 130-132) menunjukkan delapan tonggak dalam perkembangan rohani.
Dalam beberapa hal tonggak tersebut sejajar dengan tahap-tahap Darling. Tonggak rohani
itu mencakup tiga fase umum: persiapan (tahap 1-4), pembenaran (tahap 5) dan pengudusan
(tahap 6-8).
Seseorang pada awalnya ditandai dengan keterbukaan dan sikap percaya (tonggak
1). Hal ini diikuti dengan pelepasan diri melalui penyerahan diri dan penemuan tempat
seseorang dalam alam semesta (tonggak 2). Kerinduan sebelumnya kemudian dipahami
sebagai usaha mencari Allah dan kesadaran bahwa Allah memanggil (tonggak 3). Tonggak
keempat adalah kesadaran akan stan dar (hukum) Allah namun merasa tidak mampu untuk
memenuhi standar terse but. Tonggak 5 mencakup penerimaan anugerah dan pengampunan
Allah.
Setelah pembenaran, orang Kristen bergerak menuju kebebasan yang lebih besar
daripada dosa melalui partisipasi dalam peperangan rohani (tonggak 6). Tonggak 7 dan 8
adalah menikmati buah Roh dan pendalaman iman dan persekutuan mistis dengan Allah
yang menghasilkan persatuan dan persekutuan yang lebih dalam dengan orang percaya
lain.
Untuk menjadi orang yang utuh kita hams mengenal diri sendiri dan menyukai
apa yang kita ketahui, dan kemudian menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada
Allah. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatirnu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budirnu" (Mat. 22:37). Mengasihi Allah dengan
segenap hati berarti mengasihi Dia dengan seluruh perasaan kita; mengasihi Allah
dengan segenap jiwa berarti mengasihi Dia dengan seluruh kehendak kita sesuai
pengertian kita tentang Dia; mengasihi Allah dengan segenap akal budi berarti
mengasihi dengan kornitrnen total diri kita sendiri kepada-Nya. Dengan hubungan
kasih semacam itu dengan Allah, masalah emosional bisa diatasi.
Penggoda itu rnendatangi saya lagi, dan bersarnaan dengan itu datangIah
godaan yang lebih rnenakutkan dan menyedihkan daripada sebelurnnya:
dan itu adalah, godaan untuk rnenjual dan rnernisahkan diri dari Kristus
yang paling diberkati - untuk rnenggantikan Dia dengan benda-benda dalam
kehidupan ini, dengan apa pun. Godaan itu rnendatangi saya selarna satu
tahun, dan mengikuti saya terus-rnenerus sehingga saya tidak rnelepaskan
diri darinya satu hari pun dalam sebulan; tidak, kadang-kadang tidak satu
jam pun dalam sekian hari, kecuali ketika saya tertidur ...
Saya selalu berusaha rnenentang prnikiran, atau keinginan dan usaha
itu. Namun, godaan itu begitu kuat rnenghantui saya, sehingga bercampur
aduk dengan akal sehat saYd. Saya tidak bisa lagi rnakan, rnernbungkukkan
bad an, rnernotong kayu, atau sekadar rnelihat hal-hal lain. Dalam pikiran
say a selalu terngiang kata-kata "juallah Dia, juallah Dia." Setiap kali kata-
kata itu rnuncul, say a rnernaksa roh saya untuk rnelawannya. Saya rnerasa
bel urn bahagia jika pikiran-pikiran jahat itu rnasih rnuncuI dari dalarn hati
saya.
Pikiran yang keji ini berbentuk sed'2 .n;kian rupa seperti pertanyaan
yang rnenggelitik dalam diri saya untuk .nenentang keberadaan Allah dan
anak-Nya yang tunggal, apakah Allah atau Kristus rnernang benar-benar
ada, dan apakah Alkitab yang kudus itu hanya dongeng atau cerita yang
penuh kelicikan, dan bukan firrnan Allah yang rnurni dan kudus .. ..
Dapatkah saya rnernikirkan bahwa begitu banyak orang di begitu banyak
negara dan kerajaan hid up tanpa rnengetahui jalan yang benar ke surga,
jlka rnernang benar surga ada, dan bahwa kita hanya, orang yang hid up di
sudut burni, satu-satunya yang diberkati? Setiap orang rnenganggap
agamanya sendiri yang paling benar. Orang Yahu.a i dan Moor dan orang
kafir; dan bagairnana jika seluruh irnan kita dan Kristus dan Alkitab rnenjadi
seperti pernikiran itu juga? ...
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 13.4.
Gejala-gejala Kerasukan Roh Jahat
Kita sering mengalami kesulitan untuk membedakan masalah psikologis dengan
orang yang kerasukan roh jahat, sebagian karena baik para psikolog dan para teolog belum
mempelajari bidang ini sejauh itu. Beberapa kasus kerasukan roh jahat dalam Alkitab
menyerupai gangguan kepribadian majemuk (lihat bab 14) atau epilepsi (lihat bab 2). Dalam
Perjanjian Lama hanya satu atau dua kasus disebutkan dan bahkan hal itu pun masih
meragukan (Bufford, 1988, 35-44). Pada umumnya kasus kerasukan roh jahat te~adi selama
pelayanan Kristus dan gereja awal. Mung kin kerasukan roh jahat lebih umum terjadi selama
kehidupan Kristus karen a lblis membawa semua roh jahat ke Palestina untuk mengalahkan
pekerjaan Kristus. Bagaimanapun, catatan Alkitab menunjukkan bahwa kerasukan roh jahat
itu sangat jarang.
Ada kemungkinan bahwa paling tidak kadang-kadang gejala kerasukan roh jahat
sebenarnya adalah gejala yang sudah dikenal (Ratcliff, 1982); pelayanan "kelepasan"
mungkin lebih merupakan akibat sugesti psikologis daripada kegiatan roh jahat (catatan
Alkitab ten tang aktivitas roh jahat tidak terjadi dalam pelayanan di gereja!). Namun dalam
konseling klinis kehadiran roh jahat jelas melambangkan perilaku abnormallainnya (Peck
1983, 190-199). Mungkin penjelasan terbaik untuk kerasukan roh jahat dapat kita temukan
dalam Collins (1969, 63-71), Johnson (1982) dan Sail (1976).
Kerasukan roh jahat bisa dibedakan dari masalah psikologis sbb.:
1. Orang yang kerasukan roh jahat memiliki kekuatan di luar kekuatan man usia.
2. Orang yang kerasukan roh jahat bereaksi negatif terhadap nama Yesus Kristus,
sedang orang yang mengalami masalah psikologis biasanya memberi respons yang
positif.
3. Ada perubahan suara ketika roh jahat berbicara.
4. Orang yang kerasukan roh jahat bisa melakukan tindakan yang supernatural.
5. Orang yang kerasukan berbicara secara logis, sedang orang yang mengalami
masalah psikologis kadang-kadang tidak.
6. Orang yang kerasukan kadang-kadang memiliki sejarah masa lalu mengikuti
kegiatan okultisme, seperti terlibat dalam acara menghubungi orang mati atau
penyembahan lblis.
7. Orang yang kerasukan tidak memberi respons terhadap terapi.
8. Banyak penulis dalam bidang itu menyimpulkan bahwa orang Kristen yang sudah
lahir baru tidak bisa dirasuk roh jahat (lihat II Kor. 6:14), meskipun orang Kristen
bisa dicobai dan bahkan ditindas oleh lblis.
REFERENSI
Allport, G., dan B. Kramer. 1946. Some of roots of prejudice. Journal of Psychology 22:9-
39.
Allport, G., dan J. Ross. 1967. Personal religious orientation and prejudice. Journal of
Personality and Social Psychology 5: 432-443.
Benner, D. 1987. Readings in psychology of religion. Grand Rapids: Baker.
-----. 1988. Psychotherapy and the spiritual quest. Grand Rapids: Baker.
Bufford, R. 1988. Counseling and the demonic. Dallas: Word.
Bunyan, J. 1978. Grace abounding to the chief of sinners. Grand Rapids: Baker.
Collins, G. 1969. Search for reality. Santa Ana, Calif.: Vision.
--'--. 1971 . Man in transition. Carol Stream, Ill.: Creation.
----. 1988. Can you trust psychology? Downers Grove: Inter-Varsity.
Darling, H . 1969. Man in triumph. Grand Rapids: Zondervan.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Edisi revisi ke-3. 1987. Washington,
D.C.: American Psychiatric Association.
Engel, J., dan H . Norton. 1975. What's gone wrong with the harvest? Grand Rapids:
Zondervan.
Fleck, J., dan J. Carter. 1981. Psychology and Christianity: Integrative readings. Nashville:
Abingdon.
Fowler, J. 1989. Strength for the journey. Dalam Faith development in early childhood,
editor D. Blazer. Kansas City, Mo. : Sheed and Ward.
Fowlkes, M. 1989. Roots of ritual in social interactive episodes. Religious Education 84:
338-347.
Freud, S. 1913. Totem and taboo. London: Hogarth.
Hartshorne, H., dan M. May. 1930. A summary of the work of the character education
inquiry. Religious Education 25: 607-619, 754-762.
Helminiak, D. 1987. Spiritual development: An interdisciplinary study. Chicago: Loyola c
University Press.
Hyder, 0 . 1971. The Christian's handbook of psychiatry. Old Tappan, N.J.: Revell.
Johnson, W. 1982. Demon possession and mental illness. Journal of the American Scien-
tific Affiliation 34 (Sept.): 149-154.
Jung, C. 1933. Modern man in search of a soul. New York: Harcourt, Brace.
Mcdonald, R. 1983. The how of spiritual growth. South Plainfield, N.J.: Bridge.
Malony, H. 1977. Current perspective in the psychology ofreligion. Grand Rapids: Eerdmans.
Maslow, A. 1954. Motivation and personality. New York: Harper and Brothers.
Oakland, J. 1974. Self-actualization and sanctification. Journal of Psychology and Theol-
ogy 2: 202-209.
Oates, W. 1973. The psychology of religion. Waco: Word.
Paloutzian, R. 1983. Invitation to the psychology of religion. Glenview, Ill.: Scott, Foresman.
Peck, S. 1983. People of the lie. New York: Simon and Schuster.
Pia get, J. 1948. The moral judgment of the child. Glencoe, Ill.: Free.
--. 1967. Six psycholugical studies. New York: Random.
Price, R. 1981. The centrality and scope of conversion. Journal of Psychology and Theology
9: 26-35.
Ratcliff, A. 1982. Behaviorism and the new worship groups. Journal of the American Sci-
entific Affiliation 34 (Sept.): 169-171.
----. 1985. The development of children's religious concepts. Journal of Psychology and
Christianity 4:35-43.
-------. 1987. Teaching the Bible developmentally. Christian Education Joumal7:21-32.
-----, editor. 1988. Handbook of preschool religious education. Birmingham, Ala.: Re-
ligious Education.
-------. Baby faith: Infants, toddlers, and religion. Religious Education.
Rizzuto, A. 1979. The birth of the living God. Chicago: University of Chicago Press.
Sail, M. 1976. Demon possession or psychopathology? Journal of Psychology and Theol-
ogy 4: 286-290.
Schaeffer, F. 1968. The God who is there . Downers Grove: Inter-Varsity.
Seamands, D. 1988. Healing grace. Wheaton, Ill.: Victor.
Smith, N. 1988. God, the Ultimate Background Object. International Congress on Chris-
tian Counseling, Atlanta, Ga., 12 Nov.
Stem, D. 1985. The interpersonal world of the infant. New York: Basic.
Tamminen, K., et al. 1988. The religious concepts of preschoolers. Dalam Handbook of
preschool religious education, editor D. Ratcliff. Birmingham, Ala.: Religious Edu-
cation.
Toumier, P. 1962. Guilt and grace. New York: Harper and Row.
-------. 1964. The whole person in a broken world. New York: Harper and Row.
Vitz, P. 1988. Sigmund Freud's Christian unconscious. New York: Guildford.
***
1
Untuk mendapatkan buku yang komprehensif untuk membantu anak prasekolah bertumbuh secara
rohani, lihat Ratcliff 1988.
2 Untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang cara mengajarkan Alkitab kepada anak-anak, lihat
Ratcliff 1987.
3 Namun demikian, lihat Benner 1988; Helminiac 1987; McDonald 1983 untuk mendapatkan beberapa
DEFINISI ABNORMAL
Secara tepat, bagaimana kita bisa membedakan antara abnormal dan
normal? Panduan standar yang digunakan oleh para psikolog adalah Diag-
nostic and Statistical Manual of Mental Disorders, yang sekarang merupakan
edisi ketiga yang sudah direvisi (1987). DSM-III-R menawarkan definisi
berikut tentang kondisi abnormal:
suatu gejala atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pad a diri sese orang dan yang berkaitan dengan stres
saat ini (suatu gejala menyakitkan). Gejala atau pol a ini juga berkaitan
dengan ketidakmampuan (kerusakan dalam salah satu atau lebih
bidang fungsi yang penting) atau dengan meningkatnya risiko pen de-
ritaan, kematian, rasa sakit, cacat, atau hilangnya kebebasan yang pen-
ting. Selain itu, sindrom atau pola ini bukan sekadar res pons yang
diharapkan dari peristiwa khusus, misalnya kematian orang yang
dikasihi. Apa pun penyebab asalnya, hal itu akhimya harus dipandang
sebagai manifestasi gangguan perilaku, psikologis atau biologis pada
diri seseorang.
Fokus 14.1.
Penyakit latrogenik
Ada bahaya ketika kita mempelajari masalah-masalah psikologis, kita mungkin
meragukan kewarasan kita sendiri dan menemukan beberapa gejala yang dijelaskan
dalam diri kita sendiri (Stuart, 1970).
Paling sedikit ada dua alasan mengapa hal ini terjadi. Banyak orang mudah menjadi
korban kekuatan sugesti. Kita mudah mempelajari sesuatu dan mulai melihat apa yang
kita baca dalam diri kita sendiri. Hal ini kadang-kadang te~adi di sekolah medis di mana
murid-murid mulai menunjukkan gejala setiap penyakit yang mereka pelajari.
Alasan kedua untuk penyakit iatrogenik adalah orang yang abnormal bisa
menunjukkan bentuk perilaku normal yang luar biasa. Misalnya, perilaku abnormal
mungkin merupakan bentuk perilaku normal yang ekstrem atau mungkin merupakan
perilaku normal dalam situasi yang tidak sesuai. Banyak hal yang mungkin sepenuhnya
bisa diterima jika dilakukan secara pribadi tetapi abnormal jika dilakukan di depan umum.
Perlu dicatat bahwa perilaku abnormal, menurut definisinya, pasti berpengaruh sangat
berarti dalam pekerjaan atau kehidupan sosial seseorang atau menyebabkan stres
berat pada diri orang itu.
Jika, selama membaca bab ini, Anda menemukan diri Anda sendiri bertanya-
tanya, apakah Anda mengalami gangguan tertentu, ingatlah peringatan ini. Anda perlu
membaca penjelasan tiap gangguan itu dengan hati-hati dan tidak mengabaikan aspek
masalah yang tidak Anda miliki. Juga merupakan hal yang bermanfaat jika Anda
bercakap-cakap dengan ternan-ternan yang membaca buku ini atau ikut dalam kelas
ini. Mereka mungkin juga mengajukan pertanyaan yang sama dengan Anda. Akhimya,
jika Anda percaya bahwa Anda sungguh-sungguh memiliki masalah, berkonsultasilah
dengan konselor dan membicarakan hal itu. Jauh lebih baik tidak banyak mem-
pertanyakan daripada membiarkan masalah itu memburuk.
Para psikolog lain berpendapat bahwa orang yang mengalami masalah
psikologis sebaiknya dipandang tidak bisa menyesuaikan diri. Supaya nor-
mal, menurut sudut pandang ini, seseorang harus mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Berbeda dengan sudut pandang penyimpangan, tekanan
pada penyesuaian diri menyatakan bahwa seseorang memiliki perilaku yang
normal jika apa yang ia kerjakan meningkatkan apa yang terbaik bagi orang
itu atau kelompoknya. Sudut pandang ini bisa dipandang konsisten dengan
kekristenan jika seseorang mendefinisikan apa yang terbaik bagi seseorang
seperti Alkitab menjelaskannya.
Sebuah pendekatan lain untuk memahami kondisi abnormal adalah
dengan memandang mereka yang mengalami masalah berat sebagai orang
yang mengalami kekacauan. DSM III-R cukup cermat menekankan bahwa
orang-orang tidak kacau, tetapi lebih h~pat dikatakan menderita gangguan-
gangguan. Seseorang bukan alkoholik tetapi lebih tepat disebut memiliki
ketergantungan pada alkohol. Sudut pandang ini dominan di antara para
psikolog saat ini, tetapi seorang Kristen harus mempertanyakan pemisahan
gangguan ini dari orang tersebut. Apakah hal ini menyiratkan tidak adanya
tanggung jawab pribadi sarna sekali? Tentu saja kita bisa mengamati seke-
. lompok gejala tertentu dan mengatakan hal itu sebagai gangguan, tetapi
pendekatan yang utuh akan menyatakan bahwa orang itu terpengaruh oleh
keadaan dan sebaliknya juga mempengaruhi keadaan itu.
Sudut pandang terakhir tentang keabnormalan memandangnya sebagai
suatu penyakit. Sudut pandang ini pada tahap berikutnya memandang or-
ang yang bersangkutan tidak bertanggung jawab: seseorang tidak bisa
disalahkan karena mengidap suatu penyakit. Model penyakit ketidak-
normalan menyiratkan model kepribadian medis (dijelaskan dalam bab 12),
yang sudah ditolak oleh banyak orang. Namun, perlu dicatat bahwa masaIah-
masalah psikologis tertentu mungkin sesuai dengan kategori ini, terutama
yang timbul karena kerusakan otak secara fisik atau masalah-masalah hor-
monal.
Jadi, seperti dijelaskan di atas, ketidaknormalan, mungkin paling tepat
dipahami sebagai kegagalan fungsi, ketidakmampuan menyesuaikan diri,
dan - jika disebabkan oleh kerusakan fisik - penyakit. Collins (1973, 10-12)
menekankan bahwa orang yang abnormal mengalami konflik internal yang
menyebabkan perasaan tidak aman, kekhawatiran atau ketidakbahagiaan
(aspek disfungsional) yang in tens dan lama atau orang itu diresahkan oleh
keterasingan dari Allah secara sadar atau tidak sadar. Pendapat tentang
keterasingan dari Allah memperIuas konsep ketidaknormalan jauh
melampaui konsep yang biasa dianut oleh psikolog, jadi mencakup mayoritas
umat manusia. Dari sudut pandang Allah hal ini sepenuhnya benar. Kita
tidak menjadi seperti yang direncanakan Allah sejak semula, dan hubungan
yang benar dengan-Nya merupakan langkah pertama untuk mendapatkan
kondisi normal yang utama - normalitas seperti yang Allah rencanakan sejak
semula.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
KESEHATAN MENTAL
Cara lain untuk memahami penyakit mental adalah dengan memeriksa
kondisi yang sebaliknya - kesehatan mental. Kesehatan total dalam diri sese-
orang sepenuhnya menuntut hubungan yang sehat dalam tiga arah - ke da-
lam dengan diri sendiri, ke luar dengan orang lain, dan ke atas dengan Allah.
Individu-individu boleh dipandang sehat secara mental jika mereka berhu-
bungan dengan realitas dan cukup bebas dari kekhawatiran sehingga mereka
secara signifikan memiliki kemampuan fungsional, sosial, atau biologis un-
tuk periode waktu yang cukup panjang.
Karakteristik apa yang ditemukan dalam diri seseorang yang sehat
mentalnya? Pertama, tentu saja kemampuan untuk berfungsi secara fisik,
intelek, dan emosi dalam kapasitas sepenuhnya. Mempertahankan
keseimbangan dalam kehidupan akan mendatangkan kesehatan mental.
Karakteristik kedua yang penting adalah kemampuan untuk beradaptasi
terhadap situasi yang berubah dengan kontrol diri dan disiplin. Orang yang
memiliki ego yang kuat memiliki kemampuan untuk menahan stres dan
menghadapi berbagai situasi lingkungan. Orang yang sehat menunjukkan
bahwa mereka mampu berhubungan dengan realitas dengan bereaksi
terhadap semua situasi secara realistis. Meskipun kita semua menghadapi
stres dan berubah dari waktu ke waktu, orang yang mentaInya sehat mampu
bereaksi dengan tepat dengan mempraktekkan pengendalian diri. Karena
mampu menerima apa yang tidak bisa diubah, mereka terlepas dari ke-
khawatiran yang berlebihan dan berlangsung lama saat menghadapi
perubahan.
Karakteristik ketiga seseorang yang mentalnya sehat adalah sikap
keyakinan, yang biasanya disertai dengan perasaan humor. Tentu saja
keyakinan seperti ittl harus berakar pad a iman kepada Allah.
Karakteristik lain yang ditemukan dalam diri orang-orang yang sehat
secara mental adalah tujuan yang kokoh dalam kehidupan. Hidup bagi Al-
lah dan demi prinsip-prinsip-Nya memberikan arti dan arah hidup.
Psikologi Abnormal
Fokus 14.2.
Panduan untuk Kesehatan Mental
Dempsey dan Zimbardo (1978, 414-415) memberikan tujuh panduan untuk tetap
memiliki kesehatan mental. Pertama, kita harus mengetahui kelemahan-kelemahan
kita. Kita perlu memperbaiki hal-hal yang mampu kita perbaiki, atau melakukan
kompensasi jika hal itu tidak mampu diperbaiki.
Kedua, kita harus menggunakan stres untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah. Misalnya, stres karena memikirkan tes yang akan kita jalani
bisa dipakai sebagai motivasi untuk belajar.
Ketiga, kita harus menganalisis hal-hal yang menyebabkan krisis pribadi. Misalnya,
jika Anda me·ngalami masalah dengan depresi normal, mengetahui penyebab
ketidakseimbang_an sementara dalam hidup Anda bisa membantu Anda menghadapi
hal itu dengan lebih baik.
Keempat; pikiran yang negatif harus diganti dengan pikiran yang positif. Seperti
dicatat dalam bab 7, kita lebih dipengaruhi oleh "percakapan dengan diri sendiri" -
penafsiran kita terhadap kejadian yang kita alami - daripada oleh kejadian itu sendiri.
Seperti akan kita lihat dalam bab 15, pikiran yang tidak rasional merupakan penyebab
banyak masalah.
Panduan kelima adalah untuk mengetahui kapan dan ke mana kita harus pergi
untuk mencari pertolongan. Memendam perasaan membuat masalah menjadi
bertambah buruk dengan berjalannya waktu. Lima prioritas dalam mencari pertolongan
bisa dikenali: (1) Menceritakannya kepada Allah. Allah, dalam kuasa-Nya, mampu
mengatasi masalah apa pun. Tetapi Allah, dalam kebebasan-Nya, mungkin memilih
menggunakan orang lain untuk menyembuhkan. (2) Keluarga dan ternan-ternan
merupakan sumber pertolongan yang panting. (3) Lebih sering lagi menghubungi
pendeta untuk menangani masalah emosional daripada psikolog. (4) Dokter mungkin
dibutuhkan. Konselor yang baik pertama-tama akan berusaha menyingkirkan masalah
medis yang mungkin. (5) Kebanyakan orang bisa memetik manfaat dari konseling
suatu saat dalam hidup mereka. Sekolah tinggi atau seminari biasanya menyediakan
pelayanan semacam itu secara gratis atau dengan biaya murah.
Panduan keenam adalah mengembangkan potensi kita. Kita sangat mudah
terjebak dalam rutinitas dan kehilangan vitalitas kehidupan yang sebenarnya.
Kembangkan hobi baru, bacalah buku yang bagus dan cobalah sesuatu yang baru!
Akhimya, kembangkan dan peliharalah hubungan yang akrab. Kita membutuhkan
orang lain untuk mendapatkan umpan batik dan penghargaan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 14.3.
Orang Kristen yang Sehat Rohaninya
Darling {1969, 129-142) menemukan tujuh karakteristik orang Kristen yang men-
tal dan rohaninya sehat. Meskipun beberapa dari karakteristik ini terlalu idealistis, hal itu
tentu saja merupakan tujuan yang layak untuk dikejar.
Pertama, orang Kristen yang sehat ditandai dengan penyerahan diri dengan penuh
keyakinan. Keyakinan ini merupakan akibat rasa memiliki dan dimiliki terhadap Allah
karena penyerahan diri kepada Kristus, satu keputusan yang bulat tanpa pernah berpikir
untuk berpaling.
Kedua, orang Kristen harus bersikap spontan secara transparan. Transparansi
merupakan kejujuran dan keterbukaan yang harus menandai diri orang Kristen. Tidak
perlu ada topeng karena Allah mengenal kita sebagaimana adanya. Kita juga bisa
bersikap spontan karena kita diciptakan menurut gambar Allah dan sifat dasar Allah
adalah kreatif. Orang Kristen tidak perlu menerima keadaan yang biasa-biasa saja.
Ketiga, kita harus memiliki integrasi yang memiliki tujuan dalam kehidupan. Tujuan
kita berasal dari memiliki hidup yang berarti melalui Kristus, sedang integrasi mengacu
pada sifat keutuhan. Ada harmoni, kesatuan, keutuhan bagi orang Kristen yang rohaninya
sehat.
Keempat, orang Kristen yang sehat ditandai dengan penyesuaian diri dengan
ketegangan. Ada ketegangan antara hal yang ideal dengan yang nyata dalam kehidupan
Kristen {Rm. 7). Kita berjuang untuk menyatukan kondisi ideal yang harus kita capai
dengan kondisi kita yang sebenarnya saat ini, yang pada dasarnya merupakan proses
kreatif. Namun kita juga harus mampu menerima bahwa kita pasti masih kurang dari
kondisi sempurna yang absolut. Menurut Alkitab, Allah akan menyempurnakan kita
dengan "memotong cabang-cabang" kita supaya menghasilkan lebih banyak buah.
1
Masalah psikologis
Penyebab Biologis
Penyebab biologis mencakup abnormalitas kromosom, pengaruh genetis,
dan faktor biologis lainnya. Contoh abnormalitas kromosom adalah sindrom
Down, yang disebabkan oleh adanya dua puluh satu kromosom ekstra.
Namun abnormalitas kromosom sangat jarang, dan hanya terjadi pad a
kurang lebih setengah dari satu persen bayi yang lahir (Sergovich dan rekan-
rekan, 1969).
Gen pada kromosom tertentu juga bisa memainkan peranan dalam
menimbulkan masalah mental. Berbeda dari abnormalitas kromosom, cacat
ini tidak bisa langsung diamati sehingga sulit diramalkan siapa yang akan
menderita kelainan tertentu. Biasanya beberapa gen harus ada dalam
kombinasi tertentu untuk menimbulkan kecenderungan atas satu masalah
tertentu. Kombinasi ini disimpulkan dari fakta bahwa masalah psikologis
tertentu cenderung menu run pad a satu keluarga tertentu, bahkan sekalipun
anak-anak dibesarkan jauh dari orangtua mereka. Mungkin contoh terbaik
untuk masalah psikologis genetis adalah schizophrenia.
---. ---- ~,---
Pengaruh Lingkungan
Pengaruh biologis kadang-kadang berkaitan dengan faktor lingkungan.
Mungkin contoh terbaik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, seperti
tidur dan makanan. Dalam bab sebelumnya kita telah mempelajari bahwa
kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi bisa menimbulkan masalah seperti
perubahan kepribadian dan kecerdasan yang rendah.
Aspek psikososial lingkungan lainnya juga sangat mempengaruhi kita,
meskipun pengetahuan kita tentang bagaimana persisnya hal itu mem-
pengaruhi perilaku yang abnormal kurang akurat dibandingkan dengan pe-
mahaman tentang pengaruh biologis. Sepanjang buku ini, dan terutama bab
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
GANGGUAN-GANGGUAN PSIKOLOGIS
Dalam sisa bab ini kita akan menyelidiki enam kategori luas gangguan
psikologis. Ini merupakan gangguan yang paling umum dan penting, tetapi itu
tidak berarti sudah mencakup seluruh tipe masalah psikologis yang bisa dialarni
oleh banyak orang.
Gangguan-gangguan Kecemasan
Kelompok gangguan ini, di mana kecemasan merupakan sifat yang pal-
ing dominan, mencakup gangguan fobia, gangguan kepanikan, gangguan
obsesif-kompulsif, dan gangguan kecemasan secara umum. Menurut per-
kiraan 8 sampai 15 persen dari masyarakat mengalami gangguan kecemasan
(NIMH, 1985).
Bagaimana seseorang menangani kecemasan menentukan jenis
gangguan kecemasan yang akan berkembang. Misalnya, jika kecemasan yang
berasal dari stres masa lalu atau saat ini dig~ntikan dengan benda netral,
orang itu mengalami gangguan fobia. Kecemasan .yang digantikan dengan
pemikiran atau kecemasan menghasilkan gangguan obsesif-kompulsif.
Kecemasan yang dibiarkan mengambang dengan bebas sehingga orang itu
merasa papik menyebabkan gangguan kepanikan.
Orang yang cemas mungkin terlalu hati-hati, mudah tersinggung, mudah
gelisah dan terlalu bergantung. Mereka mungkin berbicara terlalu banyak
dan sulit tidur. Konsentrasi mereka mungkin terganggu dan ingatan mereka
buruk. Mereka mungkin sulit bergerak karena kecemasan mereka. Gejala
lainnya mencakup keluarnya keringat yang berlebihan, sakit kepala karena
otot-otot tegang, suara gemetar, sesak napas, episode suka mengungkap hal-
hal pribadi secara berlebihan, sakit perut, mual, diare, "gerakan-gerakan
aneh" dalam perut, tekanan darah tinggi, detak jantung yang terlalu cepat,
episode pingsan, sering kencing, impotensi atau frigiditas.
Kecemasan memiliki banyak sebab. Hal itu bisa berasal dari konflik-
konflik bawah sadar. Perasaan ini bisa dipelajari dari contoh - dengan me-
Fokus 14.4.
Buku-buku Kristen tentang Gangguan Kecemasan ·
Beberapa buku tentang gangguan kecemasan tersedia. Fractured Personalities
karya Collins (1973), sekarang sudah tidak terbit, menawarkan sudut pandang Kristen
yang bermanfaat tentang ketidaknormalan secara umum, meskipun klasifikasi yang
dipakai agak berbeda dari klasifikasi DSM Ill (ia memakai DSM II}. Meskipun tidak
seteliti Collins, seseorang bisa mendapatkan manfaat dari buku Hyder (1971) dan
Narramore (1984). Kotesky (1983) dan Backus (1985) membahas gangguan-gangguan
kecemasan. Buku Young (1981) "Neurotic Christian" juga bermanfaat.
Psikologi Abnormal
nyamakan diri dengan orangtua atau orang lain yang cemas . Hal itu bisa
berasaI dari konflik masa keciI atau dari masaIah situasional pada saat ini.
Beberapa orang menjadi cemas karena merasa cemas. Kecemasan bisa berasal
dari ketakutan karena merasa rendah diri, miskin atau kesehatan yang buruk.
Semua anak memiliki pengalaman-pengalaman yang menyebabkan
kecemasan . Orang yang mas a kecilnya penuh stres dengan banyak
pengaIaman buruk biasanya sering merasa cemas. Pada umumnya kece-
masan itu tidak ditangani langsung, tetapi hanya ditekan. Ketika orang itu
mengaIami situasi atau pengaIaman yang menyebabkan kecemasan, kece-
masan dari masa kecil itu juga muncul. Dalam sebagian besar kasus hanya
emosi pad a masa kecil yang muncul; kejadian tertentu sudah tidak diingat
Iagi. Emosi yang ditekan tampaknya cocok dengan situasi pada saat ini, mes-
kipun kedua hal itu tidak sungguh-sungguh sarna - paling tidak bukan dalarn
ukuran, di mana kedua hal itu dialami. Ini menjelaskan mengapa kita sering
bereaksi terIalu berlebihan terhadap situasi tertentu . Kita bereaksi bukan
hanya pada stres saat ini, meIainkan juga terhadap emosi masa kecil yang
ditekan. Kecemasan terhadap situasi pad a masa kini mungkin juga ditekan
sebagian atau disimpan dalam hati, dan menyebabkan depresi. Kecemasan
tambahan mungkin tercipta karena orang itu cemas atas kecemasannya, atau
mengembangkan kecemasan atas fobia atau obsesi tertentu yang mereka
alami, atau merasa cemas karena mereka depresi.
Konflik mungkin menyebabkan kecemasan. Para psikoIog membedakan
an tara konflik pendekatan-penghindaran, konflik pendekatan-pendekatan
dan konflik penghindaran-penghindaran. Konflik pendekatan-penghindaran
muncul jika ada satu tujuan dengan sifat yang diinginkan sekaligus tidak
diinginkan. Konflik pendekatan-pendekatan muncul jika ada dua tujuan, yang
keduanya diinginkan, tetapi saling bertolak belakang. Konflik penghindaran- ·
penghindaran muncuI jika ada dua pilihan yang tidak diinginkan, dan or-
ang itu tidak bisa menghindar daTi menghadapi salah satu hal itu.
FOBIA
umum, menulis di depan orang lain, atau menggunakan toilet umum. Fobia
sederhana mungkin lebih tepat disebut fobia "spesifik". Ketakutan y~ng tidak
rasional mungkin berkaitan dengan binatang, serangga, air, ruang tertutup,
atau hal-hal lain. Fobia terhadap binatang terutama dialami oleh anak-anak.
Banyak orang dewasa yang mengalami claustrofobia, dan menjadi sangat
khawatir jika berada dalam ruangan yang sempit.
Tabel14.1.
Jenis-jenis Fobia
Fobia Ketakutan yang Abnormal terhadap
GANGGUAN BIPOLAR
Gangguan Gangguan
cyclothymia dysthymia
bukan psychotik
Tabel 14.2
Gangguan suasana hati utama
La Migraine, lukisan Charles Aubury (1822) yang menggambarkan sa!u keluarga yang menangani
saki! kepala si ibu.
tergangc;u dan berat badannya bisa bertambah atau berkurang. Orang yang
depresi energinya merosot dan biasanya mengalami kesulitan untuk bangun
pagi. Mereka mungkin dikuasai oleh masalah fisik, seperti sakit kepala atau
sembelit. Kekhawatiran mereka mungkin ditunjukkan dengan kegelisahan
atau sifat mudah tersinggung. Gejala paranoid merupakan hal yang umum,
termasuk khayalan ia dianiaya karena melakukan dosa.
Episode depresif mungkin dimulai pada usia berapa pun, tetapi periode
manic biasanya dimulai sebelum usia tiga puluh tahun. Paling sedikit separo
dari orang yang mengalami periode depresif awal akan men gal ami episode
depresif lagi. Komplikasi utama depresi adalah bunuh diri. Komplikasi epi-
sode manic terutama kerugian finansial dan dampak sosial lainnya atas
penilaian yang tidak akurat.
DEPRESI UT AMA
CYCLOTHYMIA
DYSTHYMIA
pandangnya yang buruk: "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang
tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka
kakiku terpeleset, nyaris aku tergelindf. · Sebab aku cemburu kepada pembual-
pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." Ketika Asaf
mengubah sudut pandangnya, depresinya terangkat: "Tetapi ketika aku
bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesuHtan di mataku,
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan
kesudahan mereka" (ayat 16-17). Sebaliknya, Musa seorang yang memiliki
sudut pandang ilahi. "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak
disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan
umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia
menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar
daripada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah"
(Ibr. 11 :24-26). Musa menyadari bahwa kesenangan dosa yang sementara
tidak akan mernberikan arti yang kekal untuk kehidupan. Sudut pandang
yang sehat menuntun kita untuk menaruh investasi pada dua hal yang
memiliki nilai kekal: Firman Allah dan manusia.
Faktor lain yang meningkatkan depresi adalah serangan Iblis . Iblis
tampaknya senang membuat orang Kristen tidak efektif melalui depresi. Al-
lah menginginkan kita untuk mengakui dosa kita, menangani masalah kita,
dan tidak tinggal diam dalam keadaan depresi. Jika alasan untuk merasa
berkecil hati dan depresi kabur, pasti ada sesuatu yang salah. Orang yang
merasa tak berdaya dan tanpa harapan sering kali menyimpulkan bahwa
mereka tidak disertai Kristus. Bersama Kristus, orang-orang merasa memiliki
harga diri dan tahu mereka bisa menangani masalah mereka.
Penyebab utama sikap berkecil hati di antara orang Kristen yang rnemiliki
dedikasi adalah sikap mengandalkan diri sendiri. Jelas bahwa kehidupan
Kristen hanya bisa dijalani dengan penuh sukacita melalui kuasa Roh Ku-
dus. Paulus dengan sangat gembira berkata, "Aku sanggup melakukan segala
sesuatu melalui Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13), dan
"karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (Flp. 2:13). Namun ia juga mencatat
kekhawatirannya untuk berusaha hidup bagi Allah dengan kekuatannya
sendiri (Rm. 7.:14-24).
Gangguan Psikotik
Kelompok abnormalitas utama ketiga adalah gangguan psikotik, di mana
orang yang mengidapnya sejauh tertentu kehilangan kontak dengan realitas.
Kategori ini mencakup skizofrenia dan gangguan suka berkhayal dan
beberapa gangguan lainnya yang tidak akan dibahas di sini.
5KIZOFRENIA
GANGGUAN . DELUSIONAL
Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif ditandai dengan perubahan daIam kesadaran atau
identitas yang menghasiIkan gejaIa semacam amnesia, somnambulisme
(tidur sambi! berjaIan), fugue (sejenis amnesia), dan kepribadian majemuk.
Berbagai bentuk disosiasi mungkin dimulai dan berakhir secara bertahap atau
tiba-tiba. Gangguan disosiatif berkaitan dengan satu rentetan peristiwa di
Iuar kekuasaan orang yang bersangkutan untuk mengingatnya secara sadar.
Dalam amnesia psikogenik terjadi kehilangan memori secara total
ten tang peristiwa yang terjadi selama periode beberapa jam (amnesia
terlokalisasi) sampai pengalaman seumur hidup (amnesia umum). Dalam
keadaan yang tampaknya sadar sebelum atau sesudah amnesia, orang yang
menderita penyakit ini tidak menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah.
Orang yang mengalami amnesia terus-menerus kehi!angan memori untuk
setiap peristiwa pada saat hal itu terjadi; dalam amnesia tersistemasi, mereka
kehilangan memori untuk peristiwa khusus yang berkaitan dengan masa
yang lalu.
Dalam fugue psikogenik seseorang mengeluyur, kadang-kadang selama
beberapa hari dan sering kali jauh dari rumah, bahkan membentuk identitas
yang baru sarna sekali. Selama waktu ini mereka melupakan masa lalu, tetapi
tidak sadar bahwa mereka telah melupakan sesuatu. Ketika mereka kembali
ke keadaan normal mereka tidak ingat periode waktu mereka mengalami
fugue. Mereka tidak berperiIaku aneh atau memberikan bukti memainkan
peranan memori terhadap peristiwa traumatis pada mas a laIu.
Orang dengan gangguan kepribadian majemuk didominasi oleh
sejurnlah kepribadian yang berbeda-beda. Perpindahan dari satu kepribadian
ke kepribadian lainnya terjadi secara tiba-tiba dan sering kali dramatis. Setiap
kepribadian merupakan satu set memori yang berkaitan yang kompleks
dengan pola perilaku, hubungan pribadi dan sikap yang khas. Kadang-kadang
orang itu dalam satu kondisi kepribadian tidak mampu mengingat kondisi
kepribadian lainnya. Pada waktu lainnya kondisi kepribadian tidak terikat
dengan amnesia dan kepribadian itu sadar akan eksistensi dan kegiatan
kepribadian Iainnya. Sering kali kepribadian utama emosinya terkendali,
moralistik dan menuruti peraturan. Sebaliknya, kepribadian kedua sering
kali menunjukkan peri!aku dan sikap yang bertolak beIakang sarna sekali.
Dalam gangguan depersonalisasi, perasaan keterasingan terhadap diri
sendiri atau tidak nyata muncul. Karena perasaan semacam itu biasa, diag-
nosis tidak dibuat kecuali perasaan itu terjadi paling tidak enam kali selama
periode enam minggu, dengan tiap episode yang berlangsung tiga puluh
menit atau lebih.
Psikologi Abnormal
Fokus 14.6.
Buku-buku tentang Stres, Gangguan Disosiatif
dan Somatoform
Gangguan stres telah ditemukan oleh beberapa penulis Kristen {Hart, 1986; Walker,
1984/85). Gangguan stres pascatraumatis sering terjadi setelah ada malapetaka, dan
karena itu buku-buku karya Bush (1979), Carlson (1955), dan Price {1981) mungkin
bermanfaat. Sejumlah ahli psikologi mengenali subtipe gangguan stres pasca traumatis,
yang disebut "sindrom pasca melahirkan." Banyak wanita yang mengalami gangguan
emosi yang kuat setelah melahirkan, dan mereka memerlukan konseling Kristen yang
baik. Mungkin buku terbaik yang lengkap tentang topik ini adalah karya Michels {1988).
Kepribadian majemuk banyak mendapat perhatian media massa, pertama dengan
diterbitkannya film dan buku "The Three Faces of Eve" pada tahun 1950-an, kemudian
dilanjutkan dengan film dan buku "Sybil" pada tahun 1970-an. Orang Kristen belum
memberikan banyak perhatian terhadap gangguan ini, terutama karena gangguan
biasanya dipandang sebagai penyakit yang sangat langka. Cerita Iangan pertama yang
gamblang oleh orang Kristen adalah On Stage as One, yang ditulis secara anonim
dengan pertolongan Jan Meier. Buku yang akan diterbitkan dikutip dalam Christian
Psychology pada tahun 1985 dan 1986.
Seperti dicatat dalam bab 13, kepribadian majemuk kadang-kadang dikacaukan
dengan kerasukan roh jahat. Rekaman kaset yang paling menarik untuk menentukan
apakah masalah tertentu merupakan kasus kerasukan atau kepribadian majemuk Ieiah
tersedia, yang diambil dari sesi di Kongres internasional tentang konseling Kristen. Kasel
itu diberi judul "Treatment for Multiple Personality Disorder: Integrating Alter Personilities
and Casting Out Spirits" {Friesen, 1988).
Satu gangguan somatoform yang khusus, reaksi konversi, digambarkan secara
jelas dalam buku Smith Winter Past (1977). Buku yang populer ini paling menarik untuk
dibaca, dan buku ini menekankan bagaimana konseling Kristen bisa membantu
seseorang mengatasi pergumulannya. Buku karya Nolan Healing: A Doctor in Search
of a Miracle {1974) membahas penyembuh iman yang menangani masalah psikologis
dan bukan masalah fisik yang sesungguhnya. Juga pertimbangkan buku Myers {1978,
157-195) tentang peranan takhayul dalam kesembuhan .
Meskipun hanya disebutkan sepintas dalam bab ini, ada beberapa buku dan artikel
. tentang gejala fisik dengan penyebab masalah psikologis. Salah satu yang terbaik adalah
buku Guldseth {1969). Beberapa buku juga berkaitan dengan gangguan mental organik
seperti Brand dan Yancey {1984), Jones {1981) dan Mackay {1980) . Juga pelajari
artikel The Theology Today "Senile Dementia and a Resurrection Theology {1986). Buku
Chaney {1981) tentang keterampilan kesehatan mental untuk pendeta juga memuat
bab yang membahas topik ini.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRI STEN 2
Gangguan Somatoform
Kelompok gangguan ini ditandai dengan gejala fisik di mana tidak ada
penemuan organis. Gejala yang muncul dari pernindahan konflik psikologis
dan kekhawatiran tidak berada di dalam kontrol secara sukarela. Subkategori
gangguan somatoform adalah gangguan somatisasi, gangguan konversi,
gangguan penderitaan somatoform, hipokondriasis, dan gangguan per-
ubahan bentuk tubuh.
Gangguan somatisasi (sindrom Briquet) ditandai dengan berbagai
keluhan fisik yang tidak bisa diberi penjelasan fisik o Keluhannya biasanya
dramatis dan kabur, dan mengacu pad a banyak organ tubuh. Gejala-gejalanya
biasanya dimulai selama masa remaja dan mungkin pertama kali dinyatakan
dalam bentuk kesulitan menstruasi. Masalah seksual (acuh tak acuh, sakit
selama melakukan hubungan) sering kali ditemukan. Mungkin satu persen
wanita Amerika mengalarni gangguan ini.
Dalam gangguan konversi, konflik dinyatakan sebagai gejala fisik pad a
bagian tubuh yang dirangsang melalui saraf sensorik dan motorik. Gejala-
gejalanya biasanya melambangkan konflik atau dorongan yang tidak dapat
diterima. Gejala-gejalanya mencakup keluhan sensorik, kelumpuhan, atau
kehilangan kontrol otot. Gejala sensorik antara lain kehilangan perasaan,
kebutaan, dan ketulian. Gangguan pada sensasi kulit mungkin terjadi di mana
pun juga, dalam bentuk atau pol a apa pun, yang paling sering secara ekstrem.
Ketulian atau kehilangan penglihatan sebagian atau secara total mungkin
disertai dengan halusinasi sensorik. Rasa sakit histerik pada bagian tubuh
tertentu mungkin juga dial ami, tempat yang paling sering adalah perut, dan
hal ini sering menyebabkan diagnosis yang salah dan operasi yang tidak perlu.
Kelumpuhan mungkin mempengaruhi beberapa bagian tubuh. Misalnya, pita
suara mungkin lumpuh; orang itu mungkin bisa berbisik tetapi tidak bisa
mengeluarkan suara dengan jelas. Dalam kasus kelumpuhan kronis, karena
tidak pernah dipakai atrofi bisa terjadi pad a otot-otot yang dipengaruhi. Kele-
mahan pada kekuatan gerak sukarela mencakup kedutan (otot yang berke-
dut-kedut), penyakit sawan, dan gerakan atau postur tubuh yang aneh yang
terjadi berulang-ulang.
Penderita gangguan konversi tidak menunjukkan abnormalitas utama
dalam status mental mereka. Ciri perilaku yang paling khas adalah sikap
acuh tak acuh terhadap gejala konversi dan ketidakmampuan yang dihasil-
kannya . Kadang-kadang pasien menyamakan dirinya dengan gejala dari
Psikologi Abnormal
Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku maladaptif yang
berurat akar secara dalam, dan sering kali muncul sepanjang hidup. Gangguan
kepribadian ditandai dengan pola perilaku dan bukan hanya gejala (seperti
kekhawatiran atau depresi) yang merupakan ciri sindrom klinis. Ada spektrum
perilaku yang terlibat, yang berkisar dari gangguan kepribadian yang ber-
kembang sepenuhnya, yang sangat jarang terjadi dalam masyarakat umum,
sampai pada sifat kepribadian yang khusus yang relatif umum. Memiliki satu
atau dua sifat masih normal, tetapi jika terdapat sifat-sifat yang cukup banyak
sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial dan fungsi kerja, itu berarti
telah terjadi gangguan. Hampir setiap orang memiliki sifat gangguan. Dalam
diskusi berikut, kita akan berbicara tentang gangguan dan sifat-sifat, tetapi
perbedaan di antara keduanya tetap harus kita perhatikan.
KEPRIBADIAN PASIF-AGRESIF
KEPRJBADIAN 0BSESIF-KOMPULSIF
Fokus 14.7.
Kekristenan dan Gangguan Kepribadian (1)
Banyak orang Kristen yang menunjukkan sifat pasif-agresif atau obsesif-kompulsif.
Kita perlu mencegah kecenderungan ini karen a sifat bisa menghalangi kita untuk menjadi
orang yang utuh sesuai kehendak Allah.
Orang Kristen yang memiliki sifat pasif-agresif cenderung menjadi orang percaya
yang setengah hati yang tidak bertanggung jawab untuk "menanti di hadapan Tuhan"
untuk segala sesuatu sementara mengkritik orang lain karena "kurang rohani". Orang
semacam itu mungkin membual tentang tindakannya sebagai pahlawan doa atau
bahkan tertarik untuk melayani secara penuh waktu di mana mereka bergantung pada
orang lain untuk mendapatkan dukungan, tetapi tidak banyak melakukan sesuatu agar
berhak mendapatkan hal itu.
Orang Kristen yang obsesif-kompulsif sangat berbeda. Dalam rise! yang dilakukan
oleh penulis lebih dari 75 persen hamba Tuhan cenderung memiliki sifat kepribadian
kompulsif. Misionaris sering masuk dalam kategori ini juga. Pendeta dan misionaris
terutama cenderung memberikan waktu mereka dengan mengabaikan keluarga dan
pasangan. Tentu saja banyak di antara mereka yang melewatkan waktu bersama or-
ang yang mereka kasihi, tetapi sangat mudah bagi mereka untuk mengabaikan prioritas
Alkitab. Jelas Alkit::Ib mengatakan bahwa memelihara keluarga harus merupakan
prioritas utama (I Tim. 5:8). Alkitab juga berkata bahwa orang Kristen tidak boleh menjadi
pendeta kecuali mereka bisa mengatur rumah tangganya dengan baik dan anak-anak
mereka bertingkah laku baik. Orang yang tidak bisa berkata tidak kepada tuntutan jemaat
(atau atasan) seharusnya tidak menjadi pendeta atau misionaris . Orang yang
mengabaikan keluarga mereka untuk melakukan "pekerjaan Tuhan· melupakan fakta
bahwa keluarga adalah pekerjaan Tuhan . Orang yang tidak bisa menerima fakta ini
Psikologi Abnormal
dengan perintah, jadwal, peraturan dan perincian tugas sampai pada tahap
di mana mereka kehilangan pandangan tentang kegiatannya. Mereka
berpendapat bahwa orang lain harus melakukan menurut cara mereka sen-
diri. Mereka begitu tekun dalam pekerjaan sehingga tidak punya waktu untuk
rekreasi dan persahabatan. Mereka cenderung tidak bisa mengambil keputus-
an, menghindari atau menunda pengambilan keputusan selama mungkin,
dan terlalu teliti dalam hal nilai-nilai mereka Qauh melampaui tuntutan iman
atau budaya mereka) . Mereka cenderung menjadi seorang yang tidak punya
perasaan, tidak bersedia memberikan waktu atau uang mereka kecuali
mereka bisa mendapatkan keuntungan tertentu, dan merasa sulit membuang
benda-benda yang tidak berharga.
Orang yang obsesif-kompulsif cenderung mengalami depresi, tetapi
mereka biasanya merupakan seorang yang gila kerja. Dokter, pengacara,
pemain musik dan pemrogram komputer terutama cenderung merniliki sifat
obsesif-kompulsif. Laki-laki lebih l enderung merniliki gangguan ini. Mungkin
seharusnya tetap melajang atau tidak mempunyai anak . Pemimpin gereja yang
menghabiskan seluruh waktu mereka untuk membangun gereja yang lebih besar dan
lebih baik sering kali melakukan hal itu karena motivasi yang egois (meskipun tindakan
itu mungkin dilakukan secara tidak sadar). Misionaris mungkin mengirim anak-anak
mereka ke sekolah yang jauh yang memiliki asrama sehingga mereka bisa mempunyai
lebih banyak waktu untuk pekerjaan mereka (meskipun mungkin merupakan hal yang
sangat tepat untuk mengirim anak remaja mereka ke sekolah yang memiliki asrama
jika mereka memang menghendakinya) .
Beberapa orang Kristen yang perfeksionis mungkin merasa dikuasai kemarahan
kepada Allah (karena menganggap Dia menuntut terlalu banyak dari mereka), kepada
anak-anak (karena memberontak), dan kepada diri mereka sendiri (karena tidak
sempurna). Mereka mungkin menjadi depresi dan bahkan berusaha bunuh diri. Mereka
mung kin menderita sakit yang sangat berat dan tidak punya harapan karena lupa bahwa
kita dipanggil untuk menemukan perhentian di dalam Tuhan dan bukan untuk
terperangkap dalam kegiatan yang tidak pernah berakhir.
Orang Kristen dengan kecenderungan obsesif-kompulsif mungkin menjadi orang
yang legalistik, yang sibuk dengan masalah benar dan salah karena sifat mereka yang
terlalu kaku, dan tidak mampu untuk santai dan menikmati kesenangan . Hati nurani
mereka lebih kaku dari pada panduan Allah dalam Alkitab, karena mereka gaga! mem-
bedakan antara rasa bersalah yang benar dan palsu (lihat bab 13). Mereka mungkin
membawa beban rasa bersalah yang palsu tentang pikiran atau tindakan yang sesung-
guhnya tidak melanggar hukum Allah. Orang Kristen yang legalistik perlu diingatkan
tentang kasih karunia dan kemurahan Allah, bukannya sibuk dengan huruf-huruf hukum
Taurat (seperti orang Farisi). Orang Kristen seharusnya santai dan menikmati kehidupan
yang berlimpah yang dikehendaki Allah untuk mereka (Yoh. 10:10).
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
KEPRIBADIAN HISTRIONIK
Fokus 14.8.
Kekristenan dan Gangguan Kepribadian (2)
Dalam masyarakat Kristen, orang yang memiliki sifat histrionik cenderung
menekankan pengalaman emosi dan bukan firman Allah . Mereka secara khusus
memiliki banyak pengalaman rohani naik dan turun, dan kadang-kadang menyalahkan
lblis untuk membebaskan diri mereka dari tanggung jawab. Beberapa orang merasa
dirinya sangat hebat secara rohani dan menyatakan bahwa mereka memiliki kuasa
dan karunia khusus. Bahkan dalam kegiatan yang bersangkutan dengan gereja mereka
secara tidak sadar mencari perhatian . Mereka menjadi marah kepada Allah karena
tidak melakukan segala sesuatu yang mereka kehendaki, dan mengabaikan ibadah
pribadi jika Allah tidak bertindak seperti yang mereka kehendaki.
Pendeta, konselor pastoral, dan pekerja gereja lainnya perlu berhati-hati jika mereka
bertemu dengan orang yang histrionik {Bustanoby, 1988). Pemimpin gereja laki-laki
harus menekankan bahwa perempuan harus dikonseling oleh pekerja perempuan ,
atau membiarkan pintu kantor terbuka sedikit dengan sekretaris berada di luar. Orang
yang histrionik mungkin menggoda untuk membuktikan bahwa konselor itu juga sama
seperti laki-laki lainnya. Perempuan yang histrionik, yang menggoda laki-laki secara
seksual mungkin menceritakan kepada orang-orang lain bahwa laki-laki itu
menggodanya dan merusak reputasinya. Cukup jelas mengapa Kitab Amsal
memperingatkan laki-laki muda untuk menjauhkan diri terhadap perempuan sundal
dan sifat-sifat histrioniknya {Ams. 5:3-20).
Sayangnya beberapa pendeta dan penginjil menggunakan posisinya yang penuh
prestise dan kuasa untuk memanipulasi dan mengendalikanorang. Banyak orang yang
.. -~"··--~--------·-~·-- ·---------- Psikologi Abnormal
memanfaatkan urang lain "dalam nama Tuhan" untuk memenuhi tujuan mereka yang
egois adalah orang yang membenarkan diri sendiri dan tidak bisa melihat gangguan
kepribadian yang mereka alami. Hubungan mereka dengan pasangan dan anak-anak
mereka dangkal, bukan karena mereka sibuk dengan pekerjaan , melainkan karena
mereka melayani kepentingan mereka sendiri.
Akhirnya, komentar tentang kepribadian narsistik. Peck (1983) telah menyusun
variasi kepribadian narsistik yang ia sebut kepribadian jahat. Gangguan ini ditandai
dengan sikap menyalahkan dan mengkambinghitamkan orang lain terus-menerus.
Orang semacam itu tidak bisa menerima kritik dan sangat memperhatikan citra mereka
di depan masyarakat. Mereka suka berbelit-belit dan kadang-kadang mengalami
gangguan ringan dalam pemikiran mereka yang agak mirip dengan skizofrenia. Banyak
di antara mereka yang religius, namun membuat perilaku yang berbelit-belit dan suka
mengkambinghitamkan sambil berusaha memberikan penampilan luar bahwa tidak
ada hal yang salah.
Perlu dicatat bahwa sementara gangguan yang diusulkan Peck menarik, dan
merupakan hal yang bagus untuk menemukan psikiater yang berasal dari latar belakang
yang pada dasamya sekular meneguhkan realitas si jahat, ia menggunakan istilah "si
jahat" dalam cara yang lain. Kita semua bisa dan memang berbuat dosa, -bukan hanya
orang yang mengalami gangguan yang parah . Namun memang benar bahwa bebe-
rapa orang yang narsistik menjadi "pembohong" (sesuai frasa yang digunakan Peck)
yang menutupi perilaku mereka yang berdosa dengan pernyataan yang menyesatkan
dan secara lahiriah tidak benar, dengan memproyeksikan kejahatan mereka sendiri
pada orang lain.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
KEPRIBADIAN NARSlSTIK
Seperti kepribadian antisosial, mereka tidak memiliki empati dan sering tidak
bisa memahami ketika orang lain terluka hatinya.
Sifat-sifat kepribadian narsistik mencakup reaksi yang berlebihan
terhadap kritikan dalam bentuk rendah diri, malu atau kemarahan. Orang
semacam itu cenderung mengeksploitasi orang-orang demi kepentingan
mereka sendiri. Mereka merasa diri sendiri sangat hebat. Mereka percaya
kesulitan mereka sangat unik. Mereka menghabiskan banyak waktu dengan
membayangkan tentang kekuasaan, kesuksesan, kecerdasan, kasih yang ideal
atau keindahan. Mereka percaya bahwa mereka berhak untuk disukai secara
khusus, tetapi tidak menunjukkan kemauan untuk membalas perhatian orang
lain. Mereka terus-menerus menginginkan perhatian dan pujian, dan bisa
memanipulasi orang untuk mendapatkan komentar yang positif. Mereka tidak
menyadari bagaimana perasaan orang lain dan sering kali merasa cemburu.
Istilah "narsistik" diambil dari mitos Yunani tentang anak muda bernama
Narcissus, yang memandang bayangannya di kolam air dan jatuh cinta kepa-
danya. Mungkin, seperti pendapat Lasch (1979), budaya kita merupakan bu-
daya narsiskus. Mungkin tidak semua kita mengalami gangguan ini, tetapi
. banyak di antara kita (termasuk banyak orang Kristen) yang memiliki bebe-
rapa sifat semacam ini.
Kilpatrick (1953, 57-60) melihat pada dasarnya orang modern berusaha
menjadi Allah (dosa asal). Sikap bertanggung jawab terhadap orang lain
hilang ketika diri sendiri dijadikan raja. Kilpatrick mengaitkan masalah ini
dengan gerakan menolong diri sendiri dan penekanan yang berlebihan pada
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Tabel14.4.
Gangguan Seksual Utama
Gangguan Definisi
harga diri dalam psikologi modern. Sementara banyak ahli psikologi yang
mendorong orang-orang untuk memperhatikan diri sendiri dan hanya
mencari kepentingan pribadi, sama salahnya jika kita menyimpulkan bahwa
semua ahli psikologi menganjurkan demikian. Orang Kristen harus mengatasi
godaan untuk menjadi narsistik, bahkan sekalipun dimana-mana masyarakat
kita tampaknya menekankan "hal menjadi nomor satu."
Diskusi di atas belum membahas gangguan kepribadian secara tuntas,
tetapi hanya memberikan beberapa contoh masalah kepribadian yang
dialami oleh banyak orang. Tabel 14.3. dengan singkat memuat daftar gang-
guan kepribadian utama, termasuk beberapa gangguan yang tidak dibahas
dalam buku ini.
Psikologi Abnormal
+ "" ~M ••. ,~-~.>:'•"' -~ "'"-""'"""'' ''"'-~-· - -~--'""'"'"'' -~ · - 0 > _ 0 \ _ _... .,...__ _ _""_""";',<·:',"""''M:I-.;.,.,;..•. '<.,,<'~-"'-~'"">'--<"9·A;""'"r<"·'·'" '·'"'' ·••••·<yNAA"<•h'·h"
Fokus 14.9
Buku-buku tentang Gangguan Kepribadian
Salah satu referensi Kristen yang paling lengkap tentang gangguan kepribadian
adalah Self-Defeating Life-Styles (1988) karya Conver dan Conver, yang menyelidiki
berbagai gangguan kepribadian (meskipun menggunakan penjelasan populer dan
bukan istilah teknis). Collins (1972, 139-147) juga memberikan tinjauan tentang
gangguan kepribadian (de:l~ an menggunakan terminologi DSM II).
Healing Grace karya Seamand (1988) membahas sifat-sifat obsesif-kompulsif.
Dalam buku sebelumnya, Seamand membahas orang Kristen yang kompulsif dan
berorientasi pada penampilan secara ringkas; .· dalam buku ini ia memberikan
penanganan untuk masalah itu dengan panjang-lebar.
Kotesky (1983, 228) menjelaskan kepribadian narsistik dalam istilah dosa ke-
sombongan. Shepperson (1984) menggambarkan Yakub berubah dari sikap narsistik
menjadi utuh secara rohani.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif merupakan topik Beck (1981) dan Gibson
(1985), sedang kepribadian histrionik dianalisis oleh Amstrong (1983).
Fokus 14.10.
Buku-buku tentang Gangguan Lainnya
Gangguan kontrol dorongan hati pada umumnya diabaikan oleh para penulis
Kristen, tetapi ada beberapa buku bagus tentang judi. Pada saat orang Kristen melihat
perkembangan baru-baru ini tentang upaya melegalkan lotre oleh pemerintah dan
bentuk-bentuk lain perjudian, mereka seharusnya memikirkan sikap anti perjudian yang
diwarisi orang Kristen selama berabad-abad . McKenna (1977), seorang pemimpin
Kristen yang terlibat dalam komite pemerintah yang membahas topik penting ini, telah
menuliskannya. Juga lihat Alnor (1985). Untuk mendapati artikel yang menarik tentang
kontrol dorongan hati yang dikaitkan dengan kejahatan secara umum, lihat McMinn
(1988).
Baru-baru ini banyak buku tentang masalah seksual, terutama homoseksualitas,
tersedia di pasar. Beberapa buku tentang seksualitas secara umum dibahas dalam
bab 5. Wheat dan Wheat (1981) mungkin menulis buku umum yang terbaik (mereka
juga membahas sejumlah gangguan seksual) . Tiga buku utama lainnya yang
membahas masalah seksual secara lebih terperinci adalah Rakers (1982), Wilson
(1984) dan Mayo (1987).
Gangguan pada masa kecil dan remaja juga dibahas secara sepintas dalam
sejumlah buku Kristen populer. Salah satu penanganan masalah dari sudut pandang
Kristen yang lebih ekstensif dibahas oleh Meier (1977). Gangguan makan semacam
anorexia nervosa atau bulimia, yang terdaftar dalam gangguan pada masa kecil dan
remaja dalam DSM 111-R juga merupakan topik populer yang telah mendapat banyak
perhatian. Dua kisah pribadi orang Kristen ditulis oleh ChrisUan dan Johnson (1986)
dan O'Neill (1982). Buku Kristen lainnya tentang anorexia dan bulimia mencakup
Vredevelt dan Whitman (1985), Johnson (1984), Rowland (1985), Sabom (1985), dan
Thomas (1984).
REFERENSI
Adams, J. 1977. Competent to counsel. Grand Rapids: Baker.
Alnor, W. 1985. Atlantic City: The gamble that lost. Eternity (Apr.): 23-28.
Anonymous, A., dan J. Meier. On stage as one. (Dikutip dalam Christian Psychology
1985/86).
Armstrong, G. 1983. A psycho!igical and theological understanding of histrionic per-
sonality. Pastoral Psychology 31: 193-203.
Backus, W. 1985. Telling the truth to troubled people. Minneapolis: Bethany.
Beck, J. 1981. Treatmt>nt of spiritual doubt among obsessing evangelicals. Journal of
Psychology and Theology 9: 224-231.
Blueler, E. 1950. Dementia praecox. New York: International University Press.
Brand, P., dan P. Yancey. 1984. In his image. Grand Rapids: Zondervan.
Brown, B. 1974. Depression roundup. Behavior Today 5: 117.
Bush, J. 1979. Disaster response: A handbook for church action. Scottdale, Pa.: Herald.
Bustanoby, A. 1988. Counseling the seductive female. Leadership 9: 48-54.
Abnormal
Carlson, A. 1955. He is able: Faith overcomes fear in foxhole. Grand Rapids: Zondervan.
Chaney, D. 1981. Mental health skills for clergy. Valley Forge, Pa.: Judson.
Christian, S., dan M. Johnson. 1986. The very private matter of anorexia nervosa. Grand
Rapids: Zondervan.
Clinebell, H . 1968. Understanding and counseling the alcoholic. Nashville: Abingdon.
Collins, G. 1972. Fractured personalities. Carol Stream, Ill.: Creation.
Conver, C., dan L. Conver. 1988. Self-deafeting life-styles. Nashville: Broadman.
Cosgrove, M., dan J. Mallory. 1977. Mental health: a Christian approach. Grand Rapids:
Zondervan.
Darling, H. 1969. Man in triumph. Grand Rapids: Zondervan.
Dempsey, D., dan P. Zimbardo. 1978. Psychology and you. Glenview, Ill.: Scott, Foresman.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Edisi revisi ke-3. 1987. Washington,
D.C.: American Psychiatric Association.
Foster, T. 1984. Haw to deal with depression. Wheaton, Ill.: Victor.
Friesen, J. 1988. Treatment for multiple personality disorder. Session of international
Conference on Christian counseling, 12 Nov.
Geisler, N. 1982. A Christian perspective on wine-drinking. Bibliotheca Sacra 139 Oan.):
46-56.
Getting Free. 1988. Christianity Today 32 (9 Des.): 29-44.
Gibson, D. 1985. Doubting Thomas, the obsessive. Journal of Psychology and Christianity
4:34-36.
Guldseth, G. 1969. God is for the emotionally ill. Watchung, N.J.: Charisma.
Hart, A. 1986. The hidden link between adrenalin and stress. Waco: Word.
Hetherington, E., danK. Camara, dan D. Feathermore. 1983. Achievement and intel-
lectual functioning of children in one-parent households. Dalam Achievement
and achivement motives, editor J. Spence. San Francisco: Freeman.
Hyder, 0. 1971 . The Christian's handbook of psychiatry. Old Tappan, N .J.: Revell.
Jenkins, R. 1968. The varieties of children's behavioral problems and family dynamics.
American Journal of Psychiatry 124: 134-139.
Johnson, R. 1984. Bulimia. Cornerstone 12: 29-30.
Jones, D. 1981. Our fragile brains. Downers Grove: Inter-Varsity.
Jones, S., dan D. Workman. 1989. Homosexuality: the behavioral sciences and the
church. Journal of Psychology and Theology 17: 213-225.
Kilpatrick, W. 1983. Psychological seduction. Nashville: Abingdon.
Kalata, G. 1981 . Clues to the causes of senile dementia. Science 211: 1032-1033.
Koteskey, R. 1983. General psychology for Christian counselors. Nashville: Abingdon.
Lasch, C. 1979. Culture of narcissism. New York: Norton.
Lenters, W. 1985. The freedom we crave. Grand Rapids: Eerdmans.
MacKay, D. 1980. Brains, machines and persons. Grand Rapids: Eerdmans.
McKenna, D. 1977. Awake my conscience. Winona Lake, Ind.: Light and Life.
McMinn, M. 1988. The abiding Mr. Hyde. Christianity Today 32 (18 Nov.): 27-29.
Malony, H. editor. 1983. Wholeness and holiness. Grand Rapids: Baker.
Mayo, M. 1987. A Christian guide to sexual counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Meier, P. 1977. Christian child-rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Michels, N. 1988. Helping women recover from abortion. Minneapolis: Bethany.
Minirth, F. 1977. Christian psychiatry. Old Tappan, N.J.: Revell.
Minirth, F., dan P. Meier. 1978. Happiness is a choice. Grand Rapids: Baker.
Myers, D. 1978. The human puzzle. San Francisco: Harper and Row.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
**.*
15
Psikoterapi
dan Konseling Pribadi
Secara umum seorang psikolog klinis harus memiliki gelar doktor dalam
bidang psikologi, diikuti dengan masa praktek di bawah penga wasan psikolog
yang sudah menjalankan praktek. Para psikolog juga harus mendapat izin
dari pemerintah. Izin semacam itu sering kali membutuhkan kelulusan dari
ujian negara dalam teknik-teknik dan pengetahuan psikologis. Orang-orang
yang memiliki gelar master dalam psikologi bisa bekerja di bawah
pengawasan seorang psikologi berizin sebagai "asisten psikologi" atau "rekan
sekerja psikologi", tetapi mereka biasanya melakukan hal itu sebagai bagian
dari masa praktek mereka.
Sementara para psikolog memiliki gelar doktor dalam psikologi, para
psikiater memiliki gelar doktor dalam kedokteran. Para psikiater biasanya
menerima pelatihan tambahan dalam konseling dan menyelesaikan masa
praktek, biasanya di rumah sakit jiwa, tempat mereka mempraktekkan teknik
konseling. Para psikiater bisa menulis resep obat sebagai bagian dari terapi,
tetapi mereka tidak memiliki Jatar belakang luas dalam teori dan riset psikologi
yang dimiliki oleh para psikolog. Mereka tentu saja bisa melakukan terapi sama
bagusnya seperti para psikolog, tetapi pelatihan mereka berbeda.
Para konselor pernikahan dan keluarga menangani masalah yang Jebih
umum dan tidak terlalu berat. Para konselor demikian biasanya memiliki
Fokus 15.1.
Pelatihan untuk Konseling Kristen
Program sarjana dalam psikologi sudah berkembang menjadi beberapa cabang,
sehingga tujuan karier harus diputuskan sebelum memilih program pelalihan
kesarjanaan. Mahasiswa Kristen bisa mendapatkan bantuan untuk memutuskan tujuan
karier mereka dari anggola fakullas yang memiliki pengetahuan alau dari konselor
karier di akademi atau universitas mereka. Kesempatan bagi mahasiswa unluk masuk
ke beberapa jenis program yang berbeda sering kali bisa diperkirakan berdasarkan
pengalaman mahasiswa lain.
Baru-baru ini ada banyak kompetisi unluk penerimaan mahasiswa dalam pro-
gram pelatihan sarjana dalam bidang psikologi, dengan liga sampai empal lamaran
setiap program dibuka. Beberapa program menerima tiga puluh sampai empal puluh
pelamar setiap kali buka. Pengakuan Asosiasi Psikologi Amerika (APA) untuk sekolah
pelatihan lingkat doklor dalam psikologi klinis alau konseling berarti bahwa sekolah ilu
secara sukarela menerapkan ujian dan Ieiah memenuhi slandar minimal agar pro-
gram pelatihan khu~us mereka bisa dilerima. ltu juga berarti bahwa program itu Ieiah
berlangsung cukup lama sehingga mereka boleh memberikan gelar doklor dalam
spesialisasi lertenlu. Beberapa departemen psikologi yang sangal bagus telah
mengadakan ujian, tetapi masih belum diakui, alau mungkin belum memiliki program
doktor cukup lama agar memenuhi syarat. Lulusan program yang belum memiliki
pengakuan APA tidak menghalangi seseorang untuk mendapal pekerjaan atau
menghalanginya mendapat izin atau sertifikat. Namun kebanyakan majikan lebih
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
""'¥ '" "---·
paling sedikit gelar master dalam bidang konseling, meskipun tidak selalu
dalam bidang psikologi. (Beberapa sekolah, misalnya, memiliki departemen
yang terpisah untuk konseling; atau departemen lain seperti pendidikan
menawarkan program ini.) Banyak konselor pernikahan dan keluarga memi-
liki gelar doktor dalam bidang konseling; hal ini mungkin akhirnya akan men-
jadi sebuah syarat. Para konselor tanpa gelar doktor biasanya bekerja di
bawah pengawasan orang lain yang memiliki gelar tersebut.
Para psikolog sekolah merniliki gelar master a tau doktor dalam bidang mereka.
Umurnnya mereka bekerja di dalam wilayah sekolah dan menangani masalah belajar
dan perilaku anak-anak dalam konteks sekolah. (Meskipun orangtua mungkin
ikut terlibat dalam konseling semacam itu, kesulitan biasanya dikenali dalam
situasi sekolah.) Sebagian besar negara bagian menuntut ahli psikologi sekolah
untuk memiliki izin.
Para konselor pastoral termasuk dalam kategori kelima yang sangat pen-
ting. Di sebagian besar negara bagian mereka harus bekerja di bawah penga-
wasan sebuah organisasi gereja (kecuali mereka juga memenuhi syarat
dengan berada di bawah jenis konseling yang lain). Hukum negara bagian
Georgia yang berkaitan dengan pemberian izin kepada para psikolog cukup
khas dalam hal ini:
Tidak ada bagian dalam pasal ini yang bisa ditafsirkan untuk mem-
batasi kegiatan dan pelayanan kepada seseorang dalam mempekerja-
kan atau melayani organisasi keagamaan yang sudah mapan dan
dikenal.. .. Asalkan gelar "psikolog terapan" tidak dipakai oleh sese-
orang yang tidak diberi izin dan praktek psikologi profesional tidak
tersirat di dalamnya.
Meskipun mereka tidak mendapatkan izin dan sebagian besar negara bagian
tidak memberikan persyaratan pendidikan khusus untuk gelar tecsebut,
mereka harus mendapatkan gelar seminari dalam konseling pastoral. Mereka
juga perlu menjalani persiapan prasarjana dalam Alkitab dan teologi maupun
psikologi dan konseling. Program-program seminari yang terbaik dalam kon-
seling pastoral juga memenuhi persyaratan untuk pemberian izin konseling
pernikahan dan keluarga, karena para pendeta sering memeflukan keteram-
pilan dalam bidang ini.
Kelima kategori di atas tidak membahas jenis konselor secara tuntas:
ada banyak lagi yang tidak dibahas dalam diskusi ini. Misalnya para pekerja
sosial psikiater, yang biasanya memiliki gelar master dalam pekerjaan sosial
dan telah menyelesaikan kerja praktek di rumah-rumah saki t jiwa.
KoNSELING SEKULAR
Sebelum menjelaskan p1:aktek konseling Kristen, kita secara singkat akan
mengamati beberapa aliran pernikiran dalam p~'!ikologi sekular dan praktek
pengobatan yang mereka lakukan. Tinjauan terhad\tp terapi alternatif semacam
i.tu akan membantu kita menghargai keunikan pe-ndekatan yang didasarkan
pada Alkit;tb seperti ¢itekankan dalam buku ini dan sejauh trJMa para ,konselor
Kristen bisa menggunakan p•~tndangan sekular.
Ps.i koanalisis
P-ikiran bawah sadar merupakan tekanan utanyta' dalam ter&lpj psiko-
dinamika. Seperti .telah c;l.iba·has sepanjang buku ini .. p,ikiran baw3b ~qar
Fokus 15.2.
Pola·Referensi yang Disarankan*
1. Bawalah ke para psikolog mereka yang:
- berusaha bunuh diri atau melakukan pembunuhan (dok.er atau psikiater bisa
memberikan pengobatan juga)
- psikotik (biasanya psikiater juga dibutuhkan)
- fobia, terutama jika masalahnya berkaitan dengan masa ~ kecil
- memiliki rna!)alah seks (sekali lagi, dokter atau psikiater r,nungkin dibutuhkan)
- mengalami rnasalah yang berat seperti dibahas dalam b'~ 14
2. Bawalah ke para psikiater mereka yang:
- manic..depl\esif
- punya mas~lah fisik yang Qerkaitan dengan masalah psikollogi
- depresi ber~t
- hiperaktif (clokter anak mungkin sangat membantu)
- punya mas<~ah lain yang berat seperti dibahas .dalam bab 1'4
3. Bawalah ke para psikolog sekolah mereka yang:
- terbelakang mentalnya (atau dicurigai)
- mengalami rnasalah belajar
- punya masalah perilaku .di sekolah
4. Bawalah ke para konselor pemikahan dan keluarga mereka yang:
- m~ngalami ltanflik pernikahan atau memikirkan untuk bercerai '
- punya mas(!lah dalam membesarkan anak
- menderita rnasalah lain dan kaum profesional lain yang dicatat di atas tidak
tersedia atau tidak memadai
5. Bawalah ke para konselor pastoral mereka yang:
- mengalami masalah yang befsifat psikologis atau rohani (mungkin juga
membutuhkan bantuan ahli lainnya yang dicatat di atas)
- jika memef\uhi syarat, mereka -mungkin juga menangani masalah yang ·dibahas
dalam kategori #4 di atas.
*Diadaptasi dari Dobson 1986 dan pendapat penulis teks ini.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTr.:N 2
Fokus 15.3.
Pandangan Orang Kristen tentang Psikoanalisis
Sementara pemikiran Kristen telah dibandingkan dan dikontraskan dengan teori
Freud pada awal buku ini (lihat bab 1 dan 13), di sini kita berharap untuk membahas
konsep pandangan psikoanalisis secara spesifik. Freud percaya bahwa pandangan
terhadap konflik pikiran bawah sadar merupakan hal utama bagi kesembuhan mental,
tetapi apakah itu sudah cukup bagi orang Kristen?
Sementara pandangan merupakan langkah pertama yang baik dalam ~al bahwa
kita harus memahami masalah sebelum kita memecahkannya, hal itu paling tidak
merupakan solusi secara parsial. Kekristenan tidak hanya memberikan solusi yang
memadai untuk kekhawatiran dan mekanisme pertahanan diri. Teologi Kristen
memberikan penjelasan yang lebih memuaskan tentang penipuan diri sendiri yang
tersirat dalam mekanisme pertahanan diri dan juga memberi kita jawaban terhadap
penipuan diri sendiri: pengampunan melalui kematian Kristus di kayu salib. Pemeriksaan
diri sendiri untuk menemukan motivasi yang tersembunyi, pengakuan dosa dan apologi
atau restitusi semua bisa ditemukan dalam Alkitab. Hal ini juga dibutuhkan untuk
mendatangkan kesembuhan dan pertumbuhan emosional dan rohani.
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
8 Kondisi
8 Kondisi
EgoPasien Egolsteri
Modifikasi Perilaku
Perilaku melibatkan respons kognitit motorik dan emosional terhadap stimulasi
eksternal maupun internal. Perilaku maladaptif bisa diubah secara sistematis
dengan penerapan teknik yang dihasilkan dari teori belajar.
Terapi perilaku menekankan perubahan dalam perilaku lahiriah. Modifi-
kasi perilaku langsung menuntun pad a perubahan perasaan dan sikap. Pemberi
terapi mengharapkan klien menetapkan tujuan khusus untuk membantu
pengobatan mereka sendiri. Modifikasi perilaku secara khusus paling efektif
untuk menangani fobia dan pemikiran yang obsesif.
Karena teori perilaku dibahas secara panjang lebar dalam bab 6, kita hanya
akan meninjau beberapa metode secara singkat dan memberikan satu contoh untuk
masing-masing metode. Pada dasarnya semua metode melibatkan ide memo-
difikasi perilaku dengan mengubah konsekuensi dari perilaku itu (dampak tin-
dakan itu) atau dengan mengubah pendahulu perilaku tersebut (hal yang
terjadi sebelum tindakan itu). Daripada mengubah pikiran bawah sadar,
perilaku eksternal dimodifikasi.
Salah satu konsekuensi yang bisa diubah adalah peneguhan. Misalnya, orang
yang mentaJnya terbelakang sering kali bisa mengembangkan keterampilan baru
melalui pemberian pahala secara sistematis jika orang itu mendekati perilaku
baru (shapit~g/pembentukan). Konselor mungkin secara tidak sadar
menggunakan teknik ini dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada
klien (peneguhan) ketika ide yang penting sedang dibahas, dan kurang mem-
berikan perhatian dalam masalah yang kurang penting.
Terapi aversi memusatkan perhatian pada penggunaan hukuman. Pecandu
alkohol kadang-kadang ditangani dengan menggunakan goncangan listrik yang
ringan Qangan dikacaukan dengan pengobatan dengan goncangan) ketika mereka
mencicipi alkohol. Tujuannya adalah untuk mengembangkan fobia terhadap bau
dan rasa rninuman itu. Hal ini bisa efektif jika orang itu sungguh-sungguh ingin
mengatasi masalah ini. Sayangnya, fobia itu bisa segera hilang jika klien ingin
menghentikan pengobatan itu. Terapi aversi telah berhasil dipakai untuk
mengatasi pedofilia (pemerkosa anak) dan homoseksual (Walen, Hauserman,
dan Lavin, 1977).
Pemodelan melibatkan pengamatan dan peniruan perilaku yang
diinginkan. Hal ini digunakan terutama dalam pelatihan asertif, di mana
seorang yang pemalu belajar untuk mengambil inisiatif dan menjadi lebih supel.
Pernimpin bisa memberi contoh respons yang asertif di depan kelompok k.lien
(biasanya traning asertif berlangsung dalam terapi kelompok). Setiap klien
Fokus 15.4.
Perhatian sebagai Peneguhan dalam Gereja
Para pendeta kadang-kadang merasa bingung bagaimana mereka bereaksi
terhadap kesaksian atau komentar lainnya dalam ibadah yang tidak sesuai dengan
teologi di gereja. Misalnya, apakah yang harus dilakukan pendeta jika pembicara tamu
menyatakan di depan jemaat umum bahwa program televisi yang diproduksi suatu
sekte sangat membantunya?
Reaksi pendeta harus ramah tetapi tegas. "Amin" bukan hanya meneguhkan
pembicara, melainkan juga bisa ditafsirkan meneguhkan kepercayaan sekte itu. Tentu
saja, pendeta perlu menafsirkan situasinya dengan tepat. Orang Kristen yang lemah
yang memberikan kesaksian di muka umum untuk pertama kalinya bisa diberi tahu,
"Terima kasih atas ide-idemu. Saya ingin berbicara denganmu lebih lanjut tentang hal
itu setelah kebaktian selesai." Kadang-kadang diam (extinction) sudah cukup. Untuk
penafsiran yang bersifat lebih dogmatis, perlu dilakukan konfrontasi, misalnya ."Maaf,
tetapi ide itu bukan kepercayaan di gereja ini." Menyela, menghukum dengan tegas,
mungkin perlu dilakukan dalam situasi yang sangat sulit.
Koor "amin" setelah mendengar kesaksian dari orang muda yang pemalu mungkin
bisa meneguhkan, sedang berdiam diri atau bergumam bisa merupakan extinction -
atau hukuman yang efektif. Tentu saja hal ini bisa ditafsirkan lebih jauh, sampai pada
titik di mana ide inovaUf yang sehat menurut doktrin akan diabaikan hanya karen a jemaat
Udak pernah mendengar hal itu sebelumnya. Kasus tersebut mungkin bisa terjadi dalam
gereja yang legaliUk dan kaku.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 15.5.
TRE di Gereja
Guru Sekolah Minggu bisa menggu nakan terapi ras ional -emotif dengan
menyodorkan beberapa pernyataan diri yang tidak rasional (lihat bab 7) kepada murid-
murid dan kemudian membahasnya dari sudut pandang Alkitab. Masing-masing
pernyataan itu harus dievaluasi dengan menggunakan pemahaman Alkitab. Buku-buku
yang mungkin membantu dalam hal ini mencakup karya Crabb (1977) dan Backus
dan Chapian (1980)
Pendeta konseling mungkin juga menemukan diri mereka mendengar pernyataan
diri yang Udak rasional dari klien. Hal itu lebih sering dinyatakan secara tersembunyi1.
tidak terbuka. Pernyataan seperti itu perlu dianalisis dan ditentang. Meskipun pendeta
mungkin bisa membantu dalam masalah ini, penanganan yang ekstensif terhadap
keyakinan dan asumsi yang tidak rasional mungkin perlu dilakukan oleh para konselor
Kristen yang terlatih secara profesional.
ini karena terapi ini memiliki persamaan dengan beberapa hal ideal yang
dianjurkan oleh para psikolog humanistis.
Rogers (1951) percaya bahwa semua orang memiliki dorongan yang kuat
untuk mengalami pertumbuhan pribadi, kesehatan dan penyesuaian diri, yang
ia sebut aktualisasi diri. Ketegangan, kekhawatiran, dan sifat defensif ikut terlibat
dalam dorongan dasar manusia. Jika kekuatan tersebut bisa dikurangi atau
diredakan, seseorang akan mengalami pertumbuhan pribadi. Orang yang
neurotik, menurut Rogers, telah kehilangan pandangan atas nilai-nilai mereka
sendiri dan telah mengambil nilai-nilai orang lain. Tujuan terapi yang berpusat
pada klien adalah untuk membantu orang-orang mendapatkan kontak kembali
dengan perasaan dan nilai-nilai yang sebenarnya. Penerimaan diri yang
semakin meningkat menambah otonomi dan mengurangi kekuatan ke-
khawatiran yang merusak; jadi pertumbuhan pribadi akan dialami.
Dalam terapi yang berpusat pada klien, pemberi terapi perlu bersikap
jujur, tulus, terbuka, dan menerima klien sepenuhnya. Menurut Rogers,
potensi pertumbuhan seseorang dilepaskan dalam hubungan di mana orang
yang membantu mengalami dan mengkomunikasikan kenyataan, perhatian
dan pemahaman yang sangat sensitif dan tidak menghakimi. Pendekatan
yang berpusat pada klien bisa diterapkan dalam hubungan apa pun di mana
orang-orang ingin memahami dan dipahami dan bersedia menyatakan diri
mereka sendiri sejauh tertentu.
Pemberi terapi yang berpusat pada klien harus memiliki sikap positif
tanpa syarat terhadap orang Iainnya. Mereka harus menerima klien sebagai
satu pribadi, sekalipun perilaku dan perasaan orang itu secara sosial tidak
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
bisa diterima. Pemberi terapi harus memiliki empati; mereka harus berusaha
memahami perasaan klien sejelas mungkin. Akhirnya, pemberi terapi harus
tulus, mampu menjadi "diri mereka sendiri" dalam satu sesi dan menyatakan
pikiran dan perasaan tanpa berpura-pura. Terapi yang berpusat pada klien
efektif terutama untuk orang-orang yang memiliki citra diri yang buruk.
Teknik utama dalam terapi yang berpusat pada klien adalah refleksi. Hal ini
melibatkan pengulangan pernyataan yang diucapkan klien dengan menggunakan
kata-kata yang berbeda dan kadang-kadang memadatkan dan memperjelas apa yang
mereka katakan. Misalnya, klien mungkin mengatakan, "Say a tidak percaya! Saya
mendapat nilai A dalam tes psikologi saya yang terakhir!" Konselor mungkin
memberi respons, "Kamu merasa sangat gembira." Perasaan sangat penting bagi
pemberi terapi yang berpusat pada klien; jadi mereka cenderung sering memakai
pernyataan "kamu merasa" .
Terapi yang berpusat pada klien telah dituduh tidak memadai; pada
dasarnya terapi ini mengandaikan bahwa klien bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri jika diterima dan diteguhkan. Memang ada orang yang
bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri dan sekadar mendengar dan
menerima mereka merupakan sesuatu yang berharga. Namun pada
umumnya para konselor merasa hal itu tidak cukup . Sebaliknya, kete-
rampilan mendengarkan yang baik bisa membantu meneguhkan hubungan
antara konselor dengan klien. Jika tidak ada yang lainnya, teknik yang
Fokus 15.6.
Teknik Rogerian dalam Gereja
Banyak gereja menggunakan kelompok kecil, seperti pemahaman Alkitab di
rumah-rumah atau kelas sekolah Minggu, di mana interaksi sangat diinginkan. Beberapa
metode yang disebutkan dalam fokus 16.3. bisa digunakan. Sebaliknya, ide-ide khusus
yang disarankan oleh Rogers mungkin bisa dipakai untuk meningkatkan interaksi.
Sikap positif yang tanpa syarat sangat membantu. Refleksi juga bisa digunakan,
yang menurut paham perilaku bisa dipahami sebagai peneguhan, tetapi oleh Rogerian
dipandang sebagai sarana untuk klarifikasi dan menyampaikan pesan bahwa
pemahaman yang nyata Ieiah terjadi. Pemimpin bisa merefleksikan perasaan
terselubung yang dinyatakan atau bahkan juga implikasi teologis yang lebih halus dalam
pernyataan klien dengan cara yang bisa mendorong orang lain berbicara.
Refleksi merupakan teknik yang baik untuk membantu orang lain saling
mendengar secara sungguh-sungguh, dan bisa diterapkan dalam kebaktian kesaksian,
kelompok kecil dan penginjilan pribadi. Pendeta atau anggota dewan gereja yang
menggunakan refleksi dan klarifikasi mungkin bisa meredakan situasi yang bisa
menimbulkan ledakan. Waktu yang digunakan untuk menyatakan Ulang posisi bisa
memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk berpikir sebelu ·n bereaksi, dan
menghapus kesalahpahaman atau komunikasi yang salah yang mungkin terjadi.
.J
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
berpusat pada klien bisa digunakan untuk memulai proses konseling; setelah
hubungan terjalin metode lainnya bisa mulai diperkenalkan.
McKenna (1977) memberi garis besar ten tang pendekatan konseling Kristen
yang ia sebut "Model Yesus" , yang mencakup banyak komponen terapi yang
berpusat pada klien. Misalnya, ia menjelaskan perjumpaan Yesus dengan per-
empuan Samaria (Yoh. 4:1-42) yang menggunakan banyak konsep pendekatan
Rogers, meskipun ia mencatat dinamika psikologis dan rohani lainnya juga
(McKenna, 1977, 128-42). Konseling Rogerian merupakan hal yang sentral
dalam gerakan konseling pastoral dalam periode formatifnya (lihat bab 1).
TERAPI GESTALT
TERAPI REAlIT AS
PsiKOTERAPI ADLERIAN
karya psikologisnya; bagi orang lain keluarga mereka; bagi yang lainnya lagi
iman keagamaannya.
Frankl percaya bahwa masyarakat biasanya ditandai dengan neurosis
nOCigenik, atau pencarian akan makna. Dalam pencarian akan ha l yang
terpenting, sifat rohaniah kita digari3bawahi. Kita bukan sekadar makhluk
jasmani. Dalam terapi, klien diberi kebebasan untuk mem ilih . Frankl
mendorong konseli untuk berpaling dari tekanan yang berlebihan pada diri
sendiri, yang kadang-kadang dikembangkan oleh terapi lainnya, dan narsis-
tisme yang sudah berurat akar dalam masyarakat kita, dan sebaliknya kita
berfokus pada apa yang terpenting dalam hidup.
Meskipun Frankl bukan seorang psikolog Kristen, ide-idenya sangat sesuai
dengan pemikiran Kristen. Banyak orang pada saat ini yang mencari arti hidup,
arti hidup yang hanya bisa diberikan oleh Allah. Seperti pemyataan Agustinus, ada
kekosongan yang diciptakan Allah yang hanya bisa diisi oleh Allah. Orang-orang
terus-menerus mencari sampai mereka menemukan Allah atau pengganti lainnya.
Menyadari fakta ten tang pencarian itu dan kebutuhan untuk jawaban yang memadai
akan arti hidup bisa menjadi aspek yang penting dalam konseling Kristen. Kristus
adalah solusi bagi pencarian akan arti hidup.
TERAPIINTEGRITAS
Intervensi Fisik
Selain konseling verbal, psikiater juga menggunakan pengobatan
gangguan secara fisik, terutama untuk depresi. Hal itu mencakup pemberian
obat, terapi shock, dan psiko-bedah.
-
Psikolerapi dan Konseling Pribadi
.
OBAT-GBATAN PSIKOAKTIF
PSIKOBEOAH
KONSELING KRISTEN
Konseling Kristen menggunakan berbagai pendekatan terapetik, seperti
halnya psikologi dan psikiater sekular. Meskipun orang Kristen memiliki
kesatuan dasar karena kesatuan mereka di dalam Kristus dan penerimaan
mereka akan Alkitab sebagai standar absolut, konselor Kristen berbeda satu
dengan yang lain dalam hal kepribadian, pelatihan yang mereka terima,
pengalaman mereka, latar belakang tempat mereka melakukan praktek dan jenis
konseli yang datang kepada mereka untuk minta tolong. Intinya, proses
konseling bisa dipahami sebagai pelayanan tiga bagian. Pad a dasarnya,
konselor melakukan fungsi berikut:
- Mendengarkan konseli.
- Membantu konseli mendapatkan pandangan.
- Membantu konseli menyusun rencana tindakan yang spesifik.
Men dengarkan
Sekadar bercakap-cakap dengan orang lain sering kali sudah
meringankan masalah. Persahabatan yang sejati dibangun ketika seseorang
mendengar orang lain dan menunjukkan perhatian yang tulus.
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
..............."',..,.,._... ...." .... < w
Fokus 15.7.
Keunikan Konseling Kristen
Entah konselor seorang pendeta, ahli psikologi, psikiater, atau pekerja sosial,
prinsip-prinsip tertentu membuat konseling Kristen unik.
Pertama, konseling Kristen menerima Alkitab sebagai standar otoritas tertinggi.
Orang Kristen tidak dibiarkan "terombang-ambing" tetapi mereka bisa mengacu pada
otoritas tertinggi. Orang Kristen bersandar pada Roh .Kudus untuk menuntun mereka
sepanjang Alkitab, dan tidak bersandar pada hati nurani mereka sendiri untuk meng-
arahkan perilaku. Jika hati nurani sesuai dengan firman Allah, hal itu sah; jika tidak, hati
nurani tidak valid. Alkitab tidak hanya memberikan wawasan ke dalam perilaku manusia,
tetapi juga menaruh segala sesuatu dalam sudut pandang yang sesuai. Hal itu memberi
tahu siapa kita, dari mana kita berasal, dan bagaimana sifat dan tujuan kita.
Kedua, konseling Kristen unik karena bergantung bukan hanya pada kehendak
manusia untuk bertanggung jawab, melainkan juga pada kuasa Roh Kudus yang
berdiam di dalam diri kita yang memampukan kita menaklukkan masalah manusia.
Meskipun kita semua bertanggung jawab atas tindakan kita, orang Kristen pun bisa
memilih untuk bertindak secara tidak bertanggung jawab. Namun melalui kuasa Allah,
kita tidak lagi perlu menjadi budak kehendak yang lemah, lingkungan kita pada masa
lalu, atau situasi sosial. Meskipun masalah tidak hilang ketika kita menerima Kristus,
kita mendapatkan kekuatan yang baru untuk mengatasinya.
Ketiga, konseling Kristen unik karena meskipun menurut sifatnya orang Kristen itu
egois dan cenderung mengabaikan atau membenci Allah (Rm. 1:28-32), melalui iman
mereka menerima Roh Kudus yang memberi kemenangan untuk mengatasi sifat dosa
mereka.
Keempat, konseling Kristen unik karena mampu mengatasi masa lalu konseli
dengan efektif. Banyak teori kepribadian tradisional (terutama teori psikoanalisis) secara
eksklusif menangani masa lalu. Karena orang Kristen menemukan bahwa kejadian
pada masa lalu mereka diampuni, mereka bisa merasa terlepas dari rasa bersalah (I
Yoh. 1:9) dan menatap ke masa depan (Fip. 3:13-14). Bahkan sekalipun beberapa
kejadian pada masa lalu membutuhkan pemahaman dan doa khusus untuk menying-
kirkan kebencian dan kepahitan, orang percaya memiliki posisi yang aman di dalam
Kristus.
Kelima, konseling Kristen unik karena didasarkan pada kasih Allah. Allah mengasihi
kita (I Yoh. 4:10) dan ketika kasih-Nya mengalir melalui kita, kita mengasihi orang lain
dan memperhatikan mereka (Rm. 12:9-21). Konselor Kristen merasakan hubungan
rohani dengan orang Kristen lain dan membantu mereka untuk bertumbuh di dalam
Kristus ketika mereka menyelesaikan masalah.
Keenam, konseling Kristen unik karena menangani orang itu seutuhnya. Konselor
Kristen sadar bahwa aspek fisik, psikologis, dan rohani manusia saling berkaitan secara
rumit.
Tentu saja bagi orang Kristen, masa lalu sudah diampuni. "Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan ad it, sehingga Ia akan meng-
ampuni segal a dosa kita dan menyucikan kita dari segal a kejahatan" (I Yoh.
1:9). "Tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di bela-
kangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-
lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari
Allah dalam Kristus Yes us" (Flp. 3:13-14). Meskipun masa lalu diampuni oleh
Allah, rasa bersalah masih menghantui seseorang secara sadar atau tidak
sadar, dan karen a itu harus ditangani dalam konseling.
Fokus 15.8.
Konseling Kristen melalui Radio
Pada tahun 1960-an, lama sebelum orang non-Kristen memikirkan penggunaan
konseling melalui radio, Slyde Narramore memiliki program radio nasional yang berjudul
"Psychology for Living", di mana ia menjawab surat-surat dari orang yang memiliki
masalah pribadi.
Pada tahun 1970-an program "Focus on the Family" Dobson lahir. Meskipun
beberapa program yang lebih awal mencakup format menerima telepon secara
langsung, penggunaan kaset rekaman membuat hal itu tidak bisa dilakukan pada waktu-
waktu selanjutnya. Dobson terus mengundang para psikolog dan para konselor sebagai
tamu dalam programnya dari waktu ke waktu. dan latar belakang psikologinya sendiri
mewarnai program itu secara regular. Konseling kepada para pendengar melalui
korespondensi merupakan aspek lain yang sangat menguntungkan dari pelayanan
radionya.
Pada tahun 1980-an muncullah pelayanan radio ketiga, program setiap hari yang
menerima telepon langsung dijalankan lewat satelit. The "Meier-Minirth Clinic"
menawarkan saran dan konseling psikologis dan rohani.
Konseling melalui radio tentu saja tidak bisa menggantikan konseling pribadi dan
bentuk terapi lainnya, tetapi banyak orang yang tidak mau datang konseling bersedia
menelepon, dan ribuan orang lain mendengarkan nasihat yang bermanfaat itu. Selain
itu banyak orang mulai memandang konseling sebagai alternatif yang sah akibat
mendengar program radio.
KESEIMBANGAN
Keseimbangan adalah kunci untuk kedewasaan rohani dan emosi, dan sekaligus
merupakan kunci kesuksesan konseling Kristen. Yesus Kristus menunjukkan
bagaimana bersikap langsung atau tidak langsung dalam membantu orang-
orang mendapatkan wawasan (lihat Yoh. 3), bagaimana berfokus pada masa
kini tanpa mengabaikan masa lalu (lihat Yoh. 4), dan bagaimana menekankan
aspek rohani tanpa mengabaikan aspek fisik dan psikologis (lihat Yoh. 5).
Kristen bekerja dalam segala situasi yang sebenarnya. Tetapi dampak sifat
dosa dan pengalaman traumatis pada masa kecil yang telah berurat akar
tidak dihapuskan hanya karena konselor itu adalah orang Kristen. Riset
Worthington (1986) menyatakan bahwa kebanyakan konseling Kristen
dilakukan oleh pendeta dan mereka tidak melakukan tugasnya sebaik
konselor lainnya.
Namun, ini tidak menjadi alasan untuk menghentikan konseling Kristen.
Kita bisa secara sah bertanya apakah para pendeta ini terlatih dalam konseling
seperti halnya konselor Kristen. Kita juga bertanya seberapa baik mereka
mengintegrasikan iman mereka dalam konseling mereka. Mungkin banyak yang
meniru profesional sekular namun tidak pernah menjalani pelatihan. Riset
biasanya bersandar pada survai, bukan pengalaman konseling secara aktual.
Mungkin akan lebih bijak jika kita membandingkan konseling lulusan sekolah
Kristen yang berakreditasi APA, seperti Fuller dan Rosemead, dengan lulusan
sekolah sekular yang berakreditas APA, untuk memastikan bahwa lulusan
sekolah Kristen itu sungguh-sungguh melibatkan ide-ide Kristen yang khas
dalam konseling mereka.
Sementara itu, akan bermanfaat jika kita menawarkan beberapa panduan untuk
mendapatkan konseling Kristen yang bermutu (Campolo, 1988, 213-214).
Pertama, putuskan jenis bantuan yang paling sesuai. Kedua, jika memori yang
ditekan merupakan bagian dari masalah, pastikan agar konselor merujuk pada
pengampunan Allah. Ketiga, dapatkan konseling dari seseorang yang tidak
menentang kekristenan. Keempat, konselor pernikahan harus menghargai
pernikahan seperti halnya Alkitab. Kelima, pastikan bahwa filosofi hid up konselor
dan kerohaniannya sesuai dengan filosofi dan kerohanian Anda. Akhirnya,
percayailah insting Anda - Roh Kudus mungkin memperingatkan Anda untuk
menghindari konselor tertentu, bahkan sekalipun ia adalah orang Kristen.
KoNSELING EKLEKTIK
Kebanyakan ahli psikologi, termasuk konselor Kristen, tidak bergantung
pada satu teori atau pendekatan tunggal dalam melakukan konseling.
Pendekatan yang dorninan untuk konseling dan terapi adalah eklektik, yang
melibatkan kombinasi beberapa teori, metode dan sudut pandang. Di antara
teori-teori, metode, dan sudut pandang itu prinsipnya harus bisa ditemukan
dalam Alkitab.
Ada empat jenis paham eklektik yang bisa dicatat. Pertama, ada paham
eklektik yang didasarkan pada riset, di mana metode tertentu dikenal paling
efektif untuk masalah tertentu berdasarkan riset sistematis. Misalnya fobia
biasanya paling baik ditangani dengan terapi perilaku, terutama desensitisasi.
Tingkat kedua paham eklektik adalah ekperiensial/pragmatis. Dengan
melakukan eksperimen dalam konseling orang itu sendiri atau dengan
bercakap-cakap dengan konselor lain, pendekatan yang paling cenderung
sukses untuk masalah tertentu bisa dipastikan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 15.9.
Asosiasi Profesional
Sebelum profesional Kristen mulai menjalankan praktek psikologi pribadi mereka,
mereka harus meneguhkan reputasi mereka. Pertama, mereka harus bergabung
dengan gereja lokal. Kedua, mereka harus bergabung dengan kelompok profesional
setempat. Sekelompok psikolog atau psikiater, atau mung in organisasi konseling Kristen,
bisa memberikan jaringan interaksi sementara melayani sebagai dasar dukungan dan
tanggung jawab profesional. Ketiga, orang Kristen harus bergabung dengan organisasi
profesi nasional yang sesuai, seperti Asosiasi Psikologi Amerika atau Asosiasi Kristen
untuk Studi Psikologi. Konselor perlu menyadari apa yang dilakukan orang lain dalam
masyarakat dan membangun hubungan yang kuat dengan kaum profesi lainnya.
Kesempatan untuk berbagi kebutuhan, mendapatkan pengawasan, dan t:ielajar merujuk
pada ahlinya didapatkan melalui asosiasi profesional. Konselor Kristen sering kali
mendapatkan kesempatan yang penting untuk bersaksi dalam kelompok profesional
ini sambil mengembangkan pendekatan mereka sendiri dalam konseling. Akhirnya,
konselor Kristen harus memenuhi persyaratan apa pun yang ditentukan dalam panduan
lokal, negara atau nasional untuk praktek mereka.
REFERENSI
Adams, J. 1973. Christian counselor's manual. Grand Rapids: Baker.
Adler, A. 1927. The practice and theory of individual psychology. New York: Harcourt, Brace,
and World .
Backus, W., dan M. Chapian. 1980. Telling yourself the truth . Minneapolis: Bethany.
------. 1987. Christian counseling and psy chotherapy. Grand Rapids: Baker.
Cam polo, T. 1988. Twe nty hot potatoes. Dallas: Word.
Collins, G. 1975. Pulpit and the couch. Christianity Today 19: 5-9.
------. 1980. Helping people grow. Ventura, Calif.: Vision.
Crabb, L. 1977. Effective biblical counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Dobson, J. 1986. Keys to family-friendly church. Leadership 7:12-21.
Ellis, A., dan R. Grieger. 1977. RET. New York: Springer.
Eysenck, H. 1952. The effects of psychotherapy: An evaluation. Journal of Consulting
Psy chology 16: 319-324.
Frankl, V. 1959. Man's search f or meaning. New York: Pocket.
Freud, S. 1900. The interpretation of dreams. London: Hogarth.
-----. 1933. New introductory lectures on psychoanalysis. New York: Norton.
Gibson, D.1985. Adlerian psychotherapy. Dalam Baker encyclopedia of psychology, editor
D. Benner. Grand Rapids: Baker.
Glasser, W. 1965. Reality therapy. New York: Harper and Row.
Harris, T. 1969. I'm ok, you're ok. New York: Harper and Row.
James, M. 1973. Born to love. Reading, Mass.: Addison-Wesley.
Jung, C. 1928. Contributions to analytical psy chology. New York: Harcourt Brace.
Mcdonald, R. 1981 . M emory healing. Atlanta, Ga. : RLM Ministries.
Mckenna, D. 1977. The Jesus model. Waco: Word.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
***
1. Untuk mendapatkan penjelasan yang terperinci tentang obat-obatan psikoaktif, lihat Minirth dan Meier
1978, 213-224.
16
Konseling Kelompok
dan Keluarga
KONSELING KELOMPOK
Penggunaan kelompok kecil yang bertemu muka dengan muka bisa membantu
perturnbuhan dan perkembangan banyak organisasi, termasuk gereja. Salah satu
alasan penting mengapa kelompok kedl dibu tuhkan adalah karena banyak masalah
komunikasi muncul (Balswick dan Balswick, 1989). Komunikasi yang buruk
mengganggu hubungan yang baik secara umum; itulah sebabnya mengapa
komunikasi sering kali menjadi tekanan yang penting dalam konseling kelompok.
Fokus16.1.
Kelompok-kelompok Kecil dalam Gereja
Pada tahun-tahun terakhir banyak gereja mulai menggunakan pendekatan
kelompok kecil untuk studi Alkitab, pemuridan , mengubah kebiasaan dan mengem-
bangkan hubungan . Sesungguhnya kelompok kecil sudah lama ada dalam gereja dalam
bentuk pertemuan dewan dan Sekolah Minggu. Sebelum itu ada pertemuan-pertemuan
kelas pada zaman Wesley (Snyder 1980; Davies 1984). Gereja awal bertemu di rumah-
rumah, bukan di bangunan gereja. Kelompok-kelompok kecil bisa menjadi kunci utama
untuk menghidupkan kembali gereja lokal.
Mungkin buku terbaik tentang kelompok kecil dalam gereja adalah Getting To-
gether (1982) oleh Griffin. Ia membagi kelompok semacam itu menjadi tiga kategori:
kelompok tugas; kelompok pembina hubungan, dan kelompok pemberi pengaruh .
Komite gereja cenderung merupakan kelompok tugas, sedang kelompok yang
membantu anggota gereja berhenti merokok merupakan kelompok pemberi pengaruh.
Kelompok pembina hubungan menekankan pembangunan masyarakat Kristen dengan
latar belakang kelompok kecil.
Ada banyak buku dengan topik kelompok kecil dalam gereja. Buku-buku lain yang
bagus antara lain Growth Groups oleh Dibbert dan Wichern (1985) dan Five Audiences
oleh Hartman (1987).
. _____ ._. ___.. ~--. -~~ . ~. ~ -_... ....-.--... ..-___ I._.---__ ---"--.. . . . ------..
~ ~-~ --.~ . . . . -.. Konseling
~ - .."__ ___ Kelompok
~. ~ __._.. _.__dan Keluarga
. . .______ ..
sendiri" (I Ptr. 2:9) . Setiap orang percaya bisa saling melayani dalam konteks
hubungan kasih dan kesatuan. Pertumbuhan terjadi ketika orang Kristen
membicarakan kebenaran dalam kasih dan saling membangun dalam keren-
dahhatian, kelemahlembutan dan kesabaran. "Kelompok pertumbuhan" yang
berfungsi dengan benar dalam gereja bukan sekadar pemahaman Alkitab
dengan diskusi yang menyertainya. Hal itu dimaksudkan untuk membantu
peserta belajar, hidup, dan menyelesaikan masalah-masalah mereka .
Sebuah kelompok kecil yang sehat tentu saja bisa membantu mencapai
tujuan, termasuk penginjilan. Tujuan utama Yesus dengan kelompok murid-
Nya yang keci!, seperti ditunjukkan dalam Yohanes 13:34-35, dan 17:22-23,
adalah supaya kesatuan dinyatakan dalam kasih dan komitrnen mereka satu
dengan yang lain. Ia tahu bahwa kesatuan semacam itu akan menarik orang-
orang untuk mendengar berita Injil. Kedua belas murid meneruskan pola
tersebut kepada gereja abad pertama (Kis. 4:32-33).
Partisipasi dalam kelompok kecil bisa memberikan kesempatan untuk
memahami diri sendiri, yang mungkin akan lebih berharga daripada umpan
balik yang diberikan oleh dunia sekular. Peringatan dalam Roma 12:3 untuk
tidak memikirkan hal yang lebih tinggi dari pada yang seharusnya, sebaliknya
untuk memikirkan diri sendiri dengan "penilaian yang apa adanya" diberikan
dalam konteks tubuh Kristus dan berkaitan dengan karunia yang diberikan
kepada anggota-anggota gereja . Untuk memelihara sudut pandang yang
sehat dan akurat, kita perlu mendapatkan umpan balik dari kelompok yang
intim . Galatia 6:3, yang mengingatkan kita bahwa orang Kristen mudah
menipu diri sendiri, juga diberikan dalam konteks pengalaman kelompok.
Identitas diri yang tepat secara langsung berkaitan dengan komunikasi
antarpribadi yang efektif.
Umat Kristen diperintahkan dalam perikop Filipi 2:4-8 dan Galatia 6:2 untuk
saling melayani dengan saling menanggung beban. Kita bisa menanggung beban
orang lain dengan memahami kepribadian dan kebutuhan orang itu dengan
tepat. Hubungan kelompok kecil menyediakan kesempatan untuk menemukan
dan melayani kebutuhan orang lain. Pada sisi lainnya, terlalu banyak gereja
yang ikut-ikutan mempraktekkan pendataan kebutuhan jemaat dalam daftar
doa pada hari Rabu malam atau dalam buletin yang diedarkan ke seluruh jemaat,
dengan harapan seseorang akan tergerak untuk berdoa atau mengambil tindak-
an. Orang yang terbeban jarang merasa tersentuh melalui tipe pelayanan yang
disiarkan secara luas. Kelompok-kelompok kecil bisa menyediakan sarana bagi
gereja lokal untuk melayani jemaatnya sendiri.
Fokus 16.2.
Kelompok Pertemuan
Pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an ada gerakan yang kuat untuk membentuk
kelompok pertemuan , kelompok kecil yang kadang-kadang memberikan tekanan
terapetik. Biasanya kelompok semacam itu, yang masih hidup di beberapa kampus,
menekankan kejujuran dan hubungan yang intim dengan anggota kelompok lainnya.
Kelompok yang serupa itu bisa ditemukan di banyak kola metropolitan saat ini.
Apakah kelompok semacam itu menguntungkan? Kelompok itu bisa membantu
orang-orang melakukan sharing lebih banyak, tetapi juga bisa berbahaya. Beberapa
orang mungkin tidak mampu bersikap jujur. Kadang-kadang para peserta saling
menyerang melalui kata-kata atau melekatkan label yang dangkal untuk anggota
kelompok lainnya.
Salah satu penulis leks ini terlibat dalam kelompok pertemuan selama masa
kuliahnya. Semua peserta adalah orang Kristen dan hampir semua mengambil jurusan
psikologi atau sosiologi. Kami bertemu sekali seminggu di apartemen profesor dan
menanti-nantikan saat kami bisa saling terbuka sepenuhnya . Ada saatnya ketika
seseorang mendapatkan wawasan yang baru disertai dengan ungkapan tangisan atau
perasaan yang hangat. Alkitab merupakan hal utama dalam diskusi dan ikatan kasih
Kristen yang kuat dirasakan setiap anggota kelompok.
Salah satu anggota kelompok juga terlibat dalam kelompok pertemuan sekular di
universitas yang dekat dari tempat itu. Ia melaporkan bahwa di kelompoknya ada sikap
saling melecehkan melalui kata-kata, termasuk penghinaan dan kata-kata cabul. Dari
ceritanya, tujuan kelompok tampaknya adalah saling merobek yang diharapkan akan
diikuti dengan perkembangan diri yang lebih realistis.
Kelompok pertemuan dan kelompok lain yang serupa itu mungkin bisa bersifat
positif atau negatif. Jika Anda memutuskan terlibat dalam kelompok semacam itu,
pastikan untuk mengikuU panduan seperti terdapat pada fokus 16.3.
Tabel16.1.
Cara Belajar Tradisional versus melalui Proses
Pemimpin adalah 'otoritas'.la harus seorang Pemimpin membantu merumuskan masalah dan
yang 'ahli' dan dihormati anggota- membantu mengembangkan keterampilan
anggotanya. Ia menyediakan semua menyelesaikan masalah. Ia membantu orang lain
'jawaban'. Proses belajardidasarkan pada 'belajar bagaimana cara bel ajar'. Cara belajar
otoritas, pengetahuan dan penguasaan isi didasarkan pada komitmen/keterlibatan masing-
(informasi)-nya masing anggota. Setiap anggota
mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah secara pribadi.
Anggota beke~a dengan data (isi) eksternal Anggota bekerja dengan data eksternal dan
dan abstrak yang disediakan pemimpin. internal. Anggota menentukan apa yang perlu
Pemimpin mendefinisikan apa yang perlu mereka pelajari. Anggota berkonsultasi dengan
dipelajari. Anggota berusaha mengenal diri pemimpin untuk mendapat bantuan. Anggota
sendiri dengan mengukurdiri dengan tipe ideal. berusaha mengenal hubungan yang mereka jalin,
Mereka berorientasi ke luar dan bertindak dan pengetahuan yang mereka kejar. Mereka
sesuai dengan harapan orang lain. berorientasi ke dalam dan menetapkan standar
prestasi mereka sendiri.
Masalah utama dalam bel ajar melibatkan
akumulasi dan penyimpanan informasi Masalah utama dalam belajar melibatkan komunikasi
ekstemal, dan pemerolehan 'jawaban yang (meningkatkan pemahaman), keterlibatan
benar'. Motivasi sulit, dan kesulitan mengingat (partisipasi), dan transparansi (mudah dihubungi).
merusak keefektifan. Tekanannya pada pengembangan keterampilan
menyelesaikan masalah, menjaga motivasi belajar,
dan mendapatkan pengetahuan yang relevan.
pada proses belajar. Peserta mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah dan standar untuk soIusi mereka sendiri.
Dalam kelompok belajar melalui proses, peserta biasanya berorientasi pada
keinginan untuk menyelidiki dan mengembangkan mekanisme penyelesaian
masalah itu sendiri. Dalam cara belaja: tradisionaI, dimana anggota-anggota
bekerja dengan faktor eksternaI dan abstrak, mereka berusaha mendapatkan
informasi sebanyak mungkin dari pernimpin, yang menentukan apa yang harus
mereka pelajari. Bukannya menemukan diri mereka sendiri melalui Waktu yang
dilewatkan dalam kelompok, peserta mengukur diri mereka sendiri dengan
membandingkan dengan pernimpin yang menjadi tipe ideaL dan berorientasi
untuk mencapai prestasi yang diharapkan pemimpin. Dalam format belajar
tradisionaI, murid-murid menghadapi masalah bagaimana menyimpan dan
menggunakan informasi yang disediakan oIeh ahli . Mereka sering kali
merasakan kebutuhan untuk menjadi sempurna dan me menu hi harapan
orang yang ahli. Motivasi menjadi masalah dan murid mungkin melupakan
banyak materi yang dipelajari selama sesi tradisional.
Sebagian besar materi yang disampaikan di kelas, jika tidak diulang,
hilang dalam waktu satu atau dua hari. Sebab itu dalam situasi belajar tradi-
sionaL murid perlu terus-menerus mengulang apa yang disampaikan orang
yang ahli. Ahli" jarang menimbang faktor kehilangan memori dan cende-
II
rung memberikan materi yang Iebih abstrak daripada yang mampu dis imp an
atau ditumpuk orang-orang.
Dalam konteks kelompok proses, peserta bekerja dengan faktor eksternaI
dan internal. Artinya, mereka mendefinisikan kebutuhan pendidikan mereka
sendiri dan mengembangkan metode belajar mereka sendiri. Pemimpin kelompok,
sebagai fasilitator, membantu mempertajam definisi anggota tentang tujuan mereka
sendiri. Beberapa orang yang datang untuk konseling merasa takut dan mungkin
mencari pemimpin tradisional yang kuat. Penilaian terhadap anggota kelompok
yang potensial mungkin membutuhkan evaluasi ten tang motivasi mereka untuk
menyelesaikan masalah. Makin besar motivasi mereka, makin besar kemungkin-
annya mereka melakukan perubahan. Prospek yang baik untuk kelompok adalah
orang-orang yang berusaha mengenaI diri mereka sendiri melalui pilihan yang
mereka buat, hubungan yang mereka masuki, dan pengetahuan yang mereka
cari.
Tanggung jawab tiap-tiap orang atas pilihan pribadinya ditekankan sepanjang
Alkitab. Kelompok keciI berfungsi sebagai tempat di mana tiap-tiap anggota bisa
menjadi lebih bertanggung jawab atas pilihan mereka dan Iebih memaharni
sepenuhnya mengapa mereka membuat pilihan tertentu. Peserta harus didorong
untuk menetapkan standar penampilan mereka sendiri. Semakin banyak seseorang .
bertumbuh dalam bidang keterbukaan, komunikasi dan partisipasi, semakin besar
kemampuan mereka menyelesaikan masalah, yang bisa diterapkan di Iuar
kelompok.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
puluh empat jam sebelumnya untuk menjelaskan alasan mereka tidak bisa
datang. Dalam kelompok yang berlangsung selama sepuluh pertemuan atau
lebih, setiap orang yang keluar dari kelompok, harus memberikan catatan
paling sedikit dua sesi sebelum meninggalkan kelompok. Catatan sebelum-
nya memberi kesempatan kepada seluruh kelompok untuk mengatasi kema-
rahan dan konflik. Sering kali seseorang mengaiarni konflik dengan anggota
lain, tetapi ia tidak boleh meninggalkan sesi kelompok dengan masih mem-
bawa konflik. Jika anggota diizinkan pergi dari kelompok tanpa kembali
untuk membereskan konflik itu, semua anggota akan mengalami kerugian.
Konflik sering kali muncul jika seseorang tetap mempertahankan
pandangan tentang komunikasi atau partisipasi. Sumber konflik lainnya
adalah hubungan yang defensif, di mana keyakinan, sikap atau nilai-nilai
seseorang diproyeksikan pada orang lain. Konflik semacam itU menuntun
pada konfrontasi. Konfrontasi perlu terjadi karena menjadi sarana untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Karena itu pemimpin kelompok harus
Fokus 16.3.
Panduan Kelompok Kecil
Sudut pandang bab ini sangat konsisten dengan penggunaan kelompok kecil untuk
tujuan terapetik seperti dilakukan oleh Rogers (1970). Namun ada beberapa bahaya
dalam kelompok kecil yang perlu dikenali (Back, 1972). Bahaya tersebut diminimalkan
jika panduan tertentu diikuti:
1. Hindari pelabelan perilaku dan orang-orang. Pelabelan mengubah persepsi
seseorang tentang orang lain dan diri mereka sendiri dan mungkin menghambat
pengungkapan diri dengan jujur.
2. Buatlah partisipasi verbal sebagai kegiatan yang sukarela bagi anggota kelompok.
Jangan memaksa orang lain memberi pendapat tentang satu topik tertentu.
3. Pastikan kelompok memiliki pemimpin yang baik, yang mampu bertanggung jawab
jika situasi lepas kendalL
4. Jagalah kerahasiaan. Ekspresi bebas dalam kelompok harus didorong, tetapi apa
yang dibahas tidak boleh keluar dari kelompok. Hal ini membutuhkan kedewasaan
sikap anggota.
5. Hindari sikap mempermalukan atau menjadikan seseorang sebagai pusat
perhatian. Bersikaplah ramah dalam kejujuran Anda.
6. Hanya anggota yang emosinya seimbang yang boleh dilibatkan. Orang yang
memiliki masalah emosional yang berat membutuhkan konseling profesional dan
mungkin konseling kelompok dengan orang-orang lain yang terganggu emosinya.
7. Jagalah dasar kerohanian kelompok. Buatlah pemahaman Alkitab dan doa sebagai
kegiatan rutin .
mampu memberi contoh ten tang gaya konfrontasi yang sesuai dalarn konteks
yang penuh perhatian. Kemarahan, terutama jika tidak terkendali, kema-
rahan yang eksplosif, tidak punya tempat daIarn sesi kelompok. Dalarn kelom-
pok yang disebut kelompok pertemuan, banyak orang yang terluka karena
ungkapan kemarahan yang tidak biji:'ksana. Tugas pernimpin kelompok yang
penting adalah memantau dan mengelola kemarahan dalam kelompok.
Selama tiga sesi pertama pemimpin perlu memberikan contoh kete-
rampilan mendengarkan, menaruh empati dan memberi dorongan sambi I
mengembangkan keterampilan tersebut dalam diri anggota kelompok. Salah
satu cara untuk melakukannya adalah dengan meminta anggota kelompok
untuk mengevaluasi cara berkomunikasi mereka sendiri, dan mencatat poin-
poin seperti bahasa tubuh, nada suara, modulasi dan kecepatan bicara, dan
kontak mata dengan anggota kelompok lainnya.
Pemimpin juga harus memberi perhatian apakah seseorang telah men-
dominasi kelompok diskusi atau duduk dengan pasif dan diam. Komentar
ten tang gaya pribadi dalam kelompok mungkin memberikan tanda tertentu
yang penting untuk membantu menjalankan fungsi kelompok. Komunikasi,
evaluasi, dan partisipasi selama sesi-sesi pertama memberi kesempatan
kepada tiap-tiap anggota untuk merumuskan tujuan mereka sendiri. Anggota
mungkin tidak menyadari kecenderungan mereka mengambil tanggung
jawab untuk anggota kelompok lainnya, terutama membela anggota kelom-
pok lain pada saat mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan alasan
yang sama dengan orang yang ditentang.
Pada umurnnya, ketika keterarnpilan mendengarkan, menaruh empati, dan
sikap saling menguatkan ada, kelompok akan memakai mode "di sini dan
saat ini" . Anggota kelompok cenderung mengaitkan pengalaman mereka
sendiri dengan apa yang sedang terjadi pada saat tertentu dalarn kelompok.
Sering respons semacam itu ditunjukkan dengan pernyataan "Saya merasa" .
Orang itu membicarakan masalah yang sedang dibahas oleh kelompok itu.
Pernyataan "di sana pada saat itu" cenderung menjadi abstrak dan menun-
jukkan pembelaan diri, yang menghalang-halangi kerja kelompok. Pada saat
mereka mengutip materi dari pernilik otoritas, mereka jarang mengaitkannya
dengan apa yang sedang dikerjakan oleh kelompok. Jika selama sesi-sesi awal
pernimpin gagal memberikan model "di sini dan saat ini", tetapi sebaIiknya
terus mengutip kata-kata ahli dan memberikan informasi "di sana dan pad a
saat itu," kelompok mungkin tidak pernah keluar dari tahap konflik. Par-
tisipasi dalam kelompok semacam itu mungkin bisa menjadi pengalaman
yang membuat frustrasi anggota-anggotanya.
DaIarn kelompok apa pun, beberapa orang akan merniliki orientasi ke luar;
artinya, mereka percaya bahwa pengetahuan yang bisa dipercaya berada di luar
diri mereka dan harus bersifat objektif. Orang semacarn itu sering sekali mengutip
para ahli dan bias any a menghendaki orang yang ahli untuk memimpin
kelompok. Mereka tertarik memberi nama kepribadian dan cenderung hanya
memberi sedikit perhatian pada perasaan mereka atau pad a perasaan or-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
Fokus 16.4.
lnventarisasi Konseling Pranikah
Alkitab bisa digunakan dalam setiap bentuk konseling secara menguntungkan,
termasuk persiapan pernikahan . Karena firman Allah telah menjadi sumber pema-
haman , perubahan perilaku, dan pengambilan keputusan selama berabad-abad .
Manfaatnya dalam konseling pranikah tidak bisa diabaikan.
Dalam konseling pranikah saya, saya menemukan banyak data yang diusulkan
sangat bermanfaat dalam mengisolasi sejumlah faktor utama yang memberi
kesempatan kepada pasangan baik untuk mendapatkan wawasan terhadap tuntutan
pernikahan yang realistis maupun memperkirakan kedewasaan calon pasangan. Para
pasangan sering kali memasuki pernikahan tanpa menilai pasangannya secara objektif
karena peranan hubungan sebelum menikah sangat berbeda dari yang dibutuhkan
sesudah menikah. Penggunaan Alkitab sebagai dasar untuk membantu meyakinkan
seseorang bahwa pandangan didasarkan pada realitas dan bukan pada sejenis
pemahaman "melalui pandangan mata" yang dangkal. Banyak orang, termasuk orang
Kristen yang memulai pernikahan dengan pandangan semacam itu .
Data-data tersebut diambil dari Kitab Amsal, kitab yang kaya dengan hikmat dan
pandangan tentang berbagai jenis masalah manusia. Amsal juga berisi per~yataan
tentang berbagai jenis hubungan manusia, dan banyak data semacam itu yang bisa
dikembangkan menjadi sejumlah topik. Karena tujuan penting konseling pranikah adalah
membuat tuntutan pernikahan yang objektif, jenis pendataan seperti ini sangat
bermanfaat.
Amsal31 :10-21 harus dibaca dan dibahas ayat demi ayat oleh konselor dan konseli
pada saat mereka melakukan pendataan. Lebih disukai te~emahan pendataan terbaru
yang digunakan. Pendataan secara terpisah harus dilengkapi oleh masing-masing
konseli, dengan menilai calon pasangan dan diri sendiri dalam kegiatan yang berkaitan
dengan pernikahan ini. Hal ini harus berlangsung pertama-tama dengan diskusi yang
- .. ,_ . -. ~
Konseling Kelompok dan Keluarga
~ ' ,., --
seimbang. Pemimpin bisa selalu memeriksa fungsi "di sini dan saat ini"
dengan bertanya kepada kelompok, "Apa yang sedang kamu kerjakan se-
karang?"
KoNSELING PRANIKAH
terbatas tentang arti pertanyaan itu dan kemudian dengan respons yang aktual ketika
mereka sudah melengkapi pendataan .
Setelah calon suami-isteri selesai, hasilnya bisa dibandingkan dan dibahas. Karena
leks tersebut berbicara tentang peranan isteri, nilailah diri calon isteri itu sendiri dan
calon suami tentang calon isterinya harus dibandingkan lebih dahulu. Setelah itu, kedua
penilaian tentang calon suami bisa dibandingkan dan dibahas. Konselor ingin
menentukan dasar untuk keputusan masing-masing karakteristik; artinya, keduanya
mungkin merasa dirinya memiliki karakter yang mulia, tetapi bukti khusus apakah yang
menyebabkan masing-masing merasa bahwa mereka memiliki karakter yang mulia
itu? Jika karakteristik yang bersangkutan tidak ada, konselor harus mendiskusikan
bagaimana kekurangan itu akan muncul ke permukaan dalam hubungan pernikahan.
Perbedaan di an.tara penilaian itu harus dicatat, terutama untuk evaluasi diri yang
selalu rendah dan evaluasi yang selalu Unggi untuk calon pasangannya. Dampak tidak
adanya satu karakteristik pada salah satu pasangan dan adanya hal itu pada pasangan
satunya yang saling melengkapi juga perlu dipikirkan , meskipun perbedaan itu juga
bisa menimbulkan konflik pada masa yang akan datang. Hal-hal tersebut perlu dibahas
dengan tekanan hubungan jangka panjang dan bagaimana perbedaan dalam evaluasi
itu bisa mempengaruhi pernikahan selama bertahun-tahun .
Formulir khusus ini tentu saja tidak mencakup seluruh isi Alkitab yang berkaitan
dengan pernikahan, tetapi bisa menjadi awal yang bagus untuk analisis Alkitab tentang
. pasangan suami-isteri lebih lanjut. Poin-poin tambahan dari perikop lainnya bisa
ditambahkan, meskipun bisa diperUmbangkan secara informal setelah perkiraan awal.
Beberapa ayat tentang topik seperU perceraian dan pernikahan harus dikalimatkan lagi
menurut pemahaman Alkitab konselor tentang isu tersebut. Setelah membahas ayat-
ayat dalam Kitab Amsal. pasangan biasanya akan memahami pendekatan itu dan
melanjutkan penilaian dengan ayat-ayat lain tanpa adanya poin-poin tes formal lain.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
·- - - - - - ----·-·- ---- -·- ---- ·-·--
Apakah Calon Pasangan Apakah Saya
Suami atau lsteri yang Diinginkan Memiliki Sifat lni? Memiliki Sifat lni?
ayat sifat biasanya kadang jarang biasanya kadang jarang
10 karakter yang mulia D D D D D D
10 dipandang sangat berharga D D D I D D D
oleh pasangan I
11 bisa dipercaya sepenuhnya D D D D D D
12 memberikan yang terbaik D D D II D D D
untuk pasangannya I
13 bekerja dengan Iangan di D D D I D D D
sekitar rumah
14 bersedia berkorban untuk keluarga D D D D D D
15 bersedia bangun pagi (misalnya, D D D D D D
untuk memberi makan bayi)
16 membelanjakan uang dengan D D D D D D
bijaksana I
I 17 pekerja keras D D D D D D
17 melakukan yang terbaik D D D D D D
I 18 mempersiapkan diri menghadapi D D D D D D
masalah yang mungkin muncul
19 senang menjadi dirinya sendiri D D D D D D
sesuai jenis kelaminnya
20 murah hati terhadap orang yang D D D D D D
membutuhkan, tidak egois
21 bisa memberikan kepuasan kepada D D D D D D
keluarga
23 membangun pasangan, tidak meng- D D D D D D
hancurkan
24 mampu menopang keluarga jika D D D D D D
pasangannya meninggal
25 memiliki kejayaan D D D D D D
25 pada dasarnya bahagia D D D D D D
28 memuji prestasi pasangannya D D D D D D
30 berserah sepenuhnya kepada Allah D D D D D D
31 menerima pujian dari keluarga dan D D D D D D
orang lain
terjadi dalam rumah tangga di mana suami dan isteri adalah orang percaya
yang dewasa.
Menikah dengan seseorang yang memperlakukan orang lain dengan penuh hormat.
Pengamatan terhadap sikap seseorang dalam memperlakukan orangtua yang
berlawanan jenis dengannya, memberikan petunjuk tentang perilakunya
sebagai pasangan pada masa yang akan datang.
Menikah dengan seseorang yang tidak suka mengkritik. "Mengapakah engkau
melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak
engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu:
'Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di
dalam matamu.' Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu,
Konseling Kelompok dan Keluarga
. . .
maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu." (Mat. 7:3-5).
Menikah dengan seseorang yang telah menaklukkan dorongan sensual dan
materi. "Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya
sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-ke-
inginan daging yang berjuang melawan jiwa" (1 Ptr. 2:11). Hawa nafsu berla-
wanan dengan pikiran, emosi dan kehendak, membuat kita lebih lemah dan
tidak stabil. Dorongan lainnya yang perlu ditaklukkan adalah fokus pad a
benda-benda materi . "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan.
Karena jika dernikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang
lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang
lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Mat.
6:24) Orang Kristen harus menikah dengan seseorang yang tidak lagi merniliki
tujuan sensual atau materi sebagai fokus sentraL melainkan berfokus pada
Kristus.
Menikah dengan seseorang yang setuju dengan Anda tentang peranan
suarni/isteri dalam pernikahan secara alkitabiah.
Fokus 16.5.
Komunikasi dalam Pernikahan
Pasangan mungkin sudah menikah selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah
belajar mengungkapkan perasaannya. Kadang-kadang mereka bisa mengungkapkan
perasaan tentang pasangan mereka pada pihak ketiga, seperti ternan, pendeta atau
psikiater, tetapi mereka mengalami kesulitan yang sangat besar untuk mengungkapkan
perasaan mereka satu dengan yang lain secara langsung.
Ketika suami-isteri datang ke kantor saya untuk menjalani terapi bersama, mereka
secara konsisten memberi tahu saya (dan bukan kepada pasangan mereka) bagaimana
perasaan mereka satu dengan yang lain. Pada tahap itu, saya meminta pasangan
yang sedang berbicara untuk berpaling kepada pasangannya dan mengungkapkan
perasaan mereka secara langsung.
Banyak pasangan yang telah saya beri konseling memberi tahu saya bahwa waktu
45 menit di kantor saya merupakan satu-satunya periode waktu selama minggu itu di
mana mereka mampu saling berkomunikasi secara terbuka. Tetapi, makin lama mereka
menjalani terapi, mereka makin mampu belajar mengungkapkan perasaan secara
intim dan jujur di rumah.
Dalam sesi-sesi pertama konseling pernikahan, saya biasanya langsung
menghadapi dan mengarahkan mereka, tetapi makin lama pasangan itu menjalani
terapi, saya hanya sekadar duduk dan mengamati mereka melakukan terapi satu
dengan yang lain. Saya kadang-kadang hanya perlu menambahkan tekanan untuk
menunjukkan sesua!u yang mereka lalai~an kesadaran mereka.
Beberapa pasangan yang impoten secara seksual selama beberapa bulan
mendapatkan kembali fungsi seksual mereka setelah menjalani terapi komunikasi
selama enam bulan atau lebih - bahkan sekalipun topik tentang seks jarang disinggung.
Fungsi seksual merupakan gejala kemampuan komunikasi verbal pasangan, keintiman
emosional dan kedekatan rohani. Sering hubungan rohani dengan Allah yang membaik
juga tampaknya memperbaiki keintiman seksual pasangan itu.
Konseling Kelompok dan Keluarga
,.,,,., ,.,..,., ·'<"''""'NA ..... ~ "•''"" ,.,~
Fokus 16.6.
Norman Wright tentang Konseling Pernikahan
H. Norman Wright, guru di Biola College and Talbot Seminary, telah menulis
sejumlah buku tentang hubungan keluarga dan pernikahan dan menawarkan lokakarya
secara nasional. Dalam salah satu bukunya (1979, 14-19) ia membahas lima tingkat
keakraban seperti dijelaskan di bawah ini, secara rinci.
Ada dua buku utama yang membicarakan pendekatan Wright yang harus ada
dalam rak buku konselor Kristen. Dalam buku Marital Counseling (1981), ia membuat
garis besar ringkasan strategi konseling dasarnya secara rinci, yang menggabungkan
teknik behavioral dan kognitif dengan sudut pandang Alkitab. Premarital Counseling
(1981) memberikan pandangan yang komprehensif ten tang bagaimana Wright
menjalankan jenis konseling ini di dalam gerejanya. Pendekatannya menggabungkan
konseling kelompok, pembacaan buku yang cukup banyak dan konseling pribadi. .
1. Kasih. Orangtua menyatakan kasih dan sayang yang murni antara satu
dengan yang lain dan kepada anak-anak mereka.
2. Disiplin. Disiplin yang adil, cepat dilakukan dan langsung dipandang
penting.
3. Konsistensi. Orangtua secara konsisten menerapkan peraturan.
4. Teladan. Orangtua hidup sesuai standar yang mereka harapkan untuk
dicontoh anak-anak.
5. Otoritas. Otoritas orangtua diteguhkan dan dihormati dan suami
memiliki otoritas akhir dalam rumah tangga.
Konseling Kelompok dan Keluarga
Klasifikasi Pernikahan
Pernikahan bisa dibandingkan berdasarkan beberapa kriteria. Klasifikasi
pernikahan berdasarkan tingkat kemtiman mencakup pernikahan yang dipenuhi
dengan konflik, pernikahan yang kurang hidup, pernikahan yang pasif-
menyenangkan, hubungan yang hidup dan pernikahan total (Cuber dan
Haroff, 1963). Pernikahan yang dipenuhi konflik dijalani bersama-sama
terutama karena takut kesepian, atau mungkin juga dijalani bersama oleh
adanya konflik. Pernikahan yang kurang hidup sering dijalankan oleh anak-
anak; meskipun bebas dari konflik yang berlebihan, pernikahan itu tidak
memiliki gairah/ semangat. Penikahan yang pasif-menyenangkan adalah
"pernikahan yang menyenangkan" dengan beberapa kesamaan minat tetapi
tanpa keintiman. Pada umumnya minat masing-masing pasangan berpusat
di luar pernikahan. Dalam tipe hubungan yang vital paling sedikit satu
bidang minat bersama atau paling sedikit satu tujuan utama dikejar bersama-
sama. Akhirnya, dalam pernikahan total, kebanyakan minat, kegiatan dan
tujuan dikejar bersama-sama.
Cara lain untuk mengelompokkan pernikahan adalah melalui gaya
kepribadian. Orang-orang biasanya menikah dengan seseorang yang memenuhi
bukan hanya persyaratan tertentu secara sadar, melainkan persyaratan di bawah
sadar juga. Misalnya, laki-laki yang memiliki banyak sifat obsesif-kompulsif
mungkin menikah dengan perempuan yang memiliki sifat histeris karena
perempuan itu membantunya menikmati hidup. Ia mungkin tidak sadar dengan
motivasi itu, tetapi sekadar tahu bahwa ia menyukai perempuan itu. Atau
orang yang mengalami depresi dengan sifat masochis mungkin tertarik
dengan orang yang paranoid dengan sifat sadis, meskipun tidak sadar ten-
tang kebutuhan di bawah sadar untuk disakiti.
Fokus 16.7.
Kualitas-kualitas yang Perlu
Dimiliki Konselor Knsten
Sikap menerima. Bagi orang yang mencari nasihat, sikap penerimaan tanpa syarat
pada pihak konselor merupakan hal yang sangat penting . Konselor yang efektif
memahami bahwa masalah itu normal, dan merupakan salah satu cara Allah untuk
membentuk kita menjadi serupa dengan gambar-Nya. Orang-orang bertumbuh jika
mereka diterima tanpa syarat.
Keterampilan mendengarkan yang baik. Konselor yang efektif mendengarkan
dengan penuh minat dan menunjukkan kehangatan dalam ekspresi dan cara mereka.
Tanpa interupsi, mereka mengizinkan konseli menyelesaikan cerita mereka tentang
apa yang mereka pandang sebagai masalah sebelum membantu mereka mendapatkan
pandangan baru.
Pengetahuan tentang teknik yang tepat. Konselor yang efektif tahu pendekatan
yang tepat dan waktu yang tepat untuk menggunakan pendekatan tersebut. Kadang-
kadang pertanyaan pelacakan akan diterima jika pernyataan langsung ditolak. Kadang-
kadang mereka perlu bersikap langsung dan konfrontatif.
Penggunaan A/kitab dan doa secara tepat. Konselor yang saleh tahu waktu dan
teknik yang tepat dalam menggunakan Alkitab. Setelah hubungan terjalin, mereka perlu
menunjukkan ayat Alkitab yang sesuai untuk masalah tertentu . Konseli sering mendapat
manfaat dari renungan Alkitab dan dari doa pada waktu yang tepat.
Pendekatan pribadi. Menurut Glasser (1965) pada umumnya orang yang
memerlukan bantuan psikologis tidak mampu memenuhi dua kebutuhan dasar dalam
kehidupan: kasih dan harga diri. Konselor yang hangat, personal, dan penuh perhatian
Fokus 16.8.
Studi Kasus: Ketika Cinta Hilang
Seorang perempuan yang berumur 29 tahun, yang akan saya panggil June, datang
menemui saya di kantor dan menghabiskan sesi pertama selama 45 menit untuk
berbicara tentang suaminya. Suaminya telah dibesarkan oleh ibu yang terlalu melindungi
dan dominan dan ayah yang pasif dan lemah (itulah yang menjadi kasus penyakit
mental pada umumnya). Sang ibu telah memanjakannya sepanjang hidupnya, dan
memberikan apa pun yang ia inginkan. lbunya juga memecahkan hampir semua
masalah yang dihadapinya, sehingga ia mengembangkan kr:lpribadian yang pasif dan
bergantung. Sebelumnya ia telah menikah sebelumnya dan ini adalah pernikahan yang
kedua . Ia minum alkohol cukup banyak, merokok mariyuana secara teratur, dan
membolos kerja (dengan alasan "saki!") paling sedikit satu hari dalam seminggu. Ia
menghabiskan hampir semua waktu luangnya "dengan anak laki-laki", dCin hampir
mengabaikan isterinya sama sekali.
June duduk di kantor saya, dan memberi tahu saya bahwa jika saya tidak dapat
mengubah suaminya dalam waktu beberapa minggu lagi secara dramatis, ia akan
menceraikan suaminya. Saya diharapkan untuk menyelesaikan hal ini meskipun
suaminya menolak datang bersamanya menjalani sesi-sesi itu .
Dalam kenyataan, hanya ada tiga pilihan untuk setiap orang yang sedang menjalani
pernikahan yang tidak bahagia: (1) bercerai - ini merupakan pili han yang paling tidak
dewasa; (2) mempertahankan pernikahan itu tanpa berusaha memperbaikinya -
keputusan yang tidak dewasa juga, tetapi lebih bertanggung jawab dibanding perceraian,
dan (3) secara dewasa menghadapi kesulitan pribadi dan memilih membangun
pernikahan yang intim dan keluar dari kondisi saat ini - satu-satunya pilihan yang
sungguh-sungguh dewasa.
June cukup yakin bahwa ia harus menceraikan suaminya karena ia tidak
mencintainya lagi. Saya bertanya kepadanya apakah ia bersedia bertindak seolah-
olah ia mencintai suaminya selama dua minggu untuk melihat apakah perasaan cintanya
akan tt..nbuh lagi. Ia setuju untuk mencoba hal itu. Ia bahkan mempunyai beberapa ide
yang bagus tentang bagaimana ia akan melakukannya.
Dalam beberapa sesi kami menangani beberapa masalahnya sendiri. Saya tidak
terkejut ketika inenemukan bahwa kepribadiannya sangat mirip deng<m ibu suaminya
yang suka mendominasi. Ia secara pribadi memikirkan cara-cara mengembalikan
kepemimpinan di rumah tangga kepada suaminya. Ia bertindak seolah-olah memper-
cayai suaminya untuk mengelola keuangan (meskipun ia tidak sungguh-sungguh
melakukannya) .
Yang mengherankan, dalam satu minggu ia mulai mendapatkan kembali cintanya
kepada suaminya . Suaminya menanggapi perubahan sikapnya dengan sungguh-
·~ .. ··~~, ·--·~·-~--------------~ Konseling Kelompok dan Keluarga
sungguh dan menjadi lebih bertanggung jawab. Ia bahkan meminta datang bersama
isterinya ke sesi terapi.
Saya melihat mereka berdua (itu adalah satu-satunya cara yang baik untuk
melakukan konseling pernikahan) sekali seminggu dan seterusnya selama beberapa
bulan. Setelah beberapa sesi diskusi dengan tiga cara yang terbuka, suami June sungguh-
sungguh menyadari fakta bahwa ia adalah anak yang dimanjakan dan tumbuh terlalu
cepat, yang menikah dengan pengganti ibunya- dan ia menangis. Tetapi dari kesadaran
itu muncul pertumbuhan yang sejati, pada saat ia mulai memikul tanggung jawab sebagai
orang dewasa untuk pertama kalinya dan pada saat June melepaskan insting keibuannya
terhadap dia.
Mereka berdua belajar mengatasi perasaan marah mereka dan membicarakan
hal itu satu dengan yang lain, dan tidak membiarkan kemarahan mereka menumpuk
di dalam hati sehingga disalurkan secara tidak dewasa. Saya mengajar mereka prinsip
yang terdapat dalam Efesus 4:26: "Apabila kamu menjadi marah , janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." Pasangan
suami-isteri jangan pergi tidur pada malam hari dengan perasaan marah yang masih
dipendam di dalam hati. Mereka perlu duduk dan memikirkan kemarahan dengan
tenang dan terbuka. Hal itu meningkatkan kepercayaan dan kesatuan yang nyata.
Saya tidak merasa sebagai penemu teknik pemulihan kasih dengan bertindak
seolah-olah anda mencintai seseorang. Teknik ini digunakan Allah sendiri dalam Wahyu
2:4-5. Dalam perikop Alkitab ini, Kristus memuji gereja lokal di Efesus karena beberapa
hal, tetapi kemudian memberi tahu mereka bahwa Ia merasa tidak senang karena satu
hal: merekatelah meninggalkan kasih yang mula-mula.
Kristus kemudian menyatakan tiga langkah yang akan memampukan mereka
menemukan kembali kasih mereka yang mula-mula kepada-Nya yang telah hilang:
(1) "lngatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!" Kristus menghendaki agar mereka
mengingat bagaimana rasanya ketika mereka mengasihi Dia dengan sungguh:
sungguh. (2) "Bertobatlah." Kristus meminta mereka memilih mengasihi Dia lagi dengan
sungguh-sungguh . (3) "Lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." Kristus
menyarankan mereka agar melakukan hal-hal yang dulu pernah mereka kerjakan
ketika mereka mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh. Ia tahu bahwa perasaan cinta
akan mengikuti jika mereka melakukan apa yang pernah mereka lakukan ketika
mengasihi Dia sebelumnya.
June tampaknya sudah bertekad untuk bercerai ketika saya melihat dia pertama
kali datang di kantor saya. Enam bulan kemudian setelah berakhirnya terapi, saya
menerima sural dari pasangan itu yang berterima· kasih kepada saya karena telah
membantu mereka membangun pernikahan yang intim.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
dialami jika suami dan isteri mengerti peranannya dengan jelas, tetapi
peranan itu bersifat fleksibei. Konselor pernikahan sering kali perJu mendidik
pasangan untuk membantu mereka menangani konflik seksuai. Mereka
mungkin periu membantu pasangan yang baru menikah untuk menyadari
bahwa hubungan seksual yang indah merupakan proses yang dipelajari se-
cara periahan. Mereka juga perlu membantu 'pasangan u"ntuk mengatasi ma-
salah keuangan yang disebabkan oleh perencanaan dan pengaturan ~elanja
yang buruk, dan masalah membesarkan anak yang disebabkan oleh perbe-
daan dalam menjadi orangtua di rumah di mana suarni dan isteri dibesarkan.
Masalah-masalah khusus mungkin akan ditem1.l.i. Seorang konselor
pernikahan mungkin akhirnya menyadari bahwa pasangan sadomasochis
sesungguhnya merasa bahagia karena tidak bahagia dan mungkin tidak akan
berubah. Dalam apa yang mungkin bisa disebut "sindrom isteri alkoholik",
seorang perempuan mungkin memiliki riwayat pernah menikah dengan
beberapa pecandu alkohol. Jika pasangannya berhenti minum ia mungkin akan
menceraikannya dan kemudian menikah dengan pecandu alkohol lainnya.
Secara sadar, ia mungkin terus-menerus mengkritik suaminya sementara di
bawah sadar ia ingin tetap menikah dengan pecandu alkohol yang memper-
lakukannya dengan tidak baik.
Masalah yang sering kali terlihat adalah adanya ketidakseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian. Masalah khusus lainnya berpusat
di sekitar pengakuan. Seberapa banyak pasangan harus saling menceritakan
dosa-dosa pada mas a lalu? Tidak ada jawaban yang otomatis benar atau salah
untuk pertanyaan ini, tetapi konselor bisa membantu menyelidiki motivasi
bawah sadar yang mungkin (seperti kebutuhan untuk menyakiti pasangan)
di balik keinginan untuk mengakuinya.
Fokus. 16.9.
Beberapa Contoh Alkitab
tentang Konseling yang Baik
Salah satu cara menjadi konselor yang baik adalah dengan mempelajari contoh-
contoh dalam Alkitab. Salomo segera muncul dalam pikiran kita. Kitab Amsal, yang
langsung kita kaitkan dengan Salomo, mengandung banyak pikiran Allah tentang kon-
seling. Kekayaan hikmatnya untuk konselor Kristen mencakup topik-topik seperti pemu-
pukan hikmat dan peraturan untuk pengembangan dan kesehatan mental anak. Pende-
katan terapetik Salomo bersifat direktif karena nasihatnya cocok dengan nasihat Allah.
Dalam Perjanjian Baru, Paulus merupakan contoh konselor yang bijaksana. Kita
bisa melihat beberapa ide yang kemudian dikembangkan oleh Freud dalam tulisan-
tulisannya kepada orang Kristen mula-mula. ld ego Freud secara kasar sejajar dengan
apa yang disebut orang Kristen "manusia lama". Superego Freud secara kasar sejajar
dengan hati nurani. Ego sejajar dengan kehendak. Dalam satu perikop Paulus menulis:
"Semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat" (I Tes.
5:23) . Ia mengacu pada tubuh, jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak), roh, daging,
hukum pikiran yang baik tetapi lemah, hukum kejahatan anggota tubuh, hukum Roh
yang tertinggi, hukum yang mematikan secara kekal, dan bagaimana semua faktor itu
saling berkaitan.
Tentu saja, Yesus Kristus adalah Konselor di atas segala konselor. Kita semua
bisa belajar dari Dia, karena Ia memiliki pandangan yang sempurna atas masalah
manusia dan mampu membagikan pandangan-Nya dengan orang lain. Ia seorang
yang mahir dalam mengajukan pertanyaan, menggunakan hal itu untuk mengajar,
untuk menegur perilaku yang tidak bertanggung jawab, dan untuk membantu orang
lain mendapatkan pandangan. Ia dengan tulus memperhatikan orang lain, dan memberi
mereka perasaan harga diri. Karena perhatian-Nya yang hangat dan personal atas
mereka, orang-orang mampu menangani masalah mereka dan tidak merasa terancam.
Ia bisa berterus-terang, menegur, atau ramah sesuai keadaan.
Yesus Kristus bisa menasihati orang lain karen a hubungan-Nya yang dekat dengan
Allah Bapa dan karena Ia memahami masalah manusia. Ia tidak hanya tahu apa yang
perlu dilakukan orang-orang untuk mengatasi masalah mereka, tetapi juga tahu
bagaimana memotivasi orang lain untuk berubah. Ia sering memberi panduan atau
· merumuskan rencana untuk membantu orang-orang mengatasi masalah mereka.
Kristus adalah Konselor yang mahir dengan keseimbangan yang sempurna. Ia
tahu kapan bersikap direktif dan kapan bersikap sugestif. Ia tahu kapan menangani
masa lalu dan kapan menangani masa kini. Ia tahu pentingnya perasaan, tetapi juga
tahu bagaimana menghasilkan perubahan perilaku .
----,---,-------_.. _---
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
REFERENSI
Back, K. 1982. Beyonds words. New York: Sage.
Balswick, J., dan J. Balswick. 1989. The Family. Grand Rapids: Baker.
Barna Research. 1987. Combined data analysis of teen sexuality in the evangelical church.
Glendale, Calif.: Barna Research Group.
Cherlin, A. 1989. Marriage, divorce, remarriage. Cambridge, Mass.: Harvard University
Press.
Cuber, J. dan P. Haroff. 1963. The more total view. Marriage and Family Living 25: 140-
145.
Davies, J. 1984. Small groups: are they so new? Christian Education Journal5:43-52.
Dibbert, M., dan F. Wichern. 1985. Growth groups. Grand Rapids: Zondervan.
Glasser, W. 1965. Reality therapy. New York: Harper and Row.
Griffin, E. 1982. Getting together. Downers Grove: Inter-Varsity.
Hartman, W. 1987. Five audiences. Nashville: Abingdon.
Kephart, W. 1981. The family, society, and the individual. Edisi ke-5. Boston: Houghton-
Mifflin.
Kinsey, A. et al. 1953. Sexual behavior in the human female . Philadelphia: Saunders.
Mclemore, C. 1985. Moral and ethical issues in treatment. Dalam Baker encyclopedia of
psychology, editor D. Benner. Grand Rapids: Baker.
Meier, P. 1977. Christian child-rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Raschke, H. 1987. Divorce. Dalam Handbook of marriage and family, editor M. Sussman
dan S. Steinmetz. New York: Plenum.
Ratcliff, D. 1984. A premarital counseling inventory based upon Proverbs 31. Journal of
Pastoral Practice 7: 46-49.
Rogers, C. 1970. Carl Rogers on encounter groups. New York: Harper and Row.
Snyder, H . 1975. The problem with wineskins. Downers Grove: Inter-Varsity.
---. 1980. The radical Wesley. Downers Grove: Inter-Varsity.
Wright, H. 1979. The pillars of marriage. Glendale, Calif.: Regal.
----. 1981a. Marital counseling. Denver, Colo.: Christian Marriage Enrichment.
-----. 1981b. Premarital counseling. Edisi revisi. Chicago: Moody.
***
1
Lihat Griffin 1982; Dibbert dan Wichern 1985 untuk mendapatkan analisa proses yang sedikit berbeda.
2
Karakteristik-karakteristik ini dikembangkan dalam Meier 1977, 81-90.
Akhir Kata
K
ami berharap setelah membaca buku ini, Anda mulai melihat bagaimana
studi psikologi bisa bermanfaat baik dalam kehidupan Kristen Anda secara
ibadi maupun dalam kehidupan gereja. Psikologi bermanfaat untuk
menemukan bidang-bidang masalah dan menyediakan al ternatif yang konstruktif.
lni mungkin merupakan saat yang tepat untuk waspada: psikologi tidak
pernah boleh menjadi inti kehidupan atau karya Kristen. Fondasi satu-satunya
yang memadai hanyalah Yesus Kristus. Hanya melalui doa, pemahaman Alkitab,
dan perjalanan hid up sehari-hari bersama Tuhan, gereja dan orang Kristen secara
pribadi bisa mencapai kedewasaan. Namun, psikologi bisa menjadi alat untuk
membantu kita dalam proses ini. Hanya melalui karya Roh Kudus kita bisa
membantu membangun kerajaan Allah, tetapi Allah bisa menggunakan apa yang
telah ditemukan oleh para psikolog untuk membantu dalam proses ini.
Banyak ide yang kita temukan dalam buku belum mencapai bentuk akhirnya.
Banyak ide yang masih bersifat sugestif dan bukan definitif. Anda mungkin perlu
melakukan sedikit eksperimen dan memperhalus penerapannya sehingga sesuai
dengan situasi Anda. Teori yang menjadi dasar bukanlah hukum yang mati,
r - - - - - - - - - - - - - - - - , melainkan prinsip-prinsip yang memberi
panduan yang biasanya didasarkan pad a
riset terbaik yang dilakukan akhir-akhir
ini. Namun selalu ada riset yang lebih baru
dan perbaikan tambahan terhadap teori
psikologis. Akibatnya, buku ini belum
lengkap. Buku apa pun tentang psikologi
tidak ada yang lengkap karena kita tidak
akan tahu segala sesuatu yang dinyatakan
oleh Allah dalam kehidupan ini. Tetapi
mungkin hal-hal yang dibahas dalam buku
ini akan membantu Anda menjadi lebih
efektif dalam kehidupan dan pelayanan
Anda. ltulah doa para penulis.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
***
•
Lampiran:
Proyek Pengubahan
Diri Sendiri
P
ada umumnya orang ingin rnengubah sesuatu dalarn diri rnereka sendiri.
Proyek rnernbantu diri sendiri ini rnenggunakan rnodifikasi perilaku (lihat
bab 15) untuk rnendorong perubahan diri sendiri. Bagian pertarna akan
rnernbantu Anda rneningkatkan sesuatu yang ingin Anda kerjakan lebih sering
atau rnengurangi sesuatu yang ingin Anda lakukan lebih sedikit. Bagian kedua
harus dipakai jika Anda rnerniliki rnasalah yang biasanya dialarni oleh rnahasiswa
di universitas atau serninari: kekhawatiran rnenghadapi tes. lni bisa digunakan
untuk rnengatasi jenis-jenis ketakutan umurn lainnya juga.
Prosedur-prosedur ini telah dipakai untuk rnengubah berbagai jenis perilaku.
Misalnya, prosedur ini sudah rnernbantu rnurid-rnurid berhenti rnenggigit jari,
rnengurangi berat badan, berhenti rnerokok, dan rnengurangi perdebatan dengan
anggota keluarga rnereka. Prosedur ini juga telah rnernbantu orang-orang
rneningkatkan waktu untuk rnernbaca Alkitab dan belajar di sekolah. Tentu saja
orang itu harus rnerniliki keinginan untuk berubah sebelurn prosedur itu bisa bekerja.
Metode yang dijelaskan telah diuji selarna bertahun-tahun oleh banyak rnurid
di situasi kelas dan konseling. Metode itu harnpir selalu berhasil. Ketika orang
rnelaporkan bahwa rnetode tersebut tidak efektif, itu biasanya karena instruksinya
tidak diikuti sepenuhnya. Anda rnungkin perlu rnengacu balik pada bah-bab
sebelumnya untuk lebih rnernaharni konsep yang terlibat. Sebab itu jika Anda
teliti, biasanya ada jarninan sukses. Proyek ini dirancang untuk orang-orang
tertentu yang rnerniliki rnasalah tertentu. Orang-orang yang rnengalarni kesulitan
berat harus dibawa ke seorang konselor profesional.
Banyak orang rnenernukan bahwa proyek ini bekerja lebih baik jika dilakukan
dengan bantuan orang lain. Seorang ternan dekat atau pasangan bisa rnernberikan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
dukungan yang akan membuat proyek ini lebih sukses. Sekelompok orang dengan
masalah yang sarna bisa memberikan suasana penuh harapan ataupun perhatian
tarnbahan dan pujian untuk perubahan yang diinginkan.
Teruskan mencatat perilaku Anda selama paling sedikit satu a tau dua minggu
setelah Anda menyingkirkan peneguhan itu. Catatlah perubahan yang terjadi a tau
mulailah kembali program itu.
menempuh tes. Teruskan bayangkan hal itu seolah-olah hari itu Anda akan
menempuh tes. Jika merasa cemas, berhentilah dan lakukan latihan relaksasi.
Teruskan hal itu sampai Anda sungguh-sungguh duduk di kursi di kelas dan
membayangkan tes yang ada di hadapan Anda.
3. Jika Anda masih merasa cemas semen tara Anda menempuh tes, Anda harus
berusaha melakukan latihan relaksasi selama tes jika mungkin. Jika Anda tidak
tergesa-gesa, bisa menutup mata dan melakukan beberapa latihan relaksasi ketika
anda merasa sangat cemas. Bahkan meskipun tes itu dibatasi waktunya, lebih
baik mengambil waktu satu atau dua menit untuk relaksasi dan mengerjakan
beberapa pertanyaan dengan benar, daripada tidak rileks dan kehilangan
semuanya!
4. Beberapa orang merasa sangat takut dan cemas saat menghadapi tes sehingga
prosedur ini pun tidak memadai. Jika demikian, lebih baik menemui konselor yang
cakap untuk memecahkan masalah itu.
Penerapan Lainnya
Prinsip-prinsip membayangkan dan melakukan relaksasi (atau mengalarni dan
bersikap rileks) bisa diterapkan dalam situasi lain. Banyak murid merasa takut
sehingga mencegah mereka melakukan yang terbaik.
Untuk menerapkan ide-ide ini pada situasi lainnya, gunakan langkah-langkah
berikut:
1. Buatlah daftar situasi yang berbeda, dan datalah sesuai urutan situasi yang
paling ditakuti sampai yang tidak begitu ditakuti (seperti yang kita lakukan
dengan kekhawatiran menghadapi tes).
2. Praktekkan latihan relaksasi sampai Anda mengetahui hal itu sungguh-
sungguh atau bisa bersikap rileks secara spontan tanpa harus menjalani latihan
itu lagi.
3. Bayangkan situasi yang paling tidak begitu ditakuti. Jika Anda mulai
merasa cemas, lakukan latihan relaksasi. Setelah Anda bisa membayangkan situasi
tersebut tanpa merasa khawatir, majulah ke situasi berikut yang paling ditakuti
dan bayangkan. Lanjutkan proses ini sampai Anda bisa membayangkan situasi
yang paling ditakuti tanpa merasa cemas.
4. Jika Anda masih merasa takut dalam situasi yang nyata, Anda bisa
menggabungkan prosedur relaksasi dengan bermain peran atau situasi yang nyata
seperti disebutkan dalam contoh kekhawatiran menghadapi tes.
***
Daftar Istilah
adaptasi - pengurangan angka pemantikan sel reseptor dalam res pons terhadap
stimulus yang konstan.
afeksi - perasaan atau emosi.
akomodasi - proses modifikasi stuktur kognitif yang sudah dikembangkan
sebelumnya berdasarkan pengalaman baru.
akson - serat tidak bercabang yang panjang yang terentang dari tubuh sel
neuron yang menyalurkan impuls menjauh dari sel saraf.
aktualisasi diri - dorongan yang kuat untuk mengalami pertumbuhan pribadi,
kesehatan dan penyesuaian diri.
algoritme - satu perangkat prosedur yang menjamin penyelesaian masalah.
altruisme - perhatian terhadap kesejahteraan orang lain.
ambang batas absolut - besarnya kekuatan stimulus ketika stimulus cukup
kuat untuk dideteksi sebanyak 50 persen waktu.
amnesia - kehilangan memori secara kadang-kadang termasuk identitas
pribadi orang itu sendiri.
anorexia - hilangnya nafsu makan berkepanjangan
anorexia nervosa - ketakutan atas kenaikan berat badan secara patologis yang
menyebabkan seseorang melakukan diet yang berlebihan, penurunan
berat badan yang sangat banyak dan kekurangan gizi.
arketipe - simbol tersembunyi dalam diri seseorang secara tidak sadar yang
berasal dari pikiran bawah sadar secara kolektif.
asimilasi - proses mengubah unsur kognitif persepsi yang baru untuk
membuatnya lebih mirip dengan unsur yang sudah dikenal.
. asosiasi bebas - dalam psikoanalisis, ungkapan pemikiran, fantasi dan
perasaan pasien.
baseline - dalam pembiasaan operan, jumlah pemberian res pons atau jumlah
res pons yang terjadi dalam waktu yang tersedia.
belajar - perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai hasil
pengalaman.
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
......
BUKU PENGANTAR STANDAR UNTUK
PSIKOLOGI KRISTEN TERBIT LAGI-DALAM
SEBUAH EDISI BARU DAN DIAKUI YANG
BERBICARA LEBIH BANYAK TENTANG
PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN.
Dalam edisi revisi dan diperbarui ini, para penulis tetap mempertahankan penjelasan
teori klasik dan materi tambahan yang menghubungkan pemahaman-pemahaman ini
dengan suatu pandangan Kristen holistik terhadap kemanusiaan dan kon seling.
Hal baru dalam edisi ini (jilidl dan 2) berupa lebih dari seratus 11Spotlight" (fokus), yang
menyajikan tokoh-tokoh, gagasan, dan aplikasi-aplikasi terkait dengan konseling Kristen .
Banyak ilustrasi melengkapi teks dan sebuah glossary menjelaskan istilah-istilah teknis .
Disusun sesuai dengan cara kuliah-kuliah pengantar psikologi dan konseling diajarkan,
buku Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen ini juga memuat referensi bermanfaat
bagi para konselor.
Paul D. Mier dan Frank D. Minirth masing-masing adalah presiden dan wakil prsiden The
Minirth-Meier Psychiatric Clinic, bermarkas di Richardson , Texas. Diantara banyak buku
mereka adalah Counseling and the Nature of Man.
Frank B. Wichern adalah seorang psikolog keluarga dan profesor psikologi dan pelatihan
konselor pada Amber University, Dallas, Texas.
Donald E. Ratcliff, the primary reviser for edisi ini , mengajar matakuliah psikologi di Toccoa
(Georgia) College.
Buku 1111te lah dinil a1 dan dm ya takan laya k sebagai buku no nteks pelaJaran (buku pengayaa n, buku
referensi, dan/atau buku panduan pend1d1k) be rdasa rk an Reko mend as1 Kementenan Aga ma Rl
D1rekto rat Jend era l Bimbmga n M asya ra k a t .~n st e n Nomo r : Set.III/HM .02.2/1593/20 10
'
111111111111111111111111 1111111
9 789792 919981 01