MUT’AH
Nikah mutah, nikah kontrak, atau lebih dikenal
dengan istilah kawin kontrak adalah pernikahan
dalam tempo masa tertentu. Menurut mazhab Syiah,
nikah mutah adalah pernikahan dalam masa waktu
yang telah ditetapkan dan setelah itu ikatan
perkawinan tersebut sudah tidak berlaku lagi
Referensi: https://konsultasisyariah.com/9746-nikah-mutah-
ajaran-syiah.html
1.
DAMPAK NEGATIF
NIKAH MUT’AH
4. Para bapak juga tidak akan merasa aman terhadap para anak
perempuannya yang masih gadis, karena ada kalanya mereka
melakukan nikah mut’ah tanpa sepengetahuan bapak-bapak mereka.
Sangat mungkin seorang bapak dikagetkan oleh anak gadisnya yang
tiba-tiba hamil. Mengapa dia hamil? Bagaimana bisa terjadi? Tidak
tahu pula siapa yang menghamili. Atau dia mengetahui anaknya
telah menikah dengan seorang laki-laki, tetapi siapakah dia? Dia
tidak tahu karena sang suami pergi dan meninggalkannya sebelum
berjumpa dengannya karena masa kontrak mut’ah telah berakhir.
5. Kebanyakan tokoh-tokoh Syiah yang membolehkan mut’ah,
membolehkan diri mereka untuk nikah mut’ah dengan orang lain,
tetapi jika ada seseorang yang meminang anak perempuannya, atau
kerabat perempuannya untuk dinikahi dengan cara mut’ah, niscaya
dia tidak akan menyetujui dan meridhainya, karena dia memandang
pernikahan seperti ini adalah bentuk perendahan harga diri, jauh dari
nilai-nilai kesucian, tidak diterima oleh hati nurani, dan sama saja
dengan zina. Ini adalah aib bagi dia, dia menyadari hal itu,
sementara dia sendiri mut’ah dengan anak perempuan orang lain.
Tidak diragukan lagi dia pasti menolak untuk menikahkan anak
perempuannya kepada orang lain dengan cara mut’ah, walau dia
membolehkan dirinya sendiri untuk menikahi anak perempuan orang
lain dengan cara tersebut
Imam al-Mazhab menyatakan bahwa nikah mut'ah atau kawin kontrak hukumnya adalah
batil atau haram. Kawin kontrak dilakukan hanya untuk melampiaskan nafsu semata dan
dibatasi oleh jangka waktu bukan untuk membangun rumah tangga yang sesuai dengan
syariat Islam.