Anda di halaman 1dari 258

PAUL D. MEIER, M.D.

FRANK B. MINIRTH, M.D.


FRANK B. WICHERN, PH.D.
DONALD E. RATCLIFF, PH.D.
PENGANTAR
PSIK OGI
KON LING
KRISTEN
P \1 I D. ~11 li cK. . :'v1 .D.
1: 1{ \'\. " B. MI,\lfUII , M . D .
FI{ \ '\ K B. \\/« '111 I{ ~ . PH .D .
D()'\. \1.1 ) f:. R \I ( 11f'1 . PIi.D ,
Pengantar Psikologi & Konseling Kristen (2)
Copyright© 1982, 1991 by Baker Books
Originally published in English under the title:
Introduction to Psychology and Counseling
by Pau l D. Meier, M.D., dkk
Published by Baker Books
a division of Baker Book House Company.
P.O. Box 6287, Grand Rapids, Ml 49516-6287
Published 1982. Second edition 1991
All rights reserved

Diterbitkan dalam bahasa Indonesia 2004 oleh:


Penerbit AND I
(Penerbit Buku dan Majalah Rohani)
Jl . Beo 38-40, Yogyakarta 55281
Telp. 0274-561881 ; 584858
Faks. 0274 - 523160
E-mail: editor_pbmr@andipublisher.com

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi


buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis
dari penulis atau penerbit sesuai Undang-undang
Hak Cipta dan moral kristiani

PBRA/13/April 2004/0473
Penerjemah : Johny The
Peredaksi : Suryadi
Desain Sampul : Fidelis Felix
DTP : Parwanto
Percetakan : ANDI Offset, Yogyakarta

Cetakan ke-4 : Januari 2009

~
C·B·A
::c~ :d~ng Vc~~ep C3A ' r;do ~ cs :a
C9P3:J::c::<:IC9A 'ca
Untuk Guru Kami
(Rohani dan Profesional)
yang telah mcngajar
dan membimbing kehidupan kami
selama lebih dari 30 tahun .
Daftar lsi

Prakata Edisi Pertarna ..... .......... .. ...... ............ .... ............. ....... ..... ...... .......... .......... ... .. . ix
Prakata Edisi Kedua ...... ............................................................ ... ........ :..................... xi

10. Perkernbangan Anak ............. ............................... .... .............. ........... .... .... ... 1
Teori-teori Perkernbangan Anak
Pola-pola Perkernbangan Anak

11. Perkernbangan Masa Rernaja dan Dewasa ............ .. ........ .. ...................... 39


Perkernbangan Masa Rernaja
Perkernbangan Orang Dewasa

12. Kepribadian ............... ... ...... .... .................. ..... ............... ............... .......... .... .. 69
Teori tentang Kepribadian
Tes Kepribadian
Mekanisrne Pertahanan Diri

13. Psikologi Agarna ............ ............ ...................... ..... .... ........... ....... .............. .. 93
Pandangan Freud tentang Agarna
Pola Dasar Jung
Pengalarnan Puncak Maslow
Teori Allport tentang Prasangka Keagarnaan
Mengapa Menjadi Orang Kristen?
Perkernbangan Konsep-konsep Agarna
Mernbantu Perturnbuhan Rohani
Perkernbangan Rohani
Dasar Rohani untuk Masalah Ernosi

vi
14. Psikologi Abnormal .. ... ....... ......... ....... ..... ............................. .................. . 121
Definisi Abnormal
Kesehatan Mental
Penyebab Masalah Psikologis
Gangguan-gangguan Psikologis

15. Psikoterapi dan Konseling Pribadi ........ ....... ....... ............ .. ............. .. ..... 165
Ahli Terapi dan Konselor
Penanganan oleh Psikiater di Rumah Sakit
Konseling Sekular
Konselir1g Kristen
Apakah Konseling dan Terapi Bisa Efektif?
Konseling Eklektik

16. Konseling Kelompok dan Keluarga ............ ........... ..... .. .. ........ .............. 197
Konseling Kelompok
Konseling Pranikah
Konseling Pernikahan dan Keluarga
Etika dalam Konseling dan Terapi

Akhir Kata ....... ..... ...... ........... .. ........ .. .... ..... .. ... .. .......... ....... ... ..... ... ... ....... ... ....... 225

Lamp iran: Proyek Pengubahan Diri Sendiri ..................... .. .... ............... ..... 229

Daftar Istilah ......... .. ................................... .... ......... ... ....... ............... ....... .......... 235

vii
Prakata Edisi Pertama

D
alam pengantar buku Christian Psychiatry (Psikiatri Kristen) saya telah
menulis bahwa saya memperkirakan bidang konseling Kristen akan
mencapai popularitas pada tahun-tahun yang akan datang. Memang,
konseling telah me njadi bidang yang menarik minat besar di antara kaum Injili
konservatif. Menyadari bahwa belum banyak buku teks dalam bidang tersebut,
re kan-rekan sejawat saya dan saya menulis buku teks tentang psikologi dan
konseling Kristen ini.
Seperti halnya Psikiatri Kristen , karya kami tetap berdasarkan Alkitab. Kami
me mandang Alkitab se ba~ai Firman Allah yang tidak bisa salah dan sebagai dasar
dan penuntun ke hidupan kami.
Kami tE~ tap be rusaha me njaga kese imbangan dalam pend e katan kami
terhadap konseling - keseimbangan antara perasaan dan tingkah laku , antara
masa lalu dan sekarang, dan antara teori dan praktek. Latar belakang pendidikan
kallli yang beragalll membantu me17lamin keseimbangan itu .
Kami berdoa agar Allah Illemberkati buku ini untuk kemuliaan Anak-Nya,
Yesus Kristus . Kami berdoa agar Allah memakai buku ini untuk mempengaruhi
anak-anak muda Kristen sehingga mere ka bisa m:mjadi konselor-konselor yang
sehat dan cakap.

FRANK MINIRTH, M.D.


Prakata Edisi Ked-ua

F
ada tahun-tahun terakhir "tamparan psikologi" telah menjadi bahan
pembicaraan favorit di antara orang-orang Kristen tertentu . Banyak or
ang telah menentang penggunaan bahkan juga studi tentang psikologi oleh
orang-orang Kristen. Benarkah psikologi telah menjadi bagian dari
persekongkolan Gerakan Zaman Baru?
Para mahasiswa kadang-kadang masuk seminari Kristen dan bertanya,
"Mengapa say a harus belajar psikologi? Saya merencanakan untuk menjadi
pendeta (atau misionaris, atau pendidik Kristen, atau .... ), jadi mengapa saya
harus mempelajari mata kuliah lain selain Alkitab?" Apakah psikologi relevan
untuk orang Kristen? Haruskah orang Kristen memikirkan belajar psikologi?
Di sisi lain, banyak orang Kristen seperti James Dobson, seorang psikolog
klinis, tidak melakukan kompromi dengan iman mereka ketika mereka
mempelajari dan menggunakan psikologi. Bahkan beberapa orang telah mema-
kai disiplin ini untuk menjadi pemimpin Kristen yang lebih efektif. Mungkin
bahayanya terletak bukan pad a psikologinya, melainkan pada prioritas yang
si;lIah. Menjadikan psikologi sebagai ilah seseorang sarna menyesatkannya seperti
menghilangkannya sebagai pekerjaan Iblis. Sudah tentu tidak setiap ide yang
disarankan oleh para psikolog harus segera diterima, tetapi sarna haInya disiplin
ini tidak bisa langsung ditolak mentah-mentah.
Bagi banyak orang, edisi pertama Pengantar Psikologi dan Konseling telah
membantu memilah-milah masaIah ini, dengan menemukan aspek psikologi yang
berguna dan menunjukkan niIainya yang praktis. Edisi pertama disambut dengan
penuh antusias. Banyak sekolah dan seminari yang menggunakannya sebagai buku
teks, selain itu buku ini terjuaI dengan baik di masyarakat umum. DaIam waktu
enam tahun, buku ini sudah dicetak uIang tujuh kali. Karni bersyukur untuk hal ini.
Dalam edisi baru ini, bagian pertama buku ini telah dikembangkan lebih
luas sehingga mencakup beberapa informasi lain yang relevan yang harus
dipikirkan orang Kristen, juga beberapa penerapan tambahan yang bisa dipakai
oleh para pernimpin gereja. Bagian akhir buku ini telah dipadatkan dan disusun
uIang supaya sesuai dengan cara normatif untuk mengajarkan psikologi secara
umum . Dalam proses kami berusaha untuk mempcrtahankan bagian buku yang
membant u me mbuat buku ini terkenal juga di masyarakat umum .

Yang baru dalam cdisi ini adalah bagian khusus atau "fokus" yang
menje laskan o rang-o rang, ide-ide, dan pcnerapan yang rell'van . ['ada umumnya
peniela~an itu menl'ka nkan penggunaan psiklliogi di dalam gl'reja . Dalam
pengertian apa pun jangan dipa ndang sebagai jawaban akhir, karena dalam
situasi-si tuasi ya ng nyata masa lahnya jauh lebih rumit daripada penjelasan yang
disedl'rhanakan ini . Namun diharapkan bahwa dengan me mpertimbangkan satu
konsep psikologis untuk satu s ituasi khusus, para murid akan mulai menerapkan
id e dasarnya. Dalam s ituasi nya ta, Lwberapa ko nsep psikologis harus dipikirkan,
bcrsamaan d engan prinsip-prinsip Alkitab, untuk memrerole h pemahamar dan
pe nc ra pa n ya ng lebih lengkap .
Ciri khas buku ini sudah tampak je las dan dapat diringkas menjadi tiga K.
C iri khas ya ng palin g penting adalah buku ini bersifat Kristialli . Kami telah
berusaha untuk menu lis sebuah buku yang sepenuhnya kristiani - dati sudut
pandang ya ng me ndasar sampai penerapan khusus. Para penulis percaya bahwa
A lkitab adalah sumber ke be naran yang terpe nting dan sepenuhnya dapat
dipercaya . Ada penekanan pada penerapan praktis dalam konteks Kristen,
termas uk gereja.

Studi psikologi secara klasik ditekankan sepanjang karya ini. Riset terbaru
tid ak selalu me rupakan riset terbaik, dan mun g ' ~ in banyaknya perhatian pada
penemuan terbaru dalam bL;ku pengantar pada umumnya membuat penemuan
itu cepa t terkenal. Buku ini tidak mengabaikan riset terbaru dan terpenting, tetapi
penulis percaya bahwa para mahasiswa yang belajar pengantar ini perfu memiliki
dasar yang kuat dalam studi psikologi klasik yang bisa memba ntu membentuk
disiplin ini dan akan terus menjadi fondasi bagi riset terbaru .

Ciri khas ketiga buku ini adalah orientasi kiillis, seperti di tekankan pada
bagian akhir judul buku ini. Penulis tidak mengabaikan sudut pandang dan topik
lainnya, namun penulis menempatkan prioritas pada konseling Kristen dalam
buku ini, dan dua bab buku ini yang terpanjang dikhususkan untuk membahas
topik ini. Orientasi ini sebagian berakar dari latar belakang para penulis
sebelumnya (psikiatri) dan sebagian dari kcya kinan yang dipegang oleh semua
pcnulis bahwa ko nseling me rupakan salah satu bidang paling penting di mana
psikologi bisa membantu umat manusia.

Kami ingin berterima kasih atas bantuan mereka dalam edisi pertama: Judy
Slease atas bantuan editorialnya dalam draf awal; Betty DeVries, yang melayani
sebagai editor senior dan koordinator produksi; Walter R. Hearn, editor; dan
Daniel J. Maida, desainer.

Karni juga ingin berterima kasih kepada Allan Fisher, direktur publikasi,
atas bantuannya untuk edisi kedua, dan Maria E. den Boer yang telah menyunting
salinan naskah ini. Kami juga menghargai para psikolog yang meninjau draf
pertama edisi kedua ini dan memberikan banyak komentar bermanfaat.
,
xii
Kami percaya bahwa edisi kedua ini akan jauh lebih bermanfaat daripada
edisi pertama . Orang Kristen memerlukan psikologi sebagai alat untuk membantu
mereka memahami diri sendiri dan orang lain. Kami berdoa agar edisi ini
membantu kita mencapai tujuan itu, sepl'rti halnya edisi pertama.

DONALD RATCLIFF, EdS

xiii
10
Perkembangan Anak

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN ANAK


Teori-teori perkembangan anak membantu mengatur pola perkembangan
sejak dalarn kandungan sarnpai remaja, dan itulah topik yang akan kita bahas
dalam bab ini. Lima teori yang dibahas dalarn bab ini masing-masing berkaitan
dengan aspek yang berbeda dalarn kehidupan anak. Narnun pad a tahap tertentu
teori-teori itu bertumpang tindih, jadi hal itu menekankan sifat holistik manusia.
Sebelum menimbang teori-teori ini, kita perlu menemukan apakah pola
perkembangan anak itu berlangsung secara bertahap. Tegasnya, tahap-tahap
mengacu pada perbedaan-perbedaan di antara anak-anak yang harnpir berkaitan
dengan usia. Tahap-tahap ini biasanya dipandang memiliki ciri-ciri tersendiri Gelas
terpisah dari tahap lain), berurutan, kumulatif (karakteristik tahap yang
bersangkutan berdasarkan tahap sebelumnya), dan seragarn (semua anak melewati
tahap-tahap yang sarna). Asumsi yang mendasarinya adalah kemarnpuan tertentu
ada pad a waktu yang sama, dan pengelompokan kemampuan ini dirancang
sebagai tahap yang khusus.
Pada saat kita mengarnati seorang anak tertentu, kita tidak mungkin melihat
perubahan besar dalam waktu satu atau dua hari. Dengan kata lain, ada
kesinambungan dalam perkembangan anak. Namun pada saat kita
membandingkan perilaku anak yang berusia lima tahun dan sepuluh tahun, kita
bisa melihat perubahan besar. Tetapi apakah perubahan-perubahan itu bisa
dimasukkan dalam tahap-tahap yang tegas? Para pencetus teori tahap
perkembangan percaya bisa, dan mereka memberikan bukti yang cukup banyak
ten tang tahap-tahap itu. Namun kita sering mengalarni kesulitan untuk memberi
label kepada seorang anak tertentu, apakah ia berada di dalarn atau di luar tahap
tertentu, karena ia mungkin berada dalam tahap tertentu dalam beberapa hal
dan tidak berada dalam tahap itu dalam beberapa hal lain. Hal ini telah
menyebabkan beberapa psikolog mengesarnpingkan gagasan ten tang tahap-tahap
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELI NG KRI STEN 2

perkembangan sama sckali.

Mengapa ada ketidakse ragaman di antara anak-anak? Suasana hati dan


pengaruh-pengaruh lingkungan mempengaruhi penampilan anak-anak, sehingga
tampaknya mereka berada pada satu tahap pada suatu hari; dan keesokan harinya
berada pada tahap sebelumnya. Selain itu , anak-anak tampaknya bisa berada
dalam dua tahap sekaligus karena cara-cara mengukur tahap-taha p perkembangan
salah. Sebaliknya, mungkin teori-teori itu tidak cukup akurat menggambarkan
tahap-tahap te rsebut; teori-teo ri itu mungkin perlu dipcrbaiki.

Pada saat ini, mungkin kesimpulan yang paling aman adalah konsep tahap-
tahap pe rkemban ga n be rmanfaat untuk memahami bagaimana anak-a nak
be rtumbuh dan berkembang, tetapi ko nsep itu scbaiknya d ig unaka n seca ra
fl e ksibe l. Perubahan-perubahan berkaitan d e ngan usia mun g kin tidak bisa
seragam seperti pandangan beberapa pence tus teo ri tahap perke mbaP~an ka rena
ada perbedaan dalam pe ndidikan dan mungkin dalam tahap kedewasaan. Kita
perlu memberi kelonggaran bagi munculnya variasi c ukup besar unlUk usia
tertentu di mana anak-anak mencapai tahap terte ntu; dan seora ng anak tertentu
mungkin tidak seragam dalam suatu tahap tertentu . Tahap-tahap itu lebih tepat
menje laskan perbedaan antara anak usia 4 tahun dan usia H tahun daripada
menjelaskan anak usia 4 tahun dan anak usia 5 tahun. Tahap-tahap tersebut pal-
ing tidak memberikan panduan umum untuk memahami per kembangan anak.
Secara ringkas, kita bisa me ngatakan bahwa perkembangan seorang anak
teratur dan berurutan; tidak datar (ada gejolak naik-turun); unik (tidak ada dua
anak yang berkembang dengan kecepatan yang persis sama); dan merupakan
hasil proses kedewasaan dan proses belajar.

Setelah menganalisis sekilas lima teori perkembangan, kita akan menimbang


secara mendalam karakter istik anak pad a usia-usia tertentu . Lima teori yang akan
kita bahas adalah teo ri Freud, Erikson, Piaget, Ko hlberg, dan Fowler.

Teori Psikoseksual Freud


Freud (1905) mengembangkan tPori
yang p e rnah menjadi pend e katan
psiko logi standar untuk me mahami
anak-anak. Freud tidak bekerja dengan
anak-anak secara la ngsung, te tapi
m e ndasarkan teo rinya tentang
pc rk e mbangan anak pada su<.tu
reko nstruksi pe ngalaman-pengalaman
masa kccil yang diceri ta kan oleh orang-
orang dewasa yang ia tangani. Ia
menyimpulkan ba hwa anak-anak
melewati lima tahap utama pe r-
kembangan "psikoseksual'' . Tahap-
tahap itu (oral, mwl, phallic, latcll cy, dan
Perkembangan Anak

genital) disusun sekitar kedewasaan seksual dan melibatkan penyelidikan anak


untuk mendapatkan kesenangan dengan berfokus pada bagian tubuh yang
berbeda pada usia-usia yang berbeda. Bagian-bagian tubuh itu oleh Freud diberi
istilah "zona-zona erogen" . Meskipun saat ini ban yak psikolog yang mem-
pertanyakan aspek-aspek teorinya, tidak bisa diragukan bahwa teorinya sudah
memberi pengaruh sangat besar kepada masyarakat Barat. Jadi, meskipun kita
bisa menghilangkan beberapa bagian dari teorinya (terutama berdasarkan fakta
bahwa teorinya dikembangkan dengan mempelajari orang-orang abnormal,
bukan orang normal), teorinya masih layak dipahami karena teori-teori lain
tentang perkembangan anak sering disusun sebagai reaksi atau revisi terhadap
pendekatannya yang terkenal itu.
Freud percaya bahwa bayi berfokus pada mulut sampai ia berusia delapan
belas bulan. Tahap ini ia sebut sebagai tahap oral. Tentu saja bayi sangat berorientasi
pada mulut dania menyelidiki setiap benda baru dengan memasukkannya ke
dalam mulutnya. Freud menyimpulkan bahwa mulut adalah pusat kepuasan pada
tahap ini dan frustrasi cenderung menimbulkan masalah yang berpusat pada
mulut di kemudian hari dalam kehidupan, seperti makan berlebihan atau banyak
bicara.
Selama masa anak belajar berjalan (usia delapan belas bulan sampai kurang
lebih tiga tahun), Freud memandang latihan kebersihan sebagai masalah yang
paling penting. Ia menyebut tahap ini sebagi tahap anal (berhubungan dengan
anus). lbu-ibu dan bapak-bapak yang Ielah mengganti popok anak-anak mungkin
setuju dengan istilah ini! Kontrol terhadap fungsi perut dan saluran kencing merupa-
kan prestasi penting yang biasanya berlangsung pada waktu ini, meskipun anak-
anak kadang-kadang masih mengompol di tempat tidur, hal itu masih dikatakan
normal sampai usia lima tahun (American Psychiatric Associatilm 1987, 84-85).
Freud percaya bahwa frustrasi dan trauma pada usia ini, terutama jika
berkaitan dengan latihan kebersihan, cenderung menimbulkan masalah yang
berkaitan dengan sifat keras kepala, kikir, dan suka memaksa yang berlangsung
seumur hidup. Ia sampai pada kesimpulan-kesimpulan ini karena pergumulan
antara orangtua, yang ingin anaknya membersihkan kotoran dengan cara yang
diterima oleh masyarakat, dan anaknya, yang ingin melakukan hal itu sesuai
kehendaknya sendiri, akan dinyatakan dalam kepribadiannya pada masa yang
akan datang. Jadi, anak yang tidak mau membersihkan pispotnya akan menjadi
orang dewasa yang keras kepala, sedang anak yang belajar bersih dalam proses
latihan kebersihan karena terpaksa akan membawa sikap suka memaksa ke dalam
kehidupan dewasanya.
Meskipun banyak psikolog mempertanyakan kesimpulan ini, pada umurnnya
setuju bahwa hukuman yang berlebihan mungkin tidak baik dilakukan selama
latihan kebersihan. Hadiah harus diberikan ketika anak-anak mencapai sukses,
sedang kegagalan harus dihadapi dengan teguran ringan atau menyuruh anak
itu membersihkan kotoran yang berserakan. Pada umurnnya anak bel urn siap berlatih
kebersihan sampai ia berusia dua tahun atau kadang-kadang lebih lama lagi.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Tahap ketiga bagi Freud adalah tahap phallic (berhubungan dengan phalllls),
yang berlangsung antara usia tiga sarnpai enarn tahun. "Phallus" adalah istilah
teknis untuk organ seks laki-Iaki, yang merupakan pusat perhatian anak-anak
pad a tahap ini. Pusat kepuasan anak-anak tidak lagi pad a fungsi kebersihan,
melainkan pada orangtua yang jenis kelarninnya berbeda dari dia. Freud berkata
anak laki-laki tertarik kepada ibu mereka secara romantis dan seksual (Oedipus
complex). Sebaliknya, anak-anak perempuan pra-sekolah tertarik kepada ayah
mereka (Electra complex). Karena anak laki-laki menyadari bahwa mereka sekarang
adalah pesaing ayah mereka untuk mendapatkan perhatian ibu, mereka mulai
mengembangkan kekhawatiran pengebirian, yang hanya bisa diredakan pada
saat mereka akhirnya menyamakan dirinya dengan ayah mereka. Anak-anak
perempuan merasa kehilangan, dan akhirnya mengembangkan cemburu penis,
tetapi akhirnya mereka membereskan hal itu dengan menyamakan dirinya dengan
ibu mereka.
Hal ini mungkin merupakan bagian teori Freud yang paling kontroversial,
tetapi orangtua memang mengakui bahwa pada tahap ini kadang-kadang anak-
anak berbicara tentang niatnya menikahi orangtua yang lawan jenisnya berbeda
dari dia. Meskipun hal ini tidak membuktikan teori Freud, ia mungkin telah mene-
mukan satu kecenderungan tertentu pada tahap ini. Namun hal ini bukan ciri
terpenting masa pra-sekolah!
Mengandaikan bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik, anak-anak usia
sekolah mem.:isuki tahap latency (gerakan tak sadar narnun tidak aktif), pad a saat
minat seksualnya mulai menurun. Anak-anak mulai lebih tertarik pada ternan-ternan
sebaya yang sejenis daripada lawan jenis mereka. Anak-anak yang menderita trauma
atau frustrasi yang berlebihan pada tahap ini harus segera ditangani (bukan setelah
tahap ini) supaya pada masa dewasa mereka tidak menghindari hubungan dengan
lawan jenis.
Apakah tekanan Freud pad a teman yang sejenis selarna Sekolah Dasar akurat?
Tentu saja ada beberapa ahli yang merasa keberatan. Sikap antipati pad a lawan
jenis, misalnya, tidak muncul dalam beberapa budaya; jadi terlihat bahwa ini
bukan ciri dasar kepribadian manusia. Ketidaksukaan pada lawan jenis pada tahap
ini mungkin merupakan akibat pengaruh budaya dan bukan sifat bawaan.
Dengan mengandaikan bahwa tidak ada trauma besar pada tahap
sebelumnya, anak remaja masuk ke tahap genital (berhubungan dengan organ-
organ seks luar) seksualitas. Selarna tahap ini remaja mengembangkan seksualitas
pada tingkat dewasa, matang ketika organ-organ kelarnin luar menjadi sumber
utama daya tarik.
Pada umumnya orang pad a tahap ini mulai bertindak berdasarkan dorongan-
dorongan heteroseksual dengan merasa tertarik pad a kelompok lawan jenis.
Mengapa beberapa orang menjadi tertarik pada orang-orang yang berkelarnin
sejenis dengan mereka? Bukti yang jelas masih belum bisa ditemukan, tetapi
tampaknya homoseksual disebabkan oleh sejumlah penyebab yang mungkin.
Beberapa homoseksual, misalnya, merasa tidak aman dalam identifikasi peran
seks mereka, yang bisa dilacak dalam kesulitan-kesulitan yang mereka alarni
Perkembangan Anak

selama mas a prasekolah. Yang lain telah memiliki pengalaman-pengalaman


homoseksual sejak masa remaja, sehingga mereka meyakinkan diri sendiri bahwa
mereka tidak tertarik pad a lawan jenis. Bagi orang lain lagi, masalah ini lebih
terkait dengan perilaku; mereka telah dibiasakan seperti itu. Dalam beberapa kasus
ada faktor biologis yang terkait (Iihat bab 14). Orang Kristen akan menekankan
kodrat keberdosaan manusia ketika melihat perilaku homoseksual. Mereka
memandang hal itu sebagai pemberontakan terhadap Allah dan hukum-hukum
moral-Nya. Hasil riset lintas budaya sangat bermanfaat. Ada budaya-budaya di
mana homoseksual sarna sekali tidak ada karena peranan seks mereka jelas dan
seorang ayah (atau ayah pengganti) ada untuk setiap anak laki-Iaki (Blitchinton,
1980; Rekers, 1982, 37-50).

Teori Sosial-Emosional Erikson


Pada setiap tahap perkembangan anak dalarn teori sosial-emosional Erikson,
anak diperhadapkan pada dua pilihan yang mungkin. Meskipun pilihan yang
positif lebih disukai daripada yang negatif, Erikson percaya bahwa idealnya
orang yang dewasa secara psikologis mencapai sifat pertama dalarn jumlah yang
lebih besar, tetapi juga sifat kedua sejauh tertentu.
Erikson menekankan bahwa masalah utama masa bayi adalah percaya atau
tidak percaya. Jika anak-anak melekat pada ibu mereka dan karena itu merasa
yakin akan kehadiran dan perhatiannya, mereka cenderung akan mengembangkan
ikatan yang kuat yang membuat mereka merasa aman dan ramah pada waktu
kemudian. Jika ibu mereka tidak bisa dijadikan sebagai tempat bergantung, pada
akhirnya anak-anak itu menjadi sangat tergantung dan tidak mempercayai or-
ang-orang yang ada di sekitarnya. Meskipun semua anak kadang-kadang melekat
pada orang lain, anak-anak yang melekat terlalu berlebihan sampai mas a
prasekolah, terutama jika mereka melekat pada setiap orang, hal itu mungkin karena
mereka tidak memiliki tempat melekat yang arnan pada masa bayi. Riset terbaru
menekankan pentingnya anak-anak melekat pada seseorang untuk perkembangan
sikap percaya, meskipun anak-anak bisa melekat pada ibu pengganti atau bahkan
mungkin pad a beberapa orang sekaligus (Clarke-Stewart dan Fein, 1983).
Selama masa belajar berjalan, fokus anak tertuju pada sikap mandiri atau
malu. Anak yang berusia dua atau tiga tahun menginginkan kebebasan (beberapa
ahli memandang masa ini sebagai masa remaja pertarna), dan anak-anak harus
diberi kebebasan sejauh tertentu. Kecenderungan beberapa orangtua adalah
bereaksi terhadap keinginan anak untuk mandiri dengan kendali berlebihan, yang
cenderung menimbulkan rasa malu yang berlebihan pad a anak itu. Hal ini
mungkin bisa terus dibawa sampai masa dewasa dalarn bentuk kekhawatiran
yang berlebihan terhadap apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya.
Erikson memandang inisiatif versus rasa bersalah sebagai masalah terpenting
selarna tahun-tahun prasekolah. Rasa bersalah mengacu pada pelanggaran patok-
an-patokan internal yang dipertentangkan dengan rasa malu yang merupakan
pelanggaran terhadap patokan-patokan eksternal. Erikson menekankan bahwa
kita harus mendorong inisiatif dalam diri anak pad a usia ini dan menghindari
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

hal-hal yang membuat anak-anak merasa bersalah secara berlebihan, yang akan
dibawa sampai masa dewasa.
Anak usia sekolah ditandai dengan perkembangan kerajinan atau sikap
rendah diri. Anak harus menerima umpan balik karena produktivitasnya melalui
dorongan semangat dan kadang-kadang hadiah yang nyata, dan jangan membuat
1
mereka merasa rendah diri.

Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Menurut Piaget, perkembangan kognitif terjadi pada saat anak-anak
menemukan dan belajar menerapkan peraturan yang mengatur interaksi mereka

Gam bar 10.1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Pia get

Sensori-motorik (lahir sampai 18 bulan) Preoperasional (18 bulan- 6 tahun)

Sebagian besar perkembangan bersifat sensorik


(menafsirkan stimulus dari lingkungan) dan motorik
(dengan cepat mengembangkan keterampilan motorik
(gerakan).

Operasi Konkret (6 -11 tahun) Operasi Formal (mulai 11-12 tahun)

Peningkatan terus-menerus dalam kemampuan


Mendapatkan kemampuan penalaran dengan cepat, bernalar secara abstrak (memahami analogi,
tetapi penalarannya masih bersifat hitam putih; proses perumpamaan, amsal, konsep-konsep abstrak, dan
belajar konkret. pemikiran yang lebih dalam secara umum), jika dididik
dengan benar.
Perkembangan Anak

dengan lingkungan. Pada saat anak-anak menangkap ketidakcocokan antara


konsep mereka yang sederhana dengan kejadian-kejadian di Lingkungan, mereka
membentuk konsep-konsep baru yang berarti bagi mereka. Piaget telah membuat
garis besar tentang berbagai tahap dalam proses itu, yang dimulai pada tingkat
yang sangat awal.
Pada periode sensori-motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun), gerakan refleks
dan res pons otomatis sangat penting. Awalnya gerakan refleks ini terbatas lama
waktunya dan tampaknya tidak punya tujuan khusus. Namun setelah bayi itu
makin dewasa, gerakan refleks dan respons mereka tampak lebih teratur dan diga-
bungkan menjadi pola-pola. ]adi, bayi-bayi pada awalnya melambaikan tangan
mereka ke udara tanpa tujuan. Akhirnya tang an mereka mulai berhubungan
dengan berbagai aspek lingkungan mereka, rnisalnya jeruji tempat tidur bayi.
Kemudian, gerakan refleks tangan bayi itu menyebabkan bayi itu memegang jeruji
tempat tidurnyaatau meraih dan memegang benda lain seperti giring-giring bayi.
Genggaman yang punya tujuan antara usia 12 sampai 18 bulan tampaknya
mengubah bayi menjadi pencari ilmu pengetahuan atau penyelidik. Bayi belajar
mengenal diri sendiri dan mengembangkan kemampuan untuk mengetahui bebe-
rapa hubungan sebab akibat. Pengenalan diri sendiri membutuhkan perkembang-
an konsep yang paralel ten tang realitas yang membentuk lingkungan yang lebih
besar di mana bayi itu dibedakan dari benda luar. Pemisahan figur dari tanah
merupakan dasar peristiwa kognitif yang penting untuk mengembangkan kesan
bahwa dirinya berbeda dari semua yang tidak berkaitan dengan dirinya. Misalnya,
mampu bermain cilukba merupakan bagian penting perkembangan anak.
Perkembangan pikiran tentang sebab juga sangat penting. Bayi mulai
mengembangkan kesadaran tentang kejadian sebelurnnya yang bisa menjadi sebab
dari kejadian lainnya, dan ten tang hubungan di antara masing-masing kejadian
itu . Permainan lempar-tangkap dengan orang dewasa, di mana bayi itu
melemparkan giring-giring ke kursi yang tinggi, orang dewasa mengambilnya,
bayi melempar giring-giring itu ke bawah lagi, orang dewasa mengambilnya,
dan seterusnya, lebih dari sekadar permainan; anak itu belajar tentang sebab-
akibat fisik.
Dalam skema Piaget, asimilasi dan akomodasi merupakan aspek-aspek
penting dalam beradaptasi dengan tuntutan lingkungan yang berbeda-beda.
Asirnilasi adalah proses perubahan unsur-unsur kognitif persepsi yang baru
menjadi lebih mirip dengan unsur yang sudah dikenal. Akomodasi adalah proses
perubahan struktur yang sudah dikembangkan sebelumnya berdasarkan
pengalaman yang baru. ]adi, perkembangan kognitif Piaget terdiri dari
serangkaian perubahan melalui asimilasi dan akomodasi. Perubahan-perubahan
. ini memberikan pengaruh pen un tun ataU pengontrol pada seorang anak.
Pad a tahap 2 Piaget, periode pemikiran praoperasional (usia 2 sampai 7 ta-
hun), target utamanya adalah perkembangan kecakapan untuk menjelaskan
lingkungan eksternal secara internal. Dalam periode inilah sirnbol-sirnbol muncul
untuk mewakili benda. Fungsi simbolis memampukan anak untuk menjelaskan
bukan hanya kejadian yang terjadi di lingkungan pad a saat itu, melainkan juga
PEN GANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELIN G KR ISTEN 2

kejadian pada masa yang lalu dan masa yang akan datang. Selama tahap ini anak-
anak bersikap egosentris; mereka tidak mampu membayangkan sudut pandang
lain, selain dirinya sendiri.
Selama tahap 3, operasi konkret (usia 7 sampai 11 tahun), anak-anak
mengembangkan sistem organisasi untuk kejadian-kejadian d i lingkungan,
termasuk struktur logika. Mereka menguasai operasi materna tis dan konsep ruang.
Pengetahuan bahwa jumlah zat tidak berubah meskipun penampilannya mungkin
berubah dengan dipindahkan ke tempat yang ukuran atau bentuknya lain, juga
ikut berkembang. Konsep kekekalan ini menuntut anak untuk memberi respons
terhadap dua atau lebih dimensi stimulus secara bersamaan. Misalnya, jika dua
volume air dalam jumlah ya ng sama dituangkan ke dalam gelas yang sama persis,

Fokus 10.1.
Penerapan Teori Piaget di Gereja
Piaget menyatakan bahwa anak-anak muda, terutama usia prasekolah, hid up dalam
, dunia yang penuh keajaiban. Kisah-kisah ten tang mukjizat dan kebangkitan Yesus mudah
diterima tanpa banyak pertanyaan; jika segala sesuatu penuh keajaiban, maka mukjizat
I justru diharapkan. Anak-anak tidak memandang kematian sebagai hal yang permanen
I pada usia ini (Tamminen dan rekan-rekan 1988); jaqi, kisah kebangkitan tidak dipertanyakan.
Beberapa kejadian yang supernatural belakangan agak diabaikan, ketika anak-anak mulai
menyadari bahwa dunia ini tidak ajaib. Mungkin pengajaran tentang mukjizat akan disimpan
untuk satu waktu di mana anak-anak akan melihat hal itu sungguh-sungguh supernatural.
Anak-anak muda bisa belajar peranan tertentu yang dipentaskan dalam pelayanan
gereja (Ratcliff, 1986). Sarna halnya mereka bisa mempelajari beberapa aspek peranan
lain yang dijelaskan dalam Alkitab, seperti peranan ibu dan ayah. Kisah-kisah dalam Alkitab
bisa diperagakan oleh anak-anak muda (Ratcliff, 1988b); anak-anak belajar dengan
melakukan. Melalui permainan peran anak-anak bisa mulai memahami siapa orang Farisi
itu dan siapa Firaun itu.
Beberapa ahli bertanya-tanya pada usia berapa anak-anak bisa menerima l~ristus.
Hal ini kecil kemungkinannya terjadi pada usia prasekolah karena anak-anak belum mampu
menengok kembali kehidupannya secara global ("reversibility" atau kemampuan me/ihat
ke belakang menu rut istilah Piaget) dan menyerahkan segala sesuatu pada Tuhan ..Namun,
Kristus menegur murid-murid-Nya yang berusaha menyuruh anak-anak pergi. Hal yang
terbaik adalah jangan mengecilkan minat anak-anak untuk melayani Allah, tetapi doronglah
mereka untuk mengakui dosa-dosa mereka kepada Allah. Sebagian besar anak-anak yang
dibesarkan dalam rumah tangga yang saleh akan memiliki rasa ingin tahu dan minat yang
alamiah untuk menjadi orang Kristen, tetapi orangtua mungkin seharusnya tidak
mengharapkan anaknya untuk membuat keputusan menerima Kristus, sampai pada waktu
yang tepa! kemudian.
Ban yak gereja yang berusaha mengajarkan konsep-konsep kepada anak-anak yang
tidak mampu dipahami oleh mereka. Anak-anak mudah menjadi bingung, seperti anak
Perkembangan Anak

anak yang berusia lima, enarn a tau tujuh tahun biasanya akan melaporkan bahwa
gelas itu menampung air dalam jumlah yang sarna. Narnun jika air dari salah
satu gelas itu dituangkan ke gelas yang lebih tinggi dan Iebih kurus, sebagian
besar anak yang berusia lima tahun merasa yakin bahwa ada Iebih banyak air
dalam gelas yang Iebih tinggi. Sedangkan anak-anak yang Iebih tua mungkin
tahu bahwa air dalarn kedua gelas itu jurnlahnya sama. Anak dalarn tahap operasi
konkret mulai memahami bahwa konsep tentang isi tergantung pada tinggi
maupun Iebar.
Tahap 4 Piaget, periode operasi formal, berlangsung sejak usia dua belas tahun
sampai dewasa. Selama tahap akhir perkembangan kognitif ini, penalaran
mungkin berkembang sepenuhnya dari abstrak verbal. Kernarnpuan untuk

yang dilaporkan mendengar jemaat menyanyi "Dengan sukacita, kita pikul salib!" Jika anak-
anak Udak bisa memahami satu konsep, mereka tentu saja tidak bisa menerapkan hal itu
dalam hidup mereka. Hasil akhirnya mung kin adalah pemisahan pengetahuan keagamaan
dari kehidupan sehari-hari- ini merupakan masalah yang nyata bagi ban yak orang Kristen
dewasa. Berapa ban yak dari kita menyanyikan lagu-lagu di gereja tanpa memikirkan kata-
katanya? Mungkin kita belajar melakukan hal itu pada saat kita masih anak-anak kecil dan
kebiasaan itu kita bawa sampai masa dewasa.
Bisakah anak-anak memahami metafora abstrak? Rise! terbaik baru-baru ini
menunjukkan bahwa anak-anak memakai metafora paling cepat pada usia tujuh sampai
sembilan tahun dengan pemahaman, tetapi mereka masih belum bisa menjelaskan arti
metafora itu sampai waktu berikutnya (Hyde, 1991). Metafora dan perumpamaan yang
memakai ide-ide dan benda-benda yang sudah dikenal bisa dipahami lebih awal, seperti
halnya orang-orang yang menggunakan terminologi sensorik. Namun, sering kali anak-
anak tidak mampu menghubungkan sekelompok konsep umum pada konsep lainnya secara ·
abstrak sampai ia berusia sebelas atau dua belas tahun. Jadi cara terbaik untuk mengajarkan
penginjilan kepada anak-anak dalam usia ini adalah dengan kisah yang konkret dan nyata,
seperti kisah Andreas yang membawa Petrus; mereka kurang memahami perumpamaan
ten tang penabur dan benih. Kebanyakan anak mud a belajar menyanyi, "Aku akan membuat
engkau menjadi penjala manusia", yang melibatkan pemikiran yang lebih abstrak daripada
yang mampu mereka pahami. Sayangnya, anak-anak baru bisa memahami hal itu di waktu
kemudian. Kemudian pada waktu mereka remaja keUka mereka bisa memahami sifat konsep
yang abstrak itu, hal itu dipandang kekanak-kanakan dan mereka tidak menghargai nilai
metaforisnya yang kaya.
Pelayanan gereja yang standar harus dibebaskan untuk anak-anak berkaitan dengan
· pengalaman gereja muda dengan banyak menyanyi, mengisahkan cerita, bermain peran
dan kerajinan. Meskipun menghadiri kebaktian gereja secara singkat bisa diterima, anak-
anak juga perlu dibentuk secara bertahap untuk terlibat penuh dalam pelayanan rutin di
gereja selama tahun-tahun awal remaja.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Gadis yang baik - Anak laki-laki yang baik Hukum dan Peraturan

berpikir dalarn bentuk sirnbol-sirnbol secara drarnatis rnengubah pernaharnan


anak-anak baik tentang lingkungan di sekitar rnereka rnaupun kernarnpuan
rnereka untuk rnenangani hal itu. Mereka sekarang rnarnpu rnenarik kesirnpulan
berarti dari data yang sepenuhnya abstrak atau hipotetis. Selarna tahap operasi
formal ini anak-anak rnendapatkan pengalarnan dan kernarnpuan bahasa yang
secukupnya sehingga rnarnpu untuk rnenciptakan teori pribadi tentang
pengetahuan.
Dari beberapa variabel yang rnernpengaruhi perkernbangan kognitif, tentu
saja yang .paling berpengaruh adalah budaya. Dalarn budaya kota rnasyarakat
Barat yang rnaju, rnisalnya sistern sekolah tarnpaknya rnernberikan orientasi yang
agak individualis pada perkernbangan kognitif. Orientasi tersebut rnendorong
inisiatif pribadi, rneningkatkan kesadaran diri secara pribadi dan penguasaan
dunia fisik. Jadi, pernisahan diri sendiri dari lingkungan luar rnerupakan ciri
khusus perkernbangan kognitif dalarn Iriasyarakat Barat dan budaya perkotaan.
Di sisi lain, banyak budaya yang rnenekankan pengalarnan kolektif dan kurang
rnernberikan dorongan atas inisiatif pribadi.
Apakah teori Piaget akurat? Meskipun pada urnurnnya riset dan studinya
sangat brilian, dan pengarnatannya sangat rnenakjubkan, bukti yang lebih baru
rnenunjukkan kecenderungannya untuk terlalu rnenyederhanakan,. Misalnya,
pernbagian antara tahap praoperasional dan operasional konkret tidak didefi-
nisikan sebaik yang ia pikirkan (Ratcliff, 1988). Beberapa tugas operasional konkret
sesungguhnya terdiri dari beberapa tugas yang lebih sederhana yang bisa
diselesaikan secara individual oleh anak-anak prasekolah. Dernikian juga,
pengalirnatan instruksi yang tepat untuk suatu tugas (bahkan juga tugas rnekanis)
rnenciptakan perbedaan yang sangat besar apakah tugas itu akan bisa diselesaikan
atau tidak. Beberapa tahap percakapan rnungkin tidak bisa diwujudkan sarnpai
anak itu rnernasuki tahun-tahun sekolah. Perkernbangan anak itu lebih rnerupakan
proses yang berkesinarnbungan dari pada sekadar teori tahap perkernbangan -
dengan perubahan besar yang tiba-tiba, seperti dipaparkan oleh Piaget.
Sarna halnya, studi lintas budaya tahap operasional formal telah menuntun
beberapa orang untuk menyimpulkan bahwa budaya tertentu tidak pernah
mencapai tahap ini (Dansen, 1972). Namun, kesimpulan ini didasarkan pada tugas-
tugas yang memerlukan sekolah formal; penggunaan tes operasi formal lainnya
(seperti penggunaan simbol-simbol dan alegori) menyingkapkan bahwa budaya-
budaya lain juga mencapai tahap ini (Mitchell, 1986; McCarron, 1987).

Tahap-tahap ~erkembangan Moral Kohlberg


Berawal dengan teori Piaget, Kohlberg (1983) telah mengembangkan teori
tentang bagaimana anak-anak mengembangkan kemampuan penalaran moral.
Perlu dicatat bahwa Kohlberg tidak terlalu memusingkan diri dengan isi pemikiran

Fokus 10.2.
Menggunakan Teori Kohlberg
Teori Kohlberg dapat membantu kita dalam menganalisis diskusi-diskusi di gereja.
Misalnya, Kohlberg menemukan bahwa orang-orang hanya bisa memahami satu tahap di
atas penalaran yang secara khusus biasa mereka pakai dalam penalaran mereka sendiri.
Jadi, jika anggota kelas Sekolah Minggu mulai menjelaskan keadilan dengan menggunakan
penalaran tahap 3 (yaitu menjadi orang yang baik), anggota kelas yang lain yang
menekankan pembalasan (tahap 2) masih akan bisa memahami argumen itu.
Orang tidak selalu bernalar pada satu tahap secara konsisten; seseorang bisa
berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya, tergantung pada topiknya. Kohlberg melihat
tahap individu yang bersangkutan sebagai tahap terlinggi yang digunakan. Oleh sebab itu,
kita harus berhati-hati dalam menyimpulkan bahwa orang tertentu telah terpaku pada tahap
tertentu. Ia mungkin mampu melakukan penalaran pada tahap yang lebih tinggi dalam
beberapa topik tertentu.
Pertimbangkan situasi yang lain. Anggota gereja bertemu dalam kelompok-kelompok
kecil untuk melakukan doa malam pada hari Rabu. Ketika seseorang menemukan peraturan
pemerintah setempat yang melarang kelompok semacam itu untuk berkumpul di rumah-
rumah pribadi, rapat diadakan untuk membahas masalah itu. Jones berkata gereja harus
berhenti melakukan pertemuan di rumah-rumah karena "kita harus menjadi warga negara
yang menaati hukum". Smith menambahkan, "dan selain itu, kita tidak mau membayar
denda apa pun." Dengan menggunakan teori Kohlberg, kita bisa menyimpulkan bahwa
Jones sedang menggunakan penalaran tahap 4 (hukum dan peraturan), sedang Smith
berada pada tahap 1 (menghindari hukuman).
Teori Kohlberg lebih ban yak membahas struktur daripada isi, sehingga penggunaan
. teorinya semata-mata tidak akan memberikan jawaban terhadap apa yang benar untuk
dilakukan dalam situasi ini. Meskipun Kohlberg menekankan gaya pemikiran yang lebih
relatif dalam tahap-tahap yang lebih tinggi (tidak dijelaskan dalam teks), posisi orang Kristen
menyatakan bahwa hukum dan prinsip-prinsip Allah jauh lebih tinggi daripada hukum
manusia. Jadi, bagi orang Kristen struktur tahap keempat Kohlberg harus dilengkapi dengan
petunjuk Allah melalui penyataan-Nya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

moral (keputusan yang diambil orang-orang), melainkan dengan struktllr


penalaran mereka (cara seseorang sampai pad a keputusan itu).
Kohlberg percaya bahwa anak-anak belum memiliki penalaran moral yang
konsisten sampai mereka memasuki mas a prasekolah; ketika mereka mulai
melakukan penalaran dari orientasi hukuman. Kekuasaan dan kemungkinan
hukuman mempengaruhi alasan anak-anak mengapa tindakan tertentu itu baik
atau buruk. Meskipun beberapa orang dewasa tetap berfungsi pada tahap ini,
sebagian besar orang maju ke tahap berikutnya, di mana keinginan untuk
memenuhi kebutuhan merupakan hal terpenting. Pembalasan (pertukaran yang
adil) menandai tahap ini, alasannya adalah bahwa "Saya akan menggaruk
punggungmu, jika kamu menggaruk punggungku." Tahap ini mungkin ber-
kembang paling awal pad a usia tujuh tahun (Wilcox, 1979, 96). Politisi sering
menggunakan gaya penalaran seperti itu. .
Meskipun seseorang bisa tetap tinggal di tahap ini sampai masa dewasa,
pada umurnnya anak-anak berkembang menuju pendekatan anak perempuan
baik-anak laki-laki baik (good girl-good boy) terhadap penalaran moral, di mana
persetujuan orang lain menjadi sangat penting. Menjadi anak manis merupakan
perhatian utama anak dalam penalaran tentang benar dan salah. Wilcox (1979,
96) menunjukkan bahwa bentuk penalaran ini bisa berkembang paling awal sejak
usia 10 tahun. Mulai usia sepuluh tahun, anak bisa memasuki tahap keempat
Kohlberg, yang terdiri atas orientasi terhadap hukurn dan otoritas. Melakukan
kewajiban seseorang dan memelihara tatanan sosial dipandang penting.
Kohlberg percaya bahwa seseorang bisa melangkah melampaui tahap
keempat (pemikiran konvensional) dan menekankan pada prinsip. Karena tahap
perkembangan moral orang dewasa kurang merniliki penemuan riset yang konsis-
ten (Wolterstorff, 1980, 91) dan menyiratkan pend irian moral yang lebih relatif
Goy, 1983, 91; Clouse, 1985), hal itu tidak akan dibahas di sini.
Orang-orang Kristen telah menyatakan keprihatinan mereka karena teori
Kohlberg lebih menonjolkan struktur pernikiran moral daripada isi keputusan
moral. Apakah ada tempat untuk kemutlakan moral jika struktur merupakan satu-
satunya pusat perhatian? Sesungguhnya kita bisa mengacu pada hidup Kohlberg
sendiri. Kohlberg tampaknya membunuh diri karena tidak tahan menahan rasa
sakit yang membuat dia sangat menderita akibat penyakit yang ia bawa dari
Amerika Tengah (Niebuhr, 1987). Tindakan ini tentu saja sesuai deJ;lgan teorinya
tentang moral yang tidak berisi, tetapi merupakan satu ironi besar bahwa ahli
perkembangan yang masyhur harus mengakhiri hidupnya dengan cara seperti
itu! Sebagai bandingan, kehidupan Kristen tetap memelihara nilai kehidupan
manusia sebagai hal absolut alkitabiah, bahkan di tengah-tengah penderitaan yang
paling berat sekalipun.

Tahap-tahap Iman Fowler


Fowler, membangun karyanya berdasarkan karya Piaget, Erikson, dan Kohl-
berg, telah mengembangkan teori tentang bagaimana iman berkembang. Perlu
dicatat bahwa definisi Fowler ten tang irnan tidak selalu mengacu pada irnan keaga-
maan. Bagi Fowler, iman adalah proses berhubungan dengan hal yang paling
penting dalam kehidupan. Bagi orang Kristen ini dapat berarti Allah, tetapi bagi
orang lain itu bisa berarti sesuatu yang lain Seperti Kohlberg, Fowler lebih menitik-
beratkan pada struktur daripada isi.
Masa bayi ditandai dengan iman pertarna, yang menekankan sikap percaya
seperti dijelaskan oleh Erikson. Sikap percaya merupakan pendahulu iman ketika
anak-anak mulai memisahkan diri mereka dari benda-bend a yang ada di dunia
luar, terutama ibu mereka (Moseley dan Brockenbrough, 1988; Mahler, Pine dan
Bergman, 1975). Pada tahun-tahun prasekolah, tahap pertama yang sesungguhnya,
iman intuitif-proyektif, yang bersifat imajinatif dan tidak dikendalikan oleh logika
mulai berkembang. Anak membentuk gambaran ten tang kuasa yang melindungi
dan mengancam dalam kehidupan, termasuk Allah dan Iblis.
Tahap kedua, iman mitos-harfiah, dimulai selarna tahun-tahun sekolah. Di
sini arti kehidupan terutama disajikan melalui cerita, dengan fakta-fakta yang
dengan jelas dipisahkan dari khayalan dan spekulasi. Fowler memasukkan
beberapa pemikiran Kohlberg dengan menjelaskan Allah sebagai Pribadi yang
menghukum sikap yang buruk dan memberi pahala kepada sikap yang baik.
Selama masa remaja iman sintetis-konvensional mungkin mulai berkembang, yang
menyatukan citra diri yang berbeda untuk menghasilkan identitas yang utuh.
Anak muda tidak melakukan perenungan terhadap fakta-fakta dan karena itu
berpaling pada otoritas jika fakta-fakta yang mereka lihat bertentangan. Selama
masa dewasa mud a, anak-anak memasuki tahap individualistis - reflektif, di mana
keyakinan dan nilai-nilai dievaluasi dengan kritis.
Dua tahap lainnya ditetapkan oleh Fowler, yang akhirnya membawa orang
itu pada iman yang lebih universal. Fowler mengakui bahwa tahap-tahap tertinggi
teorinya, seperti teori Kohlberg, lebih merupakan hasil keyakinan-keyakinan
pencetus teori daripada data yang kuat (Lawrence ,1983). Meskipun mengakui
bahwa pertobatan adalah perubahan isi dan bukan peru bah an tahap perkem-
bangan, ia memberi ruang untuk hal-hal yang bersifat supernatural. Para ahli
lain juga menyatakan bahwa pertobatan itu lebih dari sekadar perubahan isi;
Alkitab menyatakan bahwa melalui pertobatan orang Kristen dijadikan ciptaan
baru, satu proses yang mempengaruhi totalitas kehidupan.

POLA-POLA PERKEMBANGAN ANAK

Perkembangan Pranatal
Meskipun kita bisa mengamati lingkungan keluarga yang membentuk
kepribadian anak harnpir seketika setelah kelahiran, perkembangan sesungguhnya
telah dimulai sejak masa keharnilan. Kepribadian dibangun di atas perlengkapan
fisik dan mental yang kita peroleh dari orangtua kita - dan pada puncaknya dari
Allah. Misalnya, perhatikan perkembangan kecerdasan anak. Meskipun ada fakta
bahwa beberapa anak yang jenius dilahirkan dengan berat hanya beberapa pound
(1 pound = 12 ons) dan beberapa orang yang terbelakang mentalnya memiliki
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

berat badan yang lebih besar pada saat kelahiran, riset menunjukkan bahwa ada
korelasi positif antara berat saat kelahiran dengan IQ. Jelas, gizi yang baik selama
kehamilan (konsumsi protein, kaIsium dan zat besi setiap hari) bisa memberi
kontribusi positif untuk perkerr':Jangan mental anak yang baru dilahirkan. Riset
juga menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu, alkoholdan rokok bisa menim-
bulkan efek merusak pad a bayi dalam kandungan (Hall, Lamb, dan Perlmutter,
1986, 97-98).
Bidang perhatian Iainnya selama kehamilan adalah kondisi emosi si ibu.
Kel·.amilan, terutama selama kehamilan pertama, bisa merupakan pengalaman
yang menimbulkan kecemasan. Merupakan hal yang normal bagi wanita kalau
memiliki perasaan yang bertentangan berkaitan dengan kehamilan. Namun
demikian, merupakan hal berbahaya bagi wanita yang merasabersalah terhadap
perasaan yang bertentangan itu, atau mencoba untuk meyakinkan diri sendiri
bahwa ia tidak memiliki perasaan yang bertentangan itu. Jika ia menekan perasaan
tersebut, hal itu akan menyebabkan perubahan psikologis dalam proses kimiawi
tubuhnya, yang bukan hanya bisa membahayakan kesehatannya, melainkan juga
menimbulkan efek yang mengganggu pada perkembangan fisik dan emosi janin.
Seorang wani~ hamiI seharusnya membicarakan perasaan yang bertentangan
itu dengan suaminya dan orang-orang penting lainnya dalam hidupnya. Akan
bermanfaat baginya jika membicarakan hal itu dengan wanita lain yang juga
mengalami pengalaman yang sarna. Kebutuhan emosi dan rohani wanita yang
hamiI harus dipenuhi dengan cara yang normal untuk menciptakan suasana emosi
yang sehat dalam keluarga ketika bayi itu lahir. Kebutuhan emosi dan rohani
ayah juga tidak boleh diabaikan dalam proses. Seorang bayi sehat yang dilahirkan
dalam keluarga yang sehat merupakan hal ideal yang Allah inginkan.

Bayi yang baru lahir


Kelahiran bisa merupakan pengalaman yang menyenangkan atau
menyedihkan bagi ibu yang melahirkan:. Meskipun proses kelahiran itu sangat
menyakitkan, harapan wanita itu bisa sangat mempengaruhi pengalaman yang
sesungguhnya.

MENYUSUI

Pada umumnya para dokter setuju bahwa air susu ibu jauh lebih bagus
daripada susu botol, terutama selama beberapa bulan pertama kehldupan bayi
itu (Ziai, 1969, 193).
Rumah-rumah sakit modern memberikan kesempatan kepada ibu-ibu untuk
menyusui anaknya jika ibu bayi memintanya. Selama beberapa jam pertama bayi-
bayi tidak mendapatkan banyak susu dari ibu mereka (mereka tidak memerIu-
kannya), tetapi mereka mendapatkan cairan yang mengandung antibodi ibunya
yang melindungi mereka dari infeksi. Susu ibu lebih bagus daripada susu sapi
dalam kualitas protein dan kebebashamaannya (steril). AS! juga tidak mahal. Selain
itu, proses menyusui juga mendatangkan kehangatan emosional baik bagi ibu
maupun bayinya. Hormon-hormon tertentu yang dilepaskan ibu saat menyusui
bukan hanya menyebabkan pinggulnya pulih ke ukuran normal, melainkan juga
berfungsi sebagai zat penenang alami, yang menghasilkan perasaan puas dan
penerimaan terhadap bayinya (Wilson, Beecham, dan Carrington, 1966, 613).
Beberapa metode menyusui lebih bermanfaat daripada metode yang lain.
Studi McGrade (1968) tentang 30 respons be-yi yang baru lahir terhadap proses
menyusui diIanjutkan sampai bayi-bayi berumur delapan bulan. Bayi-bayi yang
menangis dan meronta-ronta ketika mereka dilepaskan dari puting ibunya merasa
tegang pada saat berumur delapan bulan, dan hal itu terlihat dari sikap penarikan
diri mereka terhadap orang dewasa yang asing dan situasi yang baru. Bayi-bayi
yang merasa puas menyusu ketika mereka baru lahir, terlihat dari kegiatan mereka
yang tinggi tetapi tidak tegang setelah dilepas dari puting ibu mereka, lebih aktif
dan lebih bahagia dan tidak tegang ketika mereka berumur delapan bulan.

REAKSllBu

Dalam satu studi menarik oleh Formby (1967), kaset berisi rekaman suara
tangis tiga puluh satu bayi yang baru lahir diputar untuk delapan ibu yang baru
melahirkan selama empat puluh delapan jam. Kedelapan ibu itu bisa memilih
tangis bayi mereka sendiri. Kelompok kedua yang terdiri dari sepuluh ibu yang
tinggal di kamar rumah. sakit multibed (tempat tidur ganda) setelah melahirkan,
diamati guna melihat apakah mereka bangun paJa malam hari saat mendengar
bayi mereka atau bayi lain menangis. Selama tiga malam pertarna, lima belas dari
dua puluh episode bangun disebabkan oleh tangisan bayi ibu itu sendiri. Setelah
malam ketiga, dua puluh dua dari dua puluh tiga episode bangun merupakan
respons ibu itu terhadap bayinya sendiri.
Robson berusaha menganalisis perkembangan perasaan keterikatan dalam
diri lima puluh empat ibu selama tiga bulan pertama kehidupan anak pertarna
mereka. Selama enam minggu pertama, "ibu yang menjadi model itu mengalami
perasaan sayang yang impersonal terhadap bayinya, yang cenderung ia pandang
sebagai objek non-so sial yang anonim" (Robson dan rekan-rekan, 1970, 1976).
Pad a bulan kedua, ketika bayi itu mulai tersenyum dan memandang pada benda-
-benda lebih lama, "perasaan ibu mulai mendalam dan bayi itu sekarang dipandang
sebagai satu pribadi dengan sifat-sifat yang unik yang bisa mengenal ibunya."
Setelah tiga bulan berlalu, "keterikatan ibu sudah cukup kuat sehingga ia merasa
kurang nyaman jika tidak berada di dekat bayinya dan bayangan kehilangan bayi
itu menjadi sesuatu yang tidak bisa dibiarkan", Menurut Robson, "Ibu-ibu yang
mengembangkan keterikatan lebih lambat atau sarna sekali tidak, ada
kemungkinan tidak menghendaki bayi itu atau memiliki bayi-bayi dengan
perilaku yang menyimpang" (hlm. 976). Jelaslah bahwa peristiwa-peristiwa yang
terjadi selama tiga bulan pertama kehidupan bayi akan mempengaruhi perasaan
emosi akhir ibu.
Depresi postpartum mungkin segera dial ami setelah melahirkan dan kadang-
kadang bisa berubah menjadi serius. Wanita yang mengalarni hal itu mungkin
pada awalnya perlu mendapatkan antidepresan, diikuti dengan konseling jangka
panjang untuk membantu mereka menerima status sebagai ibu. Perasaan tertekan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRI STEN 2

yang dialami sebagian besar ibu setelah melahirkan merupakan hal yang wajar.
Bagaimanapun, ibu itu telah kehilangan banyak darah, anemia, dan sekarang
diperhadapkan pada tugas bangun pada malam hari untuk mengganti popok
dan menyusui bayinya. Situasi ini biasanya akan membaik dengan sendirinya
setelah ibu itu mendapat bantuan, makan dengan baik, dan cukup beristirahat.
Bayi juga biasanya mulai memiliki jadwal yang teratur setelah berusia beberapa
minggu. Dokter anak bisa membantu ibu yang cemas untuk mengatur bayi yant7
terlalu ban yak menuntut dengan jadwal yang teratur setelah satu a tau dua bulan.·

Masa Bayi: Lima Belas Bulan Pertama


Menurut Theodore Lidz dari departemen psikiatri di Fakultas Kedokteran
Universitas Yale, "tidak ada periode lain dalam kehidupan seseorang yang begitu
mengubah dirinya secara fisik maupun perkembangan" seperti selama masa
kchamil an. Selain itu, "tidak ada bagian dari pengalaman hidupnya yang akan

Fokus 10.3.
Cacat Lahir
- --l
Beberapa kelahiran membawa masalah buat keluarga, terutama jika bayi yang
dilahirkan cacat. Allah telah merancang fisiologi wanita sedemikian rupa sehingga pacta
umumnya jan in yang tidak normal akan gugur dalam waktu tiga atau empat bulan kehamilan.
Kurang lebih satu kali keguguran terjadi setiap empat atau lima kali kehamilan . Beberapa
bayi dilahirkan dalam keadaan cacat. terutama yang menderita sindrom Down (dulu disebut
mongoloid) . Tanpa melakukan perdebatan apakah hal itu merupakan kehendak Allah yang
bersifat direktif atau permisif, kita bisa memahami bahwa Allah mengizinkan hal-hal seperti
itu terjadi. Mazmur 139 mengatakan bahwa kita dirancang Allah dalam kandungan ibu kita
dan bahwa cetak biru untuk rancangan itu sudah dibuat bahkan sebelum kita dikandung.
Tidak seorang pun bisa mengklaim bahwa ia tahu pikiran Allah (lihat Ul. 29:29), tetapi kita
bisa menyatakan bahwa Allah itu kasih, dan bahwa "Allah turut beke~a dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Rm. 8:28). Orangtua bayi yang cacat sering
melewati beberapa tahap dukacita seperti dialami oleh orang yang ditinggal mati oleh
orang yang ia kasihi: (1) penyangkalan; (2) kemarahan terhadap orang lain dan terhadap
Allah; (3) kemarahan yang diarahkan ke dalam; (4) dukacita yang sejati; dan (5) resolusi.
Pada akhirnya keluarga mungkin harus memutuskan apakah akan menaruh anak yang
cacat berat dalam panti khusus atau merawat anak itu di rumah meskipun kehidupan seluruh
keluarga akan terganggu. Tidak ada jawaban pintas untuk dilema semacam itu. Beberapa
orangtua merawat anak mereka yang cacat mental di panti dan mereka senang mereka
telah melakukan hal itu. Orangtua lain bersyukur mereka merawat anak-anak seperti itu di
rumah mereka sendiri. Kadang-kadang lebih baik anak yang cacat mental berat dirawat di
panti di mana mereka bisa mendapat latihan khusus, dan orangtuanya kadang-kadang
berkunjung jika diperlukan. Dalam situasi yang lain lebih baik anak-anak tetap tinggal di
rumah orangtuanya. (Lihat Juga fokus 8.5.).
Perkembangan Anak
"..,..,,.,~~,~. __ ,,',", ,"'''->'~' / ·.... Xv.·A "b_,~ ~,~,_.

disatukan dengan begitu solid dalarn dirinya, dan menjadi bagian dirinya tanpa
bisa diubah, seperti masa bayinya" (Lidz, 1968, 117). Seperti halnya kurang
merawat tubuh kita bisa menyebabkan kesehatan kita memburuk atau bahkan
kematian, dernikian pula kurang merawat kehidupan so sial kita bisa menimbulkan
perkembangan emosional yang menyimpang dan pertumbuhan intelektual yang
terhambat.
Kurang gizi bisa mempengaruhi kemampuan intelektual puncak bayi
(Cravioto dan Robles, 1965) sebab semua sel saraf dan otak yang akan dirnilikinya
dihasilkan dalarn enam bulan pertarna usianya. Setelah enam bulan, sel-sel otak
mungkin akan terus membesar dan membentuk hubungan yang baru, tetapi tidak
akan ada sel-sel baru yang akan dibentuk. Itulah sebabnya mengapa bayi
membutuhkan banyak protein, terutama dari susu, selama enam bulan pertama
kehidupan. Banyak ibu rniskin yang telah terbujuk untuk menghentikan ASI dan
mengganti dengan susu botol tidak mampu membeli susu; oleh sebab itu, mereka
mengehcerkan susu botol itu atau menambahkan zat lainnya, seperti air guIa ke
dalam botol susu bayinya. Gizi yang buruk selama masa bayi menimbulkan efek
yang permanen. Bahkan program penarnbahan gizi awal biasanya sudah terlalu
terlambat untuk menggantikan kehilangan itu . Selama enam bulan pertama
kebutuhan fisik bayi merupakan hal yang paling dorninan. Setelah itu sosialisasi
dan kasih sayang sarna pentingnya seperti kebutuhan fisik.

STIMUlASI DAN PENGAlAMAN

Dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan aktivitas merupakan kebutuhan


dasar bagi bayi. Spitz (1945, 53-74) menjelaskan apa yang terjadi pad a sejurnlah
bayi yang ditempatkan di panti perawatan anak telantar di Eropa selama Perang
Dunia II. Ibu-ibu mereka diizinkan untuk tinggal bersarna mereka selama tiga
bulan pertama kehidupan mereka, dan selama itu bayi itu berkembang dengan
normal. Kemudian, terpisah dari ibu-ibu mereka, mereka dirawat oleh perawat-
perawat dengan rasio satu perawat untuk menangani delapan sarnpai dua bel as
bayi. Bayi-bayi itu mendapatkan perhatian medis dan makanan yang cukup, tetapi
mereka hanya mendapat sangat sedikit stimulasi, karena perawat-perawat itu
sangat sibuk. Akibat kekurangan stirnulasi itu, 30 persen dari bayi itu meninggal
karena kurang gizi selama tahun pertama. Sebagian besar bayi yang bisa bertahan
tidak bisa berdiri, berjalan atau berbicara saat berusia empat tahun, dan mengalarni
keterbelakangan mental.
Kondisi yang dijelaskan Spitz, di mana bayi tidak mau makan dan menjadi
makin kurus, dikenal dengan sebutan marasmus. Hal itu juga disebut sebagai
kegagalan untuk berturnbuh dengan pesat, dan sering terjadi - bahkan juga di
Amerika (Evans, Reinhart, dan Sucop, 1972). Banyak orangtua bayi yang menderita
marasmus suka menyakiti secara fisik, dan banyak ayah dernikian adalah pecandu
alkohol. Sering bayi-bayi seperti itu diambil dari rumah-rumah mereka secara
legal dan dirawat di panti asuhan. Jika diselamatkan cukup cepat dan diberi
banyak stimulus fisik, beberapa bayi pulih dan mungkin hid up relatif normal
sesudah itu.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Pentingnya stimulasi, dan jenis


stimulasi yang benar, juga ditunjukkan
oleh berbagai binatang. Anjing-anjing
yang pada waktu kecil dikurung di kan-
dang, misalnya, akan mengembangkan
perilaku yang tidak noma! ketika mereka
dewasa (Melzack, 1969). Ketika anjing-
anjing itu diizinkan meninggalkan
kandang mereka ketika ia sudah agak
dewasa, mereka menunjukkan dorongan
perilaku yang berlebihan. Mereka berlari
berputar-putar secara tiba-tiba dan liar
dan berkeliling ruangan serta berpindah
dari satu benda ke benda lainnya, dan
jarang memberikan perhatian yang cukup
'Saya kira And amencapai prestasi yang luar lama pada satu benda tertentu. Mereka
biasa di sini. Kami mengganti popoknya lebih
tidak bisa bergaul baik dengan anjing
dari delapan kali dalam waktu satu jam!'
yang dibesarkan dengan normal. Dalam
' - - - - - - - - - - - - - - - - - ' studi lainnya, Solomon (1969) menunjuk-
kan bahwa tikus-tik~s yang dipegang setiap hari, pada masa awal kehidupannya,
memiliki respons antibodi yang jauh lebih kuat terhadap infeksi daripada tikus-
tikus yang tidak pemah dipegang pada masa awal kehidupannya.

IBU DAN PENGGANTI IBU

Kaufman dan rekan-rekan menunjukkan bahwa "kehilangan ibu merupakan


hal yang sangat mengganggu bagi bayi dan menimbulkan respons pencarian dan
kegelisahan. Ibu pengganti berfungsi sebagai pereda stres, yang tingkat keefek-
tifannya sebagian tergantung pada seberapa besar sikap keibuan yang ia tunjukkan
dan sebagian pada sifat khusus ikatan kepada ibu itu". Jika kehilangan ibu bayi
itu tidak ditangani, "bayi itu segera akan mengalami keadaan depresi dan
penarikan diri yang berat yang tarnpaknya dirnaksudkan untuk membatasi sum-
her dayanya dan memperkecil bahaya terluka" (1969, 681-695).
Studi Erikson menunjukkan bahwa ibu pengganti yang baik cukup memadai
selama enam bulan pertama kehidupan dan seterusnya, tetapi setelah itu,
hubungan yang dekat dengan ibu sangat penting.
McDanald (1967, 74} menyatakan bahwa "penerimaan ibu tanpa syarat
terhadap bayi merupakan prasyarat untuk penerirnaan diri sendiri yang sehat
yang memampukan dia untuk melakukan yang terbaik dari dirinya dalam
kerangka kerja kekuatan dan keterbatasan pribadinya, baik secara fisik maupun
mental". Selain itu, "anak yang dikasihi tanpa syarat memiliki hati nurani yang
baik, mengalami kekhawatiran yang normal dan relatif bebas dalam memilih
tindakannya". Sebaliknya, bayi yang dikasihi dengan syarat, pad a saat bertarnbah
dewasa, akan "memiliki hati nurani yang terbatas atau 'jelek' dan mengalami
kuantitas kekhawatiran yang tidak semestinya, sikap permusuhan dan rasa
Perkembangan Anak
" • .,_ ...... ' _ .......... ~ ..... ".,~. _ _ <,~~, ".~", ••• ".. _....,."','". ' ' ' ' ~_ ~·N' A • '" _", ~."

bersalah yang menimbulkan berbagai bentuk perilaku kompulsif dari karakter


sosial atau antisosial." Banyak orang percaya bahwa pada saat anak-anak cukup
besar untuk pergi ke sekolah, sebagian besar struktur karakter mereka sudah
terbentuk. Anak yang sehat emosinya dan reflektif akan semakin diperkaya dengan
berhubungan dengan ternan sekelas, guru-guru dan informasi yang didapat.
Namun anak yang dipenuhi kekhawatiran, yang takut terhadap hal yang tidak
diketahui, akan merasa terancam oleh hubungan antarpribadi dan lingkungan
yang baru. McDanald (1967, 69) menyimpulkan bahwa "orang yang mencapai
kedewasaan dengan perasaan bahwa hidup itu telah ramah terhadapnya ingin
membalas memberikan sesuatu darinya untuk kehidupan".
Meskipun beberapa ibu harus bekerja di luar rumah, sebaiknya mereka tidak
memberikan benda materi kepada anak-anak, sebaliknya mereka bisa memberi
sesuatu yang lebih penting. Anak-anak yang cacat dan terbelakang, bahkan
melebihi anak-anak yang tidak cacat, memerlukan kasih dan penerimaan tanpa
syarat dari ibunya untuk mempersiapkan mereka menghadapi apa yang harus
mereka hadapi ketika mereka cukup besar untuk masuk sekolah. Kelompok anak-
anak lainnya yang sangat membutuhkan ibu mereka adalah anak-anak yang
dirawat di rumah sakit. Studi menunjukkan bahwa anak-anak muda yang ibunya
jarang datang dan menghabiskan banyak waktu dengan mereka di rumah sakit
memiliki angka kematian yang jauh lebih tinggi.
Harry dan Margaret Harlow (1965), tim riset suarni dan isteri, memisahkan
sekelompok monyet dari ibu mereka dan menaruh mereka dalam situasi dengan
dua ibu irnitasi. Satu "ibu" terbuat dari kawat dengan alat pemberi makan (botol
bayi yang penuh susu) yang ditempelkan padanya. "Ibu" satunya terbuat dari
kain handuk yang lembut; tanpa alat pemberi makan yang ditempelkan. Monyet-
monyet itu akan pergi minum susu dari ibu kawat, tetapi akan lari menuju ibu
hand uk yang lembut pada saat mereka ketakutan. Kedua kelompok monyet itu,
ketika menjadi dewasa, punya problem dalam berpasangan dan suka menyiksa
anak mereka karena mereka tidak mendapatkan kasih sayang ibu .

. ADAPT AS! PERKEMBANGAN

Meskipun bayi manusia mungkin adalah makhluk ciptaan Allah yang pal-
ing tergantung, mereka harus mengembangkan respons terhadap stimulus dari
lingkungan; belajar mengendalikan fungsi tubuh secara normal; seperti makan,
membuang kotoran dan tidur; adaptasi terhadap penyakit fisik dan perubahan
perilaku utarna seperti disapih; hidup sesuai harapan sosial yang semakin mening-
kat yang ditanamkan orangtua; dan menghadapi mode mobilitas yang semakin
cepat berkembang (merangkak, berdiri, berjalan).
Collins (1971, 4) mencatat bahwa bidang problem fisik bayi dan ibu mereka
berkisar antara "memberi makan, menyapih, tidur, mengisap jempol, menangis
secara berlebihan dan yang terakhir, latihan kebersihan". Ia menyebutkan bahwa
"pada masa lalu, ibu mendapat dukungan, dorongan dan nasihat tentang hal-hal
ini dari saudara yang lebih berpengalaman dan menaruh simpati, tetapi semua
itu telah berubah dengan mobilitas keluarga pad a masa kini. Di Amerika Serikat
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Gambar 10.2. Perkembangan anak (1·15 bulan)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Umur (bulan)
Kotak berwarna menunjukkan lingkup di mana sebagian besar bayi Ielah mencapai prestasi yang disebutkan.
I Gari~_hitam menunjukkan usia di mana 50 persen bayi sudah mencapainya. _ .

kurang lebih satu keluarga diantara empat pindah setiap tahun. Sekarang saudara-
saudara sering kali tinggal berjauhan dan orangtua yang masih muda yang tinggal
dalam masyarakat yang kurang begitu dekat hubungannya, harus lebih banyak
bergantung pada buku-buku dan artikel-artikel - yang sebagian memberikan
nasihat yang membingungkan dan saling bertentangan.
Perkembangan anak lebih diperumit oleh orangtua yang terlalu khawatir
atas hal-hal yang sama sekali normal - terutama dengan anak pertamanya. Misal-
nya, mengisap jempol, bermain dengan organ seksnya, dan "selimut keamanan"
merupakan cara yang normal bagi bayi untuk mendapatkan kesenangan. Bayi
yang tidak mendapatkan kepuasan dari hal-hal seperti itu mungkin menjadi
frustrasi dan mer as a semakin tidak aman.
Orangtua juga bisa khawatir bahwa berbagai stres psikologis kedl akan
melukai kesehatan mental bayinya, me&kipun dalam kenyataan stres dalam
tingkatan tertentu justru bermanfaat bagi bayi. Lidz (1968, 88) menyatakan bahwa
"sikap terlalu melindungi atau perkembangan dalam lingkungan yang terlalu
stabil dan homogen cenderung menghasilkan orang yang tidak menarik. Seperti
tampak dalam pengalaman sehari-hari, kesulitan bisa memperkuat seseorang;
trauma bisa menghasilkan pertahanan yang bisa berfungsi dengan baik ketika
menghadapi keadaan darurat lainnya; kerugian bisa membuat dirinya kuat."
Selama bulan pertama kehidupan, bayi-bayi belajar dengan mengulang
gerakan refleks bawaan, seperti menyedot susu, menan gis, mengedipkan mata
dan bernapas. Dahlin bulan kedua, bayi belajar bahwa mereka bisa mengendalikan
beberapa res pons otomatis mereka secara sukarela. Mereka menempelkan jempol
mereka di mulut mereka, menatap dengan tajam, menyedot susu, dan membuat
suara-suara menurut kehendaknya. Selama enam atau tujuh bulan berikutnya,
mereka belajar bermain, menunjukkan emosi, meniru dan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menyelidiki berbagai objek dengan menempelkannya pad a
mulut mereka dan mengusapnya. Mendekati akhir tahun pertama, mereka bisa
merangkak ke mana-mana dan mungkin sudah mulai bisa berjalan. Bayi-bayi
berusaha mengalarni segala sesuatu yang tersedia; itu berarti bahwa orangtua
harus menyingkirkan benda-benda yang berbahaya dari dalam rumah. Pada
umurnnya rumah tangga di Amerika memiliki sejurnlah zat beracun atau obat-
obatan yang terjangkau oleh bayi yang senang menyelidik, seperti pelitur mebel,
aspirin, insektisida, dan obat-obatan dari resep. Penyebab utama kematian bayi
adalah kecelakaan, terutama kecelakaan di dalam rumah atau kelebihan dosis
obat. Namun orang-tua hams menyadari bahwa bayi yang terus-menerus dipukul
tangannya karena memasukkan benda-bend a ke dalam mulutnya bisa bertumbuh
menjadi orang dew as a yang kaku dalam pemikirannya dan takut mencoba ide-
ide yang bam.
Bayi yang berusia rata-rata satu tahun bisa berkata satu atai.! dua kata, seperti
"dada" dan "mama", meskipun beberapa bayi mungkin bisa mengucapkan lebih
banyak kata dan yang lain belum mulai berbicara. Kecepatan perkembangan
bicara, kecuali sangat terlambat, bukan petunjuk akhir IQ. Rasa takut terhadap
orang asing dan binatang biasanya berkembang sampai akhir tahun pertama.
Beberapa anak mungkin takut terhadap permukaan air yang luas, seperti laut,
ketika mereka melihatnya untuk pertama kalinya. Rasa takut terhadap ketinggian
sering kali dipelajari setelah jatuh dari tempat tidurnya beberapa kali.

Masa Belajar lalan: Lima belas bulan sampai tiga puluh bulan
Selama masa belajar berjalan kebutuhan akan disiplin berkembang dengan
pesat. Masa antara 15 - 30 bulan mungkin merupakan masa yang paling sulit
bagi orangtua mana pun. Anak mereka sudah mendapatkan keterampilan motorik
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

baru yang luar biasa, tetapi masih memiliki kemampuan mental yang kurang.
Kapasitas mental utama tampaknya adalah keingintahuan yang tidak pernah
terpuaskan terhadap segala sesuatu yang dikatakan orangtuanya "tidak, tidak" .
Tentu saja, dengan menyingkirkan banyak "tidak, tidak" irti, orangtua bisa meng-
izinkan a tau bahkan mendorong anak-anak yang baru belajar berjalan untuk meng-
ikuti kecenderungan alarniah mereka untuk menyelidik.

DISIPLIN

Orangtua perlu mendorong sikap mandiri dalam diri anak mereka. Namun
pada waktu yang sama mereka harus mengajar anak-anak mereka yang baru
belajar berjalan unhtuk menghormati batas-batas dan menolak kepuasan sesaat.
Dalam bulan-bulan yang penting ini, ibu yang terlalu dominan, terlalu menuntut
dan terlalu protektif bisa menghalangi anak itu dalam usaha inengembangkan
kepercayaan diri, harga diri dan inisiatif. Perasaan tidak berharga mungkin muncul
dari sikap hidup yang tidak sesuai harapan orangtua terus-menerus.

Fokus 10.4.
Keturunan, Lingkungan, dan Disiplin
Debat antara faktor lingkungan dengan faktor keturunan telah berjalan selama
bertahun-tahun, dengan pendulum pendapat yang berayun ke sana atau ke sini. Selama
dua generasi Y.ang lalu, faktor keturunan ditekankan secara berlebihan . Pemikiran yang
salah seperti itu terus berlanjut sampai saat ini dalam lingkungan tertentu. Generasi
berikutnya cenderung menyalahkan hampir segala sesuatu pada lingkungan dan
mengabaikan pengaruh keturunan. Setelah berjilid-jilid data rise! terus bertambah, para
ahli sekarang mengambil sikap yang baru baik terhadap faktor keturunan maupun ling-
kungan. Sebagian besar aspek tubuh dan pikiran man usia dipengaruhi oleh faktor keturunan
dan lingkungan.
Alkitab sepenuhnya realistis terhadap sifat anak. Anak-anak tidak dilahirkan dalam
keadaan moral yang "baik", tetapi dengan kecenderungan bawaan untuk berbuat dosa,
untuk memberontak terhadap Allah. Tentu saja orangtua juga dilahirkan dengan cara yang
sama, namun melalui kasih karunia Allah yang menyelamatkan, orangtua bisa memberikan
contoh-contoh yang baik untuk anak-anak mereka. Anak-anak harus diajar berbuat baik.
Firman Allah memberi tahu kita bahwa "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi
tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya" (Ams. 22:15). Meskipun kita mewarisi
sifat berdosa, melalui disiplin kita belajar untuk menjadi baik. Kaplan dan Saddock (1975,
580) mengakui bahwa "secara khas anak-anak belajar untuk berkata tidak sebelum ia
belajar berkata ya. Ia tahu apa yang tidak ia inginkan jauh sebelum ia bisa menyusun apa
yang ia inginkan·. Studi Piaget meneguhkan bahwa perilaku moral dipelajari, dan bahwa
anak-anak tidak dilahirkan dengan kondisi moral yang baik. Anak-anak muda berusaha
meniru dan menyenangkan orangtua mereka untuk menghindari hukuman karena bersikap
buruk, da~ mendapatkan persetujuan karena bersikap baik.
Ban yak referensi dalam Kitab Amsal menekankan disiplin sebagai bagian yang penting ,
dalam perkembangan anak. ·
Dalam mendisiplin anak dan menentukan batas-batas yang tegas, orangtua
harus realistis terhadap apa yang bisa dicapai anak dalam usia tertentu. Anak
sulung qengan orangtua yang belum berpengalaman yang tidak tahu apa yang
bisa. diharapkan secara realistis biasanya mengalarni masa-masa yang lebih sulit

Fokus 10.5.
Problem Umum pada Saat Anak Belajar Berjalan
Problem Saran
Tidak mau makan Mungkin ini merupakan perilaku manipulatif atau sungguh-
sungguh tidak suka. Jika jenis makanan penting bagi anak,
orangtua bisa memberikan hanya makanan itu saja kepada anak
selama beberapa hari. Orangtua tidak perlu marah, sebaliknya ia
sekadar menyingkirkan makanan itu jika anak mulai bersikap
negatif dan berlama-lama. Tidak makan satu atau dua kali tidak
akan membuat anak sakit. Snack di antara waktu makan tidak
boleh diberikan kecuali anak makan makanannya secukupnya.
Kempongan Kempongan tidak boleh diikatkan melingkar di leher, karen a ada
kemungkinan anak-anak akan tercekik jika ia terjatuh. Kempongan
yang sudah rusak harus diganti karena ujung karetnya mungkin
sudah kendor sehingga bisa mencekik anak. Kempongan
membantu memberikan kepuasan oral yang dibutuhkan anak.
Mengisap jempol Anak-anak yang mengempong selama dua tahun pertama
mungkin tidak akan mengisap jempol terlalu lama pada waktu
kemudian. Tindakan mengisap jempol bisa diabaikan karen a anak-
anak biasanya menghentikan perilaku itu pada saat mereka mulai
masuk sekolah . Beberapa orang percaya bahwa tindakan
mengisap jempol setelah usia empat tahun mungkin menunjukkan
bahwa anak itu hanya mendapat sedikit perhatian selama masa
bayi. Gigi yang tonggos jarang merupakan akibat mengisap jempol.
Bermain alat kelamin Orangtua sebaiknya mengabaikan hal itu kecuali jika dilakukan di
depan umum. Anak-anak yang didisiplin karena melakukan hal
ini mungkin akan mengembangkan konsep seksual yang buruk
pada masa kemudian. Bermain alat kelamin merupakan bagian
alamiah untuk menyelidiki tubuhnya pada usia ini. Jika anak-anak
bertanya tentang alai kelaminnya, orangtua seharusnya mem-
berikan jawaban yang jujur dengan menggunakan istilah yang
tepa! (seperti vagina, penis, urine, dsb.)
Keegoisan Fondasi untuk sikap berbagi harus diajarkan selama masa anak
belajar berjalan. Orangtua harus memuji anak atas sikapnya yang
tidak egois, maupun memberikan contoh yang baik. Orangtua juga
harus mengajar anak-anak tentang akibat mencuri, mungkin
melalui cerita-cerita dengan topik ini.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSElING KRISTEN 2

daripada ternan sebayanya. Kebanyakan anak sernacarn itu akan rnenjadi orang
yang perfeksionis, seperti rnungkin terlihat dari fakta bahwa 15 orang dari 16
astronot pertarna Arnerika adalah anak sulung. Konseling bisa rnernbantu orangtua
yang belurn berpengalarnan untuk rnengetahui apa yang bisa diharapkan,
rnisalnya, dengan rnernperhatikan latihan kebersihan. Beberapa ibu berusaha
rnelatih anak rnereka rnelakukan kebersihan setelah rnereka rnencapai usia satu
tahun, rneskipun rata-rata anak secara neurologis belurn siap sebelurn berusia
delapan belas bulan sarnpai lebih dari empat tahun.
Sebelum anak berusia tiga puluh enarn bulan, setiap usaha untuk melakukan
penalaran pada level abstrak dengan anak hanya sekadar memboroskan waktu.
Tf'~...:c"n verbal kadang-kadang sudah cukup, tetapi jika anak memberontak secara
terbuka, pukulan mungkin merupakan bentuk disiplin yang paling efektif.
Pukulan hanya boleh dipakai jika anak secara sengaja melanggai peraturan atau
memberontak secara terbuka. Namun orangtua sering kali merasa frustrasi setelah
rnereka mernukul anak atas ketidaktaatan yang terang-terangan, mereka
menemukan bahwa anak itu mengulang perilaku yang sarna lima menit kemudian.
Hal yang benar untuk dilakukan adalah dengan sabar rnernukul anak itu lagi,
dan jangan rnerasa putus asa. Anak-anak dalam masa belajar berjalan hanya
merniliki rentang waktu perhatian dan memori yang pendek. Orangtua yang
menyadari karakteristik usia anak itu tahu bahwa instruksi "lakukan dan jangan
lakukan" perlu diulang-ulang beberapa kali sebelum anak memaharni hal itu.
Meskipun perilaku anak mungkin menjengkelkan, terutama saat mereka
merusakkan benda-benda berharga atau rnembuat ruangan menjadi berantakan
sehingga sulit dibersihkan, hal yang dibutuhkan oleh anak pada tahap kehidupan
ini adalah orangtua yang tenang.
Beberapa orangtua rnengancarn anak-anak dengan hukuman tetapi jarang
menindaklanjuti. Anak-anak semacam itu akan menjalani kehidupan dengan
mencoba hal-hal yang salah tanpa takut akan mendapat hukurnan. Dalarn
kehidupan nyata, rnereka tidak akan rnenerirna peringatan dan rnungkin akan
tertangkap setelah pelanggaran pertama, kedua atau ketiga.

SOSIALISASI

Dalam usia kurang lebih dua tahun, anak-anak yang baru belajar berjalan
sudah rnempunyai kepercayaan dasar yang cukup sehingga bisa rnengernbangkan
hubungan dengan anak-anak lain, termasuk kebebasan untuk menyatakan dan
menonjolkan dirinya, bahkan dengan cara-cara yang tidak dewasa. Kehadiran
anak-anak lain setelah usia dua tahun sangat penting, karena anak-anak secara
neurologis dan emosional sudah siap untuk belajar keterarnpilan sosial.
Setelah berusia lima belas bulan, ketika sebagian besar anak rnenggunakan
kata-kata tunggal untuk menyebut orang atau benda yang sudah dikenal, seperti
"marna", "dada", "anjmg", "makan", rnereka juga mengeluarkan kata-kata yang
tidak ada artinya. Akhirnya mereka mulai rnenyatukan dua kata atau lebih
bersarna-sarna, sehingga rata-rata anak bisa bercakap-cakap dengan kalirnat yang
cukup baik ketika berusia tiga tahun, yaitu pada akhir usia belajar berjalan.
Perkembangan Anak
....."", ,,-"
,;~.~", .....
"~.,.:,,,~,..- '"

Perkembangan bahasa tergantung pada seberapa baik orangtua berbicara kepada


anak dan kehadiran kakak-kakaknya. Mengucapkan pikirannya dan berbicara
pada diri sendiri merupakan perilaku yang normal bagi anak-anak yang baru
belajar berjalan.
Merupakan hal yang normal bagi anak-anak yang baru belajar berjalan untuk
mempunyai ternan-ternan irnajiner. Hal itu membantu mereka belajar berbicara.
Kehidupan khayalan mereka membantu mereka menangani konflik perkem-
bangan yang mereka alarni dengan cara yang tidak begitu mengancam dibanding
kehidupan nyata. Mungkin merupakan hal yang baik kalau meneguhkan realitas
dan khayalan dengan mengatakan, "Berpura-pura itu menyenangkan, bukan?"
Perpisahan yang cukup lama dengan ibu selama anak belajar berjalan bisa
merugikan. Banyak anak di Amerika pad a saat ini yang dititipkan di panti
penitipan anak. Beberapa panti itu merugikan kesehatan mental utama anak dan
pandangannya terhadap kehidupan. Panti penitipan anak yang baik merniliki
staf yang andal sehingga bisa memberikan program yang bermanfaat untuk anak-
anak. Namun tanpa subsidi pemerintah atau subsidi lainnya, panti itu biasanya
terlalu mahal bagi kaurn ibu yang bekerja pad a umurnnya. Panti penitipan yang
baik seharusnya merniliki paling sedikit satu anggota staf yang hangat, mengasihi,
dan mudah menyesuaikan diri untuk setiap empat atau lima anak.

Masa Prasekolah: Usia Tiga sampai Enam Tahun


Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia tiga
tahun, anak-anak mengalarni banyak rasa takut - terhadap binatang, monster
dan mungkin juga terhadap "serigala besar yang jahat" . Karena mereka
mempunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan khayalan, mereka
perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orangtua mereka. Anak masa prasekolah
juga merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang dan sayang.
Orangtua seharusnya memperkenalkan anak-anak prasekolah dengan anak-
anak seusianya. Dalam usia tiga tahun, anak-anak jarang berinteraksi dengan anak-
anak lain yang bermain di ruangan yang sarna. Namun permainan paralel
semacam itu akan segera berakhir ketika anak-anak mulai berinteraksi. Akhirnya
anak-anak prasekolah tidak terlalu berpusat pada diri sendiri lagi dan belajar
merasa empati pada orang lain. Pada tahap ini, sekolah Taman Kanak-kanak
dengan staf yang bagus bisa memberi fasilitas untuk perkembangan sosial. Dua
atau tiga hari serninggu jauh dari ibunya akan berakibat positif bagi anak-anak
dan memberi kesempatan kepada ibu untuk beristirahat. Collins (1971, 50)
menyatakan bahwa permainan pada masa anak-anak memberi kesempatan untuk
menyalurkan energi; memberikan stimulasi yang diperlukan; membantu anak-
.anak mengembangkan keterampilan motorik; dan memampukan anak-anak untuk
memerankan dan belajar memaharni peranan orang dewasa.
Antara usia tiga dan enam, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata
mereka dan mulai bernalar dengan konkret. Namun mereka tetap hidup dalam
dunia yang keci!. Mereka masih berpikir bahwa sebagian besar peristiwa pada
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu
seperti cara mereka.
Selama masa-masa yang penting ini, anak-anak mengambil langkah besar
untuk bersikap mandiri. Mereka belajar makan sendiri dan memotong-motong
makanannya sendiri di piring mereka. Mereka mulai berpakruan sendiri, biasanya
dengan petunjuk orangtua tentang apa yang harus dipakai dan bukan tentang
bagaimana memakainya. Mereka sudah terlatih menjaga kebersihan, dan
menggunakan kamar mandi jika mereka membutuhkan dan setelah itu
membersihkan diri sendiri. Mereka tidak lagi terlalu bergantung pada ibu mereka
secara sosial karena mereka mulai mempunyai banyak ternan.
Tahun-tahun prasekolah merupakan tahun-tahun ketika identitas seksual
diteguhkan. Anak-anak membutuhkan orangtua yang sejenis untuk mengiden-
tifikasikan diri dan meneladani mereka. Waktu yang dilewatkan dengan anak-
anak pra-sekolah harus bersifat kuantitatif dan kualitatif. Meskipun orangtua harus

Fokus 10.6.
Orangtua Tunggal
lbu dan ayah, yang masing-masing punya harga diri, karakter, dan kasih yang mumi,
dan menunjukkan sikap saling menghormaU dan mengakui Kristus sebagai kepala rumah
tangga mereka, cenderung menghasilkan anak-anak yang sehat mentalnya dengan harga
diri, karakter, dan kasih yang murni satu dengan yang lain.
Meskipun oleh kasih karunia Allah keturunan yang sehat mentalnya bisa juga berasal
dari keluarga orangtua tunggal, anak-anak ini mungkin memiliki masalah khusus akibat
perpisahan orang-tuanya, antara lain kekhawatiran, dukacita, kemarahan, identitas diri,
kesepian, dan identitas seksual diri yang buruk. Tragisnya, jutaan anak di Amerika saat ini
hidup dalam rumah tangga tanpa ayah.

Anak-anak di Amerika yang berasal dari keluarga yang retak semakin meningkat
jumlahnya. Anak-anak itu telah melihat salah satu atau kedua orangtuanya bersikap egois
dan sombong. Sering kali jal~n keluar yang mudah untuk pasangan yang mengalami konflik
pernikahan dan psikologis itu adalah bercerai dan menikah lagi, dan akan menghasilkan
Perkembangan Anak

menghindari tugas-tugas peniruan, menyuruh anak laki-laki membantu ayah


mereka dengan tugas-tugas rumah tangga dan anak perempuan membantu ibu
mereka akan membantu proses identifikasi seksual.
Selama tahun-tahun ini pada urnumnya anak-anak melalui tahap pemikiran
bahwa mereka akhirnya akan menggantikan orangtua yang sejenis dengan meni-
kahi orang-tua yang berlainan jenis dengannya.
Orangtua harus memberikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak laki-
laki dan perempuan, tetapi mereka harus menghindari stimulasi yang berlebihan
terhadap anak-anak prasekolah. Anak-anak yang lebih muda bisa terus mengikut
orangtua mereka ketika mereka berpakaian, menggunakan toilet, atau mandi, dan
bahkan tidur di tempat tidur yang sama, tetapi orangtua harus dengan lembut
tetapi tegas meminta mereka menghentikan kegiatan itu. Anak-anak prasekolah
biasanya tidak akan terlalu keberatan, dan akan menuntut privasi mereka sendiri.

dua keluarga, dan bukan hanya satu, dengan konflik pemikahan dan psikologis dengan
anak-anak yang terluka di antara rnereka. Satu studi (Cline dan Westman, 1971} terhadap
115 keluarga yang rnengalarni perceraian rnenunjukkan bahwa 52 persen tetap rnerniliki
interaksi yang berrnusuhan bahkan setelah perceraian itu terjadi, dan 31 persen
membutuhkan intervensi pengadilan dua sarnpai sepuluh kali selarna rnasa tindak lanjut
selarna dua tahun. Studi itu juga rnenunjukkan bahwa persekongkolan antara satu orangtua
dengan anaknya rnenentang orangtua lainnya rnerupakan hal yang urnurn.
Riset lebih baru yang dilakukan oleh Wallerstein dan Blakeslee (1989} rnenunjukkan
bahwa hanya 34 persen anak-anak yang orangtuanya bercerai bisa rnenyesuaikan diri
dengan baik; 29 persen bisa rnengatasi hal itu tetapi tidak bisa pulih; 37 persen lainnya
rnengalarni rnasalah yang berat. Pengaruh tersebut terus berlanjut sarnpai sepuluh tahun
setelah perceraian . Cukup banyak anak yang tetap rnengalarni kesep ian dan
ketidakbahagiaan secara urnurn bahkan dalarn kategori "bisa rnenyesuaikan diri dengan
baik".
Angka perceraian yang tinggi di Arnerika rnernisahkan banyak anak dari ayahnya.
Karen a ibu yang bercerai sering kali terpaksa harus bekerja, anak-anak juga tidak rnerniliki
hubt 1ngan yang stabil dengan ibu rnereka. Tidak rnengherankan jika firrnan Allah berkata,
"Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan rnanusia." (Mrk.
10:9}.
Kadang-kadang kernatian anggota keluarga rnenyebabkan anak-anak yang baru
· belajar berjalan kehilangan salah satu atau kedua orangtuanya. Dalarn kondisi ini kakek -
nenek, anggota keluarga yang lain, atau ternan-ternan dekat harus rnernbantu anak yang
baru belajar be~alan itu untuk rnernbangun kernbali hubungan yang dekat ala orangtua
sesegera rnungkin , bahkan sekalipun keluarga atau ternan dekat itu tidak tinggal dalarn
rurnah yang sarna
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 10.7.
Masalah Umum Anak Masa Prasekolah
Masalah Saran
Kemarahan Banyak anak prasekolah yang mengungkapkan kemarahan
secara tiba-tiba. Oalam hal ini orangtua jangan memberikan apa
yang dimiota anak sebagai tanggapan terhadap kemarahannya
itu, sebab hal itu akan dipandang anak sebagai pahala. Orang-
tua harus mengabaikan kemarahan pertama anak. Jika usaha ini
tidak berhasil untuk meredakan kemarahannya, orangtua perlu
berbicara dengan tegas. Dalam beberapa kasus anak perlu
dipukul.
Cacat Sikap orangtua dan perkembangan anak secara umum bisa
sangat dipengaruhi oleh kondisi cacat (Bentovim, 1972). Anak
cacat bisa menjadi terlalu bergantung dan menarik diri. Orang-
tua dan anggota keluarga lainnya yang merasa kasihan terhadap
anak itu mung kin akan membiarkan anak itu bersikap begitu, tetapi
hal itu akan menimbulkan masalah perilaku. Anak yang cacat
harus didorong untuk sebisa mung kin mandiri, tanpa menyangkal
kondisi cacatnya.
Kegemukan . Kegemukan menghancurkan citra diri anak dan membuatnya
diejek teman-temannya, jadi orangtua harus mencegah masalah
itu dengan risiko apa pun. Memberi anak terlalu ban yak makanan,
kemudian meminta mereka "untuk membersihkan piringnya" bisa
menyebabkan kegemukan.
Mengmpol Masalah ini biasa untuk anak masa pra-sekolah, tetapi itu akan
menjadi masalah besar jika masih berfanjut sampai masa sekolah.
Kurang lebih 16 persen anak-anak kadang-kadang masih
mengompol setelah berumur 5 tahun (Rae-Grant, Carr, dan
Berman, 1983, 181). Orangtua tidak boleh mengolok-olok anak
yang masih mengompol; sebaliknya ia sebaiknya menyuruh anak
itu untuk membersihkan tempat tidurnya setiap kali hal itu terjadi.
Berak di celana Enkopresis, seperti halnya mengompol, juga merupakan hal yang
normal untuk anak masa prasekolah. Jika hal ini terus berlanjut
setelah umur 4 tahun, orangtua bisa melakukan konsultasi dengan
ahli psikologi. Kadang-kadang mengompol atau berak di celana
merupakan masalah medis, yang bisa diobati dengan obat-obatan
tertentu.
Menggigit jari Anak yang masih suka menggigit jari pada usia ini merupakan
hal yang normal. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, anak perlu
ditawari pahala; namun hukuman untuk hal ini tidak disarankan. 1

I
Gerenyel Perilaku seperli gerakan liba-liba yang lidak panlas, seperli
mengedipkan mala dan berdehem lerus-menerus disebul
gerenyet. Orang ilu mungkin memerlukan konseling karena
perilaku ini biasanya disebabkan oleh konflik emosional yang
mendasarinya. Gerenyel lersebul akan hilang dengan sendirinya
jika konflik lersebul diselesaikan (Freedman, Kaplan, dan
Saddrock, 1975, 1398-1399). Pengobatan mungkin juga dipakai
unluk mengalasi masalah itu sementara.
Gagap Gagap pada anak pra-sekolah dipandang normal dan biasanya
akan hilang saal anak itu berumur enam tahun. Gagap biasanya
disebabkan oleh ketidakmatangan neurologis. Orangtua sebaiknya
mengabaikan hal ini kecuali hal itu berlanjul sampai masa sekolah.
Makin ban yak diberi perhatian, masalah ini justru makin bertambah
parah.
Rasa takul Rasa takut terhadap binatang sangat biasa selama usia ini dan
dan masalah lidur tidak perlu terlalu dikhawatirkan . Orangtua harus meyakinkan anak
itu berulang-ulang. Mimpi buruk dan teror malam mungkin
merupakan akibat konflik emosional. Dalam beberapa kasus,
dibutuhkan pengobatan, terulama dengan teror malam di mana
anak-anak berteriak dan meronta-ronla letapi tidak bangun. Lampu
malam mungkin bisa membantu. Anak-anak harus didorong unluk
kembali ke kamar mereka lagi, dan jangan tidur di kamar orang-
lua. Men gig au merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak
kecil. Jika itu terjadi berulang kali, mungkin dibutuhkan
pengobatan.
Depresi Depresi merupakan hal yang biasa dialami setelah anak
kehilangan oranglua alau benda yang dikasihi. Depresi sering
kali muncul dalam benluk penarikan diri, kesedihan yang berlarut-
larut dan peningkatan atau penurunan lingkat aktivitas yang
mencolok. Mungkin dibutuhkan konseling; kadang-kadang obat
antidepresan dengan dosis rendah bisa diberikan.
Sires Sekolah Minggu, pindah ke rumah yang baru, kunjungan ke dokter
gigi atau ke dokter, alau kelahiran adik mungkin menyebabkan
sires yang cukup beral bagi anak. Oranglua perlu mempersiapkan
anak ilu dengan membicarakan kejadian ilu dengan jujur. Oranglua
harus memberi tahu anak-anak jika akan mempekerjakan penga-
suh unluk mengurangi sires anak.

ANAK PRASEKOLAH Dl TENGAH KELUARGA

Per an anak-anak dalam keluarga sangat mempengaruhi perkembangan ·


kepribadian mereka. Ada keuntungan dan kerugian menjadi anak sulung, anak
tengah atau anak bungsu, dan kerugian khusus jika ia menjadi anak satu-satunya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Kita telah melihat bahwa tuntutan yang diberikan pad a anak sulung bisa membuat
anak sulung menjadi perfeksionis pada saat dewasa. Anak kedua, terutama jika
sering digoda anak pertama, kadang-kadang menjadi anak yang lebih pemalu,
sopan dan berusaha menyenangkan semua orang. Anak ketiga dan seterusnya,
sering kali tidak terlalu malu, lebih ramah dan terbuka, dan umumnya lebih
menikmati hid up daripada anak sulung, meskipun secara finansial mereka kurang
begitu sukses. Anak bungsu kemungkinan besar manja, lebih tergantung, dan
kurang dewasa, tergantung pada kedewasaan orangtua. Anak-anak orangtua yang
usianya lebih tua cenderung lebih serius daripada anak-anak dari orangtua yang
usianya lebih muda. Tentu saja selalu ada perkecualian pada setiap peraturan.
Bangsa Cina mempunyai istilah khusus yang ditujukan pada orang-orang
dengan posisi masing-masing dalam keluarga, dengan status dan peranan khusus
untuk setiap posisi. Studi oleh Zajonc, Markus, dan Markus (1979) menyatakan
bahwa anak sulung memiliki skor IQ paling tinggi, dan bahwa skor IQ tersebut
menurun secara tipis tetapi pasti sesuai urutan kelahiran. Studi lain menunjukkan
bahwa permulaan menstruasi terjadi lebih lambat pada anak perempuan yang
berasal dari keluarga besar dibanding anak perempuan yang berasal dari keluarga
yang kecil Oames, 1973).
Tanpa melihat urutan kelahiran, anak-anak mungkin memiliki berbagai
peranan khusus dalam keluarga, seperti kambing hi tam, bayi, binatang peliharaan,

Fokus 10.8.
Menyesuaikan Diri di Sekolah
Daerah otak yang bertanggung jawab untuk membaca dan menulis mencapai
kematangan lebih belakangan dalam diri beberapa anak. Akibatnya ban yak anak laki-laki,
dan beberapa anak perempuan, akan mengalami ketidakmampuan belajar yang kecil,
seperti melihat atau menulis huruf-huruf secara terbalik, sampai saraf yang berkaitan dengan
kegiatan ini berkembang sepenuhnya. Guru yang suka mengkritik bisa membuat anak
semacam itu merasa bodoh, sekalipun mereka memiliki kecerdasan rata-rata, atau lebih
dari rata-rata. Sekali seorang anak diberi label bodoh, sangat sulit baginya untuk melepaskan
label itu. Guru-guru kelas satu sangat penting peranannya karena mereka memberikan
dampak yang sangat besar pada sikap anak terhadap pendidikan secara umum. Guru-
guru yang baik mengasihi dan memahami tetapi pad a saat yang sama menjalankan disiplin
dengan tegas.
Anak mungkin merasa takut pergi ke sekolah dan tinggal di sana sepanjang hari.
Fobia sekolah bisa berkembang tergantung pada beberapa sebab.
Pertama, hal itu mung kin disebabkan karen a ketergantungan pada ibu, seperti sudah
disebutkan sebelumnya dalam buku ini. Kedua, masalah ini bisa disebabkan karena anak
tidak bergaul dengan anak-anak lain. Anak-anak perlu mengembangkan keterampilan sosial
seperti kerja sama sebelum mereka masuk sekolah . Ketiga, anak mungkin bereaksi
ketakutan karena pembiasaan yang kurang menguntungkan. Misalnya, seorang anak
menjadi takut ke Sekolah Minggu karen a dua anak yang lebih tua diizinkan menyiksa anak
lain di kelas.
Perkembangan A~ak

pasangan miniatur, atau pencipta perdamaian. Kadang-kadang anak-anak yang


cacat menjadi kambing hitam, dan dibuat guyonan dan ditolak oleh anak-anak
lain dalam keluarga - terutama jika anak-anak lain itu sendiri juga merasa tidak
layak.
Peranan yang dimainkan orangtua dalam keluarga juga mempengaruhi
kepribadian masing-masing anak. Satu studi riset tentang akar gangguan
kepribadian dilakukan selama periode 17 tahun terhadap 64 orang dewasa muda.
Rousell dan Edwards (1971) menemukan bahwa suasana rumah tangga yang
permisif cenderung akan menghasilkan gangguan neurotik (termasuk hipo-
kondriak) dan gangguan psikotik, terutama pada keturunan perempuan. Suasana
rumah tangga yang dingin, dan permisif cenderung menghasilkan gangguan
kepribadian sosiopatik pada keturunan laki-laki. Rumah tangga yang dingin dan
suka menghukum cenderung menghasilkan anak laki-laki yang fobik dan psikotik.
Rumah tangga yang terlalu hangat dan permisif cenderung menghasilkan reaksi
psikotik dan kekhawatiran yang kuat pada anak laki-laki.

TELEVISI

Para psikolog di Universitas Georgia melakukan studi terhadap reaksi


emosional anak-anak muda terhadap kekerasan di televisi (Osborn dan Endsley,
1971). Mereka menunjukkan tiga episode pendek televisi yang penuh kekerasan

Kemungkinan lain yang menyebabkan anak takut ke sekolah adalah kebelum-


matangan. Mungkin secara mental atau emosional anak belum siap untuk mengikuti
pendidikan formal. Seperti dicatat dalam bab sebelumnya, 40 persen anak belum siap
untuk mengikuti pendidikan formal ketika berumur lima atau enam tahun. Akhimya, anak-
anak yang dimanjakan orangtuanya mungkin berusaha memanipulasi orangtua melalui
perilaku fobia.
Apa yang bisa dilakukan orangtua terhadap masalah ini? Orangtua perlu mengetahui
apa alasan terjadinya fobia itu. Jika itu hanya sekadar masalah manipulasi, orangtua hanya
sekadar memaksa anak untuk pergi ke sekolah. Sebaliknya, jika itu masalah kebelum-
matangan, anak mungkin perlu tinggal di rumah selama satu atau dua tahun lagi (pada
umumnya negara bagian mengizinkan sekolah di rumah dalam kasus semacam itu). Jika
masalahnya adalah tidak punya pengalaman dengan anak-anak lain, anak itu mungkin
perlu secara bertahap diperkenalkan dengan anak-anak lain melalui interaksi yang terencana
yang makin lama waktunya makin diperpanjang, entah di rumah ataupun dalam lingkungan
prasekolah.
Ketergantungan yang berlebihan mungkin bisa ditangani dengan cara yang sama;
orangtua yang terlalu protektif mungkin perlu melakukan konseling. Akhirnya, jika
masalahnya adalah pembiasaan sebelumnya, mungkin orangtua perlu pergi ke sekolah
bersama anaknya selama beberapa kali sehingga rasa takut itu hilang. Dalam beberapa
kasus yang sulit, mungkin psikoterapi diperlukan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRI STEN 2

Fokus 10.9.
Anak-anak Misionaris
Anak-anak misionaris yang dibesarkan di negara asing sering kali inenghadapi masalah
yang lebih banyak daripada anak biasa. Namun banyak masalah khusus anak misionaris
yang tinggal di negara asing bisa dihindari, dikurangi atau diatasi, sesuai dengan studi rise!
oleh Werkman (1972, 997). Werkman menemukan bahwa orangtua yang tinggal dalam
budaya asing sering harus menghadapi praktek mendidik anak dan kebiasaan yang tidak
biasa, masalah dengan pengasuh anak, seksualitas yang menyimpang, rasa takut yang
khusus, dan perasaan !erasing. Werkman menyimpulkan bahwa orangtua harus
mengantisipasi masalah yang mungkin timbul ini, membicarakannya secara terbuka,
membuat rencana untuk menghindari atau meminimalkan hal itu, dan bertindak dengan
tegas untuk anak-anak mereka.
Sering kali anak-anak di ladang misi harus dikirim jauh dari rumah selama sembilan
bulan dalam setahun. Beberapa anak menjadi ateis yang penuh kepahitan sebagai reaksi
terhadap penolakan orangtua. Membesarkan anak harus dipandang sebagai panggilan
Allah yang pertama dan terutama.

kepada anak-anak yang berusia empat dan lima tahun sambil terus mengukur
jumlah keringat mereka yang keluar (respons kulit galvonik). Anak-anak juga
disuruh menonton dua film yang tanpa kekerasan. Anak-anak memberi respons
yang lebih emosional pada episode yang penuh kekerasan dan mengingat hal itu
lebih baik setelah satu minggu. Ketika ditanya yang mana dari kelima episode itu
(tiga penuh kekerasan dan dua tanpa kekerasan) yang paling mereka sukai, mereka
memilih dua kartun yang mereka lihat, salah satu yang penuh kekerasan dan
yang lain tanpa kekerasan. Emosi yang ditimbulkan oleh adegan kekerasan ter-
utama adalah ketakutan. Adegan-adegan kekerasan dengan tokoh manusia lebih
membangkitkan ketakutan daripada adegan kekerasan dengan tokoh kartun.
Anak-anak mampu mengingat rincian adegan tentang kekerasan manusia dua
kali lebih banyak daripada film lainnya yang mereka lihat; hal ini menyiratkan
hubungan antara hal-hal yang berkaitan dengan emosi dengan penyimpanan
informasi dan pengingatan kembali. Televisi bisa bermanfaat atau merupakan
gangguan yang besar untuk kedewasaan emosional dan spiritual anak-anak,
tergantung pada bagaimana hal itu digunakan.

ANAK KEMBAR

Kurang lebih satu di antara delapan puluh enam kelahiran menghasilkan


bayi kembar, kurang lebih sepertiganya identik. Orangtua biasanya memper-
lakukan anak kembar mereka secara sama. Namun studi menunjukkan bahwa
secara psikologis lebih baik anak kembar diperlakukan sebagai pribadi yang
berbeda (Freedman, Kaplan, dan Sadock, 1975, 1494). Orangtua sebaiknya tidak
memberi pahala, memuji, atau menghukum anak kembar pada waktu yang sama,
tetapi melakukan hal itu secara pribadi sesuai dengan situasinya. Lebih baik anak
Para misionaris mungkin harus lebih banyak memikirkan untuk mengajar anak-anak
di rumah. Sejumlah besar riset (Moore dan Moore, 1979, 101) menunjukkan bahwa anak-
anak yang sekolah di rumah bisa menyesuaikan diri dengan baik di sekolah ketika akhirnya
mereka masuk sekolah. Sesungguhnya, banyak anak misionarjs yang menonjol secara
akademis dan menjadi pemimpin. Sekolah di rumah hanya berlangsung dua sampai tiga
jam sehari dan pelajaran dengan mutu tinggi juga tersedia. Bagi orang yang merasa tidak
bisa mengajar anak mereka di rumah, kursus korespondensi juga tersedia.
Ada keuntungan yang pasti dalam membesarkan anak di luar negeri. Penduduk
nasional bukan hanya mendapat kesempatan untuk melihat bagaimana orangtua Kristen
membesarkan anak-anak mereka, melainkan juga anak-anak misionaris mendapat
keuntungan dengan mendapatkan budaya kedua, yang cenderung memperluas wawasan
mereka dan secara simultan meningkatkan pengaruh orangtua. Membesarkan anak di
ladang misi tampaknya bagus sampai masa remaja, mungkin karena situasi sekolah indekos
menjadi lebih hidup. Anak-anak misionaris yang tidak meninggalkan rumah sampai mereka
masuk universitas mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri karena ketergantungan
yang berlebihan pada orangtua (Ratcliff, 1983).

kernbar rnernakai model baju yang berbeda, tergantung pada selera rnereka sendiri
dan bahkan rnasuk kelas yang berbeda di sekolah.

Masa Sekolah Dasar: Umur Enam sampai Dua Belas tahun

PERKEMBANGAN SEKSUAL

.Merupakan hal yang sangat penting bagi anak laki-laki usia sekolah untuk
rnengidentifikasikan dirinya dengan orang laki-laki dan anak perempuan untuk
mengidentifikasikan dirinya dengan orang perempuan. Tanpa identifikasi
semacam itu, anak-anak mungkin akan mengalarni ketidakmampuan menyesuai-
kan diri secara seksual dalam pernikahan atau cenderung menjadi homoseks.
Anak Sekolah Dasar biasanya mengembangkan sikap merendahkan terhadap
anak perempuan atau hal-hal yang berbau perempuan. Hampir semua anak laki-
laki dan perempuan kadang-kadang berharap untuk menjadi lawan jenisnya,
sehingga mereka mengembangkan sikap merendahkan untuk menekan keinginan
itu selama tahun-tahun ini. Kedua jenis seks perlu mengembangkan sikap ber-
syukur bahwa mereka menjadi seperti itu, dan perlu melihat bahwa masing-
masing jenis seks memiliki keuntungannya sendiri.
Pendidikan seks sangat penting selama tahun-tahun ini. Hal itu harus dilaku-
kan secara bertahap dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak
itu, dan tidak lebih dari itu. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
jujur dan apa adanya, orangtua bisa membantu anak-anak mereka mengetahui
seluruh fakta kehidupan pada saat mereka berurnur sepuluh atau sebelas tahun.
Menstruasi harus dijelaskan lebih awal kepada anak-anak perempuan di Sekolah
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Dasar karena permulaan mens rata-rata terjadi an tara umur sembilan sampai enam
belas tahun, dengan rata-rata umur 13 tahun di Amerika Serikat (Malina, 1979).
Permulaan pubertas pada anak laki-laki biasanya lebih lambat, biasanya sekitar
umur 13 - 15 tahun. Itulah sebabnya anak perempuan kelas satu SLIP sering
lebih besar daripada anak laki-laki.

Fokus. 10.10.
Masalah Umum Anak Sekolah
Masalah Saran
Kematian Kematian dalam keluarga bisa menjadi pengalaman yang mendewasakan
bagi anak-anak jika ditangani dengan benar. Anak-anak biasanya melalui
tahap-tahap dukacita yang sama seperti orang dewasa ketika mereka
mempelajari tentang kematian atau kematian yang akan datang dalam
keluarga (lihat bab 4). Anak-anak yang lebih muda mungkin mengalami
kepahitan atau kemarahan terhadap orangtua yang hampir mati atau
sudah mati, karena mereka percaya bahwa orangtua itu memilih untuk
meninggalkan mereka. Mereka juga merasa bersalah dan menyalahkan
diri sendiri atas kematian orangtuanya. Merupakan hal yang baik bagi
anak-anak untuk ikut hadir dalam upacara pemakaman orang yang
dikasihi, jika mereka memilih untuk ikut, dan untuk mengungkapkan duka-
cita tanpa menekan perasaan yang sesungguhnya. Jika tidak diizinkan
untuk mengungkapkan perasaannya, anak-anak mungkin akan mengalami
konflik yang tidak terselesaikan pada saat mereka dewasa.
Kakek-nenek Kakek-nenek dan anggota keluarga lain sebaiknya tidak tinggal bersama
keluarga, kecuali ada kepastian bahwa hal itu tidak ban yak menimbulkan
konflik. Ban yak keluarga yang menyesal karena mengizinkan kakek-nenek
tinggal bersama mereka, dan sangat sulit membatalkan komitmen itu.
Namun beberapa orang melaporkan bahwa kakek-nenek yang tinggal
bersama mereka membuat hidup mereka lebih berarti. Jika kakek-nenek
tidak tinggal dengan keluarga, umumnya mereka diharapkan tinggal tidak
terlalu jauh. Anak-anak sering kali memiliki hubungan khusus dengan
kakek-nenek dan hubungan yang kuat dengan kakek-nenek yang sejenis
membantu memperkuat peranan seks mereka. Orangtua harus membantu
merawat kakek-nenek, karen a hal ini memberi kesempatan kepada anak-
anak untuk mengamati dan mengajar mereka untuk melakukan hal yang
sama ketika orangtua mereka tua (I Tim. 5:8).
Cacat Minde dan rekan-rekan (1972) menemukan bahwa anak-anak Sekolah
Dasar yang cacat menyadari bahwa cacat mereka tidak akan hilang. Dan
biasanya dengan menyadari hal itu mereka akan mengalami depresi.
Orangtua perlu membantu anak-anak menerima kondisi mereka, dan
melihat bagaimana Allah bisa memakai cacat mereka, serta menunjukkan
bagaimaoa mereka bisa meleburkan masalah mereka ke dalam rencana
hidup mereka.
Perkembangan Anak
~·,..- ·~- '

PERK EMBANGAN SosiAL

Anak-anak Sekolah Dasar mengembangkan rasa memiliki dengan ber-


partisipasi dalam kelompok dan sikap bertanggung jawab yang nyata dengan
berbagi tugas dengan kakak-kakaknya. Rasa memiliki dan tanggung jawab
merupakan prasyarat untuk perkembangan calon pemimpin. Anak-anak harus
belajar taat sebelum mereka bisa belajar untuk memimpin dengan efektif. Konsep
diri mereka terus berkembang ketika mereka memandang diri mereka melalui
kacamata ternan sebaya, orang-tua dan tokoh penguasa. Interaksi dengan orang
dewasa dan anak-anak lain menjadi semakin penting.
Permainan di antara anak-anak seumur ini - entah itu baseball atau domino-
ditandai dengan organisasi yang buruk, percekcokan yang panas tentang
peraturan, skor yang tidak benar dan tuduhan curang. Anak-anak senang jika
menang, tetapi mereka harus belajar kerja sama tim - kemampuan untuk bekerja
dengan alasan yang sama dengan anak lain. Mereka senang bermain kelereng
dan bertukar buku komik. Orangtua jangan berpandangan bahwa semua buku
komik sama. Buku-buku rating- X beredar dalam format komik bersamaan dengan
"buku-buku humor" yang relatif tidak merusak dan buku klasik kesusastraan.
Pada ekstrem satunya terdapat komik Kristen. Tidak terlalu dini bagi anak-anak
Kristen untuk dipisahkan melalui norma yang lebih tinggi sebagai saksi terhadap
orang lain.

REFERENSI
American Psychiatric Association. 1987. Diagnostic and statistical manual of mental disor-
ders. Edisi revisi ke-3. Washington, D. C.: American Psychiatric Association.
Bentovim, A. 1972. Handicapped pre-school children and their families- effects on the
child's early emotional development. British M edical Journal3: 634.
Blazer, D. 1989. Faith development in early childhood. Kansas City, Mo.: Sheed and Ward.
Blitchington, W. 1980. Sex roles anf the Christian f amily. Wheaton, Ill. : Tyndale.
Clarke-Stewart, A., dan G. Fein. 1983. Early childhood programs. Dalam Handbook of
child psychology. Edisi ke-4. Vol. 2., editor P. Mussen. New York: Wiley.
Cline, D., dan J. Westman. 1971 . The impact of divorce on the family. Child Psychology
and Human Development 2: 78-83.
Clouse, B. 1985. Moral Development. Grand Rapids: Baker.
Collins, G. 1971 . Man in transition . Carol Stream, Ill. : Creation.
Cravioto, J., dan B. Robles. 1965. Evolution of adaption and motor behavior during
rehabilitation. American Journal of Orthopsychiatry 35: 449.
Dasen, P. 1972. Cross-cultural Piagetian research. Journal of Cross-Cultural Psychology 3:
23-39.
Davis, J. 1986. The Christian 's guide to pregnancy and childbirth. Westchester, Ill.: Cross-
. way.
Dobbins, R. 1985. Venturing into a child's world. Old Tappan, N.J. : Revell.
Dobson, J. 1970. Dare to discipline. Wheaton, Ill. : Tyndale.
-------.1978. The strong-w illed child. Wheaton, lll.: Tyndale.
Erikson, E. 1963. Childhood and society. Edisi revisi ke-2. New York: ~orton .
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Evans, 5., J. Reinhart, dan R. Succop. 1972. Failure to thrive. Journal of the American
A cademy of Child Psychology 11 : 440-57.
Formby, D. 1967. Maternal recognition of infant's cry. Developmental Medicine and Child
Neurology 9: 293-298.
Fowler, J. 1981. Stages offaith. San Francisco: Harper and Row.
Freedman, A., H . Kaplan, dan B. Saddock. 1975. Comprehensive textbook of psychiatry.
Baltimore: Williams and Wilkins.
Freud, S. 1905 (cetak ulang 1982). Three essays on the theory of sexuality. New York: Basic.
Hall, E., M. Lamb, dan M. Perlmutter. 1986. Child psychology today. Edisi ke-2. New
York: Random.
Harlow, H., dan M. Harlow. 1965. The affectional systems in behavior of non-human pri-
mates, editor A. M. Schrier eta!. Vol. 2. New York: Academic.
Hooper, D., eta!. 1972. The health of young families in new housing. Journal of Psycho-
somatic Research 16: 367-374.
Houmes, D., dan P. Meier. 1985. Growing in step. Richardson, Tex.: Today.
Hyde, K. Religion in childhood and adolescence. Biringham, Ala. : Religious Education.
James, W. 1973. Age at menarche, family size and birth order. American Journal of Obstet-
rics and Gynecology 116: 292-293.
Joy, D. 1983. Moral development foundations . Nashville: Abingdon.
Kaufman, 1., eta!. 1969. Effects of separation from mother on the emotional behavior of
infant monkeys. Annals of the New York Academy of Science 159: 681-695.
Kohlberg, L. 1983. The psychology of moral development. New York: Harper and Row.
Lawrence, L. 1983. Stages offaith. Psychology Today 17:56-62.
Lidz, T. 1968. The person. New York: Basic.
---. 1972. The nature and origins of schizophrenic disorders. Annals of Internal Medicine
77: 639-645.
Linn, M., S. Fabricant, dan D. Linn. 1988. Healing the eight stages of life. Mahwah, N.J.:
Paulist.
McCandless, B., dan E. EVans. 1973. Children and youth. Hinsdale, III.: Dryden.
McCandless, B., dan R. Trotter. 1977. Children: Behavior and development. New York: Holt,
Rinehart and Winston.
McCarron, M. 1987. Folktales as transmitters of values. Religious Education 82: 20-29.
McDanald, E. 1967. Emotional growth of the child. Texas Medicine 63: 73-79.
McGrade, B. 1968. Newborn activity and emotional response at eight months. Child
development 39:1247-1252.
Mahler, M., F. Pine, dan A. Bergman. 1975. The psychology birth of the human infant. New
York: Basic.
Malina, R. 1979. Secular changes in size and maturity. Monographs ofthe society for reasearch
in Child Development 44: 59-102.
Meier, P. 1977. Christian child-rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Melzack, R. 1969. The role of early experience in emotional arousal. Annals of the New
York Academy of Science 159: 721-730.
Minde, K., eta!. 1972. How they grow up. American Journal of Psychiatry 128: 1554-1560.
Mitchell, E. 1986. Oral tradition. Religious Education 81: 93-112.
Moore, R., dan D. Moore. 1979. School can wait. Provo: Brigham Young University Press.
Niebuhr, G. 1987. Philosopher of morality. Atlanta Constitution (18 Feb.): 1b-2b.
Osborn, D., dan M. Endsley. 1971. Emotional reactions of young children to TV vio-
lence. Child Development 42: 321-331.
Piaget, J. 1950. Psychology of intelligence. Boston: Routledge and Keagan Paul.
Perkembangan Anak

Powell, J. 1988. Counseling missionaries overseas. Session at the international congress


on Christian counseling, Atlanta, Ga .
Rae-grant, G., R. Carr, dan G. Berman. 1983. Childhood developmental disorders. Edisi
ke-2., editor P. Stienhauer dan Q. Rae-Grant. Dalam Psychological masalahs of the
child in the family . New York: Basic.
Ratcliff, D. 1983. Letter to the editor. Journal of Psych'Ology and Theology 11: 251 .
------. 1986. The use of play in Christian education. Christian Education Journal 6: 26-33.
------. 1988. The cognitive development of preshoolers. Dalam Handbook of preschool re-
ligious education, editor D. Ratcliff. Birmingham, Ala.: Religious Education.
Rekers, G. 1982. Shaping your child's sexual identity. Grand Rapids: Baker.
Reppucci, N. 1971 . Parental education, sex differences, and performance. Developmen-
tal Psychology 4: 248-253.
Robson, K., et al. 1970. Patterns and determinants of maternal attachments. Journal of
Pediatrics 77: 976-985.
Rousell, C., dan C. Edwards. 1971 . Some developmental antecedents of psychopathol-
ogy. Journal of Personality 39: 40-50.
Solomon, G. 1969. Emotions, stress, the central nervous system and immunity. Annals
of the New York Academy of Science 164:335-343.
Spitz, R. 1945. Hospitalism: an inquiry into the genesis of psychiatric conditions in
early childhood. The psychoanalytic study of the child. Vol. 1. New York: Interna-
tional Universities Press.
Tamminen, K., et al. 1988. The religious concepts of preschoolers. Dalam Handbook of
preschool religious education, editor D. Ratcliff. Birmingham, Ala.: Religious Edu-
cation.
Wallerstein, J., danS. Blakeslee. 1989. Second chances. New York: Ticknor and Fields.
Werkman, S. 1972. Hazards of rearing children in foreign countries. American Journal of
Psychiatry 128: 992-997.
Wilcox, M. 1979. Developmental journey. Nashville: Abingdon.
Wilson, J., C. Beecham, dan E. Carrington. 1966. Obstetrics and gynecology. St. Louis:
Mosby.
Wolterstorff, N. 1980. Educating for responsible action. Grand Rapids: Eerdmans.
Zajonc, R., H. Markus, dan G. Markus. 1979. The birth order puzzle. Journal of Personal-
ity and Social Psychology 37: 1325-1341.
Ziai, M. 1969. Pediatrics . Boston: Little, Brown.

***

1 Lihat Linn, Fabricant, dan Linn 1988, untuk diskusi tentang doa d an tahap-tahap Erikson. Blazer 1989
mengaitkan tahap pertama Erikson dengan iman.
2 Dua buku tentang kehamilan dan masa awal anak-anak yang sangat bagus ditulis oleh Davis 1986 dan
Dobbins 1985.

11
Perkembangan
Masa Remaja dan Dewasa

PERKEMBANGAN MASA REMAJA


Lidz (1968, 299) mendefinisikan masa remaja sebagai "masa di antara puber-
tas sampai kedewasaan fisik ... perubahan dari masa anak-anak, yang dimulai
dengan semburan pertumbuhan prapubertas dan didorong oleh perubahan hor-
monal masa pubertas, untuk mencapai hak prerogatif, tanggung jawab, dan
kemandirian orang dewasa." Banyak perubahan penting terjadi antara urnllT 12-16
tahun.
Pada urnur 12 tahun, anak laki-Iaki atau anak perempuan masih dianggap
anak-anak. Empat tahun kemudian, anak laki-Iaki atau anak perempuan telah
menjadi laki-Iaki atau perempuan dewasa dengan tubuh dewasa, kemampuan
reproduksi, dan keinginan untuk mandiri. Masa empat tahun ini mungkin
merupakan tahun-tahun yang sulit dalam kehidupan seseorang. Penyesuaian diri
besar-besaran harus dilakukan pada masa ini dapat dibantu dengan mendorong
pengambilan keputusan yang mandiri dan proses pendewasaan iman selama dua
belas tahun pertama kehidupannya. Tentu saja, bimbingan dan disiplin orangtua
diperlukan sampai anak-anak mandiri pada usia 18 tahun.
Permulaan pertumbuhan yang pesat, yang terjadi pada urnur yang berbeda
pada orang yang berbeda, memulai masa remaja. Pertumbuhan itu disertai dengan
perubahan besar dalam perilaku sosial. Sesuai dengan teori Freud (lihat bab 10),
anak yang berumur 10 atau 12 tahun mungkin lebih menyukai anak yang sejenis
dengannya dan membenci law an jenis, .kecuali, mungkin terhadap satu atau dua
anak ternan favoritnya. Saat berumur 14 tahun, sebagian besar anak laki-Iaki telah
memutuskan bahwa anak perempuan itu sesungguhnya tidak begitu buruk. Bahkan
sesungguhnya, mereka mungkin merasa sulit untuk memikirkan hal lain di luar
lawan jenisnya. Ketika anak laki-Iaki mulai menghabiskan lebih banyak waktu
bersama ternan perempuan, persahabatan lamanya mUJ:tgkin retak, terutama dengan
ternan laki-Iaki yang belurn tertarik terhadap anak gadis. Kelompok ternan sebaya
disusun ulang, dan menghasilkan perasaan yang ambivalen terhadap teman-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

ternan dari kedua jenis seks. Anak-anak yang dahulu adalah ternan baik bisa
menjadi pesaing atau bahkan musuh besar.

Teori Masa Remaja


OPERASI FORMAL PlACET

Seperti tercatat dalam bab sebelumnya, Piaget menggambarkan masa remaja


dan dew as a dalam istilah operasi formal. Pencapaian pada tahap ini mencakup
penemuan hipotesis di mana semua hasil yang logis dipikirkan, penciptaan
eksperimen untuk menentukan apakah hipotesis itu benar atau tidak, dan
pengembangan penalaran deduktif dan bentuk pemikiran abstrak lainnya yang
mencerminkan struktur mental yang baru.
Piaget menekankan bahwa tahap operasi formal awal ditandai dengan
pemakaian kemampuan mental baru dengan kaku (Piaget, 1967, 64). Meskipun
anak remaja bisa memahami adanya kemungkinan dalam situasi yang baru,
pemahaman ini tidak realistis. Remaja cenderung sangat idealistis, dan mer as a
bahwa mereka bisa mengubah dunia dan menyelesaikan masalah jika mereka
memiliki dan mengejar hal ideal tertentu. Mereka mungkin mengharap orang
tua dan anggota-anggota gereja untuk menyesuaikan diri dengan idealisme
mereka. Piaget menggambarkan hal ini sebagai egosentrisme kedua yang
disebabkan oleh penekanan pada sudut pandang idealistis anak remaja itu sendiri.
Bahkan kata-kata pemberontakan dalam banyak lagu rock mencerminkan
idealisme - mungkin idealisme yang telah hilang atau hancur, tetapi itu adalah
hal ideal. Pencarian kasih sayang juga merupakan hal idealistis bagi remaja (Piaget,
1967, 64-67).
Akhir-akhir ini, setelah remaja memiliki pengalaman berpikir pad a tingkat
operasional formal, mereka menjadi lebih fleksibel da lam penggunaan
kemampuan mental ini. Hal itu tidak menimbulkan hilangnya idealisme,
melainkan pendekatan yang lebih realistis untuk mencapai hal-hal ideal tersebut.
Bagi beberapa orang, realisme baru ini dicapai pad a pertengahan atau akhir masa
remaja; yang lain mungkin saat berusia dua puluhan tahun atau tiga puiuhan
tahun; beberapa orang tidak pernah mencapai realisme ini.
Mungkin perkembangan kemampuan operasional formal ini bertanggung
jawab atas komitrnen ulang kepada Kristus yang dilakukan oleh remaja Kristen.
Remaja mendapatkan kemampuan untuk berpikir tentang pemikiran, dan sekarang
mampu menyerahkan kehiaupan pemikiran mereka kepada Kristus.
Dalam bab sebelurnnya ditekankan bahwa anak-anak seharusnya tidak terlalu
dikuasai oleh isi yang terlalu banyak bagi mereka. Mungkin peringatan yang
sebaliknya juga berlaku bagi remaja. Sekarang bukan saatnya untuk memberikan
bahan Sekolah Minggu yang terlalu matang; pelajaran harus bersifat menantang
dan provokatif. Mengajarkan kepada remaja filsafat yang disederhanakan dan
mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam pengalaman misi jangka pendek
cenderung akan membantu mereka dewasa (Campolo dan Ratcliff, 1991).
Perkembangan Masa Remaja dan Dewasa
"" ~ ... ~~""""'-'-"'"""'~--i--·"'··-·•>i'.....'.·~·"'--"""'-"'· •.•

TAHAP IOENTITAS ERIKSON

Selarna masa remaja, remaja bergumul dengan kebingungan peranan versus


irlentitas peranan (Erikson 1963). Remaja bertanya siapakah mereka dan ke mana
mereka pergi. Dalarn proses mereka mengembangkan konsep diri sendiri, yang
bertentangan dengan konsep diri yang cidapat dari orang lain. Hal itu sering
melibatkan pertanyaan dasar tentang masyarakat, moral dan agarna.
Masa bertanya dan pencarian sangat sulit bagi remaja maupun orangtua,
tetapi hal itu bisa berakibat baik. Dalam proses remaja mengembangkan iman
mereka sendiri dan bukan sekadar meminjam iman dari orang lain. Memperta-
nyakan fondasi merajut jalan untuk meletakkan dasar yang lebih baik. Orangtua
dan gereja perlu membirnbing anak-anak muda, mendorong adanya diskusi dan
pemahaman tentang panduan moral, memancing dan bukan memaksa atau
mendesak. Orang yang dipaksa melakukan praktek keagarnaan pada masa ini
cenderung menolak gereja dan irnan Kristen sarna sekali a tau menerirnanya begitu
saja sebagai orang Kristen generasi kedua. Kedua pilihan itu jauh dari irnan yang
dewasa. Gereja Iokal yang sehat bisa memberikan pengaruh yang positif pada
remaja yang mudah dipengaruhi ketika mereka mulai mengalami pergumulan
untuk mencari identitas dan mencari panduan untuk pegangan hidup.

Fokus 11.1.
Orang Kristen Generasi Pertama
Orang percaya generasi kedua secara khusus kehilangan vitalitas generasi pertama.
Generasi ketiga dan keempat mengamati orangtua dan kakek-nenek mereka (generasi
kedua) dan menolak iman mereka yang tidak bersemangat. Pada saat generasi ketiga dan
keempat, "iman bapa-bapa" hilang.
Gejala ini bisa diamati dalam denominasi tertentu di mana para pendirinya memiliki
iman yang bersemangat; anak-anak memelihara iman itu; dan cucu mereka malu melihat
iman generasi pertama yang antusias dan cemas terhadap iman generasi kedua yang
kosong. Keragu-raguan generasi ketiga cenderung menghasilkan generasi keempat yang
menolak iman itu sama sekali.
Beberapa remaja dan mahasiswa memiliki iman yang dangkal yang dipinjam dari
orangtua atau kakek-nenek. Setelah mereka jauh dari rumah , mereka tertarik untuk
bergabung dengan kumpulan orang yang salah. Mereka mengkompromikan iman mereka
yang kecil. lman mereka tidak mempunyai akar yang dalam dan ketika diuji, orang percaya
yang masih muda ini goncang secara kerohanian.
Solusi untuk kemerosotan rohani adalah setiap generasi harus menjadi orang Kristen
generasi pertama. lman yang vital merupakan akibat komitmen kepada Kristus yang radikal
dan personal yang bukan sekadar merupakan penyesuaian diri. Kita harus membantu remaja
mengembangkan iman mereka sendiri yang berbeda, akibat perjumpaan pribadi dengan
Kristus . Perjumpaan seperti itu mungkin muncul setelah mereka dengan tajam
mempertanyakan iman yang melingkungi mereka selama ini, dan hal itu sering kali terjadi
selama masa remaja.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

TEORI-TEORI LAIN TENTANG MASA REMAJA

Bios (1962), dengan membangun teorinya di atas teori Freud, menjelaskan


masa remaja sebagai masa adaptasi terhadap kematangan biologis. Anak muda
secara psikologis menyesuaikan diri dengan fakta kedewasaan fisik a tau (mungkin
tidak terlalu sering) menunggu kedewasaan logis untuk i:nengejar kedewasaan
psikologis. Kecepatan adaptasi tiap orang sangat bervariasi, karena setiap orang
punya jam biologis yang mungkin lebih maju atau lambat dibanding tingkat
kedewasaan psikologis. Blos menyatakan bahwa proses adaptasi ini berlangsung
dalam tiga fase: awal, pertengahan dan akhir masa remaja.
Selama masa remaja awal, orang-orang muda mulai berhubungan dengan
lawan jenis. Ketidakkonsistenan dan kebingungan menjadi ciri anak seusia ini,
karena ada perbedaan besar antara kematangan biologis dan psikologis. Bios
mencatat bahwa masa remaja awal ditandai dengan sikap defensif karena adanya
perbedaan yang tajam itu.
Pada pertengahan masa remaja atau saat remaja, remaja belasan tahun mulai
menarik diri dari orang-orang yang ia pandang penting pada masa anak-anak.
Remaja menilai ulang tujuan hidupnya, rasa takut dan konflik yang terlibat dalam
hubungan sebelurnnya, sehingga akhirnya energi dari ikatan sebelurnnya bisa
ditanarnkan dalam hubungan yang baru. Bios menggambarkan proses ini sebagai
cara untuk mengatakan "selamat tinggal" kepada orang-orang yang penting pada
masa kecilnya; sehingga ia bisa menjalin persahabatan yang baru dan lebih dalam,
maupun hubungan romantis dengan lawan jenis.
Pada akhir masa remaja, remaja mengkonsolidasikan banyak hal yang telah
berlalu. Konsolidasi ini melibatkan perkembangan identitas seksual, munculnya
diri sendiri yang stabil dan berbeda (termasuk minat dan penilaian), penurunan
dalam keasyikan terhadap diri sendiri, dan perkembangan ego publik yang berbeda
dari ego pribadi. Identitas dasar seseorang terbentuk, meskipun citra diri yang utuh
masih harus menunggu sampai masa dewasa.
Havighurst (1972) menekankan pengaruh masyarakat atas perilaku remaja.
Selama remaja, anak-anak muda belajar tugas-tugas umum yang dituntut
masyarakat terhadap anggota masyarakat. Orang yang mempelajari tugas ini
menjadi puas dan diberi pahala, sedang orang yang gaga! mempelajarinya dihukum
dan merasa tidak puas.
Bagi Havighurst proses belajar tugas tertentu dalam urutan yang khtisus sangat
penting untuk penyesuaian diri. Ada masa di mana individu cenderung lebih mudah
mempelajari tugas-tugas tertentu ("masa mudah diajar," atau "periode sensitif").
Jika tidak dipelajari pada saat yang tepat, tugas-tugas sulit dipelajari pada saat
berikutnya. Tugas-tugas tersebut mencakup:
1. Perkembangan hubungan yang lebih dewasa dengan ternan sebaya
2. Perkembangan peranan seks yang sesuai
3. Penerimaan kondisi fisik pribadi
Perkembangan Masa Remaja dan Dewasa
_"';+""~.,,.>'/A"<,~. """'N_"'''';:~;.·""_",;,·"";""_"; __ "_-,_··~~ __ ~~_~,~",""·",,,,,,,_,;,;:>;;*,,,,,, ,.,':"'''''''''''~': >'''''''''''''''''''''>·H~'''''''~:<.,,,,,,,~,,,,,;o._»,,,,_,,.,,,:_~.~_,,,;,,,,,,. ,,,,,,,,,,,,,~,>,:,,,,,",,,,,~

4. Perkembangan kemandirian emosional dari orang dewasa


5. Persiapan untuk pernikahan dan keluarga
6. Persiapan karier
7. Perkembangan nilai-nilai dan etika yang membentuk ideologi atau panduan
untuk tindakannya
8. Perkembangan perilaku yang bertanggung jawab secara sosial

Selman (1980) membahas pemahaman sosial remaja, atau bagaimana mereka


menggambarkan orang lain secara mental dan menyimpulkan sikap orang lain.
Bagaimana remaja mampu membedakan antara sudut pandang mereka sendiri
dengan pandangan orang lain? Selman, karena sangat dipengaruhi oleh teori Piaget,
menguraikan empat tahap dalam perkembangan pemahaman antarpribadi.
Anak-anak muda sangat egosentris, tetapi pad a saat mereka mulai masuk
sekolah, mereka menyadari bahwa orang lain memiliki sudut pandang yang berbeda.
Namun, anak usia sekolah percaya bahwa hanya satu sudut pandang yang benar.
Perasaan orang lain dinilai dari penampilan lahiriah, meskipun anak seusia ini sadar
bahwa motif atau penalaran orang lain yang murni mungkin tidak tercennin melalui
penampilan lahiriah. Tepat sebelum memasuki masa remaja, anak-anak mulai
memikirkan bagaimana tindakan mereka dinilai orang lain. Sudut pandang dan
perasaan orang lain mungkin berbeda, tetapi keduanya bisa benar.
Selama mas a remaja awal, individu mulai memperhitungkan sudut pandang
orang lain. Hubungan antarpribadi dipaharni melibatkan para pemain, berbagai
alternatif dan memiliki konsekuensi khusus dari keputusan yang dibuat. Pada
akhir masa remaja dan masa dewasa, posisi orang lain, terlepas dari adanya
interaksi atau tidak, menjadi lebih abstrak sehingga individu bisa mengerti
bagaimana masyarakat secara umum akan memaharni aktivitas mereka. Mereka
semakin sadar bahwa perasaan dan pikiran bawah sadar bisa mempengaruhi
tindakan mereka dalam cara yang tidak bisa mereka paharni sepenuhnya. Mereka
bertindak dengan cara tertentu untuk membuat orang lain tertekan dan mereka
makin ahli dalam mempengaruhi orang lain.
Teori-teori tentang remaja ini melengkapi teori Piaget dan Erikson yang lebih
luas, dan memberi penjelasan yang lebih kaya dan sudut pandang yang lebih luas
tentang fase kehidupan yang penting ini. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu
remaja selama masa transisi menuju kedewasaan? Panduan apakah yang akan
membantu anggota keluarga lainnya untuk menghadapi konflik dan pergumulan
yang terjadi?

Menangani Masa Remaja


MEMELIHARA KOMUNlKASI

Menjaga agar jalur komunikasi tetap terbuka merupakan hal yang sangat
penting dalam keluarga yang memiliki anak remaja. Banyak keluarga untuk
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

sementara mundur ke mode perilaku sebelumnya, pad a saat orangtua secara


simbolis menjalani masa muda mereka kembali. Suatu regresi kreatH dapat
menjadi sangat sehat, karena memampukan anggota keluarga untuk berempati
dengan perasaan remaja. Akibatnya, anggota keluarga bisa bertumbuh bersama.
Orangtua perlu menghindari sikap yang terlalu kaku; mereka harus berusaha
menyesuaikan diri sejauh tertentu dengan remaja namun pada saat yang sarna
menjaga kestabilan keluarga s~ara keseluruhan.
Stereotip perbedaan tajam antargenerasi yang menimbulkan konflik yang
tinggi sekarang dipandang sebagai mitos (Peterson, 1988). Namun, dalam keluarga
yang terbaik sekalipun, sering kali ada konflik yang merusak aktivitas dan
komunikasi keluarga. Sayangnya, sebagian besar konflik ini terjadi karena masalah
yang relatif ked!, bahkan sepele (Montemayor, 1982).
Mengapa ada peningkatan konflik pad a tahap kehidupan ini? Beberapa ahli
berpendapat bahwa pad a saat itu perubahan hormonal memainkan peranan (Udry
dan Tolbert, 1988), sementara yang lain memandang konflik sebagai mekanisme
untuk mendptakan jarak dengan anggota keluarga lain dan menumbuhkan
perpisahan terhadap masa remaja untuk masuk masa dewasa (Caine, 1986).
Kotesky (1981, 1987) menekankan bahwa konflik itu muncul karena fakta bahwa
remaja sesungguhnya adalah orang dewasa tetapi masih diperlakukan sebagai
anak-anak (lihat fokus 11.3). Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi konflik
tersebut dan meningkatkan komunikasi yang lebih baik?
Pertemuan keluarga mingguan bisa membuka jalur komunikasi. Pertemuan
semacam itu bisa digunakan untuk memberikan kritik yang positif dan saran-sa-
ran. Dalam kitab Amsal3:17 terjemahan bahasa Inggris versi Living Bible, dikatakan,
"Reliable communication permits progress" (Komunikasi yang dapat dipercaya
membuahkan kemajuan) dan "Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran,
tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat" (Ams. 13:10). Nabi
Amos bertanya, "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?"
(Amos 3:3). Orangtua yang ingin "berjalan bersama" dengan anak remaja mereka
harus berusaha kuat untuk berkomunikasi.
Banyak hal yang telah dipelajari tentang pola komunikasi dalam keluarga yang
memiliki anak remaja. Satu studi (McPhersonet all. 1973) menunjukkan bahwa dalam
keluarga yang memiliki remaja yang agresif dan antisosial, pola yang dominan
adalah ayah yang pura-pura memegang kuasa jika kedua orangtua di depan
umum, tetapi pada kesempatan lainnya si ibu tidak menghargai suaminya. Remaja
yang anti-sosial cenderung berpura-pura tuli ketika kedua orang-tuanya hadir.
Dengan remaja yang pasif-negatif, pola komunikasinya biasanya adalah si ayah
memberikan ceramah yang terlalu berlebihan, tetapi mengabaikan apa pun yang
dikatakan anaknya. Ibu-ibu, yang juga mengabaikan anak remajanya, paling tidak
kadang-kadang masih menanyakan sesuatu kepada mereka. Dengan remaja yang
introvert, dan menarik diri, biasanya pola komunikasinya adalah si ibu tidak
mempedulikan kehadiran remaja dan memotong pembicaraan kapan pun remaja
itu berbicara. Si ayah biasanya mengizinkan ibu dominan dan sangat memberi
perhatian kepadanya, tetapi ia sering memo tong pembicaraan ketika anak laki-
laki atau anak perempuannya berbicara. Remaja yang intravert memberi perhatian
yang serius kepada kedua orangtuanya meskipun orangtuanya mengabaikan
mereka.
Sebuah studi komunikasi keluarga lain merninta sejurnlah keluarga untuk
masuk ke dalarn ruangan, satu keluarga derni satu keluarga, untuk melakukan
penafsiran kartu-kartu noda tinta Rorschach baik secara individual maupun
kelompok. Keluarga-keluarga dibagi menjadi dua kelompok: keluarga yang
merniliki anak remaja yang merniliki integrasi kepribadian yang baik, dan anak
remaja yang melakukan penyesuaian psikologis yang buruk. Tujuannya adalah
untuk melihat apakah pol a komunikasi keluarga mendptakan perbedaan dalarn
perkembangan psikologis remaja. Dan ditemukan bahwa "keluarga-keluarga yang
merniliki anak yang merniliki integrasi kepribadian yang baik menunjukkan
komunikasi antarpribadi yang lebih langsung, merniliki orientasi pada tugas yang
lebih efisien, merniliki peranan yang lebih jelas dari pihak orangtua, dan jarak
psikologis yang lebih kedl daripada keluarga-keluarga yang merniliki anak-anak
yang merniliki kemampuan menyesuaikan diri yang rendah" (Odom, Seeman,
dan Newborugh, 1971, 285).
Dalarn riset yang dilakukan oleh Universitas Utah, Alexander (1973) mempe-
lajari keluarga yang merniliki 22 anak remaja yang normal dan 20 anak remaja
yang nakal dengan merekam video setiap keluarga selama melakukan tugas
"resolusi atas perbedaan". 1a menemukan bahwa keluarga yang memiliki remaja
yang nakal bersikap defensif dalarn komunikasi mereka dan tidak bisa bekerja sarna
saat melakukan tugas sebagai satu kelompok. Keluarga-keluarga yang merniliki
anak remaja yang normal, yang saling mendukung, marnpu bekerja sarna sebagai
satu unit kesatuan, dan tidak bersikap sebagai individu yang defensif.
Orangtua bisa menghilangkan omelan dan bentuk komunikasi negatif lainnya
dengan menilai ulang seluruh peraturan keluarga, tugas-tugas dan hukuman
secara objektif. Dalam satu sesi keluarga yang khusus, remaja dirninta untuk
menggarnbar garis di tengah-tengah selembar kertas kosong, menulis peraturan
dan tugas khusus yang mereka pikir seharusnya mereka jalani di sebelah kiri,
dan hukuman yang mereka pikir seharusnya mereka terima jika melanggar setiap
peraturan pada sisi kanan. (Sebagian besar remaja bersikap lebih keras terhadap
diri mereka sendiri dibanding orangtuanya. Mereka menghendaki kontrol yang
lebih banyak, namun sering kali melanggar peraturan, sehingga orangtuanya
membuat peraturan yang sedikit lebih keras.) Kemudian orangtua meneliti setiap
peraturan, tugas dan hukuman yang didata oleh anak remajanya dan memba-
hasnya. Yang rasional dibiarkan sebagaimana adanya; untuk peraturan dan tugas
yang terlalu ketat atau terlalu lunak dirundingkan adanya perubahan. Orangtua
punya wewenang untuk menentukan. Baik orangtua maupun anak remajanya
hatwfmenandatangani dan memberi tanggal pada daftar tersebut, dan menjadikan
hal itu sebagai kontrak antara remaja dengan orangtuanya. Remaja harus bersikap
spesifik tentang hari di mana mereka merencanakan untuk melakukan setiap tugas.
Jika mereka menjalankan bagian kontrak mereka dengan baik, tidak perlu ada
omelan lagi. Jika mereka gagal melakukan tugas mereka, konsekuensinya tertulis
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KR ISTEN 2

di sisi kanan garis. Kontrak semacam itu harus dibuat untuk mas a dua bulan,
dan ada pertemuan keluarga mingguan untuk membahas bagaimana semua hal
berjalan. Selama masa itu orangtua harus berusaha menunjukkan respek kepada
anak remajanya sebagai orang dewasa yang masih muda, dan mendengarkan
apa yang mereka katakan, bahkan sekalipun orangtua tidak setuju.
Setelah dua bulan berlalu, kontrak itu dirundingkan lagi, dengan kebebasan
sedikit lebih banyak dalam kontrak baru jika remaja telah melakukan tugasnya
dengan baik. Penampilan yang buruk mungkin memerlukan kontrak yang lebih
ketat. Tujuannya adalah untuk menjaga agar komunikasi tetap konstruktif dan
positif, dan untuk mengucapkan selamat kepada remaja yang menunjukkan
tanggung jawab. Teknik kontrak membantu mengurangi perebutan kekuasaan
dan pada waktu yang sarna mengakui remaja sebagai pribadi dengan menilai
pendapat mereka berdasarkan peraturan yang harus mereka jalaiti.
Masalah khusus yang perlu disebutkan paling tidak secara singkat adalah
masalah komunikasi ayah-anak perempuan. Anak perempuan kecil senang duduk
di pangkuan ayahnya. Namun pada umumnya ayah merasa kurang nyarnan dengan
day a tarik anak perempuan remajanya yang sangat kuat. Karena tidak menyadari
bahwa perasaan itu sangat normal, beberapa ayah menarik diri dari anak
perempuannya, mungkin dengan bekerja ekstra untuk menghindari konfrontasi.
Anak perempuan itu, karena merasa ditolak oleh ayahnya yang sangat ia cintai,
mungkin mengembangkan berbagai masalah psikologis. Misalnya, pada waktu
kemudian karena merasa tidak layak, ia merasa tidak diterima oleh Allah dan
suaminya. Ayah harus selalu menyediakan diri untuk anak laki-Iaki ataupun anak
perempuannya; meskipun interaksi ibu-anak semakin meningkat ketika ayah
hadir (Gjerde, 1986).
MENGATASI DEPRESI

Depresi psikologis pada anak remaja sering disembunyikan. Jika orang dewasa
yang depresi kehilangan nafsu makan dan dorongan seksnya, sering kali tidak bisa
tidur pada waktu malam, sakit kepala, atau merasa putus asa, remaja sering
menunjukkan depresi mereka dengan cara yang lain. Remaja yang tidak pernah
punya masalah mungkin tiba-tiba, selama beberapa minggu atau bulan, menjadi
mudah marah, suka memberontak, dan bersikap bermusuhan, dengan perasaan
bersalah yang campur aduk. Gejala itu mungkin menunjukkan depresi. Depresi
biasanya tidak terlihat dalam diri remaja yang telah menjadi masalah selama hidup
mereka.
Remaja yang sebelumnya baik, tetapi saat ini mengalami depresi mudah
ditangani. Kadang-kadang hanya dengan memberi mereka obat anti-depresan,
sudah mengurangi masalah mereka secara dramatis dalam waktu 10-20 hari. Setelah
itu sesi konseling dengan seluruh keluarga diperlukan untuk meneguhkan kembali
pola komunikasi yang sudah retak.
Jika orangtua berpikir bahwa anak laki-laki atau perempuan remajanya
sedang mengalarni depresi, hal pertama yang harus dilakukan adalah meneguh-
kan kembali komunikasi yang positif dengan sikap penerirnaan yang penuh kasih.
Merupakan hal yang bermanfaat bagi kita untuk membandingkan peraturan
keluarga kita dengan peraturan keluarga Kristen lain. Sering, orangtua remaja
yang depresi bersikap terlalu ketat ata:u terlalu longgar.

Fokus. 11.2.
Buku-buku Kristen tentang Remaja
Ada beberapa buku bagus yang bisa membantu orang Kristen memahami remaja
dengan lebih baik. Mungkin buku pertama dalam daftar adalah Understanding Adoles-
cence karya Kotesky (1987). Kotesky menentang beberapa mitos tentang masa remaja
dan memberikan panduan yang bermanfaat untuk orangtua dan orang lain yang bekerja di
antara kaum muda.
The Lilly Endowment telah menyumbangkan dua studi utama tentang kaum muda di
gereja. Yang pertama membahas lima masalah remaja paling penting: (1) citra diri yang
rendah dan kesepian; (2) kesulitan keluarga; (3) keinginan untuk membantu orang lain dan
keprihaUnan sosial alas terjadinya ketidakadilan; (4) ketidaksukaan alas sikap tertutup dan
prasangka; dan (5) keinginan untuk melayani. Sifat-sifat tersebut muncul ke permukaan
melalui studi terhadap lebih dari tujuh ribu kaum muda di sejumlah denominasi, dan
penemuan itu tetap konsisten sejak saat riset mula-mula sampai riset lanjutan tujuh tahun
kemudian. Penemuan riset itu diringkas dalam buku Five Cries of Youth karya Strommen
(1988).
Proyek kedua yang disumbang oleh the Lilly Endowment menghasilkan Religious
Education Ministry with Youth (Wyckoff dan Richter, 1982). Bab pertama merangkum
sejumlah proyek riset terhadap kaum muda, sedang bab lainnya mengutip beberapa
pendekatan terhadap topik itu.
Dobson menu lis Preparing for Adolescence (1978) untuk remaja agar dibaca bersama
orangtuanya. Sesuai dengan tekanan Dobson tentang menjangkau praremaja, Strommen
(1984) menyarankan agar pelayanan kaum muda dimulai sebelum masa remaja, bahkan
sejak anak kelas lima atau enam (The Myth , 1984). Sejumlah penulis lnjili telah
mengumpulkan hikmat dan pengalaman prakUs bersama dalam buku Parents and Teen-
agers (Kesler 1984). David Elkind, seorang psikolog anak religius, yang dikenal melalui
program radio Dobson, telah menulis All Grown Up dan No Place to Go (1984; lihat fokus
11 .3). Karya Tony Campolo bisa bermanfaat untuk memahami remaja, termasuk seri film
dan buku populernya You Can Make a Difference (1984). Pemimpin kaum muda pasti akan
memandang buku Sociology of Youth Ministry (1989) bermanfaat karena memperluas
pemahaman mereka tentang tahap penting kehidupan ini.

TEKANAN KELOMPOK

Kesetiaan anak-anak kecil adalah pada orangtua mereka. Karena mereka ingin
orangtua mereka mengasihi mereka, mereka pada umumnya hid up sesuai dengan
harapan orangtua. Tetapi terutama pada masa remaja awal, kesetiaan itu bergeser
dari orangtua ke ternan sekelompok. Sejauh tertentu, pada umumnya remaja
menggunakan moral ternan sekelompok. Keseragaman tersebut memuncak dari
PENGANTAR
_ ·......._ ·PSIKOLOGI
· _ _DAN ""', _ KONSELING
_ __ _ KRISTEN
_ _ __ 2 _______ b_~"'_ ..... _, _ _ ,,_ _ ~ _ _ , _ . . , . _

usia sebelas sampai tiga belas tahun dan setelah itu menurun (Costanzo dan Shaw,
1966; Steinberg dan Silverberg, 1986).
Namun jika orangtua telah membesarkan mereka dengan baik, rernaja
cenderung mernilih ternan sebaya yang rnernpercayai hal-hal yang sarna dengan
orangtua mereka. Meskipun Sebald dan White (1980) mencatat bahwa rernaja
cenderung menyesuaikan diri dengan orangtua daripada ternan sebaya ketika
menghadapi masalah yang sangat penting, dalam mencari popularitas dan pene-
rimaan sosial, kecocokan dengan ideologi ternan sekelornpok, kesetiaan, dan
norma-norma yang terutama.
Orangtua hanya rnerniliki kontrol yang terbatas atas ternan-ternan yang
dipilih anak remaja di luar rurnah. Hal yang bisa dilakukan orangtua hanya
mengontrol siapa yang diizinkan bermain ke rurnah dan memberi petunjuk kepada
anak remajanya dengan siapa mereka seharusnya di luar rumah, dan berharap
agar mereka taat. Jika jalur kornunikasi tetap terbuka, orangtua akan menemukan
bahwa pendapat mereka dihorrnati anaknya ketika saat untuk panduan sernacarn
itu tiba.
Hubungan antarpribadi yang dikembangkan selarna rnasa remaja sering kali
lebih penting daripada apa yang dipelajari dari pelajaran di sekolah. Setelah
mempelajari literatur tentang sosialisasi remaja, Segal dan rekan-rekan (1967, 173)
berkomentar bahwa "setiap studi psikiatri sosial utama pada dekade terakhir
mengarahkan perhatian pada adanya kemungkinan bahwa tidak adanya hubung-
an antarpribadi yang memuaskan rnerupakan penyebab, dan bukan hanya sebagai
akibat, gangguan emosional."
SEKS

Permulaan pubertas mendatangkan masalah menstruasi, rnasturbasi, dan


rninlpi basah (keluarnya sperma atau air mani).
Jika anak perempuan sebelurnnya telah diberi tahu oleh ibunya tentang
menstruasi, maka peristiwa itu jarang menjadi pengalaman yang trauma tis dan
menggoncangkan. Pada mas a pertengahan remaja, siklus rnenstruasi anak
perempuan menjadi makin teratur. Hormon estrogen yang mendorninasi dua
rninggu pertama dari setiap siklus mempengaruhi dia untuk ingin berbagi kasih
sayang dengan orang lain. Selarna dua rninggu berikutnya, ketika progesteron
dorninan, ia mungkin merasa kurang aman dan perlu mengetahui bahwa orang
lain mengasihinya. Kemudian selama dua rninggu sebelum mens mclai lagi, ia
mungkin menjadi mudah tersinggung atau mudah rnarah (Wilson, Beecham, dan
Carrington 1966, 59-71) . Orangtua sebaiknya tidak terlalu memanjakan anak
perempuannya. Belajar mengatasi menstruasi pada masa rernaja akan membuat
lebih mudah baginya menghadapi kehidupannya selanjutnya.
Dorongan seks terkuat dalam diri anak laki-laki dialarni saat ia berusia 17 atau
18 tahun, ketika androgen mencapai tingkat puncak (dalam diri anak perempuan
dorongan seks paling kuat dialarni kurang lebih saat berusia 30 tahun). Menurut
laporan Kinsey (1948, 1953), kurang lebih 90 persen laki-laki dan 70 per sen
Fokus 11.3.
Bertumbuh Terlalu Cepat atau Terlalu Lambat?
Elkind (1981) percaya bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak untuk bertumbuh
dengan cepat, tetapi gagal memberikan harapan yang teguh kepada anak remaja. Berbeda
dengan generasi sebelumnya (dan beberapa budaya lainnya saat ini), kita memperpanjang
sikap Udak bertanggung jawab yang berkaitan dengan masa anak-anak sampai masa remaja
akhir, bahkan sampai usia dua puluhan. Semen tara usia pubertas lebih awal dialami remaja,
masyarakat kita mengharapkan remaja menunda pemikahan mereka (Kotesky 1981, 1991 ).
Salah satu dampak dari dorongan agar anak-anak bertumbuh dan remaja bersikap
tidak kekanak-kanakan dan bertanggung jawab adalah meningkatnya tindakan asusila.
Bahkan sejak awal usia sekolah anak-anak didorong untuk punya pacar dan pergi keluar
"pacaran", namun ketika mereka mencapai masa remaja dan secara fisik sudah cukup
dewasa untuk meni~ah, masyarakat menyuruh mereka menunggu sampai mereka lulus
SMU dan lebih baik jika sudah selesai kuliah.
Pada masa Perjanjian Lama, orang-orang biasanya menikah pada usia 12 atau13
tahun. Salama masa Romawi, pernikahan biasa dilangsungkan dalam usia 13 tahun
(perempuan yang belum menikah sampai usia 19 tahun dianggap "perawan tua"). ltulah
sebabnya Alkitab lebih banyak berbicara ten tang perzinaan daripada ten tang seks sebelum
menikah. Seks sebelum menikah bukan masalah utama karena anak-anak muda sudah
menikah sebelum mereka memiliki keinginan seksual, dan bahkan sebelum mengalami
pubertas.
Kotesky (1981) memberikan empat panduan untuk membantu remaja mengatasi
masalah ini. Pertama, memberi kesempatan kepada mereka untuk membuat rencana
khusus. Orangtua dan orang yang melayani kaum muda perlu menyadari situasi kita yang
unik se~ara historis. Meskipun Alkitab dengan tegas melarang hubungan homoseksual
dan heteroseksual sebelum menikah, Alkitab tidak berbicara apa pun tentang masturbasi.
Kedua, memberikan konseling untuk membantu remaja mengatasi rasa bersalah dan
memberikan petunjuk seksual sebelum menikah.
Ketiga, mendorong orang-orang muda untuk menerima tanggung jawab, termasuk
konsekuensi atas tindakan mereka yang salah.
Akhimya, pernikahan dini dengan persetujuan orangtua, bahkan mungkin saat mereka
baru berusia 15 atau 16 tahun, dipandang Kotesky sebagai alternatif yang mungkin bagi
orang Kristen. Memang angka perceraian untuk pasangan remaja sangat tinggi pada saat
ini. Hal itu mung kin disebabkan beberapa remaja menikah untuk melarikan diri dari situasi
rumah tangga yang tidak menyenangkan - ini merupakan dasar pernikahan yang paling
tidak diinginkan. Sebaliknya, Kotesky menekankan dukungan orangtua (bukan campur
tang an) terhadap pasangan yang baru saja menikah. Ia menunjukkan tekanan Alkitab pada
peranan keluarga besaruntuk membantu pasangan yang baru menikah. Meskipun ini bukan
solusi yang sempurna, mungkin ide Kotesky pantas untuk dipikirkan oleh orang-orang
Kristen.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

perempuan pernah melakukan hubungan seks sebelum berusia 21 tahun. Tentu


saja statistik ini mencakup hubungan seks dalarn pernikahan, tetapi penerimaan
sosial yang lebih luas terhadap seks sebelum pernikahan dalarn masyarakat Ame-
rika saat ini tidak diragukan memberikan tekanan pad a kaum muda Kristen yang
ingin menyimpan pengalarnan itu sarnpai saat pernikahan. Meskipun anak-anak
harus mengetahui fakta-fakta kehidupan pada saat mereka berumur enam atau
tujuh tahun, diskusi terus-menerus dengan orangtua bisa membantu remaja Kris-
ten mempertahankan tekad untuk hidup sesuai standar seks Allah. Orangtua
sebaiknya tidak memaksa anak remaja mendiskusikannya dengan mereka, tetapi
orangtua harus mencari kesempatan yang alarniah untuk memperkenalkannya.
Sikap terhadap masturbasi sudah banyak berubah di antara banyak segmen
komunitas Kristen, meskipun sebagian besar masih melarang praktek masturbasi
yang dilakukan secara reguler. Anak laki-laki remaja yang sensitif perlu diyakinkan
bahwa rnimpi basah merupakan hal yang normal atau kadang-kadang masturbasi
bukan dosa.
Orangtua biasanya memandang anak laki-Iaki atau perempuannya yang
berumur belasan tahun dalarn salah satu dari tiga cara ini. Beberapa orangtua
memproyeksikan dorongan berbuat dosa dalarn dirinya sendiri pada anak remaja
mereka, dan mencurigai anak mereka melakukan dosa yang sebenarnya tidak
mereka lakukan. Orangtua lain secara otomatis menyimpulkan bahwa anak remaja
mereka merupakan perpanjangan diri mereka sendiri. Kedua sikap itu tidak realistis.
Yang ketiga, yang sehat, adalah bersikap empati. Orangtua yang menaruh empati
kepada anak remajanya menerima mereka sebagai pribadi yang terpisah dan
berusaha memaharni mereka dan pergumulan mereka. Terutama dalarn membahas
masalah-masalah seksual dengan anak remaja mereka, orangtua harus yakin
bahwa mereka tidak memproyeksikan kecurigaan yang tidak berdasar atau
menyimpulkan bahwa anak-anak mereka berpikir seperti cara berpikir mereka.
Keharnilan pada masa remaja merupakan masalah sosial yang besar, dan remaja
saat ini biasanya pergi ke klinik aborsi. Di banyak negara aborsi diizinkan untuk
hampir semua remaja yang hamil yang berpikir bahwa punya anak akan
menyebabkan masalah emosional, meskipun studi menunjukkan bahwa perempuan
yang melakukan aborsi akan cenderung mengalami lebih banyak masalah
emosional sebagai akibat tindakannya (Reardon, 1987, 119-21). Masalah so sial
lainnya adalah penyakit seks, yang menjalar di antara kaum muda pad a saat ini.
PACARAN

Pacaran merupakan pengalaman yang penting dalam kehidupan remaja.


Hubungan pacaran bisa memiliki dampak yang besar dalam hubungan
pernikahan mereka pada masa yang akan datang. Remaja Kristen jangan diizinkan
untuk pacaran sebelum mereka mempelajari Alkitab dan menulis daftar peraturan
pacaran. Peraturan yang baik adalah untuk membatasi pacaran dengan orang
yang dipandang akan menjadi calon pasangan hidupnya. Orang Kristen harus
selalu merenungkan peringatan Paulus untuk tidak berpasangan dengan orang
yang tidak percaya (II Kor. 6:14).
Orangtua sering menanyakan umur berapa remaja cukup dewasa untuk
pacaran. lni tergantung pada tingkat kedewasaan emosional dan rohani anak re-
maja itu. Untuk remaja yang cukup dewasa secara rata-rata atau di atas rata-rata,
peraturan yang cukup bagus adalah mereka mungkin sudah siap berpacaran sec a-
ra berkelompok saat berumur 13 atau 14 tahun, pergi keluar bersarna pasangan
lain saat berumur 15 tahun, dan pacaran sendiri saat berumur 16 tahun. Pacaran
kelompok mencakup kegiatan seperti pesta di mana anak laki-laki dan perempuan
duduk bersarna berpasang-pasangan atau ikut terlibat dalarn perrnainan. Pada
awal remaja, anak laki-laki dan terutarna perempuan berusaha menemukan garn-
baran seperti apakah lawan jenisnya, tetapi ketika mereka semakin dewasa
biasanya pada akhir masa remaja, kasih yang tulus kepada seorang lawan jenis
bisa saja terjadi.
Dalarn bidang seksual seperti halnya bidang lainnya, pertengahan dan akhir
masa remaja merupakan masa untuk proses pembatasan. Pada awal masa remaja,
batasan yang ditentukan anak rernaja untuk dirinya sendiri masih kabur dan kadang-
kadang bisa berubah-ubah. Tetapi mendekati akhir masa remaja, remaja mulai
mencari identitas pribadi. Karena hal itu mencakup identitas moral, mereka mulai
menentukan atau menetapkan batas moral mereka. Anak remaja yang patuh
terhadap batas yang mereka tentukan akan menyukai diri mereka sendiri. Anak
remaja yang melanggar akan mengalarni rasa bersalah dan menurunkan citra diri
mereka.
Remaja yang mulai berpacaran mungkin sangat memperhatikan diri sendiri,
terutarna penampilan pribadi mereka. Jerawat dan bau badan yang menyertai
perubahan hormon saat pubertas kadang-kadang menimbulkan keprihatinan yang
besar. Mendorong remaja supaya memperbaiki kebiasaan berhias biasanya
memerlukan perawatan jerawat dan bau badan, tetapi untuk jerawat yang parah
mungkin diperlukan pengobatan oleh ahli kulit.
AKHIR MASA REMAJA

Pada akhir masa remaja banyak individu yang secara emosional sudah siap
untuk membuat kornitmen yang berarti pada Kristus. Akhir masa remaja juga
merupakan waktu di mana mereka mulai berpikir serius tentang karier yang akan
mereka tekuni, prestasi yang mereka harapkan seumur hidup mereka, dan
pasangan yang akan mereka pilih untuk hidup bersarna selarna sisa hidup mereka.
Banyak remaja pada akhir masa remajanya yang menjadi kritis terhadap
·orangtua mereka. Hal ini sebagian disebabkan tujuan pribadi mereka, yang sering
kali sangat idealistis dan tidak mungkin dicapai, yang diproyeksikan pada dan
diharapkan dari orang lain - terutarna orangtua mereka. Rernaja mungkin melihat
oningtua mereka tidak hidup sesuai harapan yang ingin mereka capai suatu hari
nanti. Namun ketika mereka semakin bertambah umur dan semakin dewasa,
mereka akan semakin menerirna orangtua mereka.
Saat mencapai kedewasaan awal, individu tidak begitu introspektif dan lebih
berorientasi pada tujuan. Narnun Glasser (1965) percaya bahwa kaum mud a saat
ini kurang begitu berorientasi pada tujuan dibanding kaum muda satu generasi
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

sebelumnya. Kaum muda saat ini tampaknya lebih berorientasi pada kesenangan
dan pengalaman.
Tentu saja remaja pada saat ini menghadapi masalah yang tidak muncul secara
signifikan satu generasi sebelumnya, seperti obat-obatan dan okultisme. Meskipun
kegiatan politik mendorninasi banyak mahasiswa pada tahun 196Q-.an, remaja saat
ini lebih sering ditandai dengan sikap apatis daripada dengan jenis aktivitas apa
pun. Karena merasakan kekosongan dalam hidup, me~ cka berusaha mengisinya
dengan obat-obatan atau dengan pengalaman liar lainnya. Bahkan banyak remaja
Kristen yang tampak bosan dan apatis, dan lebih mementingkan pengalaman
emosional yang narsistis daripada dengan Kristus. Kelompok Injili seperti Navi-
gator, Persekutuan AtIet Kristen, Campus Crusade, Perkantas, dan Young Life
membantu banyak orang muda untuk menerima Kristus secara pribadi. Bagi
orang Kristen, kornitmen ini sangat penting untuk mendapatkan identitas pribadi
yang benar (Campolo, 1984, 13).
MElARIKAN DIRI DARI RUMAH

Melarikan diri dari rumah merupakan masalah remaja yang umum terjadi.
Para psikiater bisa menentukan banyak hal ten tang remaja dan orangtuanya
berdasarkan pola melarikan diri. Remaja yang manja dan terlalu bergantung
(bias any a anak perempuan) melarikan diri untuk menghukum keluarganya yang
tidak mengizinkan mereka melakukan sesuatu menurut cara mereka sendiri.
Mereka biasanya akan segera ditemukan dalam waktu dua puluh empat jam
sampai empat puluh delapan jam; mereka tidak sanggup tinggal jauh dari ibu
mereka lebih lama dari itu.
Remaja yang melarikan diri dan tinggal di tempat jauh mungkin lebih sehat
daripada remaja yang melarikan diri hanya selama satu atau dua hari. Beberapa
remaja mungkin menjadi lebih dewasa dengan melarikan diri daripada tinggal
dalam keluarga yang tidak stabil secara mental. Remaja yang melarikan diri untuk
membuat orangtuanya merasa bersalah jangan diberi pahala ketika mereka pulang.
Jika melarikan diri merupakan masalah yang terus berulang, keluarga harus
melakukan konseling untuk menemukan psikodinamika keluarga. Menurut
Stierlin (1973), antara enam ratus ribu sampai satu juta remaja melarikan diri dari
rumah setiap tahun di Amerika. Lebih dari setengah jumlah itu adalah anak-anak
perempuan, dan pada umumnya berasal dari daerah pinggiran kota. Stierlin (hIm.
59) mencatat bahwa
makin banyak orangtua yang senang mengikat (memanjakan) berusaha
menuruti dan memenuhi perrnintaan anaknya. Mereka ini tanpa sadar akan
makin banyak menciptakan masalah, sulit dipuaskan, dan menjadi seperti
monster. Skenario antarpribadi ini - kekecewaaan yang cepat dengan ternan
bermain, konflik yang meningkat dengan orangtua - menjelaskan mengapa
ban yak remaja melarikan diri, namun kembali ke rumah dengan cepat
seperti pelarian yang gagal.
Tugas ahli terapi dalam situasi seperti itu adalah mendorong orangtua dan
anak untuk menjadi lebih mandiri satu dengan yang lain. Sesungguhnya, anak /I
yang sukses melarikan diri menjadi tanda kemajuan, bukan kemunduran, sebab
hal itu mencerminkan peningkatan kemampuan remaja ini (dan orangtuanya)
untuk hidup terpisah dari mereka, dan mandiri satu dengan yang lain" (hlm. 59).
DORONGAN SEMANGAT UNTUK ORANGTUA KRISTEN

Mungkin satu-satunya hal yang lebih sulit daripada menjadi remaja adalah
menjadi orangtua remaja. Banyak orangtua Kristen takut mereka kehilangan
kontrol atas anak-anak mereka, atau kecil hati melihat beberapa pilihan yang dibuat
anak remaja mereka. Orangtua memerlukan dorongan semangat, terutama ketika
mereka merasa telah melakukan kesalahan besar. Salah satu pendekatan adalah
dengan mengingatkan mereka ten tang hal itu. Paulus membandingkan kehidupan
Kristen dengan perlombaan: "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang
pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja
yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu
memperolehnya!" (I Kor. 9:24). Semangat bersaing Paulus bisa menjadi stimulus
bagi orangtua Kristen, yang sesungguhnya sedang bersaing dengan dunia dan
pengaruhnya atas anak-anak mereka. Orangtua berjuang untuk menghasilkan
anak-anak yang sehat secara emosional dan spiritual.
Setiap tahun pemain sepakbola di kampus yang terbaik dipilih menjadi tim
profesional d,uam draft profesional. Apa yang akan terjadi jika Allah memiliki "draft
IrrQ" setiap tahun untuk memilih orangtua Kristen yang terbaik dalam
membesarkan anak-anak? Paulus berkata, "Karena itu larilah begitu rupa, sehingga
kamu memperolehnya!" Orangtua sering merasa bahwa mereka telah melakukan
kesalahan. Tetapi tidak ada gunanya untuk tinggal pad a masa yang lalu~ Mereka
harus berjuang untuk menjadi orangtua yang terbaik bagi anak-anak mereka.
Anak-anak bisa memberi toler ansi terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
orangtua mereka. Kadang-kadang pola umum dalam membesarkan anak lebih
penting daripada kesalahan (Kagan, 1979).
Orangtua Kristen harus menyerahkan diri mereka kepada Allah sehingga la
bisa menggenapi apa yang ingin la lakukan dalam hidup anak-anak mereka. la
telah berjanji membantu mereka menjadi orangtua yang sesuai panggilan-Nya.
Orangtua harus mengakui kesalahannya pada masa yang lalu kepada Allah,
dengan tetap mengingat janji-Nya bahwa "Jika kita mengaku dosa kita, maka la
adalah setia dan adil, sehingga la akan mengampuni segala dosa kita dan menyu-
cikan kita dari segala kejahatan" (I Yoh.l : 9). Orangtua harus belajar mengampuni
diri mereka sendiri dan maju terus, "melupakan apa yang telah di belakangku
dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku" (FIp. 3:13). Allah akan
memberi pahala dengan limpah kepada orangtua yang berpaling dari ambisi dunia
yang egois dan secara total menyerahkan diri mereka untuk memenuhi panggilan
yang tertinggi: menjadi orangtua Kristen yang bijaksana, kuat, mengasihi dan .
saleh.
PEN GANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 11.4.
Mengizinkan Pergi
Banyak orangtua Kristen tidak tahu kapan mereka harus "membiarkan pergi". Ketika
anak burung robin mencapai tahap perkembangan tertentu, ibunya mendorong dia keluar
dari sarangnya dan burung robin muda itu belajar terbang sendiri turun ke tanah. Tanpa
mengalami kesulitan dan mencoba bersikap, tidak ada remaja yang akan bertumbuh dan
"belajar terbang". Psikiatris menemukan banyak pasien yang neurotik dan tidak utuh yang
masih hidup bersama orangtuanya sampai usia tiga puluh tahun atau bahkan lebih tua.
Hal ini terutama berlaku untuk orang dewasa muda yang akhirnya menjadi skizofrenik. Hal
itu juga berlaku untuk laki-laki pecandu alkohol. Ban yak dari mereka yang menikah dengan
perempuan yang tipenya mirip dengan ibunya, sebelum akhirnya bercerai dan kembali
kepada ibunya untuk meneruskan hidup mereka yang pendek.
Suatu tindakan yang bijaksana bagi anak remaja yang telah lulus sekolah menengah
atau kost di tempat yang tidak begitu jauh dari rumah mereka. Di universitas atau dalam
situasi lain mereka bisa mengembangkan talenta yang dikaruniakan Allah dan mempelajari
pelajaran kehidupan yang sulit dengan membuat kesalahan dan kemudian mengoreksinya.
Jika orangtua sudah membesarkan mereka dalam norma Allah selama enam tahun pertama
kehidupan mereka yang penting, ketika kepribadian pada mulanya dibentuk, sebagian besar
mereka akan berhasil dengan baik.
Orangtua harus mempercayai anak-anak mereka. Jika mereka tidak rnambesarkan
anak-anak mereka dengan prinsip-prinsip Allah, usaha-usaha untuk mengajar anak ynng
berusia delapan belas tahun sesuatu yang seharusnya mereka pelajari dalam usia tiga
tahun akan sia-sia. Mereka perlu belajar dari kehidupan; orangtua harus berdoa agar Allah
mendewasakan ariak-anak mereka. Kebebasan yang terbesar adalah untuk membuat
kesalahan dan dari sana maju terus, dengan mempelajari pelajaran yang berharga dari
pengalaman itu . Orangtua jangan menendang anaknya ketika mereka jatuh. Mereka
mungkin perlu menendang diri mereka sendiri ketika tidak ada orang melihat. Jika mereka
bisa belajar menghilangkan rasa takut mereka terhadap kegagalan, mereka mempelajari
pelajaran yang penting.

PERKEMBANGAN ORANG DEWASA


Topik perkembangan orang dewasa baru dipelajari akhir-akhir ini' oleh para
psikolog. Jadi pada saat ini banyak kesimpulan dalam bidang ini yang bersifat
tentatif. Masa dewasa bisa dibagi menjadi tiga periode: masa dewasa awal (umur
20-30 tahun), masa dewasa pertengahan (umur 40-65), dan masa dewasa akhir
(masa setelah pensiun).

Masa Dewasa Awal


Erikson menggambarkan masa dewasa awal sebagai masa di mana seseorang
memilih keakraban hubungan yang dekat dan/ a tau pernikahan, dengan
pengorbanan yang dipe~lukan, a tau mernilih jalan isolasi karena takut menghadapi
hubungan seperti itu (Papalia dan aids, 1986,399). Hubungan heteroseksual yang
saling mengasihi dan saling memberi merupakan norma untuk tahun-tahun
kehidupan ini. Keintiman pernikahan dan hubungan seksual menghasilkan
pembentukan keluarga baru.
CiNT A, PERNIKAHAN, DAN SEKS

Secara khas pasangan-pasangan di Amerika "jatuh cinta" dan menikah derni


cinta. Orang Amerika, baik secara historis maupun budaya, lain dari suku bangsa
yang lain karena mereka menikah berdasarkan perasaan, dan bukan dengan cermat
menimbang semua faktor yang terkait. Banyak pasangan di Amerika yang
mempertimbangkan untuk bercerai mengeluh bahwa mereka "tidak lagi merasakan
apa-apa" dan percaya bahwa ini merupakan alasan yang tepat untuk berpisah.
Ketidakrasionalan "kasih romantis" telah didokumentasikan oleh ahli sosiologi
seperti Campolo (1986, 148).
Lalu, apakah yang dimaksud dengan cinta? Apakah itu sekadar perasaan?
Tindakan? Khayalan belaka? Cinta yang sejati itu nyata, meskipun cinta yang
disangka mereka rniliki hanya merupakan khayalan. Banyak orang secara keliru
memandang cinta sebagai sensasi otomatis yang muncul dan tetap tinggal selama-
lamanya ketika seseorang menjalani upacara magis ketika berkata, "Saya bersedia."
Cinta bukan sekadar emosi, bahkan sekalipun cinta merniliki komponen emosional
yang besar.
Allah telah merancang kita untuk berbagi cinta kasih dengan orang lain dalam
tiga taraf: rohani, emosi, dan jasmani. Hubungan cinta perlu berkembang dalam
urutan seperti itu. Dalam masyarakat saat ini, "cinta" secara fisik yang muncul
lebih dahulu sering hanya haw a nafsu gaya lama, yang merendahkan persekutuan
seksual yang Allah ciptakan. Allah menciptakan hubungan seksual secara fisik, yang
memberikan kelepasan dari ketegangan seksual yang luar biasa, untuk menjadi
bagian reguler dari kehidupan pernikahan. la memperingatkan bahwa orang yang
melakukan tindakan seks di luar pernikahan, perzinaan, atau homoseksual akan
menanggung akibatnya.
Para psikolog menemui banyak pasien dengan masalah seksual karen a
konsep Victorian yang salah tentang apa yang sesungguhnya dikatakan Alkitab
tentang hubungan seksual dalam pernikahan. Sungguh menyedihkan melihat
dampak dari etika Victorian pada diri anak-anak dari suarni dan isteri semacam
itu. Orang Kristen sering mengabaikan fakta bahwa Paulus memperingatkan
suarni dan isteri untuk tidak mengurangi hubungan seksual satu dengan lain,
kecuali selama berdoa (I Kar. 7:3-5).
Suarni/ isteri yang pasangannya tidak sensitif terhadap kebutuhan seksualnya
atau terhadap perasaan mereka tentang seks akan tergoda untuk memenuhi
kebutuhan itu dengan cara yang tidak alkitabiah dan neurotik. Dalam pernikahan
Kristen, kasih sayang secara fisik merupakan hal yang indah di mata Allah yang
menciptakan pasangan itu untuk suarni/isterinya. Persatuan seksual merupakan
ungkapan cinta yang sejati secara fisik yang ada pada tingkat rohani dan
emosional. Hal itu meningkatkan kesehatan mental seluruh keluarga. Hal yang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRI STEN 2

menyedihkan, hanya sedikit orang yang bisa mencapai potensi cinta mereka yang
sejati dalam hubungan pernikahan.
Cinta yang baru saja ditemukan remaja, yang dijelaskan dengan istilah yang
jujur, sering berarti sesuatu seperti ini: "Aku ingin memakai kamu untuk mem-
buktikan siapa aku, dan untuk memuaskan kebutuhan fisik dan egoku." Orang
yang palos sering merasa mabuk kepayang dengan jenis cinta ini; orang yang
emosinya dewasa dan realistis, yang mungkin juga merasa mabuk kepayang secara
fisik, tahu bahwa cinta semacam itu tidak akan memuaskan jiwa dan roh. Cinta
yang dewasa itu sabar. Cinta yang dewasa itu lemah lembut. Cinta yang dewasa
berusaha memberikan yang terbaik untuk orang lain, dan tidak mengharapkan
balasan, meskipun ia sangat menghargai jika cintanya yang sejati dibalas (I Kor.
13).
Pad a umumnya orang telah belajar (dan memilih) untuk mencintai pada tingkat
bayi, kekanak-kanakan atau remaja saja. Cinta yang dewasa dan akrab hanya
ditemukan pada diri beberapa orang dewasa saja. Orang itu biasanya berusaha
mendapatkan pertolongan Allah, yang ad?.lah kasih, untuk mencapai kondisi itu:
"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita sating mengasihi, sebab kasih itu
berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal
Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah
kasih" (I Yoh. 4:7-8).
PERANAN SUAMI DAN ISTERI

Kaum suarni dan kaum isteri itu sejajar, tetapi mereka mempunyai peranan
yang berbeda. Peranan suarni adalah sebagai penyedia. Suarni menyediakan baik
kebutuhan rohani, psikologis dan fisik keluarga maupun kebutuhan seksual
isterinya. Dalam pernikahan tradisional suarni dipandang sebagai otoritas akhir
dalam rumahnya, meskipun ia berkonsultasi dengan isterinya ketika membuat
keputusan. Akhirnya suarni adalah pemirnpin (Blitchington, 1980, 65-78).
Beberapa panduan Alkitab bisa mem-
bantu suami menjalankan peranannya .
Prioritas suarni haruslah mengasihi isterinya
dengan sikap mau berkorban dan setia seperti
halnya Kristus mengasihi gereja (Ef. 5:25-33).
Kasih semacam itu memberikan ketenangan
dan keamanan. Kasih yang sejati menghindari
kekasaran (Kol. 3:19). Ungkapan kasih, seperti
bunga, pujian, dan menelepon , juga me-
nekankan perhatian seorang suami kepada
isterinya.
Suarni harus sopan dan penuh perhatian,
serta menunjukkan rasa hormat kepada isteri-
'Meskipun kita menikmati sedikit kedamaian nya dengan membukakan pintu atau mem-
dan ketenangan, mari kita membicarakan bantunya duduk. Pujian di depan umum
beberapa kesalahanmu.' merupakan pengakuan yang positif yang akan
Perkembangan Masa Remaja dan Dewasa
" . , .-

memperkuat sifat yang diinginkan. Suami juga harus secara pribadi dan verbal
memberi tahu isterinya bahwa ia mengasihi dia dan alasannya. Isteri harus di-
ingatkan tentang posisi khususnya sebagai isteri. Kritikan harus dilakukan secara
pribadi dan tidak boleh diarahkan pad a sifat isteri yang tidak bisa diubah. Seorang
suami yang bijaksana tidak akan membandingkan isterinya dengan wanita lain
dan berharap lebih kepadanya. Akhirnya suami harus menghindar pergi ke tempat
tidur dalam keadaan tetap marah (Ef. 4:26-27). Kemarahan harus dibereskan
dengan segera dan kedua belah pihak harus saling mengampuni, entah mereka
setuju dengan masalah itu atau tidak, pada saat mereka pergi ke tempat tidur.
Peranan isteri, seperti dicatat sebelumnya, tidak lebih rendah daripada
suaminya, tetapi berbeda. Meskipun Alkitab menggambarkan peranan isteri sebagai
orang yang menundukkan diri (Ef. 5:22), itu tidak berarti bahwa isteri akan menjadi
budak atau keset yang tidak berbicara dan tidak berotak. Penundukan diri pad a
dasarnya merupakan sikap hormat terhadap suami dan pengakuan atas kepe-
mimpinannya di rurnah.
Panduan untuk isteri mencakup sikap menunjukkan rasa hormat terhadap
suaminya. Suami memerlukan penghormatan seperti halnya isteri memerlukan
kasih. Isteri harus menghindari membicarakan kesalahan suaminya di muka
umum. Isteri harus mengasihi suaminya dengan mengetahui apa yang menye-
nangkan dia. Menggerutu, membuat gosip, dan mempertanyakan kemampuan
suaminya dalam membuat keputusan sama sekali dilarang.
Isteri juga harus menyadari bahwa laki-Iaki lebih mementingkan aspek fisik
dalam respons seksualnya, sedangkan seksualitas wanita lebih bersifat emosional.
Laki-Iaki lebih mudah terangsang dan cenderung menuntut hubungan seks lebih
banyak, kadang-kadang menghendaki hubungan seks lebih sering daripada
isterinya. Suami/isteri perlu belajar memuaskan pasangannya secara seksual.
Misalnya, suami harus berusaha memperlama foreplay seksual sehingga isterinya
bisa mencapai orgasme. Banyak wanita yang gagal memberi respons seksual karena
suaminya sangat tergesa-gesa dalam melakukan hubungan seks tanpa memikirkan
isterinya (Wheat dan Wheat, 1981,89-107).
Isteri harus menjadi manajer yang baik. Arnsal 31 menjelaskan bahwa isteri
yang ideal memiliki keterampilan bisnis yang bagus. Ia tidak boleh malas, tetapi
sebaliknya ia harus sibuk baik di dalam (fit. 2:3-5) maupun di luar rurnah (Arns.
31). Namun ia tidak boleh terlibat terlalu banyak di luar rurnah sehingga tanggung
jawab di rumah kurang tertangani dengan baik.
TANTANGAN UNTUK ORANGTUA

Aspek utama orang dewasa muda adalah hal menjadi orangtua. Orang-or-
ang pada zaman ini tampaknya lebih menyukai memiliki anak lebih sedikit
daripada zaman dulu. Banyak pasangan yang menunggu sampai mereka berurnur
tiga puIuh tahun untuk memiliki anak yang pertama. Tentu saja tidak memiliki
anak segera setelah menikah merupakan hal yang bijaksana. Suami-isteri
membutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan diri dan dengan peranan baru
mereka sebagai suami-isteri. Tentu saja, ada keuntungan dan kerugian untuk
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

membentuk keluarga lebih awal, tetapi keuntungannya biasanya jauh lebih banyak
daripada kerugiannya (Olds, 1983). Meskipun anak-anak bisa menimbulkan
ketegangan seeara ekonomi dan finansial, ada bukti bahwa pada umumnya riset
dalam bidang ini mengambil pandangan negatif yang tidak adil tentang mem-
besarkan anak pad a tahun-tahun awal pernikahan (?apalia dan Olds, 1986, 422).
Allah telah memberikan tanggung jawab yang luar biasa kepada orangtua
untuk "mendidik orang mud" menurut jalan yang patut baginya" (Arns: 22:6).
Bagaimana orangtua mendidii< anak-anak mereka selama enam tahun pertama
kehidupan mereka akan mempengaruhi kehidupan anak-anak mungkin selama
enam puluh atau tujuh puluh tahun, dan mungkin menentukan seberapa banyak
sukacita dan kesuksesan yang akan mereka alami.
Perhatian Allah kepada anak-anak sangat jelas sepanjang Alk,itab. "Lalu orang
membawa anak-anak keeil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi
murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu" (Mrk. 10:13). Murid-murid
tampaknya berpikir bahwa Kristus sudah terlalu sibuk berbicara dengan orang-
orang dewasa sehingga tidak boleh memboroskan waktu-Nya dengan anak-anak.
Tetapi
ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan
anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka,
sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan
Allah seperti seorang anak keeil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu
Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka
Ia memberkati mereka. (Mrk. 10:14-16)
Sifat anak keeil yang baik dipandang sebagai contoh untuk orang dewasa dalam
perikop Matius, yang juga memberikan peringatan tentang sikap kita terhadap
anak-anak.
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?"
Maka Yesus memanggil seorang anak keeil dan menempatkannya di
tengah-tengah mereka, lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak keeil ini, kamu tidak
akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan
diri dan menjadi seperti anak keeil ini, dialah yang terbesar dalcim Kerajaan
Surga.
Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-
Ku, ia menyambut Aku. Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-
anak keeil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelarnkan ke dalam laut.
Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan
harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya." (Mat. 18:1-7)
Fokus 11 .5.
Buku-buku tentang
Pernikahan dan Menjadi Orangtua
Banyak buku Kristen dengan topik-topik pernikahan dan menjadi orangtua tersedia.
Banyak di antara topik-topik ini berdasarkan pengalaman pribadi, sedang buku lainnya
menggunakan riset ilmiah.
Di antara buku terbaik tentang pernikahan dan keluarga (di luar buku yang sudah
disebutkan di bab lain teks ini) terdapat buku Marriage and Family.karya Grunlan (1984),
The Family karya Balswicks (1989); dan Family Building karya Rekers (1985). Family Building
merupakan kumpulan bahan tulisan 23 penulis. Buku ini berfokus pada enam sifat yang
biasanya ditemukan dalam keluarga yang kuat: komitmen, waktu yang dilewatkan bersama,
komunikasi yang baik, ungkapan penghargaan untuk pasangannya, komitmen rohani dan
kemampuan untuk menangani situasi krisis. Buku keempat yang cukup bagus adalah Marital
Counseling (1981 ), yang ditulis oleh konselor Kristen yang terkenal Norman Wright. Akhimya,
James Dobson telah menulis, dalam hitungan terakhir, dua belas buku yang membahas
masalah-masalah pernikahan dan menjadi orangtua, yang semuanya sangat mudah dibaca
dan sangat menarik. Sudut pandang praktisnya secara psikologis masuk akal dan
sepenuhnya kristiani.
Penulis baru-baru ini cenderung menggabungkan masalah pernikahan dengan tahap-
tahap perkembangan menjadi orang dewasa, seperti Your Marriage Can Survive Mid-Life
Crisis karya Conway (1988), Seasons of a Marriage karya Wright (1982) dan Keeping Our
Troth karya Olthuis (1986).

Peringatan lain yang Allah berikan tentang anak-anak seharusnya mPmbuat


orangtua berpikir dengan bijaksana tentang tanggung jawab membesarkan anak:
"Sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat
dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada
beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada
perintah-perintah-Ku" (Kel. 20:5-6).
Banyak orang dibingungkan oleh perikop ini, dan tidak bisa memahami
mengapa Allah yang penuh kasih bisa menghukum tiga atau empat generasi
keturunan mereka atas dosa-dosa orangtua mereka. Hal ini tampaknya tidak sesuai
dengan perikop ten tang kasih Kristus kepada anak-anak seperti tercatat dalam lnjil.
Tetapi para psikiater yang menangani anak-anak yang terganggu mentalnya setiap
hari dan harus berhubungan dengan orangtua dan kakek-nenek mereka bisa ·
memaharni apa arti perikop ini dengan segera.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

· Fokus 11.6. Apakah Orangtua Harus Disalahkan karena


Perilaku Anal<-anak Mereka?
Myers dan Jeeves (1987, 36-40) mengajukan pertanyaan yang menggelitik tentang
seberapa besar peranan atau tuduhan yang harus diterima orangtua alas perilaku anak-
anak. Sepanjang pembahasan psikologi anak dalam bab sebelumnya dan juga bagian
remaja dalam bab ini, kita telah menyimpulkan bahwa orangtua memiliki pengaruh yang
sangat besar pada anak-anak rilereka. Namun apakah orangtua bertanggung jawab
sepenuhnya atas perilaku anak-anak atau harus memikul tanggung jawab atas kegagalan
mereka?
Dobson (1978b, 20) menunjukkan bahwa anak-anak tertentu tampaknya dilahirkan
dengan temperamen yang kurang baik. Seperti penjelasannya, mereka memasuki kamar
bersalin "dengan merokok cerutu dan berteriak-teriak mengeluhkan suhu ruangan." Mereka
adalah anak yang keras kemauannya dan terlalu menuntut, yang kebandelannya terus-
menerus mengganggu orangtua mereka. Anak-anak lain taat dan mudah bergaul. Mung kin
sebagian besar ada di tengah-tengah, meskipun Dobson percaya ada lebih banyak anak
yang termasuk dalam kelompok anak-anak yang su.ka melawan daripada dalam kelompok
lainnya (1978b, 22).
Meskipun .kita bisa belajar banyak tentang menjadi orang-tua dari rise! dan literatur
psikologi, dan kita harus memberikan keuntungan sebanyak mungkin kepada anak-anak
kita dalam bidang ini, kita juga harus menyadari bahwa hasilnya tidak sepenuhnya berada
dalam Iangan kita. Ada orang-orang dewasa normal yang berasal dari lingkungan masa
anak-anak yang sangat buruk, sedang beberapa anak yang berasal dari rumah tangga
yang baik dengan orangtua yang baik tidak menjadi orang yang baik.

Salah satu penyebab hubungan orangtua-anak yang neurotik adalah


hubungan suami-isteri yang neurotik. Penanganan ni.asalah anak-anak sering kali
memerlukan bantuan orangtua untuk mempelajari cara yang lebih baik untuk
hid up dan mengasihi. Suami-isteri yang kebutuhannya akan kasih tidak terpenuhi
oleh pasangannya sering mencari di tempat lain untuk mendapatkan pemuasan.
Suami bisa terlibat dalam skandal; isteri bisa mengembangkan kebutuhan neurotik
bagi anaknya untuk mencintai dia. Ibu yang neurotik bisa begitu mendambakan
anaknya untuk mencintai dia sehingga ia takut memukul mereka ketika anak-
anak membutuhkan hal itu. Pukulan bisa menyebabkan mereka berhenti mencintai
dia selama beberapa menit atau jam. Para ibu atau para ayah bisa berpaling kepada
anak-anak mereka untuk mendapatkan cinta, dan memperlakukan anak-anak
yang berbeda jenis kelaminnya dari mereka seperti suami atau isteri kecil.
Beberapa ibu tidak ingin anaknya bertumbuh karena mereka merasa sangat
takut akhirnya akan ditinggalkan tanpa memiliki satu-satunya hubungan yang
mereka miliki. Sebab itu mereka memberikan apa pun yang diminta anaknya,
memanjakan mereka, dan membuat semua keputusan untuk mereka, dan meng-
halangi mereka mendapatkan kebebasan. Ketika mereka berumur enam tahun,
Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Alkitab menyatakan bahwa setiap kita memiliki
pilihan yang harus kita putuskan dalam hidup kita. Dalam hikmatnya, Allah telah memberi
kita kebebasan sejauh tertentu . Kita tidak ditentukan sepenuhnya oleh orangtua kita, tetapi
merupakan kombinasi sifat kepribadian yang diwariskan, pengaruh orangtua dan pilihan
pribadi.
Dobson (1987, 184-86) menekankan bahwa kita harus menafsirkan dengan tepat
Amsal 22:6 "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Amsal ini, seperti halnya amsal
lainnya bersifat probabilitas. Amsal-amsal dalam Alkitab bukan bersifat pernyataan absolut
yang tidak memiliki perkecualian, melainkan merupak'cm penjelasan ten tang kecenderungan
dalam perilaku manusia.
PertimbangkanAmsal1 0:27 "Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-
tahun orang fasik diperpendek." Meskipun ini merupakan kecenderungan umum, tentu
saja ada perkecualian dalam peraturan itu; beberapa orang yang saleh mati muda dan
beberapa orang yang jahat hidup sampai tua. Amsal 22:6 menafsirkan dengan tepat dan
menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan baik cenderung tidak akan
meninggalkan imannya, tetapi ini tentu saja tidak menghilangkan kebebasan anak untuk
memilih . Kita sebagai orang Kristen harus melakukan hal yang terbaik untuk membesarkan
anak-anak menurut panduan Alkitab dan prinsip-prinsip psikologi yang sah. Tetapi ada
saatnya kita harus membiarkan mereka mengambil keputusan sendiri (lihat fokus 11.3).
Tanggung jawab kita adalah melakukan hal yang terbaik dan hasil akhirnya tidak sepenuhnya
berada dalam kendali kita.

anak-anak semacam itu akan takut pergi ke sekolah karena mereka terlibat
hubungan dengan ibunya yang terlalu neurotik. Dalam masa remaja mereka,
karena menyadari kekurangan mereka, mereka mungkin berpaling pada obat-
obatan atau alkohol, membenci ibu mereka, dan gagal menjadi dewasa secara
emosional. Ketika anak itu akhirnya menikah dan mempunyai anak sendiri, ibu
yang neurotik mungkin berusaha meneruskan dominasinya dalam rurnah tangga
baru, dan memberikan apa yang diminta cucunya dan memisahkan orangtua
mereka. Beberapa generasi bisa dipengaruhi oleh suami atau isteri yang tidak
saling mengasihi sebagaimana seharusnya.
Orangtua yang menjalani kehidupan berdosa, kehidupan yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip firman Allah yang menghasilkan kesehatan, akan
memberikan dampak yang dalam pada anak-anak dan cucu mereka, sampai tiga
a tau empat generasi. Allah tidak menghukum keturunan mereka karena dosa mereka,
melainkan orangtua itu sendiri- karena mereka tidak hid up sesuai dengan perintah-
Nya.
--_.._-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

TAHAP-TAHAP KEDEWASAAN LEVINSON

Levinson (1978) melakukan wawaneara yang mendalam dengan ldki-laki


untuk menentukan bagaimana orang dewasa berubah ketika mereka bertambah
tua. Ia menemukan bahwa selama tahun-tahun remaja akhir sampai umur 24 tahun
laki-Iaki berada pada masa transisi dari masa pra-dewasa menuju status dewasa.
Dalam prosesnya ia biasanya keluar dari rumah tangga orangtuanya dan menjadi
lebih mandiri.
Kaum laki-Iaki memasuki dunia orang dewasa antara umur 22-28 tahun.
Namun selama tahun-tahun ini komitrnen mereka terhadap pekerjaan masih bersifat
sementara. Beberapa laki-Iaki sangat stabil dan memiliki komitrnen yang kuat,
sedang yang lain adalah pemimpi yang membiarkan pilihan mereka terbuka. Sering
laki-Iaki mengembangkan hubungan yang sangat dekat dengan mentor mereka,
seorang senior yang lebih tua dari mereka delapan sampai lima belas tahun, yang
memberikan wawasan, inspirasi, dan dukungan.
Antara umur 28-33 tahun ada masa transisi lain di mana seseorang melakukan
pandangan ulang pada komitrnen yang ia buat dan akan menyimpulkan apakah ia
masih prematur atau sebaliknya melakukan komitrnen ulang terhadap pekerjaan
dan pernikahannya. Fase transisi ini bisa menimbulkan krisis, dan banyak laki-Iaki
yang mulai meneari pekerjaan baru. Saat ini juga merupakan puneak dalam angka
pereeraian. Riset tambahan yang dilakukan oleh Sheehy (1976) menunjukkan
bahwa banyak wanita yang mengalarni transisi yang sama ketika berumur tiga
puluhan, dan sering kali bergeser fokusnya dari karier pada tekanan yang baru
pada rumah tangga dan membesarkan anak.
Levinson meneatat bahwa individu itu kemudian menuju fase berikutnya dalam
masa dewasa muda, umur 32-40 tahun, di mana ada kemapanan dan perkembangan
struktur kehidupan orang dewasa yang kedua (yang berbeda dengan struktur
pertama yang dikembangkan ketika ia berusia 20 tahunan). Orang-orang
menentukan tujuan yang baru dan berusaha meneguhkan tempat mereka dalam
masyarakat, dan berusaha maju sementara mereka membuat komitrnen pada
kemapanan.
Mendekati akhir fase kemapanan ini, laki-Iaki sering mulai merasakan
kebutuhan akan kemandirian yang lebih besar dari ketegangan dan tekanan, tetapi
ia juga menginginkan penghormatan dan peneguhan. Ia mulai bertengkar dengan
keluarga, ternan-ternan, dan rekan sekerja. Mentor pada fase kedewasaan
sebelurnnya biasanya sudah hilang pada masa ini.
Pada tahap ini ia eenderung mengambil salah satu dari lima eara
menyesuaikan diri. Pada umurnnya orang melakukan komitrnen terhadap karier
yang sudah ia pilih. Beberapa orang mengalarni kegagalan yang serius - paling
tidak dari sudut pandang mereka sendiri. Beberapa orang yakin bahwa mereka
perlu membuat perubahan yang radikal, dan bergurnul untuk menentukan arah
karier mana yang akan mereka ambil. Beberapa orang mungkin mendapatkan
promosi. Akhirnya sejumlah keeil mereka ditandai dengan ketidakmapanan,
biasanya hal itu sudah bermula sejak mereka berumur tiga puluhan.
Perkembangan Masa Remaja dan Dewasa

Perernpuan sering rnengikuti arah yang sarna, rneskipun rnereka rnenernukan


diri rnereka sendiri berusaha untuk rnengatasi konflik antara peranan tradisional
rnenciptakan rumah tangga dan rnernbesarkan anak-anak dengan tekanan sosial
yang bertentangan dengan hal itu, untuk rnaju dalarn pekerjaan di luar rumah.
Narnun rneskipun bekerja di luar rurnah, perernpuan seperti itu cenderung
rnenggarnbarkan pekerjaan rnereka dalarn istilah hubungan dan bukan prestasi
khusus (Gilligan, 1983).

Masa Dewasa Pertengahan


Pada saat berurnur kurang lebih 40 tn ~un, seseorang rnernasuki usia
pertengahan. Erikson (1963) rnenggarnbarkan rnasalah pada tahap ini adalah
produktivitas versus stagnasi; orang-orang bisa rnernilih untuk rnernbantu gene-
rasi berikutnya (rnenuntun anak-anak rnereka sendiri atau rnenjadi mentor).
Meskipun keegoisan harus dihindari, kepasifan sejauh tertentu cukup bermanfaat.
Orang-orang pada usia pertengahan yang sukses dalarn rnenyesuaikan diri
dengan kehidupan cenderung rnelakukan ernpat perubahan yang perlu. Pertama,
rnereka rnulai rnengukur diri rnereka dalarn lingkup hikmat dan bukan kekuatan
fisik, yang rnulai berkurang pada saat ini. Kedua, rnereka rnenilai orang-orang
berdasarkan kepribadian rnereka yang unik dan sikap persahabatan yang rnereka
tunjukkan. Fleksibilitas ernosi sangat penting, karena rnereka rnulai kehilangan
hubungan tertentu karena kernatian orangtua atau ternan-ternan. Akhirnya,
rneskipun rnereka biasanya sudah rnenernukan jawaban bagi kehidupan, rnereka
berusaha tetap bersikap terbuka dan fleksibel dalarn evaluasi.
Jung (1933, 278) rnenyarankan bahwa selarna usia pertengahan ada pergeseran
dari tekanan pada aspek kehidupan di luar (seperti pekerjaan dan keluarga) menuju
aspek kehidupan di dalarn (rnencari jawaban). Orang-orang yang berumur 40 tahun
biasanya berorientasi pada rnasalah-rnasalah rohani. Usia pertengahan sering kali
digarnb_arkan sebagai rnasa banyak bertanya, perubahan karier, dan perceraian.

Fokus 11.7.
Menggunakan Mentor di Gereja
Pada umumnya gereja mempunyai "penatua" yang membantu pendeta untuk
mengatasi kebutuhan jemaat Mung kin orang-orang seperti itu bisa dipakai sebagai men-
tor untuk orang dewasa yang lebih muda di gereja, terutama orang-orang yang rohaninya
belum dewasa. Orang Kristen terlalu sering melakukan sesuatu sendiri meskipun Alkitab
dengan jelas menyatakan bahwa kita merupakan anggota kumpulan orang percaya. Joy
(1988, 109-112) mencatat bahwa Paulus adalah mentor Timotius. Sering pendeta agak
terpisah dari jemaat Program pemuridan yang melibatkan para penatua, orang awam
Kristen yang lebih dewasa diperlukan. Keberadaan mentor bukan saja bisa membantu
mengatasi masalah yang dihadapi orang-orang yang lebih muda, melainkan juga bisa
dilakukan pemeriksaan rohani secara berkala untuk menentukan apakah orang dewasa
yang lebih muda.berkembang rohaninya. Mentor rohani harus menghindari sikap dominan
dalam hubungan itu. Harus ada sikap saling memberi dan menerima.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Namun bukti terbaru menunjukkan bahwa krisis semacam itu paling sering
terjadi di antara laki-Iaki kelas menengah ke bawah, seperti pekerja kantor dan
pengusaha kedl (Farrell dan Rosenberg, 1981, 83-88). Orang-orang demikian
tampak cukup pandai menyesuaikan diri, tetapi cenderung memproyeksikan
masalah mereka pada orang lain. Krisis itu bisa diperparah oleh isteri yang
mengancam akan pergi karena sikap pura-pura itu. Dua belas persen orang dalam
situasi ini mengalami krisis yang jelas; 56 persen mengalami krisis tetapi
menyembunyikannya atau tidak sepenuhnya menyadari bahwa hal itu terjadi;
dan sisanya tidak mengalarni krisis. Sesungguhnya, "krisis pertengahan umur"
sering merupakan ungkapan perasaan tidak aman jangka panjang. Mungkin krisis
iiu secara nyaman telah dipakai sebagai dalih untuk perzinaan dan perilaku lain
yang tidak bertanggung jawab.
Levinson menekankan bahwa orang yang berurnur 40-45 tahun berada dalam
masa transisi, sesuai dengan apa yang dianggap sebagai "krisis umur pertengahan",
tetapi orang yang berusia pertengahan empat puluh tahunan sekali lagi masa itu
dengan menggunakan kegiatan rutin yang diteguhkan sebelumnya dalam
kehidupan atau mengambil pilihan baru yang muncul dari krisis selama transisi.
Levinson mencatat bahwa banyak orang menemukan masa ini merupakan masa
kehidupan mereka yang paling kreatif dan paling memuaskan.
Dari urnUI 50 sampai 55 tahun laki-Iaki mungkin sekali lagi mengalarni transisi,
tetapi ia mungkin tidak akan mengalarni krisis lain kecuali ia gagal mengatasi hal
itu sebelumnya. Dari 55-60 tahun ia sekali lagi merasa puas; dari 60-65 tahun ia
mulai mengalarni transisi menuju mas a pensiun dan kedewasaan akhir. Selama
fase dewasa pertengahan ini perempuan harus melakukan penyesuaian diri dengan
"sarang yang kosong" ketika anak-anak meninggalkan rumah, ataupun
ketegangan fisik karena menopause. Namun, peneliti menyimpulkan bahwa
penyesuaian ini tidak sesulit yang dibayangkan, meskipun perempuan pada masa
itu melaporkan pergumulan yang berat dalam menjalani transisi dari berpusat
pada rumah dan keluarga menjadi penerima peranan baru di luar rurnah (Baruch,
Barnett dan Rivers, 1983; Rubin, 1979).

Masa Dewasa Akhir


Tahun-tahun akhir kehidupan ditandai dengan penurunan dalam kernampuan
fisik dan mental secara bertahap. Meskipun ada kecenderungan untuk
memandang orangtua mereka sebagai orang yang "tua dan pikun"; banyak or-
ang yang bisa menjaga kemampuan mental selama berpuluh-puluh tahun,
sekalipun mereka cenderung menderita penyakit dan kemerosotan fisik. Banyak
orangtua yang diperhadapkan pada kondisi rumah yang buruk, kesepian dan
kehilangan status sosial dan penghasilan (Peters, 1985, 209-12).
Erikson (1963) mencatat bahwa masa kehidupan ini mencakup krisis integritas
ego yang dipertentangkan dengan keputusasaan. Orang dewasa yang lebih tua
mernilih untuk menerima atau menyesali masa lalu mereka. Orang yang mencapai
integritas ego percaya bahwa mereka telah melakukan hal yang terbaik dan
menerima ketidaksempUInaan dan kekUIangan mereka. Sebaliknya, orang yang
tidak mencapai integritas ego akan mengalami keputusasaan, dan menyadari
bahwa sekarang sudah terlambat untuk memulai lagi. Erikson menunjukkan
bahwa semua orang tua mengalami keputusasaan sejauh tertentu. Para orangtua
sekarang punya waktu untuk bermain - dalam pengertian, mengalami masa
kanak-kanak kedua- dan tetap menjadi makhluk seksual yang kreatif.

Fokus 11.8. Buku-buku tentang Perkembangan Orang Dewasa


dan Kematian
Ada beberapa buku penting yang membahas perkembangan orang dewasa. Chic
Sell, profesor pendidik Kristen di Trinity Evangelical Divinity School, telah menulis Transi-
tion (1985). Stubblefield telah menggunakan teori perkembangan orang dewasa dalam
bukunya Church Ministering to Adults (1986). Dua teks pendidikan agama yang tidak selalu
injili tetapi_bermanfaat adalah The Religious Education of Adults (McKenzie, 1982) dan
The Religious Education of Older Adults (Vogel, 1984). Buku yang lebih tua tetapi masih
bisa digunakan adalah Man in Transition karya Collins.
Dua buku yang sangat bagus tentang kematian dan proses mengalami kematian
adalah Resources for Ministry in Death and Dying (Platt dan Branch, 1988) dan When
Someone You Love Is Dying (Kopp, 1980). Death and the Caring Community(Richard dan
Johnson, 1980) dan Facing Death and the Life After (Graham, 1987) juga bermanfaat.

Tahun-tahun kedewasaan akhir juga melibatkan perkeinbangan peranan


keluarga baru termasuk peranan sebagai kakek-nenek. Kakek-nenek biasanya senang
bermain dengan cucu-cucu mereka sebanyak atau lebih banyak daripada dengan
anak-anak mereka sendiri karena mereka tidak punya tanggungjawab a tau tekanan
waktu yang menyertai masa ketika memiliki anak-anak sendiri. Kadang-kadang
ada kebalikan peranan, karena anak-anak yang sudah bertumbuh mulai "menjadi
orangtua" bagi orangtua mereka yang sudah tua.
Para orang tua menderita kehilangan status di masyarakat, berbeda dengan
masyarakat lain di mana orang tua dihargai karena hikrnat mereka. Banyak or-
ang tua yang diabaikan a tau dikirim ke panti jompo. Masyarakat yang berorientasi
pada orang muda, seperti masyarakat kita, dapat dengan mudah mengabaikan
sumbangan penting yang bisa diberikan oleh para orang tua.
Maloney (1986) berpendapat bahwa orang dewasa yang sudah tua masih ingin
berpartisipasi, dan tidak sekadar mengamati orang lain. Orang tua cenderung
menjadi lebih cerdas, toleran, dan reflektif; mereka mungkin baru membuat kepu-
tusan untuk Kristus untuk pertama kalinya. Maloney menyirnpulkan bahwa pada
saat generasi baby boomer menjadi tua, akan ada peningkatan kebutuhan untuk
perawatan geriatric (penyakit dan masalah pada manula) di rumah sakit dan Jatar
belakang pelayanan manusia lainnya. Juga akan ada lebih banyak orang yang
perlu dikunjungi, dan sejumlah orang yang dirawat di rumah sakit dari jemaat
khusus yang meningkat jumlahnya dari sepuluh persen sampai 20 a tau 30 persen.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
'----------------------------------·--'"'"'"
Masalah lain yang dihadapi orang tua adalah kematian, Akhir-akhir ini ada
peningkatan rninat terhadap masalah ini. Sejumlah besar buku yang mencer-
rninkan pandangan-pandangan Kristen atau psikologis tentang kematian atau
kehilangan yang sangat bagus untuk dibaca sudah tersedia,
Jelas bahwa perkembangan manusia tidak berakhir dengan masa anak-anak
dan remaja. Sesungguhnya, ada potensi pertumbuhan emosional, spiritual, dan
mental yang terns berlanjut seumur hidup.

REFERENSI
Alexander, J. 1973. Defensive and supportive communications in normal and deviant
families . Journal of Consulting Clinical Psychiatry 40: 223-231.
Balswick, J., dan J. Balswick. 1989. The family. Grand Rapids: Baker.
Baruch, G., R. Barnett, dan C. Rivers. 1983. Life prints. New York: McGraw-Hill.
Blitchington, W. 1980. Sex roles and the christian family. Wheaton, III.: Tyndale.
Bios, P. 1962. On adolescence. New York: Free.
Caine, N. 1986. Behavior during puberty and adolescence. Dalam Comparative primate
biology, editor. G. Mitchell dan J. Erwin. Vol. 2. New York: Liss.
Campolo, A 1984. You can make a difference. Waco: Word.
- -. 1986. Who switched the price tags? Waco: Word.
- - --. 1989. A sociology of youth ministry. Grand Rapids: Zondervnn.
Campolo, A., danS. Ratcliff. 1991. Activist youth ministry. Dalam Handbook of Youth
Ministry, editor D. Ratcliff dan J. Davies. Birmingham, Ala. : Religious Educa-
tion.
Collins, G. 1971. Man in transition. Carol Stream, III.: Creation.
Conway, J., danS. Conway. 1988. Your marriage can survive mid-life crisis. Nasville: Nelson.
Costanzo, P., dan M. Shaw. 1966. Conformity as a function of age level. Child Develop-
ment 37: 967-975.
Dobson, J. 1978a. Preparing for adolescence. Santa Ana, Calif.: Vision.
- - -. 1978b. The strong-willed child. Wheaton_ III.: Tyndale.
----. 1980. Emotions: can you trust them? Ventura, Calif.: Regal.
- - . 1987. Parenting isn't for Cowards. Waco: Word.
Elkind, D. 19h"i. The hurried child. Reading, Mass.: Addison-Wesley.
- -. 1984. All grown up and no place to go. Reading, Mass.: Addison-Wesley.
Erikson, ED. 1963. Childhood and society. Edisi revisi ke-2. New York: Norton.
Farrell, M., danS. Rosenberg. 1981. Men at midlife. Boston: Auburn.
Gilligan, C. 1983.In a different voice. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.
Gjerde, P. 1986. The interpersonal structure of family interaction settings. Developmen-
tal Psychology 22: 297-304.
Glasser, W. Reality therapy. New York: Harper and Row.
Graham, B. 1987. Facing death and the life after. Waco: Word.
Grunlan, S. 1984. Marriage and the family. Grand Rapids: Zondervan.
Havighurst, R. 1972. Developmental tasks and education. Edisi ke-3. New York: David
McKay.
Joy, D. 1988. Walk on. Wheaton, III.: Victor.
Jung, C. 1933. Modern man in search of a soul. New York: Harcourt, Brace.
Perkembangan Masa Remaja dan Dewasa
• "' _ __ "A • A

Kagan, J. 1979. Family experience and the child's development. American Psychologist
34: 886-891 .
Kesler, J., editor. 1984. Parents and teenagers. Wheaton, Ill.: Victor.
Kinsey, A., et al. 1948. Sexual behavior in the human male. Philadelphia: Saunders.
-----.1953. Sexual behavior in the human female. Philadelphia: Saunders.
Kopp, R. 1980. VVhen someone you love is dying. Grand Rapids: Zondervan.
Kotesky, R. 1981 . Growing up too late, too soon. Christianity Today (13 Mar.): 24-28.
-------.1987. Understanding adolescence. Wheaton, Ill.: Victor.
-------. 1991 . Adolescence as a cultural invention. Dalam Handbook of Youth Ministry,
editor D. Ratcliff dan J. Davies. Birmingham, Ala.: Religious Education.
Levinson, D. 1978. Seasons of a man's life. New York: Knopf.
Lidz, T. 1968. The person. New York: Basic.
McKenzie, L. 1982. The religious education of adults. Birmingham, Ala .: Religious Educa-
tion. .
McPherson,S., et al. 1973. Who listens? Who commuicates? Archives of General Psyciiia-
try 28: 393-399.
Maloney, H. 1986. The graying of America. Christianity Today (17 Jan.): 8.1-9.1.
Montemayor, R. 1982. The relationship between parent-adolescent conflict and the
amount of time adolescents spend alone. Child Development 53: 1512-1519.
The myth of the generation gap. 1984. Christianity Today (19 Okt.): 14-19.
Odom, L., J. Seeman, dan J. Newbrough .. 1971 . A study of family communication
patterns and personality integration in children. Child Psychiatry and Human
Development 1: 285.
Olds, 5. 1983. The working parents' survival guide . New York: Bantam.
Olthuis, J. 1986. Keeping our troth. San Francisco: Harper and Row.
Papalia, D., dan S. Olds. 1986. Human development. New York: McGraw-Hill.
Peters, J. 1985. Youth and aging. Dalam Social problems: Christian perspectives, editor. C
De-Santo dan M. Poloma. Winston-Salem, N .C: Hunter.
Peterson, A. 1988. Adolescent development. Annual Review of Psychology 39: 583-607.
Piaget, J. 1967. Six psychological studies. New York: Random.
Platt, L., dan R. Branch. 1988. Resources for ministry in death and dying. Nashville:
Broadman.
Reardon, D. 1987. Aborted women. Westchester, Ill.: Crossway.
Rekers, G. 1985. Family building. Ventura, Calif.: Regal.
Richards, L., dan P. Johnson. 1980. Death and the caring community. Portland, Oreg.:
Multnomah.
Rubin, C 1979. Women of a certain age. New York: Harper.
Sebald, H., dan B. White. 1980. Teenagers' divided reference groups. Adolescence 15:
979-989.
Segal, B., et al. 1967. Work, play and emotional disturbance. Archives of General Psychia-
try 15: 173.
Sell, C 1985. Transition. Chicago: Moody.
Selman, R. 1980. The growth of interpersonal understanding. New York: Academic.
Sheenly, G. 1967. Passages. New York: Dutton.
Steinberg, L., dan 5. Silverberg. 1986. The vicissitudes of autonomy in early adoles-
cence. Child Development 57: 841-851.
Stierlin, H. 1973. A family perspective on adolescent runaways. Archives ofGeneral Psy-
chiatry 29:59.
Strommen, M. 1988. Five cries of youth. Edisi revisi . San Francisco: Harper and Row.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Strommen, M., dan A. Strommen. 1985. Five cries of parents. San Francisco: Harper and
Row.
Stubblefield, J. 1986. A church ministering to adults. Nashville: Broadman.
Udry, R., dan L. Tolbert. 1988. Sex hormone effects on personality at puberty. Journal of
Personality and Social Psychology 54: 291-295.
Vogel, L. 1984. The religious education of older adults. Birmingham, Ala.: Religious Educa-
tion.
Wheat, E., dan C. Wheat. 1981. Intended for pleasure. Edisi revisi. O ld Tappan, N.J. :
Revell.
Wilson, J., c. Beecham, dan E. Carrington. 1966. Obstetrics and gynecology. St. Louis:
Mosby.
Wright, H . 1981 . Marital counseling. Denver, Colo.: Christian Marriage Enrichment.
-----.1982. Seasons of a marn·age. Ventura, Calif.: Regal.
Wyckoff, D., dan D. Richter. 1982. Religious education ministry with youth. Birmingham,
Ala .: Religious Education.

***
12
Kepribadian

I(;
pribadian adalah pola perilaku, pemikiran, dan perasaan yang melekat
pad a diri seseorang secara konsisten dalam segala situasi dan waktu.
eskipun kita cenderung bertindak berbeda tergantung dengan siapa
kita berbicara, ada kecenderungan tertentu dalam perilaku dan pemikiran yang
tetap sarna tidak peduli situasi atau siapa pun orangnya.

TEORI TENTANG KEPRIBADIAN


Meskipun ada banyak teori tentang kepribadian, hanya ada empat teori yang
dominan pada abad ini. Salah satu teori kepribadian tertua adalah teori sifat Orang
Yunani kuno mengelompokkan orang menjadi flegmatik (tanpa emosi), kolerik (aktif
dan mudah marah), sanguinis (bahagia), dan melankolis (depresif). LaHaye (1971)
berusaha memadukan temperamen ini ke dalam kerangka kerja Kristen, tetapi
pad a umumnya para psikolog setuju bahwa kategori ini sudah tidak sesuai lagi.
Sheldon (1942) berpendapat bahwa kepribadian berkaitan dengan tipe tubuh.
Ektomorf adalah orang yang kurus, rapuh, malu-malu dan cendekiawan; endomorf
adalah orang yang lembut dan bulat, mudah bersosialisasi dan penuh perhatian;
mesomorf adalah orang yang kuat, berotot dan terkenal berani, agresif dan aktif.
Kategori-kategori Sheldon dipandang lebih bersifat klise oleh banyak psikolog,
meskipun Tucker (1983) memberikan bukti yang mendukung ide-ide Sheldon.
Allport (1937) berpendapat bahwa ada tiga jenis sifat: sifat kardinal paling
mempengaruhi kepribadian; sifat sentral lebih umum tetapi tidak mencakup
semua; dan sifat sekunder yang lebih disukai dalarn situasi tertentu.
Berapa banyak sifat yang mungkin? Tentu saja ribuan, dalarn pengertian sifat
bisa saja merupakan karakteristik apa pun pad a diri seseorang. Cattell (1973)
mengenali enam belas sifat berdasarkan risetnya. Banyaknya sifat yang mungkin
dalarn sistem penyandian yang berbeda bertanggung jawab atas popularitas teori
sifat, tetapi juga membuat pendekatan ini sangat dipertanyakan. Sifat sering
merupakan penjelasan yang terlalu disederhanakan tentang karakter seseorang.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Kita tidak akan mengamati sifat-sifat, tetapi menyimpulkan hal itu daril_perilaku.
Selain itu, teori sifat cenderung mengabaikan pengaruh konteks pada perilaku.
Akhirnya, selalu ada masalah stereotip seperti dicatat sebelumnya. Sifat-sifat tidak
selalu berada dalam satu kelompok (misalnya, tidak semua orang yang gemuk
selalu mudah bergaul seperti pendapat Sheldon).
Ada teori yang agak rr~rip dengan teori sifat, yaitu teori konsep-pribadi Kelly.
Menurut Kelly, oraJ g menciptakan konsep diri mereka sendiri dalam kategori
4

yang bertentangan, seperti baik hati-jahat dan pandai-bodoh, yang kemudian


mereka gunak:m untuk memaharni orang lain dan menafsirkan peristiwa. Dalam
situasi khusus, beberapa konsep ini menjadi jauh lebih penting daripada konsep-
konsep lain. Jadi, sudut pandang subjektif orang itu menjadi penting semuanya.
Freud (1990) memandang kepribadian sebagai masalah konflik di bawah
sa dar dan tersembunyi an tara id (dorongan dasar di dalam) dan superego (hati
nurani yang diperoleh secara sosial). Perunding antara kedua unsur di bawah
sadar ini adalah ego atau aku. Konflik merupakan sesuatu yang bersifat sentral
untuk kepribadian, dan bisa ditangani dengan beberapa cara, termasuk
mekanisme pertahanan diri . Freud berfokus pada pengaruh negatif yang
tersembunyi yang ia pandang sebagai hal terpenting bagi kepribadian seseorang.
Teori utama ketiga tentang kepribadian adalah teori perilaku, yang sudah
kita periksa secara mendalam dalam bab 6. Pola perilaku, pemikiran, dan perasaan
disebabkan oleh kemungkinan yang terjadi sebelumnya, seperti peneguhan,
hukuman dan respons pembiasaan. Jika ditarik ke sisi ekstrem filosofisnya, itu
berarti pada dasarnya orang-orang tidak digolongkan berdasarkan baik a tau buruk
melainkan bersifat amoral. K.e pribadian mereka secara tegas merupakan hasil
pembiasaan sebelumnya. Meskipun orang Kristen mengalami kesulitan untuk
menerima sisi ekstrem filosofi paham perilaku, kita bisa menerima fakta tentang
pengaruh perilaku atas kepribadian. Sebagai variasi pendekatan perilaku adalah
teori proses belajar sosial Bandura.
Teori utama keempat, yaitu psikologi
humanistik atau fenomenologis,
'Gereja sedang mengalami
perpecahan, anggota dewan menekankan kebaikan dasar manusia.
meninggalkan ruangan dan 'Bagaimanapun, Rogers (1959) menyatakan bahwa orang-
semua guru baru saja puji Tuhan, Pak
berhenti!' Pendeta!' orang berada dalam proses menjadi, secara
alamiah berkembang menuju keutuhan
dan pemahaman diri yang lebih besar.
Kunci untuk proses menjadi itu adalah
diterima tanpa syarat. Seorang psikolog
fenomenologis yang lain, Maslow,
menekankan pentingnya pemenuhan
kebutuhan seseorang (lihat bab 5);
puncak proses ini adalah perwujudan
diri. Meskipun orang Kristen harus
mempertanyakan kepercayaan humanis
L-----------------------------~
Kepribadian

bahwa kebaikan merupakan sifat dasar manusia, hal itu tidak perlu membuat
kita membuang teori fenomenologis sama sekali.
Dari suatu sudut pandang Kristen, kita bisa menemukan nilai dalam keempat
teori itu masing-masing dalam usaha mereka mengembangkan sudut pandang
yang utuh ten tang kepribadian. Teori FreuG. menekankan sisi gelap keadaan manu-
sia. Seperti penjelasan Heinroth, id adalah sifat dosa yang kita rniliki. Ada sesuatu
yang secara fundamental menyimpang dalam sifat manusia, dan konsep Alkitab
tentang dosa warisan merupakan penjelasan terbaik untuk penyimpangan itu.
Namun, seper'i Darling (1969, 25) telah nyatakan secara meyakinkan, "para
teolog tampaknya telah memberi tabu kita kebenaran, tetapi sayangnya mereka
tidak memberi tahu kita seluruh kebenaran." Mereka juga merniliki sesuatu yang
sangat baik dari diri mereka; mereka masih membawa gambar Allah sejak
penciptaan, meskipun gambar itu sudah rusak berat.
Teori perilaku bisa membantu kita mengisi gambaran kepribadian dengan
lebih lengkap. Paham perilaku membantu menjelaskan mengapa orang-orang
bertindak seperti yang mereka lakukan dengan berfokus pada hadiah dan
hukuman. Paham perilaku membantu menjelaskan perilaku berdosa tertentu,
bukan fakta bahwa orang-orang memang berbuat dosa. Dengan menggabungkan
teori-teori utama kepribadian ini dan doktrin Kristen kita akan mendapatkan suatu
I
fondasi bagi teori kepribadian Kristen.

TES KEPRIBADIAN
Para psikolog dan para peneliti lainnya kadang-kadang menggunakan tes
dalam us aha mereka untuk memaharni kepribadian. Ada tes kepribadian objektif
dan proyektif. Kedua hal itu berbeda dalam bentuk dan asurnsi yang men-
dasarinya. Tes objektif sebagian besar dipengaruhi oleh teori sifat, sedang tes
proyektif dikembangkan terutama melalui pengaruh teori Freud.
Tes-tes objektif merupakan inventarisasi laporan diri di mana individu
ditanya beberapa pertanyaan, seperti "Apakah Anda suka membaca majalah
permesinan?" atau "Apakah Anda bangun pagi dengan perasaan segar dan santai
dengan sebagian besar waktu?" Dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang
berkaitan dengan aspek kepribadian tertentu, kecenderungan tertentu dalam
jawaban itu bisa ditemukan, yang dipandang mencerminkan pola kepribadian.
Tes-tes kepribadian objektif sering dipakai oleh kampus-kampus perguruan tinggi,
para majikan dan dewan rnisi untuk mengenal orang-orang yang memiliki masalah
kepribadian yang besar.
The Taylor-Johnson and Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) lazim
digunakan sebagai tes-tes kepribadian objektif. MMPI merupakan alat standar dokter
klinik untuk menangani atau mengevaluasi psikopatologi. Penulis mengembangkan
tes itu untuk mencerrninkan penyimpangan dari kondisi normal pada sepuluh skala
klinis gangguan psikiatris, seperti depresi, penyimpangan psikopatis, dan schizo-
phrenia. Oleh sebab itu, MMPI bisa menjadi indikator gangguan emosional, meskipun
tes itu memberikan penjelasan yang relatif buruk tentang kepribadian yang normal.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Tes proyektif menyodorkan satu perangkat stimulus yang ambigu atau netral
yang sudah dibakukan, semacam bercak tinta atau gambar untuk ditanggapi oleh
seseorang. Orang yang menjalankan tes kemudian secara subjektif menafsirkan
jawaban itu. Tes proyektif biasanya memerlukan administrasi individual dan
cenderung sangat dipengaruhi oleh asumsi penulis dan pengevaluasi tes itu. Ror-
schach Ink-Blot Test (lihat tabeI12.1) dan Thematic Apperception Test (TAT) dikenal
sebagai tes proyektif. Asurnsi di belakang tes ini adalah kepribadian tersembunyi
jauh di dalam pikiran bawah sadar orang itu, yang hanya bisa diperiksa secara
tidak langsung. Secara umum, tes kepribadian proyektif lebih sulit diandalkan
dan kurang valid dibanding dengan tes-tes objektif.

Mengapa Tes Kepribadian Digunakan?


Tes kepribadian bisa membantu ahli terapi untuk membuat keputusan
diagnostik. Masalah tidak selalu tampak jelas sejak awal konseling, dan tes
kepribadian bisa memperjelas apa masalah dasarnya sesungguhnya. Dalam
beberapa kasus, klien tidak bisa berbicara atau kurang mampu menjelaskan
masalah sesungguhnya secara memadai.
Tes kepribadian cenderung mengasumsikan model kepribadian secara medis
(Stuart, 1970, 6-7), yang menyatakan bahwa kesulitan perilaku lahiriah hanya
merupakan gejala penyebab yang mendasarinya yang lebih dalam. Persis seperti
virus yang menjadi penyebab flu, masalah yang tampak merupakan manifestasi
dari masalah yang lebih dasar. Jika kita hanya menangani masalah yang tampak,
seperti yang dilakukan oleh penganut paham perilaku, beberapa ahli percaya
bahwa penyebab yang mendasari hal itu cenderung akan muncul melalui masalah
lahiriah lainnya (" substitusi gejala").
Tes-tes kepribadian bisa dipakai sebagai alat penyaring untuk mengenali
orang-orang yang mengalarni gangguan psikologis. Dewan misi dan pemilik us aha
sering kali ingin menemukan orang-orang yang memiliki kesulitan yang besar
sebelum mereka ditempatkan dalam posisi yang penting. Ribuan dolar dan waktu
persiapan selama berbulan-bulan bisa diboroskan jika masalah tidak ditemukan
lebih awal.
Tes-tes kepribadian juga bisa dipakai sebagai alat riset. Sifat kepribadian
tertentu bisa dihubungkan dengan pengajaran yang sukses; atau pola skor tes
bisa berkaitan dengan kategori kondisi abnormal.

Nilai Tes Kepribadian


Pada tahun-tahun terakhir ini, para psikolog telah mulai mempertanyakan
penggunaan tes kepribadian. Mungkin pandangan kritis yang paling lengkap
ten tang tes kepribadian bisa ditemukan dalam buku Personality and Assessment
karya Mischel (1968,41-148). Mischel menunjukkan bahwa pada umumnya para
psikolog tidak lagi menggunakan tes kepribadian dalam konseling, dan mendata
sejurnIah alasan untuk mengurangi penggunaan itu.
Kepribadian

Tabel12.1. Contoh Penafsiran Respons Rorschach

Penggunaan seluruh bercak


lni adalah kupu-kupu . lni adalah • dengan cara ini dipandang
sayap, alat peraba dan kaki- mencerminkan kemampuan
kakinya. individu .untuk mengorganisir dan
menghubungkan materi.

Rujukan pada sebagian bercak


semata biasanya ditafsirkan
sebagai indikasi minat dalam
benda konkret.

lol Osa merupal<an wa;ah. .j,


~,
f _,+, i
Penggunaan bagian yang tidak
biasa atau sangat kecil dari bercak
ini mungkin menunjukkan
. ' ' kecenderungan sifat suka
menonjolkan kemampuannya.

Sumber: Benjamin Kleinmuntz, Essentials of Abnormal Psychology


(New York: Harper and Row, 1974), him. 78

Salah satu keberatan Mischel adalah karena banyak pertanyaan dalam tes
kepribadian bersifat kabur; pertanyaan yang sama bisa dijawab dengan berbagai
cara yang berbeda tergantung pada penafsiran dan suasana hati seseorang. Juga
ada bukti bahwa skor tes tidak menentukan perilaku masalah dan catatan sejarah
lama yang relevan. Tes kepribadian tidak memberi ruang untuk perbedaan budaya
dan etnis. Juga ada kemungkinan untuk memalsukan jawaban yang dikehendaki
secara sosial. Mischel menjelaskan masalah pelabelan: penentuan kategori perilaku
memperbesar kemungkinan bagi konselor untuk mengabaikan bukti yang berten-
tangan atau bahkan menciptakan a tau mendorong perilaku patologis yang konsis-
ten dengan kategori yang tertentu. Akhirnya, model medis tidak bisa dijadikan
dasar untuk memaharni semua masalah secara memadai. Hal itu ditunjukkan
melalui tidak adanya bukti untuk substitusi gejala (Stuart, 1970, 9, 103-17).
Satu pengalaman bercerita tertentu mungkin membantu menunjukkan
mengapa tes kepribadian tetap populer di antara para konselor:

Beberapa mahasiswa dirninta menjalani tes kepribadian dan kemudian di-


beri penjelasan tentang kepribadian .... Meskipun penafsiran dianggap
berdasarkan hasil tes psikologis, sesungguhnya masing-masing mahasiswa
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 12.1.
Etika Tes Kepribadian
Pada tahun-tahun terakhir ini masalah etis dalam tes kepribadian mulai dipikirkan.
Orang-orang yang menggunakan alat ini punya kewajiban untuk melakukan hal itu secara
etis; manusia bukan objek untuk dimanipulasi. Asosiasi Psikologi Amerika (1981)
sesungguhnya telah mengembangkan sejumlah prinsip etis yang berkaitan dengan riset,
terapi, dan tes.
Kerahasiaan dan campur tang an dalam hal-hal yang bersifat pribadi adalah masalah
dalam tes kepribadian. Tidak hanya hasil tes akan menjadi rahasia umum dan karena itu
membuat kita menaruh prasangka yang tidak adil pada orang lain, tetapi orang lain mungkin
akan menggunakan hasil tes itu tanpa menyadari keterbatasan tes semacam itu. Pada
umumnya para konselor memakai tes sebagai indikator masalah yang mungkin ada, bukan
sebagai garis besar kepribadian yang otoritatif. Meskipun hasil tes mungkin menunjukkan
kecenderungan tertentu, seseorang yang tidak terbiasa dengan keterbatasan tes semacam
itu mungkin secara tidak adil menyimpulkan bahwa kekurangan tertentu telah ditemukan
karena skornya tidak biasa.
Misalnya, seorang murid diberi inventarisasi Taylor-Johnson yang sudah populer itu.
Ia menerima skor yang buruk pada setiap skala tes. Namun ketika ia diwawancarai oleh

yang jurnlahnya 57 orang mendapatkan laporan yang sama .... Mayoritas


mahasiswa yang sangat banyak jurnlahnya menunjukkan bahwa laporan
itu menggambarkan kepribadian mereka dengan sangat baik. Dari 57
mahasiswa, 53 orang menilai laporan itu sangat baik atau baik, hanya tiga
yang menilai laporan itu biasa-biasa saja, dan satu menilai penafsiran itu
jelek, dan tidak ada satu pun yang menilai sangat buruk. Antusiasme mere-
ka secara umum juga tercermin dalam komentar pujian dan kegairahan
yang terbuka. (Mischel, 1968, 128-9)

Haruskah Tes Kepribadian Dipakai?


Para penulis yang muncul kemudian, seperti Phares (1988, 62), tetap
menekankan baik kekuatan maupun kelemahan tes kepribadian. Jelas bahwa
beberapa masalah cocok untuk model medis, dan karena itu lebih setuju dengan
tes kepribadian; masalah lain adalah kebiasaan yang muncul dari pembiasaan
yang salah atau sumber-sumber lain.
Tes kepribadian cenderung penting dalam evaluasi klien yang tidak bisa
berbicara atau tidak bisa mengungkapkan masalahnya, namun mungkin terbukti
menyesatkan untuk masalah yang paling baik dipahami dengan model belajar
pembiasaan. Para psikolog berdiri pada kedua sisi masalah ini. Penting untuk
dicatat bahwa posisi yang diambil oleh ahli psikologi tertentu bukan merupakan
cermin kompete'nsi. Mungkin kesimpulan yang terbaik adalah tes kepribadian
pemeriksa ia mengakui bahwa ia baru saja mengalami hal yang sang at tidak menyenangkan
pad a saat menjalani tes. Murid itu didorong untuk menjalani tes lagi ketika suasana hatinya
lebih baik; skornya pada semua skala normal.
Tingkat keberhasilgunaan tes kepribadian harus dipertimbangkan. Setiap ukuran bisa
dijelaskan dalam istilah "sukses" atau "gagal" (validitas). Jika jumlah penilaian yang tepat
jauh melebihi jumlah yang meleset, alat pengukur itu dipandang efektif. Meskipun rasio
kesuksesan dan kegagalan tinggi, hal itu tidak bisa membenarkan penggunaan tes
kepribadian secara etis. Misalnya, andaikata tes itu 90 persen akurat (ini sangat bagus
untuk tes kepribadian), itu berarti ada sembilan penilaian yang tepat untuk setiap satu
penilaian yang tidak tepat. Tetapi bagaimana halnya dengan 10 persen yang tidak tepat
itu? Jika satu dari antara sepuluh orang mengembangkan masalah psikologis yang
sebelumnya tidak ada setelah menjalani tes itu, bukankah tes itu merupakan ancaman
bagi kesehatan mentalnya?
Mungkin tes kepribadian bisa digunakan dengan integritas etis jika hasilnya digunakan
dengan hati-hati dan tanpa mengkomunikasikannya kepada orang yang menjalani tes. Tes
kepribadian seharusnya hanya diberikan jika orang yang menjalani tes setuju untuk menjalani
proses itu secara sukarela dan kerahasiaannya dijamin. Akhirnya, hasil tes harus ditimbang
dan dibandingkan dengan faktor-faktor yang lebih penting dari pengalaman masa lalu dan
pengamatan klinis. Misalnya, dalam mengevaluasi calon misionaris, pelatihan yang singkat
mungki.~ 1lemberikan indikasi yang lebih baik tentang potensi masalah daripada tes.

harus dib,erikan dengan hati-hati, jika tes itu harus digunakan, karena tes itu
diciptakan oleh manusia, sehingga memiliki kelemahan dan kurang sempurna.

MEKANISME PERTAHANAN DIRI


Freud dan para pengikutnya menjelaskan sejumlah cara yang digunakan
orang-orang dalam menghadapi kekhawatiran yang tidak disadari. Mekanisme
tersebut bersifat defensif, dalam pengertian, mekanisme itu melindungi orang
yang bersangkutan agar tidak melihat konflik di bawah sadar, dan mencegah
orang lain melihat masalah itu. Mekanisme pertahanan diri memiliki beberapa
karakteristik.
Pertama, mekanisme pertahanan diri menurut definisinya bersifat tidak sadar,
artinya, hal itu tidak dipilih secara sadar juga bukan merupakan aspek fungsi
mental yang dengan mudah bisa kita sadari.
Kedua, mekanisme pertahanan diri merupakan cara untuk melindungi kita
dari emosi dan pengalaman yang menyakitkan. Hal itu dipakai untuk membantu
kita menghindari kekhawatiran dari konflik batiniah yang tidak ingin kita atasi.
Misalnya, berada di antara orang-orang yang punya masalah yang sama dengan
masalah kita bisa membuat kita mencela atau menolak orang-orang semacam itu
karena secara tidak sadar hal itu mengingatkan kita tentang diri kita sendiri.
Misalnya, orangtua yang terlalu kritis bisa dengan cepat melihat kekurangan
tertentu pada diri anaknya, karena mereka juga memiliki kekurangan yang sama.
JENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Ketiga, mekanisme pertahanan diri merupakan penipuan diri sendiri. Karena


melibatkan penipuan, hal itu biasanya berdosa. Orang Kristen yang dewasa
kadang-kadang harus menganalisis perilaku mereka untuk melihat kelemahan
mereka sendiri (meskipun hal ini bisa dilakukan secara berIebihan).
Keempat, mekanisme pertahanan diri digunakan oleh seti~p orang, meskipun
beberapa orang lebih sering menggunakannya daripada orang lain. Satu-satunya
orang yang tidak menggunakan adalah Kristus. la tidak punya motif dan konflik
berdosa.
Kelima, mekanisme pertahanan diri mungkin mencegah atau menunda
masalah psikologis. Mengetahui semua konflik kita di bawah sadar pada suatu
saat terbukti sangat dorninan; dengan dernikian, pikiran menggunakan meka-
nisme pertahanan diri untuk menghindarinya. Sebaliknya, m~ngizinkan Allah
untuk menyatakan kebenaran secara bertahap tentang pikiran bawah sadar kita
bisa membantu kita mengalarni kebebasan secara murni. Kristus memberi kita
hati dan pikiran yang baru.
Dengan mengamati mekanisme pertahanan diri, kita bisa mulai melihat
seberapa besar pengaruh sifat dosa pada diri kita. Pad a tingkat keberadaan kita
yang terdalarn, pikiran bawah sadar kita, kita pada dasarnya egois, menyirnpang
dan rusak. Para teolog menyebut kondisi ini "kebejatan" (Ryrie, 1984, 312, 313).
Namun orang-orang tidak melihat sifat berdosa mereka yang mendasar. Ada
pengaruh dosa dalarn hidup kita yang tidak kita sadari. Bahkan tindakan bail<
yang kita Iakukan sekalipun mungkin berasal dari motif berdosa yang tidak kita
sadari. Kita bisa menipu orang lain (dan diri kita sendiri) supaya berpikir bahwa
kita pada dasarnya baik dan tidak memerlukan Allah. Pertobatan dari dosa
meIibatkan lebih dari tindakan dosa yang dikenal secara sadar; kita periu bertobat
dari sikap dan watak batiniah tersembunyi yang tidak kita sadari. Hal ini
membutuhkan kesembuhan dari Allah.
Menemukan kebenaran ten tang kebejadan kita merupakan proses yang
menyakitkan yang mendatangkan penderitaan untuk sementara, sebagian karena
semakin mempelajari ten tang motif, keinginan dan mekanisme pertahanan diri
manusia yang bejad secara UffiUffi, kita semakin mengenal diri kita sendui. Pada
akhirnya, siapakah kita sehingga kita menyalahkan orang lain yang bersalah padahal
kita sendiri adalah orang bejat? Hal itu akan menambahkan sikap munafik pad a
daftar dosa yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari yang sud~ panjang.
Paulus mendorong orang Kristen bukan hanya untuk memeriksa diri sendiri
(II Kor. 13:5), melainkan juga untuk menegur orang Kristen lain dalam kasih
dengan setia (Ef. 4:15; II Tim. 4:1-5). Allah merninta agar kita mengoreksi sesarna
kita yang membutuhkan, meskipun tidak dengan sikap bermusuhan dan dendam.
Kita harus mengasihi sesarna kita seperti diri sendiri (1m. 19:17-18).
Orang Kristen harus menjauhkan diri dari dosa-dosa dalarn hidup dan segal a
sesuatu yang menghambat mereka dalam melayani Allah. Hal ini mencakup
konfIik, kesulitan dan mekanisme pertahanan diri pada masa anak-anak. Allah
memarnpukan kita untuk melakukan hal ini secara bertahap, untuk men:::long
, ·.,.._""·.'.""··,.,......"· IW~ ' " ,.,.....". ·~_"", .. ". !'>"_,~,.,. ·' ot,_ ...
_.:.,,,.·~_- _ _ :"""""""_ , .....
,:;.~".:;,,..·.,. ,'""_,,~,''', _ _. _.. ~~h_~ ___.__,_.·
Kepribadian
''','~·

kita mengatasi rasa sakit ketika melihat diri kita sebagaimana adanya secara utuh.
Psikiatris yang berpengalaman tahu bahwa pasien harus menanggalkan
mekanisme pertahanan diri mereka setara bertahap; dan melakukannya secara
cepat bisa menghasilkan istirahat psikotis untuk melepaskan diri dari rasa sakit
emosional yang begitu besar.
Ada berbagai mekanisme pertahanan diri (DSM III-R 1987, 393, 95). Beberapa
mekanisme itu berkaitan dengan masalah psikologis yang berat (lihat bab 14 dan
15). Di sini kita akan membahas beberapa mekanisme pertahanan diri yang
2
umum.

Represi
Lidz (1968, 256) mendefinisikan represi sebagai "pemenjaraan atau
penyingkiran memori, persepsi, atau perasaan yang akan membangkitkan hal-
hal yang dilarang" . Lidz percaya bahwa "untuk mencegah munculnya kembali
beberapa pengalaman seksual pad a masa kecil atau ketidaknyamanan karena
mengingat kembali keinginan seksual terhadap orangtuanya, seluruh periode
masa kecil awal mungkin ditekan."
Represi tidak hanya menyembunyikan ide-ide dan impuls-impuls dari
kesadaran, tetapi juga menghalangi isi hal yang ditekan sebelumnya agar tidak
muncul dalam kesadaran yang disadari. Represi merupakan mekanisme per-
tahanan diri utama yang menjadi dasar bagi semua mekanisme pertahanan diri
lainnya, sehingga menjadi mekanisme pertahanan diri yang paling sering
digunakan.

Proyeksi
Proyeksi melibatkan pengenaan impuls atau harapan pribadi pad a orang
lain. Anak laki-Iaki yang merasa bermusuhan dengan saudara perempuannya,
tetapi yang tidak menghendaki perasaan tidak nyaman yang menyertai harapan
permusuhan itu, mungkin meyakinkan dirinya sendiri bahwa saudara perem-
puannya itulah yang marah kepadanya. Orang dewasa yang memiliki citra diri
yang rendah sering memakai proyeksi, dan menjadi sangat kritis terhadap orang
lain yang secara tidak sadar mengingatkan mereka terhadap kelemahan dirinya
sendiri. Yesus berbicara tentang penggunaan proyeksi dalam Matius 7:1-5:
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakirni. Karena
dengan penghakirnan yang kamu pakai untuk menghakirni, kamu akan
dihakirni dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu.
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan
balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat
berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluar-
kanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas
untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.
PENGANTAR PSIKOLOG! C'.A.N KONSELING I<R!STEN 2

Fokus 12.2
Mekanisme Pertahanan Diri dalam Gereja (1)
Tekanan yang berlebihan pada doktrin tertentu di gereja mungkin disebabkan oleh
alternatif lain yang mengancam, yang menimbulkan kekhawatiran di bawah sadar. Lebih
mudah mengabaikan alternatif lain daripada memikirkan hal itu secara serius. Karena itu
konflik di antara pendekatan yang diterima dengan alternatif yang sah ditekan dan status
quo dipertahankan.
Proyeksi sering kali dilakukan di gereja. Tekanan !ertentu yang dilakukan pendeta
dalam khotbahnya mungkin memunculkan konflik batinia"' dalam hati beberapa anggota
gereja. Mereka mungkin menganggap lebih mudah memikirkan orang lain yang memiliki
masalah khusus itu daripada menyadari bahwa mereka juga memiliki masalah yang sama.
Seorang pendeta mungkin secara tidak sadar berpikir tentar;g melakukan perzinaan,
sehingga ia berkhotbah tentang topik itu beberapa kali dalam rentang waktu dua bulan.
Seorang wanita muda mungkin mulai percaya bahwa Allah menghendakinya untuk pergi
ke luar negeri sebagai misionaris padahal ia sebenarnya secara tidak sadar ingin dekat
dengan orangtuanya yang juga menjadi misionaris di bagian dunia itu.
The Putneys (1964, 49-51) menceritakan tentang seorang ateis dan orang Kristen
yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdE:bat tentang posisi mana yang benar.
Karena orang Kristen itu telah dibesarkan dalam keluarga agnostik, ia sesungguhnya

Seseorang mungkin bisa memiliki keinginan yang sangat kuat untuk


diperhatikan, misalnya, tetapi ia mungkin tidak menyadarinya karena kesadaran
itu akan melukai kebanggaannya yang palsu. Karena itu ketika berada di dekat
orang lain yang senang mencari perhatian, kekhawatirannya (takut menemukan
kebenaran) meningkat, sehingga untuk mernbenarkan dirinya sendiri ia mencela
selurnbar di rnata saudaranya, bukannya berusaha rnengeluarkan balok dari
rnatanya sendiri. Saul rnungkin mernproyeksikan sikap bermusuhannya ~erhadap
Allah kepada Daud, sedang Daud rnungkin mernproyeksikan perasaan 1x ·salah
atas dosanya terhadap Batsyeba kepada orang jahat fiktif yang rnerarnpas domba
satu-satunya rnilik tetangganya Ouga lihat Rrn. 2:1-3; Yak. 1:13-17).

lsolasi
Berbagai emosi yang tidak bisa diterima (seperti iri hati, ketamakan, dan
hawa nafsu) rnungkin dipisahkan dari pikiran sadar dan diisolasi dari kesadaran
yang disadari. Mekanisme pertahanan diri ini biasanya digunakan oleh orang
yang kornpulsif yang hati nuraninya sangat tegas sehingga rnereka secara salah
berpikir bahwa sernua kernarahan itu dosa; akibatnya, mereka rnengisolasi
kernarahan rnereka untuk rneredakan rasa bersalah mereka yang palsu. Dalarn
kenyataan mereka sedang berbuat dosa karena tidak mengalarni ernosi arnarah
yang negatif. Allah lebih. suka mereka menyadari kernarahan rnereka sehingga
bisa rnenanganinya dengan dewasa dan rnengarnpuni orang lain "sebelum
rnatahari tenggelarn" (Ef. 4:26; Irn. 19:17-18).
Kepribadian
- - ~-·------~·-·. -···----·--,~-·~·-·-~-------~-··--·--·-··-~-·~---~ --
berusaha menyingkirkan keragu-raguan di bawah sadamya ten tang iman Kristennya dengan
berdebat begitu giat dengan ateis itu. Orang ateis itu, karena dibesarkan dalam keluarga
yang religius, berdebat sama kuatnya, karena berusaha menyingkirkan dirinya dari keragu-
raguan di bawah sadarnya tentang ateisme yang ia anut. Jelaslah bahwa apa yang
diceritakan the Putneys merupakan proyeksL Jauh lebih baik bagi kita untuk mengatasi
keragu-raguan itu pada tingkat kesadaran dan kemudian mempengaruhi orang lain dengan
cara yang tidak begitu defensif (lihat bab 9). Orang Kristen yang emosinya dewasa
menceritakan Kristus kepada orang lain, namun ia mengizinkan mereka untuk memiliki
pandangan yang berbeda. Yesus tidak pernah memaksa orang lain untuk beriman.
lntelektualisasi digambarkan melalui kecenderungan beberapa pendeta menggunakan
jargon teologis dan religius secara berlebihan. Hal ini dengan mudah bisa menggantikan
ungkapan yang murni tentang diri sendiri, termasuk emosi diri sendirL Pendeta mungkin
menemukan dirinya menafsirkan masalah dalam istilah intelektual atau teologis, bukannya
menaruh empati pada konseiL Hal ini mungkin disebabkan ia memiliki konflik yang
tersembunyi di bawah sadar. Pendeta merasakan beban emosional untuk "ikut merasakan"
beban orang lain atau berkata "Saya tidak tahu"; jauh lebih mudah baginya untuk
menggunakan istilah klise atau istilah teknis. Kristus mendengarkan dan berempati serta
menganalisis kondisi orang lain dengan baik. Kita perlu mengingat bahwa Roh Kudus beke~a
bukan hanya secara kognitif, melainkan juga secara afektif.

Intelektualisasi
Orang-orang mungkin menghindari kesadaran tentang perasaan inferior dan
konflik bawah sadar lainnya dengan penggunaan kosakata, pikiran, diskusi dan
filosofi intelektual yang berlebihan. Ini merupakan mekanisme pertahanan diri
yang umum.
Misalnya, seorang anak laki-laki dibesarkan dalarn keluarga kelas atas yang
sangat kritis dan dingin. Karena tidak menyadari perasaan inferioritas mereka,
orangtua memandang rendah setiap orang yang seleranya tidak sarnpai pada level
mereka. Anak laki-laki itu mendapat nilai-nilai A atau B di sekolah, tetapi hal ini
tidak cukup memuaskan orangtuanya. Saat kuliah ia mernilih jurusan filsafat,
dan menggunakan kata-kata yang panjang, jarang digunakan, hanya untuk
membicarakan masalah-masalah filosofis (tidak pernah tentang perasaannya
sendiri), dan memandang rendah orang-orang yang lebih bodoh daripada dirinya.

Rasionalisasi
Orang-orang bisa membenarkan sikap, keyakinan dan perilaku yang tidak
bisa diterirna dengan penerapan dalih yang masuk akal atau dengan penemuan
alasan palsu secara salah. Konselor pastoral mungkin menghabiskan waktu yang
sangat banyak dengan konseli wanita, karena pikirannya yang penuh hawa nafsu
tetapi tidak disadarinya terhadap wanita, karena ia telah meyakinkan dirinya
sendiri bahwa motifnya murni. Ia membuat rasionalisasi bahwa ia melihat dari
PE , ~GANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

kacamata kasih Kristen, sehingga wanita itu perlu menghabiskan waktu bersama
seorang figur ayah untuk menggantikan ayahnya yang mengabaikan dirinya pada
masa kecilnya.

Formasi Reaksi
Sikap dan perilaku yang bertentangan dengan perasaan seseorang yang
sebenarnya atau impuls yang tidak disadari bisa diambil. 1ni dikenal sebagai
formasi reaksi. Sebagai ilustrasi, pendeta melakukan kampanye tentang kekudusan
seksual dan integritas, tetapi secara tidak sadar menggoda konseli wanita. Jadi,
dengan mernisahkan perasaan seksualnya dari tindakan, pendeta itu menganggap
dirinya tidak bersalah dalam situasi itu dan tidak munafik secara sadar. Contoh
lainnya, seorang pemirnpin agama yang mengikuti dorongan homoseksual dan/
atau heteroseksual yang kuat, namun juga dengan kuat berkhotbah menentang
hubungan seks bebas.

Pengalihan
Orang-orang mungkin mengalihkan emosi dari objek asal ke objek pengganti
yang lebih dapat diterima. Seorang yang marah kepada bosnya, tetapi takut
menyatakan kemarahannya di tempat kerja pulang ke rumah dan mengkritik
isterinya atau memukul anaknya atas tindakan yang biasanya ia abaikan. Seorang
anak perempuan berumur lima tahun yang tidak menyadari konflik ten tang
cintanya yang mendalam kepada ayahnya, termasuk keinginan untuk menikah
dengannya ketika ia dewasa, mengalihkan cintanya kepada boneka beruangnya
dan membawanya ke mana pun ia pergi.
Saul mungkin telah mengalihkan kemarahannya terhadap Allah kepada
Daud. Musa memukul batu karang agar mengeluarkan air dan membanting loh
batu berisi perintah Allah, untuk mengalihkan kemarahannya yang timbul karena
dosa umat Israel.

Identifikasi
1dentifikasi mungkin bisa sehat, terutama jika tindakan itu dilakukan dengan
sadar (meskipun secara teknis tidak, tetapi tindakan itu merupakan mekanisme
pertahanan diri karena berdasarkan definisinya mekanisme semacam itu
merupakan proses bawah sadar). 1dentifikasi muncul ketika orang-orang meniru
nilai-nilai, sikap dan perilaku orang lain tanpa mengetahui mengapa mereka
melakukannya.
Seorang anak yang menonton pahlawan hebat di televisi, remaja yang
menonton film erotis, atau karyawan yang mengamati metode bisnis tuannya
yang licik merupakan contoh yang baik tentang bagaimana mekanisme pertahanan
diri ini bisa mempengaruhi orang. Orang-orang juga bisa mengidenfikasikan
dirinya dengan nilai-nilai dan sikap kelompok, seperti pada sekte. Contoh
identifikasi yang positif adalah pengidentifikasian kita dengan Kristus.
m---xy,·>-_,.-~.-~--. ~-
Kepribadian

Regresi
Beberapa mekanisme pertahanan diri, seperti regresi, dinyatakan pada awal
masa kecil. Regresi muncul ketika orang-orang yang diperhadapkan pada konflik
baru-baru ini kembali pada tahap ketidakdewasaan emosional pada masa sebe-
lumnya. Mereka berbuat demikian karena merasa lebih terlindung dari stres
kehidupan.
Sebagai gambaran, anak laki-laki umur empat tahun yang sudah terlatih
buang kotoran sendiri dan mencapai kedewasaan seusianya diperhadapkan pada
kelahiran adiknya. Ia mengalami konflik bawah sadar karena ibunya menginap
di rumah sakit selama satu minggu, sehingga ia menghabiskan Iebih banyak
waktunya dengan bayi yang baru lahir itu. Ia tiba-tiba mulai mengompol, meng-

Fokus 12.3.
Mekanisme Pertahanan Diri dalam Gereja (2)
Beberapa pendeta cenderung menggunakan ide yang sama berulang-ulang, mungkin
ia mengutip leks yang berbeda, tetapi ia menyampaikan khotbah yang sama. Kita semua
memiliki topik favorit, tetapi hanya menyampaikan satu khotbah yang kita sukai merupakan
penyimpangan terhadap firman Allah. Sungguh mengherankan betapa ban yak bag ian Alkitab
yang tidak pernah digunakan oleh penginjil atau pendeta, sementara perikop tertentu telah
digunakan berulang-ulang sehingga jemaat hampir bisa meramalkan poin-poin utama
khotbah setelah ayat referensinya diberikan. Beberapa orang berpendapat bahwa "Firman
Allah tidak akan kembali dengan sia-sia", atau "Anda selalu bisa mendapatkan lebih banyak
kebenaran dari Alkitab", Namun sesungguhnya, mereka sedang melakukan rasionalisasi.
Dalam kenyataan, pendeta itu mungkin terlalu malas untuk mempelajari bagian Alkitab
lainnya.
Rasionalisasi juga bisa berada di belakang pendapat untuk mempertahankan King
James Version sebagai terjemahan utama untuk studi atau penyembahan. Pendukung
posisi ini, misalnya, mungkin berkata bahwa saat ini ada banyak versi Alkitab atau bahwa
King James merupakan te~emahan yang paling akurat atau paling ban yak diterima. Mungkin
alasan sebenarnya adalah para pemimpin merasa takut mengecewakan anggota jemaat
yang kaku.
Bahkan para misionaris tidak kebal terhadap mekanisme pertahanan diri. Misalnya,
seorang misionaris mungkin bersikap ramah dan hangat terhadap orang-orang nasional
ketika mereka mengunjunginya, tetapi segera mengkritik mereka setelah mereka
meninggalkan rumahnya. Pola ini bisa dikenali sebagai bentuk formasi reaksi. Misionaris
lainnya berbicara keras menentang pelanggaran seksual, semen tara menggalang dana di
negara asalnya, tetapi pemimpin nasional menceritakan hubungan gelap yang ia lakukan.
Anggota gereja mungkin memanipulasi orang lain dengan menyebut mereka pelayan untuk
menekankan kekuasaan mereka- ini merupakan bentuk lain formasi reaksi. Betapa jauh
bedanya dengan Kristus, yang tidak hanya menyarankan agar kita menjadi hamba,
melainkan juga memberikan contoh dengan membasuh kaki murid-murid-Nya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

gunakan perkataan seperti bayi, berak di celananya, marah-marah, dan bersikap


hiperaktif. Secara tidak sadar ia kembali ke masa bayi untuk mendapatkan
perhatian ibunya yang tidak terbagi. Ini merupakan hal yang biasa terjadi. Regresi
L
bisa terjadi pada orang dewasa ketika mengalarni stres karena perubahan besar,
pergantian pekerjaan, kelahiran anak pertarna, penyakit fisik, atau kematian or-
ang yang dikasihi. Kebanyakan pasien di rumah sakit bersikap kurang dewasa
dibanding saat mereka sehat dan ketika berada di rumah. Regresi mungkin bisa
digambarkan oleh orang-orang Kristen yang pindah dari "daging" rohani menjadi
"susu" rohani, seperti ungkapan Paulus.

Fiksasi
Bukannya kembali ke tahap emosional yang lebih awal, orang yang
melakukan fiksasi menghadapi trauma pada waktu tertentu dalam hidupnya dan
tetap berada pada tingkat perkembangan emosional tersebut. Orang itu mungkin
bertindak tidak bertanggung jawab dan kekanak-kanakan pada masa dewasa.
Mereka mungkin membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang tidak perlu, tanpa
mernikirkan bertumpuknya tagihan yang tidak terbayar. Atau mereka mungkin
mengabaikan keluarga derni menonton pertandingan sepakbola di televisi.
Perkembangan rohani mungkin menghasilkan konflik bawah sadar karena
pertumbuhan rohani sering membutuhkan pengorbanan dan kerendahan hati.
Orang-orang menolak untuk dikoreksi karena berbagai alasan, dan kebutuhan
untuk berkembang secara rohani bisa bertentangan dengan pergumulan emosional
pada tingkat bawah sadar, dan mengakibatkan fiksasi rohani. Gereja-gereja sering
kali merniliki banyak bayi rohani yang tidak bertumbuh dewasa dalam imannya

Fokus 12.4.
Mekanisme Pertahanan Diri dalam Gereja (3)
Mekanisme pertahanan diri pengalihan mungkin diakibatkan oleh khotbah yang
berbicara tentang kelemahan dalam kehidupan seseorang, sehingga menciptakan
kekhawatiran. Di pintu masuk pendeta menerima senyuman dan jabatan tangan. Namun
di rumah sore hari itu, anak-anak menerima pukulan yang keras karena kesalahan kecil
yang dilakukannya. Minggu berikutnya, selama pertemuan dewan anggota jemaat yang
merasa bersalah membuat warna karpet yang baru sebagai masalah yang besar. Ia bahkan
mengancam akan meninggalkan gereja hanya karen a karpet itu.
Meskipun identifikasi merupakan hal yang normal pada masa anak-anak, hal itu
kadang-kadang muncul ke permukaan pada masa dewasa, jika anggota jemaat secara
tidak sadar meniru pendetanya. Seseorang mungkin meniru orang yang agresif yang me-
nimbulkan kekhawatiran; maka peneladanan bawah sadar te~adi. Para psikolog kadang-
kadang menyebut hal ini sebagai "identifikasi terhadap orang yang agresif'. Orang Kristen
harus berhati-hati untuk tidak meniru pendekatan yang bermusuhan seperti yang dilakukan
beberapa musuh mereka; teguran yang penuh kasih lebih baik daripada kemarahan.
Kepribadlan

atau mengambil tempat mereka yang sesuai dalam tubuh Kristus. Pertumbuhan
dalam Kristus, bukan fiksasi rohani, itu[ah yang menjadi norma. Kita harus
"menyingkirkan hal-hal yang kekanak-kanakan".

Pembatalan
Orang-orang mung kin me[akukan tindakan atau komunikasi verbal yang
tidak disadari untuk meniadakan kesalahan sebelumnya, sehingga kesalahan itu
seolah-olah tidak pernah terjadi.
Pada saat pacaran, seorang gadis dengan hangat menyatakan cintanya, tetapi
kemudian ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia hanya bercanda dan
memperlakukan pacarnya dengan sopan tetapi dingin. Contoh lain adalah orang
Kristen yang mengkritik sesama orang Kristen, kemudian keesokan harinya ia
merasa berdosa di bawah sadar dan berbalik memuji orang yang ia kritik tanpa
mengingat bahwa ia sudah mengkritiknya atau tanpa mengetahui mengapa ia
memuji-muji dia sedernikian rupa. llustrasi lainnya adalah [aki-[aki muda yang
merasakan keyakinan yang kuat untuk menjadi misionaris tetapi di bawah sadar
ia bergumul dengan kesulitan yang akan ia hadapi kalau meninggalkan negaranya.
Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh ingin
menjadi misionaris sebagai prioritas hidupnya dan berakhir dengan melakukan
pekerjaan sekular, tetapi ia menjadi ketua lembaga misionaris di gereja lokaInya.
Peniadaan jangan dicampuradukkan dengan padanannya yang sehat,
restitusi secara sadar atau permintaan maaf atas kesalahan yang telah dilakukan.

Kompensasi
Orang-orang mungkin berusaha menggantikan kekurangan pribadi yang
nyata ataupun khayalan dalam kondisi fisik, penampilan, talenta atau atribut
psikologis. Hal ini bisa menjadi pertahanan diri yang sehat jika kompensasi itu
dilakukan secara sadar dan dengan motif yang benar. Namun kompensasi di sini
mengacu pad a pergumulan untuk menggantikan perasaan rendah diri yang timbul
karena kurang menerima cara Allah menciptakan kita. Misalnya, seorang
perempuan muda tiba-tiba melakukan hubungan seks bebas tanpa menyadari
bahwa ia melakukan hal itu untuk melakukan kompensasi atas perasaan rendah
diri yang dalam atas keadaannya yang kurang menarik (entah nyata atau
khayalan).

Overkompensasi
Kompensasi merupakan cara menggantikan kekurangan yang bisa diterima
secara sosial, sedang overkompensasi merupakan usaha untuk menggantikan
kekurangan yang tidak bisa diterima secara sosial. MisaInya, seseorang mungkin
berusaha menjadi seorang yang menghidupkan pesta, sehingga melakukan
kompensasi yang terlalu berlebihan atas citra dirinya yang rendah, dengan
menceritakan lelucon yang tidak dianggap lucu oleh siapa pun. Sekalipun
mendapat kelu han dan umpan balik yang negatif dari orang lain, ia tetap
menceritakan [e[uconnya yang tidak [u(c, , ·::'jngga ia semakin menjauhkan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

dirinya dari orang lain dalam kelompok dan semakin meningkatkan citra dirinya
van g negatif.
Di gereja overkompensasi mu ngkm di gambarkan oleh orang yang selalu
meminta izin kepada pend etanya untuk menyanyi solo, meskipun ia tidak
memiliki talenta itu. Meskipu n ia berusaha menutupi ·kel emahannya dalam
keterampilan antarpri badi, ia tidak mampu menyadari bahwa orang lain menjaga
jarak darinya karena keinginannya yang agresif untuk membuktikan dirinya
send iri dengan menyany i.

Fokus 12.5.
Mekanisme Pertahanan Diri
dalam Gereja (4)
Suatu kali saya mengunjungi gereja di mana kelas Sekolah Minggunya diajar oleh
remaja. Pemuda itu berbicara panjang Iebar ten tang pikiran seksual yang ia alami dengan
gadis-gadis tertentu, bahkan ia menyebutkan orang-orang yang ia pikirkan! Pembicaraan
itu mungkin merupakan usaha untuk melakukan rasionalisasi terhadap pikiran yang
membuatnya merasa berdosa.
Berbeda dengan sikap peniadaan, seseorang bisa secara sadar melakukan restitusi
1
atau permintaan ampun . Hal ini perlu terjadi sedemikian rupa sehingga siklus pengakuan
dosa merupakan siklus perbuatan. Jika seseorang telah melakukan dosa terhadap Allah ,
1a harus mengakui hal itu kepada-Nya. Sebaliknya, jika seseorang berdosa kepada seluruh
jemaat, jemaat harus menerima pengakuan dosa. Mungkin hal inilah yang dipikirkan Yakobus
ketika ia berkata, "Hendaklah kamu saling mengaku dosamu" (Yak. 5:16).
Kompensasi mungkin digambarkan oleh seorang wanita yang menghabiskan sangat
banyak waktu di gereja dan terus-menerus terlibat dalam berbagai komisi dan aktivitas
lainnya. Ia menghabiskan sedikit waktu di rumah karena suaminya terus-menerus mengkritik 1

penampilannya dan masakannya. Jadi, ia melakukan kompensasi dengan melakukan apa


yang ia percaya bisa ia lakukan dengan baik dan dengan menghindari hal-hal lainnya.
ldealnya ia harus disadarkan tentang apa yang sedang ia lakukan, tetapi seperti telah
dibicarakan sebelumnya, kompensasi itu tidak lagi merupakan mekanisme pertahanan diri.
Seperti dicatat oleh Dobson (1979, 162-165), kompensasi bisa menjadi hal yang sehat jika
merupakan cara menghadapi kelemahan secara disadari.
Beberapa anggota gereja mungkin membuat pernyataan yang kasar ten tang pendeta
meskipun pada saat yang sama mreka secara umum menyukai dia. Bisa jadi kata-kata
kasar itu sebagian merupakan ungkapan kebencian atau kesebalan terhadap dia secara
tidak sadar, terutama jika kata-kata kasar itu sangat beragam. lni merupakan contoh
substitusi. Namun , perlu dicatat bahwa humor juga bisa membantu melepaskan ketegangan
yang sudah terbentuk. Humor yang tepat, bahkan sekalipun sedikit kasar, selama pertemuan
bisnis gereja yang sulit mungkin merupakan cara yang terbaik untuk membantu meredakan
suasana dan merajut jalan untuk pencapaian prestasi yang murni.
__ _I
Kepribadian

Mungkin orang-orang Farisi, yang lebih berfokus pada perilaku keagamaan


yang Iegalistik daripada kerohanian yang sejati, melakukan averkompensasi. Banyak
orang Yahudi tertarik kepada Kristus karena mereka tidak senang melihat sikap
legalisme itu dan Yesus memberikan suatu alternatif.

Sublimasi
Dengan sublimasi yang tidak sehat, dorongan yang tidak diterima secara
sadar (seperti permusuhan atau haw a nafsu) disalurkan dengan cara yang diterirna
tanpa orang itu pernah menyadari bahwa dorongan yang tidak diinginkan itu
tetap ada. Hal yang lebih sehat seharusnya adalah menyadari dorongan semacam
itu, mendoakan, dan kemudian secara sadar mengarahkan ulang hal itu. Misalnya,
seorang atlet mungkin berusaha memperhalus impuls seksualnya dengan
menggunakan energi tersebut di arena olahraga. Atau seorang gadis mungkin
menyalurkan kemarahannya dengan mengarahkan energi tersebut secara
konstruktif dengan melukis.
Paulus berbicara tentang orang-orang yang melajang yang mampu
menyalurkan seluruh energinya untuk memberitakan Injil (I Kor. 7:32-35). Tentu
saja penginjil atau rnisionaris lebih bebas untuk bepergian dan memiliki waktu
lebih banyak untuk berbagai aktivitas jika ia melajang. Mungkin energi seksual
yang disublimasi merupakan pilihan bagi beberapa orang Kristen yang merniliki
talenta yang begitu banyak (Campolo, 1988, 64-68).

Substitusi
Sementara sublimasi merupakan ungkapan dorongan hati yang tidak dapat
diterima dengan mengarahkan kembali dorongan itu melalui saluran yang tidak
berkaitan, substitusi terjadi jika orang-orang menipu diri mereka sendiri berkaitan
dengan keinginan mereka yang sejati dan berakhir dengan menerirna pemenuhan
keinginan itu secara sebagian atau sudah sedikit diubah.
Sebagai ilustrasi, seorang laki-laki muda mungkin tidak sadar bahwa ia
merniliki sikap bermusuhan yang disembunyikan terhadap ibunya dan kaum
wanita pada umurnnya. Ia membuat
lelucon yang penuh kritikan tentang
kebodohan dan kerendahdirian
wanita dan kemudian tidak mema-
harni mengapa beberapa orang mera-
sa tersinggung. Contoh lainnya
adalah anak laki-laki yang tumbuh
dewasa dalam keluarga yang sangat
religius. Karena menyadari bahwa
dorongan sikap bermusuhannya
yang kuat akan melukai kebanggaan
dan hati nuraninya, maka pada masa
anak-anak ia menjadi pemburu ahli,
dan membunuh banyak binatang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

"yang bisa diterima". Di sekolah menengah dan universitas ia menjadi pemain


gelandang tengah yang sangat bagus dalarn pertandingan sepakbola, yang ter-
kenal karena "naluri membunuhnya". Ia akhirnya menjadi dokter bedah. Semua
aktivitas itu membantu dia untuk mengungkapkan dorongan sikap permusuh-
annya, narnun ia tidak pernah menyadari hal itu.

Pemisah-misahan
Orang-orang secara tidak sadar bisa merniliki sikap seolah-olah hal itu tidak
berhubungan dan tidak berkaitan - dalarn ruang otak mereka yang terpisah -
untuk menyembunyikan konflik antara perasaan dan motif yang tidak bisa
diterima dengan perasaan dan motif ideal mereka dari kesadaran mereka.
Misalnya, orang laki-laki dewasa yang sangat cemas mulai menyadari perasaan
bersalah secara tidak sadar ketika ia melihat hubungan antara khayalan saat ini
dengan konflik baru-baru ini yang ia alarni. Pikiran bawah sadarnya segera meya-
kinkan dia bahwa khayalan dan konflik itu tidak berkaitan, sehingga ia merasa
tenang untuk sementara dan mulai memikirkan hal lainnya. Surat Yakobus
menekankan bahwa kita perlu melangkah lebih jauh daripada sekadar berbicara
tentang lnjil dan sungguh-sungguh melakukannya, jadi dengan demikian
mengatasi pernisah-rnisahan agarna dan kehidupan.

Penyangkalan
Penyangkalan adalah "kemarnpuan untuk menyangkal keberadaan sesuatu
yang mengganggu, seperti kemarahan diri sendiri atau perasaan seksual" (Lidz,
1968, 258). Pikiran, perasaan, harapan atau motif disangkal agar tidak memasuki
kesadaran. Ini merupakan mekanisme pertahanan diri utarna kepribadian histri-
onic, yang menyangkal pikiran berdosa, perasaan, harapan atau motif mereka
sendiri bahkan meskipun hal itu tampak jelas bagi orang-orang di sekeliling
mereka. Misalnya, seorang wanita mungkin bersikap menggoda, tetapi ia tidak
menyadari bahwa ia melakukan hal itu karena sikap penyangkalan, kemudian ia
menjadi marah kepada laki-laki yang secara tidak sadar ia goda karena melakukan
respons bernada seksual. Jika apa yang ia lakukan ditunjukkan kepadanya, ia
dengan keras akan menyangkalnya (lihat juga Arns. 14:15; 16:2; Yak. 3:14).
Konselor sering kali tidak mau menunjukkan masalah klien mereka yang
tarnpak jelas karena ada kemungkinan besar kliennya akan menyangkal. Konselor
harus membantu klien itu mengenali masalah mereka sendiri, dan meneguhkan
apa yang diusulkan oleh klien tanpa takut menghadapi penyangkalan. Sekali klien
menyangkal diagnosis, ia akan sulit untuk mengakui bahwa ia sungguh-sungguh
menghadapi masalah pada waktu yang akan datang.

Alternatif untuk Mekanisme Pertahanan Diri


Freud percaya bahwa mekanisme pertahanan diri bisa dihilangkan melalui
penggunaan psikoanalisis. Dengan berjalannya waktu, klien secara bertahap akan
menyingkapkan pikirari bawah sadar, kadang-kadang dibantu dengan analisis
rnimpi atau hipnotis. Hubungan yang tidak wajar antara topik dengan pelesetan
Kepribadian
' ''"~' - • '< ,..,."<>< <"·'""' ·. ~ .•. ·..;-.. , ....... , ..... ~

Fokus. 12.6.
Mekanisme Pertahanan Diri
dalam Gereja (5)
Pemisah-misahan bisa digambarkan oleh seseorang yang percaya bahwa tidak ada
tempat bagi psikologi di gereja karena psikologi ya psikologi, gereja ya gereja. Orang itu
mungkin menyembunyikan konflik bawah sadar yang ditimbulkan oleh studi psikologi yang
menerangi bidang-bidang yang tidak mampu memenuhi idealisme tertentu. Konflik itu te~adi
pad a tingkat bawah sadar, jadi pikiran memisahkan gereja dan psikologi menjadi dua bagian.
Ia menolak melihat adanya kemungkinan hubungan dian tara keduanya. Namun jelas bahwa
prinsip-prinsip yang valid dalam kehidupan sehari-hari juga valid dalam kehidupan di gereja.
Salah satu masalah paling berat yang dihadapi pendeta adalah orang-orang yang
menyebut diri mereka Kristen, namun memisahkan kehidupan mereka menjadi suci (hari
Minggu di gereja) dan sekular (hari-hari lainnya). Sebuah fakta yang menyedihkan bahwa
ban yak orang hadir di gereja selama bertahun-tahun tanpa menemukan hubungan an tara
iman dengan kehidupan sehari-hari. Situasi ini, yang biasa ditemukan dalam gereja yang
bagus sekalipun, merupakan contoh pemisah-misahan. Kita semua bisa menerapkan
prinsip-prinsip yang kita temukan dalam Alkitab dan gereja dalam kehidupan kita sehari-
hari. Sesungguhnya, ini merupakan syarat penting jika kita ingin menjadi orang Kristen
yang utuh. Kita perlu melihat seluruh bidang kehidupan, bukan hanya kehidupan di gereja,
itu suci dan menjadi milik Allah.
Beberapa orang menekankan "pikiran tentang kemungkinan" dan "membuat
pengakuan yang bag us" sampai batas ekstrem sehingga mengabaikan masalah yang murni
dalam diri mereka sendiri dan orang lain. Seorang l~risten mungkin tidak mau mengakui
kesulitan yang tampak jelas dan menuntut suatu ucapan "puji Tuhan" dalam segala situasi.
Konflik antara teologi tidak ada penyakit dan kenyataan adanya penyakit mungkin
mengakibatkan penolakan untuk mengakui gejala itu. Jelas, orang itu terlibat dalam
penyangkalan dalam situasi semacam itu. Beberapa mengikuti agama perfeksionistik namun
gaga! memahami dosa yang tampak jelas dalam kesombongan mereka dan sikap-sikap
lainnya. Hal ini dengan jelas digambarkan oleh Paulus dalam pengakuan yang terbuka
ten tang pergumulannya dengan dosa (Rm. 7) dan kesadaran Yohanes bahwa orang Kristen
bisa dan memang melakukan dosa (I Yoh. 2:1).

Freud juga dipandang menyingkapkan pikiran bawah sadar. Freud berpendapat


bahwa jika pikiran bawah sadar dibuat menjadi sadar, masalah akan dapat disele-
saikan secara sadar. Secara teknis, ketika mekanisme pertahanan diri dibuat sadar,
maka berdasarkan definisinya hal itu bukan lagi mekanisme pertahanan diri.
Tetapi apakah kesadaran semata-mata sudah cukup untuk menangani pikiran
bawah sadar? Psikoanalisis menekankan bahwa orang-orang harus "mengatasi"
konflik. Tetapi apakah ini sudah cukup? Waktu bertahun-tahun yang penuh
frustrasi yang dilewati orang-orang dalam analisis menunjukkan bahwa orang-
orang Kristen membutuhkan lebih banyak daripada apa yang direkomendasikan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Freud. Seperti dicatat Benner (1988, 116), pertumbuhan rohani berkaitan erat
dengan pertumbuhan psikologis.
Pada saat bertumbuh menjadi dewasa seperti Kristus, orang Kristen harus
berjuang untuk menjadi sadar dan secara bertahap menyingkirkan mekanisme
pertahanan diri di bawah sadar. Pertahanan diri dengan menipu diri sendiri harus
digantikan dengan pertahanan diri yang sehat.
Mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita atau mengampuni diri
kita sendiri ketika kita telah melakukan kesalahan atau berbuat dosa, merupakan
pertahanan diri yang sehat, alkitabiah dan sesuai psikologi terhadap ketidak-
bahagiaan dan depresi. Kita bisa saja marah - tanpa berbuat dosa - tetapi tidal<
pernah merniliki roh pendendam dan menyimpan sakit hati (1m. 19:17-18; Ef. 4:26).
Pertahanan diri utama terhadap sakit emosional yang muncul dari rasa
bersalah yang sejati secara sadar adalah pengakuan kepada Allah, diikuti dengan
sikap pengampunan terhadap diri sendiri (I Yoh. 1:9). Orang Kristen didorong
untuk saling mengakui dosa mereka dan dijanjikan bahwa pengakuan semacam
itu akan menyebabkan kesembuhan fisik/rohani (Yak. 5:16).
Kesabaran merupakan pertahanan diri yang sangat bagus terhadap frustrasi
kecil dalam kehidupan yang sering kita alarni. Orang yang egois dan tidak dewasa
yang memberi diri sendiri terlalu banyak hak akan terus-menerus terganggu
dengan kemarahan, karena begitu banyak "hak" mereka yang dilanggar.
Menyerahkan hak tersebut kepada Allah dan mengharapkan lebih sedikit hal
untuk sempurna akan menghasilkan kesabaran, kerendahhatian yang lebih besar,
kemarahan yang lebih sedikit, dan sukacita yang lebih besar dalam kehidupan.
Kasih adalah pilihan sadar. Pemberian dan penerimaan kasih Kristen yang
sejati merupakan pertahanan diri secara sadar terhadap perasaan inferior dan
kesepian. Amanat Agung yang diberikan oleh Kristus (Luk. 10:25-27) mencakup
hal mengasihi Allah, orang lain dan diri sendiri (ekspresi citra diri yang saleh).
Kekhawatiran muncul karena sikap kurang beriman. Kegagalan untuk
mengetahui apa yang bisa kita lakukan dengan pertolongan Allah merupakan
penyebab utama kekhawatiran. Mengantisipasi situasi yang sulit dengan banyak
berdoa dan sikap percaya bisa mengurangi kekhawatiran. Salomo mendorong
anak-anak Allah untuk merniliki iman terhadap prinsip-prinsip Allah ("hikmat
dan kebijaksanaan yang sehat"). "Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan
aman, dan kakimu tidak akan terantuk. Jikalau engkau berbaring, engkau tidak
akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak." (Arns. 3:23-24;
juga lihat 3:5-7).
Kesadaran tentang kekurangan pribadi (cacat yang bisa dikoreksi) membuat
kita meminta dan mengharapkan pertolongan Allah untuk mengatasi kelemahan
itu (Flp. 4:13). Ini bukan hanya meningkatkan citra diri kita, melainkan juga
membuat kita lebih efisien dalam melebarkan karya Kristus.
Altruisme pad a dasarnya melakukan perbuatan baik untuk menyukakan
Tuhan dan mempunyai banyak keuntungan. (1) Memperluas karya Kristus dan
Kepribadian

merupakan tindakan ketaatan kepada Allah. (2) Meningkatkan citra diri (lebih
mudah bagi kita untuk menyukai diri kita sendiri jika kita berharga bagi orang
lain). (3) Memampukan kita untuk melepaskan pikiran pada diri sendiri dan tidak
terlalu khawatir tentang frustrasi pribadi yang kecil. (4) Membangun persahabatan,
yang sangat penting untuk kesehatan mental.
Hanya sedikit konflik yang berlalu dengan sendirinya dengan hanya
menunggu hal itu hilang. Melakukan kontrol secara sadar berarti sikap bertang-
gung jawab dan membuat pilihan secara sadar untuk mengatasi konflik. Kontrol
secara sadar memampukan kita untuk mengatasi banyak mekanisme pertahanan
diri di bawah sadar yang akan mengontrol perilaku kita jika kita tetap pasif.
Identifikasi yang sehat berarti membuat pilihan secara sadar untuk me-
ngembangkan beberapa sifat pribadi yang saleh yang tampak pada orang Kristen
lain yang kita kagurni. Allah tidak menghendaki orang Kristen untuk berusaha
menjadi orang lain; identifikasi utama orang Kristen haruslah Kristus sendiri (Rm.
8:29) .

Salah satu buah Roh adalah sukacita. Kemampuan untuk bersenang-senang


dan menikmati kehidupan dan kemampuan untuk menertawakan diri sendiri
merupakan tanda ,kesehatan mental dan spiritual yang jelas. Menertawakan
kesalahan kecil kita sendiri (seperti sering lupa) jauh lebih baik daripada me-
nyalahkan diri sendiri.
Pengalihan ke jurusan lain merupakan bandingan mekanisme pertahanan
diri sublimasi secara sadar dan sehat. Perbedaannya dengan pengalihan ke jurusan
lainnya adalah orang yang dewasa bisa menyadari konflik psikologis dan rohani
yang tidak diinginkan (seperti sikap permusuhan yang ditekan) dan secara sadar
menghilangkan energi permusuhan sementara mereka berada dalam proses
menyingkirkan diri dari sikap permusuhan yang ditekan melalui doa,
pengampunan dan cara lainnya.
Ketika orang yang dewasa menyakiti hati orang lain, mereka menunjukkan
kerendahhatian yang murni dan keprihatinan terhadap orang yang disakiti dengan
melakukan penggantian. Penggantian bisa menjadi ungkapan permohonan maaf
secara verbal, atau diperlukan kompensasi secara finansial atas kerusakan yang
ditimbulkan pada harta rnilik orang lain.
Menekan kebenaran tanpa terIebih dulu mengatasi masalahnya merupakan
dosa. Namun obsesi kegagalan pad a masa yang lalu tanpa mengampuni diri
sendiri sama berdosanya. Orang yang dewasa mengakui dosa pada masa yang
lalu kepada Allah, mengampuni diri sendiri, dan kemudian menekan kesalahan
yang lama sehingga mereka bisa berkonsentrasi pada masalah saat ini dan masa
yang akan datang. Kita tidak boleh berhenti pada kesuksesan yang lalu, dengan
tanpa motivasi untuk mencapai tujuan pad a masa yang akan datang untuk Allah.
Paulus menyatakan, "Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan meng-
arahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yes us"
(Flp . 3:13-14).
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSE LING KRIST EN 2

Impian membantu kita menyelesaikan konflik bawah sadar, atau paling


sedikit menghilangkan sakit emosional yang berkaitan dengan konflik bawah
sadar. Orang laki-laki dewasa yang normal dan belum menikah, rnisalnya, akan
terlepas dari ketegangan biologis seksualnya dengan "rnimpi basah", beberapa
kali serninggu. Bayi yang baru lahir, saat menghadapi dunia nyata di luar kan-
dungan ibunya untuk pertama kalinya, mungkin menghabiskan waktu sepuluh
jam sehari untuk berrnimpi. Orang Kristen tidak perlu mengurangi jam tidur
mereka secara berlebihan. Tidur dan berrnimpi merupakan karunia Allah untuk
menjaga kesehatan mental kita.

REFERENSI
Allport, G. 1937. Personality. New York: Holt, Rinehart and Winston.
American psychological association. 1981 . Ethical principles of psychologists. Ameri-
can Psychologist 36: 633-638.
Benner, D. 1988. Psychotherapy and the spiritual quest. Grand Rapids: Baker.
Burke, T. 1987. Man and mind: a Christian theory of personality. Hillsdale, Mich. : Hillsdale
College Press.
Campolo, A. 1988. Twenty hot potatoes. Dallas: Word.
Cattell, R. 1973. Personality and mood by questionnaire. San Francisco: Jossey-Bass.
Darling, H. 1969. Man in triumph. Grand Rapids: Zondervan.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders . Edisi revisi ke-3. 1987. Washington,
D.C.: American Psychiatric Association.
Dobson, J. 1979. Hide or seek. Edisi revisi. Old Tappan, N.J.: Revell.
Freud, S. 1900. The interpretation of dreams. New York: Modem Library.
Hughes, P. 1984. Grace. Dalam Evangelical Distionary ofTheology, editor W. Elwell. Grand
Rapids: Baker.
Kotesky, R. 1980. Psychology from a Christian perspective. Nashville: Abingdon.
LaHaye, T. 1971 . Transformed temperaments. Wheaton, Ill.: Tyndale.
Lidz, T. 1968. The person. New York: Basic.
Mischel, W. 1968. Personality and assessment. New York: Wiley.
Nelson, M. 1976. The psychology of spiritual conflict. Journal of Psychology and Theology
4: 34-41 .
Phares, E. 1988. Introduction to personality. Edisi ke-2. Glenview, Ill.: Scott, Foresman.
Philipchalk, R. 1988. Psychology and Christianity. Edisi ke-2. Lanham, Md.: University
Press of America.
Putney, S., dan G. Putney. 1964. The adjusted American. New York: Harper a11d Row.
Rogers, C. 1959. A theory of therapy, personality, and interpersonal relationships. Dalam
Psychology, editorS. Koch. New York: McGraw-Hill.
Ryrie, C. 1984. Total depravity. Dalam Evangelical Dictionary ofTheology, editor W. Elwell.
Grand Rapids: Baker.
Sheldon, W. 1942. The varieties of temperament. New York: Harper and Row.
Stuart, R. 1970. Trick or treatment. Champaign, Ill.: Research.
Tucker, L. 1983. Muscular strength and mental health. Journal of Personality and Social
Psychology 45:1355-1360.
VanLeeuwen, M. 1985. The person in psychology. Grand Rapids: Eerdmans.
***
Kepribadian
«r·'<M."·'';'~·,,·~, " <""'_ '''''''''''_''''''''''~'''' '_~'''''''~'_-.uw<;.;., . , : " ·.<:>-'_¥"'.«@.r",'>_ _ m,,,,,,,,,,",· ::·: ~-*~,'!&> o"'<~%<" ',· w · ,N'~ """"-·:~, ,,,,,<,:,;*,*,*,,,~,,,;.,.~;W.« :%· *""""'~:-<. ,.•-~."...","_*, '~"':, ~,:"".""":" -,,-,:",-v""·"'_

1 Juga lihat Burke, 1987; Va n Leeuwen, 1985; Philipchalk, 1988; dan Kotesky, 1980 untuk menemukan cara

lain memandang kepribad ian dari sudut pandang Kristen.


2 Untuk mendapatkan penjelasan tentang mekanisme pertahanan diri dalam kitab Yakobus, lihat Nelson
1976.
13
Psikologi Agama

alam bab 1 kita telah membahas beberapa kemungkinan ten tang relasi

D antara kekristenan dan psikologi, termasuk posisi psikologi terhadap


teologi. Posisi ini berusaha menerapkan pendekatan psikologis untuk
memahami agama, sehingga menghasilkan apa yang sering disebut sebagai
psikologi agama. Sementara bidang ini membangkitkan minat yang cukup besar
di antara para psikoloi pada awal abad ini, secara umum hal itu telah diabaikan
selama bertahun-tahun. Namun baru-baru ini, muncul minat baru dalam bidang
ini baik di antara para psikolog Kristen maupun non-Kristen.
Psikologi agama mencoba menemukan faktor-faktor psikologis dalam
keyakinan dan praktek agama. Jadi pendekatan ini secara historis cenderung
bersikap kritis terhadap iman keagamaan, meskipun tidak selalu demikian halnya.
Beberapa orang Kristen telah menulis buku tentang topik itu. Kita bisa mendapatkan
pandangan para sarjana di bidang psikologi agama jika kita menyadari bahwa
mereka sering membatasi diri sendiri pada data yang bisa diamati dan
menyingkirkan pertimbangan teologis. Kita bisa mendapatkan banyak hal dari
penemuan mereka jika kita menyadari batasan itu dan menggunakan hikmat dalam
menerima kesimpulan mereka.

PANDANGAN FREUD TENTANG AGAMA


Dalam bukunya Future of an Illusion (1927), Freud mengobarkan sikap
permusuhan terhadap agama, dengan menyatakan bahwa agama bisa diban-
dingkan dengan neurosis (penyakit mental). Ia menyatakan harapan bahwa agama
akan segera musnah. Freud berpendapat bahwa ketergantungan yang dikem-
bangkan oleh agama menyebabkan regresi ke masa kanak-kanak. Dalam buku
Totem and Taboo (1913) Freud menekankan pemusatan rasa bersalah dalam agama;
hal-hal yang "boleh dan tidak boleh" dilakukan merongrong kesehatan mental.
Dari sudut pandang Freud, iman keagamaan melakukan penekanan pada dorong-
an hati sehingga membuat kepribadian ada dalam keadaan aman dengan
mengorbankan kejujuran. Kita mengabaikan sifat seseorang yang berorientasi
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

pada dorongan yang nyata karena aspek sifat manusia itu telah lama ditekan
oleh agama. Namun, Freud berpendapat bahwa orang-orang yang tidak merasa
aman merindukan figur bapa secara kosmik untuk memberikan rasa aman.
,-----------------------------------------~----------~

Fokus 13.1.
Rasa Bersalah yang Benar dan Palsu
Kita perlu membedakan rasa bersalah yang benar dengan yang palsu. Freud
tampaknya berpikir bahwa semua rasa bersalah itu palsu dan ban yak psikiater pada masa
kini yang setuju dengan hal itu. Orang Kristen tidak setuju bahwa rasa bersalah selalu
merupakan hal yang tidak sehat. Rasa bersalah yang benar adalah kesadaran batiniah
yang menyebabkan rasa tidak nyaman karena kita telah melanggar hukum moral Allah.
Rasa bersalah yang benar sebagian dihasilkan oleh tuduhan Roh Kudus dan sebagian
oleh hati nurani kita sendiri.
Freud menyebut hati nurani sebagai superego. Hati nurani dibentuk oleh berbagai
pengaruh dalam lingkungan kita: apa yang diajarkan sebagai hal yang benar atau salah
oleh orangtua kita, apa yang mereka praktekkan (tidak selalu sama dengan yang mereka
ajarkan), apa yang diajarkan sebagai hal yang benar atau salah oleh gereja kita, apa yang
dipraktekkan anggota-anggota gereja, apa yang diajarkan sebagai hal yang benar atau
salah oleh ternan-ternan dan guru kita, dan sebagainya. Hati nurani orang Kristen dibentuk
oleh apa yang dikatakan sebagai hal yang benar atau salah oleh Alkitab, tetapi hal itu pun
dipengaruhi oleh penafsiran pribadi. Tidak ada hati nurani yang persis sama. Meskipun
Roh Kudus selalu benar, hati nurani kita bisa mengabaikan hal yang salah yang kita lakukan.
Hati nurani yang diperluas, yang mengajar secara salah bahwa segala sesuatu itu dosa,
akan mengganggu kita bahkan sekalipun kita melakukan hal-hal yang tidak dipandang
salah oleh Allah. Rasa bersalah yang palsu adalah perasaan bersalah untuk sesuatu yang
tidak dikutuk oleh Allah dan firman-Nya dalam hal apa pun.
Rasa bersalah yang benar itu sangat penting. Rasa bersalah tersebut bisa menuntun
kita pada pertobatan. Jika kita melakukan apa yang benar, persekutuan kita dengan Allah
akan sangat menyenangkan dan kita akan lebih menyukai diri kita sendiri. Melakukan apa
yang salah akan menurunkan harga diri kita. Pada umumnya ketika orang-orang memberi
tahu psikiater bahwa mereka merasa bersalah, mereka memang bersa/ah. Meluruskan
apa yang mereka lakukan secara keliru kadang-kadang merupakan satu-satunya hal yang
diperlukan untuk mengatasi perasaan depresi mereka.
Orang-orang Kristen dari gereja legalistik sering kali mengungkapkan perasaan
bersalah untuk hal-hal yang tidak dikutuk oleh Alkitab. Misalnya mereka mungkin merasa
bersalah karen a dicobai. Dicobai itu bukan dosa; tinggal dalam pencobaan dan menyerah
kepadanya itu baru dosa. Kristus sendiri dicobai: "Sebab Imam Besar yang kita punya,
bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa" (lbr. 4:15).
Tournier menyebut rasa bersalah yang benar "rasa bersalah yang berharga" dan
menyebut rasa bersalah palsu "rasa bersalah fungsional":
Perasaan "rasa bersalah fungsional" adalah perasaan yang muncul dari sugesti
sosial, takut terhadap hal-hal tabu atau kehilangan kasih orang lain. Perasaan "bersalah
yang berharga" adalah kesadaran yang murni karena mengkhianati norma otentik; itu
merupakan penilaian diri sendiri secara bebas. Berdasarkan asumsi ini, ada oposisi
penuh an tara kedua mekanisme yang menimbulkan rasa bersalah: yang satu dijalankan
oleh sugesti sosial, dan yang satunya oleh keyakinan moral ... "Rasa bersalah yang
palsu" adalah rasa bersalah yang muncul sebagai akibat penilaian dan sugesti orang-
orang lain. "Rasa bersalah yang benar: adalah rasa bersalah yang muncul dari penilaian
Allah ... Sebab itu rasa bersalah yang benar sering kali merupakan sesuatu yang sangat
berbeda dari rasa bersalah yang terus-menerus menekan kita, karena rasa takut kita
terhadap penghakiman sosial dan penolakan orang lain. Kita menjadi terbebas dari
mereka sejauh kita bergantung pada Allah (Tournier, 1962, 64-70).
Hyder menyatakan .bahwa
Penyebab rasa bersalah yang palsu berakar pada cara anak dibesarkan pada
masa kecilnya. Jika terlalu kaku, superego atau hati nurani hanya bisa dikembangkan
oleh harapan atau standar yang terlalu kaku yang dipaksakan oleh orangtua. Misalnya,
orangtua yang menyalahkan, menghukum, menghakimi, dan menuduh anak mereka
secara berlebihan ketika mereka gaga! memenuhi harapan orangtua, menyebabkan
mereka tumbuh dengan ide yang tidak seimbang tentang norma mana yang sesuai.
Orangtua yang tidak mudah mengampuni, yang menghukum dengan berlebihan
meningkatkan rasa bersalah. Hukuman yang sesuai dan secukupnya yang diberikan
dengan kasih dan penjelasan akan menyingkirkan rasa bersalah. Beberapa orang-tua
kurang memberikan dorongan, pujian, ucapan terima kasih, ucapan selamat, atau
penghargaan. Seberapa bagus pun anak-anak berprestasi dalam bidang apa pun di
sekolah, permainan, olahraga, atau perilaku sosial, orangtua membuat dia merasa
bahwa mereka tidak puas karena ia tidak bisa berbuat lebih baik. Anak itu melihat diri
rnereka sendiri sebagai orang yang selalu gaga!, dan ia dibuat merasa bersalah karena
kegagalannya. Dalam usianya yang masih sangat muda ia tidak menyadari dampak
negatif apa yang ditimbulkan orangtuanya pada perasaan harga dirinya pada masa
yang akan datang. Ia tumbuh dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang kurang
dari sempurna itu kegagalan. Seberapa keras pun ia berusaha, dan sebagus apa pun
tindakannya sesungguhnya, ia bertumbuh dengan perasaan bersalah dan rendah diri.
Sebagai orang dewasa ia menderita neurotik atau rasa bersalah palsu, harga diri
yang rendah, perasaan tidak aman, dan penampilan luar yang pesimistik dan
merendahkan diri sendiri dalam semua usaha dan ambisinya. Ia kemudian menyalahkan
dirinya sendiri dan hal ini menuntun pada kemarahan yang diarahkan pada diri sendiri.
Ia berusaha menghukum diri sendiri karena perasaan tidak berharganya. Kegagalannya
pantas untuk dihakimi dan dihukum, dan karena tidak ada orang lain yang melakukan
itu bagi dirinya, ia menghukum dirinya sendiri. Pembalasan pada diri sendiri, yang
sebagian disebabkan oleh kemarahan dan sebagian oleh sikap permusuhan ini, tak
dapat dihindari akan menuntun pada depresi. Hal itu juga bisa menyebabkan keluhan
psikosomatis dan jenis-jenis tindakan yang tidak tepat. (Hyder, 1971 , 121-122)
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Menu rut Hyder, satu-satunya cara untuk mengatasi rasa bersalah yang palsu adalah
dengan memahami hal itu dan menilainya apa adanya. Perasaan pahit dan kesombongan
perlu dipisahkan dari perasaan bersalah. Orang-orang bisa dibantu untuk memahami bahwa
mereka tidak punya hak untuk menyalahkan diri sendiri; hanya Allah yang punya hak tersebut
dan orang Kristen harus menyerahkan penghakiman dan penghukuman pada Allah semata.
Kemudian mereka perlu menetapkan tujuan yang baru untuk diri mereka sendiri yang bisa
dicapai secara realistis dan tidak lagi membandingkan diri mereka dengan orang lain yang
lebih berbakat daripada mereka dalam bidang tertentu. Kita harus membandingkan
penampilan kila dengan apa yang kita yakini diharapkan oleh Allah. Allah tidak
mengharapkan anak-anaknya mencapai kesempumaan tanpa dosa dalam kehidupan ini.
Tetapi Ia memang menghendaki kita supaya mencari kehendak-Nya dengan segala
kemampuan kita sebaik mungkin.

Freud menggambarkan kegiatan-kegiatan keagamaan sebagai upacara ritual.


Upacara ritual merupakan perilaku kompulsif yang dilakukan untuk meredakan
perasaan bersalah yang mendalam untuk sementara, yang dikembangkan oleh
agama (Freud, 1970). Penderita neurotik yang sakit mental, mungkin secara
kompulsif membasuh tangannya berulang kali setiap jam, dalam usaha
membersihkan perasaan bersalah yang tidak disadarinya secara simbolis. Sarna
halnya orang Kristen yang neurotis berusaha membebaskan diri mereka dari rasa
bersalah dengan melakukan upacara keagamaari.
Apakah ada sesuatu dalam pemikiran Freud yang penting di sini? Memang
gereja mengembangkan upacara ritual. Urutan ibadah pada umumnya
menempatkan pujian pada bagian pertama, diikuti dengan persembahan dan
pengurnuman, dan diakhiri dengan khotbah. Jika hal-hal rutin seperti itu sudah
ditetapkan, maka akan sulit ditinggalkan. Perjamuan Tuhan dan baptisan juga
bisa dipandang sebagai upacara ritual.
Namun demikian, kita dapat dengan mudah berpendapat bahwa menyangkal
kenyataan keberadaan Allah adalah neurotik. Apakah yang lebih neurotik
dibanding seorang ateis yang tetap mempertahankan pendapatnya yang
menyangkal kenyataan Allah meskipun ada bukti yang jelas tentang keberadaan-
Nya (lihat Rm. 1:20)? Keberadaan Pribadi ilahi yang Mahakuasa tentu saja
menyebabkan kekhawatiran dalam diri orang ateis, yang pada ,gilirannya
menyebabkan penyangkalan mekanisme pertahanan diri. Sikap bermusuhan dan
semangat beberapa orang ateis yang berkobar-kobar menunjukkan kebingungan
yang mendasarinya karena keraguan terhadap diri sendiri.
Pengaitan upacara ritual dan perilaku kompulsif oleh Freud juga perlu
dipertanyakan, karena ia mengabaikan beberapa perbedaan penting di antara kedua
hal itu (Darling, konispondensi pribadi, musim semi, 1971). Pertama, upacara
seremonial cenderung merupakan kegiatan umum, sementara kompulsi biasanya
bersifat pribadi. Kedua, upacara ritual itu berarti karena melambangkan aspek
peristiwa historis dan doktrin yang penting, sedang kompulsi tidak ada
manfaatnya (setelah seseorang sampai pada pemahaman tentang konflik di balik
kompulsi tersebut, hal itu pada umumnya berhenti). Ketiga, upacara-upacara
keagarnaan biasanya berdasarkan kenyataan. Misalnya, kita melakukan komuni
karena kita percaya pada kenyataan kematian Kristus untuk menebus dosa kita
dan menggunakan upacara itu untuk mengingat kasih-Nya yang besar. Di sisi
lain, kompulsi merupakan sarana untuk menghindari kenyataan; orang yang
kompulsif menghindari penanganan konflik bawah sadar yang nyata yang ada
di belakang sikap kompulsif itu. Akhirnya, upacara ritual bisa menjadi sarana
untuk mengatasi perasaan bersalah. Pendeta sering kali meminta jemaat untuk
mengikuti perjarnuan Tuhan, dan jika dibutuhkan mereka harus mengakui dan
bertobat dari dosa dalarn hidup mereka. Di sisi lain, kompulsi mengizinkan kita
untuk menghindari pemberesan rasa bersalah yang mendasari perilaku kompulsif
itu. Jelaslah bahwa upacara ritual bukan hal yang sarna dengan perilaku kompulsif,
seperti keyakinan Freud.
Mengapa Freud sangat bermusuhan dengan agarna? Dengan mempelajari
kehidupan Freud, Vitz (1988) menemukan bukti yang kuat tentang konflik bawah
sadarnya dalarn bidang agarna. Pada awal masa hidupnya, Freud punya nenek
penganut agarna Katolik Roma yang sangat mempengaruhi dirinya lebih daripada
ibunya sendiri. Si nenek mungkin telah membaptisnya ke dalarn irnan Katolik
secara rahasia. Hal ini menjadi sumber konflik yang berat bagi Freud pada masa
berikutnya karena ia dibesarkan dalarn rumah tangga Yahudi. Sementara orang
Kristen dipandang sebagai musuh oleh keluarganya, ia sangat tertarik pada irnan
wanita Kristen yang sangat dekat hubungannya dengan dia pada masa kecilnya.
Ia mungkin telah berusaha menyelesaikan konflik ini dengan menjadi penganut
ateisme, namun Vitz mencatat pergumulan yang terus dialarni Freud dengan
agama sepanjang hidupnya. Vitz menyirnpulkan bahwa Freud sangat dipengaruhi
oleh kekristenan, dan didorong oleh kerinduan di bawah sadar terhadap irnan
yang ia sangkal sarnpai akhir hidupnya.

POLA DASAR JUNG


Pada mulanya Jung (1933) mengikuti pemikiran Freud, namun belakangan
ia berpisah sebagian dari Freud karena ia melihat pikiran bawah sadar sebagai
hal yang terbentuk dari dua bagian, bukan hanya satu seperti keyakinan Freud.
Selain pikiran bawah sadar secara pribadi, Jung juga berpendapat ada pikiran
bawah sadar secara kolektif, yang diterirna setiap orang dari pengalaman yang
dialarni orang-orang sepanjang sejarah manusia. Dalarn pikiran bawah sadar
secara kolektif ini ada sirnbol-sirnbol yang disebut Jung "archetypes" (pola-pola
dasar).
Di antara pola-pola dasar ini ada garnbar Allah dan garnbar si jahat. Karena
. pola-pola dasar ini sudah ada dalarn pikiran bawah sadar secara kolektif, individu-
individu bisa dengan cepat mengakui ide-ide seperti ini sekali ide-ide tersebut
diungkapkan kepada mereka. Anak-anak kecil mudah menerirna ide tentang Al-
lah dan Iblis karena mereka sudah merniliki pola-pola dasar yang berhubungan
dengan ide-ide ini. Pola-pola dasar adalah "sistem persiapan" yang membantu
seseorang mengatur pengalaman. Jung tidak percaya kepada Allah yang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

transenden (Allah yang tinggal "jauh di sana"), tetapi ia melihat psyche yang
menjangkau jauh ke belakang pada masa lalu yang prirnitif untuk menemukan
arti dalam eksistensi saat ini.
Meskipun orang Kristen percaya pada Allah yang transenden, merupakan
hal yang menarik untuk melihat kemungkinan adanya kesamaan antara pola dasar
Jung tentang Allah dan teologi Alkitab. Bahkan Agustinus juga berbicara ten tang
kehampaan Allah yang dialarni setiap orang, kekosongan yang hanya bisa diisi
oleh Allah. Kekosongan ini bisa disangkal dan orang itu bisa mengeraskan hatinya
(Yes. 6:9-10), tetapi rasa lapar itu masih tetap ada. Kita sesungguhnya diciptakan
untuk Allah dan hukum-hukum-Nya (Pkh. 3:11; Rrn. 2:15).

PENGALAMAN PUNCAK MASLOW


Dalam bab 5 kita telah membahas teori Maslow tentang hierarki kebutuhan
manusia. Setiap tingkat kebutuhan memerlukan pernenuhan sejauh tertentu sebelurn
seseorang bisa maju ke tingkat kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi. Tingkat
tertinggi adalah perwujudan diri (self-actualization), yang ditandai dengan
pengalaman-pengalaman puncak. Maslow (1954) menyatakan bahwa pengalaman
subjektif yang bersifat rnistis ini adalah inti agama, dan tidak bergantung pada
asosiasinya dengan dewan gereja tertentu atau kepernilikan keyakinan agama. Wil-
liam James juga mengaitkan pengalaman keagamaan dengan penerimaan diri sendiri
(self-acceptance), perhatian kepada orang lain, dan pengalaman-pengalaman
puncak.
Pengalaman puncak ditandai dengan konsentrasi dan disorientasi yang dalam
berkaitan dengan waktu dan ruang (waktu tarnpaknya "berhenti be~alan"). Orang-
orang yang mempunyai pen gala man semacam itu memberitahukan bahwa
mereka melihat jagad ini sebagai satu kesatuan utuh dan menyatakan bahwa
pengalaman itu membuat kehidupan tarnpak lebih berarti. Rasa takut berkurang
dan penerimaan atas diri sendiri meningkat selama waktu ini, dan hal itu juga
ditandai dengan perasaan takjub dan penuh penyembahan. Orang merasa
bertanggung jawab namun juga merasa bebas dan spontan. Juga ada perasaan rela
berkorban, kasih, dan kejujuran. Akhirnya, orang-orang yang mengalarni penga-
laman itu merasa mereka tidak layak mengalarni hal itu, namun merasakan kesan
melebihi suatu keberadaan duniawi.
Apakah orang Kristen merniliki pengalaman-pengalaman puncak? Tentu saja,
banyak kisah tentang pertobatan dan saat-saat ibadah setelah menerima keselarnatan
yang merniliki sifat seperti dijelaskan oleh Maslow. Pengalarnan-pengalarnan rnistis
dan emosional itu mungkin sangat dihargai oleh orang Kristen, tetapi sulit untuk
menerirna pemyataan Maslow bahwa pengalaman-pengalarnan sernacam itu adalah
inti agama. Fondasi irnan yang sejati adalah firrnan Allah dan Firman yang menjadi
manusia, Yesus Kristus, dan apa yang Ia selesaikan untuk kita dengan mati di kayu
salib. Pengalaman-pengalarnn puncak mungkin menjadi bagian yang menarik dan
menyenangkan dalam irnan Kristen, tetapi hal itu bukan fondasi kita. Agarna-agama
lain juga merniliki pengalarnan-pengalaman semacam itu, dan bahkan hal itu bisa
hadir tanpa irnan keagamaan sama sekali. Seperti telah dinyatakan oleh Darling
(1971), "Bukan seberapa tinggi kita melompat ke dalam, tetapi seberapa lurus
kita berjalan keluar itulah yang berarti." Dasar iman kita harus melebihi penga-
laman-pengalaman rnistis dan emosional.

TEORI ALLPORT TENTANG PRASANGKA KEAGAMAAN


Allport menunjukkan bahwa orang-orang yang beragama sering kali lebih
mudah berprasangka daripada orang yang tidak beragama (Allport dan Kramer,
1946). Orang-orang yang religius cenderung membenarkan prasangka mereka
dengan menunjukkan sanksi agama, seperti mengutip ayat-ayat Kitab Suci di luar
konteks. Ada prasangka yang tersebar luas terhadap orang Yahudi di antara umat
Kristen, sekalipun faktanya Yesus adalah orang Yahudi dan orang Kristen menerima
alkitab orang Yahudi (Kitab Perjanjian Lama). '
Sebuah analisis yang lebih teliti (Allport dan Ross, 1967) mengungkapkan
bahwa sesungguhriya ada dua kelompok orang religius. Beberapa orang secara
intrinsik religius. Orang-orang ini hadir di gereja secara teratur dan melihat iman
mereka sebagai hal yang utama dalam hid up mereka. Selain itu ada orang-orang
yang religius secara ekstrinsik. Mereka kurang begitu menghargai kehadiran di
gereja dan cenderung lebih diterima secara sosial. Agama mereka hanya bersifat
kulit dalam hid up mereka. Orang-orang yang religius secara ekstrinsik jauh lebih
suka menghakirni daripada orang-orang yang intrinsik dan tidak beragama.
Karena ada begitu banyak orang yang ekstrinsik di gereja, gereja tampak sangat
suka menghakirni. Orang-orang yang religius secara intrinsik sejauh tertentu tidak
suka menghakirni. Jika iman Kristen diizinkan untuk mengubah kehidupan orang-
orang percaya secara utuh, mereka akan menjadi lebih serupa dengan Kristus,
sehingg tidak terlalu suka menghakirni.

MENGAPA ORANG MENJADI KRISTEN?


Satu cara untuk merangkum keempat teori di atas, juga untuk memper-
kenalkan beberapa sudut pandang lain psikologi agama, adalah mernikirkan
pertanyaan mengapa orang-orang bertobat menuju kekristenan. Freud
menekankan adanya kerinduan akan figur bapa secara kosrnis, juga adanya rasa
bersalah berlebihan yang ditekankan oleh para pengkhotbah selarna khotbah; rasa
bersalah itu hanya diperbaiki sebagian melalui upacara kompulsif yang neurotik.
Di sisi lain, Jung berkata bahwa orang-orang bertobat karena mereka memberi
respons kepada pola dasar (archetype) bawaan tentang Allah. Maslow menjelaskan
tindakan menjadi seorang Kristen sebagai pengalaman puncak, yang mungkin
diikuti orang lain sebagai bagian dari agama. Allport menekankan bahwa agama
mengesahkan prasangka-prasangka seseorang dan agama mungkin melibatkan
sikap merendahkan orang lain untuk menonjolkan kelompok sosialnya sendiri.
Pandangan-pandangan ini bisa dibandingkan dengan pandangan teologis
bahwa pertobatan terdiri dari tiga unsur. Pertama, orang itu bertobat dari dosa,
dan berpaling dari dosa sebagai respons terhadap karya Roh Kudus yang
menginsafkan. Kedua, ada pengampunan dosa melalui karya Kristus di kayu salib.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRI STEN 2

Ketiga, ada kelahiran baru, kehidupan baru. Apakah pandangan teologis itu cocok
dengan keempat sudut pandang psikologis di atas? Teori Freud mengingatkan
kita bahwa kita perlu mengizinkan Roh Kudus menginsafkan orang-orang
berdosa, dan tidak memanipulasi orang-orang dari mimbar(Collins, 1969, 144-
158). Jung memberikan motivasi untuk pertobatan: kita tidal< utuh jika terlepas
dari Allah. Maslow menggambarkan bagian unsur emosional iman, sekalipun
hal itu bukan merupakan hal utama bagi iman. Akhirnya, riset Allport meng-
ingatkan kita bahwa kekristenan sejati menjauhkan kita dari prasangka.

PERKEMBANGAN KONSEP-KONSEP AGAMA


Bagaimana konsep agama berkembang? Sejurnlah riset telah dilakukan dalam
bidang ini, sebagian besar berkaitan dengan konsep tentang Allah. Hingga tahun-
tahun terakhir ini para peneliti memusatkan perhatian padtl perkemhangan konsep
agama di antara anak-anak usia sekolah, tetapi selama tahun 1980-an perhatian
lebih banyak ditujukan pada dasar-dasar terawal dalam kOnSep-konsep agama.
Anehnya, teori Piaget tentang perkembangan kognitif telah memberikan pengaruh
paling kuat pada riset yang melibatkan anak-anak prasekolah dan anak yang lebih
tua, sedangkan teori psikodinamika (Freud dan keturunan intelektualnya) telah
memberikan pengaruh lebih kuat atas penyelidikan terhadap pemikiran agama pada
bayi-bayi dan anak-anak yang baru belajar berjalan (Ratcliff).

Konsep Bayi tentang Allah


Fowler (1989) menekankan perkembangan RIGS - representations of interactions
that are generalized (representasi interaksi yang digeneralisasi) - dalam diri bayi-
bayi. Meminjam konsep Stern (1985), Fowler menggambarkan RIGS sebagai
model-model yang dikembangkan oleh seorang anak selama berinteraksi dengan
orang lain; hal ini pada akhirnya menuntun pad a "sahabat yang dirnunculkan" -
perasaan bersama dengan orang lain yang muncul bahkan ketika bayi itu sedang
sendirian. Anak itu bertindak seolah-olah objek atau orang itu hadir meskipun
mereka tidak ada. Sahabat yang dimunculkan memberikan fondasi untuk konsep
tentang Allah.
Sahabat-sahabat yang dimunculkan timbul di balik konsep langsung, dan
mungkin berkaitan dengan ritual setiap hari seperti mengganti popok dan memberi
makan. Ritual semacam itu melibatkan ketergantungan pad a ibu, dan perasaan
ketergantungan semacam itu mungkin diulangi kembali pada masa dewasa melalui
tradisi dan ritual irnan keagamaan (lihat Fowler, 1989).
Fowler mengutip riset Rizzuto (1979) tentang kehadiran benda transisional
dalam kehidupan anak ked!. Benda transisional an tara lain boneka teddy bear,
selimut, atau bend a lain yang membantu anak-anak memisahkan diri dari orang-
tuanya. Benda transisional melambangkan perhatian dan keamanan yang
disediakan orangtua membantu perkembangan anak sebagai individu yang
terpisah dari orangtua (konsep otonomi Erikson seperti dijelaskan dalam bab 10).
Allah menjadi Benda transisional untuk anak itu, tetapi Ia adalah Benda tran-
sisional yang unik karena Ia tidak dapat diamati oleh anak itu secara nyata.
Fokus 13.2.
Buku-buku tentang Psikologi Agama
Orang-orang Kristen lnjili mulai tertarik pad a psikologi agama pada waktu yang hampir
bersamaan dengan saat ketika mereka mulai menulis hubungan antara psikologi dengan
kekristenan. Dua penulis awal memberikan sumbangan yang sangat besar dalam bidang
ini. Darling menulis Man in Triumph (1969), sedang Collins menulis Search for Reality
(1969) yang merupakan tambahan yang sangat bag us untuk psikologi umum atau psikologi
kelas agama. Lebih banyak pendekatan buku leks diambil dalam Psychology of Religion
(1973) karya Oates. Beberapa tahun kemudian , hal ini diikuti dengan sebuah antologi karya
Malony (1977).
Ringkasan Paloutzian dalam bidang ini (1983) telah dipakai secara luas dalam konteks
Kristen dan sekular. Fleck dan Carter (1981) mengedit buku bacaan, yang diambil terutama
dari .:umal psikoiogi Kristen . Lebih baru lagi, Journal of Psychology and Christianity
menerbitkan isu ini secara lengkap (Musim panas, 1986) yang merangkum status terbaru
bidang ini dari suatu perseptif Kristen. Juga perlu dicatat bahwa Asosiasi Psikologi Amerika
yang bergengsi itu Ielah menciptakan divisi 26 untuk para psikolog yang tertarik terhadap
masalah-masalah agama. Jelaslah bahwa ada minat kuat terhadap psikologi agama baik
di dalam maupun di luar konteks kerangka kerja Kristen .

Smith (1988) menjelaskan perkembangan konsep tentang Allah dalam diri


bayi dengan menggunakan teori hubungan-hubungan benda. Teori hubungan-
hubungan benda menekankan bahwa benda adalah wujud-wujud mental tentang
dunia luar yang muncul bahkan sebelum kekekalan benda berkembang (lihat
teori Piaget dalam bab 10). Sebelum adanya kekekalan benda, wujud mental ini
("benda-benda latar belakang") membantu bayi untuk memilah-milah kenyataan.
Tentu saja, konsep tentang Allah yang berkembang sepenuhnya memerlukan
kekekalan benda; Allah ada di sana sekalipun Ia tidak dapat dideteksi oleh indera
secara langsung.
Smith menonjolkan keberadaan benda latar belakang utarna (ultimate background
object, UBO) - pengalaman dengan Allah secara prirnitif selama masa bayi. UBO
berkaitan dengan interaksi dengan ibu dan pada akhirnya membantu anak itu
mempercayai a tau tidak mempercayai Allah pada waktu kemudian ketika konsep
tentang Allah sudah dirnengerti sepenuhnya. Tingkat kepercayaan kepada Allah
tentu saja berkaitan dengan interaksi ibu dengan anak. Sesungguhnya ibu menjadi
perantara antara Allah dengan anak itu. UBO yang positif menghasilkan perasaan
keharmonisan dan kesatuan yang akan dibawa ke dalam kehidupan keagamaan
'masa dewasa dengan "merasakan kasih Allah".

Konsep Anak Prasekolah tentang Allah


Riset terbaru di !tali dan negara-negara Skandinavia telah berfokus pada
perkembangan konsep agama pada masa prasekolah (Tamminen dan rekan-rekan,
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

1988). Anak-anak kecil memproyeksikan sifat manusia pada Allah. Sifat-sifat Allah
dikaitkan secara erat dengan pengalaman yang dialarni anak itu dengan orang
tuanya. Tokoh-tokoh dongeng kadang-kadang tampak nyata. Anak-anak mungkin
percaya bahwa Allah tinggal jauh di istana, tetapi biasanya m~reka membedakan
Allah dari tokoh-tokoh khayalan seperti Santa Klaus. Anak-anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak beragama cenderung memiliki konsep tentang Allah
yang suram atau menakutkan, tetapi secara umum gambaran mental ten tang Allah
bersifat positif pad a tahap ini.
Meskipun sifat-sifat manusia sangat dorninan dalam konsep anak prasekolah
tentang Allah, anak yang berumur 5 atau 6 tahun merniliki pemahaman sebagian
tentang Allah yang Mahakuasa dan Maha Tahu. Allah menjadi lebih daripada
manusia biasa semata-mata, dan menjadi tukang sihir, raksasa atau manusia yang
tidak kelihatan.
Riset di Belgia (Tamrninen dan rekan-rekan, 1988) mencatat bahwa sampai
pada usia dua setengah tahun anak mungkin merasa bingung untuk membedakan
Yesus dengan benda yang berkaitan dengan-Nya (seperti salib), tetapi setelah
tahap ini kedua hal itu bisa dibedakan dengan jelas. Seorang anak mungkin
percaya bahwa Allah hid up dan tidur di gereja. Pendeta, penerima tamu atau
pekerja gereja lainnya mungkin dikacaukan dengan Allah. Saat berumur tiga tahun
dan seterusnya anak mulai menyadari bahwa Allah tinggal di surga, tetapi
mungkin pada mulanya menentang penyataan ini. Allah dip"harni turun dari
surga untuk mempengaruhi peristiwa-peristiwa alarniah, seperti cuaca atau situasi
di rumah. Allah dipandang menaruh perhatian terhadap harapan dan keinginan
anak secara eksklusif. Ketika berumur empat atau lima tahun anak memandang
Allah secara lebih transenden.

Konsep Anak yang Lebih Tua ten tang Allah


Ratcliff (1985) menemukan bahwa anak yang berumur enam sampai delapan
tahun merniliki konsep tentang Allah yang secara relatif seragam di antara berbagai
denorninasi. Konsep ten tang Allah umumnya lebih maskulin untuk anak-anak
perempuan dan lebih ferninin untuk anak laki-Iaki pada usia ini; tetapi trend ini
menurun setelah mereka bertambah umurnya. Ketika menggambarkan Allah, anak-
anak menekankan penampilan fisik lahiriah sampai umur sembilan atau sepuIuh
tahun. Mereka menggambarkan pandangan Allah ten tang seseorang sebagai
sepenuhnya jahat atau sepenuhnya baik. Allah pada dasarnya adalah pemberi yang
merniliki sifat ajaib dan berbicara secara fisiko
Ketika berumur sembilan atau sepuIuh tahun, anak menggambarkan Allah
dengan istilah otoritas-Nya; ini merupakan doktrin yang sangat menonjoI dalam
penjelasan tentang Allah. Allah dipandang membagikan hukurnan dan pahala secara
konkret.
Pada saat anak berusia sebelas atau dua belas tahun, Allah pada dasarnya
dipahami sebagai manusia biasa, tetapi merniliki kemampuan supernatural. Allall
dipikirkan memandang manusia tidak sepenuhnya jahat atau baik, tetapi
Psikologi Agama
. . . A. ....

campuran antara kedua sifat ini. Allah dipaharni mengendalikan dan menggu-
nakan alam untuk ikut campur dalam masalah manusia, tetapi tidak secara
langsung. Allah dipandang lebih bei'sifat pribadi pada usia ini dibanding sebe-
lumnya. Ia dipandang lebih sebagai ternan daripada sebagai orangtua. Anak laki-
laki cenderung menggambarkan Allah sebagai pribadi yang spontan, sedang anak
perempuan memaharni Allah dengan gaya yang lebih statis.
Pada usia remaja Allah dipaharni sebagai penegak hukum-hukum alam. Ia
dipandang menaruh perhatian terhadap orang-orang dan tidak sekadar menghakirni
mereka. Remaja menyadari bahwa Allah lebih dari sekadar pengalaman sensorik;
perjumpaan seseorang dengan Allah bersifat internal dan mental, dan bukan secara
eksternal. Remaja secara khas merasa tidak layak di hadapan Allah dan mungkin
menyadari bahwa ketika Allah tidak adil hal itu karena manusia tidak melihat
gambarnya secara utuh.

MEMBANTU PERTUMBUHAN ROHAN!


Anak-anak muda bisa dipandu dalam pertumbuhan rohaninya jika orangtua
menuruti perintah Allah untuk mengajar mereka (Ul. 6:6-7), melatih mereka (Ams.
22:6) dan membesarkan mereka dengan petunjuk Tuhan (Ef. 6:4). Para orangtua
Kristen sering kali tidak menjalankan h.:.gasnya. Si ayah mungkin begitu sibuk
dengan dunianya sendiri sehingga ia mengabaikan panggilannya yang tertinggi,
yaitu berperan dalam perkembangan rohani anak-anaknya.
Pemazmur mengatakan bahwa "Telah ditetapkan-Nya peringatan untuk Yakub
dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk
memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang
kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya
kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan
tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-
Nya" (Mzm. 78:5-7). Allah berkata, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari
ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila
engkau bangun" (Ul. 6:6-7). "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang
besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anaknya" (Ams. 14:26). Dengan
keyakinan seperti itu, orangtua bisa mencari kesempatan untuk mendorong
pertumbuhan rohani pada setiap tahap perkembangan anak-anaknya.

Bayi-bayi
Beberapa fondasi bagi perkembangan rohani bisa diletakkan selama masa bayi.
Bayi tentu saja tidak memaharni kepercayaan dan konsep agama, tetapi keyakinan
agama sangat mempengaruhi sikap orangtua terhadap bayi itu. Anak itu, karena
merasakan seluruh suasana rumah tangga, mulai menanggapi perilaku dan sikap
orangtua.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Anak yang Baru Belajar Berjalan


Anak yang baru belajar berjalan mendapatkan kemampuan berbahasa dengan
eepat, memahami pengalaman-pengalaman barn dan mengarnati segal a sesuatu
yang terjadi di dunia ~ekitar mereka. Pengalaman anak-anak dengan ayah mereka
meletakkan dasar untuk konsep ten tang Allah pad a masayang akan datang.
Orangtua mulai dengan mengajar anak-anak untuk mengueapkan doa hapalan;
bahkan ketika berumur tiga puluh enam bulan, anak akan mengueapkan doa
tetapi mernikirkan Allah seperti ayahnya di burni. Ayah yang suka mengkritik
dan kasar sangat mempengaruhi konsep anak tentang Bapa yang disapa anak itu
dalam doanya. Jika anak-anak berada dalam lingkungan yang penuh kasih, aman
dan menerima apa adanya selama tahun-tahun ini, mereka akan mengembangkan
kepereayaan dasar yang memampukan mereka merniIiki iman yang lebih berarti
kepada Allah pada waktu kemudian. Aeara televisi yang diizinkan orangtua untuk
ditonton anak-anaknya dan musik yang dimainkan di rumah sangat mempe-
ngaruhi perkembangan kepribadian dengan eara yang akan membantu atau
menghambat perkembangan rohani pada masa yang akan datang.

Anak Prasekolah
Anak-anak prasekolah menambahkan ribuan kata ke dalam kosakata mereka
tetapi pengetahuan mereka tentang konsep abstrak rnasih terbatas. Mereka bernalar
seeara konkret, tetapi segal a sesuatu masih bersifat hitam atau putih. Tanpa
lingkungan yang merangsang atau pendidikan formal, banyak orang yang tidak
pernah menguasai eara berpikir yang dikotorni ini.
Anak-anak prasekolah sangat konkret dalam pernikiran mereka. Collins (1971,
48) meneatat bahwa selama menyanyikan lagu kebangsaan, anak-anak sering
mengganti kata-katanya seperti "kakek-kakek yang kita lihat berteriak dengan
begitu Ian tang" .
Riset Piaget tentang perkembangan neurologis, sosial, dan moral anak-anak
telah dibahas dalam bab 10. Studi Piaget menunjukkan bahwa anak-anak yang
berumur tiga sampai enam tahun mempereayai harnpir segala sesuatu yang
dikatakan orangtua rnereka dan berpikir bahwa orangtua mereka merniliki sifat
ilahi (Piaget 1967, 67). Penalaran ten tang perbuatan mereka yang salah merupakan
hal yang sia-sia; jawaban ya atau tidak atau pukulan jauh lebih efektif pada tahap
ini. Orangtua perlu memahami tingkat penalaran anak-anak untuk membuat
pengajaran rohani efektif. Misalnya, eerita-eerita tentang Yesus bersama anak-anak
keeil dalam Alkitab sangat berarti bagi anak-anak prasekolah, tetapi meneoba
mengajar mereka konsep yang abstrak seperti penafsiran perumpamaan atau kasih
agape hanya akan membuat mereka berharap agar orangtua mereka cepat selesai
sehingga mereka bisa segera kembali ke mainan mereka. Makin coeok pelatihan
rohani yang diterima anak-anak selama masa tiga tahun ini, makin besar
kemungkinannya mereka akan bersandar pada iman Kristen ketika mereka
berturnbuh dewasa dan membuat kornitrnen pribadi kepada Yesus Kristus. Beberapa
anak yang belurn meneapai urnur enam tahun sudah merniliki irnan yang sederhanct
kepada Kristus: mereka tahu bahwa mereka orang yang berdosa, menghendaki agar
Allah rnengampuni rnereka, dan ingin rnereka hidup selarnanya di surga.
Untuk rnernbantu anak-anak prasekolah rnengernbangkan rohani rnereka,
kita harus selalu berpikir bahwa sumber utama proses belajar rnereka adalah
pengalaman hidup secara total dan bukan hanya kata-kata orang dewasa. Seperti
pernyataan Collins (1971, 53), "'Bapa di surga yang penuh kasih' rnerupakan satu
kebodohan jika pandangan anak-anak tentang Allah, surga, rnalaikat dan neraka
rnenggunakan garnbaran tentang apa yang rnereka lihat." Seperti kita pelajari
sebelurnnya, anak-anak sering berdoa seolah-olah Allah adalah tukang sulap di
langit yang tugasnya rnernberikan apa yang rnereka inginkan. Tentu saja banyak
orang dewasa yang berdoa seperti itu juga, dan berusaha rnenipu Allah atau
rnenggunakan keajaiban Allah untuk rnernenuhi kehendak rnereka, dan bukannya
rnerninta agar Allah rnenunjukkan kehendak-Nya kepada mereka sehingga rnereka
bisa bertindak sesuai kehendak-Nya. Pada saat orangtua berdoa bersama anak-
anak rnereka, rnereka harus rnenunjukkan melalui contoh bahwa doa adalah sarana
untuk rnenyatukan kehendak rnereka dengan kehendak Allah. Anak-anak
prasekolah rnendapatkan ide mereka ten tang apa yang salah dan benar dari apa
yang rnereka lihat dilakukan orangtua rnereka, bukan dari apa yang dikatakan
benar atau salah oleh orang-tua rnereka.
Orangtua harus rnendorong anak-anak untuk mernberi tahu mereka jika
rnereka merasa marah. Anak-anak yang rnernukul orangtua ketika rnereka rnarah
atau rnelernparkan benda-benda ke arah orangtua harus dipukul; tetapi anak-
anak yang rnemberi tahu orangtua bahwa rnereka merasa rnarah kepada rnereka
atau orang lain harus dipuji atas keterusterangan rnereka dan didorong untuk
mernbicarakan situasinya . Orangtua bisa rnernakai kesernpatan itu untuk
rnenyarankan beberapa cara yang sesuai untuk menangani kernarahan.
Orangtua harus hati-hati untuk rnenceritakan kebenaran kepada anak-anak
mereka. Bahkan bagi banyak anak Kristen, Santa Klaus rnenjadi pengganti untuk
Yesus Kristus. Ketika anak-anak yang berumur enam tahun pergi ke sekolah dan
rnendapati orangtua rnereka berbohong tentang sesuatu yang telah rnenjadi bagian
utarna keyakinan rnereka, rnereka rnungkin rnulai rneragukan segala sesuatu yang
lain yang telah diajarkan kepada rnereka - terutama tentang Allah.
Sebaliknya, orangtua jangan hanya rnenceritakan sisi Natal yang
rnenyenangkan sernata-rnata. Di department store selama masa Natal, rnereka bisa
rnernbawa anak-anak ke bagian Santa dan mernberi tahu rnereka sambil berjalan:
"Lihat! Ada orang lain yang rnernakai jubah rnerah yang lucu dan berjanggut. Sana,
naiklah ke pangkuannya dan ia akan rnernberi kamu perrnen."
Tidak hanya ada satu cara yang benar untuk rnerayakan Natal, tetapi ada
banyak cara yang salah untuk rnerayakan kelahiran Kristus. Kado Natal bisa
rnengingatkan kita bahwa orang-orang Majus rnernbawa hadiah untuk Yesus, dan
bahwa Yesus adalah hadiah Allah untuk kita. Anak-anak juga bisa diberi tahu
tentang Martin Luther, yang berkata bahwa ia rnenaruh pohon pinus di dalarn
rumahnya pada hari Natal karena pohon itu berbentuk anak panah yang terarah
pada Allah di surga. Beberapa orang Kristen rnenolak bertukar kado pada hari
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Natal. Mereka mendapatkan kesenangan dengan cara yang lain, dan menjelaskan
kepada anak-anak mengapa mereka tidak membeli kado pad a hari yang khusus
itu.
Orangtua Kristen harus memberi tahu anak-anak mereka ten tang kisah
Paskah secara sederhana - bahwa Yesus mati dan bangkit kembali karena Ia Al-
lah, bahwa Ia masih hidup dan membantu kita setiap hari, dan bahwa suatu hari
nanti orang-orang Kristen akan naik ke surga untuk tinggal bersama-Nya untuk
selama-Iamanya. Tetapi hal itu tidak perlu menghalangi orangtua untuk membawa
anak-anak ke acara perburuan telur Paskah di gereja atau mewarnai telur sebagai
acara keluarga.
Orangtua bisa menjadi contoh kebenaran dengan memberi tahu anak-anak
ketika mereka menceritakan dongeng dan ketika mereka menceritakan kisah yang
sejati. Anak-anak kecil mengalarni kesulitan membedakan keduanya. Beberapa
dongeng tradisional bisa memiliki dampak yang merusak pada anak-anak kecil.
Cerita-cerita tentang tukang sihir yang penuh kekerasan dcin orang-orang yang
memo tong kepala orang lain menciptakan ketakutan yang sangat besar pada anak-
anak prasekolah, yang mungkin melihat raksasa jahat yang bersembunyi di kIoset
mereka pada waktu malam. Orangtua harus selektif dalam memilih cerita AIkitab
yang akan diceritakan kepada mereka. Anak-anak harus belajar cerita-cerita
1
AIkitab, tetapi hanya pada saat mereka siap memaharni pentingnya cerita itu.

Masa Sekolah Dasar


Pada saat anak-anak kecil yang telah menerirna Kristus bertumbuh makin besar,
pengalaman keselamatan mereka mulai memasuki pengertian yang baru. Pada usia
ini anak-anak tidak lagi memproyeksikan sifat-sifat ilahi pad a orangtua mereka;
Allah jelas berbeda dengan orangtua (Piaget 1967, 67).
Anak-anak yang berumur kira-kira sebelas tahun mulai bisa memaharni banyak
konsep abstrak tentang iman Kristen. Orangtua Kristen perlu menciptakan suasana
ibadah dalam rumah mereka, yang berarti lebih dari sekadar doa dan pemahaman
AIkitab. Yang terlebih utama adalah dengan menunjukkan sikap yang penuh kasih,
komunikasi yang baik dan menyatakan buah Roh dalam hidup mereka. Kehidupan
tidak bisa dipisahkan menjadi sekular dan suci. Setiap bagian kehidupan keluarga
sakral - bahkan pergi ke pertandingan baseball dan makan hotdog sekalipun!
Ibadah-ibadah keluarga sangat penting, tetapi harus dijaga agar tetap singkat.
Ibadah jangan merupakan suatu beban, melainkan waktu yang menyenangkan
untuk menikmati Kristus bersama-sama. Waktu makan merupakan saat yang baik
untuk ibadah keluarga. Orangtua harus kreatif, membeli buku cerita Kristen untuk
melengkapi bacaan sekular yang baik; memberi hadiah kepada anak-anak yang
bisa menghafal ayat-ayat Alkitab yang pendek dan berarti; memanfaatkan saat
rekreasi untuk membicarakan topik serius yang tidak bisa dibicarakan di rumah;
membantu orang-orang yang miskin sebagai proyek keluarga. Tujuannya adalah
menggunakan kesempatan alarniah untuk memfokuskan perhatian pada Tuhan
2
dan menciptakan kesempatan khusus untuk latihan ibadah.
Kemah Kristen bisa memberikan kesempatan khusus untuk perkembangan
rohani anak-anak. Dalam beberapa perkemahan Kristen anak-anak menghabiskan
banyak waktu untuk mempelajari Alkitab sehingga mereka menjadi terasing.
Kemah lainnya direncanakan dengan rna tang untuk menarik anak-anak pada
Kristus dan membantu mereka bertumbuh dalam iman.
Gereja yang dipilih orangtua untuk keluarga mereka sangat penting. Sifat
gereja yang sehat secara psikologis dan rohani telah dijelaskan dalam tulisan Gene
Getz, Ray Stedman, dan Watchman Nee. Gereja yang sehat menempatkan AIkitab
sebagai fondasi yang kuat dan menempatkan kekristenan yang praktis sebagai
cara hidupnya. Gereja yang sehat berdiri pad a tiga kaki, seperti tripod: kaki doktrin
yang sehat; kaki Injili dan kaki relasional, dengan sikap berbagi dan kasih yang
tanpa syarat di antara anggota-anggotanya.
Dalam serangkaian eksperimen tentang perkembangan moral anak, Hartshorne
dan May (1930, 607-19) menemukan bahwa meskipun anak-anak belajar lebih banyak
tentang apa yang benar dan salah ketika mereka bertambah besar, mereka juga
semakin suka berdusta. Anak-anak yang jujur dalam situasi tertentu bisa jadi tidak
jujur dalam situasi yang lain. Anak-anak yang kurang cerdas, yang memiliki
kelabilan emosi, dan berasal dari lingkungan sosial ekonomi yang lebih rendah,
juga lambat dalam perkembangan moralnya. Salah satu penemuan yang paling
penting adalah anak-anak yang menjadi anggota Sekolah Minggu menunjukkan
kejujuran, kerja sama, ketekunan dan menjauhi perilaku yang tidak diinginkan.
Studi-studi Piaget (1948) ten tang perkembangan moral anak-anak tidak
menyisakan keraguan bahwa perilaku moral dipelajari. Meskipun beberapa psikiater
dan teolog berpendapat bahwa anak-anak dilahirkan dalam keadaan baik tetapi
masyarakat mengajarkan kepada mereka untuk menjadi jahat, yang benar adalah
bahwa kita semua dilahirkan dengan sifat dosa. Orangtua Kristen mempunyai
tanggung jawab untuk mengajar anak-anak mereka menyangkal dorongan hati
yang egois dan bersikap baik, dengan menggunakan pahala ataupun hukuman.
Menurut Salomo, "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat
didikan akan mengusir itu dari padanya" (Ams. 22:15).

MasaRemaja
Kaum remaja semakin menaruh minat pada hal-hal yang ideal dan ideologi
pad a saat mereka mencari identitas diri. Sementara mereka berada pada tahap
perkembangan ini, mereka siap melakukan komitmen rohani yang serius,
meskipun kekristenan sebelurnnya merupakan hal yang membosankan bagi mereka.
Mereka memiliki kebutuhan yang kuat untuk memperkuat hati nurani dan
mencari arti hidup. Mereka mulai mengintegrasikan iman ke dalam sis tern hidup
mereka, dan membuat perjanjian dengan Allah (Piaget, 1967, 67).
Sebelurnnya kita telah melihat pentingnya menciptakan suasana rohani dalam
keluarga, dengan penekanan komunikasi yang positif antara orangtua dan remaja.
Mungkin pengamatan yang lebih dekat perlu dilakukan untuk melihat bagaimana
pada umurnnya orang Yahudi memelihara tradisi keagamaan dalam rumah tangga
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
--------~--""'"'------.-.,--..-..,-.<, ..
mereka, terutama melalui upacara Bar Mitzvah. Pada saat anak laki-Iaki berumur
tiga bel as tahun, keluarga dan ternan-ternan dekat diundang untuk mengikuti
upacara keagamaan di mana ia dinyatakan sebagai orang dew as a muda, dengan
tanggung jawab dan kebebasan yang lebih besar. Orangtua melakukan kontrak
verbal dengan anak itu. Dalam beberapa jemaat Yahudi Konservatif atau Reformed,
keluarga-keluarga melakukan upacara yang serupa untuk anak perempuan yang
berumur tiga belas tahun.
Seperti dijelaskan dalam bab 11, orangtua Kristen bisa menu lis kontrak
dengan anak-anak mereka, dan memberi mereka kebebasan baru bersamaan
dengan tanggung jawab baru. Orangtua harus setuju untuk tidak memukul remaja
muda, karena menyadari bahwa pukulan yang biasanya efektif untuk anak-anak
yang lebih muda, sekarang kurang begitu efektif untuk anak remaja. Orangtua
juga harus mengingatkan remaja muda pada tanggung jawab mereka di hadapan
Tuhan, dan mendorong mereka melakukan komitrnen kepada Tuhan, mungkin
dalam bentuk ibadah pribadi. Namun komitrnen semacam itu harus dibuat oleh
anak muda itu sendiri, tanpa tekanan orangtua.
Saudara-saudara dan ternan-ternan dekat bisa diundang ke upacara "perjanjian"
ini, ditambah ternan-ternan yang ingin dilibatkan oleh anak remaja kita. Tamu-tamu
tidak diizinkan membawa kado. Jalan menuju kedewasaan memiliki banyak
irnplikasi emosional dan rohani yang tidak boleh dikacaukan dengan perolehan
materi.
Upacara Kristen semacam itu akan memberi nilai tambahan untuk
mengingatkan orangtua bahwa anak-anak mereka sudah menjadi dewasa.
Orangtua sering memperlakukan anak remaja seakan-akan mereka masih anak-
anak. Remaja bisa bernalar seperti orang dewasa, bahkan sekalipun mereka belum
dewasa. Komunikasi dengan mereka harus diwarnai bukan hanya dengan kasih
melainkan dengan rasa hormat.
Beberapa perkembangan rohani yang konsisten secara khusus terjadi pada masa
remaja akhir atau awal usia dua puluhan tahun. Meskipun anak-anak muda
biasanya menerirna segala sesuatu yang dikatakan orangtua sebagai kebenaran
dan menganggap keyakinan agama orangtua mereka sebagai keyakinan mereka
sendiri, memiliki kebutuhan yang besar untuk merasa bebas dari orangtua mereka.
Tournier, dalam The Whole Person in a Broken World (1964), menggambarkan tahap
ini sebagai tahap penanggalan "jubah" moralitas orangtua dan "merajut" jubah
pribadi. Tournier mengatakan bahwa

krisis ini perlu dan normal. Sebelum ia mencapai kedewasaan orang dewasa
anak-anak muda harus melalui masa badai dan stres ini pada saat ia harus
mempertanyakan segala sesuatu. Saatnya akan tiba di mana ia akan
menemukan lagi banyak harta bend a selama masa kecilnya, ketika ia
kembali pada irnan yang ia pegang selama bertumbuh dewasa dan prinsip-
prinsip yang ditanamkan dalam dirinya. Tetapi kemudian ia akan memberi
balasan yang bersifat sangat pribadi. Ia akan memiliki hal itu sebagai
keyakinannya sendiri, yang didasarkan pada pengalarnannya yang paling
dalarn. Dalarn psikologi, hal ini disebut integrasi. (hlm. 2).

Pengamatan Tournier membantu kita memaharni apa yang dikatakan oleh


Salomo ketika ia diilharni untuk menulis, "Didik.lah orang muda menurut jalan
yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari
pada jalan itu" (Ams. 22:6). Salomo tidak mengatakan bahwa seseorang tidak akan
mengalarni keragu-raguan, tetapi pada akhirnya mereka cenderung akan kembali
kepada apa yang telah diajarkan kepada mereka.
Dalarn buku The God Who Is There (1968), Schaeffer menekankan kebutuhan
untuk mendasari anak-anak muda dengan firman Allah dan mengajar mereka
mengapa kita mempercayai apa yang kita percayai. Kita harus "mengkomunikasikan
kekristenan sedemikian rupa sehingga generasi yang bersangkutan bisa
memaharninya" (hlm. 139). Jika orangtua, dan juga ketua kaum muda di gereja
lokal, mengkomunikasikan kekristenan yang hid up kepada remaja, disertai dengan
pernyataan yang jelas ten tang mengapa mereka mempercayai Alkitab, mereka akan
membekali remaja dengan proses kedewasaan yang normal.

PERKEMBANGAN RoHANI
Perolehan konsep-konsep keagarnaan harus dibedakan dengan perkembangan
rohani. Perkembangan rohani bisa terjadi pada usia berapa pun, meskipun hal
itu cenderung tampak seperti kemarnpuan orang dewasa a tau paling tidak remaja.
Bagaimana sebenarnya konsep keagarnaan dan sifat perkembangan lain berkaitan
3
dengan perkembangan rohani adalah suatu bidang yang bel urn dikembangkan.
Hal mendasar untuk konsep perkembangan rohani adalah gagasan tentang
suatu awal perkembangan yang berbeda dengan bidang-bidang perkembangan lain
Awal ini sering digarnbarkan oleh orang Kristen sebagai pertobatan atau kelahiran
rohani. Price (1981) memandang kebenaran supernatural sebagai pengalarnan yang
lebih penting dibanding pengalarnan supernatural dalam fase awal kehidupan
Kristen, sedangkan Oakland (1974) menyarnakan pertumbuhan rohani berikutnya
(yang secara teologis disebut "pengudusan") dengan perwujudan diri Maslow.
Narnun dalarn lingkup perkembangan manusia, kelahiran bukan permulaan
kehidupan. Bayi yang belum dilahirkan melalui masa awal (pembuahan sarnpai
dua minggu setelah keharnilan), periode embrio (dua sarnpai delapan minggu),
dan periode fetus (delapan minggu sarnpai lahir). Mungkinkah perkembangan
rohani merniliki kesamaan dengan perkembangan prakelahiran ini?
Engel dan Norton (1975, 45) menjelaskan delapan tahap perkembangan rohani
sebelum pengalaman kelahiran baru. Pertama, seseorang menyadari eksistensi
Allah yang Mahakuasa tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang lnjil. Melalui ·
pemberitaan lnjil muncul penyesalan dan kesadaran embrionik tentang pesan
Kristus. Kesadaran awal ini muncul dan mencakup hal-hal dasar dari pesan itu
dalarn tahap ketiga. Implikasi Injil mulai dipaharni (tahap 4), dan diikuti dengan
sikap yang makin positif terhadap Kristus dan Injil (tahap 5). Dalarn tahap 6 or-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN
-------~----<0<
2
____ . ___ . ,. ,. .- -··N·--~ ...

ang itu mulai menyadari adanya masalah - tidak selamat, dan kadang-kadang
berkaitan dengan masalah pribadi lainnya. Tahap 7 mencakup keputusan untuk
menerima atau menolak Injil, sedang tahap 8 mencakup pertobatan dan iman
kepada Kristus.
Para teolog telah lama berdebat tentang bagaimana tepatnya pertumbuhan
rohani bisa digambarkan setelah seseorang diselamatkan. Sudut pandang yang
paling dominan, yang dipegang oleh kebanyakan aliran Baptis, Presbiterian, dan
aliran Reformed lainnya, adalah setelah seseorang diselamatkan ada pertumbuhan
secara bertahap dalam Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa ada banyak
karya anugerah lain selain karya keselamatan, tetapi perkembangan tersebut
biasanya merupakan tambahan kecil-kecil dan bukan tahap perubahan besar.
Pandangan lainnya dianut oleh aliran kekudusan dan Pentakosta. Para
penganut tradisi Wesley biasanya membedakan dua karya anugerah, yaitu
keselamatan awal dan krisis berikutnya yang mencakup penyucian tambahan.
Beberapa dari aliran ini menyatakan bahwa mereka menerima "pengudusan
sepenuh" di mana kecenderungan untuk berbuat dosa disingkirkan dan orang
itu hidup tanpa berdosa dalam kehidupan sehari-hari. Variasi pandangan
Wesleyan mencakup beberapa aliran Pentakosta dan Karismatik yang percaya

IV. Masa dewasa /

IlL Masa remaja

.
(~0
~-!} ,~ : ~ -Psikosis
-
•.
;''
-Neurosis

... ______..., / ' · Diperbudak kembali


~-',
1
Fiksasi ,
I
IL Masa anak-anak
I

/,} Kemunduran

Pembesaran putaran

5. lnvesA:si
I. """""'''" / 4. Penerapan ,C.} 1. Penilaian

~
pada diri sendiri . /2. Pengakuan
1 3. Peneguhan

Gam bar 13.1 . Teori Darling ten tang perkembangan rohani


(diadaptasi dari Darling 1969, 144)
bahwa krisis kedua meneakup baptisan Roh Kudus yang disertai dengan bahasa
lidah. Bahkan beberapa aliran lainnya memandang baptisan ini sebagai karya
anugerah ketiga sebagai tambahan untuk karya keselamatan dan pengudusan
sepenuh.
Yang mana dari pandangan teologis itu yang benar? Darling (1969, 142-147)
berusaha untuk menggabungkan sudut pandang Wesleyan dan Reformed ke dalarn
teori tahap perkembangan rohani seeara luas, yang bergantung penuh pad a
terminologi Alkitab. Pertumbuhan rohani sejajar dengan perkembangan umum
dalam pandangan Darling, sehingga tahap kelahiran, anak-anak, remaja dan
kedewasaan bisa dikenali. Lebih tepatnya, tahap-tahap ini sesungguhnya
merupakan dua fase dan dua transisi, yang umumnya ditandai dengan perubahan
secara bertahap. Meskipun perubahan dari hari ke hari jarang terlihat dengan
jelas, individu bisa menengok ke belakang selarna sekian tahun ia menjadi Kristen
dan melihat perkembangan yang jelas.
Dalarn model Darling, perkembangan rohani dimulai dengan keselarnatan atau
kelahiran rohani. Ada perubahan yang jelas dan kadang-kadang drarnatis searah
dengan tahap ini: "segala sesuatu telah dijadikan baru". Hal ini diikuti dengan
masa anak-anak seeara rohani, yang ditandai dengan keamanan dan
ketidakdewasaan. Orang Kristen baru sering berpikiran sempit dan bergantung
pada orang lain untuk melakukan pernikiran bagi mereka. Karena ketidak-
dewasaan mereka, mereka membutuhkan proses pemuridan.
Akhimya orang Kristen sarnpai pada masa rernaja rohani, yang ditandai dengan
ketidakpastian dan konflik. Gejolak pengalaman remaja ini menyebabkan
pemeriksaan kembali kehidupan rohani seseorang dan pertimbangan atas
beberapa altematif lain. Ia bisa mernilih untuk menjadi seorang neurotik rohani,
yang eemas dan khawatir akan kehilangan iman, atau psikotis rohani, yang
menganut agarna pelarian diri yang sarna sekali terpisah dari kenyataan. Alternatif
lain adalah perbudakan kembali pada dosa dan kehidupan yang ditandai dengan
kekalahan rohani dan mungkin juga pemberontakan. Ia bisa mernilih kemunduran
rohani, dan kembali pada ketidakdewasaan iman yang kekanak-kanakan. Fiksasi
rohani merupakan pilihan lainnya, di mana ia memakai pemberontakan, kebi-
ngungan dan ketidakpastian masa remaja rohani yang terus-menerus sebagai eara
hid up Gadi apa yang dimaksudkan sebagai masa transisi menjadi satu tahap).
Narnun ada kemungkinan lainnya, yaitu penyerahan diri kepada Kristus, yang
menghasilkan kedewasaan iman yang ditandai dengan kelimpahan, pelayanan,
dan peneguhan. Dalarn istilah Alkitab orang itu telah bertumbuh dari bayi rohani
di dalarn Kristus menjadi dewasa rohani; dari susu bertumbuh menjadi daging
Firman; dari harnba menjadi anak laki-laki atau anak perempuan Allah (Searnands,
1988, 22-23).

Sepanjang jalan ada putaran kecil dalam kemajuan. Putaran kedl itu
merupakan langkah-langkah yang menjarnin kemajuan yang terus-menerus dalarn
perkembangan rohani. Tiap putaran keeil itu melibatkan penilaian terhadap
kelemahan dan kekurangan; pengakuan dosa atau kegagalan; peneguhan atas
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

kasih dan pengampunan Allah; penerapan sumber kekuatan Allah pada diri
sendiri; dan investasi pada sumber kekuatan itu dalam hidup orang lain.

Fokus 13.3.
Model Perkembangan Rohani Benner
Benner (1988, 130-132) menunjukkan delapan tonggak dalam perkembangan rohani.
Dalam beberapa hal tonggak tersebut sejajar dengan tahap-tahap Darling. Tonggak rohani
itu mencakup tiga fase umum: persiapan (tahap 1-4), pembenaran (tahap 5) dan pengudusan
(tahap 6-8).
Seseorang pada awalnya ditandai dengan keterbukaan dan sikap percaya (tonggak
1). Hal ini diikuti dengan pelepasan diri melalui penyerahan diri dan penemuan tempat
seseorang dalam alam semesta (tonggak 2). Kerinduan sebelumnya kemudian dipahami
sebagai usaha mencari Allah dan kesadaran bahwa Allah memanggil (tonggak 3). Tonggak
keempat adalah kesadaran akan stan dar (hukum) Allah namun merasa tidak mampu untuk
memenuhi standar terse but. Tonggak 5 mencakup penerimaan anugerah dan pengampunan
Allah.
Setelah pembenaran, orang Kristen bergerak menuju kebebasan yang lebih besar
daripada dosa melalui partisipasi dalam peperangan rohani (tonggak 6). Tonggak 7 dan 8
adalah menikmati buah Roh dan pendalaman iman dan persekutuan mistis dengan Allah
yang menghasilkan persatuan dan persekutuan yang lebih dalam dengan orang percaya
lain.

DAsAR RoHANI UNTUK MAsALAH EMos1


Kita memulai bab ini dengan memeriksa beberapa kritikan terhadap agama
yang dilakukan oleh Freud. Adakah alasan keagamaan untuk masalah tertentu
yang dihadapi orang-orang? Di sini kita berharap untuk mengamati, bukan
masalah yang disebabkan oleh agama, melainkan masalah yang berakar pada
masalah rohani.

Kurang Akrab dengan Allah


Sumber utama persoalan emosi adalah tidak adanya keintiman dengan Al-
lah. Keterasingan dari kasih Allah merupakan masalah dasar manusia. Perdamaian
dengan Allah disertai dengan pemulihan kasih dan penerimaan-Nya merupakan
satu-satunya jawaban yang lengkap. Orang-orang mengembangkan jati diri ketika
mereka menyadari bahwa Allah mengasihi mereka tanpa syarat. Orang-orang yang
menemukan identitas mereka dalam hubungan yang penuh kasih dengan Allah
tidak perlu bergantung pada orang lain untuk meneguhkan identitas diri mereka.
Percaya kepada Allah dan mengenal firman-Nya bisa memenuhi tiga kebutuhan
dasar. Pertama, kita tahu bahwa kita diterima tanpa syarat dan merasa memiliki
dan dimiliki. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanrnu: jangan ada
orang yang memegahkan diri" (Ef. 2:8-9). Kedua, kita tahu bahwa kita sudah
diampuni. "Jika kita mengaku dosa kita, maka la adalah setia dan adil, sehingga
la akan mengampuni segal a dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan"
(I Yoh. 1:9). Ketiga, kita tahu bahwa kita tidak perlu merasa rendah diri atau tidak
layak karena Allah menyertai kita sepanjang waktu. "Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (lbr.
13:5).

Untuk menjadi orang yang utuh kita hams mengenal diri sendiri dan menyukai
apa yang kita ketahui, dan kemudian menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada
Allah. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatirnu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budirnu" (Mat. 22:37). Mengasihi Allah dengan
segenap hati berarti mengasihi Dia dengan seluruh perasaan kita; mengasihi Allah
dengan segenap jiwa berarti mengasihi Dia dengan seluruh kehendak kita sesuai
pengertian kita tentang Dia; mengasihi Allah dengan segenap akal budi berarti
mengasihi dengan kornitrnen total diri kita sendiri kepada-Nya. Dengan hubungan
kasih semacam itu dengan Allah, masalah emosional bisa diatasi.

Perlunya Menangani Dosa Khusus


Banyak orang perlu menangani masalah materialisme, pelanggaran seksual,
atau keinginan yang egois dan ambisi pribadi, yang semuanya menjauhkan
kesehatan mental. Hawa nafsu yang penuh kesombongan itu "bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia" (I Yoh. 2:16) dan banyak dosa khusus lainnya
muncul dari hal itu. Petrus berkata bahwa keinginan daging "berjuang melawan
jiwa" (I Ptr. 2:11). Dosa menghasilkan kelabilan emosi, kehendak yang lemah,
dan pikiran yang sakit. Banyak pengalaman depresi dan dukacita bisa dihindari
dengan menolak terlibat dalam perilaku dosa. Misalnya, di antara para wanita,
melakukan aborsi atau hubungan sebelum menikah atau di luar pernikahan bisa
mengakibatkan kekhawatiran yang sangat besar. Kadang-kadang orang-orang
dengan masalah mental bereaksi dengan melibatkan diri dalam perilaku berdosa
yang lebih besar dalam usaha melegakan penderitaan emosional mereka.
Dosa mengakibatkan rasa bersalah. Rasa bersalah yang sejati yang
mendatangkan kesedihan mental yang mendalam adalah (dan seharusnya) respons
yang normal dari orang yang berbuat dosa dan tidak berpaling kepada Kristus.
Sesungguhnya, orang yang berbuat dosa tanpa merasakan perasaan bersalah yang
sejati harus mempertanyakan keselamatan mereka. Banyak orang saleh telah
menanggung stres mental yang berat karena dosa dan perasaan bersalah yang sejati,
termasuk Daud, yang menulis bahwa tulang-tulangnya diremukkan (Mzm. 51:8).
Pengendalian diri dianjurkan dalam banyak perikop Alkitab. Kitab Titus
mengajurkan kemampuan untuk "bersikap tenang" (KJV), "bijaksana" (NASB) atau
"mengendalikan dirj" (NIV). Tidak mampu mengendalikan diri, dosa dan depresi
merupakan urutan kejadian yang menyedihkan dalam hidup banyak orang
Kristen.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Orang yang terus-menerus memilih dan mempraktekkan dosa yang dikenal


secara sengaja itu bukan orang Kristen. Alkitab memberikan banyak peringatan
terhadap dosa pelanggaran hukurn, seperti dalam perikop II Timotius 3:1-7 dan I
Yohanes 3:4-10. Namun orang Kristen berbuat dosa setiap hari, dan terus-menerus
perlu mengklaim janji Allah untuk mengampuni dosa-dosa mereka. Janji I Yohanes
1:9 secara khusus ditulis untuk orang Kristen. Orang Kristen yang sejati tidak akan
mempraktekkan dosa yang disadari tanpa merasa bersalah dan depresi. Kata
kuncinya adalah mempraktekkan. Orang Kristen tidak melakukan praktek dosa -
hidup di dalam dosa - karena Kristus hidup di dalam mereka. Jika orang Kristen
tetap berbuat dosa, mereka harus dinasihati untuk berhenti berdosa dan berpaling
kepada Allah untuk mohon amp un, dengan menggunakan perikop yang
menguatkan seperti I Yohanes 1:9; Mazmur 103:12-14; dan Ratapan 3:21-23.

Pengaruh Roh Jahat


Kategori terakhir dalam masalah rohani adalah kerasukan roh jahat dan
penindasan roh jahat. Dengan meningkatnya minat terhadap kerasukan roh jahat
hari-hari ini, banyak kebingungan timbul. Hal yang sama juga berlaku pad a abad
kelirna belas ketika Malleus Maleficarum ditulis untuk membantu diagnosis sihir dan
kerasukan roh jahat.
Roh jahat dibicarakan sebanyak 65 kali dalam Perjanjian Baru, tetapi hanya
beberapa kali saja dalam Perjanjian Lama. Dalam Alkitab, perilaku yang aneh dan
liar, kekuatan yang luar biasa dan lawan yang sangat kuat terhadap nama Kristus
merupakan gejala urnurn kerasukan roh jahat. Gejala lainnya adalah perubahan
suara, pandangan mata yang liar dan tindakan supernatural yang dilaporkan.
Berdasarkan gejala semacam itu kita sangat sulit membedakan antara
kerasukan roh jahat dengan masalah psikologi biasa. Orang yang kerasukan roh
jahat biasanya bereaksi sangat kuat terhadap nama Yesus. Banyak orang yang
mengalami gangguan mental, sekalipun mereka bukan orang Kristen, tampaknya
bereaksi secara hangat terhadap nama Yesus. Ualam Alkitab, orang yang kerasukan
roh jahat berbicara secara logis. Dalam gangguan mental pada urnumnya (seperti
skizojrenia), orang yang mengalarni hal ini merasa bingung dan tidak berbicara secara
logis. Bukti yang nyata dari kuasa supernatural mungkin merupakan indikasi
kerasukan roh jahat.
Orang-orang yang mengalarni gangguan mental tertentu jarang d~diagnosis
secara salah sebagai orang yang kerasukan dalam budaya kita, dibanding di
beberapa negara yang belurn maju di mana lblis disembah. Misionaris kadang-
kadang memberikan laporan yang meyakinkan tentang peristiwa yang mereka
pandang sebagai kerasukan roh jahat. Tentu saja, orang-orang di Amerika yang
bereksperimen dengan penyembahan lblis cenderung mudah kerasukan roh jahat.
Orang yang mudah dipengaruhi bisa mudah diyakinkan (setelah membaca
buku atau melihat film tentang tema ini) bahwa mereka kerasukan roh jahat. Mereka
mulai bertindak sesuai apa yang mereka lihat atau baca, mungkin mulai berbicara
dengan suara yang berbeda atau mengalami serangan. Beberapa orang mulai
mengembangkan kepribadian kedua.
Psikologi Agama

Orang-orang yang rnenderita skizojrenia (lihat bab 14) juga kadang-kadang


didiagnosis sebagai orang yang kerasukan roh jahat, karena perilaku rnereka yang
aneh dan halusinasi. Tetapi perilaku ·yang aneh rnerupakan cerrninan proses
kirniawi otak yang terganggu dan bingung, dan halusinasi rnerupakan "rekarnan"
n-ereka sendiri yang diputar di kepala rnereka. Saat rnendengar pernikiran mereka
sendiri yang bingung, rnereka kehilangan kontak dengan kenyataan. Sebagai
bahan perbandingan, roh jahat dalarn Alkitab rnelakukan percakapan yang masuk
akal dengan orang lain.
Orang-orang yang rnengalarni gangguan kepribadian rnungkin dipandang
sebagai orang yang kerasukan roh jahat. Karena pad a rnasa yang lalu rnereka
rnengalarni banyak kekhawatiran yang ditekan, rnereka rnenggantikan kekhawatiran
itu dengan pernikiran yang tidak ingin rnereka pikirkan (seperti ketakutan untuk
rnelakukan dosa yang tidak bisa diarnpuni), tetapi rnereka terus-rnenerus
memikirkan hal itu. John Bunyan, yang rnenulis kisah Pilgrim's Progress (Perjalanan
Seorang Musafir), berkata sebagai berikut ten tang dirinya sendiri:

Penggoda itu rnendatangi saya lagi, dan bersarnaan dengan itu datangIah
godaan yang lebih rnenakutkan dan menyedihkan daripada sebelurnnya:
dan itu adalah, godaan untuk rnenjual dan rnernisahkan diri dari Kristus
yang paling diberkati - untuk rnenggantikan Dia dengan benda-benda dalam
kehidupan ini, dengan apa pun. Godaan itu rnendatangi saya selarna satu
tahun, dan mengikuti saya terus-rnenerus sehingga saya tidak rnelepaskan
diri darinya satu hari pun dalam sebulan; tidak, kadang-kadang tidak satu
jam pun dalam sekian hari, kecuali ketika saya tertidur ...
Saya selalu berusaha rnenentang prnikiran, atau keinginan dan usaha
itu. Namun, godaan itu begitu kuat rnenghantui saya, sehingga bercampur
aduk dengan akal sehat saYd. Saya tidak bisa lagi rnakan, rnernbungkukkan
bad an, rnernotong kayu, atau sekadar rnelihat hal-hal lain. Dalam pikiran
say a selalu terngiang kata-kata "juallah Dia, juallah Dia." Setiap kali kata-
kata itu rnuncul, say a rnernaksa roh saya untuk rnelawannya. Saya rnerasa
bel urn bahagia jika pikiran-pikiran jahat itu rnasih rnuncuI dari dalarn hati
saya.
Pikiran yang keji ini berbentuk sed'2 .n;kian rupa seperti pertanyaan
yang rnenggelitik dalam diri saya untuk .nenentang keberadaan Allah dan
anak-Nya yang tunggal, apakah Allah atau Kristus rnernang benar-benar
ada, dan apakah Alkitab yang kudus itu hanya dongeng atau cerita yang
penuh kelicikan, dan bukan firrnan Allah yang rnurni dan kudus .. ..
Dapatkah saya rnernikirkan bahwa begitu banyak orang di begitu banyak
negara dan kerajaan hid up tanpa rnengetahui jalan yang benar ke surga,
jlka rnernang benar surga ada, dan bahwa kita hanya, orang yang hid up di
sudut burni, satu-satunya yang diberkati? Setiap orang rnenganggap
agamanya sendiri yang paling benar. Orang Yahu.a i dan Moor dan orang
kafir; dan bagairnana jika seluruh irnan kita dan Kristus dan Alkitab rnenjadi
seperti pernikiran itu juga? ...
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 13.4.
Gejala-gejala Kerasukan Roh Jahat
Kita sering mengalami kesulitan untuk membedakan masalah psikologis dengan
orang yang kerasukan roh jahat, sebagian karena baik para psikolog dan para teolog belum
mempelajari bidang ini sejauh itu. Beberapa kasus kerasukan roh jahat dalam Alkitab
menyerupai gangguan kepribadian majemuk (lihat bab 14) atau epilepsi (lihat bab 2). Dalam
Perjanjian Lama hanya satu atau dua kasus disebutkan dan bahkan hal itu pun masih
meragukan (Bufford, 1988, 35-44). Pada umumnya kasus kerasukan roh jahat te~adi selama
pelayanan Kristus dan gereja awal. Mung kin kerasukan roh jahat lebih umum terjadi selama
kehidupan Kristus karen a lblis membawa semua roh jahat ke Palestina untuk mengalahkan
pekerjaan Kristus. Bagaimanapun, catatan Alkitab menunjukkan bahwa kerasukan roh jahat
itu sangat jarang.
Ada kemungkinan bahwa paling tidak kadang-kadang gejala kerasukan roh jahat
sebenarnya adalah gejala yang sudah dikenal (Ratcliff, 1982); pelayanan "kelepasan"
mungkin lebih merupakan akibat sugesti psikologis daripada kegiatan roh jahat (catatan
Alkitab ten tang aktivitas roh jahat tidak terjadi dalam pelayanan di gereja!). Namun dalam
konseling klinis kehadiran roh jahat jelas melambangkan perilaku abnormallainnya (Peck
1983, 190-199). Mungkin penjelasan terbaik untuk kerasukan roh jahat dapat kita temukan
dalam Collins (1969, 63-71), Johnson (1982) dan Sail (1976).
Kerasukan roh jahat bisa dibedakan dari masalah psikologis sbb.:
1. Orang yang kerasukan roh jahat memiliki kekuatan di luar kekuatan man usia.
2. Orang yang kerasukan roh jahat bereaksi negatif terhadap nama Yesus Kristus,
sedang orang yang mengalami masalah psikologis biasanya memberi respons yang
positif.
3. Ada perubahan suara ketika roh jahat berbicara.
4. Orang yang kerasukan roh jahat bisa melakukan tindakan yang supernatural.
5. Orang yang kerasukan berbicara secara logis, sedang orang yang mengalami
masalah psikologis kadang-kadang tidak.
6. Orang yang kerasukan kadang-kadang memiliki sejarah masa lalu mengikuti
kegiatan okultisme, seperti terlibat dalam acara menghubungi orang mati atau
penyembahan lblis.
7. Orang yang kerasukan tidak memberi respons terhadap terapi.
8. Banyak penulis dalam bidang itu menyimpulkan bahwa orang Kristen yang sudah
lahir baru tidak bisa dirasuk roh jahat (lihat II Kor. 6:14), meskipun orang Kristen
bisa dicobai dan bahkan ditindas oleh lblis.

Pikiran-pikiran itu terus menggelayuti pikiran saya. Dan, hingga saat


ini saya tidak berani mengatakan atau menuliskan pikiran-pikiran yang
menguasai roh saya dan membebani hati saya. Saya merasa terbelenggu
oleh pikiran-pikiran itu setiap hari, tanpa jeda, sehingga membuat saya
seolah-olah tidak punya ruang untuk memikirkan hal-hal yang lain (Bunyan
1978, 53-54, 40-41).
Meskipun Bunyan memiliki pemikiran yang tidak ia kehendaki dan dorongan
untuk melakukan hal-hal yang tidak rasional, ia tidak dirasuk roh jahat.
Kekhawatiran, bukan roh jahat, berada ci balik obsesi dan kompulsi (lihat bab
14). Pada saat kekhawatiran yang mendasarinya dibereskan, obsesi dan kompulsi
akan mereda.
Orang-orang dengan sindrom Tourette kadang-kadang dianggap kerasukan
rph jahat Mereka mungkin menunjukkan gerenyet wajah, seringai, gerakan eksplosif
atau, ~ kendali, ekspresi vokal seperti suara menggonggong, dan ucapan cabul
secara tiba-tiba. Permulaan gangguan ini biasanya terjadi pad a anak laki-Iaki yang
berumur tujuh sampai, lima belas tahun. Pembacaan gelombang otak yang lebih
dari lima puluh persen merupakan hal yang abnormal. Haldol, salah satu obat
penenang utama, mungkin bisa membantu.
Jika ada kecurigaan seseorang telah dirasuk roh jahat, konselor harus: (1) yakin
bahwa ia sudah mengenal Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya; (2) mendo-
rongnya untuk berhenti memberikan perhatian kepada "roh jahat" atau "suara";
(3) menasihati bahwa Kristus lebih besar daripada roh jahat mana pun (I Yoh.
4:4); dan (4) membantunya bertumbuh dalam Kristus melalui firman, doa dan
persekutuan dengan orang Kristen yang stabil.
Hal yang lebih umum daripada kerasukan roh jahat adalah roh jahat yang
menindas. Iblls paling senang menindas orang Kristen. Kristus suatu ka1i memberi
tahu Petrus bahwa Iblls ingin menguasai dia sehingga ia bisa menampi Petrus
seperti gandum. Petrus beberapa waktu kemudian menulls: "Sadarlah dan berjaga-
jagalah! Lawarunu, si Iblis, berjalan keliling sarna seperti singa yang mengaum-
aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (I Ptr. 5:8). Iblis tampaknya tahu
titik lemah dalam diri masing-masing orang. la mencobai kita berulang-ulang
pada titik lemah kita, entah itu masalah yang berkaitan dengan hawa nafsu,
kekhawatiran, ketamakan atau hal lainnya. Kita harus waspada terhadap titik
lemah kita dan tipu muslihat musuh. Kita harus menggunakan selengkap senjata
Allah untuk melawan Iblls, seperti disarankan Paulus dalam Efesus 6:12-18:

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi


melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat
mengadakan perlawanan pada hari yangjahat itu dan tetap berdiri, sesudah
kamu menyelesaikan segala sesuatu.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN 2

REFERENSI
Allport, G., dan B. Kramer. 1946. Some of roots of prejudice. Journal of Psychology 22:9-
39.
Allport, G., dan J. Ross. 1967. Personal religious orientation and prejudice. Journal of
Personality and Social Psychology 5: 432-443.
Benner, D. 1987. Readings in psychology of religion. Grand Rapids: Baker.
-----. 1988. Psychotherapy and the spiritual quest. Grand Rapids: Baker.
Bufford, R. 1988. Counseling and the demonic. Dallas: Word.
Bunyan, J. 1978. Grace abounding to the chief of sinners. Grand Rapids: Baker.
Collins, G. 1969. Search for reality. Santa Ana, Calif.: Vision.
--'--. 1971 . Man in transition. Carol Stream, Ill.: Creation.
----. 1988. Can you trust psychology? Downers Grove: Inter-Varsity.
Darling, H . 1969. Man in triumph. Grand Rapids: Zondervan.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Edisi revisi ke-3. 1987. Washington,
D.C.: American Psychiatric Association.
Engel, J., dan H . Norton. 1975. What's gone wrong with the harvest? Grand Rapids:
Zondervan.
Fleck, J., dan J. Carter. 1981. Psychology and Christianity: Integrative readings. Nashville:
Abingdon.
Fowler, J. 1989. Strength for the journey. Dalam Faith development in early childhood,
editor D. Blazer. Kansas City, Mo. : Sheed and Ward.
Fowlkes, M. 1989. Roots of ritual in social interactive episodes. Religious Education 84:
338-347.
Freud, S. 1913. Totem and taboo. London: Hogarth.
Hartshorne, H., dan M. May. 1930. A summary of the work of the character education
inquiry. Religious Education 25: 607-619, 754-762.
Helminiak, D. 1987. Spiritual development: An interdisciplinary study. Chicago: Loyola c
University Press.
Hyder, 0 . 1971. The Christian's handbook of psychiatry. Old Tappan, N.J.: Revell.
Johnson, W. 1982. Demon possession and mental illness. Journal of the American Scien-
tific Affiliation 34 (Sept.): 149-154.
Jung, C. 1933. Modern man in search of a soul. New York: Harcourt, Brace.
Mcdonald, R. 1983. The how of spiritual growth. South Plainfield, N.J.: Bridge.
Malony, H. 1977. Current perspective in the psychology ofreligion. Grand Rapids: Eerdmans.
Maslow, A. 1954. Motivation and personality. New York: Harper and Brothers.
Oakland, J. 1974. Self-actualization and sanctification. Journal of Psychology and Theol-
ogy 2: 202-209.
Oates, W. 1973. The psychology of religion. Waco: Word.
Paloutzian, R. 1983. Invitation to the psychology of religion. Glenview, Ill.: Scott, Foresman.
Peck, S. 1983. People of the lie. New York: Simon and Schuster.
Pia get, J. 1948. The moral judgment of the child. Glencoe, Ill.: Free.
--. 1967. Six psycholugical studies. New York: Random.
Price, R. 1981. The centrality and scope of conversion. Journal of Psychology and Theology
9: 26-35.
Ratcliff, A. 1982. Behaviorism and the new worship groups. Journal of the American Sci-
entific Affiliation 34 (Sept.): 169-171.
----. 1985. The development of children's religious concepts. Journal of Psychology and
Christianity 4:35-43.
-------. 1987. Teaching the Bible developmentally. Christian Education Joumal7:21-32.
-----, editor. 1988. Handbook of preschool religious education. Birmingham, Ala.: Re-
ligious Education.
-------. Baby faith: Infants, toddlers, and religion. Religious Education.
Rizzuto, A. 1979. The birth of the living God. Chicago: University of Chicago Press.
Sail, M. 1976. Demon possession or psychopathology? Journal of Psychology and Theol-
ogy 4: 286-290.
Schaeffer, F. 1968. The God who is there . Downers Grove: Inter-Varsity.
Seamands, D. 1988. Healing grace. Wheaton, Ill.: Victor.
Smith, N. 1988. God, the Ultimate Background Object. International Congress on Chris-
tian Counseling, Atlanta, Ga., 12 Nov.
Stem, D. 1985. The interpersonal world of the infant. New York: Basic.
Tamminen, K., et al. 1988. The religious concepts of preschoolers. Dalam Handbook of
preschool religious education, editor D. Ratcliff. Birmingham, Ala.: Religious Edu-
cation.
Toumier, P. 1962. Guilt and grace. New York: Harper and Row.
-------. 1964. The whole person in a broken world. New York: Harper and Row.
Vitz, P. 1988. Sigmund Freud's Christian unconscious. New York: Guildford.

***

1
Untuk mendapatkan buku yang komprehensif untuk membantu anak prasekolah bertumbuh secara
rohani, lihat Ratcliff 1988.
2 Untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang cara mengajarkan Alkitab kepada anak-anak, lihat

Ratcliff 1987.
3 Namun demikian, lihat Benner 1988; Helminiac 1987; McDonald 1983 untuk mendapatkan beberapa

eksplorasi menarik dalam bidang ini.


14
Psikologi Abnormal

DEFINISI ABNORMAL
Secara tepat, bagaimana kita bisa membedakan antara abnormal dan
normal? Panduan standar yang digunakan oleh para psikolog adalah Diag-
nostic and Statistical Manual of Mental Disorders, yang sekarang merupakan
edisi ketiga yang sudah direvisi (1987). DSM-III-R menawarkan definisi
berikut tentang kondisi abnormal:
suatu gejala atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pad a diri sese orang dan yang berkaitan dengan stres
saat ini (suatu gejala menyakitkan). Gejala atau pol a ini juga berkaitan
dengan ketidakmampuan (kerusakan dalam salah satu atau lebih
bidang fungsi yang penting) atau dengan meningkatnya risiko pen de-
ritaan, kematian, rasa sakit, cacat, atau hilangnya kebebasan yang pen-
ting. Selain itu, sindrom atau pola ini bukan sekadar res pons yang
diharapkan dari peristiwa khusus, misalnya kematian orang yang
dikasihi. Apa pun penyebab asalnya, hal itu akhimya harus dipandang
sebagai manifestasi gangguan perilaku, psikologis atau biologis pada
diri seseorang.

DSM III-R menekankan bahwa definisi ini tidak mencakup penyim-


pangan atau bertentangan dengan yang lain kecuali sifat-sifat ini adalah
akibat gangguan fungsi yang lebih dasar.
Tekanan pada gangguan pada definisi di atas menyiratkan bahwa masa-
lah psikologis merupakan akibat fungsi dalam tubuh yang tidak memadai .
. Jadi, kita bisa mengatakan bahwa pemikiran sese orang yang normal bersifat
"fungsional" (mencapai tujuan) karena aktivitas mental memenuhi hal yang
seharusnya, sedangkan orang yang abnormal disebut "tidak fungsional"
karena pemikirannya tidak memadai.
Sebaliknya, istilah "abnormal" secara harfiah berarti "tidak normal" atau
"menyimpang." Definisi DSM III-R secara tersurat menyatakan bahwa
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

penyimpangan bukan merupakan definisi yang memadai karena orang-or-


ang bisa bersikap tidak biasa atau berbeda, tetapi tidak memiliki pemikiran
yang tidak fungsional. Pen yimpangan mencakup hal tidak memenuhi
harapan masyarakat. Namun, masyarakat bisa sangat berbeda, sehingga apa
yang dianggap normal dalam satu masyarakat mungkin bisa dianggap tidak
normal dalam masyarakat lain. Definisi ini tidak memiliki standar puncak
untuk kondisi normal, dan karena itu orang Kristen harus mempertanyakan
ketepatannya. Sesungguhnya, kita bisa melihat pada banyak orang yang
rohani dalam Alkitab, termasuk para nabi, Kristus dan Paulus, dan
mengamati bahwa mereka jelas berbeda dari hal yang normal, namun
pe111ikiran mereka jelas fungsion ::.l (sesungguhnya lebih fungsional dari pada
pemikiran orang-orang di sekitar mereka) . Ketika orang Kristen menjadi
makin serupa dengan Kristus, mereka akan menjadi lebih abnormal dalam
beberapa hal, tetapi pemikiran mereka akan lebih fungsional (mencapai
rencana Allah) dalam proses.

Fokus 14.1.
Penyakit latrogenik
Ada bahaya ketika kita mempelajari masalah-masalah psikologis, kita mungkin
meragukan kewarasan kita sendiri dan menemukan beberapa gejala yang dijelaskan
dalam diri kita sendiri (Stuart, 1970).
Paling sedikit ada dua alasan mengapa hal ini terjadi. Banyak orang mudah menjadi
korban kekuatan sugesti. Kita mudah mempelajari sesuatu dan mulai melihat apa yang
kita baca dalam diri kita sendiri. Hal ini kadang-kadang te~adi di sekolah medis di mana
murid-murid mulai menunjukkan gejala setiap penyakit yang mereka pelajari.
Alasan kedua untuk penyakit iatrogenik adalah orang yang abnormal bisa
menunjukkan bentuk perilaku normal yang luar biasa. Misalnya, perilaku abnormal
mungkin merupakan bentuk perilaku normal yang ekstrem atau mungkin merupakan
perilaku normal dalam situasi yang tidak sesuai. Banyak hal yang mungkin sepenuhnya
bisa diterima jika dilakukan secara pribadi tetapi abnormal jika dilakukan di depan umum.
Perlu dicatat bahwa perilaku abnormal, menurut definisinya, pasti berpengaruh sangat
berarti dalam pekerjaan atau kehidupan sosial seseorang atau menyebabkan stres
berat pada diri orang itu.
Jika, selama membaca bab ini, Anda menemukan diri Anda sendiri bertanya-
tanya, apakah Anda mengalami gangguan tertentu, ingatlah peringatan ini. Anda perlu
membaca penjelasan tiap gangguan itu dengan hati-hati dan tidak mengabaikan aspek
masalah yang tidak Anda miliki. Juga merupakan hal yang bermanfaat jika Anda
bercakap-cakap dengan ternan-ternan yang membaca buku ini atau ikut dalam kelas
ini. Mereka mungkin juga mengajukan pertanyaan yang sama dengan Anda. Akhimya,
jika Anda percaya bahwa Anda sungguh-sungguh memiliki masalah, berkonsultasilah
dengan konselor dan membicarakan hal itu. Jauh lebih baik tidak banyak mem-
pertanyakan daripada membiarkan masalah itu memburuk.
Para psikolog lain berpendapat bahwa orang yang mengalami masalah
psikologis sebaiknya dipandang tidak bisa menyesuaikan diri. Supaya nor-
mal, menurut sudut pandang ini, seseorang harus mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Berbeda dengan sudut pandang penyimpangan, tekanan
pada penyesuaian diri menyatakan bahwa seseorang memiliki perilaku yang
normal jika apa yang ia kerjakan meningkatkan apa yang terbaik bagi orang
itu atau kelompoknya. Sudut pandang ini bisa dipandang konsisten dengan
kekristenan jika seseorang mendefinisikan apa yang terbaik bagi seseorang
seperti Alkitab menjelaskannya.
Sebuah pendekatan lain untuk memahami kondisi abnormal adalah
dengan memandang mereka yang mengalami masalah berat sebagai orang
yang mengalami kekacauan. DSM III-R cukup cermat menekankan bahwa
orang-orang tidak kacau, tetapi lebih h~pat dikatakan menderita gangguan-
gangguan. Seseorang bukan alkoholik tetapi lebih tepat disebut memiliki
ketergantungan pada alkohol. Sudut pandang ini dominan di antara para
psikolog saat ini, tetapi seorang Kristen harus mempertanyakan pemisahan
gangguan ini dari orang tersebut. Apakah hal ini menyiratkan tidak adanya
tanggung jawab pribadi sarna sekali? Tentu saja kita bisa mengamati seke-
. lompok gejala tertentu dan mengatakan hal itu sebagai gangguan, tetapi
pendekatan yang utuh akan menyatakan bahwa orang itu terpengaruh oleh
keadaan dan sebaliknya juga mempengaruhi keadaan itu.
Sudut pandang terakhir tentang keabnormalan memandangnya sebagai
suatu penyakit. Sudut pandang ini pada tahap berikutnya memandang or-
ang yang bersangkutan tidak bertanggung jawab: seseorang tidak bisa
disalahkan karena mengidap suatu penyakit. Model penyakit ketidak-
normalan menyiratkan model kepribadian medis (dijelaskan dalam bab 12),
yang sudah ditolak oleh banyak orang. Namun, perlu dicatat bahwa masaIah-
masalah psikologis tertentu mungkin sesuai dengan kategori ini, terutama
yang timbul karena kerusakan otak secara fisik atau masalah-masalah hor-
monal.
Jadi, seperti dijelaskan di atas, ketidaknormalan, mungkin paling tepat
dipahami sebagai kegagalan fungsi, ketidakmampuan menyesuaikan diri,
dan - jika disebabkan oleh kerusakan fisik - penyakit. Collins (1973, 10-12)
menekankan bahwa orang yang abnormal mengalami konflik internal yang
menyebabkan perasaan tidak aman, kekhawatiran atau ketidakbahagiaan
(aspek disfungsional) yang in tens dan lama atau orang itu diresahkan oleh
keterasingan dari Allah secara sadar atau tidak sadar. Pendapat tentang
keterasingan dari Allah memperIuas konsep ketidaknormalan jauh
melampaui konsep yang biasa dianut oleh psikolog, jadi mencakup mayoritas
umat manusia. Dari sudut pandang Allah hal ini sepenuhnya benar. Kita
tidak menjadi seperti yang direncanakan Allah sejak semula, dan hubungan
yang benar dengan-Nya merupakan langkah pertama untuk mendapatkan
kondisi normal yang utama - normalitas seperti yang Allah rencanakan sejak
semula.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Beberapa psikolog berpikir bahwa semua kategori penyakit mental harus


dihilangkan. Szasz (1970) berpendapat bahwa label untuk perilaku abnor-
mal bersifat destruktif pad a dirinya sendiri. Adams (1977) memberikan
argumen yang hampir sarna, dan menyimpulkan bahwa masalah emosional
harus dikategorikan sebagai masalah fisik atau tidak adanya tanggung jawab.
Tentu saja pelabelan bisa berbahaya dan harus dipakai dengan sangat hati-
hati. Tetapi membuang semua sistem klasifikasi bukan merupakan hal yang
tepat karena kita selalu berpikir dalam kategori. Menggunakan hanya dua
kategori untuk masalah psikologis itu terlalu menyederhanakan dan meng-
abaikan pengaruh lingkungan yang penting. Tentu saja pecandu narkoba,
orang yang depresif dan schizophrenik sangat berbeda satu dengan yang
lain dan membutuhkan klasifikasi-klasifikasi yang sangat berbeda.

KESEHATAN MENTAL
Cara lain untuk memahami penyakit mental adalah dengan memeriksa
kondisi yang sebaliknya - kesehatan mental. Kesehatan total dalam diri sese-
orang sepenuhnya menuntut hubungan yang sehat dalam tiga arah - ke da-
lam dengan diri sendiri, ke luar dengan orang lain, dan ke atas dengan Allah.
Individu-individu boleh dipandang sehat secara mental jika mereka berhu-
bungan dengan realitas dan cukup bebas dari kekhawatiran sehingga mereka
secara signifikan memiliki kemampuan fungsional, sosial, atau biologis un-
tuk periode waktu yang cukup panjang.
Karakteristik apa yang ditemukan dalam diri seseorang yang sehat
mentalnya? Pertama, tentu saja kemampuan untuk berfungsi secara fisik,
intelek, dan emosi dalam kapasitas sepenuhnya. Mempertahankan
keseimbangan dalam kehidupan akan mendatangkan kesehatan mental.
Karakteristik kedua yang penting adalah kemampuan untuk beradaptasi
terhadap situasi yang berubah dengan kontrol diri dan disiplin. Orang yang
memiliki ego yang kuat memiliki kemampuan untuk menahan stres dan
menghadapi berbagai situasi lingkungan. Orang yang sehat menunjukkan
bahwa mereka mampu berhubungan dengan realitas dengan bereaksi
terhadap semua situasi secara realistis. Meskipun kita semua menghadapi
stres dan berubah dari waktu ke waktu, orang yang mentaInya sehat mampu
bereaksi dengan tepat dengan mempraktekkan pengendalian diri. Karena
mampu menerima apa yang tidak bisa diubah, mereka terlepas dari ke-
khawatiran yang berlebihan dan berlangsung lama saat menghadapi
perubahan.
Karakteristik ketiga seseorang yang mentalnya sehat adalah sikap
keyakinan, yang biasanya disertai dengan perasaan humor. Tentu saja
keyakinan seperti ittl harus berakar pad a iman kepada Allah.
Karakteristik lain yang ditemukan dalam diri orang-orang yang sehat
secara mental adalah tujuan yang kokoh dalam kehidupan. Hidup bagi Al-
lah dan demi prinsip-prinsip-Nya memberikan arti dan arah hidup.
Psikologi Abnormal

Orang-orang yang sehat secara mental menjalin relasi dengan berbagai


orang dengan baik. Karena mereka bisa menerima otoritas dari orang-orang
atau lembaga yang sah, mereka berprestasi baik dalam pekerjaan mereka.
Mereka bisa menjalin dan mempertahankan persahabatan, mengasihi dan
dikasihi. Kemampuan menjalin keakraban dalam hubungan antarpribadi
yang intim merupakan pertanda kesehatan mental.

Fokus 14.2.
Panduan untuk Kesehatan Mental
Dempsey dan Zimbardo (1978, 414-415) memberikan tujuh panduan untuk tetap
memiliki kesehatan mental. Pertama, kita harus mengetahui kelemahan-kelemahan
kita. Kita perlu memperbaiki hal-hal yang mampu kita perbaiki, atau melakukan
kompensasi jika hal itu tidak mampu diperbaiki.
Kedua, kita harus menggunakan stres untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah. Misalnya, stres karena memikirkan tes yang akan kita jalani
bisa dipakai sebagai motivasi untuk belajar.
Ketiga, kita harus menganalisis hal-hal yang menyebabkan krisis pribadi. Misalnya,
jika Anda me·ngalami masalah dengan depresi normal, mengetahui penyebab
ketidakseimbang_an sementara dalam hidup Anda bisa membantu Anda menghadapi
hal itu dengan lebih baik.
Keempat; pikiran yang negatif harus diganti dengan pikiran yang positif. Seperti
dicatat dalam bab 7, kita lebih dipengaruhi oleh "percakapan dengan diri sendiri" -
penafsiran kita terhadap kejadian yang kita alami - daripada oleh kejadian itu sendiri.
Seperti akan kita lihat dalam bab 15, pikiran yang tidak rasional merupakan penyebab
banyak masalah.
Panduan kelima adalah untuk mengetahui kapan dan ke mana kita harus pergi
untuk mencari pertolongan. Memendam perasaan membuat masalah menjadi
bertambah buruk dengan berjalannya waktu. Lima prioritas dalam mencari pertolongan
bisa dikenali: (1) Menceritakannya kepada Allah. Allah, dalam kuasa-Nya, mampu
mengatasi masalah apa pun. Tetapi Allah, dalam kebebasan-Nya, mungkin memilih
menggunakan orang lain untuk menyembuhkan. (2) Keluarga dan ternan-ternan
merupakan sumber pertolongan yang panting. (3) Lebih sering lagi menghubungi
pendeta untuk menangani masalah emosional daripada psikolog. (4) Dokter mungkin
dibutuhkan. Konselor yang baik pertama-tama akan berusaha menyingkirkan masalah
medis yang mungkin. (5) Kebanyakan orang bisa memetik manfaat dari konseling
suatu saat dalam hidup mereka. Sekolah tinggi atau seminari biasanya menyediakan
pelayanan semacam itu secara gratis atau dengan biaya murah.
Panduan keenam adalah mengembangkan potensi kita. Kita sangat mudah
terjebak dalam rutinitas dan kehilangan vitalitas kehidupan yang sebenarnya.
Kembangkan hobi baru, bacalah buku yang bagus dan cobalah sesuatu yang baru!
Akhimya, kembangkan dan peliharalah hubungan yang akrab. Kita membutuhkan
orang lain untuk mendapatkan umpan batik dan penghargaan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 14.3.
Orang Kristen yang Sehat Rohaninya
Darling {1969, 129-142) menemukan tujuh karakteristik orang Kristen yang men-
tal dan rohaninya sehat. Meskipun beberapa dari karakteristik ini terlalu idealistis, hal itu
tentu saja merupakan tujuan yang layak untuk dikejar.
Pertama, orang Kristen yang sehat ditandai dengan penyerahan diri dengan penuh
keyakinan. Keyakinan ini merupakan akibat rasa memiliki dan dimiliki terhadap Allah
karena penyerahan diri kepada Kristus, satu keputusan yang bulat tanpa pernah berpikir
untuk berpaling.
Kedua, orang Kristen harus bersikap spontan secara transparan. Transparansi
merupakan kejujuran dan keterbukaan yang harus menandai diri orang Kristen. Tidak
perlu ada topeng karena Allah mengenal kita sebagaimana adanya. Kita juga bisa
bersikap spontan karena kita diciptakan menurut gambar Allah dan sifat dasar Allah
adalah kreatif. Orang Kristen tidak perlu menerima keadaan yang biasa-biasa saja.
Ketiga, kita harus memiliki integrasi yang memiliki tujuan dalam kehidupan. Tujuan
kita berasal dari memiliki hidup yang berarti melalui Kristus, sedang integrasi mengacu
pada sifat keutuhan. Ada harmoni, kesatuan, keutuhan bagi orang Kristen yang rohaninya
sehat.
Keempat, orang Kristen yang sehat ditandai dengan penyesuaian diri dengan
ketegangan. Ada ketegangan antara hal yang ideal dengan yang nyata dalam kehidupan
Kristen {Rm. 7). Kita berjuang untuk menyatukan kondisi ideal yang harus kita capai
dengan kondisi kita yang sebenarnya saat ini, yang pada dasarnya merupakan proses
kreatif. Namun kita juga harus mampu menerima bahwa kita pasti masih kurang dari
kondisi sempurna yang absolut. Menurut Alkitab, Allah akan menyempurnakan kita
dengan "memotong cabang-cabang" kita supaya menghasilkan lebih banyak buah.

Karakteristik kesehatan mental yang penting adalah keseimbangan.


Kemampuan untuk berfungsi dalam peranan yang dependen dan inde-
penden, untuk diperhatikan dan memperhatikan orang lain, untuk mengikuti
pimpinan dan
memimpin (tergantung situasinya) merupakan pertanda kesehatan. Tanda
lainnya adalah keseimbangan antara persaingan dan kompromi, antara ke-
mampuan untuk mengejar tujuan seorang diri dan bekerja sama dengan or-
ang lain secara efektif. Orang yang sehat tahu bagaimana menciptakan kese-
imbangan antara menuruti aturan dengan bersikap kreatif. Dengan mema-
dukan pengetahuan dan pengalaman mereka agar bisa menarik kesimpulan
yang berarti, mereka menerima tugas dan masalah secara sistematis, tetapi
tidak terlalu sistemafis. Keteraturan yang terlalu berlebihan mematikan
kreativitas. Jadi orang yang paling efektif biasanya memiliki keseimbangan
yang sehat di antara keduanya.
Kita harus menerima kekuatan dan kelemahan kita, dengan menyadari bahwa penderitaan,
pencobaan dan masalah lainnya dalam kehidup~ Kristen merupakan kesempatan untuk
bertumbuh (Rm. 8:28). Dan kita memiliki potensi pertumbuhan yang tanpa batas!
Kelima, orang Kristen harus ditandai dengan peneguhan sepenuh hati. Hal ini
mencakup peneguhan diri sendiri di mana kita dibebaskan oleh Kristus untuk sepenuhnya
bersikap kreatif. Seluruh kehidupan itu suci bagi orang Kristen. Kita tidak boleh membuat
dikotomi dalam hidup kita antara hal yang religius dan sekular. Allah memberi kita
kekuatan untuk menjalani hidup yang penuh tantangan (Fip. 4: 13). Kekuatan Allah
menggantikan kelemahan kita (II Kor. 12:9). Kita bisa mengasihi diri sendirf karena kita
adalah anak-anak Allah, yang menjadi ahli waris bersama-sama dengan Kristus. Or-
ang Kristen bukan hanya meneguhkan diri sendiri, melainkan mereka juga memiliki
peneguhan dengan orang lain. Mengasihi orang lain merupakan ciri khas orang Kristen
(I Yoh. 4:7-8); kita harus mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri sendiri (Mat.
22:39). Kita perlu menerima orang lain sebagaimana adanya; unik, tetapi punya potensi
untuk berubah menjadi lebih baik.
Keenam, orang Kristen yang sehat memanfaatkan sumber-sumber pertolongan
Allah pada diri sendiri. Kita perlu menyadari bahwa Ia memiliki sumber pertolongan
yang jauh melampaui pemahaman kita, dan kemudian memohon dan memanfaatkan
sumber-sumber pertolongan itu. Hal ini menekankan nilai doa, pembacaan Alkitab,
dan karunia rohani. Kita harus mengizinkan Allah untuk memenuhi bejana kita dengan
·anggur baru".
Akhirnya, orang Kristen yang sehat menginvestasikan sumber daya itu. Kita tidak
boleh membiarkan "anggur baru· itu tergenang.; sebaliknya kita harus menyalurkannya
kepada orang lain melalui pemuridan, penginjilan, dan perhatian sosial ("perbuatan baik").
Memberikan seluruh hidup kita untuk orang lain dan untuk Kerajaan Allah harus menjadi
prioritas kita; kita harus membagikan apa yang sudah diberikan Allah kepada kita.

Keseimbangan rohani juga merupakan pertanda kesehatan mental.


Harus ada keseimbangan antara pembacaan Alkitab, doa, kesaksian, dan
persekutuan di antara orang Kristen. Gereja atau orang Kristen secara pribadi
yang terlalu menekankan doa sering kali tampak terlalu emosional. Orang
yang terlalu menekankan doktrin tampak terlalu dingin. Orang yang terlalu
menekankan kesaksian kadang-kadang menyakiti hati orang lain tanpa perlu.
Orang yang terlalu menekankan persekutuan dan mengabaikan hal-hal dasar
kehidupan Kristen lainnya mungkin tidak mendalam. Orang Kristen harus
berusaha mencari keseimbangan dalam diri mereka sendiri dan dalam tubuh
Ki:istus.
Tanda kesehatan mental dan kedewasaan lainnya adalah sikap dapat ·
diandalkan. Orang Kristen harus bisa dipercaya. Orang lain jangan sampai
menemukan bukti apa pun tentang kerusakan atau kecerobohan dalam hidup
kita. Standar pribadi kita harus memampukan kita menahan tekanan untuk
berbuat dosa atau bertindak secara impulsif.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Kriteria kesehatan mental lainnya adalah kemampuan berpusat pada


orang lain. Orang yang terlalu asyik dengan keinginan sendiri yang egois,
kemarahan, kecemburuan, kecurig<l:an, dan masalah sendiri, tidak bisa mem-
berikan sumbangsih yang berarti bagi orang lain.
Kemampuan untuk mengungkapkan dan mengendalikan emosi meru-
pakan aspek lain kesehatan mental. Orang-orang yang bisa mengendalikan
emosi yang kuat merniliki kekuatan ego yang baik. Orang yang sehat tidak
menghindar dari situasi yang membangkitkan emosi yang kuat atau meng-
gunakan mekanisme isolasi dan disosiasi untuk ·melindungi perasaannya.
Emosi mereka tidak ditekan tetapi perilaku mereka tetap terkendali.
Orang yang mentalnya sehat biasanya puas dengan kejantanan dan
kefemininan mereka. Mereka secara relatif terlepas dari ketakutan dan
kebencian tak berdasar termasuk dalam hal seksualitas dan jika menikah
mereka mampu menikmati kehidupan seks yang aktif dan memuaskan.
Karakteristik kesehatan mental yang terakhir dari sudut pandang Kristen
adalah hubungan yang positif dengan Tuhan. Fakta bahwa orang Kristen
biasanya membaca Alkitab setiap hari bukan hanya merupakan pertanda
kesehatan mental mereka, melainkan juga merupakan alasan utama untuk
itu. Firman Allah menghasilkan darnai sejahtera, sukacita dan kepuasan, dan
mencegah kekhawatiran, depresi, pembelaan diri, dan ketidakdewasaan.

PENYEBAB MAsALAH PsiKOLOGIS


Hanya sedikit masalah psikologis yang berkembang secara tiba-tiba
tanpa "sejarah sebelurnnya", meskipun banyak faktor yang menuntun pada
masalah tersebut yang berjalan tanpa teramati. Minirth (1977, 111-112)
membuat garis besar tiga penyebab utama masalah psikologis:
Penyakit mental ... sering kali tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor. Masalah rohani mungkiri merupakan penyebab masalah
emosional, tetapi faktor lainnya sering kali ikut berperan atau ikut
bertanggung jawab.
Misalnya, latar belakang genetis merupakan faktor yang sangat
penting jika }<ita memeriksa masalah mental. Saya telah melihat satu
mas;uah mental secara khusus, psikosis manic-depresif, di mana sebagian
besar anggota keluarganya juga mengalarni masalah yang sama. Dan,
seperti telah dinyatakan sebelurnnya dalam bab lain, studi ilrniah telah
mencatat bahwa anak-anak dari orangtua yang skizofrenia merniliki
kemungkinan jauh lebih besar untuk mengembangkan skizofrenia
dibanding anak-anak lainnya, bahkan sekalipun mereka dibesarkan
jauh dari orangtuanya. Selain itu, seseorang tidak perlu melihat terlalu
jauh bahwa sifat kepribadian menurun dalam keluarga. Seperti halnya
anjing menurunkan sifat kepribadian (anjing herder - agresif, anjing
St. Bernard - ramah), dernikian juga dengan manusia.
Kedua, pentingnya Jatar belakang mental mungkin telah dinya-
takan secara berlebihan beberapa tahun yang lain. Namun, tidak dira-
gukan bahwa faktor ini juga berperan dalam membentuk kepribadian.
Anak-anak diajar untuk bersikap rendah hati, agresif, ramah atau
kasar. Saya telah bertemu orangtua yang merasa heran karena Johnny,
anaknya yang berumur enam tahun kasar, suka memberontak dan
tidak taat. Namun, orangtua itu tidak pernah mendisiplinnya. Kese-
hatan fisik juga bisa dimasukkan dalam kategori ini. Anak-anak atau
orang dewasa yang secara fisik sakit biasanya kurang mampu meng-
atasi stres emosional.
Biasanya, faktor ketiga diperlukan agar masalah psikologis bisa
berkembang. Faktor ketiga ini adalah stres yang mendahului. Meskipun
seseorang mungkin mewarisi faktor keturunan dan mungkin berada
dalam lingkungan yang sulit pada masa kecilnya, kelainan psikologis
mungkin tidak akan berkembang kecuali ia berada dalam situasi yang
membuat sangat stres.
Sesungguhnya, Jatar belakang lingkungan dan genetis merupakan
faktor utama yang penting. Menyangkal hal ini merupakan sesuatu
yang naif. Namun, sama naifnya jika kita menggunakannya sebagai
dalih untuk membenarkan perilaku saat ini. Apa yang dikatakan Rasul
Paulus ratusan tahun yang lalu masih berlaku: "Apa yang ditabur or-
ang, itu juga yang akan dituainya" (Gal. 6:7). Sering kali masalah emo-
sional muncul karena sikap tidak bertanggung jawab, dosa atau
sekadar ketidaktahuan, atau karena tidak bergantung pada sumber
pertolongan yang tersedia bagi orang Kristen.

Faktor keturunan dan/atau Lingkungan

~~ Stres yang memicu

1
Masalah psikologis

Gambar 14.1. Faktor-faktor yang terkait dengan


masalah psikologis

Ketiga faktor di atas - keturunan, lingkungan dan stres yang mernicu -


telah dijelaskan dengan terperinci dalam model diatesis-stres. "Diatesis"
mengacu pada kecenderungan atau kesensitifan yang dirniliki seseorang pada
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

gangguan tertentu yang disebabkan pengaruh biologis atau aspek lingkungan


pada masa yang lalu dan masa kini. Memiliki kecenderungan yang menjadi
penyebab gangguan tidak berarti orang itu secara otomatis akan mengalami
masalah psikologis tertentu; sebaliknya itu berarti masalah itu mungkin akan
muncul ke permukaan jika orang itu berhubungan dengan stres tertentu yang
menjadi faktor pemicu. Jika orang itu tidak mengalami stres yang memicu,
gangguan itu tidak akan muncul. (Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar
orang yang menderita diatesis tidak akan mengalami gangguan itu, hanya or-
ang yang mengalami stres yang potensial saja yang akan mcnderita .)
Faktor-faktor lainnya juga bisa mempengaruhi apakah seseorang akan
mengalami gangguan tertentu atau tidak. Kadang-kadang ada penyebab
utama: yaitu: harus ada kondisi khusus sebelum gangguan itu terjadi. Con-
tohnya, gangguan otak organik, yang selalu disebabkan oIeh masalah fisik
tertentu (misalnya tumor atau stroke). Para psikolog juga menekankan penye-
bab yang meneguhkan - mendapatkan perhatian atau menghindari aktivitas
yang tidak diinginkan karena adanya masalah psikologis tertentu. Penyebab
yang meneguhkan cenderung mengabadikan masalah psikologis (lih. bab 5).
Namun, kita harus berhati-hati dalam menentukan penyebab bentuk
penyakit mental tertentu. Sering kali ada beberapa pengaruh yang bergabung
dengan stres yang memicu munculnya masalah, dan bukan hanya satu
penyebab yang menimbulkan masalah itu. Sesungguhnya satu penyebab bisa
menimbulkan dampak yang pada waktu selanjutnya menjadi penyebab bagi
efek lainnya. Kadang-kadang efek akan menjadi umpan balik bagi penyebab;
jadi efek membuat penyebab cenderung untuk diulangi. Misalnya, apakah
seorang isteri yang suka mengomel menjadi penyebab suaminya menjadi pe-
candu alkohol, atau apakah kecanduan alkohol menjadi penyebab omelan
itu?

Penyebab Biologis
Penyebab biologis mencakup abnormalitas kromosom, pengaruh genetis,
dan faktor biologis lainnya. Contoh abnormalitas kromosom adalah sindrom
Down, yang disebabkan oleh adanya dua puluh satu kromosom ekstra.
Namun abnormalitas kromosom sangat jarang, dan hanya terjadi pad a
kurang lebih setengah dari satu persen bayi yang lahir (Sergovich dan rekan-
rekan, 1969).
Gen pada kromosom tertentu juga bisa memainkan peranan dalam
menimbulkan masalah mental. Berbeda dari abnormalitas kromosom, cacat
ini tidak bisa langsung diamati sehingga sulit diramalkan siapa yang akan
menderita kelainan tertentu. Biasanya beberapa gen harus ada dalam
kombinasi tertentu untuk menimbulkan kecenderungan atas satu masalah
tertentu. Kombinasi ini disimpulkan dari fakta bahwa masalah psikologis
tertentu cenderung menu run pad a satu keluarga tertentu, bahkan sekalipun
anak-anak dibesarkan jauh dari orangtua mereka. Mungkin contoh terbaik
untuk masalah psikologis genetis adalah schizophrenia.
---. ---- ~,---

Beberapa ahli berpendapat bahwa pengaruh genetis mungkin bisa


muncul pada kasus alkoholisme dan homoseksualitas. Pada saat ini, kasus
tersebut baru merupakan spekulasi dan belum merupakan hasil riset yang
memuaskan. Bahkan sekalipun pengaruh semacam itu bisa dibuktikan,
merupakan satu kesalahan jika kita menyalahkan perilaku berdosa pada "gen
yang buruk". Sekalipun susunan gene tis memang memiliki dampak yang
sangat besar dalam diri kita, kita tidak hanya ditentukan oleh gen kita. Riset
terbaik saat ini, yang dilakukan oleh Jones dan Workman (1989), men un-
jukkan bahwa sering kali (tetapi tidak selalu) hormon prenatal mempe-
ngaruhi orientasi gender. Jika digabung dengan pengalaman sosialisasi
tertentu, kemungkinan terjadinya homoseksualitas cenderung lebih besar.
Namun, pengaruh semacam itu tidak memaksa seseorang untuk melakukan
perilaku homoseksual. Pilihan orang-orang juga merupakan salah satu
pengaruh lain yang menentukan. Gen bisa mempengaruhi beberapa orang
untuk mengeml:iangkan depresi klinis jika mengalami stres melalui
ketidakseimbangan kirniawi, tetapi gen tidak merancang orang-orang untuk
mendendam. Orang Kristen bisa menyimpulkan bahwa potensi dan kecen-
derungan genetis dalam diri setiap orang merupakan bagian dari rencana
Allah. Hal itu menghasilkan kekuatan dan kelemahan yang akhirnya akan
mendatangkan kemuliaan bagi-Nya (Mzm. 139:13-14; Yes; 43:7).
Faktor fisik lainnya mungkin juga mempengaruhi masalah psikologis.
Misalnya, ada bukti bahwa dalam dirinya laki-laki cenderung lebih agresif
dan bereaksi secara emosional terhadap frustrasi, sedang perempuan dalam
dirinya cenderung lebih penakut dan tergantung (Pervin, 1978). Namun,
kecenderungan ini tidak banyak menguraikan laki-laki atau perempuan
tertentu. Pilihan pribadi dan lingkungan digabung dengan faktor gender
mempengaruhi orang tertentu.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, kelainan organis jelas merupakan
akibat faktor biologis. Orang yang lebih tua cenderung menderita kelainan
organis seperti itu; 17 per sen orang yang berumur lebih dari 65 tahun men-
derita kerusakan otak yang sangat mempengaruhi perilaku (Kolata, 1981).
Sejumlah masalah psikologis bisa muncul, tetapi kelainan organis yang pal-
ing terkenal adalah penyakit Alzheimer.

Pengaruh Lingkungan
Pengaruh biologis kadang-kadang berkaitan dengan faktor lingkungan.
Mungkin contoh terbaik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, seperti
tidur dan makanan. Dalam bab sebelumnya kita telah mempelajari bahwa
kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi bisa menimbulkan masalah seperti
perubahan kepribadian dan kecerdasan yang rendah.
Aspek psikososial lingkungan lainnya juga sangat mempengaruhi kita,
meskipun pengetahuan kita tentang bagaimana persisnya hal itu mem-
pengaruhi perilaku yang abnormal kurang akurat dibandingkan dengan pe-
mahaman tentang pengaruh biologis. Sepanjang buku ini, dan terutama bab
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

10, telah ditekankan pentingnya peranan lingkungan awal seseorang .


Misalnya, gangguan emosional atau trauma pada masa anak-anak bisa terus
dibawa sampai mas a dewasa. Anak-anak yang dimasukkan ke sekolah lebih
awal dalam kehidupan mengalami gangguan yang cukup berat dalam
hubungan antarpribadi mereka selama satu tahun lebih. awal (Provence dan
Lipton, 1962) . Penolakan dan pengabaian orangtua sarna halnya bisa
menghasilkan dampak yang negatif; penolakan bisa menghasilkan perilaku
yang lebih impulsif dan agresif (Patterson, 1979).
Kejadian yang trauma tis pada masa anak-anak juga bisa menghasilkan
masalah yang mengendap sampai pada suatu saat muncul stres yang meng-
aktifkan unsur emosional mereka (meskipun orang itu setelah dewasa tidak
bisa mengingat kejadian pada masa kecil yang menyebabkan reaksi tertentu
yang terlalu berlebihan). Trauma tunggal jarang menyebabkan seseorang
mengalami patologi orang dewasa (masalah psikologi), tetapi trauma yang
terus berulang pada masa kecil lebih membahayakan.
Meier (1977, 45-79) telah mendokumentasikan beberapa keterkaitan
antara praktek membesarkan anak dengan patologi orang dewasa . Anak-
anak yang memiliki orangtua yang terlalu disiplin dan keras cenderung men-
jadi orang dewasa yang perfeksionis dan depresif. Anak-anak yang meng-
alami hubungan inses cenderung memiliki gangguan kepribadian (ban-
dingkan Owen, 1984). Anak-anak yang dibesarkan dengan tanpa disiplin atau
kurang disiplin cenderung tidak memiliki hati nurani dan ti dak terkendali.
Riset menunjukkan bahwa anak-anak yang terlalu dimanjakan cenderung
bersikap antisosial dan agresif pada masa selanjutnya (Sears, 1961).
Meier juga menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam gereja
di mana pendeta menekankan penerimaan bersyarat oleh Allah mungkin
akan merasa tidak aman dalam hubungan mereka dengan Allah. Anak yang
dibesarkan dalam rumah di mana ayah terlalu pasif dan ibu terlalu dominan
cenderung mengalami salah satu dari · berbagai masalah psikologi yang
beragam pad a masa dewasa. Tuntutan orangtua yang terlalu tinggi · atau
terlalu rendah yang tidak realistis juga bisa menghasilkan kesulitan seumur
hidup . Akhirnya, riset menunjukkan bahwa sikap orangtua yang terlalu
melindungi bisa mengakibatkan ketergantungan, kekhawatiran, dan
ketakutan yang berlebihan (Jenkins, 1968; Poznanki, 1973).
Pengaruh keluarga lainnya secara umum telah ditentukan sebagai
penyebab masalah psikologis. Orangtua yang terus-menerus bertengkar
menciptakan suasana yang tidak kondusif untuk kesehatan mental. Pola
komunikasi dalam rumah tangga seperti itu mungkin sangat terganggu .
Kehilangan orangtua, entah karena perceraian, perpisahan atau kematian,
bisa membuat anak !llengalami abnormalitas. Misalnya, kehilangan ayah
secara negatif mempengaruhi identitas gender baik untuk anak laki-laki
maupun anak perempuan (Hetherington, Camara, dan Fethermore, 1983),
sedang perceraian bisa menimbulkan masalah emosional jangka panjang
bagi ar.ak-anak (Wallerstein dan Blakeslee, 1989) .
Kecenderungan di atas, jika periu ditekankan, hanya merupakan proba-
bilitas statistik, dan bukan kepastian yang absoIut, seperti hainya semua riset
ilmiah lainnya. Meskipun tidak diragukan bahwa faktor lingkungan awal
bisa mempengaruhi kesehatan mental, perlu ditekankan sekali lagi bahwa
faktor-faktor ini tidak boleh dipakai sebagai dalih untuk perilaku yang tidak
bertanggung jawab. Melalui Kristus, dan kesembuhan tubuh orang percaya
(yang bisa terjadi juga pada konselor Kristen), seseorang bisa belajar
menghadapi faktor lingkungan awal yang paling sulit sekalipun.

Stres yang Memicu


Jika seseorang memiliki potensi kelemahan genetis, lingkungan awal yang
sulit, dan keengganan untuk berpaling kepada Kristus dan sesama orang Kristen
untuk minta tolong, maka selama stres mereka cenderung mengembangkan
gangguan mental. Stres yang memicu sering kali merupakan keIuhan orang
yang mencari pertolongan dari konselor. Hal-hal semacam masalah perni-
kahan, masalah finansial, atau kesulitan di tempat pekerjaan mungkin meru-
pakan faktor ketiga yang menyebabkan masalah psikologis berkembang.
Merupakan hal yang naIf dan tidak bijaksana untuk menyimpulkan,
seperti pendapat Adams (1977) bahwa semua stres disebabkan oleh dosa
pribadi dan sikap tidak bertanggung jawab. Konselor harus ikut merasakan
beban seorang ibu yang datang untuk meminta nasihat dan penghiburan
karen a anaknya sedang sakit leukemia yang akut. Ia harus dibantu untuk
melihat bahwa masalahnya bukan merupakan dosanya pada masa yang lalu.
Penyakit dan kematian merupakan bagian dari kehidupan manusia seperti
halnya kelahiran dan jatuh cinta. Orangtua sering menyimpulkan bahwa
kematian anaknya pasti merupakan hukuman atas dosa yang telah mereka
lakukan sebelumnya. Asumsi semacam itu pada dasarnya bersifat ego is,
karena menyimpulkan bahwa kejadian-kejadian dalam kehidupan, entah
bagaimana, berpusat di sekitar diri orangtua.
Sebaliknya, seorang isteri yang mencari nasihat dan penghiburan karena
suaminya telah memukulnya harus diselidiki peranan atau tanggung
jawabnya terhadap tindakan suaminya itu. Ia mungkin memancing-mancing
(secara tidak sadar) kemarahan suaminya yang meledak-Iedak sampai
suaminya mencapai titik didihnya. Tentu saja, tindakannya itu tidak
menghilangkan tanggung jawab suaminya atas penyerangan tersebut.
Banyak orang berpikir bahwa mereka mengendalikan hidup mereka,
tetapi dalam kenyataan, mereka mengizinkan diri mereka dikuasai oleh
dorongan tidak sadar, konflik dan motif mereka sendiri. Orang semacam itu
biasanya menekankan stres yang memicu yang berasal dari lingkungan
mereka yang membuat beban hidup mereka menjadi tidak tertanggungkan.
Konselor yang bijaksana akan berusaha untuk menyeIidiki hatinya guna
melihat pemikiran dan emosi bawah sadar, dan membantunya menghindar
dari menanggung stres yang memicu, jika mungkin.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

GANGGUAN-GANGGUAN PSIKOLOGIS
Dalam sisa bab ini kita akan menyelidiki enam kategori luas gangguan
psikologis. Ini merupakan gangguan yang paling umum dan penting, tetapi itu
tidak berarti sudah mencakup seluruh tipe masalah psikologis yang bisa dialarni
oleh banyak orang.

Gangguan-gangguan Kecemasan
Kelompok gangguan ini, di mana kecemasan merupakan sifat yang pal-
ing dominan, mencakup gangguan fobia, gangguan kepanikan, gangguan
obsesif-kompulsif, dan gangguan kecemasan secara umum. Menurut per-
kiraan 8 sampai 15 persen dari masyarakat mengalami gangguan kecemasan
(NIMH, 1985).
Bagaimana seseorang menangani kecemasan menentukan jenis
gangguan kecemasan yang akan berkembang. Misalnya, jika kecemasan yang
berasal dari stres masa lalu atau saat ini dig~ntikan dengan benda netral,
orang itu mengalami gangguan fobia. Kecemasan .yang digantikan dengan
pemikiran atau kecemasan menghasilkan gangguan obsesif-kompulsif.
Kecemasan yang dibiarkan mengambang dengan bebas sehingga orang itu
merasa papik menyebabkan gangguan kepanikan.
Orang yang cemas mungkin terlalu hati-hati, mudah tersinggung, mudah
gelisah dan terlalu bergantung. Mereka mungkin berbicara terlalu banyak
dan sulit tidur. Konsentrasi mereka mungkin terganggu dan ingatan mereka
buruk. Mereka mungkin sulit bergerak karena kecemasan mereka. Gejala
lainnya mencakup keluarnya keringat yang berlebihan, sakit kepala karena
otot-otot tegang, suara gemetar, sesak napas, episode suka mengungkap hal-
hal pribadi secara berlebihan, sakit perut, mual, diare, "gerakan-gerakan
aneh" dalam perut, tekanan darah tinggi, detak jantung yang terlalu cepat,
episode pingsan, sering kencing, impotensi atau frigiditas.

Kecemasan memiliki banyak sebab. Hal itu bisa berasal dari konflik-
konflik bawah sadar. Perasaan ini bisa dipelajari dari contoh - dengan me-

Fokus 14.4.
Buku-buku Kristen tentang Gangguan Kecemasan ·
Beberapa buku tentang gangguan kecemasan tersedia. Fractured Personalities
karya Collins (1973), sekarang sudah tidak terbit, menawarkan sudut pandang Kristen
yang bermanfaat tentang ketidaknormalan secara umum, meskipun klasifikasi yang
dipakai agak berbeda dari klasifikasi DSM Ill (ia memakai DSM II}. Meskipun tidak
seteliti Collins, seseorang bisa mendapatkan manfaat dari buku Hyder (1971) dan
Narramore (1984). Kotesky (1983) dan Backus (1985) membahas gangguan-gangguan
kecemasan. Buku Young (1981) "Neurotic Christian" juga bermanfaat.
Psikologi Abnormal

nyamakan diri dengan orangtua atau orang lain yang cemas . Hal itu bisa
berasaI dari konflik masa keciI atau dari masaIah situasional pada saat ini.
Beberapa orang menjadi cemas karena merasa cemas. Kecemasan bisa berasal
dari ketakutan karena merasa rendah diri, miskin atau kesehatan yang buruk.
Semua anak memiliki pengalaman-pengalaman yang menyebabkan
kecemasan . Orang yang mas a kecilnya penuh stres dengan banyak
pengaIaman buruk biasanya sering merasa cemas. Pada umumnya kece-
masan itu tidak ditangani langsung, tetapi hanya ditekan. Ketika orang itu
mengaIami situasi atau pengaIaman yang menyebabkan kecemasan, kece-
masan dari masa kecil itu juga muncul. Dalam sebagian besar kasus hanya
emosi pad a masa kecil yang muncul; kejadian tertentu sudah tidak diingat
Iagi. Emosi yang ditekan tampaknya cocok dengan situasi pada saat ini, mes-
kipun kedua hal itu tidak sungguh-sungguh sarna - paling tidak bukan dalarn
ukuran, di mana kedua hal itu dialami. Ini menjelaskan mengapa kita sering
bereaksi terIalu berlebihan terhadap situasi tertentu . Kita bereaksi bukan
hanya pada stres saat ini, meIainkan juga terhadap emosi masa kecil yang
ditekan. Kecemasan terhadap situasi pad a masa kini mungkin juga ditekan
sebagian atau disimpan dalam hati, dan menyebabkan depresi. Kecemasan
tambahan mungkin tercipta karena orang itu cemas atas kecemasannya, atau
mengembangkan kecemasan atas fobia atau obsesi tertentu yang mereka
alami, atau merasa cemas karena mereka depresi.
Konflik mungkin menyebabkan kecemasan. Para psikoIog membedakan
an tara konflik pendekatan-penghindaran, konflik pendekatan-pendekatan
dan konflik penghindaran-penghindaran. Konflik pendekatan-penghindaran
muncul jika ada satu tujuan dengan sifat yang diinginkan sekaligus tidak
diinginkan. Konflik pendekatan-pendekatan muncul jika ada dua tujuan, yang
keduanya diinginkan, tetapi saling bertolak belakang. Konflik penghindaran- ·
penghindaran muncuI jika ada dua pilihan yang tidak diinginkan, dan or-
ang itu tidak bisa menghindar daTi menghadapi salah satu hal itu.

FOBIA

Gangguan fobia ditandai dengan perilaku penghindaran terus-menerus


karen a ketakutan yang tidak rasionaI terhadap situasi,benda atau aktivitas
tertentu. Diagnosis gangguan fobia hanya dibuat jika perilaku penghindaran
sudah cukup parah sehingga mengganggu peranan sosial. Agorafobia adalah
ketakutan yang tidak rasional untuk meninggalkan latar belakang rumah
yang sudah dikenal. Orang yang menderita agorafobia mungkin tidak mau
menempuh perjalanan atau berjalan sendirian, atau bahkan untuk sendirian.
Mereka mungkin mengembangkan banyak kecemasan dalam ruang tertutup
atau terbuka. Kekhawatiran tersebut mungkin bertambah parah sehingga
orang itu merasakan kepanikan dan akan membeberkan hal-hal pribadi secara
berIebihan. Fobia sosiaI adalah ketakutan terhadap situasi sosial di mana
seseorang merasa bahwa mereka akan dipermalukan atau direndahkan.
Fobia sosiaI mencakup kecemasan untuk berbicara atau makan di depan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

umum, menulis di depan orang lain, atau menggunakan toilet umum. Fobia
sederhana mungkin lebih tepat disebut fobia "spesifik". Ketakutan y~ng tidak
rasional mungkin berkaitan dengan binatang, serangga, air, ruang tertutup,
atau hal-hal lain. Fobia terhadap binatang terutama dialami oleh anak-anak.
Banyak orang dewasa yang mengalami claustrofobia, dan menjadi sangat
khawatir jika berada dalam ruangan yang sempit.

Tabel14.1.
Jenis-jenis Fobia
Fobia Ketakutan yang Abnormal terhadap

Acrophobia tempat yang tinggi


Agoraphobia meninggalkan tempat-tempat yang dikenal
Algophobia rasa sakit
Anthophobia bung a
Astraphobia guntur dan kilat
Belonophobia peniti dan jarum
Claustrophobia tempat yang tertutup
Decidophobia membuat keputusan
Entomophobia serangga
Ergophobia pekerjaan
Erth yrophobia dipermalukan di depan umum
Gephydrophobia menyeberang jembatan
Hematophobia melihat darah
Heliophobia sinar matahari
Hydrophobia air
latrophobia dokter
Lalophobia berbicara
Monophobia sendirian
Mysophobia kotoran, kontaminasi
Necrophobia mayat
Nyctophobia kegelapan
Pathophobia penyakit, penderitaan
Ombrophobia hujan
Phonophobia berbicara keras
Photophobia sinar yang kuat
Taphophobia terkubur hidup-hidup
Trichophobia rambut
Toxophobia diracun
Xenophobia orang asing
Zoophobia bin atang
Arachibutyrophobia mentega kacang yang melekat pada langit-
langit mulut
Psikologi Abnormal

GANGGUAN-GANGGUAN KECEMASAN LAIN

Gangguan kepanikan sesungguhnya merupakan serangan kecemasan


yang hebat. Orang yang dipengaruhi merasa sangat takut, cemas, dan
menantikan malapetaka yang akan datang. Gejala yang berkaitan antara lain
detak jantung yang sangat cepat, napas yang terengah-engah, dada yang tidak
nyaman, sensasi tercekik, pusing, mati rasa, kilasan panas, tangan dingin,
keringatan, wajah pucat, dan gemetaran. Perasaan yang tidak nyata dan takut
mati, menjadi gila, atau melakukan sesuatu yang tidak terkendali merupakan
hal yang biasa terjadi . Gangguan kepanikan sering kali muncul pada akhir
masa remaja atau awal masa dewasa, dan lebih sering terjadi pada wanita.
Gangguan obsesif-kompulsif ditandai dengan obsesi (pikiran yang tidak
rasional) yang terus berulang atau kompulsi (tindakan yang tidak rasional).
Obsesi yang paling umum adalah pikiran kotor, keraguan atau kekerasan.
Kompulsi yang paling umum mencakup tindakan mencuci tangan, mengecek,
dan menyentuh benda berulang kali.
Gangguan kecemasan yang digeneralisasi ditandai dengan kecemasan
kronis yang terus-menerus dan digeneralisasi. Diagnosis ini tidak dibuat jika
stres tertentu meningkatkan gangguan itu (dalam kasus ini disebut gangguan
penyesuaian diri) . Gejala kecemasan yang digeneralisasi mencakup
gemetaran, goncangan, ketidakmampuan untuk rileks, jantung berdebar, ber-
keringat, pusing, perut sakit, harapan yang penuh kecemasan (kekhawatiran
atau melamun), kegelisahan, ketidaksabaran, dan sikap mudah tersinggung.

Gangguan Suasana Hat;


Kategori masalah psikologis kedua yang luas mencakup gangguan
perasaan atau suasana hati. Hal itu ditandai dengan depresi, kegembiraan
atau kombinasi kedua ekstrem ini. Gangguan suasana hati yang utama
disubklasifikasikan sebagai gangguan bipolar, depresi utama, cyclothymia,
dan dysthymia (lihat tabel 14.2.).

GANGGUAN BIPOLAR

Fase manic gangguan bipolar ditandai dengan meningkatnya suasana


hati, kecepatan bicara, dan kemampuan motorik. Suasana hati euforik mirip
dengan suasana "tinggi" bagi pengguna amphetamine. Orang yang manic
biasanya ceria, dan menunjukkan humor bagus yang tidak terkendali dan
yang menular sampai frustrasi. Pada tahap itu humor mereka bisa seketika
berubah menjadi pedas karena mereka mulai tersinggung dan tidak peka
terhadap orang lain. Dalam suasana hati yang euforik, mereka mungkin
. menunjukkan ambisi, sikap antusias, optirnisme, kegembiraan, ekstasi, mela-
yang-layang, kesombongan, dan harga diri yang membubung. Dalam keya-
kinan diri sendiri yang tidak kritis, penilaian mereka mungkin terganggu
sehingga mereka membuat perundingan bisnis secara besar-besaran.
Bersamaan dengan suasana hati euforik muncul penyangkalan diri yang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Manic dan depresif Depresif

Gangguan bipolar Depresi utama


Psychotik

Gangguan Gangguan
cyclothymia dysthymia
bukan psychotik

Tabel 14.2
Gangguan suasana hati utama

ekstrem. Suasana hati yang euforik sesungguhnya merupakan penyangkalan


terhadap depresi yang tersembunyi di bawahnya.
Orang yang manic secara khusus berbicara dengan cepat dan berlebihan.
Seperti halnya pemikiran mereka yang berpacu dengan cepat, percakapan
mereka sering berpindah-pindah dari satu topik ke topik lain. Karena tidak
mampu mempertahankan rangkaian pemikiran yang runtut, mereka ber-
bicara dengan sangat keras dan sering kali melontarkan lelucon atau
komentar yang sengit. Tanpa talenta yang nyata, mereka mungkin mulai
menulis novel atau mengarang lagu dan mengembangkan khayalan menjadi
orang besar. Kegiatan motorik mereka yang meningkat terbukti melalui
berbagai macam kegiatan, jam tidur yang berkurang, dan meningkatnya
kesukaan bergaul (seperti menelepon ternan-ternan sepanjang malam). Orang
yang manic bersikap suka mencampuri urusan orang lain, banyak menuntut,
dan suka mendominasi.
Episode depresif (entah disebabkan depresi utama atau kondisi bipolar
depresi) ditandai dengan perasaan sedih, pikiran yang sendu, gejala fisik,
kekhawatiran, dan mungkin berkhayal. Orang yang mengalami hal ini
tampak sedih. Perempuan mungkin tidak lagi berdandan. Laki-laki mungkin
berhenti mencukur. Tangisan mungkin menyertai patah hati dan kecil hati.
Orang yang depresi merasa tidak berharga, tak berdaya, dan tanpa harapan.
Rasa bersalah mewarnai pemikiran mereka. Mereka melakukan introspeksi
dengan merendahkan diri sendiri. Mereka kehilangan motivasi dan
kemampuan untuk menikmati kesenangan. Karena menarik diri dari orang- .
orang dan merasa sangat sedih dan tidak layak, mereka mungkin akhirnya
melakukan bunuh diri.
Gejala fisik orang yang depresi mencakup sikap gelisah atau flegmatik.
Mereka mungkin berpikir dengan lamban dan tidak mampu berkonsentrasi.
Gangguan tidur merupakan hal yang umum. Nafsu makan mungkin
"" .... · . "'_'. '·'-"' · _.t·",,,,~ ~."* " ,
Psikologi Abnormal
__ ",."..:....,,........____

La Migraine, lukisan Charles Aubury (1822) yang menggambarkan sa!u keluarga yang menangani
saki! kepala si ibu.

tergangc;u dan berat badannya bisa bertambah atau berkurang. Orang yang
depresi energinya merosot dan biasanya mengalami kesulitan untuk bangun
pagi. Mereka mungkin dikuasai oleh masalah fisik, seperti sakit kepala atau
sembelit. Kekhawatiran mereka mungkin ditunjukkan dengan kegelisahan
atau sifat mudah tersinggung. Gejala paranoid merupakan hal yang umum,
termasuk khayalan ia dianiaya karena melakukan dosa.
Episode depresif mungkin dimulai pada usia berapa pun, tetapi periode
manic biasanya dimulai sebelum usia tiga puluh tahun. Paling sedikit separo
dari orang yang mengalami periode depresif awal akan men gal ami episode
depresif lagi. Komplikasi utama depresi adalah bunuh diri. Komplikasi epi-
sode manic terutama kerugian finansial dan dampak sosial lainnya atas
penilaian yang tidak akurat.

DEPRESI UT AMA

Psikiater menangani kasus depresi lebih banyak daripada gangguan


emosi lainnya. DeJapan dari sepuluh persen orang Amerika menderita depresi
utama pada suatu waktu dalam hidup mereka (Brown, 1974). Banyak orang
mengalami gejala depresi tetapi tidak mencari pengobatan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Depresi lebih sering terjadi pada perempuan dan mempengaruhi banyak


orang dalarn lingkungan sosio-ekonorni yang lebih tinggi. Hal itu paling sering
terjadi ketika seseorang mencapai umur empat puluh atau lima puluh
tahunan, atau kapan pun dalam periode kehidupan. Jika depresi paling tidak
bisa dilacak sebagian dari peristiwa kehidupan yang sulit, seperti mening-
galnya orang yang dikasihi, respons emosional yang mernicu secara eksternal
dikatakan bersifat reaktif dan eksogen. Namun kadang-kadang, perasaan
depresi tidak memiliki penyebab eksternal yang jelas. Perasaan endogen
semacam itu bisa membawa pada depresi kronis, yang kadang-kadang ber-
langsung seumur hidup.

CYCLOTHYMIA

Cyclothymia ditandai dengan paling sedikit dua tahunsejarah gejala


manic dan depresif, yang tidak begitu parah untuk memenuhi kriteria epi-
sode manic dan depresif.
Cyclothymia mirip dengan psikosis manic-depresif tetapi tidak begitu
parah. Sepanjang hidup para penderita ada dalam keadaan "tinggi" dan gem-
bira selama periode tertentu, kemudian sangat depresi selama satu periode
waktu. Atau mereka mungkin tetap gembira untuk sebagian besar waktu
sepanjang hid up mereka, atau sebagian besar depresi sepanjang hidup. Dengan
kata lain, sepanjang hid up, mereka bisa ada dalam keadaan tinggi atau
rendah, atau bisa berganti-ganti di antara ked ua ekstrem itu.
Pada saat penderita cyclothymia gembira, mereka bersikap hangat,
ambisius, melayang-layang, optimis, antusias, ramah, dan mudah disukai
orang. Dalam kasus yang berat, mereka tampak hypomanic atau euforik
terus-menerus. Mungkin mereka terlalu banyak atau begitu cepat berbicara
sehingga suara mereka menjadi serak, berpacu dari satu topik ke topik lainnya
secara tidak logis seolah-olah tidak mampu menjaga pikiran mereka pada
satu rangkaian pemikiran tunggal. Pembicaraan mereka biasanya gembira
dan ceria, penuh dengan humor yang menjalar pad a orang lain sarnpai mereka
frustrasi dan seketika marah. Hal itu mengubah humor mereka menjadi
sarkasme yang bermusuhan. Karena terlalu dipenuhi dengan pencapaian
mereka sendiri, mereka bisa menjadi tidak sensitif terhadap orang lain, dan
menggunakan jargon keagamaan atau membuat komentar yang memalukan.
Karena mereka memiliki kecenderungan untuk menyalahkan orang lain dan
memiliki sedikit kesadaran diri sendiri yang sebenarnya, perilaku mereka
bisa menjengkelkan keluarga dan ternan-ternan mereka. Karena tidak dibatasi
oleh kritik terhadap diri sendiri, mereka mungkin menunjukkan penilaian
yang buruk dalam sikap impulsif mereka dan dorongan keyakinan pada diri
sendiri. Mereka mungkin terjun dalam perusahaan yang terlalu besar untuk
mendapatkan harta be"nda yang tidak perlu. Beberapa orang bertindak seperti
eksibisionis, telanjang atau rnengarnbil sikap yang rnenggoda. Kecenderungan
rnereka untuk menyerang atau mengeksploitasi orang lain tanpa belas
kasihan bisa menciptakan masalah dalam keluarga.
Ketika depresi, penderita cyclothymia sedih, tanpa harapan, tak berdaya
dan sangat sedih - dan tampak loyo. Periode tinggi dan rendah yang selalu
berulang kadang-kadang naik-turun dengan cepat, kadang-kadang selama
beberapa minggu atau bulan. Periode depresi ditandai dengan menurunnya
kegiatan, sikap pesimis, penarikan diri secara sosial, rasa bersalah, depresi
dan kekhawatiran. Perasaan sedih tanpa alasan mungkin muncuL seperti
misalnya nafsu makan hilang, insomnia, atau menurunnya gairah seks. Kadang-
kadang muncul pemikiran untuk bunuh diri . Penderita cyclothymia tetap
menjalankan fungsinya selama periode depresi, tetapi hanya setengah-setengah.
Kondisi tinggi seperti manic biasanya sangat dihargai oleh penderita cy-
clothymia karena mereka "merasa sangat nyaman", tetapi ditakuti oleh
keluarga, ternan-ternan, dan kenalan. Sebaliknya, periode rendah, tidak
disukai oleh penderita cyclothymia, tetapi melegakan keluarga dan kenal-
annya karena penderita cyclothymia menjadi kurang begitu ambisius dan
berhenti mendominasi perc aka pan karena mereka mengalami penurunan
dari kondisi depresi ringan ke sedang. Periode gembira ditandai dengan
peningkatan perasaan sejahtera. Karena merasa optimis dan percaya diri,
penderita cyclothymia sering kali membuat komitmen dan bahkan memenuhi
semuanya. Mereka bisa dipandang oleh orang lain sebagai orang yang cakap
dan kreatif. Dengan meningkatnya kegiatan motorik, mereka cukup
beristirahat selama beberapa jam saja. Selama periode tinggi orang ini
membuat rencana yang ekspansif dan bisa sukses secara finansial dan
profesiona!. Masalah muncul jika rencana tersebut gaga!. Karena menjadi
mudah tersinggung dan curiga, penderita cyclothymia mungkin bereaksi
menurut cara yang tidak bisa diterima masyarakat dengan bersikap
antisosial, impulsif atau eksplosif. Selama periode itu bisa muncul dorongan
seks dan minum alkohol yang berlebihan.

DYSTHYMIA

Dysthymia pada dasarnya merupakan siklus depresif cyclothymia tanpa


siklus seperti manic. Dysthymia adalah bentuk depresi normal yang panjang
(lihat bab 4).

MENGAPA ORANG KRISTEN MENGALAMI DEPRESJ?

Depresi sering kali merupakan akibat reaksi penyesuaian diri; satu


res pons dari orang yang pada dasarnya sehat terhadap situasi yang menim-
bulkan stres. Pada umumnya orang mampu mengatasi masalah situasional
sebelum reaksi mereka berkembang menjadi depresi klinis. Tetapi seperti telah
.disebutkan sebelumnya, terlalu banyak masalah dalam waktu yang terlalu
singkat bisa menyebabkan hampir semua orang tak berdaya.
Yang menyebabkan depresi bertambah berat dalam diri orang Kristen
adalah sudut pandang yang salah. Dalam masyarakat yang makmur dengan
banyak godaan, kita mudah mengembangkan fokus yang salah. Mazmur
73:1-3 mencatat depresi yang dialami Asaf yang berakar pada sudut
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

pandangnya yang buruk: "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang
tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka
kakiku terpeleset, nyaris aku tergelindf. · Sebab aku cemburu kepada pembual-
pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." Ketika Asaf
mengubah sudut pandangnya, depresinya terangkat: "Tetapi ketika aku
bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesuHtan di mataku,
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan
kesudahan mereka" (ayat 16-17). Sebaliknya, Musa seorang yang memiliki
sudut pandang ilahi. "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak
disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan
umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia
menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar
daripada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah"
(Ibr. 11 :24-26). Musa menyadari bahwa kesenangan dosa yang sementara
tidak akan mernberikan arti yang kekal untuk kehidupan. Sudut pandang
yang sehat menuntun kita untuk menaruh investasi pada dua hal yang
memiliki nilai kekal: Firman Allah dan manusia.
Faktor lain yang meningkatkan depresi adalah serangan Iblis . Iblis
tampaknya senang membuat orang Kristen tidak efektif melalui depresi. Al-
lah menginginkan kita untuk mengakui dosa kita, menangani masalah kita,
dan tidak tinggal diam dalam keadaan depresi. Jika alasan untuk merasa
berkecil hati dan depresi kabur, pasti ada sesuatu yang salah. Orang yang
merasa tak berdaya dan tanpa harapan sering kali menyimpulkan bahwa
mereka tidak disertai Kristus. Bersama Kristus, orang-orang merasa memiliki
harga diri dan tahu mereka bisa menangani masalah mereka.
Penyebab utama sikap berkecil hati di antara orang Kristen yang rnemiliki
dedikasi adalah sikap mengandalkan diri sendiri. Jelas bahwa kehidupan
Kristen hanya bisa dijalani dengan penuh sukacita melalui kuasa Roh Ku-
dus. Paulus dengan sangat gembira berkata, "Aku sanggup melakukan segala
sesuatu melalui Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13), dan
"karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaan-Nya" (Flp. 2:13). Namun ia juga mencatat
kekhawatirannya untuk berusaha hidup bagi Allah dengan kekuatannya
sendiri (Rm. 7.:14-24).

Gangguan Psikotik
Kelompok abnormalitas utama ketiga adalah gangguan psikotik, di mana
orang yang mengidapnya sejauh tertentu kehilangan kontak dengan realitas.
Kategori ini mencakup skizofrenia dan gangguan suka berkhayal dan
beberapa gangguan lainnya yang tidak akan dibahas di sini.

5KIZOFRENIA

Gangguan psikotik yang terkenal adalah skizofrenia, yang telah dipelajari


dan ditangani selama bertahun-tahun. Gejala klasiknya dijelaskan oleh Bleuler
(1950) sebagai "4A": afeksi (emosi) yang datar atau tidak tepat, asosiasi yang
longgar, autisme, dan ambivalensi.
Orang yang menderita gangguan skizofrenia melantur dari satu topik
ke topik lainnya sehingga orang lain tidak bisa mengikuti alur pikirannya.
Asosiasi yang longgar mencerminkan gangguan pemikiran yang menda-
sarinya yang disebabkan oleh tercampur aduknya transmisi saraf. Hal ini
mungkin diperparah oleh stres yang akut dan terlalu banyak dalam diri orang
itu karena adanya kelemahan genetis karena dibesarkan dalam lingkungan
awal yang buruk. Gangguan pemikiran yang mendasarinya tercermin melalui
komunikasi yang kabur, terlalu abstrak, terlalu konkret, diulang-ulang, klise
atau tidak logis. Fakta-fakta mungkin dikaburkan atau disimpangkan dan
kesimpulannya dicapai berdasarkan bukti yang tidak memadai atau keliru.
Orang-orang yang menderita gangguan skizofrenia biasanya memiliki
emosi yang datar atau tidak tepat. Penderita skizofrenia mungkin tersenyum
atau tertawa saat menerima pengalaman pribadi yang menyedihkan. Mes-
kipun beberapa obat-obatan anti-psikotik tertentu bisa mengakibatkan
penumpulan perasaan, tatapan mata yang kosong biasanya merupakan gejala
gangguan skizofrenia yang mendasarinya.
Penderita skizofrenia autistik terperangkap dalam dunia mereka sendiri.
Khayalan dan fantasi meningkat sedemikian rupa sehingga orang itu semakin
menarik diri dari dunia luar. Mereka tampaknya terlepas atau terlalu asyik
secara emosional, sehingga menjadi makin malu dan menarik diri secara
sosial.
Penderita skizofrenia ambivalens mungkin menjadi begitu terancam
sehingga mereka tidak bisa mengambil keputusan ketika diperhadapkan pada
pilihan. Ambivalensi itu mencerminkan gangguan kehendak yang mendasari-
nya, yang sering merupakan akibat hilangnya motivasi dan kegiatan yang
diarahkan pada tujuan.
' . Selain keempat gejala utama itu, ada gejala sekunder yang mencakup
delusi dan halusinasi. Delusi adalah keyakinan yang dipegang sebagai hal
yang benar sekalipun ia diperhadapkan pada bukti yang jelas bahwa hal itu
salah. Jenis delusi skizofrenik yang umum mencakup bayangan tentang
kebesarannya, merasa dianiaya, atau referensi (berpikir bahwa artikel koran
dan acara televisi membuat referensi pribadi pada diri seseorang). Beberapa
orang berkhayal bahwa ia sedang dikontrol, dipasang di iklan, disiarkan atau
menarik diri. Beberapa berkhayal ia menjadi sasaran kecemburuan.
Halusinasi artinya mendengar, melihat atau merasakan sesuatu yang
· tidak sungguh-sungguh ada. Halusinasi auditori merupakan hal yang paling
umum. Penderita skizofrenia mungkin mendengar pernyataan yang menghina;
nama mereka dipanggil, atau musik yang tidak didengar orang lain.
Delusi dan halusinasi merupakan akibat mekanisme pertahanan diri
yang ekstrem yang dikenal sebagai distorsi. Orang yang dipengaruhi
PENGANTAR PSIKOLCX31 DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 14.5. Buku-buku tentang Gangguan Suasana Hati,


Skizofrenia, dan Penyarahgunaan Narkoba
Tiga buku yang sangat bagus membahas gangguan suasana hati, masalah yang
dominan di antara orang Kristen. Buku Minirth dan Meier Happiness Is a Choice (1978)
dan buku White Masks of the Melancholy (1982) sangat bagus. Beberapa orang
memandang buku White cukup sederhana, tetapi ada hikmat yang praktis dan nyata
dalam beberapa komentamya. Anda juga bisa mempertimbangkan buku Foster How
to Deal with Depression (1984).
Owens memberikan penjelasan tangan pertama yang gamblang tentang
skizofrenia (A Promise of Sanity [1982]). Penjelasan ten tang pemikirannya sendiri ten tang
skizofrenia, dan caranya menjelaskan efek pengobatan tertentu mungkin tidak cocok
dengan literatur (meskipun perlu dicatat bahwa pengobatan psikiater mempengaruhi
seseorang dengan cara yang berbeda).
Ada banyak ragam buku Kristen yang tersedia tentang penyalahgunaan obat-
obatan, sebagian besar membahas alkoholisme dan narkoba pada tingkat yang popular.
Mungkin buku terbaik adalah karya Clinebell (1968), Lenters (1985), dan VanVondervan
(1985). Juga lihat seri artikel yang berjudul "Getting Free" (1988). Untuk mendapatkan
sudut pandang Kristen tentang minum alkohol, bacalah Geisler (1982) dan Stein (1975).

membentuk ulang realitas eksternal supaya sesuai dengan kebutuhan batiniah


mereka sendiri, sering kali mereka mendengar suara "Allah" atau "roh jahat".
Gejala umum skizofrenia lainnya antara lain perilaku yang aneh, gizi pribadi
yang buruk, pakaian yang eksentrik, melakukan peranan yang tidak benar,
dan gangguan dalam perilaku motorik (mannerisme, menyeringai, postur
yang kaku, reduksi gerakan spontan).
Skizofrenia menyiratkan disorganisasi tingkat fungsional sebelumnya
yang terus berlangsung. Menurut definisinya gejala tersebut harus dialarni
selama enam bulan sebelum diagnosis bisa dilakukan. Tingkat penanganan
sehingga gejala dipandang agak mereda cukup bervariasi. Sering kali
seseorang bisa kembali ke fungsi normal dalam banyak hal sedekat mungkin
meskipun beberapa gejala masih tetap terlihat. Orang yang punya ciri sebagai
berikut cenderung memiliki ramalan yang bagus: peristiwa yang
memperparah kondisinya yang jelas, permulaan yang tiba-tiba, permulaan
yang lambat dalam kehidupan, fungsi yang memadai sebelum permulaan
gangguan.
Skizofrenia biasanya dimulai pada usia remaja atau dewasa awal. Hal
itu terjadi dalam 0,2-1 persen penduduk, baik laki-laki maupun perempuan
kemungkinannya sama (DSM III-R 1987, 192). Hal ini lebih sering ditemukan
di antara kelompok sosioekonorni yang lebih rendah dan di antara anggota
keluarga yang berkaitan secara biologis, dengan angka kesamaan yang lebih
tinggi untuk anak kembar yang identik daripada anak kembar yang tidak
identik. Tipe kepribadian yang paling cenderung mengembangkan skizofrenia
ditandai dengan sikap .penuh kecurigaan, pemalu, introvert, menarik diri,
atau eksentrik. Penderita skizofrenia memiliki harapan hidup yang lebih
pendek dan angka bunuh diri yang lebih tinggi.
Subtipe gangguan skizofrenia antara lain variasi kekacauan, katatonik,
dan paranoid .
Skizofrenia kekacauan ditandai dengan emosi yang bodoh. Gejala
lainnya mencakup menyeringai, suka berlagak, dan penarikan diri secara
sosial yang ekstrem. Tipe skizofrenia ini bias any a dimulai sejak awal
kehidupan, dan memiliki ramalan yang paling buruk.
Skizofrenia katatonik ditandai dengan gangguan psikomotorik, kegai-
rahan, pingsan dan gaya tubuh yang kaku yang dikenal sebagai fleksibilitas
seperti lilin. Mutisme juga umum.
Skizofrenia paranoid ditandai dengan delusi paranoid tentang kan-
dungan penganiayaan atau kebesaran. Ciri yang menonjol mungkin adalah
kemarahan. Tipe skizofrenia biasanya dimulai lebih belakangan dan cen-
derung tetap stabil untuk waktu yang lama.

GANGGUAN . DELUSIONAL

Gangguan delusional, seperti skizofrenia, merupakan gangguan psikotik.


Keduanya ditandai dengan ketidakmampuan untuk berhubungan dengan
realitas . Gangguan delusional, kecuali untuk delusi paranoid, berbeda dari
skizofrenia dalam hal berpikir dengan jernih dan teratur. Dengan kata lain,
penderita paranoid hanya punya satu aspek pemikiran yang terlepas dari
realitas. Mereka mungkin merasa dimata-matai, dibayangi persekongkolan,
diikuti, diberi obat-obatan atau diracuni. Mereka mungkin memiliki delusi
kecemburuan. Penderita delusi cenderung bersifat kronis, meskipun faktanya
bertentangan.

Stres dan Gangguan Penyesuaian Diri


Semen tara kebanyakan gangguan psikologis mencakup faktor yang
memicu, stres dan gangguan penyesuaian diri jelas berkaitan dengan stres
yang berat itu sendiri dan bukan beberapa kombinasi stres dan faktor yang
lebih awal.
Stres dan gangguan penyesuaian diri ditandai dengan reaksi terhadap
peristiwa dalam kehidupan yang tanpanya gangguan itu tidak akan terjadi.
Gangguan stres pasca traumatis menimbulkan gejala tertentu (kekhawatiran,
mimpi buruk yang terus berulang, gangguan tidur, kesulitan untuk
konsentrasi, rasa bersalah dan depresi) setelah terjadinya peristiwa traumatis
di luar lingkup pengalaman yang biasa (gempa bumi, banjir, kecelakaan
mobil, penganiayaan, kecelakaan pesawat) . Gangguan penyesuaian diri
terjadi jika kemampuan seseorang untuk menjalankan fungsinya sangat
dipengaruhi karena adanya Lberapa penyebab stres yang bisa dikenali.
Beberapa subtipenya antara lain gangguan penyesuaian diri dengan perasaan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

depresi, gangguan penyesuaian diri dengan perasaan khawatir, gangguan


penyesuaian diri dengan gejala fisik, gangguan penyesuaian diri dengan gang-
guan kelakuan, dan gangguan penyesuaian diri dengan penarikan diri .

Gangguan Disosiatif
Gangguan disosiatif ditandai dengan perubahan daIam kesadaran atau
identitas yang menghasiIkan gejaIa semacam amnesia, somnambulisme
(tidur sambi! berjaIan), fugue (sejenis amnesia), dan kepribadian majemuk.
Berbagai bentuk disosiasi mungkin dimulai dan berakhir secara bertahap atau
tiba-tiba. Gangguan disosiatif berkaitan dengan satu rentetan peristiwa di
Iuar kekuasaan orang yang bersangkutan untuk mengingatnya secara sadar.
Dalam amnesia psikogenik terjadi kehilangan memori secara total
ten tang peristiwa yang terjadi selama periode beberapa jam (amnesia
terlokalisasi) sampai pengalaman seumur hidup (amnesia umum). Dalam
keadaan yang tampaknya sadar sebelum atau sesudah amnesia, orang yang
menderita penyakit ini tidak menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah.
Orang yang mengalami amnesia terus-menerus kehi!angan memori untuk
setiap peristiwa pada saat hal itu terjadi; dalam amnesia tersistemasi, mereka
kehilangan memori untuk peristiwa khusus yang berkaitan dengan masa
yang lalu.
Dalam fugue psikogenik seseorang mengeluyur, kadang-kadang selama
beberapa hari dan sering kali jauh dari rumah, bahkan membentuk identitas
yang baru sarna sekali. Selama waktu ini mereka melupakan masa lalu, tetapi
tidak sadar bahwa mereka telah melupakan sesuatu. Ketika mereka kembali
ke keadaan normal mereka tidak ingat periode waktu mereka mengalami
fugue. Mereka tidak berperiIaku aneh atau memberikan bukti memainkan
peranan memori terhadap peristiwa traumatis pada mas a laIu.
Orang dengan gangguan kepribadian majemuk didominasi oleh
sejurnlah kepribadian yang berbeda-beda. Perpindahan dari satu kepribadian
ke kepribadian lainnya terjadi secara tiba-tiba dan sering kali dramatis. Setiap
kepribadian merupakan satu set memori yang berkaitan yang kompleks
dengan pola perilaku, hubungan pribadi dan sikap yang khas. Kadang-kadang
orang itu dalam satu kondisi kepribadian tidak mampu mengingat kondisi
kepribadian lainnya. Pada waktu lainnya kondisi kepribadian tidak terikat
dengan amnesia dan kepribadian itu sadar akan eksistensi dan kegiatan
kepribadian Iainnya. Sering kali kepribadian utama emosinya terkendali,
moralistik dan menuruti peraturan. Sebaliknya, kepribadian kedua sering
kali menunjukkan peri!aku dan sikap yang bertolak beIakang sarna sekali.
Dalam gangguan depersonalisasi, perasaan keterasingan terhadap diri
sendiri atau tidak nyata muncul. Karena perasaan semacam itu biasa, diag-
nosis tidak dibuat kecuali perasaan itu terjadi paling tidak enam kali selama
periode enam minggu, dengan tiap episode yang berlangsung tiga puluh
menit atau lebih.
Psikologi Abnormal

Konflik psikologis yang menuntun pada gejala disosiatif merupakan


akibat gangguan sebelumnya dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Ketika diperhadapkan pada situasi yang membangkitkan dukacita, keputus-

Fokus 14.6.
Buku-buku tentang Stres, Gangguan Disosiatif
dan Somatoform
Gangguan stres telah ditemukan oleh beberapa penulis Kristen {Hart, 1986; Walker,
1984/85). Gangguan stres pascatraumatis sering terjadi setelah ada malapetaka, dan
karena itu buku-buku karya Bush (1979), Carlson (1955), dan Price {1981) mungkin
bermanfaat. Sejumlah ahli psikologi mengenali subtipe gangguan stres pasca traumatis,
yang disebut "sindrom pasca melahirkan." Banyak wanita yang mengalami gangguan
emosi yang kuat setelah melahirkan, dan mereka memerlukan konseling Kristen yang
baik. Mungkin buku terbaik yang lengkap tentang topik ini adalah karya Michels {1988).
Kepribadian majemuk banyak mendapat perhatian media massa, pertama dengan
diterbitkannya film dan buku "The Three Faces of Eve" pada tahun 1950-an, kemudian
dilanjutkan dengan film dan buku "Sybil" pada tahun 1970-an. Orang Kristen belum
memberikan banyak perhatian terhadap gangguan ini, terutama karena gangguan
biasanya dipandang sebagai penyakit yang sangat langka. Cerita Iangan pertama yang
gamblang oleh orang Kristen adalah On Stage as One, yang ditulis secara anonim
dengan pertolongan Jan Meier. Buku yang akan diterbitkan dikutip dalam Christian
Psychology pada tahun 1985 dan 1986.
Seperti dicatat dalam bab 13, kepribadian majemuk kadang-kadang dikacaukan
dengan kerasukan roh jahat. Rekaman kaset yang paling menarik untuk menentukan
apakah masalah tertentu merupakan kasus kerasukan atau kepribadian majemuk Ieiah
tersedia, yang diambil dari sesi di Kongres internasional tentang konseling Kristen. Kasel
itu diberi judul "Treatment for Multiple Personality Disorder: Integrating Alter Personilities
and Casting Out Spirits" {Friesen, 1988).
Satu gangguan somatoform yang khusus, reaksi konversi, digambarkan secara
jelas dalam buku Smith Winter Past (1977). Buku yang populer ini paling menarik untuk
dibaca, dan buku ini menekankan bagaimana konseling Kristen bisa membantu
seseorang mengatasi pergumulannya. Buku karya Nolan Healing: A Doctor in Search
of a Miracle {1974) membahas penyembuh iman yang menangani masalah psikologis
dan bukan masalah fisik yang sesungguhnya. Juga pertimbangkan buku Myers {1978,
157-195) tentang peranan takhayul dalam kesembuhan .
Meskipun hanya disebutkan sepintas dalam bab ini, ada beberapa buku dan artikel
. tentang gejala fisik dengan penyebab masalah psikologis. Salah satu yang terbaik adalah
buku Guldseth {1969). Beberapa buku juga berkaitan dengan gangguan mental organik
seperti Brand dan Yancey {1984), Jones {1981) dan Mackay {1980) . Juga pelajari
artikel The Theology Today "Senile Dementia and a Resurrection Theology {1986). Buku
Chaney {1981) tentang keterampilan kesehatan mental untuk pendeta juga memuat
bab yang membahas topik ini.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRI STEN 2

asaan, atau kekhawatiran yang berIebihan banyak orang yang menekan


memori tentang peristiwa yang mengganggu itu untuk melarikan diri dari
pengaruh yang menyakitkan. Kebanyakan orang dengan amnesia mengem-
bangkan gejala sebagai respons terhadap situasi kehidupan yang sulit. Or-
ang yang memiliki kepribadian majemuk atau dalam kond isi fugue telah
menekan pola perilaku yang muncul dalam bentuk ekspresi terbuka dalam
kondisi disosiasi.

Gangguan Somatoform
Kelompok gangguan ini ditandai dengan gejala fisik di mana tidak ada
penemuan organis. Gejala yang muncul dari pernindahan konflik psikologis
dan kekhawatiran tidak berada di dalam kontrol secara sukarela. Subkategori
gangguan somatoform adalah gangguan somatisasi, gangguan konversi,
gangguan penderitaan somatoform, hipokondriasis, dan gangguan per-
ubahan bentuk tubuh.
Gangguan somatisasi (sindrom Briquet) ditandai dengan berbagai
keluhan fisik yang tidak bisa diberi penjelasan fisik o Keluhannya biasanya
dramatis dan kabur, dan mengacu pad a banyak organ tubuh. Gejala-gejalanya
biasanya dimulai selama masa remaja dan mungkin pertama kali dinyatakan
dalam bentuk kesulitan menstruasi. Masalah seksual (acuh tak acuh, sakit
selama melakukan hubungan) sering kali ditemukan. Mungkin satu persen
wanita Amerika mengalarni gangguan ini.
Dalam gangguan konversi, konflik dinyatakan sebagai gejala fisik pad a
bagian tubuh yang dirangsang melalui saraf sensorik dan motorik. Gejala-
gejalanya biasanya melambangkan konflik atau dorongan yang tidak dapat
diterima. Gejala-gejalanya mencakup keluhan sensorik, kelumpuhan, atau
kehilangan kontrol otot. Gejala sensorik antara lain kehilangan perasaan,
kebutaan, dan ketulian. Gangguan pada sensasi kulit mungkin terjadi di mana
pun juga, dalam bentuk atau pol a apa pun, yang paling sering secara ekstrem.
Ketulian atau kehilangan penglihatan sebagian atau secara total mungkin
disertai dengan halusinasi sensorik. Rasa sakit histerik pada bagian tubuh
tertentu mungkin juga dial ami, tempat yang paling sering adalah perut, dan
hal ini sering menyebabkan diagnosis yang salah dan operasi yang tidak perlu.
Kelumpuhan mungkin mempengaruhi beberapa bagian tubuh. Misalnya, pita
suara mungkin lumpuh; orang itu mungkin bisa berbisik tetapi tidak bisa
mengeluarkan suara dengan jelas. Dalam kasus kelumpuhan kronis, karena
tidak pernah dipakai atrofi bisa terjadi pad a otot-otot yang dipengaruhi. Kele-
mahan pada kekuatan gerak sukarela mencakup kedutan (otot yang berke-
dut-kedut), penyakit sawan, dan gerakan atau postur tubuh yang aneh yang
terjadi berulang-ulang.
Penderita gangguan konversi tidak menunjukkan abnormalitas utama
dalam status mental mereka. Ciri perilaku yang paling khas adalah sikap
acuh tak acuh terhadap gejala konversi dan ketidakmampuan yang dihasil-
kannya . Kadang-kadang pasien menyamakan dirinya dengan gejala dari
Psikologi Abnormal

seseorang yang memiliki hubungan dekat dengannya. Identifikasi semacam


itu, yang biasanya dengan orang yang baru saja meninggal, mungkin disertai
dengan tanda-tanda dan gejala dukacita patologis. Gejala histerikal cende-
rung datang dan pergi sebagai tanggapan terhadap tekanan lingkungan.
Gangguan sakit somatoform ditapdai dengan rasa sakit tanpa adanya
bukti fisik pada bagian tubuh tertentu. Dengan dalih sakit orang itu bisa
menghindari beberapa kegiatan yang membuat stres. Hal itu juga membuat
orang itu mendapatkan dukungan. Hipokondriasis adalah perhatian yang
berlebihan pada fungsi tubuh sendiri atau ketakutan terhadap penyakit.
Gangguan dismorfik tubuh melibatkan perhatian yang berlebihan pada
beberapa cacat fisik khayalan sendiri.
Gangguan somatoform mungkin dikacaukan dengan jenis-jenis lain
abnormalitas. Misalnya, apa yang pernah dikenal sebagai masalah psiko-
soma tis (sekarang diacu sebagai faktor psikologis yang mempengaruhi
kondisi fisik) melibatkan masalah medis yang nyata yang bisa diakibatkan
oleh stres. Contoh-contohnya antara lain asma, sakit kepala, arthritis, bisul,
tekanan darah tinggi dan colitis. Di alam memang ada organik, sementara
gal)gguan somatoform tidak disebabkan oleh organik atau organik hanya
berperan kecil sebagai penyebab terjadinya gangguan somatoform. Kita juga
harus membedakan gangguan somatoform dari gangguan mental organik,
yang merupakan dampak dari perubahan fisik dalam otak yang disebabkan
oleh penggunaan narkoba, trauma di kepala atau penyebab fisik lainnya.
Gangguan somatoform juga harus dibedakan dari gangguan khayalan di
mana orang itu secara sadar berpura-pura mengalami berbagai gejala.

Gangguan Penyalahgunaan Zat


Gangguan penyalahgunaan zat adalah pola perilaku tidak bisa me-
nyesuaikan diri yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan psikoaktif.
Pola perilaku tidak bisa menyesuaikan diri tercermin melalui kegagalan
dalam menjalankan fungsi sosial dan fungsi di tempat pekerjaan, kegagalan
dalam mengontrol atau menghentikan penggunaan zat, dan dalam gejala
penarikan diri setelah obat itu dihentikan. Perilakunya bisa jadi impulsif dan
tidak bertanggung jawab disertai kegagalan untuk memenuhi kewajiban
yang penting. Gangguan kepribadian, seperti perilaku antisosial, sering kali
dialami orang yang menderita gangguan penyalahgunaan zat. Gangguan
penyalahgunaan zat yang dimulai pada awal kehidupan sering berkaitan
dengan kegagalan untuk menyelesaikan studi di sekolah dan prestasi di
tempat kerja yang rendah. Kecelakaan di jalan dan luka fisik dan penyakit
(seperti kurang gizi atau hepatitis) merupakan komplikasi yang umum.
Gangguan penyalahgunaan zat bisa dibagi menjadi penyalahgunaan zat
semata-mata dan ketergantungan pada zat. Penyalahgunaan zat menyi-
ratkan jangka waktu penggunaan minimal satu bulan, dan ketergantungan
secara psikologis. Ketergantungan pad a zat, meskipun mirip dengan
penyalahgunaan zat, juga melibatkan toler ansi (peningkatan jumlah zat yang
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

dibutuhkan untuk mencapai dampak yang diinginkan) atau penarikan diri


(dampak kebalikan dari penghentian atau pengurangan obat-obatan).
Ketergantungan pad a alkohol melibatkan sejumlah komplikasi fisik o
Sirosis, penyakit lever yang fatal, sedang meningkat jumlahnya di Amerika.
Gejala depresif yang biasa dialami orang yang tergantung alkohol mungkin
sebagian bertanggung jawab atas tingginya angka bunuh diri di antara para
pecandu alkohol.
Penyalahgunaan amphetamin melibatkan ketergantungan psikologis
atau pola patologis karena mabuk sepanjang hari ini. Komplikasi sosial
aritara lain perkelahian, kehilangan teman, catatan kerja yang buruk, dan
kesulitan legal.
Orang yang ketergantungan mariyuana a~an kehilangan minat yang
tajam dalam melakukan kegiatan. Hilangnya motivasi bisa menjadi masalah
yang besar bersamaan dengan komplikasi sosial lainnya.
Gangguan mengkonsumsi rokok merupakan kategori baru yang menarik
dari DSM III. Riset (DSM III-R 1987, 182) menunjukkan bahwa penggunaan
rokok yang kronis membuatsi perokok terkena berbagai penyakit fisik
(bronkhitis, empisema, penyakit jantung koroner, penyakit vaskuler peri-
feral). Diperkirakan 15 persen kematian setiap tahun di Amerika Serikat
merupakan akibat penyakit yang disebabkan oleh atau diperparah oleh kon-
sumsi rokok. Mengkonsumsi rokok dipandang sebagai gangguan jika ada
kebutuhan yang terus berulang untuk menggunakan zat ini dan stres yang
dialami dengan kebutuhan tersebut, atau jika ada bukti gangguan fisik yang
serius berkaitan dengan penggunaan rokok dalam diri orang yang secara
psikologis tergantung pada rokok.
DSM III-R memerinci kategori dampak obat-obatan yang berbeda yang
memabukkan secara terpisah. Kemabukan merupakan perilaku tidak
mampu menyesuaikan diri, seperti suka berkelahi atau penilaian yang salah,
yang disebabkan oleh konsumsi atau menghirup zat tertentu (alkohol, opium,
obat bius, kokain, amphetamin, mariyuana, kafein).
Mabuk oleh alkohol mungkin mengakibatkan pembicaraan yang
melantur, tidak mampu melakukan koordinasi, gay a berjalan yang sempo-
yongan, gangguan dalam memori, kelabilan emosi, tidak mampu mengen-
dalikan dorongan seksual atau sikap agresif, mudah marah, cerewet, suka
berkelahi, atau suka ikut campur dalam fungsi sosial atau fungsi di tempat
kerja.
Pecandu alkohol bisa mengkonsumsi alkohollebih banyak daripada or-
ang kebanyakan sebelum gejala mabuk terlihat. Komplikasi medis (trauma
di kepala karena pernah jatuh, pneumonia atau terbakar sinar matahari
karena terkena pengaruh unsur-unsur itu, sistem kekebalan yang menurun)
sering kali diakibatkan oleh kemabukan alkohol. Periode kemabukan yang
panjang bisa menuntun seseorang pada sindrom otak organik lainnya, seperti
sindrom Korsakoff, di mana kemerosotan memori tidak bisa dipulihkan.
Psikologi Abnormal
'.-''''A'''Y'>-''_<,.'''''''_.·.,'''''''.'<,'::,''i'<.... ''"_,,'>s-.... <.·~''

Meskipun banyak orang sudah mengenal kemabukan alkohol atau obat-


obatan, banyak orang yang tidak menyadari bahwa kafein juga bisa mema-
bukkan. Mabuk oleh kafein mungkin menyebabkan kegelisahan, kegugupan,
kegairahan, kesulitan tidur, malu, keluhan pad a perut dan usus, kedutan otot,
atau percakapan yang melantur. Kemabukan bisa terjadi setelah minum pal-
ing sedikit 250 miligram kafein. Satu cangkir kopi mengandung kafein an tara
100 - 150 miligram. Teh kurang lebih kekuatannya separo kopi; sedangkan
cola sepertiganya.
Gejala penarikan diri bisa terjadi akibat dihentikan dan dikuranginya
zat tertentu yang dipakai secara rutin oleh seseorang sampai pada tahap
mabuk. Gejala yang paling umum adalah kegelisahan, kekhawatiran, sifat
mudah marah, insomnia dan perhatian yang terganggu . 1a memiliki
dorongan yang kuat untuk mengkonsumsi zat itu lagi.

Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku maladaptif yang
berurat akar secara dalam, dan sering kali muncul sepanjang hidup. Gangguan
kepribadian ditandai dengan pola perilaku dan bukan hanya gejala (seperti
kekhawatiran atau depresi) yang merupakan ciri sindrom klinis. Ada spektrum
perilaku yang terlibat, yang berkisar dari gangguan kepribadian yang ber-
kembang sepenuhnya, yang sangat jarang terjadi dalam masyarakat umum,
sampai pada sifat kepribadian yang khusus yang relatif umum. Memiliki satu
atau dua sifat masih normal, tetapi jika terdapat sifat-sifat yang cukup banyak
sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial dan fungsi kerja, itu berarti
telah terjadi gangguan. Hampir setiap orang memiliki sifat gangguan. Dalam
diskusi berikut, kita akan berbicara tentang gangguan dan sifat-sifat, tetapi
perbedaan di antara keduanya tetap harus kita perhatikan.

KEPRIBADIAN PASIF-AGRESIF

Meskipun istilah tersebut tampak berlawanan, beberapa orang bersifat


agresif secara pasif. Sifat agresif itu sering tidak disadari, tetapi muncul ke
permukaan dalam cara pasif. Orang yang pasif-agresif merasa jengkel karena
kebutuhan emosional mereka tidak dipenuhi oleh orang lain, karena itu
mereka melakukan manipulasi secara pasif.
Beberapa pola perilaku merupakan sesuatu yang khas pada orang-or-
ang yang pasif-agresif. Sikap menghalang-halangi mungkin muncul. 1steri
mungkin marah karena sesuatu yang terjadi pada hari Sabtu malam, dan
kemudian membuat seluruh keluarga terlambat ke gereja pada keesokan
harinya ketika ia tidak bisa menemukan lipstik atau sepatunya. Hal itu
terutama terjadi jika suarninya suka memaksa untuk tiba di gereja pada waktu .
yang tepat. Cara lain melakukan agresi secara pasif adalah dengan mencibir.
Daripada menyelesaikan percekcokan dengan dewasa, orang yang pasif-
agresif akan menarik diri dan merajuk. Penundaan merupakan cara lain
menyalurkan kemarahan yang terpendam ke permukaan. 1bu yang menyuruh
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

anak laki-lakinya yang pasif-agresif untuk memotong rumput mungkin


menemukan anak itu menunda tugas itu. Ketika ia tidak dapat menunda
lagi, anak itu terpaksa secara sengaja melakukan pekerjaan secara tidak
efisien. Ia mungkin akan memotong rumput, tetapi melakukannya dengan
buruk. Ia merasa diberi pahala atas sikap pasif-agresifnya jika ia dibebaskan
dari pekerjaan itu. Orang yang pasif-agresif cenderung menjadi orang yang
suka mengeluh yang bertindak menganggap sepi jika seseorang tidak setuju
dengan mereka atau jika mereka merasa orang lain menuntut terlalu banyak
dari mereka. Mereka sering percaya bahwa mereka akan melakukan peker-
jaan lebih baik daripada yang dipikirkan orang lain. Mereka membenci sa-
ran orang lain dan mengkritik orang yang berkuasa tanpa alasan yang jelas.

KEPRJBADIAN 0BSESIF-KOMPULSIF

Orang yang obsesif-kompulsif ditandai dengan kekakuan dan perfek-


sionisme dalam berbagai situasi. Mereka merniliki ~tandar yang sangat kaku
yang mengganggu penyelesaian tugas-tugas. Mereka cenderung terlalu asyik

Fokus 14.7.
Kekristenan dan Gangguan Kepribadian (1)
Banyak orang Kristen yang menunjukkan sifat pasif-agresif atau obsesif-kompulsif.
Kita perlu mencegah kecenderungan ini karen a sifat bisa menghalangi kita untuk menjadi
orang yang utuh sesuai kehendak Allah.
Orang Kristen yang memiliki sifat pasif-agresif cenderung menjadi orang percaya
yang setengah hati yang tidak bertanggung jawab untuk "menanti di hadapan Tuhan"
untuk segala sesuatu sementara mengkritik orang lain karena "kurang rohani". Orang
semacam itu mungkin membual tentang tindakannya sebagai pahlawan doa atau
bahkan tertarik untuk melayani secara penuh waktu di mana mereka bergantung pada
orang lain untuk mendapatkan dukungan, tetapi tidak banyak melakukan sesuatu agar
berhak mendapatkan hal itu.
Orang Kristen yang obsesif-kompulsif sangat berbeda. Dalam rise! yang dilakukan
oleh penulis lebih dari 75 persen hamba Tuhan cenderung memiliki sifat kepribadian
kompulsif. Misionaris sering masuk dalam kategori ini juga. Pendeta dan misionaris
terutama cenderung memberikan waktu mereka dengan mengabaikan keluarga dan
pasangan. Tentu saja banyak di antara mereka yang melewatkan waktu bersama or-
ang yang mereka kasihi, tetapi sangat mudah bagi mereka untuk mengabaikan prioritas
Alkitab. Jelas Alkit::Ib mengatakan bahwa memelihara keluarga harus merupakan
prioritas utama (I Tim. 5:8). Alkitab juga berkata bahwa orang Kristen tidak boleh menjadi
pendeta kecuali mereka bisa mengatur rumah tangganya dengan baik dan anak-anak
mereka bertingkah laku baik. Orang yang tidak bisa berkata tidak kepada tuntutan jemaat
(atau atasan) seharusnya tidak menjadi pendeta atau misionaris . Orang yang
mengabaikan keluarga mereka untuk melakukan "pekerjaan Tuhan· melupakan fakta
bahwa keluarga adalah pekerjaan Tuhan . Orang yang tidak bisa menerima fakta ini
Psikologi Abnormal

dengan perintah, jadwal, peraturan dan perincian tugas sampai pada tahap
di mana mereka kehilangan pandangan tentang kegiatannya. Mereka
berpendapat bahwa orang lain harus melakukan menurut cara mereka sen-
diri. Mereka begitu tekun dalam pekerjaan sehingga tidak punya waktu untuk
rekreasi dan persahabatan. Mereka cenderung tidak bisa mengambil keputus-
an, menghindari atau menunda pengambilan keputusan selama mungkin,
dan terlalu teliti dalam hal nilai-nilai mereka Qauh melampaui tuntutan iman
atau budaya mereka) . Mereka cenderung menjadi seorang yang tidak punya
perasaan, tidak bersedia memberikan waktu atau uang mereka kecuali
mereka bisa mendapatkan keuntungan tertentu, dan merasa sulit membuang
benda-benda yang tidak berharga.
Orang yang obsesif-kompulsif cenderung mengalami depresi, tetapi
mereka biasanya merupakan seorang yang gila kerja. Dokter, pengacara,
pemain musik dan pemrogram komputer terutama cenderung merniliki sifat
obsesif-kompulsif. Laki-laki lebih l enderung merniliki gangguan ini. Mungkin

seharusnya tetap melajang atau tidak mempunyai anak . Pemimpin gereja yang
menghabiskan seluruh waktu mereka untuk membangun gereja yang lebih besar dan
lebih baik sering kali melakukan hal itu karena motivasi yang egois (meskipun tindakan
itu mungkin dilakukan secara tidak sadar). Misionaris mungkin mengirim anak-anak
mereka ke sekolah yang jauh yang memiliki asrama sehingga mereka bisa mempunyai
lebih banyak waktu untuk pekerjaan mereka (meskipun mungkin merupakan hal yang
sangat tepat untuk mengirim anak remaja mereka ke sekolah yang memiliki asrama
jika mereka memang menghendakinya) .
Beberapa orang Kristen yang perfeksionis mungkin merasa dikuasai kemarahan
kepada Allah (karena menganggap Dia menuntut terlalu banyak dari mereka), kepada
anak-anak (karena memberontak), dan kepada diri mereka sendiri (karena tidak
sempurna). Mereka mungkin menjadi depresi dan bahkan berusaha bunuh diri. Mereka
mung kin menderita sakit yang sangat berat dan tidak punya harapan karena lupa bahwa
kita dipanggil untuk menemukan perhentian di dalam Tuhan dan bukan untuk
terperangkap dalam kegiatan yang tidak pernah berakhir.
Orang Kristen dengan kecenderungan obsesif-kompulsif mungkin menjadi orang
yang legalistik, yang sibuk dengan masalah benar dan salah karena sifat mereka yang
terlalu kaku, dan tidak mampu untuk santai dan menikmati kesenangan . Hati nurani
mereka lebih kaku dari pada panduan Allah dalam Alkitab, karena mereka gaga! mem-
bedakan antara rasa bersalah yang benar dan palsu (lihat bab 13). Mereka mungkin
membawa beban rasa bersalah yang palsu tentang pikiran atau tindakan yang sesung-
guhnya tidak melanggar hukum Allah. Orang Kristen yang legalistik perlu diingatkan
tentang kasih karunia dan kemurahan Allah, bukannya sibuk dengan huruf-huruf hukum
Taurat (seperti orang Farisi). Orang Kristen seharusnya santai dan menikmati kehidupan
yang berlimpah yang dikehendaki Allah untuk mereka (Yoh. 10:10).
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

gangguan kepribadian ini bertanggung jawab atas tingginya angka bunuh


diri di antara kaum profesional. Meskipun mereka tampaknya tampil sebagai
pelayan masyarakat yang penuh dedikasi, dalam kenyataan mereka memiliki
keegoisan yang tipis dengan diri mereka sendiri - mereka mungkin meng-
hindari tanggung jawab keluarga .sehingga mereka bisa diakui oleh masya-
rakat atau rekan-rekannya. Mereka mengubur emosi , dan berusaha melaku-
kan kompensasi karena mereka tidak aman . Pada akar semua kerja keras
mereka, mereka biasanya merasa rendah diri dan senang mengkritik diri
sendiri. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan bekerja
kerasuntuk menimbun kekayaan, kekuasaan, dan martabat dan karena itu
bisa meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka berarti.

KEPRIBADIAN HISTRIONIK

Contoh ekstrem lainnya dalam kepribadian adalah histrionik, yaitu orang


yang emosional, ekstrovert, dramatis, impulsif, naif dan sering suka
menggoda. Orang semacam ini cenderung menarik bagi lawan jenisnya dan
populer di masyarakat, dan merniliki karisma. Jika sifat kepriba~ian obsesif
biasanya lebih sering dirniliki Iaki-laki, sifat-sifat histrionik biasanya dirniliki

Fokus 14.8.
Kekristenan dan Gangguan Kepribadian (2)
Dalam masyarakat Kristen, orang yang memiliki sifat histrionik cenderung
menekankan pengalaman emosi dan bukan firman Allah . Mereka secara khusus
memiliki banyak pengalaman rohani naik dan turun, dan kadang-kadang menyalahkan
lblis untuk membebaskan diri mereka dari tanggung jawab. Beberapa orang merasa
dirinya sangat hebat secara rohani dan menyatakan bahwa mereka memiliki kuasa
dan karunia khusus. Bahkan dalam kegiatan yang bersangkutan dengan gereja mereka
secara tidak sadar mencari perhatian . Mereka menjadi marah kepada Allah karena
tidak melakukan segala sesuatu yang mereka kehendaki, dan mengabaikan ibadah
pribadi jika Allah tidak bertindak seperti yang mereka kehendaki.
Pendeta, konselor pastoral, dan pekerja gereja lainnya perlu berhati-hati jika mereka
bertemu dengan orang yang histrionik {Bustanoby, 1988). Pemimpin gereja laki-laki
harus menekankan bahwa perempuan harus dikonseling oleh pekerja perempuan ,
atau membiarkan pintu kantor terbuka sedikit dengan sekretaris berada di luar. Orang
yang histrionik mungkin menggoda untuk membuktikan bahwa konselor itu juga sama
seperti laki-laki lainnya. Perempuan yang histrionik, yang menggoda laki-laki secara
seksual mungkin menceritakan kepada orang-orang lain bahwa laki-laki itu
menggodanya dan merusak reputasinya. Cukup jelas mengapa Kitab Amsal
memperingatkan laki-laki muda untuk menjauhkan diri terhadap perempuan sundal
dan sifat-sifat histrioniknya {Ams. 5:3-20).
Sayangnya beberapa pendeta dan penginjil menggunakan posisinya yang penuh
prestise dan kuasa untuk memanipulasi dan mengendalikanorang. Banyak orang yang
.. -~"··--~--------·-~·-- ·---------- Psikologi Abnormal

perempuan. Mungkin itu sebagian disebabkan oleh strereotipe peranan seks


yang dikenakan pada laki-laki dan perempuan dalam budaya kita.
Orang yang histrionik selalu mencari atau menuntut persetujuan atau
pujian dari orang lain. la secara tidap pantas menggoda dalam penampilan
atau tindakannya atau terlalu membesar-besarkan emosi, contohnya secara
impulsif memeluk orang-orang yang baru ia kenai sepintas atau menangis
tersedu-sedu tanpa terkendali atas insiden sepele. Orang yang histrionik
mungkin suka bertingkah marah dan merasa tidak nyaman jika tidak menjadi
pusat perhatian, atau mungkin mengungkapkan emosi dengan cara yang
dangkaL Sifat egois menjadi ciri orang yang histrionik pada umumnya, dan
mereka biasanya menuntut kepuasan segera. Akhirnya, orang yang histrionik
mungkin sangat impresif dalam ceramahnya, hanya sedikit memberikan
uraian rind. Keempat ciri iJ1i harus ada agar gangguan itu bisa didiagnosis.
Orang yang histrionik mungkin menunjukkan depresi, tetapi mereka
melakukan hal itu karena mereka baru-baru ini membaca buku tentang
depresi ("depresi sandiwara") . Mereka mungkin menunjukkan depresi untuk
mendapatkan perhatian atau menghukum orangtua atau pasangan. Mereka
mungkin juga memberi tahu konselor bahwa mereka ingin bunuh diri.

memanfaatkan urang lain "dalam nama Tuhan" untuk memenuhi tujuan mereka yang
egois adalah orang yang membenarkan diri sendiri dan tidak bisa melihat gangguan
kepribadian yang mereka alami. Hubungan mereka dengan pasangan dan anak-anak
mereka dangkal, bukan karena mereka sibuk dengan pekerjaan , melainkan karena
mereka melayani kepentingan mereka sendiri.
Akhirnya, komentar tentang kepribadian narsistik. Peck (1983) telah menyusun
variasi kepribadian narsistik yang ia sebut kepribadian jahat. Gangguan ini ditandai
dengan sikap menyalahkan dan mengkambinghitamkan orang lain terus-menerus.
Orang semacam itu tidak bisa menerima kritik dan sangat memperhatikan citra mereka
di depan masyarakat. Mereka suka berbelit-belit dan kadang-kadang mengalami
gangguan ringan dalam pemikiran mereka yang agak mirip dengan skizofrenia. Banyak
di antara mereka yang religius, namun membuat perilaku yang berbelit-belit dan suka
mengkambinghitamkan sambil berusaha memberikan penampilan luar bahwa tidak
ada hal yang salah.
Perlu dicatat bahwa sementara gangguan yang diusulkan Peck menarik, dan
merupakan hal yang bagus untuk menemukan psikiater yang berasal dari latar belakang
yang pada dasamya sekular meneguhkan realitas si jahat, ia menggunakan istilah "si
jahat" dalam cara yang lain. Kita semua bisa dan memang berbuat dosa, -bukan hanya
orang yang mengalami gangguan yang parah . Namun memang benar bahwa bebe-
rapa orang yang narsistik menjadi "pembohong" (sesuai frasa yang digunakan Peck)
yang menutupi perilaku mereka yang berdosa dengan pernyataan yang menyesatkan
dan secara lahiriah tidak benar, dengan memproyeksikan kejahatan mereka sendiri
pada orang lain.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Meskipun hal ini biasanya merupakan trik untuk mendapatkan perhatian,


konselor harus memandang komentar itu secara serius karen a kadang-kadang
orang yang histrionik secara tidak sengaja berhasil dalam usaha bunuh diri
mereka yang dilakukan secara pura-pura.

KEPRIBADIAN ANTISOSIAL

Orang yang mengalami gangguan ini, yang kadang-kadang dirujuk


sebagai kepribadian sosiopati, terlibat dalam konflik yang terus-menerus
dengan anggota masyarakat Iainnya. Pada dasarnya mereka tidak mau setia
dengan seseorang, kelompok atau nilai-nilai sosial. Mereka egois, tidak punya
perasaan, tidak bertanggung jawab dan impuIsif. Mereka tidak mau dan
relatif tidak mampu merasa bersalah atau belajar dari pengalaman, termasuk
hukuman. Namun kegagalan mereka untuk mengikuti aturan bukan meru-
pakan akibat ketidaktahuan atau karen a kurang cerdas. Mereka cenderung
menyalahkan orang lain untuk merasionalisasikan perilaku mereka yang
antisosiai. Mereka tidak bisa diandalkan, tidak jujur, tidak terduga, dan tidak
tulus. Mereka tidak punya atau hanya punya sedikit rencana untuk hidup
dan hanya hidup untuk menikmati kesenangan dan kegairahan.
Menurut definisinya sosiopat pernah mengaIami konflik dengan masya-
rakat pada awaI hidupnya. Mereka terlibat dalam berbagai perilaku yang
tidak bisa diterima secara sosiaI sebelum mencapai usia 15 tahun, semacam
membolos sekoIah, penyalahgunaan obat-obatan dan mencuri. Yang menjadi
ciri sosiopat adalah pola beberapa perilaku yang berbeda, bukan hanya satu
tindakan kejahatan. PoIa ini berlanjut sampai masa dewasa; jadi gangguan
kepribadian ini tidak bisa didiagnosis sampai usia 18 tahun.
Mungkin sifat sosiopat yang paling menonjol adalah tidak adanya
kekhawatiran dan rasa bersalah secara relatif. Alkitab berbicara tentang or-
ang-orang yang mengeraskan hati mereka sampai mereka tidak lagi merasa
bersalah. Allah berusaha meyakinkan orang-orang secara beruIang-ulang
tentang perlunya mereka diseIamatkan. Namun penolakan terus-menerus
membuat Roh Kudus tidak lagi berjuang untuk meyakinkan orang-orang
tentang kebutuhan mereka. Beberapa teolog menjelaskan tahap tidak bisa
bertobat lagi ini sebagai dosa yang tidak bisa diampuni. Meskipun tidak
adanya hati nurani merupakan ciri sosiopat, beberapa orang bisa muIai
mengenal Kristus sebagai Juru Selamat dan secara progresif sifat sosiopatinya
mulai berkurang ketika mereka makin bertambah dewasa di dalam Kristus.
Terlepas dari keselamatan, hanya sedikit orang yang mengalarni gangguan
ini yang bisa mengalarni perubahan yang positif, bahkan sekalipun mereka
menjalani psikoterapi yang panjang.

KEPRIBADIAN NARSlSTIK

Gangguan ini merupakan gabungan beberapa sifat gangguan Iainnya.


Orang yang narsistik terlalu berfokus pada diri sendiri, seperti histrionik.
Tabel14.3.
Gangguan Kepribadian Utama
Gangguan Ciri Khas

Paranoid Curiga, tidak percaya J)ada orang lain, terlalu sensitif


Schizoid Menarik diri, tidak ramah, suka menyendiri
Schizotypal pemikiran dan perilaku yang aneh (disebut schizophrenia
sederhana dalam DSM II)
Histrionik Sangat emosional/ekspresif, egosentris, penyesuaian seksual
yang buruk
Narsistik Merasa dirinya penting dan hebat
Antisosial Pelanggaran hak-hak orang lain
Garis batas Kelabilan dalam berbagai bidang
Avoidant Terlalu sensitif terhadap penolakan
Dependen Tidak bisa bertanggung jawab atas hidupnya sendiri
Obsesif-kompulsif Sibuk dengan peraturan, perintah , dan hal-hal terperinci
Pasif-agresif Penolakan pasif terhadap tuntutan untuk melakukan tugasnya
dengan baik

Seperti kepribadian antisosial, mereka tidak memiliki empati dan sering tidak
bisa memahami ketika orang lain terluka hatinya.
Sifat-sifat kepribadian narsistik mencakup reaksi yang berlebihan
terhadap kritikan dalam bentuk rendah diri, malu atau kemarahan. Orang
semacam itu cenderung mengeksploitasi orang-orang demi kepentingan
mereka sendiri. Mereka merasa diri sendiri sangat hebat. Mereka percaya
kesulitan mereka sangat unik. Mereka menghabiskan banyak waktu dengan
membayangkan tentang kekuasaan, kesuksesan, kecerdasan, kasih yang ideal
atau keindahan. Mereka percaya bahwa mereka berhak untuk disukai secara
khusus, tetapi tidak menunjukkan kemauan untuk membalas perhatian orang
lain. Mereka terus-menerus menginginkan perhatian dan pujian, dan bisa
memanipulasi orang untuk mendapatkan komentar yang positif. Mereka tidak
menyadari bagaimana perasaan orang lain dan sering kali merasa cemburu.
Istilah "narsistik" diambil dari mitos Yunani tentang anak muda bernama
Narcissus, yang memandang bayangannya di kolam air dan jatuh cinta kepa-
danya. Mungkin, seperti pendapat Lasch (1979), budaya kita merupakan bu-
daya narsiskus. Mungkin tidak semua kita mengalami gangguan ini, tetapi
. banyak di antara kita (termasuk banyak orang Kristen) yang memiliki bebe-
rapa sifat semacam ini.
Kilpatrick (1953, 57-60) melihat pada dasarnya orang modern berusaha
menjadi Allah (dosa asal). Sikap bertanggung jawab terhadap orang lain
hilang ketika diri sendiri dijadikan raja. Kilpatrick mengaitkan masalah ini
dengan gerakan menolong diri sendiri dan penekanan yang berlebihan pada
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Tabel14.4.
Gangguan Seksual Utama
Gangguan Definisi

Trans-seksualisme Keinginan unM menjadi anggota kelompok lawan


jenisnya
Fetisisme Ketertarikan seksual yang abnormal terhadap benda-
benda atau anggota tubuh non-erogen.
Transvestisme Berpakaian seperti lawan jenis untuk membangkitkan
gairah seks
Pedofilia Kesenangan melakukan hubungan seks dengan anak-
anak yang belum puber
Eksibisionisme Mempertontonkan alat kelamin di depan publik secara
kompulsif
Voyeurisme Mengamati orang lain yang telanjang atau melakukan
hubungan seks, terutama dari tempat yang tersembunyi
Masochisme Bangkitnya gairah seks dengan menyuruh orang lain
melakukan siksaan fisik atau emosional pada dirinya
Sadisme Bangkitnya gairah seks dengan melakukan siksaan
fisik atau emosional pada orang lain
Froteurisme Fantasi meraba partner tanpa seizinnya
Frigiditas Ketidakmampuan untuk mengalami orgasme dalam
hubungan seks (biasanya kaum perempuan)
lmpoten Kegagalan untuk mempertahankan ereksi selama
hubungan seks (biasanya laki-laki)
Dyspareunia Fungsional Rasa saki! yang dialami selama melakukan hubungan
seks
Vaginismus Fungsional Kontraksi otot di sekitar vagina secara tiba-tiba dan
sangat saki!

harga diri dalam psikologi modern. Sementara banyak ahli psikologi yang
mendorong orang-orang untuk memperhatikan diri sendiri dan hanya
mencari kepentingan pribadi, sama salahnya jika kita menyimpulkan bahwa
semua ahli psikologi menganjurkan demikian. Orang Kristen harus mengatasi
godaan untuk menjadi narsistik, bahkan sekalipun dimana-mana masyarakat
kita tampaknya menekankan "hal menjadi nomor satu."
Diskusi di atas belum membahas gangguan kepribadian secara tuntas,
tetapi hanya memberikan beberapa contoh masalah kepribadian yang
dialami oleh banyak orang. Tabel 14.3. dengan singkat memuat daftar gang-
guan kepribadian utama, termasuk beberapa gangguan yang tidak dibahas
dalam buku ini.
Psikologi Abnormal
+ "" ~M ••. ,~-~.>:'•"' -~ "'"-""'"""'' ''"'-~-· - -~--'""'"'"'' -~ · - 0 > _ 0 \ _ _... .,...__ _ _""_""";',<·:',"""''M:I-.;.,.,;..•. '<.,,<'~-"'-~'"">'--<"9·A;""'"r<"·'·'" '·'"'' ·••••·<yNAA"<•h'·h"

Fokus 14.9
Buku-buku tentang Gangguan Kepribadian
Salah satu referensi Kristen yang paling lengkap tentang gangguan kepribadian
adalah Self-Defeating Life-Styles (1988) karya Conver dan Conver, yang menyelidiki
berbagai gangguan kepribadian (meskipun menggunakan penjelasan populer dan
bukan istilah teknis). Collins (1972, 139-147) juga memberikan tinjauan tentang
gangguan kepribadian (de:l~ an menggunakan terminologi DSM II).
Healing Grace karya Seamand (1988) membahas sifat-sifat obsesif-kompulsif.
Dalam buku sebelumnya, Seamand membahas orang Kristen yang kompulsif dan
berorientasi pada penampilan secara ringkas; .· dalam buku ini ia memberikan
penanganan untuk masalah itu dengan panjang-lebar.
Kotesky (1983, 228) menjelaskan kepribadian narsistik dalam istilah dosa ke-
sombongan. Shepperson (1984) menggambarkan Yakub berubah dari sikap narsistik
menjadi utuh secara rohani.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif merupakan topik Beck (1981) dan Gibson
(1985), sedang kepribadian histrionik dianalisis oleh Amstrong (1983).

Bidang Abnonnalitas Lain


Bab ini telah membahas sebagian kecil gangguan yang mungkin dialami.
DSM III-R memuat lebih banyak gangguan yang dimasukkan dalam beberapa
kategori umum lainnya. Sindrom dan gangguan mental organik mencakup
banyak masalah yang berkaitan dengan obat-obatan dan gangguan otak.
Pembagian DSM III-R terbesar mencakup gangguan terutama yang tampak
pertama kali dalam diri bayi, anak-anak, dan remaja (beberapa dari hal ini
dibahas dalam bab 10). Gangguan dalam kategori berikutnya adalah anor-
exia nervosa, bulimia (pesta makan yang diikuti dengan pencahar (obat
pencuci perut) atau muntah yang dibuat sendiri), pica (makan benda-benda
bukan makanan, seperti kotoran atau cat) . Gangguan dorongan hati men-
cakup perjudian patologis, kleptomania (dorongan untuk mencuri), pyro-
mania (menyalakan api secara impulsif), dan gangguan eksplosif yang ber-
pilin (penyerangan tak terkendali atau penghancuran harta milik yang di
luar batas karena penyebab stres yang memperparah). Gangguan seksual
dirangkum dalam tabel 14.4. Jelas banyaknya masalah yang mungkin menun-
jukkan bagaimana perilaku manusia yang beragam bisa mendatangkan
kebaikan atau keburukan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELI NG KRISTEN 2

Fokus 14.10.
Buku-buku tentang Gangguan Lainnya
Gangguan kontrol dorongan hati pada umumnya diabaikan oleh para penulis
Kristen, tetapi ada beberapa buku bagus tentang judi. Pada saat orang Kristen melihat
perkembangan baru-baru ini tentang upaya melegalkan lotre oleh pemerintah dan
bentuk-bentuk lain perjudian, mereka seharusnya memikirkan sikap anti perjudian yang
diwarisi orang Kristen selama berabad-abad . McKenna (1977), seorang pemimpin
Kristen yang terlibat dalam komite pemerintah yang membahas topik penting ini, telah
menuliskannya. Juga lihat Alnor (1985). Untuk mendapati artikel yang menarik tentang
kontrol dorongan hati yang dikaitkan dengan kejahatan secara umum, lihat McMinn
(1988).
Baru-baru ini banyak buku tentang masalah seksual, terutama homoseksualitas,
tersedia di pasar. Beberapa buku tentang seksualitas secara umum dibahas dalam
bab 5. Wheat dan Wheat (1981) mungkin menulis buku umum yang terbaik (mereka
juga membahas sejumlah gangguan seksual) . Tiga buku utama lainnya yang
membahas masalah seksual secara lebih terperinci adalah Rakers (1982), Wilson
(1984) dan Mayo (1987).
Gangguan pada masa kecil dan remaja juga dibahas secara sepintas dalam
sejumlah buku Kristen populer. Salah satu penanganan masalah dari sudut pandang
Kristen yang lebih ekstensif dibahas oleh Meier (1977). Gangguan makan semacam
anorexia nervosa atau bulimia, yang terdaftar dalam gangguan pada masa kecil dan
remaja dalam DSM 111-R juga merupakan topik populer yang telah mendapat banyak
perhatian. Dua kisah pribadi orang Kristen ditulis oleh ChrisUan dan Johnson (1986)
dan O'Neill (1982). Buku Kristen lainnya tentang anorexia dan bulimia mencakup
Vredevelt dan Whitman (1985), Johnson (1984), Rowland (1985), Sabom (1985), dan
Thomas (1984).

REFERENSI
Adams, J. 1977. Competent to counsel. Grand Rapids: Baker.
Alnor, W. 1985. Atlantic City: The gamble that lost. Eternity (Apr.): 23-28.
Anonymous, A., dan J. Meier. On stage as one. (Dikutip dalam Christian Psychology
1985/86).
Armstrong, G. 1983. A psycho!igical and theological understanding of histrionic per-
sonality. Pastoral Psychology 31: 193-203.
Backus, W. 1985. Telling the truth to troubled people. Minneapolis: Bethany.
Beck, J. 1981. Treatmt>nt of spiritual doubt among obsessing evangelicals. Journal of
Psychology and Theology 9: 224-231.
Blueler, E. 1950. Dementia praecox. New York: International University Press.
Brand, P., dan P. Yancey. 1984. In his image. Grand Rapids: Zondervan.
Brown, B. 1974. Depression roundup. Behavior Today 5: 117.
Bush, J. 1979. Disaster response: A handbook for church action. Scottdale, Pa.: Herald.
Bustanoby, A. 1988. Counseling the seductive female. Leadership 9: 48-54.
Abnormal

Carlson, A. 1955. He is able: Faith overcomes fear in foxhole. Grand Rapids: Zondervan.
Chaney, D. 1981. Mental health skills for clergy. Valley Forge, Pa.: Judson.
Christian, S., dan M. Johnson. 1986. The very private matter of anorexia nervosa. Grand
Rapids: Zondervan.
Clinebell, H . 1968. Understanding and counseling the alcoholic. Nashville: Abingdon.
Collins, G. 1972. Fractured personalities. Carol Stream, Ill.: Creation.
Conver, C., dan L. Conver. 1988. Self-deafeting life-styles. Nashville: Broadman.
Cosgrove, M., dan J. Mallory. 1977. Mental health: a Christian approach. Grand Rapids:
Zondervan.
Darling, H. 1969. Man in triumph. Grand Rapids: Zondervan.
Dempsey, D., dan P. Zimbardo. 1978. Psychology and you. Glenview, Ill.: Scott, Foresman.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Edisi revisi ke-3. 1987. Washington,
D.C.: American Psychiatric Association.
Foster, T. 1984. Haw to deal with depression. Wheaton, Ill.: Victor.
Friesen, J. 1988. Treatment for multiple personality disorder. Session of international
Conference on Christian counseling, 12 Nov.
Geisler, N. 1982. A Christian perspective on wine-drinking. Bibliotheca Sacra 139 Oan.):
46-56.
Getting Free. 1988. Christianity Today 32 (9 Des.): 29-44.
Gibson, D. 1985. Doubting Thomas, the obsessive. Journal of Psychology and Christianity
4:34-36.
Guldseth, G. 1969. God is for the emotionally ill. Watchung, N.J.: Charisma.
Hart, A. 1986. The hidden link between adrenalin and stress. Waco: Word.
Hetherington, E., danK. Camara, dan D. Feathermore. 1983. Achievement and intel-
lectual functioning of children in one-parent households. Dalam Achievement
and achivement motives, editor J. Spence. San Francisco: Freeman.
Hyder, 0. 1971 . The Christian's handbook of psychiatry. Old Tappan, N .J.: Revell.
Jenkins, R. 1968. The varieties of children's behavioral problems and family dynamics.
American Journal of Psychiatry 124: 134-139.
Johnson, R. 1984. Bulimia. Cornerstone 12: 29-30.
Jones, D. 1981. Our fragile brains. Downers Grove: Inter-Varsity.
Jones, S., dan D. Workman. 1989. Homosexuality: the behavioral sciences and the
church. Journal of Psychology and Theology 17: 213-225.
Kilpatrick, W. 1983. Psychological seduction. Nashville: Abingdon.
Kalata, G. 1981 . Clues to the causes of senile dementia. Science 211: 1032-1033.
Koteskey, R. 1983. General psychology for Christian counselors. Nashville: Abingdon.
Lasch, C. 1979. Culture of narcissism. New York: Norton.
Lenters, W. 1985. The freedom we crave. Grand Rapids: Eerdmans.
MacKay, D. 1980. Brains, machines and persons. Grand Rapids: Eerdmans.
McKenna, D. 1977. Awake my conscience. Winona Lake, Ind.: Light and Life.
McMinn, M. 1988. The abiding Mr. Hyde. Christianity Today 32 (18 Nov.): 27-29.
Malony, H. editor. 1983. Wholeness and holiness. Grand Rapids: Baker.
Mayo, M. 1987. A Christian guide to sexual counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Meier, P. 1977. Christian child-rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Michels, N. 1988. Helping women recover from abortion. Minneapolis: Bethany.
Minirth, F. 1977. Christian psychiatry. Old Tappan, N.J.: Revell.
Minirth, F., dan P. Meier. 1978. Happiness is a choice. Grand Rapids: Baker.
Myers, D. 1978. The human puzzle. San Francisco: Harper and Row.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Narramore, C 1984. The compact encyclopedia of psychological problems. Grand Rapids:


Zondervan.
National Institute of Mental Health (NIMH). 1985. Mental health, United Stairs, 1985.
Washington, D.C: U.S. Government Printing Office.
----.1988. Cited in the Atlanta Journal (8 Nov.) : 10.
Nolan, W. 1974. Healing: A doctor in search of a miracle. New York: Random.
O'Neill, C 1982. Staroing for attention. New York: Continuum.
Owens, C 1982. A promise of sanity. Wheaton, Ill.: Tyndale.
Owens, T. 1984. Personality traits of female psychoteraphy patients with a history of
incest. Journal of Personality Assessment 48: 606-608.
Patterson, G. 1979. Treatment for children with conduct problems. Dala m Aggression
and behavior change, editor S. Fesbach dan A. Fraczek. New York: Praeger.
Peck, M. 1983. People of the lie. New York: Simon and Schuster.
Pervin, L. 1978. Current controversies and issues in personality. New York.: Wiley.
Poznanski, E. 1973. Children with excessive fears. American Journal of Orthopsychiatry
43: 428-438.
Price, M. 1981 . Helping children cope with natural disasters. Church training (Sept.) .
Provence, S., dan R. Lipton. 1962. Infants in institutions. New York: International Uni-
'. versity Press.
Rekers, G. 1982. Growing up straight. Chicago: Moody.
Rowland, C 1985. The monster within: Overcoming bulimia. Grand Rapids: Baker.
Sabom, W. 1985. The gnostic world of anorexia nervosa. Journal of Psychology and The-
ology 13: 243-254.
5ei!.monds, D. 1988. Healing grace. Wheaton, Ill.: Victor.
Sears, R. 1961. Relation of early socialization experiences to aggression. Journal of Ab-
normal Psyhology 63: 466-492.
Sergovich, F., et al. 1969. Chromosomal abberations in 2159 consecutive newborn ba-
bies. New England Journal of Medicine 280: 851-854.
Shepperson, V. 1984. Jacob's journey: from narcissism toward wholeness. Journal of
Psychology and Theology 12: 178-187.
Smith, N. 1977. Winter past. Downers Grove: Inter-Varsity.
Spickard, A., dan B. Thompson. 1985. Dying for a drink. Waco: Word.
Stein, R. 1975. Wine drinking in New Testament times. Christianity Today 19 (20 Juni):
9-11 .
Stuart, R. 1970. Trick or treatment. Champaign, Ill.: Research.
Szasz, T. 1970. The manufacture of madness. New York: Harper and Row.
Thomas, D. 1984. Hope for binge eaters and other addicts. Journal of Psychology and
Theology 12: 34-39.
Thomsen, M. 1984. Coping with depression. Ministry (Sept.): 4-6.
VanVondervan, J. 1985. Good news for the chemically dependent. Nashville: Nelson.
Vredevelt, P., dan J. Whitman. 1985. Walking a thin line. Portland, Oreg.: Multnomah.
Walker, O. 1984/85. How you can overcome the power of stress. Ministries 3 (Edisi
November-Februari): 34-37.
Wallerstein, J., dan S. Blakeslee. 1989. Second chances. New York: Ticknor Fields.
Weaver, G. 1986. Senile dementia and a resurrection theology. Theology Today 42 Oan.):
444-456. .
Wheat, E., dan G. Wheat. 1981. Intended for pleasure. Edisi revisi. Old Tappan, N.J.:
Revell.
Wilson, J. 1982. Sexual sanity: i,reaking free from uncontrolled habits. Downers Grove:
Inter-Varsity.
White, J. 1982. The masks ofme ;, ~ ncholy.Downers Grove: Inter-Varsity .
Young, P. 1981. The neurotic Christian . Journal of the American Sciemific Affiliation 33
(Des.): 215-219.

**.*
15
Psikoterapi
dan Konseling Pribadi

anyak orang berpikir bahwa disiplin psikologi sinonim dengan

B konseling dan terapi. Tetapi psikologi mencakup lebih banyak daripada


ini. Psikologi merupakan studi tentang kejiwaan, orang secara pribadi,
dan mencakup segal a aspek orang itu. Terapi dan konseling bisa dipandang
sebagai seni menolong orang-orang untuk mengatasi masalah mereka, dan
yang lebih positif, membantu mereka bertumbuh dalam kesehatan mental,
emosi, dan rohani.
IstiIah "psikoterapi" sering digunakan untuk menjelaskan proses membantu
orang-orang yang memiliki masalah yang berat, seperti orang-orang yang
dijelaskan dalam bab sebelumnya. Gangguan-gangguan psikotik dan masalah-
masalah psikologis utama lainnya memerlukan penanganan yang intensif oleh
para profesional yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk belajar
menangani masalah itu secara spesifik. Di sisi lain, konseling merupakan istiIah
yang lebih umum yang mengacu pada proses membantu orang-orang dengan
masalah yang lebih umum seperti kesulitan dalam pernikahan dan keluarga.
Konselor bisa menjalani pelatihan selama beberapa tahun seperti halnya ahli
terapi, tetapi mereka cenderung tidak berorientasi pad a gangguan-gangguan
mental yang berat. Terapi berusaha membuat perubahan yang relatif permanen,
sedang konseling berorientasi pada memberi nasihat.
Namun perbedaannya tidak sesederhana itu, karena ahli terapi dan
konselor menggunakan teknik percakapan; dan memberikan konseling sehingga
keduanya bisa dengan benar disebut konselor. Selain itu, konselor sering
memakai teknik terapetik yang dikembangkan dari pengalaman menangani
gangguan yang berat. Secara umum kita bisa mengatakan bahwa ahli terapi
adalah konselor, tetapi tidak semua konselor adalah ahli terapi.

AHLI TERAPI DAN KONSELOR


Istilah "psikolog" mencerminkan sejenis pelatihan tertentu dan tidak
boleh digunakan begitu saja. Para psikolog menangani segala jenis masalah.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Secara umum seorang psikolog klinis harus memiliki gelar doktor dalam
bidang psikologi, diikuti dengan masa praktek di bawah penga wasan psikolog
yang sudah menjalankan praktek. Para psikolog juga harus mendapat izin
dari pemerintah. Izin semacam itu sering kali membutuhkan kelulusan dari
ujian negara dalam teknik-teknik dan pengetahuan psikologis. Orang-orang
yang memiliki gelar master dalam psikologi bisa bekerja di bawah
pengawasan seorang psikologi berizin sebagai "asisten psikologi" atau "rekan
sekerja psikologi", tetapi mereka biasanya melakukan hal itu sebagai bagian
dari masa praktek mereka.
Sementara para psikolog memiliki gelar doktor dalam psikologi, para
psikiater memiliki gelar doktor dalam kedokteran. Para psikiater biasanya
menerima pelatihan tambahan dalam konseling dan menyelesaikan masa
praktek, biasanya di rumah sakit jiwa, tempat mereka mempraktekkan teknik
konseling. Para psikiater bisa menulis resep obat sebagai bagian dari terapi,
tetapi mereka tidak memiliki Jatar belakang luas dalam teori dan riset psikologi
yang dimiliki oleh para psikolog. Mereka tentu saja bisa melakukan terapi sama
bagusnya seperti para psikolog, tetapi pelatihan mereka berbeda.
Para konselor pernikahan dan keluarga menangani masalah yang Jebih
umum dan tidak terlalu berat. Para konselor demikian biasanya memiliki

Fokus 15.1.
Pelatihan untuk Konseling Kristen
Program sarjana dalam psikologi sudah berkembang menjadi beberapa cabang,
sehingga tujuan karier harus diputuskan sebelum memilih program pelalihan
kesarjanaan. Mahasiswa Kristen bisa mendapatkan bantuan untuk memutuskan tujuan
karier mereka dari anggola fakullas yang memiliki pengetahuan alau dari konselor
karier di akademi atau universitas mereka. Kesempatan bagi mahasiswa unluk masuk
ke beberapa jenis program yang berbeda sering kali bisa diperkirakan berdasarkan
pengalaman mahasiswa lain.
Baru-baru ini ada banyak kompetisi unluk penerimaan mahasiswa dalam pro-
gram pelatihan sarjana dalam bidang psikologi, dengan liga sampai empal lamaran
setiap program dibuka. Beberapa program menerima tiga puluh sampai empal puluh
pelamar setiap kali buka. Pengakuan Asosiasi Psikologi Amerika (APA) untuk sekolah
pelatihan lingkat doklor dalam psikologi klinis alau konseling berarti bahwa sekolah ilu
secara sukarela menerapkan ujian dan Ieiah memenuhi slandar minimal agar pro-
gram pelatihan khu~us mereka bisa dilerima. ltu juga berarti bahwa program itu Ieiah
berlangsung cukup lama sehingga mereka boleh memberikan gelar doklor dalam
spesialisasi lertenlu. Beberapa departemen psikologi yang sangal bagus telah
mengadakan ujian, tetapi masih belum diakui, alau mungkin belum memiliki program
doktor cukup lama agar memenuhi syarat. Lulusan program yang belum memiliki
pengakuan APA tidak menghalangi seseorang untuk mendapal pekerjaan atau
menghalanginya mendapat izin atau sertifikat. Namun kebanyakan majikan lebih
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
""'¥ '" "---·

paling sedikit gelar master dalam bidang konseling, meskipun tidak selalu
dalam bidang psikologi. (Beberapa sekolah, misalnya, memiliki departemen
yang terpisah untuk konseling; atau departemen lain seperti pendidikan
menawarkan program ini.) Banyak konselor pernikahan dan keluarga memi-
liki gelar doktor dalam bidang konseling; hal ini mungkin akhirnya akan men-
jadi sebuah syarat. Para konselor tanpa gelar doktor biasanya bekerja di
bawah pengawasan orang lain yang memiliki gelar tersebut.
Para psikolog sekolah merniliki gelar master a tau doktor dalam bidang mereka.
Umurnnya mereka bekerja di dalam wilayah sekolah dan menangani masalah belajar
dan perilaku anak-anak dalam konteks sekolah. (Meskipun orangtua mungkin
ikut terlibat dalam konseling semacam itu, kesulitan biasanya dikenali dalam
situasi sekolah.) Sebagian besar negara bagian menuntut ahli psikologi sekolah
untuk memiliki izin.
Para konselor pastoral termasuk dalam kategori kelima yang sangat pen-
ting. Di sebagian besar negara bagian mereka harus bekerja di bawah penga-
wasan sebuah organisasi gereja (kecuali mereka juga memenuhi syarat
dengan berada di bawah jenis konseling yang lain). Hukum negara bagian
Georgia yang berkaitan dengan pemberian izin kepada para psikolog cukup
khas dalam hal ini:

menyukai mempekerjakan lulusan dari program yang diakui, dan kadang-kadang


kesempatan kerja praktek atau persekutuan hanya terbatas untuk lulusan yang diakui
oleh APA.
Pada tahun 1977, APA menetapkan panduan yang menyatakan bahwa hanya
orang yang memperoleh gelar doktor dalam filsafat atau doktor dalam bidang psikologi
dari program pelatihan yang isi utamanya adalah psikologi yang bisa memakai gelar
"ahli psikologi" oleh agen yang ditunjuk untuk memberi izin atau sertifikat kepada ahli
psikologi. Studi yang mengarah pada gelar Ph.D. dalam bidang psikologi atau Psy.D.
bisa diambil paling tidak melalui empat jenis latar belakang yang berbeda: (1) universi-
tas negeri atau swasta; (2) program pelatihan setingkat sarjana di beberapa sekolah
Kristen (seperti Rosemead Graduate School of Psychology in California); (3) sekolah
psikologi profesional, yang mulai bertebaran di berbagai negara bagian seperti di Cali-
fornia dan Illinois dan terutama menawarkan gelar doktor psikologi yang berorientasi
pada praktek psikologi secara profesional; atau (4) program doktor dalam psikologi
pastoral di banyak seminari dan sekolah sarjana teologi (misalnya Western Conserva-
tive Baptist Seminary di Portland, Oregon, atau Southwestern Seminary di Fort Worth,
Texas). Banyak seminari lnjili yang telah memulai program Ph.D. dalam psikologi.
Orang-orang yang disebut konselor biasanya telah menyelesaikan program
pelatihan yang mengarah pada gelar master dalam psikologi atau disiplin lain seperti
pekerjaan sosial, komunikasi dan pendidikan . Program-program dengan orientasi
Kristen tertentu antara lain Wheaton College, Fuller Graduate School of Psychology, the
Psychological Studies Institutes, dan Conservative Baptist Seminary.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Tidak ada bagian dalam pasal ini yang bisa ditafsirkan untuk mem-
batasi kegiatan dan pelayanan kepada seseorang dalam mempekerja-
kan atau melayani organisasi keagamaan yang sudah mapan dan
dikenal.. .. Asalkan gelar "psikolog terapan" tidak dipakai oleh sese-
orang yang tidak diberi izin dan praktek psikologi profesional tidak
tersirat di dalamnya.
Meskipun mereka tidak mendapatkan izin dan sebagian besar negara bagian
tidak memberikan persyaratan pendidikan khusus untuk gelar tecsebut,
mereka harus mendapatkan gelar seminari dalam konseling pastoral. Mereka
juga perlu menjalani persiapan prasarjana dalam Alkitab dan teologi maupun
psikologi dan konseling. Program-program seminari yang terbaik dalam kon-
seling pastoral juga memenuhi persyaratan untuk pemberian izin konseling
pernikahan dan keluarga, karena para pendeta sering memeflukan keteram-
pilan dalam bidang ini.
Kelima kategori di atas tidak membahas jenis konselor secara tuntas:
ada banyak lagi yang tidak dibahas dalam diskusi ini. Misalnya para pekerja
sosial psikiater, yang biasanya memiliki gelar master dalam pekerjaan sosial
dan telah menyelesaikan kerja praktek di rumah-rumah saki t jiwa.

PENANGANAN OLEH PSIKIATER 01 RUMAH SAKIT


Beberapa orang Kristen menentang penanganan psikiater di rumah sakit dalam
keadaan apa pun. Mereka berkata bahwa merupakan hal yang tidak alkitabiah untuk
bersandar pada para psikiater karena orang Kristen harus bersandar hanya
kepada Tuhan.
Tetapi Kristus berkata bahwa orang sakit memerlukan tabib (dokter) .
Lukas, yang menulis bagian kitab Perjanjian Baru yang lebih besar (Injil Lukas
dan Kisah Para Rasul) daripada Paulus, adalah seorang dokter. Allah meng-
gunakan mukjizat di gereja awal untuk membuktikan bahwa kekristenan
itu benar sebelum Alkitab selesai dikumpulkan, tetapi itu tidak bisa dijadikan
alas an oleh beberapa orang Kristen untuk menyatakan bahwa Allah selalu
menyembuhkan mereka secara supernatural. Allah menyembuhkan sebagian
besar orang Kristen melalui teknologi medis, karena Ia mengharapkan kita
supaya menggunakan kecerdasan yang Ia berikan kepada kita.
Ada sejumlah keuntungan merawat pasien yang mengalami kekhawa-
tiran atau depresi yang berat untuk ditangani di rumah sakit. Pasien berada
di tempat yang aman dan terlindung di mana mereka bisa menarik dici; terapi
yang intensif bisa dilakukan; pengamatan rutin setiap hari bisa disediakan; .
dan penyesuaian obat bisa dilakukan lebih sering. Kerugian merawat pasien
J'
di rumah sakit adalah sikap melepaskan diri dari tanggung jawab, stigma
sosial dan penolakan setelah pasien keluar dari rumah sakit, serta biaya yang
cukup tinggi.
A ····-o--,..-• _________,_____.___,.-... .___
-~---» .._,
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
, .,.,~------·-~~-.._.~,-<i«-'~• - -4$'~··--~«·

KoNSELING SEKULAR
Sebelum menjelaskan p1:aktek konseling Kristen, kita secara singkat akan
mengamati beberapa aliran pernikiran dalam p~'!ikologi sekular dan praktek
pengobatan yang mereka lakukan. Tinjauan terhad\tp terapi alternatif semacam
i.tu akan membantu kita menghargai keunikan pe-ndekatan yang didasarkan
pada Alkit;tb seperti ¢itekankan dalam buku ini dan sejauh trJMa para ,konselor
Kristen bisa menggunakan p•~tndangan sekular.

Ps.i koanalisis
P-ikiran bawah sadar merupakan tekanan utanyta' dalam ter&lpj psiko-
dinamika. Seperti .telah c;l.iba·has sepanjang buku ini .. p,ikiran baw3b ~qar

Fokus 15.2.
Pola·Referensi yang Disarankan*
1. Bawalah ke para psikolog mereka yang:
- berusaha bunuh diri atau melakukan pembunuhan (dok.er atau psikiater bisa
memberikan pengobatan juga)
- psikotik (biasanya psikiater juga dibutuhkan)
- fobia, terutama jika masalahnya berkaitan dengan masa ~ kecil
- memiliki rna!)alah seks (sekali lagi, dokter atau psikiater r,nungkin dibutuhkan)
- mengalami rnasalah yang berat seperti dibahas dalam b'~ 14
2. Bawalah ke para psikiater mereka yang:
- manic..depl\esif
- punya mas~lah fisik yang Qerkaitan dengan masalah psikollogi
- depresi ber~t
- hiperaktif (clokter anak mungkin sangat membantu)
- punya mas<~ah lain yang berat seperti dibahas .dalam bab 1'4
3. Bawalah ke para psikolog sekolah mereka yang:
- terbelakang mentalnya (atau dicurigai)
- mengalami rnasalah belajar
- punya masalah perilaku .di sekolah
4. Bawalah ke para konselor pemikahan dan keluarga mereka yang:
- m~ngalami ltanflik pernikahan atau memikirkan untuk bercerai '
- punya mas(!lah dalam membesarkan anak
- menderita rnasalah lain dan kaum profesional lain yang dicatat di atas tidak
tersedia atau tidak memadai
5. Bawalah ke para konselor pastoral mereka yang:
- mengalami masalah yang befsifat psikologis atau rohani (mungkin juga
membutuhkan bantuan ahli lainnya yang dicatat di atas)
- jika memef\uhi syarat, mereka -mungkin juga menangani masalah yang ·dibahas
dalam kategori #4 di atas.
*Diadaptasi dari Dobson 1986 dan pendapat penulis teks ini.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTr.:N 2

bertanggUl:lg jawab atas kekhawatiran, rasa bersalah, dan mekanisme


pertahana'J1 diri. Di sini kita akan rnembahas pendekatan Freud secara men-
dalam, meskipun itu bukan satu-satunya pendekatan psikodinamika yang
tersedi . . (untuk contoh lainnya, lihat Jung, 1928).
Pf!' Idekatan sistematis yang dikenal paling tua yang menjelaskan dan
memi'ngani masalah psikologis adalah psikoanalisis klasik. Teori psikoanalisis
mod·em dikembangkan terutama dari karya Freud (1933). Teori ini me-
nempatkan tekanan utama pada kekuatan dinamis fungsi mental.
'8agi Freud, tujuan penanganan adalah untuk mulai memahami peranan
pikiran bawah sadar dalam masalah yang dialami saat ini. Dengan mend a-
patlan pandangan tentang pikiran bawah sadar, orang-orang menjadi lebih
mampu menghadapi kenyataan. Penanganan dengan menggunakan psi-
k'Janalisis klasik biasa mengharuskan pasien untuk berbaringdi atas dipan
dengan membelakangi pemberi terapi, semen tara pemberi terapi dan pasien,
dengan menggunakan beberapa teknik, berusaha menemukan konflik bawah
:sadar. Pasien diminta berbicara tentang apa pun yang ingin ia katakan, terma-
suk memori dan perasaan. Pemberi terapi kemudian meminta pasien mence-
ritakan pikiran, khayalan, dan peralsaan yang berkaitan dengan materi yang
diberikan (asosiasi lepas). Respons emosional bawah sadar pasien kepada
pemberi terapi yang tidak sebanding juga digunakan (transferensi). Misalnya,
pasien mungkin secara tidak sadar menjawab kepada pemberi terapi seperti
kepada figur ayah atau ibu. Mereka percaya bahwa respons semacam itu
bisa digunakan untuk membantu memahami perasaan bawah sadar pasien
itu sendiri terhadap ayah, ibu atau pasangannya.
Pemberi terapi mengamati dan menunjukkan penolakan pasien untuk
berbicara atau bekerja melalui berbagai bidang konflik yang berbeda. Pemberi
terapi sangat menekankan kejelasan perasaan. Pada saat kesadaran tentang
perasaan meningkat, mekanisme pertahanan diri yang menyembunyikan hal
itu juga tersingkap. Teori psikoanalh,is menyatakan bahwa pad a saat pasien
"mengalami" penerimaan dari pemberi analisis, mereka menerima dan bisa
lebih "mengasihi" diri sendiri sejak saat itu. Dengan bertumbuhnya toleransi
terhadap diri sendiri, pertahanan mereka terhadap konflik bawah sadar
hilang. Pemberi analisis dan pasien biasanya bertemu selama satu jam, lima
hari seminggu. Periode waktu rata-rata untuk terapi psikoanalisis adalah
tiga sampai lima tahun, tetapi ada beberapa pasien yang tetap menjalani
analisis lebih lama.
Dalam proses terapi perasaan terharu bisa muncul, di mana orang yang
ditangani tiba-tiba mengalami luapan emosi yang menyertai satu pandangan
baru . Pemahaman baru pikiran bawah sadar kemudian membantu terapi
itu berkembang lebih lanjut dan jalan keluar untuk masalah orang itu menjadi
lebih dekat.
Freud (1900) juga menggunakan analisis mimpi dalam usahanya untuk
menangani pikiran bawah sadar. lsi rnimpi pasien yang tersingkap ataupun
",.: .;,.>:'.,.""' . . . ~: .'''' < ••, ... ., >., .• :'<_.g=,~"'~:,",:,,_~,~,::~ , »-~·'~~'~·""_~:"'<"'.'· M:"'~:'::'~~',,·'.n":_'«
Psikoterapi dan Konseling,,,,.,,,,,,,*,,,.
Prii!ladi
_ _ 'W:~"',H'<'""":,;."~., ....",,, ., ~ ,,,~ , .:><!< :<, , ,, .,,,,, , ~.... ~,_>_,,:: _ _ , _.... ,,_~ ,

yang terpendam kemudian dianalisis. lsi mimpi


yang tersingkap mengacu pada detail yang bisa
diingat dari satu mimpi. Dari isi mimpi yang ter-
singkap, pemberi terapi berusaha mengemuka-
kan artinya, termasuk pesan yang tersembunyi
dan yang iersamar secara simbolis . Freud cen-
derung menemukan sejumlah simbolisme seksual
dalam mimpi . Misalnya, benda apa pun yang
bulat panjang runcing seperti roket akan ditafsir-
kan sebagai simbol phallus (yang menggambarkan
organ seks laki-Iaki) . Penafsiran mimpi jelas bisa
bersifat spekulatif dan hanya sedikit psikolog
(yang tidak mengikuti Freud atau Jung) meng-
gunakan metode tersebut pad a saat ini.
Freud juga menggunakan hipnotis dalam
masa awal prakteknya, tetapi belakangan ia
meninggalkan hal itu untuk menjaga asosiasi yang bebas. Hipnotis klasik
mencakup tindakan membuat pasien mer as a rileks dan memasuki kondisi
kesadaran yang berubah di mana orang itu lebih terbuka dan bisa menerima
saran. Di bawah bimbingan konselor klien kemudian mundur ke tahap masa
kecilnya di mana peristiwa trauma tis yang terjadi bertanggung jawab atas
masalah pad a sa at ini. Dengan menghidupkan kembali kejadian itu, orang
itu mungkin mulai memahami penyebab masalah pada saat ini dan lebih
mampu menyelesaikan konflik yang ia hadapi.
Beberapa psikolog masih menggunakan hipnotis, tetapi biasanya dengan
cara yang berbeda dari pendekatan klasik. Dalam banyak kasus, orang itu
ditempatkan dalam kondisi kesadaran yang rileks dan diberi saran-saran
yang akan membantunya mengatasi masalah saat ini. Misalnya, perokok
berat mungkin bisa diberi saran bahwa rasa nikotin akan membuat merasa
sangat sakit. Saran melalui hipnotis semacam itu bisa berhasil, terutama jika
klien sungguh-sungguh ingin mengatasi masalah mereka. Jenis hipnotis
semacam ini memiliki lebih banyak persamaan dengan teknik aversi psikologi
behavioral daripada psikoanalisis.
Orang Kristen memiliki pendapat yang berbeda tentang masalah
hipnotis. Beberapa orang percaya bahwa praktek ini berbahaya karena dalam
kondisi kesadaran alternatif yang terbuka ada kemungkinan terjadinya
pengaruh roh jahat. Orang Kristen lainnya percaya bahwa hipnotis meru-
pakan praktek yang bisa diterima jika konselornya adalah orang Kristen dan
hipnotis itu didahului dengan doa. Yang lain, mungkin mayoritas, lebih suka
rnenggunakan metode konseling lainnya karena hipnotis tidak seefektif pen-
dekatan lainnya. Ada beberapa bukti bahwa, sesungguhnya, regresi yang
sejati tidak terjadi sungguh-sungguh (Nash, 1987).
Juga perlu dicatat bahwa ada metode kesembuhan emosional Kristen
khusus yang disebut "kesembuhan memori" atau "kesembuhan batin".
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Umumnya pendekatan ini memiliki persamaan dengan psikoanalisis dalam


hal penekanan terhadap kesembuhan pada kedalaman keberadaan seseorang.
Klien didorong untuk rileks dan kemudian diminta untuk menjelaskan penga-
laman masalah awal. Pada saat pasien berusaha menghidupkan kembali
pengalaman itu, konselor mendorong mereka memohon kepada Allah agar
mengampuni orang yang berbuat salah kepada mereka (atau mengampuni
diri mereka sendiri jika mereka berbuat salah). Kemudian Allah diminta
menghapuskan rasa sakit saat mengingat hal itu; klien bisa membayangkan
Kristus membantu mereka dalam situasi itu. Buku terbaik tentang penyem-
buhan memori pada saat ini adalah karya Seamand (1985).

Analisis Transaksional (AV


Ada beberapa kesamaan pada permukaan antara analisis transaksional
dengan psikologi aliran Freud. Misalnya, id, ego, dan superego mirip dengan
kondisi ego masa kanak-kanak, dewasa dan orangtua dalam AT. Namun secara
teknis, analisa ini tidak dipandang sebagai bentuk konseling psikodinamika
oleh para psikolog pada umumnya.
Menurut analisis transaksional (Harris, 1969), kita merniliki beberapa kebu-
tuhan dasar. Yang pertama adalah rasa haus akan sentuhan, kebutuhan untuk
mendapatkan waktu, perhatian, dan kontak fisik dengan orang lain. Kedua
adalah rasa haus akan pengakuan, yang dipuaskan ketika orang lain mengakui
eksistensi kita. Rasa haus akan struktur, atau apa yang harus kita lakukan
dengan waktu kita, merupakan kebutuhan ketiga. Kebutuhan lainnya adalah

Fokus 15.3.
Pandangan Orang Kristen tentang Psikoanalisis
Sementara pemikiran Kristen telah dibandingkan dan dikontraskan dengan teori
Freud pada awal buku ini (lihat bab 1 dan 13), di sini kita berharap untuk membahas
konsep pandangan psikoanalisis secara spesifik. Freud percaya bahwa pandangan
terhadap konflik pikiran bawah sadar merupakan hal utama bagi kesembuhan mental,
tetapi apakah itu sudah cukup bagi orang Kristen?
Sementara pandangan merupakan langkah pertama yang baik dalam ~al bahwa
kita harus memahami masalah sebelum kita memecahkannya, hal itu paling tidak
merupakan solusi secara parsial. Kekristenan tidak hanya memberikan solusi yang
memadai untuk kekhawatiran dan mekanisme pertahanan diri. Teologi Kristen
memberikan penjelasan yang lebih memuaskan tentang penipuan diri sendiri yang
tersirat dalam mekanisme pertahanan diri dan juga memberi kita jawaban terhadap
penipuan diri sendiri: pengampunan melalui kematian Kristus di kayu salib. Pemeriksaan
diri sendiri untuk menemukan motivasi yang tersembunyi, pengakuan dosa dan apologi
atau restitusi semua bisa ditemukan dalam Alkitab. Hal ini juga dibutuhkan untuk
mendatangkan kesembuhan dan pertumbuhan emosional dan rohani.
Psikoterapi dan Konseling Pribadi

rasa haus akan kepemimpinan, terutama kesempatan untuk menolong or-


ang lain menyusun waktu mereka. Kebutuhan terakhir kita adalah rasa haus
akan kegairahan, yang dipenuhi dengan menyusun waktu dalam cara yang
tampaknya paling menarik.
Analisis transaksional menggunakan sejumlah istilah secara khusus. Misalnya,
naskah adalah rencana hidup, yang diputuskan pada usia awal; melalui hal itu
orang-orang memenuhi kebutuhan di dunia pada saat melihat diri mereka dari
tempat yang menguntungkan dari "posisi kehidupan" mereka. Naskah adalah
rencana hidup yang mengandung hal-hal penting yang terjadi pada diri
seseorang. Ada empat posisi hidup yang mungkin, yaitu:
Saya setuju, karnu setuju.
Saya setuju, kamu tidak setuju.
Saya tidak setuju, kamu setuju .
Saya tidak setuju, kamu tidak setuju.
Pentingnya posisi hidup adalah karena hal itu membantu menentukan
jenis naskah yang akan dijalani seseorang sepanjang hidup. Permainan adalah
satu seri transaksi yang terjadi pada dua tahap komunikasi yang berbeda
sekaligus, dengan pilinan yang tidak terduga yang menuntun pada pem-
balasan - mungkin perasaan khusus seperti rasa bersalah, depresi atau
kemarahan. Tiga kondisi ego membentuk dasar bagi analisis struktural. Yang
pertama "anak-anak", yang mengelilingi perasaan, sikap dan pola perilaku
anak di bawah usia enam tahun. Kondisi ego kedua adalah "orangtua," yang

lsteri mengatakan 'Mengapa kamu tidak mengambil pakaianmu?'

8 Kondisi
8 Kondisi
EgoPasien Egolsteri

Gambar 15:1. Contoh analisis struktural


PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

mencerminkan nasihat dan nilai-nilai, "harus" dan" jangan", dan semua


diprogram baik secara sosial maupun tradisional. Kondisi terakhir, "masa
dewasa" merupakan aspek ego yang menanggapi realitas. "Raket" adalah
perasaan yang dikumpulkan seseorang untuk membenarkan tindakan utama
dalam naskah hid up mereka. .
Analisis transaksional merupakan penanganan kontrak di mana pasien
menielaskan apa yang ingin mereka capai dalam hubungan terapetik; pemberi
terapi menerima atau menolak kontrak itu, tergantung pad a apakah mereka
pikir bisa membantu. Terapi dimulai dengan analisis struktural - identifikasi
dan pelukisan tiga kondisi ego dalam diri orang itu dan orang lain. Analisis
struktural diikuti dengan analisis transaksionat yaitu, analisis kondisi ego yang
darinya transaksi dimulai dan anaJisis kondisi ego untuk menentukan tindakan
(lihat gambar 15.1.).
Meskipun dipengaruhi oleh orang lain, pilihan akhir naskah hidup
terletak pada orang itu sendiri. Orang-orang memiliki naskah terbaik yang
diadaptasi untuk posisi kehidupan yang sudah diputuskan, dan permainan
serta raket yang siap dipelajari sesuai dengan keputusan keluarga dan harap-
an, kebutuhan dan keinginan mereka sendiri. Alternatif untuk memainkan
permainan itu adalah pola hidup yang dipilih sendiri dan otonom yang bisa
diubah menjadi pola yang lebih menarik dan memberi pahala kapan pun.
Dari sudut pandang Kristen, masalah dengan AT adalah bahwa tanpa Kristus,
perubahan sulit terjadi - dan tidak ada seorang pun yang sungguh-sungguh
oke.

Modifikasi Perilaku
Perilaku melibatkan respons kognitit motorik dan emosional terhadap stimulasi
eksternal maupun internal. Perilaku maladaptif bisa diubah secara sistematis
dengan penerapan teknik yang dihasilkan dari teori belajar.
Terapi perilaku menekankan perubahan dalam perilaku lahiriah. Modifi-
kasi perilaku langsung menuntun pad a perubahan perasaan dan sikap. Pemberi
terapi mengharapkan klien menetapkan tujuan khusus untuk membantu
pengobatan mereka sendiri. Modifikasi perilaku secara khusus paling efektif
untuk menangani fobia dan pemikiran yang obsesif.
Karena teori perilaku dibahas secara panjang lebar dalam bab 6, kita hanya
akan meninjau beberapa metode secara singkat dan memberikan satu contoh untuk
masing-masing metode. Pada dasarnya semua metode melibatkan ide memo-
difikasi perilaku dengan mengubah konsekuensi dari perilaku itu (dampak tin-
dakan itu) atau dengan mengubah pendahulu perilaku tersebut (hal yang
terjadi sebelum tindakan itu). Daripada mengubah pikiran bawah sadar,
perilaku eksternal dimodifikasi.
Salah satu konsekuensi yang bisa diubah adalah peneguhan. Misalnya, orang
yang mentaJnya terbelakang sering kali bisa mengembangkan keterampilan baru
melalui pemberian pahala secara sistematis jika orang itu mendekati perilaku
baru (shapit~g/pembentukan). Konselor mungkin secara tidak sadar
menggunakan teknik ini dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada
klien (peneguhan) ketika ide yang penting sedang dibahas, dan kurang mem-
berikan perhatian dalam masalah yang kurang penting.
Terapi aversi memusatkan perhatian pada penggunaan hukuman. Pecandu
alkohol kadang-kadang ditangani dengan menggunakan goncangan listrik yang
ringan Qangan dikacaukan dengan pengobatan dengan goncangan) ketika mereka
mencicipi alkohol. Tujuannya adalah untuk mengembangkan fobia terhadap bau
dan rasa rninuman itu. Hal ini bisa efektif jika orang itu sungguh-sungguh ingin
mengatasi masalah ini. Sayangnya, fobia itu bisa segera hilang jika klien ingin
menghentikan pengobatan itu. Terapi aversi telah berhasil dipakai untuk
mengatasi pedofilia (pemerkosa anak) dan homoseksual (Walen, Hauserman,
dan Lavin, 1977).
Pemodelan melibatkan pengamatan dan peniruan perilaku yang
diinginkan. Hal ini digunakan terutama dalam pelatihan asertif, di mana
seorang yang pemalu belajar untuk mengambil inisiatif dan menjadi lebih supel.
Pernimpin bisa memberi contoh respons yang asertif di depan kelompok k.lien
(biasanya traning asertif berlangsung dalam terapi kelompok). Setiap klien

Fokus 15.4.
Perhatian sebagai Peneguhan dalam Gereja
Para pendeta kadang-kadang merasa bingung bagaimana mereka bereaksi
terhadap kesaksian atau komentar lainnya dalam ibadah yang tidak sesuai dengan
teologi di gereja. Misalnya, apakah yang harus dilakukan pendeta jika pembicara tamu
menyatakan di depan jemaat umum bahwa program televisi yang diproduksi suatu
sekte sangat membantunya?
Reaksi pendeta harus ramah tetapi tegas. "Amin" bukan hanya meneguhkan
pembicara, melainkan juga bisa ditafsirkan meneguhkan kepercayaan sekte itu. Tentu
saja, pendeta perlu menafsirkan situasinya dengan tepat. Orang Kristen yang lemah
yang memberikan kesaksian di muka umum untuk pertama kalinya bisa diberi tahu,
"Terima kasih atas ide-idemu. Saya ingin berbicara denganmu lebih lanjut tentang hal
itu setelah kebaktian selesai." Kadang-kadang diam (extinction) sudah cukup. Untuk
penafsiran yang bersifat lebih dogmatis, perlu dilakukan konfrontasi, misalnya ."Maaf,
tetapi ide itu bukan kepercayaan di gereja ini." Menyela, menghukum dengan tegas,
mungkin perlu dilakukan dalam situasi yang sangat sulit.
Koor "amin" setelah mendengar kesaksian dari orang muda yang pemalu mungkin
bisa meneguhkan, sedang berdiam diri atau bergumam bisa merupakan extinction -
atau hukuman yang efektif. Tentu saja hal ini bisa ditafsirkan lebih jauh, sampai pada
titik di mana ide inovaUf yang sehat menurut doktrin akan diabaikan hanya karen a jemaat
Udak pernah mendengar hal itu sebelumnya. Kasus tersebut mungkin bisa terjadi dalam
gereja yang legaliUk dan kaku.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

kemudian secara bergantian meniru perilaku yang ditegaskan, dan didorong


dan dipuji oleh konselor dan orang lain dalam kelompok.
Desentisasi merupakan metode lain yang digunakan oleh konselor be-
havioral untuk menangani fobia yang didasarkan pad a teori pembiasaan
klasik.
Metode lain yang digunakan oleh pemberi terapi behavioral adalah
kontrak, di mana klien dan konselor setuju untuk menjalankan rencana danl
atau tujuan tertentu di antara sesi konseling. Misalnya, seseorang yang ber-
us aha berhenti merokok mungkin setuju mengurangi rokok lima batang se-
hari untuk mendapatkan pahala tertentu . Perjanjian orangtua dan remaja
yang disebutkan dalam bab 11 juga merupakan kontrak.
Ada beberapa variasi terapi perilaku secara Kristen. AdamS (1973), yang
secara terbuka bersikap bermusuhan terhadap psikologi, telah mengem-
bangkan konseling noutetik di mana perilaku yang diinginkan diberi pahala
sedang perilaku yang tidak diinginkan dihukum. Adams menekankan bahwa
klien mendapat "pekerjaan rumah" yang melibatkan adanya persetujuan
an tara konselor dengan klien. Semen tara Adams menyatakan bahwa idenya
itu bukan pendekatan behavioral, aspek-aspek ini tentu saja bersifat behav-
ioral! (secara jujur, konseling noutetik memang melibatkan lebih banyak
metode behavioral, seperti akan dibahas berikutnya dalam bab ini.) Bufford
(1981) juga memberi garis besar tentang pendekatan Kristen terhadap
konseling.

TERAPI RAsloNAL-EMOTIF (IRE)


Teori rasional-emotif (atau terapi perilaku kognitif), yang dipelopori oleh Albert
Ellis (Ellis dan Grieger 1'!17), merupakan perluasan behaviorisme yang menekankan
pengaruh keyakinan pada perilaku. SejumIah keyakinan yang irasional telah
dibahas dalam buku ini sebelumnya (lihat bab 7) . Keyakinan yang irasional
ini harus dilokalisasi, dikonfrontasi, dan kemudian digantikan dengan
keyakinan yang lebih rasional.
Terapi rasional-emotif bersifat aktif dan direktif. Cabang pemikiran ini
beroperasi pada diagram A-B-C. "A" mengacu pada kejadian dalam hid up
seseorang; "B" mengacu pada pemikiran seseorang terhadap kejadian "A"; "C"
mengacu pada emosi dan perilaku orang itu sebagai akibat "B". Jika konsekuensi
emosional yang tinggi (C) muncul setelah kejadian yang mengaktifkan (A), "A"
mungkin adalah penyebab "C". Namun sesungguhnya, konsekuensi emosional
sebagian besar diciptakan oleh "B," sistem keyakinan orang itu (lihat gambar
15.2.).
Tujuan terapi adalah untuk meminimalkan pandangan yang merendahkan
diri sendiri dan membantu seseorang mendapatkan filosofi kehidupan yang
lebih realistis dan total. Penderitaan bisa dikurangi dengan beberapa cara,
termasuk pengalihan, pemuasan kebutuhan, dan meyakinkan seseorang
melepaskan hal yang ia butuhkan. Konseli pada dasarnya diajar ten tang
Klien menumpahkan 'Saya harus selalu Klien menangis
jus saat makan pagi sempurna'.

Gambar 15.2. Paradigma A-B-C

bagaimana cara berpikir - untuk memisahkan keyakinan yang rasional dan


yang tidak rasional.
Pemberi terapi rasional-emotif bersikap informal, aktif, enerjetik, dan
direktif. Sering kali pendekatan yang tegas diperlukan untuk mengubah pola
perilaku yang destruktif. Tugas menyelesaikan pekerjaan rumah dan tindakan
menghadapi kejadian yang tidak menyenangkan merupakan bagian dari
terapi. Orang-orang perlu ditunjukkan bahwa mereka menolak untuk meng-
ubah penampilan dan perilaku mereka karena perubahan itu sulit dan
mereka lebih senang solusi yang cepat daripada bekerja keras untuk membuat
,perubahan.
Kita bisa memikirkan tentang pernyataan pada diri sendiri TRE yang tidak
rasional sebagai sejenis percakapan dengan diri sendiri yang tidak produktif. Apa
yang kita katakan pada diri sendiri tentang suatu kejadian sering mempengaruhi
reaksi kita lebih daripada kejadian itu sendiri. Backus dan Chapian (1980) dan
Propst (1987) menggambarkan variasi TRE dan konsep percakapan dengan
diri sendiri secara Kristen.

Pendekatan Konseling yang Humanistis


Istilah "humanistis" digunakan di sini dalam pengertian psikologis dan
bukan dalam pengertian filosofis . Sejumlah penulis Kristen telah berbicara
menentang humanisme sekular karena mereka mengabaikan atau menyangkal
Allah. Hal itu tentu saja tidak sesuai dengan kekristenan. Sebaliknya, psikologi
humanistis mengacu pada pentingnya diri seseorang dan nilai positif manusia.
Sebab itu hal itu sangat sesuai dengan kekristenan. Sesungguhnya kita bahkan
bisa mengatakan bahwa kekristenan bersifat humanistis karena ia mene-
kankan pentingnya nilai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah.
Sebaliknya, harus diakui bahwa banyak orang berpendapat bahwa psikologi
humanistis juga adalah penganut humanisme sekular (seperti halnya
kebanyakan ahli psikoanalisis, penganut behaviorisme, dan yang lainnya).
Pendekatan konseling humanistis yang paling terkenal adalah terapi yang
berpusat pada klien. Kita juga akan membahas terapi gestalt dalam bagian
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 15.5.
TRE di Gereja
Guru Sekolah Minggu bisa menggu nakan terapi ras ional -emotif dengan
menyodorkan beberapa pernyataan diri yang tidak rasional (lihat bab 7) kepada murid-
murid dan kemudian membahasnya dari sudut pandang Alkitab. Masing-masing
pernyataan itu harus dievaluasi dengan menggunakan pemahaman Alkitab. Buku-buku
yang mungkin membantu dalam hal ini mencakup karya Crabb (1977) dan Backus
dan Chapian (1980)
Pendeta konseling mungkin juga menemukan diri mereka mendengar pernyataan
diri yang Udak rasional dari klien. Hal itu lebih sering dinyatakan secara tersembunyi1.
tidak terbuka. Pernyataan seperti itu perlu dianalisis dan ditentang. Meskipun pendeta
mungkin bisa membantu dalam masalah ini, penanganan yang ekstensif terhadap
keyakinan dan asumsi yang tidak rasional mungkin perlu dilakukan oleh para konselor
Kristen yang terlatih secara profesional.

ini karena terapi ini memiliki persamaan dengan beberapa hal ideal yang
dianjurkan oleh para psikolog humanistis.

TERAPI YANG BERPUSAT PADA KLIEN

Rogers (1951) percaya bahwa semua orang memiliki dorongan yang kuat
untuk mengalami pertumbuhan pribadi, kesehatan dan penyesuaian diri, yang
ia sebut aktualisasi diri. Ketegangan, kekhawatiran, dan sifat defensif ikut terlibat
dalam dorongan dasar manusia. Jika kekuatan tersebut bisa dikurangi atau
diredakan, seseorang akan mengalami pertumbuhan pribadi. Orang yang
neurotik, menurut Rogers, telah kehilangan pandangan atas nilai-nilai mereka
sendiri dan telah mengambil nilai-nilai orang lain. Tujuan terapi yang berpusat
pada klien adalah untuk membantu orang-orang mendapatkan kontak kembali
dengan perasaan dan nilai-nilai yang sebenarnya. Penerimaan diri yang
semakin meningkat menambah otonomi dan mengurangi kekuatan ke-
khawatiran yang merusak; jadi pertumbuhan pribadi akan dialami.
Dalam terapi yang berpusat pada klien, pemberi terapi perlu bersikap
jujur, tulus, terbuka, dan menerima klien sepenuhnya. Menurut Rogers,
potensi pertumbuhan seseorang dilepaskan dalam hubungan di mana orang
yang membantu mengalami dan mengkomunikasikan kenyataan, perhatian
dan pemahaman yang sangat sensitif dan tidak menghakimi. Pendekatan
yang berpusat pada klien bisa diterapkan dalam hubungan apa pun di mana
orang-orang ingin memahami dan dipahami dan bersedia menyatakan diri
mereka sendiri sejauh tertentu.
Pemberi terapi yang berpusat pada klien harus memiliki sikap positif
tanpa syarat terhadap orang Iainnya. Mereka harus menerima klien sebagai
satu pribadi, sekalipun perilaku dan perasaan orang itu secara sosial tidak
Psikoterapi dan Konseling Pribadi

bisa diterima. Pemberi terapi harus memiliki empati; mereka harus berusaha
memahami perasaan klien sejelas mungkin. Akhirnya, pemberi terapi harus
tulus, mampu menjadi "diri mereka sendiri" dalam satu sesi dan menyatakan
pikiran dan perasaan tanpa berpura-pura. Terapi yang berpusat pada klien
efektif terutama untuk orang-orang yang memiliki citra diri yang buruk.
Teknik utama dalam terapi yang berpusat pada klien adalah refleksi. Hal ini
melibatkan pengulangan pernyataan yang diucapkan klien dengan menggunakan
kata-kata yang berbeda dan kadang-kadang memadatkan dan memperjelas apa yang
mereka katakan. Misalnya, klien mungkin mengatakan, "Say a tidak percaya! Saya
mendapat nilai A dalam tes psikologi saya yang terakhir!" Konselor mungkin
memberi respons, "Kamu merasa sangat gembira." Perasaan sangat penting bagi
pemberi terapi yang berpusat pada klien; jadi mereka cenderung sering memakai
pernyataan "kamu merasa" .
Terapi yang berpusat pada klien telah dituduh tidak memadai; pada
dasarnya terapi ini mengandaikan bahwa klien bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri jika diterima dan diteguhkan. Memang ada orang yang
bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri dan sekadar mendengar dan
menerima mereka merupakan sesuatu yang berharga. Namun pada
umumnya para konselor merasa hal itu tidak cukup . Sebaliknya, kete-
rampilan mendengarkan yang baik bisa membantu meneguhkan hubungan
antara konselor dengan klien. Jika tidak ada yang lainnya, teknik yang

Fokus 15.6.
Teknik Rogerian dalam Gereja
Banyak gereja menggunakan kelompok kecil, seperti pemahaman Alkitab di
rumah-rumah atau kelas sekolah Minggu, di mana interaksi sangat diinginkan. Beberapa
metode yang disebutkan dalam fokus 16.3. bisa digunakan. Sebaliknya, ide-ide khusus
yang disarankan oleh Rogers mungkin bisa dipakai untuk meningkatkan interaksi.
Sikap positif yang tanpa syarat sangat membantu. Refleksi juga bisa digunakan,
yang menurut paham perilaku bisa dipahami sebagai peneguhan, tetapi oleh Rogerian
dipandang sebagai sarana untuk klarifikasi dan menyampaikan pesan bahwa
pemahaman yang nyata Ieiah terjadi. Pemimpin bisa merefleksikan perasaan
terselubung yang dinyatakan atau bahkan juga implikasi teologis yang lebih halus dalam
pernyataan klien dengan cara yang bisa mendorong orang lain berbicara.
Refleksi merupakan teknik yang baik untuk membantu orang lain saling
mendengar secara sungguh-sungguh, dan bisa diterapkan dalam kebaktian kesaksian,
kelompok kecil dan penginjilan pribadi. Pendeta atau anggota dewan gereja yang
menggunakan refleksi dan klarifikasi mungkin bisa meredakan situasi yang bisa
menimbulkan ledakan. Waktu yang digunakan untuk menyatakan Ulang posisi bisa
memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk berpikir sebelu ·n bereaksi, dan
menghapus kesalahpahaman atau komunikasi yang salah yang mungkin terjadi.
.J
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

berpusat pada klien bisa digunakan untuk memulai proses konseling; setelah
hubungan terjalin metode lainnya bisa mulai diperkenalkan.
McKenna (1977) memberi garis besar ten tang pendekatan konseling Kristen
yang ia sebut "Model Yesus" , yang mencakup banyak komponen terapi yang
berpusat pada klien. Misalnya, ia menjelaskan perjumpaan Yesus dengan per-
empuan Samaria (Yoh. 4:1-42) yang menggunakan banyak konsep pendekatan
Rogers, meskipun ia mencatat dinamika psikologis dan rohani lainnya juga
(McKenna, 1977, 128-42). Konseling Rogerian merupakan hal yang sentral
dalam gerakan konseling pastoral dalam periode formatifnya (lihat bab 1).

TERAPI GESTALT

Terapi Gestalt berusaha menciptakan pengalaman yang meningkatkan


kesadaran diri. Pearl (1969) yakin bahwa orang-orang tidak mampu mencapai
potensi mereka yang sebenarnya karena mereka tidak memiliki kesempatan
untuk menemukan diri mereka sepenuhnya. Orang-orang bertanggungjawab
atas keputusan dan tindakan mereka sendiri, dan tidak bisa menyalahkan
masyarakat, orangtua dan pengalaman masa lalu mereka atas masalah yang
mereka alarni. Ketika mereka mengetahui dan menerima diri mereka, mereka
bisa mengatasi konflik dalam kepribadian sehingga mengalarni pertumbuhan
psikologis .
Menurut terapi gestalt, orang-orang jarang menggunakan potensi dalam
diri mereka atau di an tara mereka sendiri dengan orang lain. Kesadaran kita
biasanya diarahkan pada sedikit bidang yang sesuai dengan kesan tentang
identitas kita, dan kemudian semua pengalaman itu disalurkan melalui konsep
diri tersebut. Konsep diri yang terbatas membatasi kesadaran dan menghambat
pengalaman, sehingga kesadaran tidak bisa mengalarni kebebasan. Terapi ge-
stalt berusaha mengatasi keterbatasan itu dengan memperluas pengalaman.

Metode Konseling dan Terapi Lainnya

TERAPI REAlIT AS

Fokus terapi realitas adalah perilaku yang bertanggung jawab (Glasser,


1965). Dalam us aha mencapai perilaku tersebut ada tiga hal yang harus
dilakukan: menghadapi kenyataan; melakukan dengan benar dan ber-
tanggung jawab. Menurut terapi realitas, pada umumnya pertolongan
psikiater diperlukan karena kegagalan untuk memenuhi dua hal: kasih dan
harga diri. Fokusnya harus pad a mas a kini, bukan masa lalu, dan pad a
perilaku bukan perasaan.
Orang-orang harus menghadapi kenyataan dan mengakui bahwa masa
lalu tidak bisa ditulisulang. Mereka harus bertanggung jawab sepenuhnya
atas perilaku pada mas a kini dan masa depan. Pemberi terapi membantu
mereka merancang rencana khusus untuk perilaku mereka dan membuat
komitmen untuk terus mengikuti rencana tersebut.
Psikoterapi dan Konseling Pribadi

Manusia memiliki satu kebutuhan sosial yang paling penting - mene-


mukan identitas. Kebutuhan intrinsik itu diwarisi dan diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Identitas yang kita kembangkan muncul dari
interaksi dengan orang lain maupun interaksi dengan diri sendiri. Perubahan
identitas selalu mengikuti perubahan perilaku. Untuk mengubah diri kita,
kita harus mengubah apa yang kita lakukan dan menjalankan cara bertindak
yang baru. Terapi realitas sangat berfokus pada hal membantu orang-orang
untuk memahami dan menerima diri mereka sendiri sebagaimana adanya
dengan keterbatasan dan kemampuan mereka.
Pemberi terapi dalam terapi realitas harus bersikap personal dengan men-
dorong orang itu untuk membuat penilaian tentang satu nilai dan merencanakan
perubahan perilaku. Membuat kornitmen terhadap satu pilihan akan mengem-
bangkan kedewasaan; tidak ada dalih apa pun untuk tidak mengikuti perkem-
bangan yang dialarni. Pemberi terapi harus bersikap positif dalam pendekat-
an, tidak pernah berfokus pada hukuman, dan berusaha untuk memimpin
klien keluar dari identitas kegagalan. Dalam terapi realitas, orang-orang dibantu
untuk memaharni, mendefinisikan dan memperjelas tujuan hidup (baik jangka
menengah maupun jangka panjang), dalam mengenali hal-hal yang meng-
hambat kemajuan mereka dalam mencapai tujuan, dan dalam memban-
dingkan berbagai alternatif.
Dari berbagai cabang pernikiran sekular, terapi realitas tampaknya merniliki
pengaruh paling besar pada konseling Kristen. Penekanannya pada tanggung jawab
dan usaha untuk membedakan antara yang benar dengan yang salah sangat
dihargai; namun dalam terapi realitas, moralitasnya bersifat relatif karena tidak
didasarkan pada standar yang mutlak.

PsiKOTERAPI ADLERIAN

Psikologi aliran Adler atau psikologi "individu" dikembangkan pada


tahun 1911 oleh tokoh sezaman dengan Freud. Alfred Adler (11927) setuju
bahwa manusia memiliki faktor bawaan yang mempengaruhi nasib mereka
tetapi ia memandang hal itu adalah faktor sosial bukan faktor biologis.
Bukannya sakit mental, mereka sekadar merasa kecil hati karena perasaan
rendah diri dan meremehkan diri sendiri. Adler adalah seorang penganut
paham keutuhan, yang berpikir bahwa manusia hanya bisa dipaharni sebagai
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ia yakin bahwa semua fungsi
tertentu merupakan fungsi sub-ordinasi tujuan atau gaya hidup seseorang.
Gaya hidup tidak sinonim dengan perilaku; perilaku bisa berubah sepanjang
hidup seseorang sedang gaya hidup relatif tetap sama.
Bagi Adler, manusia adalah pembuat keputusan yang kreatif dan
bertekad kuat, yang mernilih tujuan yang ingin mereka kejar. "Pergumulan
yang dinarnis" untuk mengejar tujuan yang dipilih sendiri memberi tempat
dalam dunia bagi orang itu. Kehidupan tidak merniliki arti intrinsik, menurut
Adler, tetapi setiap orang memberikan arti hidup menurut gaya pribadi or-
ang itu sendiri. Karena orang-orang bertumbuh dalam lingkungan sosial,
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

mereka mengejar hal yang berarti dengan berusaha menguasai lingkungan


mereka. Jika anak-anak berpendapat bahwa mereka bisa mencapai keda-
maian melalui us aha yang bermanfaat, mereka akan mengejar "sisi hidup
yang bermanfaat" . Namun jika mereka merasa kedl hati, mereka akan terlibat
dalam perilaku yang mengganggu dalam usaha menemukan tempat mereka.
Anak-anak semacam itu biasanya akan menggunakan salah satu dari empat
pendekatan: mencari perhatian, mencari kekuasaan, membalas dendam atau
menyatakan kalah.
Menurut Adler ada empat tingkat keyakinan dalam gaya hidup. Yang
pertama adalah konsep diri, keyakinan yang dimiliki orang-orang ten tang siapa
diri mereka. Kedua adalah idealisme diri, keyakinan tentang bagaimana
seharusnya mereka atau apa yang diwajibkan mereka lakukan supaya mendapat
tempat. Ketiga adalah gambaran tentang dunia, bukan keyakinan tentang diri
sendiri melainkan apa yang dituntut dunia dari seseorang. Keyakinan terakhir
adalah kode etik pribadi. Perasaan-perasaan rendah diri berkembang jika ada
ketidakcocokan antara keyakinan ten tang di~i sendiri dan idealisme diri.
Karena masalah-masalah psikologi dimulai dari persepsi yang salah, proses
belajar, nilai-nilai, dan tujuan, tujuan terapi adalah melakukan pendidikan
atau pendidikan ulang. Mereka perlu belajar memiliki iman kepada diri
mereka sendiri, untuk mengasihi dan untuk mempercayai. Idealnya, melalui
psikoterapi minat sosial mereka dilepaskan sehingga mereka bisa menjadi
sesama manusia yang memberi sumbangan dan merasa memiliki dalam
dunia mereka.
Orang-orang menggunakan berbagai alat penyelesaian masalah untuk
melindungi harga diri mereka, seperti kompensasi, usaha perlindungan, dalih,
proyeksi, kecenderungan untuk depresiasi dan mendptakan jarak. Bagi Adler konsep
bawah sadar tidak dapat diterima, sehingga represi dan sublimasi dianggap
tidak relevan. Karena memiliki tekad pribadi, manusia tidak punya ruang untuk
instink, dorongan, libido dan motivasi bawah sadar yang dinyatakan lainnya.

Viktor Frankl telah mengembangkan satu bentuk psikoterapi yang ia beri


istilah "Iogoterapi". Pendekatan ini menekankan pentingnya makna hid up,
seperti ditunjukkan melalui juduI bukunya yang terkenaI Man's Search for
Meaning (1959). .
Ide-ide Frankl berasal dari pengalamannya dalam kamp konsentrasi Jerman
selama Perang Dunia II. Ia mencatat bahwa beberapa orang yang dimasukkan ke
dalam kamp menyerah dan seger a meninggaI setelah mereka tiba, sedang
yang lain mampu melewati kesulitan yang tak terkira. Apa perbedaan di
antara kedua kelompok orang itu? Orang yang mampu mengatasi kesulitan
memiliki sesuatu yang memberikan arti penting dalam kehidupan. Ada
sesuatu yang memberikan transendensi, sesuatu yang berada di luar diri
mereka yang mendorong mereka untuk terus maju. Bagi Frankl, hal itu adalah
PSikoterapi dan Konseling Pribadi

karya psikologisnya; bagi orang lain keluarga mereka; bagi yang lainnya lagi
iman keagamaannya.
Frankl percaya bahwa masyarakat biasanya ditandai dengan neurosis
nOCigenik, atau pencarian akan makna. Dalam pencarian akan ha l yang
terpenting, sifat rohaniah kita digari3bawahi. Kita bukan sekadar makhluk
jasmani. Dalam terapi, klien diberi kebebasan untuk mem ilih . Frankl
mendorong konseli untuk berpaling dari tekanan yang berlebihan pada diri
sendiri, yang kadang-kadang dikembangkan oleh terapi lainnya, dan narsis-
tisme yang sudah berurat akar dalam masyarakat kita, dan sebaliknya kita
berfokus pada apa yang terpenting dalam hidup.
Meskipun Frankl bukan seorang psikolog Kristen, ide-idenya sangat sesuai
dengan pemikiran Kristen. Banyak orang pada saat ini yang mencari arti hidup,
arti hidup yang hanya bisa diberikan oleh Allah. Seperti pemyataan Agustinus, ada
kekosongan yang diciptakan Allah yang hanya bisa diisi oleh Allah. Orang-orang
terus-menerus mencari sampai mereka menemukan Allah atau pengganti lainnya.
Menyadari fakta ten tang pencarian itu dan kebutuhan untuk jawaban yang memadai
akan arti hidup bisa menjadi aspek yang penting dalam konseling Kristen. Kristus
adalah solusi bagi pencarian akan arti hidup.

TERAPIINTEGRITAS

O. Hobert Mowrer memelopori terapi integritas yang berasal dari


pengalaman pribadi. Hubungan antara teori dengan iman Kristennya
mungkin paling baik dianalisis dalam bukunya Crisis in Psychiatry and Reli-
gion (1961), sedang pengalaman pribadinya yang menuntun pada teori itu
didokumentasikan dalam buku Abnormal Reactions or Actions? (1966).
Sebagai ahli terapi behavioral yang sukses, Mowrer dengan cepat menonjol
di antara barisan konselor selama tahun 1930-an dan 1940-an. Pada tahun
1953 ia terpilih sebagai presiden Asosiasi Psikologi Amerika yang sangat
bergengsi. Pada saat pertemuan tahunan asosiasi itu pada tahun itu juga, ia
harus memberikan dua pidato dan kemudian dilantik menjadi presiden. Satu-
satunya masalah adalah ia gagal tampil karen a menderita depresi akut
sehingga harus masuk rumah sakit!
Dengan berjalannya waktu kondisinya membaik dan ia mampu
menyampaikan pidato pada konvensi APA. Selama beberapa tahun kemu-
dian, ia memiliki wawasan yang lebih mendalam ten tang episode depresinya
yang terus berulang, dan menyadari betapa pentingnya peranan dosa dan
pengampunan. la berpendapat bahwa perasaan bersalah yang muncul dari
pelanggaran hati nurani dan masalah emosional sering disebabkan oleh dosa.
Oleh karena itu, mereka harus mengenali keberadaan dosa dalam hidup
mereka, mengakuinya, menolaknya, memohon pengampunan, dan akhirnya
melakukan restitusi atau menjalankan penebusan dosa.
Meskipun banyak hal dalam terapi integritas Mowrer yang sesuai dengan
inti pesan Kristen, ia secara kategoris menolak teologi Calvinis yang terlalu
2
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN
-.-- - - --_.-_._------- -- - --- --------------- -. .._---_..-.. - --- .

Perlengkapan elektroterapi (Adams Nervine Asylum, Boston, 1904).

deterministis. 1a percaya bahwa teologi tersebut menekankan kasih karunia


yang murahan dan lebih menuntun pada dalih daripada pengakuan dan
penanggalan dosa.
Meskipun Mowrer berpegang pada sejumlah prinsip yang ada dalam
teologi Kristen, ide-idenya tidak berada di luar keterbatasannya. Sebagian
besar orang Protestan akan setuju dengan ide restitusi, tetapi ide penebusan
dosa (kita tidak bisa membenarkan diri sendiri - hanya Kristus yang bisa).
Kita juga harus mempertanyakan asumsi bahwa semua penyakit mental
disebabkan oleh dosa; bisa jadi ada pengaruh yang sangat kuat dari masa
kecil ataupun penyebab organik lainnya (lihat bab 14). Dosa bisa menyebab-
kan psikopatologi, tetapi bisa juga ada penyebab yang lainnya. Contoh versi
terapi integritas Kristen secara khusus adalah konseling noutetik Adams,
yang menggabungkan unsur-unsur behaviorisme dan terapi integritas dalam
kerangka kerja Kristen.

Intervensi Fisik
Selain konseling verbal, psikiater juga menggunakan pengobatan
gangguan secara fisik, terutama untuk depresi. Hal itu mencakup pemberian
obat, terapi shock, dan psiko-bedah.
-
Psikolerapi dan Konseling Pribadi
.

OBAT-GBATAN PSIKOAKTIF

Salah satu penemuan yang paling penting dalam pertengahan abad XX


adalah obat-obatan psikoaktif. Sejurnlah obat, seperti Elavil, Trofanil, Norpra-
mine dan yang lainnya digunakan untuk mengobati depresi yang berat
Caram litium sangat efektif dalam membantu penderita manic-depresif
untuk mengontrol emosinya yang berubah-ubah secara ekstrem . Obat
penenang utama sering kali digunakan untuk membantu orang-orang yang
menderita kekhawatiran yang berat, sedang megavitamin dan hormon bisa
membantu penderita depresi dan gangguan mental lainnya. Thorazine, Haldol,
dan obat-obatan lainnya mungkin bisa membantu penderita skizofrenia.
Obat-obatan semata biasanya tidak cukup; konseling juga dibutuhkan
untuk mendukung terapi medis. Tetapi adanya pengobatan psikoaktif bisa
membantu mengurangi penanganan pasien yang harus menjalani rawat-inap
dalam jangka panjang secara dramatis. Banyak orang yang tidak memiliki
harapan sebelumnya sekarang bisa memberikan res pons pada konseling
setelah sindromnya yang ekstrem berhasil dikontrol melalui penanganan
medis. Penderita skizofrenia yang sarna sekali tidak bisa disentuh masih sulit
memberi respons terhadap konseling, tetapi dengan bantuan obat-obatan
mereka kadang-kadang bisa mulai mendengarkan, belajar dan berubah.1

PENGOBATAN MELAWI SHOCK

Terapi elektrokonvulsif (ECf, atau "pengobatan melalui shock") diperkenalkan


pada tahun 1938, dan pernah digunakan secara luas untuk mengobati
gangguan emosi, terutama untuk gangguan psikotik. Setelah obat-obatan
phenothiazines dan antidepresan diperkenalkan pada awal tahun 1950-an,
penggunaan ECT mulai menurun. Dalam kasus tertentu, pengobatan itu
mendatangkan hasil yang dramatis, tetapi sifat pengobatan dan laporan
tentang kerusakan memori yang nyata yang berkaitan dengan pengobatan
ini membuat banyak orang menentangnya.
Saat ini terapi shock jarang menjadi pilihan pertama dalam penanganan
depresi. Terapi ini kadang-kadang diberikan kepada pasien yang resistan atau
memiliki reaksi sebaliknya terhadap antidepresan. ECT kadang-kadang
digunakan untuk krisis percobaan bunuh diri karena antidepresan tidak ada
hasilnya selama periode waktu dua sampai tiga minggu . Biasanya pe-
nanganan sebanyak lima sampai delapan kali diberikan kepada orang yang
menderita gangguan depresi. Setelah menjalani ECT, 30 sampai 40 persen
pasien akan jatuh sakit lagi dalam waktu satu tahun karena akar penyebab
psikologis dan roham depresi itu belum tersingkap dan diselesaikan.
ECT terbukti cukup aman selama be rtahun-tahun, dengan angka
kematian satu di antara sepuluh ribu pad a tahun-tahun awal, tetapi terus
menurun sampai satu di antara 40 ribu penanganan. Hilangnya memori
pasien yang menjalam rawat-inap pasti terjadi dalam penggunaan ECf, dan
semakin meningkat keparahannya dengan makin banyaknya penanganan
yang diberikan. Karena depresi itu sendiri juga menyebabkan kemunduran
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

dalam memori, seluruh kehilangan memori semacam itu tidak selalu


disebabkan oleh ECT. Sesungguhnya, beberapa pasien memorinya membaik
setelah menjalani ECT karen a depresinya terangkat. Biasanya, ECT tidak
digunakan kecuali pasien yang mengalami depresi berat yang tidak mampu
diobati dengan segal a bentuk terapi lainnya dan bertekad untuk melakukan
bunuh diri.

PSIKOBEOAH

Usaha untuk mempengaruru pikiran melalui operasi banyak ditentang oleh


masyarakat Kristen, dan memang hal itu benar. Lobotomi pra-frontal (memotong
lob frontal otak untuk membuat orang-orang merasa lebih menurut dan meredakan
rasa sakit emosional mereka) diperkenalkan oleh seorang neurologis Portugis, Egas
Moniz, pada tahun 1935. Saat ini hal itu kurang populer karena sudah ada
obat-obatan psikoaktif atau psikotropika. Jika psikobedah digunakan, hal itu
biasanya melibatkan kerusakan bagian-bagian otak yang paling kecil untuk
memberikan dampak yang sangat spesifik. Hal ini juga digunakan untuk
menangani luka di dalam lob pelipis otak, yang bisa menyebabkan perubahan
yang besar dalam perilaku. Berbeda jauh dari perilaku normal mereka, pasien
semacam itu menjadi mudah marah dan agresif. Penanganan luka p~da lob
pelipis tertentu lewat operasi sangat berbeda dari lobotomi pra-frontal yang
dilakukan pada tahun 1930-an dan 1940-an. Juga perlu dibedakan antara
psikobedah dengan bedah otak. Psikobedah melibatkan kerusakan jaringan
otak untuk memperbaiki beberapa masalah psikologis, sedang bedah otak
biasanya melibatkan penyingkiran bend a asing seperti tumor.

KONSELING KRISTEN
Konseling Kristen menggunakan berbagai pendekatan terapetik, seperti
halnya psikologi dan psikiater sekular. Meskipun orang Kristen memiliki
kesatuan dasar karena kesatuan mereka di dalam Kristus dan penerimaan
mereka akan Alkitab sebagai standar absolut, konselor Kristen berbeda satu
dengan yang lain dalam hal kepribadian, pelatihan yang mereka terima,
pengalaman mereka, latar belakang tempat mereka melakukan praktek dan jenis
konseli yang datang kepada mereka untuk minta tolong. Intinya, proses
konseling bisa dipahami sebagai pelayanan tiga bagian. Pad a dasarnya,
konselor melakukan fungsi berikut:
- Mendengarkan konseli.
- Membantu konseli mendapatkan pandangan.
- Membantu konseli menyusun rencana tindakan yang spesifik.

Men dengarkan
Sekadar bercakap-cakap dengan orang lain sering kali sudah
meringankan masalah. Persahabatan yang sejati dibangun ketika seseorang
mendengar orang lain dan menunjukkan perhatian yang tulus.
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
..............."',..,.,._... ...." .... < w

Sikap penuh perhatian, meskipun tidak dinyatakan dengan jelas, mudah


dirasakan oleh orang-orang, terutama yang sedang memiliki masalah. Or-
ang-orang cenderung tertarik pada orang lain yang hangat, mau memahami,
menerima dan personal - dan yang mau mendengarkan mereka. Jika konseli
tiddk mengembangkan hubungan yang penuh perhatian dengan konselor,
mereka jarang termotivasi untuk berubah. Mendengarkan meru pakan salah
satu cara terbaik untuk menyatakan perhatian.
Teknik mendengarkan yang baik harus dipelajari. Misalnya, jika bekerja dengan
dua orang sekaligus, cobalah bercakap-cakap hanya dengan satu orang dalam satu
kesempatan dan tidak terlibat dalam dua percakapan. Kita tidak boleh menyela
orang yang sedang berbicara. Pendengar yang baik tidak hanya menaruh perhatian
pada sebagian perc aka pan, berdebat secara mental semen tara orang lain sedang
berbicara, dan menarik kesimpulan sebelum orang itu selesai berbicara. Ia harus
berhati-hati untuk tidak menunjukkan sikap gelisah atau menunjukkan sikap bosan
melalui ekspresi wajah. Senyuman yang hangat, kontak mata, dan rninat yang
ditunjukkan melalui setiap gerakan merupakan ciri-ciri pendengar yang penuh
perhatian. Konselor tidak boleh membiarkan sudutpandang mereka sendiri untuk
mempengaruhi terapi. Konseli biasanya bisa memberi tahu jika mereka sedang
"dikesampingkan" secara mental atau diberi label oleh konselor pad a saat mereka
berbicara, terutama jika konselor menggunakan kata-kata yang penuh emosi. Juga,
merupakan hal yang bijaksana bagi konselor untuk menghindari membuat
catatan.

Membantu Orang Lain Mendapatkan Wawasan


Kunci konseling adalah membantu konseli mendapatkan waw asan.
Sekali seseorang mendapatkan wawasan ke dalam sifat masalah mereka yang
sebenarnya, sebagian besar masalah mereka bisa diselesaikan. Konselor sering
bisa membantu dengan memelihara keseimbangan an tara fo kus pada masa
lalu dan perhatian pada mas a kini dengan memperjelas perbedaan antara
perasaan dan perilaku, dan dengan menggunakan teknik-teknik direktif dan
non-direktif yang sesuai.

MASA LALU VERSUS M ASA K INI

Dalam konseling saat ini pendulum tampaknya berayun dari berfokus


pada masa lalu dengan berfokus pada masa kini. Salah satu posisi ekstrem
selalu menyalahkan masa lalu untuk masalah pada saat kini; yang lain selalu
menghindari mas a lalu dan hampir selalu berfokus sepenuhnya pada masa
kini. Misalnya, terapi realitas menekankan bahwa mas a lalu adalah masa
lalu dan tidak pernah bisa diubah. Secara umum, pengalaman masa lalu tidak
boleh dipakai sebagai dalih untuk menghindari tanggung jawab mas a kini.
Konseling Kristen berusaha menangani perilaku pad a saat ini, tetapi kadang-
kadang merupakan hal yang sesuai untuk melakukan sesuatu tentang
masalah-masalah pad a mas a lalu yang belum terselesaikan. Secara
keseluruhan, mengambil pandangan yang seimbang cenderung bekerja
terbaik.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 15.7.
Keunikan Konseling Kristen
Entah konselor seorang pendeta, ahli psikologi, psikiater, atau pekerja sosial,
prinsip-prinsip tertentu membuat konseling Kristen unik.
Pertama, konseling Kristen menerima Alkitab sebagai standar otoritas tertinggi.
Orang Kristen tidak dibiarkan "terombang-ambing" tetapi mereka bisa mengacu pada
otoritas tertinggi. Orang Kristen bersandar pada Roh .Kudus untuk menuntun mereka
sepanjang Alkitab, dan tidak bersandar pada hati nurani mereka sendiri untuk meng-
arahkan perilaku. Jika hati nurani sesuai dengan firman Allah, hal itu sah; jika tidak, hati
nurani tidak valid. Alkitab tidak hanya memberikan wawasan ke dalam perilaku manusia,
tetapi juga menaruh segala sesuatu dalam sudut pandang yang sesuai. Hal itu memberi
tahu siapa kita, dari mana kita berasal, dan bagaimana sifat dan tujuan kita.
Kedua, konseling Kristen unik karena bergantung bukan hanya pada kehendak
manusia untuk bertanggung jawab, melainkan juga pada kuasa Roh Kudus yang
berdiam di dalam diri kita yang memampukan kita menaklukkan masalah manusia.
Meskipun kita semua bertanggung jawab atas tindakan kita, orang Kristen pun bisa
memilih untuk bertindak secara tidak bertanggung jawab. Namun melalui kuasa Allah,
kita tidak lagi perlu menjadi budak kehendak yang lemah, lingkungan kita pada masa
lalu, atau situasi sosial. Meskipun masalah tidak hilang ketika kita menerima Kristus,
kita mendapatkan kekuatan yang baru untuk mengatasinya.
Ketiga, konseling Kristen unik karena meskipun menurut sifatnya orang Kristen itu
egois dan cenderung mengabaikan atau membenci Allah (Rm. 1:28-32), melalui iman
mereka menerima Roh Kudus yang memberi kemenangan untuk mengatasi sifat dosa
mereka.
Keempat, konseling Kristen unik karena mampu mengatasi masa lalu konseli
dengan efektif. Banyak teori kepribadian tradisional (terutama teori psikoanalisis) secara
eksklusif menangani masa lalu. Karena orang Kristen menemukan bahwa kejadian
pada masa lalu mereka diampuni, mereka bisa merasa terlepas dari rasa bersalah (I
Yoh. 1:9) dan menatap ke masa depan (Fip. 3:13-14). Bahkan sekalipun beberapa
kejadian pada masa lalu membutuhkan pemahaman dan doa khusus untuk menying-
kirkan kebencian dan kepahitan, orang percaya memiliki posisi yang aman di dalam
Kristus.
Kelima, konseling Kristen unik karena didasarkan pada kasih Allah. Allah mengasihi
kita (I Yoh. 4:10) dan ketika kasih-Nya mengalir melalui kita, kita mengasihi orang lain
dan memperhatikan mereka (Rm. 12:9-21). Konselor Kristen merasakan hubungan
rohani dengan orang Kristen lain dan membantu mereka untuk bertumbuh di dalam
Kristus ketika mereka menyelesaikan masalah.
Keenam, konseling Kristen unik karena menangani orang itu seutuhnya. Konselor
Kristen sadar bahwa aspek fisik, psikologis, dan rohani manusia saling berkaitan secara
rumit.
Tentu saja bagi orang Kristen, masa lalu sudah diampuni. "Jika kita
mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan ad it, sehingga Ia akan meng-
ampuni segal a dosa kita dan menyucikan kita dari segal a kejahatan" (I Yoh.
1:9). "Tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di bela-
kangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-
lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari
Allah dalam Kristus Yes us" (Flp. 3:13-14). Meskipun masa lalu diampuni oleh
Allah, rasa bersalah masih menghantui seseorang secara sadar atau tidak
sadar, dan karen a itu harus ditangani dalam konseling.

PERASAAN VERSUS PERILAKU

Meskipun satu sikap ekstrem dalam konseling berfokus sepenuhnya pad a


~rasaan, sedang yang lain sepenuhnya pada perilaku, konseling Kristen harus
menyentuh keduanya. Konseli perlu diberi kesempatan untuk menyalurkan perasa-
annya. Hal ini membantu mereka mengatasi kemarahan yang dipendam yang
menyebabkan depresi dan membantu membawa kekhawatiran itu dari tingkat
bawah sadar ke tingkat sadar, di mana hal itu bisa ditangani dengan tepal Hal itu
juga membantu konseli untuk merasa bahwa konselor memperhatikan mereka
dan mernahami mereka. Namun konselor Kristen harus bergerak lebih jauh dari
sekadar memberi perhatian pada perasaan untuk menangani perilaku. Bagai-
mana pun, orang-orang hanya merniliki kontrol langsung yang minimum atas
perasaan, tetapi merniliki kontrol yang maksimum atas perilaku mereka. Or-
ang yang bingung biasanya mendapat keuntungan dari sikap mengembangkan
rninat dan kegiatan baru.
Seseorang sering bisa mengubah perasaan dengan mengubah perilaku.
Memori dan perasaan dari mas a lalu terekam dalam otak (dalam tingkat
bawah sadar) bisa dimainkan kembali pada waktu yang akan datang. Salah
satu cara mengubah perasaan adalah dengan memprogram ulang pikiran
dengan mempelajari Alkitab: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna" (Rm. 12:2) .

TEKNIK DIREKTIF VERSUS NON-DJREKTIF

Psikiatri konvensional pada dasarnya bersifat non-direktif. Pernberi terapi tidak


berusaha memberi tahu pasien apa yang harus mereka lakukan, sebaliknya
mereka bekerja dengan prinsip bahwa sekali pasien memahami mengapa
segala sesuatu berjalan salah, mereka akan berubah: wawasan dipandang
akan menuntun pada perubahan perilaku. Konseling direktif, pada sisi lainnya,
berusaha mengajarkan kepada pasien cara yang lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Namun jika konselor terlalu direktif mereka merusak
tujuan mereka sendiri, karena hanya keputusan pribadi yang bisa bertahan
lama. Konseling yang tidak cukup direktif juga akan membingungkan konseli
karena mereka dibiarkan hanya mendapat sedikit panduan untuk diikuti.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 15.8.
Konseling Kristen melalui Radio
Pada tahun 1960-an, lama sebelum orang non-Kristen memikirkan penggunaan
konseling melalui radio, Slyde Narramore memiliki program radio nasional yang berjudul
"Psychology for Living", di mana ia menjawab surat-surat dari orang yang memiliki
masalah pribadi.
Pada tahun 1970-an program "Focus on the Family" Dobson lahir. Meskipun
beberapa program yang lebih awal mencakup format menerima telepon secara
langsung, penggunaan kaset rekaman membuat hal itu tidak bisa dilakukan pada waktu-
waktu selanjutnya. Dobson terus mengundang para psikolog dan para konselor sebagai
tamu dalam programnya dari waktu ke waktu. dan latar belakang psikologinya sendiri
mewarnai program itu secara regular. Konseling kepada para pendengar melalui
korespondensi merupakan aspek lain yang sangat menguntungkan dari pelayanan
radionya.
Pada tahun 1980-an muncullah pelayanan radio ketiga, program setiap hari yang
menerima telepon langsung dijalankan lewat satelit. The "Meier-Minirth Clinic"
menawarkan saran dan konseling psikologis dan rohani.
Konseling melalui radio tentu saja tidak bisa menggantikan konseling pribadi dan
bentuk terapi lainnya, tetapi banyak orang yang tidak mau datang konseling bersedia
menelepon, dan ribuan orang lain mendengarkan nasihat yang bermanfaat itu. Selain
itu banyak orang mulai memandang konseling sebagai alternatif yang sah akibat
mendengar program radio.

Konseling Kristen biasanya menggunakan pendekatan "direktif secara


tidak langsung" . Konselor Kristen harus bisa memahami masalah klien dan
kemudian membimbing mereka menyelesaikan masalah tersebut. Karena
Alkitab berfungsi sebagai standar otoritas, konseling Kristen bersifat direktif.
Tujuannya adalah membantu konseli menyelesaikan masalah mereka sesuai
dengan kt!hendak Allah dan membantu mereka bertumbuh secara rohani.
Namun pendekatan yang lebih disukai adalah yang bersifat tidak langsung
karena konselor biasanya menggunakan teknik tidak langsung (pertanyaan-
pertanyaan, saran-saran, mendengarkan) untuk membantu konseli ·mencapai
keputusan yang sesuai. Jadi, konselor Kristen menggunakan teknik tidak
langsung untuk tujuan direktif.
Yesus Kristus kadang-kadang direktif dan kadang-kadang non-direktif pada
kesempatan lainnya. Ia membantu orang-orang mendapatkan wawasan yang
berharga baik melalui pernyataan maupun pertanyaan. Pernyataan-Nya
tegas dan kadang-kadang penuh teguran, tetapi kadang-kadang lembut dan
ramah. Injil Markus mencatat kurang Iebih 20 pertanyaan yang diajukan Kris-
tus. Beberapa dari pertanyaan itu tidak berbelit-belit, dan bermaksud untuk
mengajar orang-orang atau membantu mereka mendapatkan wawasan,
tetapi paling sedikit lima dari pernyataan-Nya bersifat teguran (tiga
diarahkan pada orang Farisi dan dua pada murid-murid-Nya) . Pertanyaan
sering kali memaksa orang-orang untuk sampai pada kesimpulan mereka
sendiri; hal itu merupakan alat yang sangat berharga ketika digunakan oleh
konselor yang berpengalaman.

KESEIMBANGAN

Keseimbangan adalah kunci untuk kedewasaan rohani dan emosi, dan sekaligus
merupakan kunci kesuksesan konseling Kristen. Yesus Kristus menunjukkan
bagaimana bersikap langsung atau tidak langsung dalam membantu orang-
orang mendapatkan wawasan (lihat Yoh. 3), bagaimana berfokus pada masa
kini tanpa mengabaikan masa lalu (lihat Yoh. 4), dan bagaimana menekankan
aspek rohani tanpa mengabaikan aspek fisik dan psikologis (lihat Yoh. 5).

Menyusun Rencana Tindakan


Setelah berfungsi sebagai pendengar yang baik dan membimbing orang-
orang untuk mengamati sifat masalah mereka, konselor harus membantu klien
dalam menyusun reneana yang spesifik untuk menangani masalah itu. Orang
yang bingung jarang menyadari bahwa seeara tidak sadar mereka mungkin
telah menyusun reneana tindakan seeara terperinci untuk menghaneurkan diri
mereka.
Dalam menyusun reneana yang baru, konseli harus membuat daftar alternatif
untuk menangani masalah mereka dan membuat sehat mental mereka. Untuk
mengembangkan kreativitas, evaluasi harus dilakukan hanya setelah daftar
itu selesai dibuat. Setelah membahas lusinan alternatif beberapa kali (yang
bisa dikerjakan, yang tampaknya mustahil, bahkan yang sepenuhnya tidak
logis), rene ana tindakan tertentu yang terdiri dari lima sampai sepuluh
alternatif terbaik harus ditulis. Seperti ditekankan ahli terapi realitas, reneana
harus spesifik termasuk, misalnya, program olahraga yang terperinci atau
sejumlah kontak sosial selama minggu itu . Reneana itu bisa meneakup
beberapa rene ana tindakan langsung untuk mengatasi masalah khusus, seperti
menemui ternan yang membuat konseli itu marah dengan eara yang tegas.
Konseli perlu membuat komitmen terhadap reneana khusus dan berpaut
padanya dalam jangka waktu tertentu. Pada saat tujuan tereapai dan saat masalah
terselesaikan, perasaan akan berubah.
Konselor Kristen harus menyarankan konseli untuk mengkhususkan
waktu setiap hari dengan membaea firman Allah. Memori dan perasaan yang
disimpan dalam otak bisa membentuk sis tern kepereayaan pad a mas a lalu
yang salah, yang masih dipegang oleh konseli. Pada saat seseorang mere-
nungkan firman dan menerapkannya dalam hidup mereka, sistem keperea-
yaan dan perasaan mereka akan berubah. Misalnya, laki-laki yang sudah
dewasa mungkin meragukan keselamatannya karena ayahnya tidak mene-
rima dia sebagai anak. Pada saat ia melewatkan waktu dengan mempelajari
firman Allah, ia akan menyadari bagaimana Allah mengasihi dia dan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

menerimanya , dan sistem kepercayaannya yang salah akan berubah. Sistem


kepercayaan suami yang salah bisa menyebabkan dia kurang mengasihi
isterinya. Pada saat ia bertumbuh dalam firman Allah dan menyadari
bagaimana Allah menghendaki dia untuk mengasihi isterinya, pernikah-
annya akan membaik karena sistem kepercayaannya yang salah berubah.
Dalam membantu konseli menyusun rencana, proses pembuatan
keputusan harus diberi saran pemikiran. Tiga kriteria untuk membuat
keputusan yang benar adalah perasaan, logika, dan firman Allah. Banyak
keputusan yang salah dibuat karena perasaan dipertimbangkan lebih dahulu,
logika yang kedua dan terakhir firman Allah. Meskipun perasaan merupakan
standar yang paling labil, tidak bisa diandalkan dan mudah berubah, banyak
orang mendasarkan seluruh hidup mereka pada perasaan. Logika, yang jauh
lebih stabil dari pada perasaan, harus lebih diandalkan orang Kristen dalam
mengambil keputusan dalam hal-hal yang tidak dibicarakan oleh Alkitab.
Allah memberikan kita logika dan menghendaki kita menggunakannya.
Bahaya logika adalah orang-orang pada dasarnya egois, sehingga tanpa pan-
duan Roh Kudus, mereka cenderung memilih hal yang egois. Kriteria terbaik
dalam membuat keputusan adalah firman Allah (yang dipakai bersamaan
dengan doa), pimpinan Roh Kudus, dan saran-saran dari orang Kristen lain.

APAKAH KoNSELING DAN TERAPI B1sA EFEKTIF?


Anehnya pertanyaan ini tidak dibahas secara serius sampai pada awal
tahun 1950-an ketika Eysenck (1952) menyarankan jawaban yang negatif. Ia
menyatakan bahwa orang yang tidak menerima terapi pulih lebih cepat
daripada orang yang menerima konseling dan terapi. Namun ada beberapa
cacat yang serius dalam riset Eysenck. Datanya tidak diambil dari contoh
acak peserta yang dipilih dengan cermat, tetapi dari catatan perusahaan
asuransi dari tahun 1946. Ukuran suksesnya adalah seberapa cepat orang-
orang kembali bekerja sedang definisi "tidak melakukan sesuatu" adalah
mendapatkan pengobatan medis dari dokter. Kesimpulan yang valid dari
studinya mungkin adalah orang-orang pada tahun 1940-an kembali bekerja
lebih cepat jika mereka pergi ke dokter medis daripada jika mereka menerima
konseling - satu kesimpulan yang tidak terlalu mengejutkan, tetapi itu jauh
berbeda dari kesimpulan aslinya.
Meskipun riset aslinya memiliki cacat, pertanyaan apakah konseling
efektif merupakan pertanyaan yang penting. Beberapa orang_ seperti Mischel
(1968, 103-148) telah menekankan keterbatasan paling tidak beberapa jenis
konseling tertentu, kebanyakan orang tetap meyakini manfaat konseling.
Mungkin kesimpulan terbaik adalah banyak metode konseling yang efektif,
tetapi satu pendekatan tertentu lebih baik untuk jenis masalah tertentu
daripada pendekatan lainnya, untuk jenis konselor tertentu daripada yang
lain, dan untuk jenis klien tertentu daripada lainnya.
Seamand (1988) menunjukkan fakta bahwa jika kita mempercayai semua
buku konseling Kristen, kita harus menyimpulkan bahwa setiap pendekatan
..,_,.,.,.~.,~~-·.,.~-- -
.... ..... _,___ ......
,._.~.--
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
~--·~----~"'--

Kristen bekerja dalam segala situasi yang sebenarnya. Tetapi dampak sifat
dosa dan pengalaman traumatis pada masa kecil yang telah berurat akar
tidak dihapuskan hanya karena konselor itu adalah orang Kristen. Riset
Worthington (1986) menyatakan bahwa kebanyakan konseling Kristen
dilakukan oleh pendeta dan mereka tidak melakukan tugasnya sebaik
konselor lainnya.
Namun, ini tidak menjadi alasan untuk menghentikan konseling Kristen.
Kita bisa secara sah bertanya apakah para pendeta ini terlatih dalam konseling
seperti halnya konselor Kristen. Kita juga bertanya seberapa baik mereka
mengintegrasikan iman mereka dalam konseling mereka. Mungkin banyak yang
meniru profesional sekular namun tidak pernah menjalani pelatihan. Riset
biasanya bersandar pada survai, bukan pengalaman konseling secara aktual.
Mungkin akan lebih bijak jika kita membandingkan konseling lulusan sekolah
Kristen yang berakreditasi APA, seperti Fuller dan Rosemead, dengan lulusan
sekolah sekular yang berakreditas APA, untuk memastikan bahwa lulusan
sekolah Kristen itu sungguh-sungguh melibatkan ide-ide Kristen yang khas
dalam konseling mereka.
Sementara itu, akan bermanfaat jika kita menawarkan beberapa panduan untuk
mendapatkan konseling Kristen yang bermutu (Campolo, 1988, 213-214).
Pertama, putuskan jenis bantuan yang paling sesuai. Kedua, jika memori yang
ditekan merupakan bagian dari masalah, pastikan agar konselor merujuk pada
pengampunan Allah. Ketiga, dapatkan konseling dari seseorang yang tidak
menentang kekristenan. Keempat, konselor pernikahan harus menghargai
pernikahan seperti halnya Alkitab. Kelima, pastikan bahwa filosofi hid up konselor
dan kerohaniannya sesuai dengan filosofi dan kerohanian Anda. Akhirnya,
percayailah insting Anda - Roh Kudus mungkin memperingatkan Anda untuk
menghindari konselor tertentu, bahkan sekalipun ia adalah orang Kristen.

KoNSELING EKLEKTIK
Kebanyakan ahli psikologi, termasuk konselor Kristen, tidak bergantung
pada satu teori atau pendekatan tunggal dalam melakukan konseling.
Pendekatan yang dorninan untuk konseling dan terapi adalah eklektik, yang
melibatkan kombinasi beberapa teori, metode dan sudut pandang. Di antara
teori-teori, metode, dan sudut pandang itu prinsipnya harus bisa ditemukan
dalam Alkitab.
Ada empat jenis paham eklektik yang bisa dicatat. Pertama, ada paham
eklektik yang didasarkan pada riset, di mana metode tertentu dikenal paling
efektif untuk masalah tertentu berdasarkan riset sistematis. Misalnya fobia
biasanya paling baik ditangani dengan terapi perilaku, terutama desensitisasi.
Tingkat kedua paham eklektik adalah ekperiensial/pragmatis. Dengan
melakukan eksperimen dalam konseling orang itu sendiri atau dengan
bercakap-cakap dengan konselor lain, pendekatan yang paling cenderung
sukses untuk masalah tertentu bisa dipastikan.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 15.9.
Asosiasi Profesional
Sebelum profesional Kristen mulai menjalankan praktek psikologi pribadi mereka,
mereka harus meneguhkan reputasi mereka. Pertama, mereka harus bergabung
dengan gereja lokal. Kedua, mereka harus bergabung dengan kelompok profesional
setempat. Sekelompok psikolog atau psikiater, atau mung in organisasi konseling Kristen,
bisa memberikan jaringan interaksi sementara melayani sebagai dasar dukungan dan
tanggung jawab profesional. Ketiga, orang Kristen harus bergabung dengan organisasi
profesi nasional yang sesuai, seperti Asosiasi Psikologi Amerika atau Asosiasi Kristen
untuk Studi Psikologi. Konselor perlu menyadari apa yang dilakukan orang lain dalam
masyarakat dan membangun hubungan yang kuat dengan kaum profesi lainnya.
Kesempatan untuk berbagi kebutuhan, mendapatkan pengawasan, dan t:ielajar merujuk
pada ahlinya didapatkan melalui asosiasi profesional. Konselor Kristen sering kali
mendapatkan kesempatan yang penting untuk bersaksi dalam kelompok profesional
ini sambil mengembangkan pendekatan mereka sendiri dalam konseling. Akhirnya,
konselor Kristen harus memenuhi persyaratan apa pun yang ditentukan dalam panduan
lokal, negara atau nasional untuk praktek mereka.

Ketiga, ada paham eklektik rasional, di mana konselor mempelajari


metode yang berbeda dan dengan memikirkan secara mendalam mereka
menyimpulkan bahwa beberapa pendekatan sesuai dengan filosofi khusus
mereka daripada yang lainnya atau lebih masuk akal untuk masalah tertentu
daripada yang lain. Misalnya, konselor Kristen biasanya menekankan
pentingnya pemilah-milahan apakah masalah yang bersangkutan terutama
bersifat rohani, mental atau fisik sebelum menentukan pengobatan.
Keempat, paham eklektik rnistis. Sering kali dikaitkan dengan penyem-
buhan memori (Seamand, 1985, McDonald, 1981), pendekatan ini mencatat
bahwa Allah bisa dan Oika diizinkan) akan ikut campur secara langsung
dalam pemikiran konselor (ataupun konseli) selama proses konseling untuk
menunjukkan pendekatan mana yang diperlukan. Allah kadang-kadang se-
cara rnistis menyediakan semuanya secara lengkap, menyingkapkan masalah
dan/ a tau solusi yang sangat berbeda dari rasionalitas, riset a tau pengalaman
sebelumnya. Tentu saja, hal ini jangan menjadi bentuk konseling yang paling
dorninan, tetapi perlu diizinkan untuk berfungsi jika Allah menghendaki.
Juga perlu dicatat bahwa hampir semua orang yang mengikuti pende-
katan eklektik juga cenderung merniliki salah satu atau lebih teori "sandaran".
Dalam situasi khusus dengan klien, konselor cenderung menyelidiki pilihan
teoretis . Sering satu pendekatan sangat sesuai untuk masalah itu dan
konseling bisa berjalan. Tetapi jika masalah klien tidak sesuai dengan satu
pilihan dengan tepat, ada kecenderungan untuk memaksa situasi baru ke
dalam paduan teoretis yang ada. Jika teori sandaran itu adalah behaviorisme,
konselor akan mencari perilaku khusus yang terlibat, atau kemungkinan
Psikoterapi dan Konseling Pribadi
••• · p · ...- - - AAA A"A" -~ ' A

menghasilkan perilaku itu . Jika teori sandaran itu adalah psikoanalisis,


konselor akan bergantung pada mekanisme pertahanan diri atau tahap-tahap
Freudian untuk menafsirkan masalah itu . Orang-orang yang berpegang pada
teori sandaran Rogerian cenderung tidak melakukan penafsiran dan lebih
banyak melakukan refleksi sampai masalah itu jelas. Orang Kristen kadang-
kadang menggunakan doktrin dosa sebagai teori sandaran, dan menyim-
pulkan bahwa dosa tertentu harus ditemukan agar masalah itu bisa dijelas-
kan. Dalam situasi sandaran apa pun, ada bahaya yang nyata, yaitu menyim-
pangkan masalah dan karena itu kemungkinan untuk membantu klien
menjadi lebih sulit. Meskipun teori sandaran mungkin diperlukan, konselor
yang baik akan terus mempelajari teori yang baru dengan membaca buku
teks terbaru dan artikel-artikel jurnal, berkonsultasi dengan ternan sejawat,
bergabung dengan asosiasi profesional, dan mungkin menghadiri konferensi
sehingga jumlah situasi sandaran akan diminimalkan.
Tentu saja ada kebutuhan yang besar akan konseling Kristen di gereja, dalarn
pusat kesehatan mental Kristen, dalam sekolah Kristen, dalam ladang-ladang
misi, dalam setiap lingkungan. Konselor Kristen harus menggabungkan
antara iman dengan teknik-teknik konseling dengan cara yang paling efektif.

REFERENSI
Adams, J. 1973. Christian counselor's manual. Grand Rapids: Baker.
Adler, A. 1927. The practice and theory of individual psychology. New York: Harcourt, Brace,
and World .
Backus, W., dan M. Chapian. 1980. Telling yourself the truth . Minneapolis: Bethany.
------. 1987. Christian counseling and psy chotherapy. Grand Rapids: Baker.
Cam polo, T. 1988. Twe nty hot potatoes. Dallas: Word.
Collins, G. 1975. Pulpit and the couch. Christianity Today 19: 5-9.
------. 1980. Helping people grow. Ventura, Calif.: Vision.
Crabb, L. 1977. Effective biblical counseling. Grand Rapids: Zondervan.
Dobson, J. 1986. Keys to family-friendly church. Leadership 7:12-21.
Ellis, A., dan R. Grieger. 1977. RET. New York: Springer.
Eysenck, H. 1952. The effects of psychotherapy: An evaluation. Journal of Consulting
Psy chology 16: 319-324.
Frankl, V. 1959. Man's search f or meaning. New York: Pocket.
Freud, S. 1900. The interpretation of dreams. London: Hogarth.
-----. 1933. New introductory lectures on psychoanalysis. New York: Norton.
Gibson, D.1985. Adlerian psychotherapy. Dalam Baker encyclopedia of psychology, editor
D. Benner. Grand Rapids: Baker.
Glasser, W. 1965. Reality therapy. New York: Harper and Row.
Harris, T. 1969. I'm ok, you're ok. New York: Harper and Row.
James, M. 1973. Born to love. Reading, Mass.: Addison-Wesley.
Jung, C. 1928. Contributions to analytical psy chology. New York: Harcourt Brace.
Mcdonald, R. 1981 . M emory healing. Atlanta, Ga. : RLM Ministries.
Mckenna, D. 1977. The Jesus model. Waco: Word.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Minirth, F. 1977. Christian psychiatry. Old Tappan, N.J.: Revell.


Mischel, W. 1968. Personality and assessment. New York: Wiley.
Mowrer, O. 1961. The crisis in psychiatry and religion . Princeton, N.J.: Van Nostrand.
------.1966. Abnormal reactions or actions? Dubuque, Iowa: Bro""n.
Murphree, J. 1975. When God says you're ok. Downers Grove: Inter-Varsity.
Nash, M. 1987. What, if anything, is regressed about hypnotic age regression? Psycho-
logical Bulletin 102: 42-52.
Perls, F. 1969. Ego, hunger, and regression: The beginning of gestalt therapy. New York:
Random.
Propst, R. 1987. Psychotherapy in a religious framework. New York: Human Sciences.
Rogers, C. 1951 . Client-centered therapy. Boston: Houghton-Mifflin.
Seamands, D. 1985. Healing of memories. Wheaton, Ill.: Victor.
---------. 1988. Saturday plenary session. International Congress on Christian Counsel-
ing, Atlanta, Ga., 12 Nov.
Walen, S., dan N. Hauserman, dan P. Lavin. 1971. Clinical guide to behavior therapy. Bal-
timore: Williams and Wilkins.
Worthington, E. 1986. Religious counseling. Journal of Counseling and Development 64:
421-431 .

***

1. Untuk mendapatkan penjelasan yang terperinci tentang obat-obatan psikoaktif, lihat Minirth dan Meier
1978, 213-224.
16
Konseling Kelompok
dan Keluarga

KONSELING KELOMPOK
Penggunaan kelompok kecil yang bertemu muka dengan muka bisa membantu
perturnbuhan dan perkembangan banyak organisasi, termasuk gereja. Salah satu
alasan penting mengapa kelompok kedl dibu tuhkan adalah karena banyak masalah
komunikasi muncul (Balswick dan Balswick, 1989). Komunikasi yang buruk
mengganggu hubungan yang baik secara umum; itulah sebabnya mengapa
komunikasi sering kali menjadi tekanan yang penting dalam konseling kelompok.

Mengapa Komunikasi itu Sulit


Komunikasi pad a tingkat intim sulit dicapai dalam masyarakat industri mod-
ern yang menekankan produktivitas dan mengukur aktivitas manusia dalam
istilah kuantitatif. Misalnya, workaholik, yang harus bekerja dengan keras agar
merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, merupakan model kesuksesan
dalam kebanyakan budaya kita. Orientasi produk/tugas ini adalah faktor utama
yang merongrong hubungan yang dekat.
Orientasi produk/tugas ini juga menekankan bentuk komunikasi kognitif,
meskipun ada riset yang menunjukkan bahwa orang-orang jarang mengikuti
komunikasi verbal atau kognitif semata-mata. Seperti dikatakan oleh Ralph Waldo
Emerson, "Ketika mata mengatakan satu hal dan lidah mengatakan yang lainnya,
orang yang terlatih akan bergantung pada bahasa yang pertama." Karena itu, dengan
budaya yang kebanyakan mendorong pembacaan unsur komunikasi verbal tetapi
dengan kebanyakan orang membaca unsur bahasa tubuh atau non-verbal, muncul
dikotorni yang sesungguhnya menghalangi keintirnan dan komunikasi yang terbuka.
Selain itu, ekspansi pengetahuan yang cepat menghalangi komunikasi satu lawan
satu atau kelompok kedl yang murni.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Bagaimana Kelompok-kelompok Kecil Berfimgsi


Dengan mempermudah komunikasi yang murni, kelompok kecil bisa melawan
kecenderungan dalam masyarakat kita yang menekankan depersonalisasi. Pada
dasarnya kelompok-kelompok kecil menyediakan lingkungan di mana orang-or-
ang bisa saling mempraktekkan komunikasi dengan akurat.
Perjanjian Baru menyingkapkan pentingnya interaksi dalam kelompok
kecil. Kristus memilih dua belas murid dan melalui kelompok kecil itu Ia menjaga
hubungan yang dekat. Pada waktu selanjutnya, gereja-gereja yang pertama
berkumpul di rumah-rumah (Snyder, 1975, 69), dan bergantung pada dinamika
kelompok kecil untuk saling mendorong dan bertumbuh. Konsep yang terus
berulang dalam surat-surat Perjanjian Baru kepada jemaat-jemaat yang pertama
bahwa gereja adalah tubuh Kristus, yang bertumbuh dengan semua anggota
yang menjalin komunikasi akrab dan saling bergantung. Misalnya, Efesus 4:15-16
menggambarkan bahwa setiap bagian tubuh melakukan karya pelayanannya sendiri
yang unik sambil memberi sumbangan pada pertumbuhan secara keseluruhan.
Sebuah konsep penting lain adalah tentang keimaman semua orang
percaya. Para imam adalah orang-orang yang ditunjuk untuk mewakili umat
Allah dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah (lbr. . 5:1) . Or-
ang-orang Kristen dirujuk dalam Perjanjian Baru sebagai " bangsa yang
terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah

Fokus16.1.
Kelompok-kelompok Kecil dalam Gereja
Pada tahun-tahun terakhir banyak gereja mulai menggunakan pendekatan
kelompok kecil untuk studi Alkitab, pemuridan , mengubah kebiasaan dan mengem-
bangkan hubungan . Sesungguhnya kelompok kecil sudah lama ada dalam gereja dalam
bentuk pertemuan dewan dan Sekolah Minggu. Sebelum itu ada pertemuan-pertemuan
kelas pada zaman Wesley (Snyder 1980; Davies 1984). Gereja awal bertemu di rumah-
rumah, bukan di bangunan gereja. Kelompok-kelompok kecil bisa menjadi kunci utama
untuk menghidupkan kembali gereja lokal.
Mungkin buku terbaik tentang kelompok kecil dalam gereja adalah Getting To-
gether (1982) oleh Griffin. Ia membagi kelompok semacam itu menjadi tiga kategori:
kelompok tugas; kelompok pembina hubungan, dan kelompok pemberi pengaruh .
Komite gereja cenderung merupakan kelompok tugas, sedang kelompok yang
membantu anggota gereja berhenti merokok merupakan kelompok pemberi pengaruh.
Kelompok pembina hubungan menekankan pembangunan masyarakat Kristen dengan
latar belakang kelompok kecil.
Ada banyak buku dengan topik kelompok kecil dalam gereja. Buku-buku lain yang
bagus antara lain Growth Groups oleh Dibbert dan Wichern (1985) dan Five Audiences
oleh Hartman (1987).
. _____ ._. ___.. ~--. -~~ . ~. ~ -_... ....-.--... ..-___ I._.---__ ---"--.. . . . ------..
~ ~-~ --.~ . . . . -.. Konseling
~ - .."__ ___ Kelompok
~. ~ __._.. _.__dan Keluarga
. . .______ ..

sendiri" (I Ptr. 2:9) . Setiap orang percaya bisa saling melayani dalam konteks
hubungan kasih dan kesatuan. Pertumbuhan terjadi ketika orang Kristen
membicarakan kebenaran dalam kasih dan saling membangun dalam keren-
dahhatian, kelemahlembutan dan kesabaran. "Kelompok pertumbuhan" yang
berfungsi dengan benar dalam gereja bukan sekadar pemahaman Alkitab
dengan diskusi yang menyertainya. Hal itu dimaksudkan untuk membantu
peserta belajar, hidup, dan menyelesaikan masalah-masalah mereka .
Sebuah kelompok kecil yang sehat tentu saja bisa membantu mencapai
tujuan, termasuk penginjilan. Tujuan utama Yesus dengan kelompok murid-
Nya yang keci!, seperti ditunjukkan dalam Yohanes 13:34-35, dan 17:22-23,
adalah supaya kesatuan dinyatakan dalam kasih dan komitrnen mereka satu
dengan yang lain. Ia tahu bahwa kesatuan semacam itu akan menarik orang-
orang untuk mendengar berita Injil. Kedua belas murid meneruskan pola
tersebut kepada gereja abad pertama (Kis. 4:32-33).
Partisipasi dalam kelompok kecil bisa memberikan kesempatan untuk
memahami diri sendiri, yang mungkin akan lebih berharga daripada umpan
balik yang diberikan oleh dunia sekular. Peringatan dalam Roma 12:3 untuk
tidak memikirkan hal yang lebih tinggi dari pada yang seharusnya, sebaliknya
untuk memikirkan diri sendiri dengan "penilaian yang apa adanya" diberikan
dalam konteks tubuh Kristus dan berkaitan dengan karunia yang diberikan
kepada anggota-anggota gereja . Untuk memelihara sudut pandang yang
sehat dan akurat, kita perlu mendapatkan umpan balik dari kelompok yang
intim . Galatia 6:3, yang mengingatkan kita bahwa orang Kristen mudah
menipu diri sendiri, juga diberikan dalam konteks pengalaman kelompok.
Identitas diri yang tepat secara langsung berkaitan dengan komunikasi
antarpribadi yang efektif.
Umat Kristen diperintahkan dalam perikop Filipi 2:4-8 dan Galatia 6:2 untuk
saling melayani dengan saling menanggung beban. Kita bisa menanggung beban
orang lain dengan memahami kepribadian dan kebutuhan orang itu dengan
tepat. Hubungan kelompok kecil menyediakan kesempatan untuk menemukan
dan melayani kebutuhan orang lain. Pada sisi lainnya, terlalu banyak gereja
yang ikut-ikutan mempraktekkan pendataan kebutuhan jemaat dalam daftar
doa pada hari Rabu malam atau dalam buletin yang diedarkan ke seluruh jemaat,
dengan harapan seseorang akan tergerak untuk berdoa atau mengambil tindak-
an. Orang yang terbeban jarang merasa tersentuh melalui tipe pelayanan yang
disiarkan secara luas. Kelompok-kelompok kecil bisa menyediakan sarana bagi
gereja lokal untuk melayani jemaatnya sendiri.

Keuntungan Penanganan Kelompok


Konseling kelompok kecil sangat efektif dalam menangani masalah psiko-
logis seperti halnya masalah antarpribadi. Masalah antarpribadi telah menjadi
fokus utama terapi kelompok pada masa lalu. Misalnya, orang-orang berkete-
rampilan so sial buruk sering terbantu melalui sesi kelompok untuk mengem-
bangkan pola interaksi yang lebih sehat, supaya lebih bersentuhan, dan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

membicarakan masalah sambil saling memberi dorongan. Untuk pengem-


bangan hubungan antarpribadi semacam itu, kelompok kecil berfungsi sebagai
laboratorium atau lokakarya keterampilan kelompok yang efektif.
Masalah psikologis bisa ditangani pada saat yang bersamaan dengan
masalah antarpribadi. Harry Stack Sullivan dan pencetus teori hubungan
antarpribadi lainnya menunjukkan bahwa pada saat orang-orang menya-
takan dirinya dalam hubungan sosial, mereka juga mencerminkan dinamika
yang mendasari fungsi internal mereka. Karena itu, orang-otang lebih mudah
mengungkapkan masalah yang terjadi dalam diri mereka sendiri dalam
situasi kelompok kecil. Pada saat mereka menangani masalah tersebut dalam
situasi antarpribadi yang menerima dan mendukung, mereka berkembang
menjadi pribadi yang semakin utuh sementara mereka mengembangkan
dinamika antarpribadi yang sehat.
Alasan penting untuk mempertimbangkan pendekatan konseling kelompok
adalah efisiensi. Melalui konseling tradisional, satu orang dilayani satu konselor,
dua puluh orang yang membutuhkan kontak akan memerlukan dua puluh
pertemuan. Mungkin separo dari jumlah penduduk yang berusia antara 20-30
tahun sedang mengalami stres psikologis yang berat. Dengan begitu banyaknya
permintaan konseling profesional, pilihan satu orang dilayani satu -konselor
tidak realistis untuk setiap pertemuan. Format konseling kelompok dengan satu
pemimpin atau fasilitator untuk enam sampai delapan peserta merupakan
pelayanan yang cukup fleksibel dan memberi kesempatan kepada lebih
banyak orang untuk mendapatkan konseling.
Dalam situasi kelompok, orang-orang diperhadapkan dengan banyak
stimulasi atau opsi baru untuk perilaku mereka. Jika respons tersebut dilaku-
kan dalam kelompok, hal itu bisa diteguhkan sehingga mereka mempunyai
,kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai perilaku yang baru. Enam
'!;ampai delapan model perilaku yang ditawarkan oleh anggota kelompok
membuat perilaku baru lebih mudah disatukan ke dalam gaya hidup sese-
orang. Jadi, meskipun situasi satu lawan satu lebih menjamin kerahasiaan,
situasi kelompok menyediakan model perilaku baru yang lebih baik untuk
ditiru seseorang dalam hidupnya sendiri.
Kelompok kecil juga menawarkan keuntungan sentuhan perasaan terharu.
Dalam budaya Barat pentingnya emosi atau perasaan sudah begitu diabaikan. Laki-
laki dalam budaya kita didorong untuk menyangkal perasaan mereka dan diimbau
untuk menyalurkan hal itu ke "saluran yang lebih produktif". Perempuan
didorong untuk tidak jujur atau tulus dengan emosi mereka, dan hal itu sering
kali menuntun pada keadaan histeris atau pelepasan emosi yang tidak sesuai.
Karena tidak punya pengalaman dengan ungkapan perasaan yang sesuai,
seseorang mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan yang in tim dengan
orang lain, termasuk pasangannya. Format konseling kelompok bisa mengurangi
ketakutan untuk mengungkapkan emosi dan menawarkan pelatihan ulang
dalam pengungkapan emosi yang lebih sesuai.
Konseling Kelompok dan Keluarga

Fokus 16.2.
Kelompok Pertemuan
Pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an ada gerakan yang kuat untuk membentuk
kelompok pertemuan , kelompok kecil yang kadang-kadang memberikan tekanan
terapetik. Biasanya kelompok semacam itu, yang masih hidup di beberapa kampus,
menekankan kejujuran dan hubungan yang intim dengan anggota kelompok lainnya.
Kelompok yang serupa itu bisa ditemukan di banyak kola metropolitan saat ini.
Apakah kelompok semacam itu menguntungkan? Kelompok itu bisa membantu
orang-orang melakukan sharing lebih banyak, tetapi juga bisa berbahaya. Beberapa
orang mungkin tidak mampu bersikap jujur. Kadang-kadang para peserta saling
menyerang melalui kata-kata atau melekatkan label yang dangkal untuk anggota
kelompok lainnya.
Salah satu penulis leks ini terlibat dalam kelompok pertemuan selama masa
kuliahnya. Semua peserta adalah orang Kristen dan hampir semua mengambil jurusan
psikologi atau sosiologi. Kami bertemu sekali seminggu di apartemen profesor dan
menanti-nantikan saat kami bisa saling terbuka sepenuhnya . Ada saatnya ketika
seseorang mendapatkan wawasan yang baru disertai dengan ungkapan tangisan atau
perasaan yang hangat. Alkitab merupakan hal utama dalam diskusi dan ikatan kasih
Kristen yang kuat dirasakan setiap anggota kelompok.
Salah satu anggota kelompok juga terlibat dalam kelompok pertemuan sekular di
universitas yang dekat dari tempat itu. Ia melaporkan bahwa di kelompoknya ada sikap
saling melecehkan melalui kata-kata, termasuk penghinaan dan kata-kata cabul. Dari
ceritanya, tujuan kelompok tampaknya adalah saling merobek yang diharapkan akan
diikuti dengan perkembangan diri yang lebih realistis.
Kelompok pertemuan dan kelompok lain yang serupa itu mungkin bisa bersifat
positif atau negatif. Jika Anda memutuskan terlibat dalam kelompok semacam itu,
pastikan untuk mengikuU panduan seperti terdapat pada fokus 16.3.

Kepemimpinan Kelompok yang Efektif


Pemimpin dalam situasi konseling kelompok harus meri.unjukkan karakteristik
tertentu, yang terutama adalah sehat secara mental. Lebih disukai, pemimpin itu
sendiri sudah berpengalaman dalam terapi kelompok dan terlatih dalam
kepernimpinan kelompok kecil.
Pemimpin harus mengambil peranan sebagai fasilitator, dan memindahkan
kelompok dari orientasi belajar yang terstruktur secara tradisional ke orientasi
belajar melalui proses (lihat tabel 16.1.).
Dalam proses belajar tradisional, peranan ditentukan dengan tepat:
pemimpin adalah guru atau sumber informasi sedang pendengar adalah
murid-murid. Pemimpin dipandang sebagai penguasa yang harus dihormati
dan dipandang sebagai orang yang paling ahli. Proses belajar dalam situasi
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

seperti itu biasanya didasarkan pada sikap menghargai otoritas pemimpin,


artinya, pada seberapa baik mereka menunjukkan penguasaan materi dan
kemampuan mereka untuk memberikan jawaban. Sering kali pemimpin
menjawab berdasarkan informasi abstrak yang tidak diperoleh dalam konteks
kelompok itu.
Sebagai bandingan, fasilitator seharusnya adalah pemimpin yang berorien-
tasi pada proses, yang peranannya adalah menyediakan jaringan hubungan
yang semakin berkembang sebagai hasil interaksi partisipasi. Pemimpin bisa
menjadi pelajar dan pelajar bisa menjadi pemimpin. Fungsi utama pemimpin
adalah mengarahkan fokus terus-menerus pada masalah yang ada, bukan yang
bersifat abstrak. Pemimpin harus merumuskan masalah dan membantu meru-
muskan masalah, tetapi ia tidak perlu menjadi ahli. Pemimpin tidak menye-
diakan jawaban. Komitrnen kepada kelompok dipandang sebagai komitrnen

Tabel16.1.
Cara Belajar Tradisional versus melalui Proses

Cara Belajar Tradisional Cara Belajar Melalui Proses

Peranan didefinisikan dengan tepa!. Peranan ditentukan oleh keterlibatan dan


Pemimpin mengajar; anggota mendengar interaksi. Pemimpin bisa menjadi pelajar; anggota
dan belajar. bisa menjadi guru.

Pemimpin adalah 'otoritas'.la harus seorang Pemimpin membantu merumuskan masalah dan
yang 'ahli' dan dihormati anggota- membantu mengembangkan keterampilan
anggotanya. Ia menyediakan semua menyelesaikan masalah. Ia membantu orang lain
'jawaban'. Proses belajardidasarkan pada 'belajar bagaimana cara bel ajar'. Cara belajar
otoritas, pengetahuan dan penguasaan isi didasarkan pada komitmen/keterlibatan masing-
(informasi)-nya masing anggota. Setiap anggota
mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah secara pribadi.

Anggota beke~a dengan data (isi) eksternal Anggota bekerja dengan data eksternal dan
dan abstrak yang disediakan pemimpin. internal. Anggota menentukan apa yang perlu
Pemimpin mendefinisikan apa yang perlu mereka pelajari. Anggota berkonsultasi dengan
dipelajari. Anggota berusaha mengenal diri pemimpin untuk mendapat bantuan. Anggota
sendiri dengan mengukurdiri dengan tipe ideal. berusaha mengenal hubungan yang mereka jalin,
Mereka berorientasi ke luar dan bertindak dan pengetahuan yang mereka kejar. Mereka
sesuai dengan harapan orang lain. berorientasi ke dalam dan menetapkan standar
prestasi mereka sendiri.
Masalah utama dalam bel ajar melibatkan
akumulasi dan penyimpanan informasi Masalah utama dalam belajar melibatkan komunikasi
ekstemal, dan pemerolehan 'jawaban yang (meningkatkan pemahaman), keterlibatan
benar'. Motivasi sulit, dan kesulitan mengingat (partisipasi), dan transparansi (mudah dihubungi).
merusak keefektifan. Tekanannya pada pengembangan keterampilan
menyelesaikan masalah, menjaga motivasi belajar,
dan mendapatkan pengetahuan yang relevan.
pada proses belajar. Peserta mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah dan standar untuk soIusi mereka sendiri.
Dalam kelompok belajar melalui proses, peserta biasanya berorientasi pada
keinginan untuk menyelidiki dan mengembangkan mekanisme penyelesaian
masalah itu sendiri. Dalam cara belaja: tradisionaI, dimana anggota-anggota
bekerja dengan faktor eksternaI dan abstrak, mereka berusaha mendapatkan
informasi sebanyak mungkin dari pernimpin, yang menentukan apa yang harus
mereka pelajari. Bukannya menemukan diri mereka sendiri melalui Waktu yang
dilewatkan dalam kelompok, peserta mengukur diri mereka sendiri dengan
membandingkan dengan pernimpin yang menjadi tipe ideaL dan berorientasi
untuk mencapai prestasi yang diharapkan pemimpin. Dalam format belajar
tradisionaI, murid-murid menghadapi masalah bagaimana menyimpan dan
menggunakan informasi yang disediakan oIeh ahli . Mereka sering kali
merasakan kebutuhan untuk menjadi sempurna dan me menu hi harapan
orang yang ahli. Motivasi menjadi masalah dan murid mungkin melupakan
banyak materi yang dipelajari selama sesi tradisional.
Sebagian besar materi yang disampaikan di kelas, jika tidak diulang,
hilang dalam waktu satu atau dua hari. Sebab itu dalam situasi belajar tradi-
sionaL murid perlu terus-menerus mengulang apa yang disampaikan orang
yang ahli. Ahli" jarang menimbang faktor kehilangan memori dan cende-
II

rung memberikan materi yang Iebih abstrak daripada yang mampu dis imp an
atau ditumpuk orang-orang.
Dalam konteks kelompok proses, peserta bekerja dengan faktor eksternaI
dan internal. Artinya, mereka mendefinisikan kebutuhan pendidikan mereka
sendiri dan mengembangkan metode belajar mereka sendiri. Pemimpin kelompok,
sebagai fasilitator, membantu mempertajam definisi anggota tentang tujuan mereka
sendiri. Beberapa orang yang datang untuk konseling merasa takut dan mungkin
mencari pemimpin tradisional yang kuat. Penilaian terhadap anggota kelompok
yang potensial mungkin membutuhkan evaluasi ten tang motivasi mereka untuk
menyelesaikan masalah. Makin besar motivasi mereka, makin besar kemungkin-
annya mereka melakukan perubahan. Prospek yang baik untuk kelompok adalah
orang-orang yang berusaha mengenaI diri mereka sendiri melalui pilihan yang
mereka buat, hubungan yang mereka masuki, dan pengetahuan yang mereka
cari.
Tanggung jawab tiap-tiap orang atas pilihan pribadinya ditekankan sepanjang
Alkitab. Kelompok keciI berfungsi sebagai tempat di mana tiap-tiap anggota bisa
menjadi lebih bertanggung jawab atas pilihan mereka dan Iebih memaharni
sepenuhnya mengapa mereka membuat pilihan tertentu. Peserta harus didorong
untuk menetapkan standar penampilan mereka sendiri. Semakin banyak seseorang .
bertumbuh dalam bidang keterbukaan, komunikasi dan partisipasi, semakin besar
kemampuan mereka menyelesaikan masalah, yang bisa diterapkan di Iuar
kelompok.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Tahap-tahap Fungsi Kelompok


Proses kelompok biasanya melalui empat tahap.1 Tahap pertama adalah tahap
negosiasi tujuan dan nilai-nilai dalam kelompok. Dalam satu sampai empat sesi
peserta biasanya bisa menilai tingkat partisipasi, gaya komunikasi dan tingkat
keterbukaan yang mereka kehendaki. Selama sesi-sesi pertama itu, pernimpin
kelompok harus mengembangkan suasana keterbukaan, komunikasi yang
tulus, dan kehangatan. Pemimpin kelompok boleh memilih memulai sesi
pertama dengan riwayat pribadi yang singkat, yang terutama berorientasi
pada fakta-fakta "di sini dan saat ini" . Fakta-fakta abstrak kurang coeok di-
bandingkan dengan masalah yang ditangani pemimpin pad a saat ini .
Kemudian, tiap anggota kelompok harus diminta membahas riwayat pribadi
selama satu atau dua sesi berikutnya. Sesi kedua dan ketiga biasanya men-
eakup diskusi ten tang tujuan yang akan ditetapkan kelompok. Fasilitator
sebaiknya tidak berfungsi sebagai ahli dalam menetapkan tujuan bahkan
sekalipun kelompok mengharapkan masukan dari ahli. Sebaliknya, anggota
kelompok harus membahas dan mernilih tujuan.
Selama tahap pertama pemimpin pemula mungkin muneul. Tanda peru bah-
an ke tahap kedua dari fungsi kelompok biasanya ditandai dengan diskusi
yang tajam di an tara anggota-anggota kelompok tentang siapa yang akan
menjadi pernimpin pemula. Tahap ini sering kali disebut sebagai tahap konfIik,
dan selama itu kemarahan terhadap pernimpin mungkin muneul pada saat
kelompok mulai membahas seberapa tingkat keterbukaan mereka satu dengan
yang lain. Dalam tahap ini orang akan mendengar sejumlah pertanyaan seperti
ini : "Apa yang sesungguhnya akan saya peroleh dari kelompok ini?" "Seberapa
dalam saya bisa mengenal kamu dalam waktu sepuluh minggu?" "Bagaimana
saya bisa mengenal kamu dengan baik karena kita akan menjadi mahasiswa di
sini selama empat tahun saja?" Pertanyaan-pertanyaan semaeam itu menun-
jukkan bahwa tujuan sedang dirundingkan, tetapi sekarang masing-masing
anggota harus mengambil tanggung jawab seberapa banyak yang ingin mere-
ka investasikan dan seberapa besar keterbukaan mereka.
Dalam tahap konfIik harus dikomunikasikan pesan bahwa pemimpin kelompok
ada di sana untuk membantu setiap orang menghadapi masalahnya dan
menyelesaikannya dengan efektif. Jika pernimpin kelompok bisa menyampaikan
pesan tersebut, kelompok akan maju ke tahap ketiga. Jika tidak, kelompok akan
tetap berada dalam tahap konflik dan jarang membuat kemajuan meIampaui
keterampilan ahii, pengetahuan abstrak.
Tahap ketiga dari fungsi kelompok adalah resolusi atau tahap pertumbuhan.
Pada tahap ini fasilitator kelompok sering bisa mengambil kursi di belakang untuk
kelompok itu. Peranan utama pemimpin adalah tetap membantu masing-masing
anggota menganalisis gaya komunikasi mereka sendiri. Pemimpin yang bijaksana
tidak akan terialu aktif, sebaliknya mereka memberi kesempatan kepada anggota
kelompok untuk mengembangkan keterampilan saling mendorong dan bersikap
jujur dalam hubungan. Karena kelompok s~ring ry1engusulkan bahwa mereka harus
mengadakan pesta, tahap resolusi kadang-kadap.~ disebut tahap "pesta." Tetapi
---- - . , ~--.. '" _ ." ~
Konseling Kelompok dan Keluarga
•. "."~ ~r.' ,",-".0+.<"'" _. ,

mengadakan pesta atau kegiatan di luar kelompok sebaliknya bisa mempengaruhi


fungsi kelompok.
Fase resolusi kelompok biasanya menuntun pada persiapan berakhirnya
kelompok, yang memulai fase perhentian. Selama tahap akhir ini, anggota kelompok
harus menangani perpisahan dan !<ekhawatiran yang berkaitan dengan
perpisahan itu. Apakah mereka akan terus melanjutkan kelompok itu? Apakah
mereka akan bertemu lagi? Bagaimana mereka bisa terus saling mengenal?
Bagaimana mereka mengatasi masalah kehilangan hubungan yang berharga
yang mereka peroleh selama pertemuan kelompok? Pada tahap ini pemimpin
tidak boleh memberikan jaminan atau janji palsu. Harus ada keseimbangan
dalam menangani kekhawatiran dengan mengenang kehangatan yang
dirasakan masing-masing anggota kelompok selama periode tersebut. Tetapi
jangan ada janji palsu bahwa kelompok atau hubungan pribadi akan terus
berlanjut tanpa kehadiran pemimpin.

Dinamika Perubahan dalam Kelompok


Bagi kebanyakan kelompok yang terdiri dari delapan sampai sepuluh or-
ang, latar belakang yang terbaik adalah ruangan kecil yang ukurannya tidak
lebih dari 4 X 4 meter persegi. Bagi pemimpin kelompok pemula, kelompok kecil
yang terdiri dari enam orang mungkin merupakan yang terbaik . Latar
belakangnya harus bersifat informal, dengan anggota kelompok duduk di lantai
atau di kursi yang nyaman. Ruangan harus tertutup sehingga tidak terganggu
dengan orang yang lewat atau gangguan lainnya. Anggota kelompok harus
mampu berkomunikasi dengan bebas dalam suasana yang penuh rahasia.
Biasanya sesi kelompok jangan berlangsung lebih dari sembilan puluh menit
dan tidak kurang dari enam puluh menit. Kadang-kadang sangat sulit meminta
anggota kelompok menjalankan fungsi kelompok dengan benar. Peri ode sem-
bilan puluh menit tampaknya menawarkan fleksibilitas yang paling haik.
Dua peraturan penting mengatur proses kelompok. Peraturan pertama, yang
berkaitan dengan kerahasiaan, harus dibahas selama sesi pertama. Pemimpin
kelompok harus menekankan peraturan bahwa semua materi yang disampaikan
dalam kelompok hanya terbatas untuk kelompok itu saja. Anggota kelompok bisa
mempraktekkan keterampilan yang dipelajari dalam kelompok, tetapi mereka
tidak boleh mendiskusikan atau membicarakan anggota kelompok di luar
kelompok itu. Selain itu, anggota kelompok juga tidak boleh membicarakan
masalah kelompok di luar kelompok.
Peraturan kedua berkaitan dengan keteraturan kehadiran. Jika anggota
kelompok ingin mendapat manfaat, setiap anggota harus membuat komitmen untuk
. hadir dalam pertemuan secara konsisten. Diharapkan anggota tidak absen lebih
dari dua kali untuk setiap sepuluh sesi. Keteraturan tergantung pad a komitmen,
masalah komitmen biasanya ditangani selama negosiasi peraturan.
Biasanya disarankan, jika anggota harus meninggalkan pertemuan, mereka
sebaiknya menghubungi anggota kelompok lain atau pemimpin paling sedikit dua
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

puluh empat jam sebelumnya untuk menjelaskan alasan mereka tidak bisa
datang. Dalam kelompok yang berlangsung selama sepuluh pertemuan atau
lebih, setiap orang yang keluar dari kelompok, harus memberikan catatan
paling sedikit dua sesi sebelum meninggalkan kelompok. Catatan sebelum-
nya memberi kesempatan kepada seluruh kelompok untuk mengatasi kema-
rahan dan konflik. Sering kali seseorang mengaiarni konflik dengan anggota
lain, tetapi ia tidak boleh meninggalkan sesi kelompok dengan masih mem-
bawa konflik. Jika anggota diizinkan pergi dari kelompok tanpa kembali
untuk membereskan konflik itu, semua anggota akan mengalami kerugian.
Konflik sering kali muncul jika seseorang tetap mempertahankan
pandangan tentang komunikasi atau partisipasi. Sumber konflik lainnya
adalah hubungan yang defensif, di mana keyakinan, sikap atau nilai-nilai
seseorang diproyeksikan pada orang lain. Konflik semacam itU menuntun
pada konfrontasi. Konfrontasi perlu terjadi karena menjadi sarana untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Karena itu pemimpin kelompok harus

Fokus 16.3.
Panduan Kelompok Kecil
Sudut pandang bab ini sangat konsisten dengan penggunaan kelompok kecil untuk
tujuan terapetik seperti dilakukan oleh Rogers (1970). Namun ada beberapa bahaya
dalam kelompok kecil yang perlu dikenali (Back, 1972). Bahaya tersebut diminimalkan
jika panduan tertentu diikuti:
1. Hindari pelabelan perilaku dan orang-orang. Pelabelan mengubah persepsi
seseorang tentang orang lain dan diri mereka sendiri dan mungkin menghambat
pengungkapan diri dengan jujur.
2. Buatlah partisipasi verbal sebagai kegiatan yang sukarela bagi anggota kelompok.
Jangan memaksa orang lain memberi pendapat tentang satu topik tertentu.
3. Pastikan kelompok memiliki pemimpin yang baik, yang mampu bertanggung jawab
jika situasi lepas kendalL
4. Jagalah kerahasiaan. Ekspresi bebas dalam kelompok harus didorong, tetapi apa
yang dibahas tidak boleh keluar dari kelompok. Hal ini membutuhkan kedewasaan
sikap anggota.
5. Hindari sikap mempermalukan atau menjadikan seseorang sebagai pusat
perhatian. Bersikaplah ramah dalam kejujuran Anda.
6. Hanya anggota yang emosinya seimbang yang boleh dilibatkan. Orang yang
memiliki masalah emosional yang berat membutuhkan konseling profesional dan
mungkin konseling kelompok dengan orang-orang lain yang terganggu emosinya.
7. Jagalah dasar kerohanian kelompok. Buatlah pemahaman Alkitab dan doa sebagai
kegiatan rutin .
mampu memberi contoh ten tang gaya konfrontasi yang sesuai dalarn konteks
yang penuh perhatian. Kemarahan, terutama jika tidak terkendali, kema-
rahan yang eksplosif, tidak punya tempat daIarn sesi kelompok. Dalarn kelom-
pok yang disebut kelompok pertemuan, banyak orang yang terluka karena
ungkapan kemarahan yang tidak biji:'ksana. Tugas pernimpin kelompok yang
penting adalah memantau dan mengelola kemarahan dalam kelompok.
Selama tiga sesi pertama pemimpin perlu memberikan contoh kete-
rampilan mendengarkan, menaruh empati dan memberi dorongan sambi I
mengembangkan keterampilan tersebut dalam diri anggota kelompok. Salah
satu cara untuk melakukannya adalah dengan meminta anggota kelompok
untuk mengevaluasi cara berkomunikasi mereka sendiri, dan mencatat poin-
poin seperti bahasa tubuh, nada suara, modulasi dan kecepatan bicara, dan
kontak mata dengan anggota kelompok lainnya.
Pemimpin juga harus memberi perhatian apakah seseorang telah men-
dominasi kelompok diskusi atau duduk dengan pasif dan diam. Komentar
ten tang gaya pribadi dalam kelompok mungkin memberikan tanda tertentu
yang penting untuk membantu menjalankan fungsi kelompok. Komunikasi,
evaluasi, dan partisipasi selama sesi-sesi pertama memberi kesempatan
kepada tiap-tiap anggota untuk merumuskan tujuan mereka sendiri. Anggota
mungkin tidak menyadari kecenderungan mereka mengambil tanggung
jawab untuk anggota kelompok lainnya, terutama membela anggota kelom-
pok lain pada saat mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan alasan
yang sama dengan orang yang ditentang.
Pada umurnnya, ketika keterarnpilan mendengarkan, menaruh empati, dan
sikap saling menguatkan ada, kelompok akan memakai mode "di sini dan
saat ini" . Anggota kelompok cenderung mengaitkan pengalaman mereka
sendiri dengan apa yang sedang terjadi pada saat tertentu dalarn kelompok.
Sering respons semacam itu ditunjukkan dengan pernyataan "Saya merasa" .
Orang itu membicarakan masalah yang sedang dibahas oleh kelompok itu.
Pernyataan "di sana pada saat itu" cenderung menjadi abstrak dan menun-
jukkan pembelaan diri, yang menghalang-halangi kerja kelompok. Pada saat
mereka mengutip materi dari pernilik otoritas, mereka jarang mengaitkannya
dengan apa yang sedang dikerjakan oleh kelompok. Jika selama sesi-sesi awal
pernimpin gagal memberikan model "di sini dan saat ini", tetapi sebaIiknya
terus mengutip kata-kata ahli dan memberikan informasi "di sana dan pad a
saat itu," kelompok mungkin tidak pernah keluar dari tahap konflik. Par-
tisipasi dalam kelompok semacam itu mungkin bisa menjadi pengalaman
yang membuat frustrasi anggota-anggotanya.
DaIarn kelompok apa pun, beberapa orang akan merniliki orientasi ke luar;
artinya, mereka percaya bahwa pengetahuan yang bisa dipercaya berada di luar
diri mereka dan harus bersifat objektif. Orang semacarn itu sering sekali mengutip
para ahli dan bias any a menghendaki orang yang ahli untuk memimpin
kelompok. Mereka tertarik memberi nama kepribadian dan cenderung hanya
memberi sedikit perhatian pada perasaan mereka atau pad a perasaan or-
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

ang-orang di sekitar mereka. Mereka sering merupakan kandidat yang sangat


bagus untuk mempelajari keterampilan antarpribadi melalui konseling
kelompok. Namun, mereka sangat sulit bekerja sama karena tuntutan yang
berlebihan untuk mendapatkan informasi dari luar dan fungsi "di sana dan
pada saat itu" . Pada sisi lainnya, orang yang berorientasi ke dalam cenderung
percaya bahwa pengetahuan diperoleh melalui evaluasi terhadap fakta-fakta
objektif dan pengalaman internal yang seimbang. Jadi, mereka cenderung
menyadari perasaan dan sikap mereka sendiri dan merasa nyaman meng-
gunakannya sebagai sumber untuk bertindak dan menilai. Mereka memiliki
konsep diri dan harga diri yang sehat dan mungkin merniliki beberapa bidang
dalam hidup yang ingin mereka kembangkan.
Supaya kelompok berfungsi dengan sehat, kelompok antara orang yang
merniliki orientasi ke luar dan orang yang merniliki orientasi ke dalam harus

Fokus 16.4.
lnventarisasi Konseling Pranikah
Alkitab bisa digunakan dalam setiap bentuk konseling secara menguntungkan,
termasuk persiapan pernikahan . Karena firman Allah telah menjadi sumber pema-
haman , perubahan perilaku, dan pengambilan keputusan selama berabad-abad .
Manfaatnya dalam konseling pranikah tidak bisa diabaikan.
Dalam konseling pranikah saya, saya menemukan banyak data yang diusulkan
sangat bermanfaat dalam mengisolasi sejumlah faktor utama yang memberi
kesempatan kepada pasangan baik untuk mendapatkan wawasan terhadap tuntutan
pernikahan yang realistis maupun memperkirakan kedewasaan calon pasangan. Para
pasangan sering kali memasuki pernikahan tanpa menilai pasangannya secara objektif
karena peranan hubungan sebelum menikah sangat berbeda dari yang dibutuhkan
sesudah menikah. Penggunaan Alkitab sebagai dasar untuk membantu meyakinkan
seseorang bahwa pandangan didasarkan pada realitas dan bukan pada sejenis
pemahaman "melalui pandangan mata" yang dangkal. Banyak orang, termasuk orang
Kristen yang memulai pernikahan dengan pandangan semacam itu .
Data-data tersebut diambil dari Kitab Amsal, kitab yang kaya dengan hikmat dan
pandangan tentang berbagai jenis masalah manusia. Amsal juga berisi per~yataan
tentang berbagai jenis hubungan manusia, dan banyak data semacam itu yang bisa
dikembangkan menjadi sejumlah topik. Karena tujuan penting konseling pranikah adalah
membuat tuntutan pernikahan yang objektif, jenis pendataan seperti ini sangat
bermanfaat.
Amsal31 :10-21 harus dibaca dan dibahas ayat demi ayat oleh konselor dan konseli
pada saat mereka melakukan pendataan. Lebih disukai te~emahan pendataan terbaru
yang digunakan. Pendataan secara terpisah harus dilengkapi oleh masing-masing
konseli, dengan menilai calon pasangan dan diri sendiri dalam kegiatan yang berkaitan
dengan pernikahan ini. Hal ini harus berlangsung pertama-tama dengan diskusi yang
- .. ,_ . -. ~
Konseling Kelompok dan Keluarga
~ ' ,., --

seimbang. Pemimpin bisa selalu memeriksa fungsi "di sini dan saat ini"
dengan bertanya kepada kelompok, "Apa yang sedang kamu kerjakan se-
karang?"

KoNSELING PRANIKAH

Dengan Siapa Orang Kristen Harus Menikah?


Orang Kristen harus mempertimbangkan beberapa prinsip dalam memutuskan
dengan siapa mereka akan menikah.
Menikah dengan orang Kristen yang bertumbuh. Perjanjian Baru memper-
ingatkan kita agar tidak "menjadi pasang;n yang tidak seimbang" dengan
orang yang tidak percaya (II Kor. 6:14). Konflik dalam pernikahan lebih jarang

terbatas tentang arti pertanyaan itu dan kemudian dengan respons yang aktual ketika
mereka sudah melengkapi pendataan .
Setelah calon suami-isteri selesai, hasilnya bisa dibandingkan dan dibahas. Karena
leks tersebut berbicara tentang peranan isteri, nilailah diri calon isteri itu sendiri dan
calon suami tentang calon isterinya harus dibandingkan lebih dahulu. Setelah itu, kedua
penilaian tentang calon suami bisa dibandingkan dan dibahas. Konselor ingin
menentukan dasar untuk keputusan masing-masing karakteristik; artinya, keduanya
mungkin merasa dirinya memiliki karakter yang mulia, tetapi bukti khusus apakah yang
menyebabkan masing-masing merasa bahwa mereka memiliki karakter yang mulia
itu? Jika karakteristik yang bersangkutan tidak ada, konselor harus mendiskusikan
bagaimana kekurangan itu akan muncul ke permukaan dalam hubungan pernikahan.
Perbedaan di an.tara penilaian itu harus dicatat, terutama untuk evaluasi diri yang
selalu rendah dan evaluasi yang selalu Unggi untuk calon pasangannya. Dampak tidak
adanya satu karakteristik pada salah satu pasangan dan adanya hal itu pada pasangan
satunya yang saling melengkapi juga perlu dipikirkan , meskipun perbedaan itu juga
bisa menimbulkan konflik pada masa yang akan datang. Hal-hal tersebut perlu dibahas
dengan tekanan hubungan jangka panjang dan bagaimana perbedaan dalam evaluasi
itu bisa mempengaruhi pernikahan selama bertahun-tahun .
Formulir khusus ini tentu saja tidak mencakup seluruh isi Alkitab yang berkaitan
dengan pernikahan, tetapi bisa menjadi awal yang bagus untuk analisis Alkitab tentang
. pasangan suami-isteri lebih lanjut. Poin-poin tambahan dari perikop lainnya bisa
ditambahkan, meskipun bisa diperUmbangkan secara informal setelah perkiraan awal.
Beberapa ayat tentang topik seperU perceraian dan pernikahan harus dikalimatkan lagi
menurut pemahaman Alkitab konselor tentang isu tersebut. Setelah membahas ayat-
ayat dalam Kitab Amsal. pasangan biasanya akan memahami pendekatan itu dan
melanjutkan penilaian dengan ayat-ayat lain tanpa adanya poin-poin tes formal lain.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2
·- - - - - - ----·-·- ---- -·- ---- ·-·--
Apakah Calon Pasangan Apakah Saya
Suami atau lsteri yang Diinginkan Memiliki Sifat lni? Memiliki Sifat lni?
ayat sifat biasanya kadang jarang biasanya kadang jarang
10 karakter yang mulia D D D D D D
10 dipandang sangat berharga D D D I D D D
oleh pasangan I
11 bisa dipercaya sepenuhnya D D D D D D
12 memberikan yang terbaik D D D II D D D
untuk pasangannya I
13 bekerja dengan Iangan di D D D I D D D
sekitar rumah
14 bersedia berkorban untuk keluarga D D D D D D
15 bersedia bangun pagi (misalnya, D D D D D D
untuk memberi makan bayi)
16 membelanjakan uang dengan D D D D D D
bijaksana I
I 17 pekerja keras D D D D D D
17 melakukan yang terbaik D D D D D D
I 18 mempersiapkan diri menghadapi D D D D D D
masalah yang mungkin muncul
19 senang menjadi dirinya sendiri D D D D D D
sesuai jenis kelaminnya
20 murah hati terhadap orang yang D D D D D D
membutuhkan, tidak egois
21 bisa memberikan kepuasan kepada D D D D D D
keluarga
23 membangun pasangan, tidak meng- D D D D D D
hancurkan
24 mampu menopang keluarga jika D D D D D D
pasangannya meninggal
25 memiliki kejayaan D D D D D D
25 pada dasarnya bahagia D D D D D D
28 memuji prestasi pasangannya D D D D D D
30 berserah sepenuhnya kepada Allah D D D D D D
31 menerima pujian dari keluarga dan D D D D D D
orang lain

terjadi dalam rumah tangga di mana suami dan isteri adalah orang percaya
yang dewasa.
Menikah dengan seseorang yang memperlakukan orang lain dengan penuh hormat.
Pengamatan terhadap sikap seseorang dalam memperlakukan orangtua yang
berlawanan jenis dengannya, memberikan petunjuk tentang perilakunya
sebagai pasangan pada masa yang akan datang.
Menikah dengan seseorang yang tidak suka mengkritik. "Mengapakah engkau
melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak
engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu:
'Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di
dalam matamu.' Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu,
Konseling Kelompok dan Keluarga
. . .

maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu." (Mat. 7:3-5).
Menikah dengan seseorang yang telah menaklukkan dorongan sensual dan
materi. "Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya
sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-ke-
inginan daging yang berjuang melawan jiwa" (1 Ptr. 2:11). Hawa nafsu berla-
wanan dengan pikiran, emosi dan kehendak, membuat kita lebih lemah dan
tidak stabil. Dorongan lainnya yang perlu ditaklukkan adalah fokus pad a
benda-benda materi . "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan.
Karena jika dernikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang
lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang
lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Mat.
6:24) Orang Kristen harus menikah dengan seseorang yang tidak lagi merniliki
tujuan sensual atau materi sebagai fokus sentraL melainkan berfokus pada
Kristus.
Menikah dengan seseorang yang setuju dengan Anda tentang peranan
suarni/isteri dalam pernikahan secara alkitabiah.

Saran-saran untuk Konselor


Amatilah tingkat komitmen pasangan itu kepada Allah dan komitrnen
keduanya terhadap pasangan. Keputusan periu dibuat berdasarkan kornitrnen,
bukan emosi. Kornitrnen berarti kesediaan untuk saling menerima, menyadari
bahwa tidak ada seorang pun yang sempurna. Kornitrnen semacam itu tidak
didasarkan pada daya tarik fisik atau bahkan kasih sayang manusiawi (Yunani,
phileo), tetapi pada kasih yang muncul dari Allah sendiri (Yunani, agape). Kasih
semacam itu mengusahakan kesejahteraan orang lain, tidak merencanakan hal
yang jahat, dan mencari kesempatan untuk melakukan hal yang baik.
Bantulah pasangan yang mempertimbangkan untuk menikah dengan bela-
jar teknik komunikasi yang baik. Teknik mendengarkan selama konflik, mengakui
tingkat kebenaran dalam keluhan, dan menyatakan kasusnya sendiri dengan
cara yang bijaksana dan dewasa perlu dipelajari sebelum pernikahan.
Doronglah pasangan untuk membangun dasar yang teguh di atas Alkitab.
Kedewasaan rohani menghasilkan pernikahan yang stabil dan Alkitab
memberikan dasar yang sarna bagi pasangan untuk mengambil keputusan.
Hal itu bisa berfungsi sebagai "pengadilan tinggi" jika timbul percekcokan.
Tersedia bahan-bahan pelajaran yang bagus untuk pemahaman Alkitab
tentang topik-topik yang berkaitan dengan pernikahan tersedia.
Berikan informasi tentang masalah seksual. Banyak pasangan perlu
mempelajari anatorni dan fisiologi seksual, metode pengaturan kelahiran, dan teknik
bercinta yang baik dalam pernikahan. Hanya sedikit pasangan yang menyadari
bahwa hubungan seksual yang memuaskan dirnulai lama sebelum hubungan seks
itu sendiri dengan sikap yang baik. Laki-laki mungkin perlu diingatkan
pentingnya hal-hal yang sederhana seperti membersihkan tubuh dan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

mencukur jenggot, sedang perempuan perlu mengetahui tentang pelumas


buatan. Mungkin pasangan perlu diberi tahu tentang beberapa masalah
seksual yang sering terjadi dalam pernikahan, seperti ejakulasi dini, impoten,
atau disfungsi orgiastik.

KoNSELING PERNIKAHAN DAN KELUARGA


Pada tahun 1860, hanya satu dari setiap seribu pernikahan yang berakhir
dengan perceraian setiap tahun. Saat ini, kurang lebih, satu dari lima puluh
berakhir dengan perceraian (Rascheke, 1987; Cherlin, 1989). Secara keseluruhan
kurang lebih sepertiga pernikahan berakhir dengan perceraian (Balswick dan
Balswick, 1989, 261). Di pusat konseling tertentu, separo dari orang yang
meminta konseling datang terutama karena konflik pernikahan dan

Fokus 16.5.
Komunikasi dalam Pernikahan
Pasangan mungkin sudah menikah selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah
belajar mengungkapkan perasaannya. Kadang-kadang mereka bisa mengungkapkan
perasaan tentang pasangan mereka pada pihak ketiga, seperti ternan, pendeta atau
psikiater, tetapi mereka mengalami kesulitan yang sangat besar untuk mengungkapkan
perasaan mereka satu dengan yang lain secara langsung.
Ketika suami-isteri datang ke kantor saya untuk menjalani terapi bersama, mereka
secara konsisten memberi tahu saya (dan bukan kepada pasangan mereka) bagaimana
perasaan mereka satu dengan yang lain. Pada tahap itu, saya meminta pasangan
yang sedang berbicara untuk berpaling kepada pasangannya dan mengungkapkan
perasaan mereka secara langsung.
Banyak pasangan yang telah saya beri konseling memberi tahu saya bahwa waktu
45 menit di kantor saya merupakan satu-satunya periode waktu selama minggu itu di
mana mereka mampu saling berkomunikasi secara terbuka. Tetapi, makin lama mereka
menjalani terapi, mereka makin mampu belajar mengungkapkan perasaan secara
intim dan jujur di rumah.
Dalam sesi-sesi pertama konseling pernikahan, saya biasanya langsung
menghadapi dan mengarahkan mereka, tetapi makin lama pasangan itu menjalani
terapi, saya hanya sekadar duduk dan mengamati mereka melakukan terapi satu
dengan yang lain. Saya kadang-kadang hanya perlu menambahkan tekanan untuk
menunjukkan sesua!u yang mereka lalai~an kesadaran mereka.
Beberapa pasangan yang impoten secara seksual selama beberapa bulan
mendapatkan kembali fungsi seksual mereka setelah menjalani terapi komunikasi
selama enam bulan atau lebih - bahkan sekalipun topik tentang seks jarang disinggung.
Fungsi seksual merupakan gejala kemampuan komunikasi verbal pasangan, keintiman
emosional dan kedekatan rohani. Sering hubungan rohani dengan Allah yang membaik
juga tampaknya memperbaiki keintiman seksual pasangan itu.
Konseling Kelompok dan Keluarga
,.,,,., ,.,..,., ·'<"''""'NA ..... ~ "•''"" ,.,~

seperempat lainnya datang karena konflik yang berkaitan dengan perni-


kahan. Diperkirakan lebih dari 20 juta pasangan di Amerika Serikat merasa
tidak bahagia dan tidak puas.
Alkitab menyajikan dasar yang kuat untuk kesetiaan seksual dalam
pernikahan. Banyak orang Kristen yang memandang perikop tertentu seperti
Efesus 5:23-24 sebagai dasar alkitabiah untuk memelihara peranan seks dalam
pernikahan yang didefinisikan dengan jelas. Alkitab memang memandang
keluarga sebagai Iembaga ilahi. Seperti halnya gereja, yang akan menang karena
Allah menentukan demikian, keluarga cenderung akan bertahan meskipun
ada banyak tekanan.
Adanya tekanan seperti itu telah menyebabkan timbulnya kebutuhan yang
serius akan konseling pernikahan dan keluarga. Ikatan Konseling Pernikahan dan
Keluarga Arnerika telah rneningkat jurnlah anggotanya tahun-tahun ini, dan lebih
banyak psikiater dan psikolog yang mernasuki bidang ini. Banyak sekolah
kedokteran di Arnerika Serikat menawarkan kursus dalarn konseling keluarga dan
pernikahan. Dalam pendekatan sekular utarna terhadap psikologi, seperti
analisis transaksional, terapi realitas, modifikasi perilaku, terapi gestalt, dan
bahkan psikoanalisis, psikiater telah menjadi makin tertarik terhadap konseling
keluarga. Jurnal-jurnal memusatkan perhatian pada bidang ini termasuk the
Journal of Marriage and Family, the Family Coordinator, Family Process, dan the
Journal of Marriage and Family Counseling.
Para konselor Kristen selalu berusaha rnembantu orang-orang mene-
rapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam hidup rnereka sehingga mereka bisa
mengalami hubungan pernikahan dan keluarga yang lebih baik. Para konselor
pastoral lnjili melakukan sebagian besar konseling pranikah di Amerika pada
saat ini. Selain itu mereka sering kali mernbantu pasangan rnelalui apa yang
mereka khotbahkan dari mimbar. Para profesional Kristen (para psikiater,
para psikolog, dan para konselor) sernakin sering diundang oleh orang-orang
Kristen yang rnengalarni kesulitan dalam pernikahan. Seminar-seminar Bill
Gothard dan the Christian Family Life juga rnembantu banyak orang yang
mengalami kesulitan-kesulitan dalarn pernikahan.

Fungsi-fungsi Keluarga yang Sehat


Keluarga memenuhi sejumlah fungsi yang penting. Pertarna, dalam
keluarga kebutuhan akan kasih sayang terpenuhi. Bagi suami dan isteri,
keluarga juga menyediakan sarana yang. tepat untuk kebutuhan seksual yang
memuaskan. Fungsi Iainnya yang jelas adalah melahirkan dan rnernbesarkan
anak. Keluarga juga berfungsi sebagai unit ekonomi yang efisien. Akhirnya,
· keluarga adalah arena yang lebih kecil di mana ide-ide dan praktek-praktek
keagarnaan, filosofis, dan sosial diajarkan dan diuji. Dalarn keluarga yang
bisa rnenyesuaikan diri dengan baik, orang-orang dewasa cukup seh?t rnen-
talnya dan bisa bersikap setuju atau tidak setuju secara konstruktif. Disiplin
diterapkan dan sikap ekstrern dihindari. Kebutuhan materi dipenuhi. Komu-
nikasi terbuka dan peranan rnasing-masing didefinisikan dengan jelas.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 16.6.
Norman Wright tentang Konseling Pernikahan
H. Norman Wright, guru di Biola College and Talbot Seminary, telah menulis
sejumlah buku tentang hubungan keluarga dan pernikahan dan menawarkan lokakarya
secara nasional. Dalam salah satu bukunya (1979, 14-19) ia membahas lima tingkat
keakraban seperti dijelaskan di bawah ini, secara rinci.
Ada dua buku utama yang membicarakan pendekatan Wright yang harus ada
dalam rak buku konselor Kristen. Dalam buku Marital Counseling (1981), ia membuat
garis besar ringkasan strategi konseling dasarnya secara rinci, yang menggabungkan
teknik behavioral dan kognitif dengan sudut pandang Alkitab. Premarital Counseling
(1981) memberikan pandangan yang komprehensif ten tang bagaimana Wright
menjalankan jenis konseling ini di dalam gerejanya. Pendekatannya menggabungkan
konseling kelompok, pembacaan buku yang cukup banyak dan konseling pribadi. .

Pada umumnya pernikahan yang sehat berfungsi secara efektif dalam


tiga dimensi yang kritis. Kekuasaan adalah bidang pertama yang perlu
diperjelas: siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana orang itu berfungsi
merupakan masalah yang penting untuk kesehatan keluarga. Keakraban
merupakan bidang lainnya yang perlu diperjelas. Perubahan-perubahan
dalam jarak geografis dan emosional sangat penting pada saat anggota
keluarga bergumul dengan kebutuhan mereka dan rasa takut akan kedekatan.
Bidang ketiga yang perlu dipikirkan bisa disebut dengan istilah "termasuk
di dalam atau di luar," yang berkaitan dengan hubungan dengan mertua,
ternan-ternan dan rekan sekerja. Dalam hubungan yang sehat solusi tidak
bersifat statis, tetapi terus-menerus berubah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga pada tahap yang berbeda.
Lima karakteristik secara konsisten didapati dalam keluarga yang sehat
mentalnya. Anak-anak yang tumbuh di rumah di mana sifat-sifat ini muncul,
biasanya berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia, dan utuh secara
2
emosional maupun rohani.

1. Kasih. Orangtua menyatakan kasih dan sayang yang murni antara satu
dengan yang lain dan kepada anak-anak mereka.
2. Disiplin. Disiplin yang adil, cepat dilakukan dan langsung dipandang
penting.
3. Konsistensi. Orangtua secara konsisten menerapkan peraturan.
4. Teladan. Orangtua hidup sesuai standar yang mereka harapkan untuk
dicontoh anak-anak.
5. Otoritas. Otoritas orangtua diteguhkan dan dihormati dan suami
memiliki otoritas akhir dalam rumah tangga.
Konseling Kelompok dan Keluarga

Klasifikasi Pernikahan
Pernikahan bisa dibandingkan berdasarkan beberapa kriteria. Klasifikasi
pernikahan berdasarkan tingkat kemtiman mencakup pernikahan yang dipenuhi
dengan konflik, pernikahan yang kurang hidup, pernikahan yang pasif-
menyenangkan, hubungan yang hidup dan pernikahan total (Cuber dan
Haroff, 1963). Pernikahan yang dipenuhi konflik dijalani bersama-sama
terutama karena takut kesepian, atau mungkin juga dijalani bersama oleh
adanya konflik. Pernikahan yang kurang hidup sering dijalankan oleh anak-
anak; meskipun bebas dari konflik yang berlebihan, pernikahan itu tidak
memiliki gairah/ semangat. Penikahan yang pasif-menyenangkan adalah
"pernikahan yang menyenangkan" dengan beberapa kesamaan minat tetapi
tanpa keintiman. Pada umumnya minat masing-masing pasangan berpusat
di luar pernikahan. Dalam tipe hubungan yang vital paling sedikit satu
bidang minat bersama atau paling sedikit satu tujuan utama dikejar bersama-
sama. Akhirnya, dalam pernikahan total, kebanyakan minat, kegiatan dan
tujuan dikejar bersama-sama.
Cara lain untuk mengelompokkan pernikahan adalah melalui gaya
kepribadian. Orang-orang biasanya menikah dengan seseorang yang memenuhi
bukan hanya persyaratan tertentu secara sadar, melainkan persyaratan di bawah
sadar juga. Misalnya, laki-laki yang memiliki banyak sifat obsesif-kompulsif
mungkin menikah dengan perempuan yang memiliki sifat histeris karena
perempuan itu membantunya menikmati hidup. Ia mungkin tidak sadar dengan
motivasi itu, tetapi sekadar tahu bahwa ia menyukai perempuan itu. Atau
orang yang mengalami depresi dengan sifat masochis mungkin tertarik
dengan orang yang paranoid dengan sifat sadis, meskipun tidak sadar ten-
tang kebutuhan di bawah sadar untuk disakiti.

Tujuan dan Peranan


Dalam konseling pernikahan secara individual hanya satu anggota
pasangan yang datang untuk meminta konseling, dengan harapan ia bisa
menemukan cara yang lebih sehat untuk mengatasi masalahnya. Dalam
konseling pernikahan kolaboratif, suami dan isteri menemui konselor yang
berbeda. Konselor-konselor itu kadang-kadang bertemu untuk membicarakan
kasus itu. Dalam konseling pernikahan yang berturutan, seorang konselor
menemui suami dan isteri secara terpisah. Dalam konseling pernikahan
gabungan dan bersama-sama kedua pasangan kadang-kadang ditemui secara
terpisah oleh seorang konselor, tetapi mereka juga ditemui bersama-sama.

TUJUAN KoNSELING PERNIKAHAN

Tujuan konseling keluarga adalah sebagai berikut:


1. Untuk menyelesaikan konflik antarpribadi dan membantu pasangan
untuk sepakat atau tidak sepakat secara konstruktif. Untuk mem-
perbaiki komunikasi.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Fokus 16.7.
Kualitas-kualitas yang Perlu
Dimiliki Konselor Knsten
Sikap menerima. Bagi orang yang mencari nasihat, sikap penerimaan tanpa syarat
pada pihak konselor merupakan hal yang sangat penting . Konselor yang efektif
memahami bahwa masalah itu normal, dan merupakan salah satu cara Allah untuk
membentuk kita menjadi serupa dengan gambar-Nya. Orang-orang bertumbuh jika
mereka diterima tanpa syarat.
Keterampilan mendengarkan yang baik. Konselor yang efektif mendengarkan
dengan penuh minat dan menunjukkan kehangatan dalam ekspresi dan cara mereka.
Tanpa interupsi, mereka mengizinkan konseli menyelesaikan cerita mereka tentang
apa yang mereka pandang sebagai masalah sebelum membantu mereka mendapatkan
pandangan baru.
Pengetahuan tentang teknik yang tepat. Konselor yang efektif tahu pendekatan
yang tepat dan waktu yang tepat untuk menggunakan pendekatan tersebut. Kadang-
kadang pertanyaan pelacakan akan diterima jika pernyataan langsung ditolak. Kadang-
kadang mereka perlu bersikap langsung dan konfrontatif.
Penggunaan A/kitab dan doa secara tepat. Konselor yang saleh tahu waktu dan
teknik yang tepat dalam menggunakan Alkitab. Setelah hubungan terjalin, mereka perlu
menunjukkan ayat Alkitab yang sesuai untuk masalah tertentu . Konseli sering mendapat
manfaat dari renungan Alkitab dan dari doa pada waktu yang tepat.
Pendekatan pribadi. Menurut Glasser (1965) pada umumnya orang yang
memerlukan bantuan psikologis tidak mampu memenuhi dua kebutuhan dasar dalam
kehidupan: kasih dan harga diri. Konselor yang hangat, personal, dan penuh perhatian

2. Mendorong masing-masing orang memenuhi kebutuhan emosional


pasangannya.
3. Memperjelas relasi peranan.
4. Membangun nilai-nilai Kristen dalam keluarga.
5. Memperkuat kemampuan masing-masing anggota untuk mengatasi
stres dengan cara yang sehat (dari dalam maupun dari luar). ·

PERANAN KoNsELOR PERNIKAHAN

Peranan konselor pernikahan bisa diringkas sebagai berikut:


1. Mereka mendorong interaksi yang sehat.
2. Mereka berfungsi sebagai pengamat.
3. Mereka berpartisipasi dalam interaksi keluarga.
Konseling Kelompok dan Keluarga
~ "'·' ' .. •-'· ... '. •< ~· <•·

bisa membantu menyediakan kebutuhan tersebut. Orang yang merasakan bahwa


konselor itu secara pribadi tertarik kepada mereka dan masalah mereka mampu
bersikap terbuka dan jujur.
Respons tanpa perasaan terkejut. Konselor yang efektif tidak terkejut dengan segala
sesuatu yang diceritakan orang-orang kepadanya. Konseli harus merasa bebas
menceritakan masalah dan rasa bersalah mereka. Jika konselor merasa terkejut dengan
pengakuan semacam itu, orang-orang akan merasa takut bercerita secara akrab dan
karena itu menghalangi mereka menangani masalah mereka. Kristus tidak merasa
terkejut dengan apa yang dikatakan orang-orang karena "Ia tahu apa yang ada dalam
hati manusia" (Yoh. 2:25). Ketika menjawab perempuan Samaria di tepi sumur, misalnya,
Ia tidak terkejut tentang masa lalunya tetapi menangani dia dengan cara yang langsung
dan efektif (Yoh. 4).
Keyakinan. Konselor Kristen yang efektif memiliki keyakinan dalam Kristus, dalam
kemampuan mereka melalui Kristus, dan dalam apa yang mampu diselesaikan oleh
Kristus dalam diri orang lain. Konselor harus menawarkan harapan yang realistis kepada
orang-orang bahwa mereka bisa dibantu. "Sebab itu janganlah kamu melepaskan
kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan
ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah , kamu memperoleh apa
yang dijanjikan itu" (lbr. 10:35-36).
Rasa humor. Karena konselor menangani banyak masalah yang serius setiap
hari , mereka perlu memiliki rasa humor sebagai jalan pelepasan secara pribadi.
Konselor yang efektif sering mendorong orang lain mengembangkan rasa humor. Or-
ang yang obsesif-kompulsif, misalnya, bisa dibantu dengan belajar menertawakan usaha
mereka untuk selalu sempurna.

4. Mereka membantu meredam ciri-ciri konflik yang destruktif. Mereka


mendorong sikap simpati. Mereka membantu pasangan menyadari
bahwa mereka adalah satu tim.
5. Mereka membantu pasangan untuk melihat konflik yang sebenarnya.
Mereka menantang penyangkalan dan rasionalisasi. Mereka menunjuk-
kan permainan yang telah menjadi destruktif seperti Lihat Apa yang
telah Karnu Suruh Saya Lakukan, Jika Bukan Karena Karnu, Lihat Betapa
Keras Saya Sudah Berusaha, Bukankah Itu Menerikan, Saya Hanya
Berusaha Membantu Kamu, Betapa Malangnya Saya, dan Tendanglah
Saya. Konselor harus berhati-hati, jika tidak pasangan akan melibatkan
mereka dalam permainan seperti ruang pengadilan, karena masing-
masing berusaha memenangkan konselor itu untuk berada di pihaknya.
6. Mereka kadang-kadang adalah pendidik.
7. Mereka harus menjadi teladan kesehatan mental.
PENGANTAR PSI KOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Masalah Khusus dalam Konseling Pernikahan


Masalah umum yang membuat pasangan datang meminta konseling
antara lain konflik peranan, masalah keuangan, masalah seksual, konflik

Fokus 16.8.
Studi Kasus: Ketika Cinta Hilang
Seorang perempuan yang berumur 29 tahun, yang akan saya panggil June, datang
menemui saya di kantor dan menghabiskan sesi pertama selama 45 menit untuk
berbicara tentang suaminya. Suaminya telah dibesarkan oleh ibu yang terlalu melindungi
dan dominan dan ayah yang pasif dan lemah (itulah yang menjadi kasus penyakit
mental pada umumnya). Sang ibu telah memanjakannya sepanjang hidupnya, dan
memberikan apa pun yang ia inginkan. lbunya juga memecahkan hampir semua
masalah yang dihadapinya, sehingga ia mengembangkan kr:lpribadian yang pasif dan
bergantung. Sebelumnya ia telah menikah sebelumnya dan ini adalah pernikahan yang
kedua . Ia minum alkohol cukup banyak, merokok mariyuana secara teratur, dan
membolos kerja (dengan alasan "saki!") paling sedikit satu hari dalam seminggu. Ia
menghabiskan hampir semua waktu luangnya "dengan anak laki-laki", dCin hampir
mengabaikan isterinya sama sekali.
June duduk di kantor saya, dan memberi tahu saya bahwa jika saya tidak dapat
mengubah suaminya dalam waktu beberapa minggu lagi secara dramatis, ia akan
menceraikan suaminya. Saya diharapkan untuk menyelesaikan hal ini meskipun
suaminya menolak datang bersamanya menjalani sesi-sesi itu .
Dalam kenyataan, hanya ada tiga pilihan untuk setiap orang yang sedang menjalani
pernikahan yang tidak bahagia: (1) bercerai - ini merupakan pili han yang paling tidak
dewasa; (2) mempertahankan pernikahan itu tanpa berusaha memperbaikinya -
keputusan yang tidak dewasa juga, tetapi lebih bertanggung jawab dibanding perceraian,
dan (3) secara dewasa menghadapi kesulitan pribadi dan memilih membangun
pernikahan yang intim dan keluar dari kondisi saat ini - satu-satunya pilihan yang
sungguh-sungguh dewasa.
June cukup yakin bahwa ia harus menceraikan suaminya karena ia tidak
mencintainya lagi. Saya bertanya kepadanya apakah ia bersedia bertindak seolah-
olah ia mencintai suaminya selama dua minggu untuk melihat apakah perasaan cintanya
akan tt..nbuh lagi. Ia setuju untuk mencoba hal itu. Ia bahkan mempunyai beberapa ide
yang bagus tentang bagaimana ia akan melakukannya.
Dalam beberapa sesi kami menangani beberapa masalahnya sendiri. Saya tidak
terkejut ketika inenemukan bahwa kepribadiannya sangat mirip deng<m ibu suaminya
yang suka mendominasi. Ia secara pribadi memikirkan cara-cara mengembalikan
kepemimpinan di rumah tangga kepada suaminya. Ia bertindak seolah-olah memper-
cayai suaminya untuk mengelola keuangan (meskipun ia tidak sungguh-sungguh
melakukannya) .
Yang mengherankan, dalam satu minggu ia mulai mendapatkan kembali cintanya
kepada suaminya . Suaminya menanggapi perubahan sikapnya dengan sungguh-
·~ .. ··~~, ·--·~·-~--------------~ Konseling Kelompok dan Keluarga

dengan mertua dan masalah dalam membesarkan anak. Konselor pernikahan


Kristen mungkin perlu membantu pasangan untuk memahami perbedaan
peranan antara suami dan isteri secara alkitabiah. Pernikahan yang sehat

sungguh dan menjadi lebih bertanggung jawab. Ia bahkan meminta datang bersama
isterinya ke sesi terapi.
Saya melihat mereka berdua (itu adalah satu-satunya cara yang baik untuk
melakukan konseling pernikahan) sekali seminggu dan seterusnya selama beberapa
bulan. Setelah beberapa sesi diskusi dengan tiga cara yang terbuka, suami June sungguh-
sungguh menyadari fakta bahwa ia adalah anak yang dimanjakan dan tumbuh terlalu
cepat, yang menikah dengan pengganti ibunya- dan ia menangis. Tetapi dari kesadaran
itu muncul pertumbuhan yang sejati, pada saat ia mulai memikul tanggung jawab sebagai
orang dewasa untuk pertama kalinya dan pada saat June melepaskan insting keibuannya
terhadap dia.
Mereka berdua belajar mengatasi perasaan marah mereka dan membicarakan
hal itu satu dengan yang lain, dan tidak membiarkan kemarahan mereka menumpuk
di dalam hati sehingga disalurkan secara tidak dewasa. Saya mengajar mereka prinsip
yang terdapat dalam Efesus 4:26: "Apabila kamu menjadi marah , janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu." Pasangan
suami-isteri jangan pergi tidur pada malam hari dengan perasaan marah yang masih
dipendam di dalam hati. Mereka perlu duduk dan memikirkan kemarahan dengan
tenang dan terbuka. Hal itu meningkatkan kepercayaan dan kesatuan yang nyata.
Saya tidak merasa sebagai penemu teknik pemulihan kasih dengan bertindak
seolah-olah anda mencintai seseorang. Teknik ini digunakan Allah sendiri dalam Wahyu
2:4-5. Dalam perikop Alkitab ini, Kristus memuji gereja lokal di Efesus karena beberapa
hal, tetapi kemudian memberi tahu mereka bahwa Ia merasa tidak senang karena satu
hal: merekatelah meninggalkan kasih yang mula-mula.
Kristus kemudian menyatakan tiga langkah yang akan memampukan mereka
menemukan kembali kasih mereka yang mula-mula kepada-Nya yang telah hilang:
(1) "lngatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!" Kristus menghendaki agar mereka
mengingat bagaimana rasanya ketika mereka mengasihi Dia dengan sungguh:
sungguh. (2) "Bertobatlah." Kristus meminta mereka memilih mengasihi Dia lagi dengan
sungguh-sungguh . (3) "Lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan." Kristus
menyarankan mereka agar melakukan hal-hal yang dulu pernah mereka kerjakan
ketika mereka mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh. Ia tahu bahwa perasaan cinta
akan mengikuti jika mereka melakukan apa yang pernah mereka lakukan ketika
mengasihi Dia sebelumnya.
June tampaknya sudah bertekad untuk bercerai ketika saya melihat dia pertama
kali datang di kantor saya. Enam bulan kemudian setelah berakhirnya terapi, saya
menerima sural dari pasangan itu yang berterima· kasih kepada saya karena telah
membantu mereka membangun pernikahan yang intim.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

dialami jika suami dan isteri mengerti peranannya dengan jelas, tetapi
peranan itu bersifat fleksibei. Konselor pernikahan sering kali perJu mendidik
pasangan untuk membantu mereka menangani konflik seksuai. Mereka
mungkin periu membantu pasangan yang baru menikah untuk menyadari
bahwa hubungan seksual yang indah merupakan proses yang dipelajari se-
cara periahan. Mereka juga perlu membantu 'pasangan u"ntuk mengatasi ma-
salah keuangan yang disebabkan oleh perencanaan dan pengaturan ~elanja
yang buruk, dan masalah membesarkan anak yang disebabkan oleh perbe-
daan dalam menjadi orangtua di rumah di mana suarni dan isteri dibesarkan.
Masalah-masalah khusus mungkin akan ditem1.l.i. Seorang konselor
pernikahan mungkin akhirnya menyadari bahwa pasangan sadomasochis
sesungguhnya merasa bahagia karena tidak bahagia dan mungkin tidak akan
berubah. Dalam apa yang mungkin bisa disebut "sindrom isteri alkoholik",
seorang perempuan mungkin memiliki riwayat pernah menikah dengan
beberapa pecandu alkohol. Jika pasangannya berhenti minum ia mungkin akan
menceraikannya dan kemudian menikah dengan pecandu alkohol lainnya.
Secara sadar, ia mungkin terus-menerus mengkritik suaminya sementara di
bawah sadar ia ingin tetap menikah dengan pecandu alkohol yang memper-
lakukannya dengan tidak baik.
Masalah yang sering kali terlihat adalah adanya ketidakseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian. Masalah khusus lainnya berpusat
di sekitar pengakuan. Seberapa banyak pasangan harus saling menceritakan
dosa-dosa pada mas a lalu? Tidak ada jawaban yang otomatis benar atau salah
untuk pertanyaan ini, tetapi konselor bisa membantu menyelidiki motivasi
bawah sadar yang mungkin (seperti kebutuhan untuk menyakiti pasangan)
di balik keinginan untuk mengakuinya.

Saran-saran untuk Konselor Pernikahan


Ketika pasangan datang ke konselor pernikahan, tentukan apa tujuan
mereka pada sesi pertama. Konselor harus realistis dalam tujuan yang ingin ia
bantu untuk dicapai pasangan itu.
Perjelaslah bahwa masing-masing pasangan harus memikul tanggung jawab
untuk mengubah diri sendiri, bukan berusaha mengubah orang lain.
Bantulah pasangan supaya dapat berkomunikasi dengan I~bih baik.
Pasangan pertama-tama harus diajar untuk mendengarkan satu dengan yang
lain, kemudian memahami unsur-unsur kebenaran dalam pernyataan yang
dikatakan pasangannya. Satu tuduhan belum tentu benar sepenuhnya, tetapi
biasanya mengandung sedikit kebenaran. Setelah mendengarkan dan menya-
dari tingkat kebenaran dalam pernyataan yang menuduh, ia harus didorong
untuk menyatakan bagaimana ia memandang situasi itu.
BantuIah pasangan itu untuk bertumbuh dalam Kristus dan dalam kasih-Nya.
Tanpa Kristus, pasangan justru akan mendapatkan "senjata" lebih banyak
untuk bahan perdebatan. Bertumbuh dalam Kristus bisa membuat seseorang
• ........-- .-~'>-""="""'~"-""' _ _ _ _ _ _ _ (,._+_ _ _ ~ • .,... v--.......--~-~----..,. -~-- ~--•,._ .,.., .,_,.,.,_,.._
Konseling
~,.._---_-
Kelompok dan Keluarga
_.,._
""""'....,...~---

tidak lagi egois sehingga hal tersebut menyelesaikan banyak masalah


pernikahan secara otomatis. Bagaimana rasanya hidup dengan orang yang
kepribadiannya ditandai dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan pengendalian diri?

Fokus. 16.9.
Beberapa Contoh Alkitab
tentang Konseling yang Baik
Salah satu cara menjadi konselor yang baik adalah dengan mempelajari contoh-
contoh dalam Alkitab. Salomo segera muncul dalam pikiran kita. Kitab Amsal, yang
langsung kita kaitkan dengan Salomo, mengandung banyak pikiran Allah tentang kon-
seling. Kekayaan hikmatnya untuk konselor Kristen mencakup topik-topik seperti pemu-
pukan hikmat dan peraturan untuk pengembangan dan kesehatan mental anak. Pende-
katan terapetik Salomo bersifat direktif karena nasihatnya cocok dengan nasihat Allah.
Dalam Perjanjian Baru, Paulus merupakan contoh konselor yang bijaksana. Kita
bisa melihat beberapa ide yang kemudian dikembangkan oleh Freud dalam tulisan-
tulisannya kepada orang Kristen mula-mula. ld ego Freud secara kasar sejajar dengan
apa yang disebut orang Kristen "manusia lama". Superego Freud secara kasar sejajar
dengan hati nurani. Ego sejajar dengan kehendak. Dalam satu perikop Paulus menulis:
"Semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat" (I Tes.
5:23) . Ia mengacu pada tubuh, jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak), roh, daging,
hukum pikiran yang baik tetapi lemah, hukum kejahatan anggota tubuh, hukum Roh
yang tertinggi, hukum yang mematikan secara kekal, dan bagaimana semua faktor itu
saling berkaitan.
Tentu saja, Yesus Kristus adalah Konselor di atas segala konselor. Kita semua
bisa belajar dari Dia, karena Ia memiliki pandangan yang sempurna atas masalah
manusia dan mampu membagikan pandangan-Nya dengan orang lain. Ia seorang
yang mahir dalam mengajukan pertanyaan, menggunakan hal itu untuk mengajar,
untuk menegur perilaku yang tidak bertanggung jawab, dan untuk membantu orang
lain mendapatkan pandangan. Ia dengan tulus memperhatikan orang lain, dan memberi
mereka perasaan harga diri. Karena perhatian-Nya yang hangat dan personal atas
mereka, orang-orang mampu menangani masalah mereka dan tidak merasa terancam.
Ia bisa berterus-terang, menegur, atau ramah sesuai keadaan.
Yesus Kristus bisa menasihati orang lain karen a hubungan-Nya yang dekat dengan
Allah Bapa dan karena Ia memahami masalah manusia. Ia tidak hanya tahu apa yang
perlu dilakukan orang-orang untuk mengatasi masalah mereka, tetapi juga tahu
bagaimana memotivasi orang lain untuk berubah. Ia sering memberi panduan atau
· merumuskan rencana untuk membantu orang-orang mengatasi masalah mereka.
Kristus adalah Konselor yang mahir dengan keseimbangan yang sempurna. Ia
tahu kapan bersikap direktif dan kapan bersikap sugestif. Ia tahu kapan menangani
masa lalu dan kapan menangani masa kini. Ia tahu pentingnya perasaan, tetapi juga
tahu bagaimana menghasilkan perubahan perilaku .
----,---,-------_.. _---
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Buah Roh adalah sifat-sifat karakter yang dihasilkan melalui pengenalan


akan Kristus dan pertumbuhan di dalam Dia.
Akhirnya, bereksperimenlah dengan berbagai teknik. Misalnya, mungkin
merupakan hal yang bermanfaat untuk menyuruh kedua pasangan untuk
menulis apa yang mereka sukai dan tidak sukai tentang pasangan mereka dan
kemudian membahas daftar mereka. Atau mungkin bermanfaat menyuruh
mereka membuat daftar kebutuhan pasangan mereka dan bagaimana mereka
bisa membantu memenuhi kebutuhan tersebut. Atau rnintalah pasangan untuk
sharing mengapa pasangan mereka merupakan pelengkap yang sempurna, atau
apa pergurnulan atau kekhawatiran mereka yang paling besar dalam kehidupan.
Sering kali merupakan hal yang berguna untuk mengajar pasangan menggu-
nakan pernyataan "saya" daripada pernyataan "kamu" (menuduh), untuk
menggunakan pernyataan yang mencerminkan perasaan ·(seperti "Saya
merasa tersinggung ketika ..."), untuk berpaut pada saat ini, untuk menyerang
perilaku daripada karakter, untuk membahas hanya satu masalah pad a satu
kesempatan, untuk menangani konflik dengan segera, atau untuk berbicara
dengan cara orang dewasa (mengendalikan emosi dan perilaku yang agresif).

ETIKA DALAM KONSELING DAN TERAPI


Akhir-akhir ini, ada peningkatan perhatian terhadap masalah etika
dalam praktek konseling dan terapi. Beberapa film populer menggambarkan
ahli psikologi laki-Iaki yang terlibat hubungan seksual dengan klien wanita
mereka. Meskipun ini tentu saja merupakan masalah etika, peristiwa seperti
ini mungkin jarang terjadi. Ada pergumulan etis lain yang lebih banyak
mempengaruhi konselor Kristen. Misalnya, rincian situasi konseling tertentu
harus tetap dirahasiakan.
McLemore (1985, 720-722) mencatat bahwa etika merupakan bidang
filosofi, dan karena itu psikoterapi paling sedikit mendorong klien untuk
mengambil asumsi filosofis tertentu karena hal itu menggunakan proses
ilrniah. Berdasarkan sifatnya, pengambilan filosofi ini bersifat subjektif dan
di luar validasi ilmiah. Bagi orang Kristen, sudut pandang alkitabiah dan
teologis mempengaruhi filosofi yang diterapkan pada klien.
Salah satu per~ulan etika yang digarisbawahi oleh McLemore adalah
paksaan halus yang terjadi dalam konteks konseling. Sampai sejauh mana
klien setuju dipengaruhi pemberi informasi? Apakah klien memiliki gam-
baran bagaimana nasihat yang diberikan akan sungguh-sungguh efektif?
Apakah klien mengetahui alternatif lain dan kerugian serta keuntungan jika
mengikuti nasihat yang diberikan?
Konselor Kristen juga harus bergumul dengan masalah kesalahan
praktek. Penulis dan pendeta terkenal John McArthur, pendeta Grace Com-
munity Church di California, dituduh berperan dalam tindakan bunuh diri
seorang anak muda pad a tahun 1979. Meskipun McArthur akhirnya
dibebaskan, kasus itu memunculkan masalah penting tentang seberapa besar
pertanggungjawaban pendeta dan konselor Kristen akibat nasihat yang
mereka berikan. Sebagian besar gugatan kesalahan praktek diarsip bukan
untuk melukai klien secara sengaja, melainkan karena gagal bertindak cukup
banyak (kelalaian) (McLemore, 1985, 722). Inilah satu alasan mengapa
pelatihan konseling yang baik semakin penting. Tentu saja, latar belakang
pendidikan yang baik penting untuk alasan yang lebih baik bukan sekadar
menghindari gugatan hukum; persiapan yang memadai juga cenderung
membuat konselor menjadi lebih efektif secara umum.

REFERENSI
Back, K. 1982. Beyonds words. New York: Sage.
Balswick, J., dan J. Balswick. 1989. The Family. Grand Rapids: Baker.
Barna Research. 1987. Combined data analysis of teen sexuality in the evangelical church.
Glendale, Calif.: Barna Research Group.
Cherlin, A. 1989. Marriage, divorce, remarriage. Cambridge, Mass.: Harvard University
Press.
Cuber, J. dan P. Haroff. 1963. The more total view. Marriage and Family Living 25: 140-
145.
Davies, J. 1984. Small groups: are they so new? Christian Education Journal5:43-52.
Dibbert, M., dan F. Wichern. 1985. Growth groups. Grand Rapids: Zondervan.
Glasser, W. 1965. Reality therapy. New York: Harper and Row.
Griffin, E. 1982. Getting together. Downers Grove: Inter-Varsity.
Hartman, W. 1987. Five audiences. Nashville: Abingdon.
Kephart, W. 1981. The family, society, and the individual. Edisi ke-5. Boston: Houghton-
Mifflin.
Kinsey, A. et al. 1953. Sexual behavior in the human female . Philadelphia: Saunders.
Mclemore, C. 1985. Moral and ethical issues in treatment. Dalam Baker encyclopedia of
psychology, editor D. Benner. Grand Rapids: Baker.
Meier, P. 1977. Christian child-rearing and personality development. Grand Rapids: Baker.
Raschke, H. 1987. Divorce. Dalam Handbook of marriage and family, editor M. Sussman
dan S. Steinmetz. New York: Plenum.
Ratcliff, D. 1984. A premarital counseling inventory based upon Proverbs 31. Journal of
Pastoral Practice 7: 46-49.
Rogers, C. 1970. Carl Rogers on encounter groups. New York: Harper and Row.
Snyder, H . 1975. The problem with wineskins. Downers Grove: Inter-Varsity.
---. 1980. The radical Wesley. Downers Grove: Inter-Varsity.
Wright, H. 1979. The pillars of marriage. Glendale, Calif.: Regal.
----. 1981a. Marital counseling. Denver, Colo.: Christian Marriage Enrichment.
-----. 1981b. Premarital counseling. Edisi revisi. Chicago: Moody.

***

1
Lihat Griffin 1982; Dibbert dan Wichern 1985 untuk mendapatkan analisa proses yang sedikit berbeda.
2
Karakteristik-karakteristik ini dikembangkan dalam Meier 1977, 81-90.
Akhir Kata

K
ami berharap setelah membaca buku ini, Anda mulai melihat bagaimana
studi psikologi bisa bermanfaat baik dalam kehidupan Kristen Anda secara
ibadi maupun dalam kehidupan gereja. Psikologi bermanfaat untuk
menemukan bidang-bidang masalah dan menyediakan al ternatif yang konstruktif.
lni mungkin merupakan saat yang tepat untuk waspada: psikologi tidak
pernah boleh menjadi inti kehidupan atau karya Kristen. Fondasi satu-satunya
yang memadai hanyalah Yesus Kristus. Hanya melalui doa, pemahaman Alkitab,
dan perjalanan hid up sehari-hari bersama Tuhan, gereja dan orang Kristen secara
pribadi bisa mencapai kedewasaan. Namun, psikologi bisa menjadi alat untuk
membantu kita dalam proses ini. Hanya melalui karya Roh Kudus kita bisa
membantu membangun kerajaan Allah, tetapi Allah bisa menggunakan apa yang
telah ditemukan oleh para psikolog untuk membantu dalam proses ini.
Banyak ide yang kita temukan dalam buku belum mencapai bentuk akhirnya.
Banyak ide yang masih bersifat sugestif dan bukan definitif. Anda mungkin perlu
melakukan sedikit eksperimen dan memperhalus penerapannya sehingga sesuai
dengan situasi Anda. Teori yang menjadi dasar bukanlah hukum yang mati,
r - - - - - - - - - - - - - - - - , melainkan prinsip-prinsip yang memberi
panduan yang biasanya didasarkan pad a
riset terbaik yang dilakukan akhir-akhir
ini. Namun selalu ada riset yang lebih baru
dan perbaikan tambahan terhadap teori
psikologis. Akibatnya, buku ini belum
lengkap. Buku apa pun tentang psikologi
tidak ada yang lengkap karena kita tidak
akan tahu segala sesuatu yang dinyatakan
oleh Allah dalam kehidupan ini. Tetapi
mungkin hal-hal yang dibahas dalam buku
ini akan membantu Anda menjadi lebih
efektif dalam kehidupan dan pelayanan
Anda. ltulah doa para penulis.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Akhirnya, kita sekali lagi harus menggarisbawahi keutamaan Alkitab dalam


menggunakan dan memaharni psikologi. Mungkin tinjauan buku, yang ditulis oleh
salah satu penulis teks ini, menjelaskan aspek penting ini dengan sangat baik.
Alkitab adalah buku yang sering membingungkan, tanpcl identifikasi editor
atau penulisnya. Bahkan judulnya tidak jelas, karena berarti "Kitab Sud." Di sini
kita menemukan kombinasi sejarah, puisi dan surat-surat yang tidak tertandingi
baik dalam nilai kesusastraan maupun pandangan psikologisnya. Meskipun pad a
dasarnya bersifat religius dalam penampilannya, Alkitab melangkah lebih jauh
dalam implikasinya karena mencakup setiap bidang kehidupan, termasuk psikologi.
Alkitab sesungguhnya merupakan kurnpulan banyak buku yang lebih kecil.
Beberapa buku mencantumkan nama penulisnya secara tersirat, sedang yang lain
tidak menyebutkan nama penulisnya sama sekali. Tidak adanya · nama penulis
atau editor tampaknya menyatakan dengan jelas bahwa penulisnya tidak mau
mencari pujian untuk dirinya sendiri atas pekerjaannya; mungkin hal itu
menyiratkan bahwa tulisan itu tidak sepenuhnya merupakan karya mereka sendiri.
Pesan yang konsisten sepanjang tulisan mereka menyiratkan kemungkinan adanya
seorang pribadi yang berada di balik semua tulisan itu.
Alkitab dimulai dengan catatan sejarah awal yang provokatif, termasuk catatan
yang paling menarik tetapi singkat tentang asal mula bumi. Segera setelah sesi
pertama, yang disebut "Kejadian", buku ini menguraikan secara lebih mendetail
kebiasaan dan hukurn-hukurn orang Yahudi awal. Meskipun bagian ini agak sulit,
dengan sedikit belajar, sejumlah pandangan psikologis dan moral bisa ditemukan.
Setelah bagian hukurn, buku ini sekali lagi melanjutkan uraiannya tentang
bangs a Israel. Tokoh-tokoh kepribadian sangat sesuai dengan kehidupan dan sarat
dengan pandangan tentang sifat dan kepribadian manusia.
Setelah hampir separo dari kurnpulan buku ini terdapat buku-buku puisi,
salah satunya tentang penderitaan, yang lain serangkaian lagu yang panjang lebar.
Lagu-Iagu itu diikuti dengan seri amsal yang wawasannya sangat mendalam,
yang bentuknya terutama adalah keterangan pendek tentang hikmat. Sekali lagi,
di sini terdapat psikologi yang luar biasa, yang menjadi dasar banyak penemuan
riset modern. Buku puisi lainnya disebut "Pengkhotbah" - filosofi yang agak
melankolis, seperti halnya buku lain sesudahnya yang berjudul"Ratapan". Bagian
utama Alkitab yang pertama ditutup dengan sejumlah kitab "nabi-nabi".
Bagian kedua, yang lebih pendek dari bagian pertama, disebut Perjanjian Bam,
yang dibedakan dari bagian pertama yang disebut Perjanjian Lama. Perbandingan
itu sedikit membingungkan, karena bagian yang disebut "baru" itu sudah ditulis
kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Bagian yang "baru" itu bersifat relatif
dibandingkan dengan tulisan yang lebih kuno yang disebut "lama" atau mungkin
bagian itu mengacu pada cara hidup baru yang ditekankan sepanjang bagian
kedua.
Perjanjian Baru diawali dengan beberapa buku tentang kehidupan seorang
manusia yang disebut Yesus. Ia seorang yang sangat luar biasa, yang mampu
melakukan mukjizat dan dilaporkan memiliki sifat manusia ataupun Allah. Di
Akhir Kala

sini editor bisa melakukan lebih banyak pekerjaan dengan menggabungkan


keempat catatan tentang hidup-Nya. Namun kita mendapat kesan bahwa sesuatu
mungkin hilang dari pengeditan semacam itu - setiap catatan itu ditulis secara
terpisah dan menyingkapkan sudut pandang yang berbeda tentang Yesus dan
kehidupan-Nya. Pendekatan penceritaan yang ganda itu juga dilakukan dalam
Perjanjian Lama, di mana Kitab Tawarikh sering tumpang-tindih dengan beberapa
buku sebelumnya.
Sisa kitab Perjanjian Baru terdiri dari surat-surat, yang menjelaskan peristiwa
yang dialarni kelompok pengikut mula-mula Yesus setelah Ia mati. Para pengikut-
Nya menyatakan dan memberikan banyak bukti tentang kebangkitan Yesus setelah
kematian-Nya. Meskipun itu merupakan kesimpulan yang spektakuler, pengamat
buku ini bisa menemukan bahwa klaim tersebut bisa dipercaya. Baik catatan
tentang kehidupan Yesus maupun surat-surat sesudahnya penuh dengan
pandangan psikologis dan religius, dan sangat layak dibaca.
Namun demikian, buku sebagus itu sering menerima kritikan. Orang yang
tidak percaya Allah mungkin merasa buku ini menggelitik karena pendekatan
teistiknya terhadap kehidupan. Orang juga merasa heran mengapa Alkitab tidak
merniliki indeks. Pengamat pada saat-saat tertentu juga merasa bingung karena
dalam buku itu tersirat perlunya seseorang mengubah kehidupan pribadinya akibat
membaca bagian-bagian tertentu. Periunya perubahan merupakan tema yang
dorninan dalam buku ini.
Alkitab sudah pasti merupakan karya terbaik yang pernah dibaca pengamat,
secara psikologis atau sebaliknya. Alkitab dipenuhi dengan pandangan psikologis;
buku ini adalah tempat di mana integrasi psikologi dan kekristenan dirnulai. Buku
ini merupakan tulisan yang diiIharni dan sangat karni rekomendasikan.

***

Lampiran:
Proyek Pengubahan
Diri Sendiri

P
ada umumnya orang ingin rnengubah sesuatu dalarn diri rnereka sendiri.
Proyek rnernbantu diri sendiri ini rnenggunakan rnodifikasi perilaku (lihat
bab 15) untuk rnendorong perubahan diri sendiri. Bagian pertarna akan
rnernbantu Anda rneningkatkan sesuatu yang ingin Anda kerjakan lebih sering
atau rnengurangi sesuatu yang ingin Anda lakukan lebih sedikit. Bagian kedua
harus dipakai jika Anda rnerniliki rnasalah yang biasanya dialarni oleh rnahasiswa
di universitas atau serninari: kekhawatiran rnenghadapi tes. lni bisa digunakan
untuk rnengatasi jenis-jenis ketakutan umurn lainnya juga.
Prosedur-prosedur ini telah dipakai untuk rnengubah berbagai jenis perilaku.
Misalnya, prosedur ini sudah rnernbantu rnurid-rnurid berhenti rnenggigit jari,
rnengurangi berat badan, berhenti rnerokok, dan rnengurangi perdebatan dengan
anggota keluarga rnereka. Prosedur ini juga telah rnernbantu orang-orang
rneningkatkan waktu untuk rnernbaca Alkitab dan belajar di sekolah. Tentu saja
orang itu harus rnerniliki keinginan untuk berubah sebelurn prosedur itu bisa bekerja.
Metode yang dijelaskan telah diuji selarna bertahun-tahun oleh banyak rnurid
di situasi kelas dan konseling. Metode itu harnpir selalu berhasil. Ketika orang
rnelaporkan bahwa rnetode tersebut tidak efektif, itu biasanya karena instruksinya
tidak diikuti sepenuhnya. Anda rnungkin perlu rnengacu balik pada bah-bab
sebelumnya untuk lebih rnernaharni konsep yang terlibat. Sebab itu jika Anda
teliti, biasanya ada jarninan sukses. Proyek ini dirancang untuk orang-orang
tertentu yang rnerniliki rnasalah tertentu. Orang-orang yang rnengalarni kesulitan
berat harus dibawa ke seorang konselor profesional.
Banyak orang rnenernukan bahwa proyek ini bekerja lebih baik jika dilakukan
dengan bantuan orang lain. Seorang ternan dekat atau pasangan bisa rnernberikan
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

dukungan yang akan membuat proyek ini lebih sukses. Sekelompok orang dengan
masalah yang sarna bisa memberikan suasana penuh harapan ataupun perhatian
tarnbahan dan pujian untuk perubahan yang diinginkan.

MENINGKATKAN ATAU MENGURANGI PERILAKU

Langkah 1: Apa yang sedang Terjadi Sekarang?


1. Secara spesifik garnbarkan perilaku saat ini. Cobalah menggarnbarkannya
sedemikian rupa sehingga hal itu bisa diarnati dan dicatat.
2. Jelaskan kecenderungan di sekitar perilaku saat ini. Misalnya, dalam situasi
seperti apa hal itu muncul: hanya pada waktu dan di tempat tertentu? Jika Anda
ingin mengurangi perilaku, pahala apa yang bisa efektif pada saat ini? Jika Anda
ingin meningkatkan perilaku, hal apa yang bisa mencegah perilaku itu pad a saat
ini?
3. Kumpulkan data berapa kali perilaku itu muncul pad a saat ini. Hal itu bisa
terjadi lebih banyak atau lebih sedikit daripada yang Anda pikirkan, jadi luangkan
waktu beberapa hari untuk sungguh-sungguh menghitungnya. JANGAN
MENEBAK. Anda mungkin menemukan bahwa pengmtung saku bisa membantu.
1ni adalah langkah penting karena Anda tidak bisa memberi tahu apakah proyek
ini bekerja atau tidak kecuali Anda mendapatkan informasi ini. Sebutkan berapa
kali perilaku terjadi setiap hari selarna periode waktu satu minggu.

Langkah 2: Apa Rencana Saya?


1. Secara spesifik sebutkan tujuan Anda melalui proyek ini. Tujuan harus
disebutkan dalarn bentuk periJaku yang bisa diamati dan bisa dihitung. Setiap tujuan
harus cukup kecil supaya bersifat praktis. Jika Anda memutuskan untuk
mengarnbillangkah-langkah yang lebih kecil ke arah tujuan puncak, datalah setiap
langkah. Sebutkan apa yang Anda inginkan secara khusus. Jika ada hal-hal yang
menghindarkan Anda dari pencapaian tujuan itu (seperti hukuman saat ini),
sebutkan bagaimana anda merencanakan untuk mengubah hal ini.
2. Datalah paling sedikit tiga peneguhan positif yang bisa Anda gunakan
untuk membantu memotivasi Anda. Peneguh adalah hal-hal yang sangat Anda
inginkan, namun Anda bisa melakukannya tanpa itu jika diperlukan. Peneguh
adalah hak istimewa atau benda-benda yang ada di sekitar kita. Murid-murid
biasanya menggunakan makanan favorit, bercakap-cakap dengan seorang teman,
memainkan permainan, mendengarkan kaset atau televisi, baju baru, waktu
menyendiri, dan sebagainya. Jangan ragu-ragu untuk menggunakan ketiga
peneguh itu semuanya jika Anda membutuhkannya.
Anda mungkin merasa perlu menggunakan "penanda" (pengganti peneguh
yang nyata). Banyak orang memberi diri sendiri penanda jika perilaku yang
diinginkan terjadi, dan kemudian pad a akhir hari itu memberi diri mereka sendiri
peneguh yang sesungguhnya sebagai ganti penanda itu. Anda mungkin memandang
perJu meminta orang lain memberi Anda penanda atau peneguh.
Lampiran: Proyek_""'Pengubahan
"~ "1"- '.A...,.. ____
W', ~_
Diri, Sendiri
,,_~,

4. Tulislah kontrak, dengan menyebutkan tujuan, peneguh dan penanda Anda


Gika ada). Kontrak harus seeara khusus menyebutkan apa yang harus dicapai pada
setiap tahap proyek agar Anda dapat· menerima peneguhan. Tanda tangani dan
berilah tanggal pada kontrak itu.

Langkah 3: Bagaimana Saya Melakukannya?


1. Mulailah melakukan apa yang ingin Anda lakukan dalarn kontrak itu.
Buatlah catatan yang teliti ten tang kemajuan Anda. Sekadar rnelihat hasil yang
Anda buat di atas kertas bisa menjadi hal yang meneguhkan.
2. Bagairnana perkembangannya? Apakah kontrak itu perlu diralat? Jika ada
beberapa langkah dalam program Anda, Anda sekarang perlu maju ke tahap kedua
- jika Anda telah sukses sejauh ini. Jika Anda belurn sukses pad a tahap ini, Anda
perlu mempertimbangkan untuk memeeah tujuan yang Anda inginkan menjadi
beberapa langkah yang lebih keeil . Anda mungkin juga perlu mernpertirnbangkan
untuk menggunakan peneguh lainnya.
3. Teruslah melihat hasil catatan yang Anda capai setiap hari. Pada saat Anda
berhasil mencapai tujuan seeara konsisten selama paling sedikit dua hari, rnajulah
ke langkah berikutnya.

Langkah 4: Bagaimana Saya Menghentikan Proyek Ini?


1. Setelah Anda mencapai tujuan akhir selarna beberapa hari seeara konsisten,
Anda perlu mulai mengakhiri intervensi. lni adalah ternpat di mana banyak
orang masuk ke dalam kesulitan karena ada godaan untuk berhenti dengan cepat.
Rencanakan selama beberapa hari Anda akan menghentikan intervensi secara
bertahap.
Mungkin cara terbaik untuk menghentikannya adalah dengan "memperkeeil"
peneguhan Anda. Hal ini mengacu pada pemberian peneguhan pada diri sendiri
hanya kadang-kadang saja untuk perilaku yang diinginkan. MisaInya, Anda bisa
memo tong tiga lembar kertas dan memberi tanda X pada salah satu kertas itu.
Kernudian taruhlah kertas itu di tempat yang tidak bisa Anda lihat dan ambillah
satu setiap kali Anda biasanya mendapatkan peneguh. Jika Anda mendapat kertas
dengan tanda X, Anda meneguhkan peneguh, jika tidak, Anda tidak rnendapat
apa-apa. Setelah melakukannya beberapa hari, Anda bisa menambahkan beberapa
lernbar kertas lagi tanpa tanda X di dalarnnya. Akhirnya Anda bisa memberikan
peneguh pada diri sendiri hanya sekali saja untuk selang waktu tertentu dan melu-
pakan lembaran kertas itu. Prosedur ini kadang-kadang disebut "peneguhan selang-
seling." Jelaskan bagairnana Anda merencanakan mengurangi peneguhan Anda.
2. Setelah peneguhan Anda dihilangkan, apakah segala sesuatu kernbali seperti
sebelurnnya? Jika ya, Anda perlu mernulai program itu lagi, atau paling tidak salah
satu tahap terakhir dengan menarik lembaran kertas itu lagi. Untuk beberapa masalah
Anda mungkin harus mendapatkan beberapa peneguhan tanpa batas waktu. Jika
dernikian, cobalah menggantinya dengan peneguh yang lebih alarniah jika Anda
bisa.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

Teruskan mencatat perilaku Anda selama paling sedikit satu a tau dua minggu
setelah Anda menyingkirkan peneguhan itu. Catatlah perubahan yang terjadi a tau
mulailah kembali program itu.

MENGATASI KEKHAWATIRAN MENGHADAPI TEs


Banyak mahasiswa yang melaporkan kekhawatiran mereka saat menghadapi
tes. Jika kekhawatiran itu menyebabkan mereka tidak bisa melakukan pekerjaan
dengan baik, hal itu perlu dikurangi. Kadang-kadang kekhawatiran bisa begitu
menguasai sehingga seseorang lupa segala sesuatu yang sudah dipelajari.
Psikologi behavioral menyatakan bahwa latihan relaksasi dikombinasi dengan
situasi tertentu yang bisa menimbulkan kekhawatiran bisa membantu mengurangi
kekhawatiran. Beberapa psikolog lebih suka menyuruh orang itu membayangkan
situasinya, kemudian mengombinasikan relaksasi dengan situasi yang
dibayangkan, sedang para psikolog lain percaya bahwa orang itu harus berada
dalam situasi aktual sementara melakukan latihan relaksasi.

Belajar Cara Relaksasi


Banyak orang tidak tahu bagaimana cara relaksasi. Sa!ah satu: metode paling
sukses yang digunakan psikolog adalah dengan meregangkan dan mengendorkan
kelompok otot yang berbeda-beda di tubuh. Setelah menggerakkan setiap
kelompok otot secara sistematis, meregangkan dan mengendorkan masing-masing
otot, seluruh tubuh merasa jauh lebih rileks. Jika Anda mempraktekkan proses
ini paling sedikit sekali setiap hari, akhirnya Anda akan mampu mengendorkan
semua otot sekaligus dengan hanya memulai proses ini.
Paling sedikit sekali sehari (lebih sering jika Anda bisa), cobalah melakukan
latihan berikut
1. Regangkan dahl sekencang mungkin selama beberapa detik. Kemudian
secara bertahap kendorkan otot-otot itu. Teruskan kendorkan otot berulang-ulang.
2. Regangkan rahang selebar mungkin. Kemudian secara bertahap kendorkan
otot-otot itu, berulang-ulang sampai rahang mulai mengendor.
3. Regangkan tangan dan lengan selama beberapa detik. Kemudian
kendorkan otot-otot secara bertahap. Teruskan kendorkan sampai tangan lemas.
4. Regangkan otot-otot leher dan bahu. Kemudian kendorkan otcit-otot itu,
berulang-ulang. Anda akan merasa rileks pada saat mengendorkannya.
5. Regangkan otot-otot perut dengan sangat kencang. Kemudian lepaskan.
Teruskan latihan itu untuk membuat rileks otot-otot itu.
6. Luruskan kaki dan julurkan jari-jari kaki sejauh mungkin. Pertahankan
sampai beberapa detik; kemudian kendorkan otot-otot berulang-ulang.
7. Sekarang coba lakukan semua latihan di atas sekaligus, regangkan setiap
otot sebanyak mungkin. Setelah beberapa detik, lepaskan. Teruskan untuk
mengendorkan otot-otot itu berulang, dan rasakan relaksasi yang lebih besar dan
lebih besar dalam setiap otot.

Mengenali Situasi yang Ditakuti


Pada umumnya mahasiswa melaporkan situasi yang menimbulkan
kekhawatiran saat menghadapi tes bisa didata sesuai urutan berikut, dari situasi
yang paling ditakuti sampai yang tidak begitu ditakuti.
A. sungguh-sungguh menempuh tes
B. menerima tes yang dibagikan
C. duduk untuk mengerjakan tes
D. masuk ruangan untuk menempuh tes
E. berjalan melewati aula menuju kelas untuk menempuh tes

F. memikirkan tentang tes beberapa jam sebelumnya


G. belajar mempersiapkan tes

Membayangkan dan Bersikap Rileks


Sekarang cobalah membayangkan tingkat G dalam bagian sebelumnya.
Cobalah menggambarkan hal itu sejelas mungkin. Jika Anda mulai merasa cemas,
gunakan prosedur relaksasi.
Setelah Anda bisa membayangkan tingkat G tanpa merasa cemas, majulah
ke tingkat F. Sekali lagi cobalah menggambarkan situasi sejelas mungkin. Jika
Anda mulai cemas, lakukan latihan relaksasi lagi. Akhirnya Anda akan mampu
membayangkan tingkat F tanpa kekhawatiran.
Sekarang majulah ke tingkat E, bayangkan hal itu sejelas mungkin. Sekali lagi,
jika Anda mulai merasa khawatir, gunakan prosedur relaksasi. Teruskan prosedur
ini, dan lanjutkan terus sampai Anda sampai pada tingkat A. Jika Anda bisa mem-
bayangkan tingkat A tanpa khawatir, Anda telah menyelesaikan tahap ini.

Relaksasi dalam Situasi Aktual


Kadang-kadang tindakan membayangkan dan relaksasi belum mampu
menyingkirkan kekhawatiran sepenuhnya dalam situasi yang nyata ketika
menempuh tes. Dalam hal ini Anda harus berusaha melakukan relaksasi dalam
situasi yang nyata.
1. Perankan tingkat yang berbeda-beda dengan orang lain, sekali lagi bayang-
kan Anda berada dalam situasi yang nyata. Pada setiap langkah, jika Anda merasa
khawatir, lakukan prosedur relaksasi.
2. Mulailah pada tingkat E dan berjalanlah lewat aula seolah-olah Anda akan
menempuh tes. Berpura-puralah Anda akan menempuh tes pada saat Anda
berjalan. Berhentilah dan lakukan latihan relaksasi jika Anda merasa cemas.
Kemudian majulah ke tingkat D, dan masuklah kelas tempat Anda bias a
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

menempuh tes. Teruskan bayangkan hal itu seolah-olah hari itu Anda akan
menempuh tes. Jika merasa cemas, berhentilah dan lakukan latihan relaksasi.
Teruskan hal itu sampai Anda sungguh-sungguh duduk di kursi di kelas dan
membayangkan tes yang ada di hadapan Anda.
3. Jika Anda masih merasa cemas semen tara Anda menempuh tes, Anda harus
berusaha melakukan latihan relaksasi selama tes jika mungkin. Jika Anda tidak
tergesa-gesa, bisa menutup mata dan melakukan beberapa latihan relaksasi ketika
anda merasa sangat cemas. Bahkan meskipun tes itu dibatasi waktunya, lebih
baik mengambil waktu satu atau dua menit untuk relaksasi dan mengerjakan
beberapa pertanyaan dengan benar, daripada tidak rileks dan kehilangan
semuanya!
4. Beberapa orang merasa sangat takut dan cemas saat menghadapi tes sehingga
prosedur ini pun tidak memadai. Jika demikian, lebih baik menemui konselor yang
cakap untuk memecahkan masalah itu.

Penerapan Lainnya
Prinsip-prinsip membayangkan dan melakukan relaksasi (atau mengalarni dan
bersikap rileks) bisa diterapkan dalam situasi lain. Banyak murid merasa takut
sehingga mencegah mereka melakukan yang terbaik.
Untuk menerapkan ide-ide ini pada situasi lainnya, gunakan langkah-langkah
berikut:
1. Buatlah daftar situasi yang berbeda, dan datalah sesuai urutan situasi yang
paling ditakuti sampai yang tidak begitu ditakuti (seperti yang kita lakukan
dengan kekhawatiran menghadapi tes).
2. Praktekkan latihan relaksasi sampai Anda mengetahui hal itu sungguh-
sungguh atau bisa bersikap rileks secara spontan tanpa harus menjalani latihan
itu lagi.
3. Bayangkan situasi yang paling tidak begitu ditakuti. Jika Anda mulai
merasa cemas, lakukan latihan relaksasi. Setelah Anda bisa membayangkan situasi
tersebut tanpa merasa khawatir, majulah ke situasi berikut yang paling ditakuti
dan bayangkan. Lanjutkan proses ini sampai Anda bisa membayangkan situasi
yang paling ditakuti tanpa merasa cemas.
4. Jika Anda masih merasa takut dalam situasi yang nyata, Anda bisa
menggabungkan prosedur relaksasi dengan bermain peran atau situasi yang nyata
seperti disebutkan dalam contoh kekhawatiran menghadapi tes.

***
Daftar Istilah

adaptasi - pengurangan angka pemantikan sel reseptor dalam res pons terhadap
stimulus yang konstan.
afeksi - perasaan atau emosi.
akomodasi - proses modifikasi stuktur kognitif yang sudah dikembangkan
sebelumnya berdasarkan pengalaman baru.
akson - serat tidak bercabang yang panjang yang terentang dari tubuh sel
neuron yang menyalurkan impuls menjauh dari sel saraf.
aktualisasi diri - dorongan yang kuat untuk mengalami pertumbuhan pribadi,
kesehatan dan penyesuaian diri.
algoritme - satu perangkat prosedur yang menjamin penyelesaian masalah.
altruisme - perhatian terhadap kesejahteraan orang lain.
ambang batas absolut - besarnya kekuatan stimulus ketika stimulus cukup
kuat untuk dideteksi sebanyak 50 persen waktu.
amnesia - kehilangan memori secara kadang-kadang termasuk identitas
pribadi orang itu sendiri.
anorexia - hilangnya nafsu makan berkepanjangan
anorexia nervosa - ketakutan atas kenaikan berat badan secara patologis yang
menyebabkan seseorang melakukan diet yang berlebihan, penurunan
berat badan yang sangat banyak dan kekurangan gizi.
arketipe - simbol tersembunyi dalam diri seseorang secara tidak sadar yang
berasal dari pikiran bawah sadar secara kolektif.
asimilasi - proses mengubah unsur kognitif persepsi yang baru untuk
membuatnya lebih mirip dengan unsur yang sudah dikenal.
. asosiasi bebas - dalam psikoanalisis, ungkapan pemikiran, fantasi dan
perasaan pasien.
baseline - dalam pembiasaan operan, jumlah pemberian res pons atau jumlah
res pons yang terjadi dalam waktu yang tersedia.
belajar - perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai hasil
pengalaman.
PENGANTAR PSIKOlOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

bicara pada diri sendiri - kegiatan kognitif di mana seseorang memberikan


pesan tertentu kepada diri sendiri.
blocking - berhentinya aliran pikiran atau bicara secara tiba-tiba.
bulimia - pesta makan diikuti dengan pembersihan diri atau muntah yang
dibuat sendiri.
chaining (pengaitan) - dalam pembiasaan operan, diperolehnya satu perilaku
satu langkah demi satu langkah.
ciri-ciri kritis - ciri-ciri yang paling jelas dari benda, tindakan atau ide.
clairvoyance - kemampuan untuk melihat dan mengetahui sesuatu dari jarak
yang di luar persepsi normal.
delusi - keyakinan yang dianggap benar meskipun ada bukti kuat bahwa itu
salah.
dendrit - serat yang bercabang pendek yang muncul dari tubuh sel neuron
yang menyalurkan impuls ke sel saraf.
devaluasi defensif - kritikan terus-menerus terhadap orang lain agar menutupi
perasaan rendah diri di bawah sadar.
diatesis - kecenderungan atau kerentanan yang dimiliki seseorang terhadap
gangguan tertentu .
disonansi kognitif - ketegangan dalam batin yang disebabkan oleh usaha
untuk memegang dua pernik iran yang bertolak belakang pada saat yang
sarna.
disosiasi - pemisahan kegiatan psikologis dari sisa kepribadian sehingga
mereka berfungsi secara independen.
dis torsi - pembentukan ulang realitas dari luar secara kasar sehingga sesuai
dengan kebutuhan batin orang itu sendiri.
ego - perunding antara id dengan superego.
eklektik - memilih berbagai bentuk terapi yang terbaik.
eksternalisasi - pengalaman proses pemikiran dan perasaan di dalam batin
seolah-olah hal itu terjadi di luar diri sendiri.
ektomorf - seseorang dengan tUbuh yang rapuh dan kurus, yang terpelajar
dan pemalu.
electra complex - perasaan romantis dan seksual dalam diri anak perempuan
kepada ayahnya, yang pertama tampak di antara usia tiga sampai enam
tahun.
endomorf - seseorang dengan tubuh yang bulat dan empuk, yang mudah
bergaul dan penuh perhatian.
epistemologi - studi asal mula dan sifat pengetahuan secara filosofis .
extinction - penghilangan peneguhan sehingga perilaku tertentu berkurang.
fiksasi - keterikatan yang sangat kuat pada seseorang, sesuatu atau perilaku
tertentu.
fobia - ketakutan yang tidak masuk aka] terhadap situasi, benda atau aktivitas
tertentu.
fonem - unit bunyi dasar sebuah bahasa.
Daftar Istilah

formasi reaksi - proses di mana sikap dan perilaku bertentangan dengan


perasaan orang itu yang sebenarnya atau impuls bawah sadar yang
diadopsi.
fugue - gangguan kesadaran di mana seseorang melakukan tindakan yang
tampa.k nya mereka sadari, tetapi pada waktu selanjutnya tidak mereka
ingat.
game - satu seri transaksi yang terjadi pada dua level komunikasi yang berbeda
secara bersamaan.
ganglion - kumpulan tubuh sel saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.
generalisasi - proses di mana perilaku sebagai res pons terhadap stimulus yang
diberikan bisa dipercepat oleh stimulus yang serupa.
grand mal - bentuk epilepsi yang ditandai dengan serangan yang parah dan
hilangnya kesadaran.
habituasi - proses di mana sistem saraf mengabaikan input sensorik.
halusinasi - persepsi palsu ten tang sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ada.
heuristik - peraturan utama yang biasanya menuntun pada jawaban yang
terbaik.
hipnotis - kondisi kesadaran yang diu bah di mana seseorang menjadi terbuka
dan mudah menerima saran.
hipokondriasis - terlalu dikuasai oleh fungsi tubuh atau ketakutan terhadap
penyakit.
hipotalamus - bagian otak yang mengatur suhu tubuh, rasa lapar, rasa haus,
dan kegiatan otonom lainnya.
histrionik - terlalu emosional.
homeostasis - keadaan keseimbangan fisiologis .
hukum efek - hukum yang menyatakan bahwa ikatan stimulus-res pons, atau
belajar, diperkuat oleh hadiah atau kepuasan.
iatrogenik - digunakannya penyakit khayalan yang ditanamkan dalam diri
seseorang melalui otosugesti.
id - dorongan dasar di dalam diri manusia .
idealisasi - pernilaian yang terlalu berlebihan tentang atribut orang lain yang
dikagumi .
image - gambaran mental tentang pengalaman sensorik yang aktual.
inokulasi - proses di mana seseorang disodori bentuk ide yang sudah
dilemahkan dan kemudian diminta untuk. memberikan penyangkalan
yang kuat terhadap hal itu.
insomnia - kesulitan tidur.
Intelligence quotient (IQ) - ukuran kecerdasan yang disimpulkan dari skor
pada tes kecerdasan.
intoksinasi - perilaku yang maladaptif yang diakibatkan oleh masuknya
makanan atau dihirupnya zat tertentu.
introspeksi - proses pengamatan diri sendiri di mana seseorang mengalami
satu peristiwa kemudian berusaha untuk menjelaskannya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

introyeksi - pengarahan ulang perasaan yang dimiliki seseorang terhadap


orang lain pada diri sendiri.
isolasi - pemisahan emosi yang tidak dapat diterima dari pikiran sadar.
katarsis - dalam psikoanalisis, ledakan emosi pasien secara tiba-tiba yang
menyertai diperolehnya pandangan baru .
katatonia - kondisi skizofrenia yang ditandai dengan kekakuan otot, hilangnya
kesadaran dan tidak adanya respons.
keadaan tak berdaya yang dipelajari - pengunduran d iri secara pasif yang
dipelajari ketika seseorang dipaksa untuk menjalani peristiwa aversif
yang berulang-ulang.
kejenuhan - kondisi di mana benda yang sebelumnya diinginkan tidak lagi
diinginkan karena sudah terlalu banyak yang diperoleh.
kekhawatiran terhadap pengebirian - kesadaran anak laki-laki prasekolah
bahwa ia adalah saingan ayahnya untuk mendapatkan perhatian ibunya.
kelompok pengontrol - norma atau standar yang digunakan untuk
membandingkan pengamatan kelompok eksperimenta!.
kelompok eksperimental - kelompok yang langsung diuji oleh pelaku
eksperimen.
kepribadian - pola perilaku, pemikiran dan perasaan yang sudah berurat akar,
yang konsisten dalam situasi apa pun dan kapan pun juga.
kesadaran - variasi dinamika otak secara psikologis dan fisiologis .
keterbelakangan mental - fungsi kecerdasan umum yang di bawah normal
yang dimulai sebelum usia 18 tahun yang berkaitan dengan kerusakan
dalam perilaku adaptif.
kognisi - proses mengenal dan produk tindakan mengena!.
kompensasi - pergumulan bawah sadar untuk memoles perasaan rendah diri.
kompulsi - tindakan yang tidak masuk aka!.
komunikasi - proses di mana orang-orang memberi dan menerima informasi
kognitif dan informasi lainnya.
kondensasi - reaksi satu kata tunggal, frasa atau ide dengan semua emosi
yang secara tidak sadar terkait dengan sekelom pok ide yang kompleks.
konfabulasi - penggantian fakta dengan fantasi dalam memori.
konflik pendekatan-pendekatan - konflik yang muncul ketika ada dua tujuan
yang sarna-sarna diingini tetapi saling bertolak belakang.
konflik pendekatan-penghindaran - konflik yang muncul ketika' ada satu
tujuan dengan kualitas diinginkan sekaligus tidak diinginkan.
konflik penghindaran-penghindaran - konflik yang muncul ketika ada dua
pilihan yang sarna-sarna tidak diinginkan.
konservasi - prinsip yang menyatakan bahwa jumlah zat tidak berubah
sekalipun penampilan luarnya berubah.
kontrak - persetujuan antara klien dengan konselor tentang rencana tertentu
dan/ atau tujuan di antara sesi konseling.
korelasi - indeks statistik yang mengukur hubungan di an tara kedua faktor.
Daftar Istilah

kurva belajar - grafik yang menunjukkan kemajuan dalam belajar, yang


menunjukkan peningkatan yang mantap pada bagian awal dan
mendatar pada bagian akhir.
labilitas - kecenderungan untuk mengeluarkan emosi atau perasaan.
latihan - penguIangan informasi dalam memori jangka pendek yang membantu
memindahkan informasi ke memori jangka panjang.
level operan - tingkat terjadinya respons yang tersedia secara bebas jika
konsekuensinya tidak bersifat positif atau negatif.
mania - kondisi hiperaktif, dan gairah yang berlebihan.
marasmus - kondisi di mana bayi menolak untuk makan dan menjadi rna kin
kurus.
medula oblongata - bagian batang otak yang mengontrol pernafasan dan
sirkulasi darah dan mengandung pusat-pusat refleks.
mekanisme pertahanan diri - pola bawah sa dar di mana psyche membela
dirinya sendiri dari konflik dan kekuatiran.
mesomorf - orang yang memiliki tubuh yang kuat berotot yang pemberani,
agresif dan aktif.
model medis - model kepribadian yang menyatakan bahwa kesulitan perilaku
lahiriah hanya sekadar merupakan gejala dari penyebab yang lebih
dalam yang mendasarinya.
modeling - pengamatan dan peniruan perilaku yang diinginkan.
mutisme - kondisi tidak mampu berbicara.
naskah - rencana kehidupan yang ditentukan pada usia awal; melalui naskah
itu seseorang memenuhi kebutuhannya.
neuron - sel saraf
komunikasi non-verbal- ekspresi apa pun yang tidak bergantung pada kata-
kata atau simbol kata.
neurosis noogenik - pencarian arti hidup oleh masyarakat.
neurosis normal - problem psikologis yang bisa diterima secara sosial.
objek transisional - objek apa pun yang membantu anak memisahkan diri
dari orang-tua yang melambangkan perhatian dan rasa am an yang
disediakan oleh orang tua.
objektivitas - tingkat skor dalam tes yang dicapai orang yang berbeda yang
hasilnya relatif sarna dengan menggunakan metode pernilaian yang
sarna.
obsesi - pikiran yang tidak rasional.
Oidipus complex - perasaan romantis dan seksual anak laki-Iaki terhadap
ibunya, yang pertama kali tampak antara umur tiga sampai enam tahun.
overkompensasi - usaha menutupi kekurangan dengan cara-cara yang tidak
bisa diterima masyarakat.
overlearning - proses di mana informasi yang harus dipelajari dilatih sampai
batas di mana hal itu bisa diingat dan kemudian dilatih beberapa kali
lebih banyak.
pahala - konsekuensi positif atas perilaku tertentu.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

paradigma- asumsi dan pendekatan umum secara keseluruhan yang dimiliki


oleh para psikolog.
paralanguage- aspek komunikasi yang berbicara keras tetapi tanpa kata-kata.
parapsikologi - studi fenomena yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum-
hukumalam.
persepsi- penafsiran dan pengorganisasian impuls saraf ke dalam representasi
realitas secara internal.
pelaksanaan - penampilan perilaku yang maladaptif untuk meredakan
ketegangan karena dorongan yang tidak bisa diterima.
pembatalan - pelaksanaan tindakan bawah sadar atau komunikasi verbal
untuk membatalkan kesalahan sebelumnya.
pembiasaan aversif - pembiasaan yang bertolak belakang yang mengaitkan
kondisi yang tidak diinginkan dengan perilaku yang tidak dikehendaki.
pembiasaan klasik- pembiasaan di mana pelaku eksperimen menghasilkan
respons subjek kapanpun diinginkan dengan memberikan stimulus
tanpa syarat untuk memi:>entuk asosiasi baru antara stimulus bersyarat
dengan respons bersyarat.
pembiasaan operan- pembiasaan di mana pelaku eksperimen memberi
respons yang sudah dimiliki oleh subjek dan memperkuatnya dengan
meneguhkan kembali setiap kali hal itu terjadi.
pembiasaan tataran yang lebih tinggi- proses di mana satu seri stimulus
bersyarat berfungsi sebagai pengganti untuk stimulus asli bersyarat
lainnya.
pemikiran kelompok- keinginan yang ekstrem dalam kelompok agar setiap
orang mencapai kesepakatan bulat.
pemisah-misahan - pengalaman sikap bawah sadar seolah-olah hal itu tidak
berhubungan dan tidak sating berkaitan.
penalaran deduktif- proses di mana data digabungkan dan kesimpulan ditarik
dari fakta-fakta tersebut.
penalaran evaluatif - proses pernilaian terhadap ketepatan ide atau konsep
baru.
penalaran induktif- proses di mana penarikan kesimpulan tentang sesuatu
yang tidak diketahui disusun berdasarkan apa yang sudah diketahui.
peneguh- stimulus apa pun yang mengikuti suatu res pons dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya.
peneguhan negatif - penyingkiran situasi aversif yang tidak menyenangkan
sebagai akibat perilaku tertentu.
peneguh sekunder- apa pun yang secara konsisten berkaitan dengan peneguh
yang pada waktunya menjadi hal yang meneguhkan.
penggantian - pengalihan emosi dari benda aslinya ke pengganti yang lebih
bisa diterima. ·
penghambatan proaktif - proses di mana materi yang sudah ada dalam
memori mempengaruhi materi yang baru dipelajari.
Daftar Istilah

penghambatan retroaktif - proses di mana materi yang baru dipelajari


mempengaruhi pencarian materi 1.erindeks di dalam memori.
penghukuman - presentasi stimulus aversif yang menurunkan kemungkinan
terjadinya res pons.
penis envy - perasaan kehilangan yang dialami anak perempuan prasekolah
yang akhirnya diselesaikan dengan melakukan identifikasi dengan
ibunya.
penyangkalan - pengingkaran sesuatu yang mengganggu.
penyebab primer - kondisi khusus yang harus selalu ada agar gangguan
tertentu bisa terjadi.
peraturan gestalt - peraturan yang digunakan· seseorang karena hal itu
mengatur persepsi mereka.
perilaku takhyul - perilaku yang secara kebetulan diteguhkan dan " idbatnya
pada waktu kemudian muncul kern bali.
persepsi kedalaman - persepsi ten tang hubungan ruang dalam tiga dimensi.
perseverasi - pengulangan kata-kata atau isyarat secara tak terkendali.
petit mal - bentuk epilepsi ringan yang ditandai dengan kejang otot dan
hilangnya kesadaran.
phallus - istilah teknis untuk organ seks laki-Iaki.
pica - memakan benda-benda bukan makanan yang tidak alami.
pikiran bawah sadar kolektif - kOllsep Jung tentang sumbangan yang diterima
oleh setiap orang .lari pengalaman yang diperoleh orang-orang lain
melalui sejarah manusia.
placebo - zat netral yang bisa menghasilkan perubahan karena keyakinan
seseorang terhadap hal itu.
prekognisi - tahu tentang sesuatu sebelum hal itu terjadi.
proyeksi - atribusi bawah sadar tentang impuls atau harapan orang itu sendiri
terhadap orang lain.
psikoanalisis - metode psikoterapi yang dirancang untuk membawa materi
bawah sadar ke kesadaran.
psikolinguistik - studi bahasa dan ucapan secara psikologis.
psikologi - studi ilmiah tentang perilaku dan pemikiran organisme.
raket - perasaan yang dikoleksi seseorang untuk membenarkan tindakan utama
dalam naskah kehidupan.
rasionalisasi - artikulasi penjelasan yang membenarkan diri sendiri, bukannya
alasan yang sebenarnya atas tindakan tertentu.
reaksi psikosomatik - penyakit fisik yang berkaitan dengan stres dalam jangka
waktu lama yang berkaitan dengan emosi negatif lainnya.
refleksi - teknik psikoterapetik di mana pemberi terapi mengulang apa yang
dikatakan klien dengan kata-kata yang berbeda dan memperjelas apa
yang telah dikatakan.
refleksivitas - kecenderungan peserta dalam eksperimen untuk berpikir
tentang eksperimen itu dan karena itu mengubah perilaku mereka dari
hal yang sebaliknya.
PENGANTAR PSIKOLOGI DAN KONSELING KRISTEN 2

regresi - reversi pada pola perilaku yang kurang dewasa.


reliabiIitas - tingkat di mana orang-orang akan mendapat skor yang relatif
sarna setiap kali mereka diukur.
represi - penyingkiran pikiran yang menyakitkan dari kesadaran secara tidak
disadari.
RIGS - representasi interaksi yang digeneralisir atau model yang
dikembangkan anak-anak dalam berinteraksi dengan orang lain.
ritual - perilaku kompulsif yang dilakukan untuk meringankan perasaan
bersalah yang mendalam untuk semen tara.
scalloping - peningkatan dramatis dalam perilaku yang diteguhkan tak lama
sebelum interval waktu tertentu selesai.
seksualisasi - fokus seseorang pada kecakapan seksual pribadi untuk
meredakan perasaan rendah diri atau permusuhan terhadaj> lawan jenis.
serat eferen - saraf motorik yang menyalurkan irnpuls dari sistem saraf pusat
ke efektor.
serat aferan - saraf-saraf sensorik yang menyalurkan irnpuls dari tubuh ke
sistem saraf pusat.
serebelum - bagian otak yang bertanggung jawab atas pengaturan dan
koordinasi gerakan sukarela.
shaping - dalam pembiasan operan, proses di mana tindakan yang mendekati
perilaku yang menjadi target dan diinginkan diteguhkan kembali 'i<lmpai
perilaku itu tercapai.
sinapsis - ruang di antara dendrit satu neuron dan axon neuron lainnya.
sistem limbik - bagian otak yang mengatur kegiatan dasar se perti
perlindungan diri sendiri, reproduksi dan ungkapan ketakutan dan
kemarahan.
sistem pengaktifan retikuler - sistem khusus yang berlaku di seluruh batang
otak yang memonitor informasi yang masuk dan menyalurkan stimu-
lus yang penting ke pusat-pusat yang lebih tinggi.
sistem saraf otonom - bagian sistem saraf yang mengatur tindakan secara
refleks.
sistem saraf periferal - bagian sistem saraf yang terdiri dari saraf otak, saraf
tulang belakang dan sistem saraf otonom.
sistem saraf pus at - otak dan saraf tulang belakang.
slip Freudian - salah bicara yang mehyingkapkan pikiran bawah sadar.
social loafing - fenomena di mana orang-orang cenderung melakukan usaha
yang lebih sedikit ketika bekerja sarna dengan orang lain, sebaliknya ia
berusaha lebih banyak jika bekerja send irian.
somnambulisme - berjalan sambil tidur.
sosiopati - orang (biasanya laki-Iaki) yang menunjukkan bahwa ia tidak
memiliki hati nurani ketika melakukan perbuatan yang salah.
standardisasi - administrasi tes yang sarna di bawah kondisi yang sarna untuk
kelompok representatif yang besar.
Daftar istilah

stimulus diskriminasi - stimulus yang menentukan tahap atau menyediakan


kesempatan bagi org::>nisme untuk mengeluarkan respons operan
sukarela.
studi kasus - catatan ten tang diri seseorang secara mendalam.
sublimasi - transformasi dorongan yang tidak bisa diterima secara sadar ke
bentuk perilaku yang bisa diterima secara sosi.:!l.
substansi kelabu - jaringan saraf abu-abu dari sistem saraf pus at, yang terdiri
dari sel saraf dan serat-serat dan jaringan pendukung.
substansi putih - jaringan saraf putih dari sistem saraf pusat yang terdiri dari
sera but saraf bermielin.
superego - hati nurani yang diperoleh secara sosial.
telepati - pengiriman pikiran di antara dua orang dengan sarana yang tidak
bisa dijelaskan.
ternan yang dimunculkan - perasaan bahwa ia berada bersama orang lain
sekalipun bayi itu sedang sendirian.
template - pola mental yang lengkap untuk benda atau ide tertentu.
teori - konsep umum yang menuntun riset.
thalamus - bagian otak bawah yang menyalurkan stimuli sensorik ke korteks
serebrum.
transferensi - dalam psikoanalisis, res pons emosional pasien kepada pemberi
terapi secara bawah sadar yang tidak sesuai.
UBO - ultimate background object, atau pengalaman primitif dengan Allah selama
bayi.
validitas - sejauh mana satu instrumen sesungguhnya mengukur apa yang
ingin diukur.
varia bel independen - variabel di mana pelaku eksperimen berubah dalam
kelompok eksperimental.
variabel dependen - variabel yang diharapkan berubah sebagai akibat variasi
dalam varia bel yang independen .

......
BUKU PENGANTAR STANDAR UNTUK
PSIKOLOGI KRISTEN TERBIT LAGI-DALAM
SEBUAH EDISI BARU DAN DIAKUI YANG
BERBICARA LEBIH BANYAK TENTANG
PSIKOLOGI DAN KONSEUNG KRISTEN.

Dalam edisi revisi dan diperbarui ini, para penulis tetap mempertahankan penjelasan
teori klasik dan materi tambahan yang menghubungkan pemahaman-pemahaman ini
dengan suatu pandangan Kristen holistik terhadap kemanusiaan dan kon seling.

Bidang-bidang pokok mencakup:

• Kepribadian • Sensasi dan persepsi


• Teori psikologi klasik • Psikologi sosial
• Dasar biologi perilaku • Konseling pribadi dan keluarga
• Emosi dan motivasi • Psikologi agama
• Memori, kognisi, konsep diri • Psikologi abnormal
• Perkembangan anak dan orang dewasa • Terapi individu dan kelompok

Hal baru dalam edisi ini (jilidl dan 2) berupa lebih dari seratus 11Spotlight" (fokus), yang
menyajikan tokoh-tokoh, gagasan, dan aplikasi-aplikasi terkait dengan konseling Kristen .
Banyak ilustrasi melengkapi teks dan sebuah glossary menjelaskan istilah-istilah teknis .

Disusun sesuai dengan cara kuliah-kuliah pengantar psikologi dan konseling diajarkan,
buku Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen ini juga memuat referensi bermanfaat
bagi para konselor.

Paul D. Mier dan Frank D. Minirth masing-masing adalah presiden dan wakil prsiden The
Minirth-Meier Psychiatric Clinic, bermarkas di Richardson , Texas. Diantara banyak buku
mereka adalah Counseling and the Nature of Man.
Frank B. Wichern adalah seorang psikolog keluarga dan profesor psikologi dan pelatihan
konselor pada Amber University, Dallas, Texas.
Donald E. Ratcliff, the primary reviser for edisi ini , mengajar matakuliah psikologi di Toccoa
(Georgia) College.

Buku 1111te lah dinil a1 dan dm ya takan laya k sebagai buku no nteks pelaJaran (buku pengayaa n, buku
referensi, dan/atau buku panduan pend1d1k) be rdasa rk an Reko mend as1 Kementenan Aga ma Rl
D1rekto rat Jend era l Bimbmga n M asya ra k a t .~n st e n Nomo r : Set.III/HM .02.2/1593/20 10
'

ISBN 978 979 29 1998-1

111111111111111111111111 1111111
9 789792 919981 01

Anda mungkin juga menyukai